Anda di halaman 1dari 116

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA

TN.KAHAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SUMPUR KUDUS KECAMATAN
SUMPURKUDUS
TAHUN 2021

COMPLEMENTARY NURSING CASE STUDY

DISUSUN OLEH :
EFLIN ERTIKA PUTRI, S.Kep
(2014901036)

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

bergantungan. Keluarga memiliki pengaruh yang penting tehadap

pembentukan identitas individu, status kesehatan dan perasaan harga diri

individu. Sistem pendukung yang vital bagi individu adalah keluarga,

dimana keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

anggota keluarga dengan menjalankan fungsi biologi, fungsi pendidikan,

fungsi psikis, fungsi sosiokultural, serta fungsi kesehatan (Ekasari,

2008).

Keluarga telah lama dipandang sebagai suatu lingkup yang paling

vital bagi tumbuh kembang yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh

sangat penting pada pembentukan identitas dan rasa percaya diri

seseorang. Terdapat suatu keterkaitan yang kuat antara keluarga dan

status kesehatan anggotanya, sehingga peran keluarga amat penting

dalam setiap aspek pelayanan kesehatan individu anggota keluarganya,

mulai dari tahap promosi kesehatan hingga dalam tahap rehabilitasi.

Pengkajian dari pemberi layanan kesehatan keluarga adalah hal

terpenting dalam membantu tiap anggota keluarga mencapai tingkat k

esejahteraan yang optimal (Gillis & Davis, 1993) dikutip dalam


(Friedman,2010).

Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu

sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga

dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status kesehatan

keluarga. Oleh karena itu, pengaruh status sehat/sakit keluarga saling

mempengaruhi atau bergantung satu sama lain. Keluarga cenderung

menjadi seorang reactor terhadap masalah - masalah kesehatan dan menjadi

aktor dalam menentukan masalah - masalah kesehatan anggota keluarga

(Wright dan Leahey, 1984) dikutip dalam (Friedman, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana

(2006), Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan

obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.

Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal

untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO)

merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam

pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan

penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative, dan

kanker. WHO juga mendukung upayaupaya dalam peningkatan keamanan

dan khasiat dari obat tradisional.

Umumnya masyarakat sekarang mulai berpindah memakai

pengobatan komplementer dibanding dengan pengobatan medis, sekalipun

pengobatan medis adalah pengobatan yang populer. Didukung dari data

Kemenkes tahun 2011 dengan pembuktikan 80% masyarakat Afrika

memakai pengobatan alternatif dan komplementer untuk perawatan


kesehatan primer. Bahkan di Indonesia sendiri terdapat 40% dari jumlah

seluruh masyarakat dan 70% penduduk pedesaan di Indonesia memakai

pengobatan alternatif dan komplementer (Kamaluddin, 2010).

Gastritis ialah peradangan pada dinding labung terutama pada

selaput lendir lambung. Kebiasaan makan tidak teratur akan membuat

lambung sulit untuk beradaptasi, jika hal ini berlangsung lama, produksi

asm lambung akan berlebihan sehingga dapat meniritasi dinding mukosa

pada lambung, hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Jika

gejala ini tidak dapat ditangani dengan baik, maka mual muntah dapat

menyebabkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan

resiko terjadi aspirasi pneumonia.

Penyakit gastritis ditimbulkan karena adanya peningkatan asam

lambung yang berlebihan. Nyeri pada gastris timbul karena pengikisan

mukosa yang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia seperti

prostaglandin dan histamine pada lambung yang ikut berperan dalam

merangsang reseptor nyeri. Nyeri pada penyakit gastritis bila tidak

ditanggani sedini mungkin atau dibiarkan maka berakibat semakin parah

dan akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal

dengan tukak lambung. Selain itu bisa terjadi komplikasi seperti

penyempitan kerongkongan hingga sulit menelan, esofagus barret, atau

terpapar asam lambung pada kerongkongan, hingga bocornya asam

lambung hingga usus halus.

Menurut penelitian Tri (2011) menyatakn bahwa Timbulnya

penyakit tukak lambung dipicu oleh stres yang berkepanjangan


Menurut Syam (2006) secara umum 80 persen penyakit tukak lambung

termasuk jenis fungsional, yaitu tidak diakibatkan kelainan pada

saluran pencernaan melainkan disebabkan oleh stres, kurang tidur,

dan beban pekerjaan. Dua puluh persen sisanya termasuk organik, yaitu

ada kelainan pada organ pencernaan, seperti luka pada lambung atau

kerongkongan.

Terapi komplementer pertama yang dapat diberikan pada penderita

yang mengalami nyeri gastritis salah satunya adalah mengkonsumsi

Perasan Air Kunyit. Kunyit merupakan tanaman obat yang banyak

dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Kunyit merupakan tanaman dari

golongan Zingiberaceae yang berupa semak dan bersifat tahunan

(prennial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kunyit meiliki

kandungan senyawa zat aktif utama berupa kurkuminoid dan minyak atsri.

Kandungan kurkuminoid terdiri dari kurkum, desmetoksikumin, dan

bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak atsiri terdiri dari keton

sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, flandren, sabinen, borneol

dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak, karbohidrat, protein,

vitamin C, karoten, garam-garam minerla (Safitri, 2020).

Terapi komplementer kedua yaitu tekni relaksasi merupakan suatu

bentuk asuhan keperawatan, yang menganjurkan klien melakukan teknik

relaksasi dengan cara mendengarkan murrotal Al-qur’an, karena

relaksasi merupakn teknik mengurangi keteganggan dan kecemasan.

Tujuan reaksasi diberikan kepada pasien tukak lambung adalah untuk

memberikan sebuah teknik mengembangkan perasaan rileks ketika pasien


mengalami rasa sakitnya. Setelah melakukan latihan relaksasi beberapa

sesi makan seseorang akan mampu menjadi rileks denan relaif lebih cepat

dan waktu yang singkat bahkan tanpa bantuan terapi ( Kazdin, 1994).

Badan penelitian kesehatan dunia World Health Organization

(WHO) mengadakan tinjauan dari beberapa negara dunia dan

mendapatkan hasil dari angka persentase gastritis didunia,

diantaranya inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%

dan Perancis 29%. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis

yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di shangai sekitar

17,2% yang secara subsatansi lebih tinggi dari pada populasi dibarat

yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik ( Hawati, 2020).

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia didapatkan

mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun

2011, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap dirumah sakit di Indonesia dengan

jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Hawati, 2020). Angka kejadian gastritis pada

beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi

274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa

di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar

46% sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%.

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Sumatra Barat pada tahun

2017, gastritis menepati urutan kedua dari kasus 10 peyakit terbanyak

yaitu sebanyak 285.282.


Berdasarkan hasil wawancara dengan Tn.K yang peneliti lakukan

pada bulan Juni 2021 bahwa Tn.K mengalami Gastritis yang ditandai

dengan nyeri ulu hati, mual dan muntah. Jika tanda-tanda tersebut muncul

Tn.K selalu beristirahat dan berobat ke bidan untuk mengurangi rasa nyeri

perutnya.

Berdasarkan Fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus pada pasien Gastritis dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn.K dengan kasus Gastritis pada Tn.K diwilayah

kerja Puskesmas Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung provinsi Sumatera

Barat tahun 2021 “.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.K dengan

Gastritis dengan masalah utama Gangguan Pencernaan: Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung

Provinsi Sumatera Barat Tahun 2021.


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.K Dengan

Kasus Gastritis Pada Tn.K Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumpur Kudus

Kabupaten Sijunjung tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui Konsep Dasar Teori tentang Gastritis.

b. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.K

dengan Gastritis di Wilayah Puskesmas Sumpur Kudus Kabupaten

Sijunjung Kota tahun 2021.

c. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Gastritis Pada Tn.K Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung tahun 2021.

d. Mampu melakukan telaah jurnal terkait Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Kasus Gastritis Pada Tn.K Di Wilayah Puskesmas

Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung tahun 2021.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil karya tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Gastritis


dan lebih dikembangkan oleh penulis lain dengan diagnose keperawatan

lainnya.

2. Bagi Instasi Pendidikan

Hasil karya ilmiah dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan

pendidikan serta masukan dan perbandingan untuk penulis selanjutnya

dengan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Gastritis.

3. Bagi Pelayan Kesehatan

Hasil karya ilmiah ners ini dapat memberikan manfaat terhadap

pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan

mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga

dengan kasus Gastritis dengan komperhensif (bio, psiko, sosial,

spiritual).

4. Bagi Masyarakat

Hasil karya ilmiah dapat berguna untuk penerapan serta masukan

untuk merawat keluarga dengan kasus Gastritis.


BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan

bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa

hambatan yang berarti (Friedman,2010).

Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah

sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan

adopsi atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu

rumah tangga dan adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam

peran sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki,

saudara perempuan, saudara dan saudari.

Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari satu atau lebih

individu yang diikat oleh hubungan perkawinan dimana anggota

keluarga saling berinterksi dan berkomunikasi antara satu sama lain yang

masing-masing mempunyai peran sosial untuk mencapai tujuan hidup

yang sama.
2. Fungsi Keluarga

Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif

berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan

psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian

penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian

yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan

individu.

b. Fungsi sosialisasi dan statussosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan

anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan

status pada anggotakeluarga.

c. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga

memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada

keluarga dibawah garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab

mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan status kesehatan klien.


e. Fungsi perawatan kesehatan

Yaitu menyediakan kebutuhan fisik makanan, pakaian, tempat

tinggal, perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan

hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang

mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik

dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi

semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan

internal. Pratt (1976, 1982) menunjukan bahwa alasan keluarga

mengalami kesulitan memberikan perawatan keluarga bagi anggota

mereka terletak pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan

kesehatan. Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi

yang luas dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan

menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan

perawatan kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu praktik kesehatan

personal meningkat saat suami secara aktif terlibat dalam urusan

internal keluarga , termasuk masalah yang berkenaan dengan sistem

pelayanan kesehatan.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain

menurut Effendy (1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan

keluarga yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga


4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologi

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosiologi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan lingkungan.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

dimana yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-

anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya.


2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan

2. Tipe / Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik

karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena

hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu

termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga

tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).

c. Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung

dan anak – anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law

Family) Anak-anak yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin

karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak

pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.


f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang

tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki

kepercayaan bersama.

g. Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah

menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai

dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan

pasangannya masing - masing, tetapi semuanya mengganggap

sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan

anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan

anak-anaknya (poliandri).

i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup

bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Selain itu, bentuk keluarga menurut Friedman (2010), berikut

ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga :

a. Tipe keluarga tradisional

1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua bentuk variasi

yang sedang berkembang dalam keluarga - keluarga inti adalah


keduanya pekerja/berkarier dan keluarga tanpa anak. Keluarga

adoptif merupakan satu tipe lain dari keluarga inti yang tercatat

dalam literatur karena memliki keadaan dan kebutuhan

yangkhusus.

2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga

yang lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,

nenek, keponakan, paman, bibi. Tipe keluarga ini lebih sering

terdapat di kalangan kelas pekerja dan keluarga imigran.

Karena manusia hidup lebih lama, perceraian, hamil

dikalangan remaja, lahir diluar perkawinan semakin meningkat

pula, dan rumah menjadi tempat tinggal bagi beberapa

generasi, biasanya hanya bersifatsementara.

3) Keluarga “Dyad” yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari

suami,istri dan tanpaanak.

4) Keluarga “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri

dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung /angkat ).

Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian ataukematian.

b. Tipe keluarga non tradisonal

Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010)

antara lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah

dan anak biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak

menikah dengan anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul

kebo), keluarga homoseksual, agugmented family, keluarga

komuni, keluarga asuh.


3. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga

mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun

delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman (2010)

antara lain:

a. Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau

tahap pernikahan). Tugasnya adalah :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua)

b. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah

bayi sampai umur 3 bulan). Tugasnya adalah :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

c. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur

2 hingga 6 bulan). Tugasnya adalah :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.


2) Mensosialisasikan anak.

3) Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar

keluarga (keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur

hingga 13 tahun). Tugasnya adalah :

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13

hingga 20 tahun). Tugasnya :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah).

Tugasnya :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.


2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami

maupun istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,

pensiunan).Tugasnya :

1) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia. Tugasnya:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka

4. Tugas Keluarga Dalam BidangKesehatan

Hal - hal terpenting untuk dicermati bahwa dalam kaitanya

dengan perawatan kesehatan adalah sejauh mana keluarga secara mandiri

mampu melakukan tugas kesehatannya. Pada dasarnya menurut Friedman

(2010) ada 5 yang terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan jika

diterapkan pada keluarga Hipertensi yaitu :


a. Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit

hipertensi yaitu untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan, mengkaji sejauh mana keluarga mengenal tanda

dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda gejala, dan

penyebab.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi

anggota keluarga yang menderita hipertensi meliputi cara mengatasi

masalah kesehatan.

c. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang menderita

hipertensi yang meliputi cara perawatan kepada anggota keluarga

yang mengalami masalah kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan

untuk penderita hipertensi meliputi memelihara lingkungan yang

menguntungkan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yaitu untuk mengetaui sejauh mana

kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan

masyarakat meliputi cek kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5. Peran Dalam Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam

menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan

keluarga,diantaranya sebagai berkut :


a. Pendidik

Dengan diberikan pendidikan kesehatan / penyuluhan

diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab

terhadap masalah kesehatannya.

b. Kordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar

pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik

dalam rumah,klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab

dalam memberikan perawatan langsung.

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan

home visit atau kunjungan rumah teratur untuk mengidentifikasi

atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta

nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus

dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat

dipercaya.

f. Kolaborasi

Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama

dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim


kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan.

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini aadlah membantu

keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga

adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan

kesehatan,masalah ekonomi,dan sosial budaya.

h. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan atau kejadian luar biasa (KLB).

i. Modifikasi lingkungan

Perawat momunitas juga harus dapat memodifikasi

lingkungan,baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit

keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi,

2004). Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas

merupakan klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan.

Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit dasar ini
sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan

menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman,

2003).

Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat

(Bronfen brenner, 1979 dalam Friedman, 2003). Tujuan dasar sebuah

keluarga terdiri dari dua, yaitu: mempertemukan kebutuhan dari masyarakat

dimana keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan mempertemukan

kebutuhan individu-individu dalam keluarga. Fungsi ini merupakan asas

bagi adaptasi manusia yang tidak dapat dipenuhi secara terpisah sehingga

harus berkaitan satu sama lain di dalam sebuah keluarga. Hal ini menjadi

dasar bagi perawat untuk mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan

keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga dan masyarakat yang sehat.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga

dan individu sebagai anggota keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses

keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam

keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana

keperawatan.

a. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan

norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan

kesanggupan untuk mengatasi masalah.

i. Pengumpulan data
Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

1. Data umum

a. Identitas kepala keluarga

b. Komposisi kelaurga

c. Genogram

d. Tipe keluarga

e. Latar belakang keluarga (etnis)

f. Agama

g. Status Sosial Ekonomi

h. Aktivitas rekreasi keluarga

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga sebelumnya

3. Data lingkungan

a. Karakteristik rumah

b. Karakteristik lingkungan komunitas

c. Mobilitas geografis keluarga

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

e. Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi

b. Struktur kekuasaan

c. Struktur peran

d. Nilai dan nirma keluarga


5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

b. Fungsi Sosial

c. Fungsi Perawatan Keluarga

d. Fungsi Reproduksi

e. Fungsi Ekonomi

6. Stress dan Koping Keluarga

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

b. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau

stressor

c. Penggunaan strategi koping

d. Strategi adaptasi disfungsional

e. Harapan Keluarga

Keinginan dan cita – cita keluarga dimasa yang akan datang

f. Pemeriksaan Fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head

to toe”.

ii. Analisa Data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam

melihat perkembangan keluarga antara lain :

1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3. Karakter keluarga
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan

status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label

singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di

lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau

potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada SDKI, SIKI dan

SLKI.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan

objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau

tidak yang mendukung masalah dan penyebab.


Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga:

1. Ketidakefektifan Managemen regimen terapeutik keluarga

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Prilaku kesehatan cendrung beresiko

4. Hambatan Pemeliharaan rumah

5. Ketidakefektifan kontrol impuls

6. Kesiapan meningkatkan komunikasi

7. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI

8. Ketegangan peran pemberi asuhan

9. Ketidakmampuan menjadi orang tua

10. Resiko ketidakmampuan memjadi orang tua

11. Resiko gangguan perlekatan

12. Disfungsi proses keluarga

13. Gangguan proses keluarga

14. Kesiapan meningkatkan proses keluarga

15. Ketidakefektifan hubungan

16. Kesiapan meningkatkan hubungan

17. Resiko ketidakefektifan hubungan

18. Konflik peran orang tua

19. Ketidakefektifan performa peran

20. Hambatan interaksi sosial

21. Penurunan koping keluarga

22. Ketidakmapuan koping keluarga

23. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

24. Resiko ketidakefektifan perencanaan aktifitas


25. Kesiapan meningkatkan penyesuaian

26. Konflik pengambilan keputusan

27. Resiko hambatan religiositas

28. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan

29. Kontaminasi

30. Resiko kontaminasi

31. Resiko Pertumbuhan tidak proporsional

32. Resiko keterlambatan perkembangan

33. Stres pada pemberi asuhan

34. Resiko stres pada pemberi asuhan

35. Gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan

36. Resiko gangguan kemampuan untuk melaukan perawatan

37. Gangguan Komunikasi

38. Gangguan status psikologis

39. Masalah ketenagakerjaan

40. Gangguan proses keluarga

41. Kurangnya dukungan keluarga

42. Masalah dukungan sosial

43. Masalah Hubungan

44. Resiko gangguan koping keluarga


45. Kemampuan untuk mempertahankan kesehatan

46. Gangguan mempertahankan kesehatan

47. Resiko bahaya lingkungan

48. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

49. Gangguan kemampuan untuk memanajemen pengobatan

50. Gangguan kerumahtanggaan

51. Kekerasan rumah tangga

52. Keselamatan lingkungan yang efektif

53. Masalah keselamatan lingkungan

54. Resiko terjadinya penyalahgunaan

55. Resiko terjadinya Pelecehan anak

56. Resiko terjadinya pengabaian anak

57. Resiko terjadinya pengabaian lansia

58. Resiko untuk jatuh

59. Resiko terinfeksi

60. Resiko terjadinya pengabaian

61. Masalah Financial

62. Tinggal dirumah

63. Masalah perumahan

64. Pendapatan yang tidak memadai

65. Kurangnya dukungan sosial.

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.2
Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

(Friedman, 2003)

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat Masalah : 1

Skala :

 Tidak/ Kurang sehat/Aktual 3

 Ancaman Kesehatan/Resiko 2

 Keadaan Sejahtera/Potensial 1

2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2

Skala :

 Mudah 2

 Sebagian 1

 TidakDapat 0

3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1

Skala :

 Tinggi 3

 Cukup 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah 1

Skala :

 Masalah berat, harus segera 2

ditangani 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu 0

ditangani

 Masalah tidakdirasakan

Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga


b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera

dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk

fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan

penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan

jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah

tindakan-
tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok

'high risk" atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk

mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor

tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria

dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil

yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus

yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana perawatan dilakukan

dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan

(Suprajitmo, 2004). Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan

tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah

(P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada

bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan


keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga

menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan

endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan

tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan

keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat

pendidikan
keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan

sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah

berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka

pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai

perbaikan. Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai

tujuan tindakan keperawatan.

b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan

kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan

perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam

rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku

yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi

tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan

SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara

formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan

keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

(Friedman,2003).Evaluasi disusun menggunakan

SOAP, (Suprajitno,2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang

dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga

setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat

diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah

mengetahui respon subyektif dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

C. Konsep Dasar Teori Gastritis

a. Pengertian.

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal

dengan maag berasal dari bahasa yunani yatiu gastro yang berarti perut atau

lambung dan titis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan

berarti penyakit tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina Widja,

2009).

Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah lambung.

Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa makan makanan

yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat makan. Gastritis bisa

bertambah parah jika tidak segera disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal

sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut

atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi

yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Brunner

& Suddarth, 2002).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-

sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam

pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa

macam: Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah

inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau

maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman,

2001)

b. Etiologi.

Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang

amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang

dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi

H. pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada

masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H. pylori menunjukkan

tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori pada

anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih

tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara

berkembang, yakni sekitar 30% (Hirlan, 2006).

Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di

komunitas karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun

presentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan

menunjukkan respon inflamasi akut. Gastritis akut akibat H. pylori sering

diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik (Hirlan 2006).


Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya pengeluaran

asam lambung yang berlebihan, Pertahanan dinding lambung yang lemah,

Infeksi H. pylori ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak

sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan gerakan saluran

cerna, Stress psikologis. ( Misnadiarly 2009 ). Penyebab terjadinya gastritis

obat analgetik antiinflamasi, terutama aspirin, Bahan kimia, misalnya lisol,

Merokok, Alkohol, Stres fisis yang disebabkan luka bakar, sepsis trauma,

pembedahan, kerusakan saraf, Refluk usus – lambung, Endotoksin. ( Inayah

2004 ).

Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal lisol,

merokok, alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,

trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan

syaraf pusat, refluk usus lambung, endotoksin. ( Inayah 2004 ). Gastritis

sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan terlalu banyak,

terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu/mengandung

mikroorganisme. Penebab lain mencakup dengan alkohol, aspirin, refluks

empedu. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna

makanan atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi

ganggren/perforasi, pembentukan jaringan parut dapat terjadi. (Smeltze, dkk

2001).

c. Patofisiologi.

Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan

gastrointestinal bagian atas. Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat-

obat anti peradangan bukan steroid dapat merusak sawar mukosa lambung

merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan

perdarahan. Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat,

Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H + meningkat, Perfusi

mukosa lambung terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling


berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa

lambung terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam

lambung juga terpacu ( Inayah, 2004 ).

Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung

melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas

siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting

untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglanding

merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting.

Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti

inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.

Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut

bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat

menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan

factor defensive tergaggu. (Hirlan, 2001).

d. Manifestasi klinis.

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan

anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan

kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai

keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea,

dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 1999 ).

e. Komplikasi

Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berups hematemesis dan

melena, dan berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan

SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran yang diperlihatkan

hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobacter pylori, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 6o-90 % pada

tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

( Mansjoer dkk., 1999 ).

f. Patogenesis.

Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung

adalah sebagai berikut : Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion

H+ meninggi, perfusi jaringan lambung yang tergaggu, jumlah asam

lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-

daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu.

Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat

kerusakan mukosa barier oleh cairan. (Inayah, 2004.).

g. Pengobatan

Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu mengkonsumsi

makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas

dan asam, berhenti merokok dan minuman beralkohol, mengkonsumsi

antasida sebelum makan (Misnadiarly, 2009) Yang perlu dilakukan dalam

pengobatan gastritis yaitu mengatasi kedaruratan medis yang terjadi,

mengatasi dan menghindari penyebab apabila dijumpai, serta pemberian

obat-obat H2 blocking, antasid atau obat- obat ulkus lambung lainnya.

Pengobatan gastritis akibat infeksi kuman H. pylori bertujuan untuk

mengeradikasi kuman tersebut. ( Inayah 2004 ).

Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk

melakukan eradiksi adalah infeksi kuman H. pylori yang ada hubungannya

dengan tukak peptik. Antibiotik yang dianjurkan adalah klaritomisin,

amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin (Hirlan, 2006).


h. Penatalaksanaan

Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari

alkohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan

melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan

perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh

mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung

mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena.

Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin

diperlukan untuk mengangkat jaringan perforasi. (Smeltzer dkk., 2001).


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian Keluarga

I. Data Umum
1. Nama KK (inisial) : Tn.K
2. Alamat : Sijunjung. Sumatra Barat
3. Pekerjaan : PNS
4. Pendidikan : S1
5. Komposisi Keluarga : suami istri dan 4 orang anak
Tabel 3.1
Pengkajian Keluarga

No Nama JK Hub dg Umur Pddk Status Imunisasi Ket


KK BCG Polio DPT Hepatitis Cmpk
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn.K LK Suami 54 Th S1 - - - - - - - - - - v Gastritis
2. Ny.E PR Istri 50 Th S1 - - - - - - - - - - v Sehat

3. An. R LK Anak 30 th S1 V v v v v v V v v v v Sehat

4. An. E PR Anak 23 th S1 V v v v v v V v v v v Sehat

5. An. F PR Anak 20 th MHS V v v v v v V v v v v Sehat

6. An C PR Anak 14 th SMP V v v v v v V v v v v Sehat


Keterangan : Imunisasi Lengkap pada anak
Genogram Keluarga Bapak “K”

Skema 3.1
Genogram

K E

Keterangan:

:Laki- laki ( Meninggal)

: Laki- laki (Hidup )

: Perempuan ( meninggal)

: Perempuan (Hidup)

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal serumah

Kesimpulan :

Dari genogram diatas didapatkan bahwa Tn. K dengan Umur 54 Tahun

memiliki 4 orang anak dengan 1 orang anak laki-laki dan 3 orang anak

perempuan , bahwa Tn. K tinggal dengan istri dan 3 orang anak perempuannya.
Anak tertua dari Tn.K sudah menikah dan tidak tinggal serumah. pada genogram

diatas anak Tn.K tidak ada yang sakit kecuali Tn.K sendiri yang mengalami gastritis,

dan Tn.K serta Ny.E tidak ada mempunyai penyakit keturunan sebelumnya seperti

sakit DM, Hipertensi dan Jantung

6. Tipe Keluarga :Tipe keluarga Tn. K adalah keluarga tradisional yaitu

keluarga Nucleus (keluarga inti) yang terdiri dari suami, istri dan anak.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam tipe keluarga

7. Suku Bangsa : Suku bangsa keluarga Tn. K adalah suku minang.

Kebudayaan yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa

sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Minang dan Indonesia. Adat-istiadat yang

digunakan keluarga Tn.K menggunakan adat minang

Kesimpulan : Tidak ada masalah dalam suku bangsa, karena keluarga Tn.K

menjunjung tinggi adat dan istiadat dan juga Tn. K dikampungnya dipilih sebagai

salah satu “Niniak Mamak” suku Domo

8. Agama : Semua anggota keluarga Tn .K beragama islam. Setiap hari shalat wajib

Tn.K shalat ke mesjid untuk melaksakan shalat berjama’ah. Serta shalat taraweh

bersama ke mesjid dan Shalat Id

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam agama

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Status sosial ekonomi keluarga termasuk

dalam kategori keluarga sejahtera tahap 3 (mampu memenuhu kebutuhan dasar

keluarga ) . Sumber ekonomi pendapatan keluarga diperoleh dari gaji Tn.K sebagai

kepala sekolah = 5.000.000 perbulan dan Ny.E yang bekerja sebagai Guru =

4.000.000. Untuk menambah pendapatan lainnya Tn.K juga mempunyai kebun

karet, kopi dan jeruk kira-kira 3.000.000 perbulan , Tn.K bekerja keras untuk bisa

menguliahkan 2 orang anak perempuannya sekaligus. Pengeluaran biasanya untuk


kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, pendidikan anak ( termasuk kos ), dan

jalan-jalan sekitar 6.000.000 perbulan.

Kesimpulan: status sosial ekonomi berada di kelas menengah ( middle class)

10. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Aktivitas rutin keluarga Tn.K adalah makan bersama.

Rekreasi yang digunakan seperti ke kebun dihari libur dan makan-makan bersama

sambil bercerita sesekali pergi jalan-jalan ke luar kota jika memiliki waktu kosong

secara bersamaan, karna pandemi keluarga Tn.K sekarang cuman bisa di rumah dan

ke kebun.

Kesimpukan : Ny. E mengatakan semua aktivitas terhambat karena wabah virus

COVID 19 saat ini, karena An. F sudah 9 bulan kuliah secara daring dirumah dengan

koneksi internet yang susah, tetapi untuk menghilangkan stress keluarga bisa

mengatasi dengan masak-masak bersama di kebun

Masalah Keperawatan : Kesiapan Meningkatkan Koping Keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :

Anak tertua berusia 30 tahun, saat ini sudah menikah, sedangkan anak perempuan

sulungnya kuliah luar kota, anak ke-2 perempuan kuliah di luar kota juga dan anak

bungsunya masih SMP, jadi keluarga berada pada Tahap VI keluarga dengan anak

dewasa dimulai pada saat anak pertama meninnggalkam rumah dan berakhir pada

anak terakhir meninnggalkan rumah. Tugas perkembangan keluarga di tahap ini

adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan

keintiman pasangan, membantu orang tua memasuki masa tua, membantu anak

untuk mandiri di masyarakat, penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

12. Tugas Perkembangan Keluarga Yang belum Terpenuhi


Membantu anak untuk mandiri di masyarakat : Karena anak pertamanya yang sudah

menikah masih sering ketergantungan ekonomi sama Tn.K

13. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

a) Tn.K sebagai kepala keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit serius. Tetapi Tn.K

kadang-kadang mengeluh sakit perut, mual sampai muntah. Tn.K sudah tau dengan

penyakitnya dan selalu ada stok obat dirumah. Tn.K tidak mempunyai masalah

dengan istirahat, dan pola tidurnya maupun kebutuhan dasar lainnya. Terkadang

Tn.K bermasalah dalam makan, sering menunda makan serta walaupun Tn.K sudah

tau penyakitnya dia masih makan makanan pedas seperti bakso, dan juga masih

banyak memakan durian yang bisa menaikan asam lambungnya

Saat pengkajian :

TD : 120/80 mmHg HR: 88 x/i BB : 65 Kg

S :36.6 0C RR : 20 x/i TB : 167 cm

b) Ny. E tidak mempnyai riwayat penyakit tertentu, tetapi Ny.E sesekali megalami Flu

dan terkadang batuk. Saat pengkajian

TD : 110/80 mmHg HR : 80 x/i BB : 58 Kg

S : 36, 50c RR : 19x/i TB : 155 cm

c) An. E jarang sakit dan tidak ada masalah dengan istirahat, pola tidur, makan maupun

kebutuhan dasar lainnya

TD: 100/80 mmHg HR : 80x/i TB : 155 Cm

S: 36.60C RR : 18X/I BB : 50 Kg

d) An. F jarang sakit dan tidak ada masalah dengan istirahat, pola tidur, makan maupun

kebutuhan dasar lainnya

TD : 100/ 70 mmHg HR : 80x/i TB : 161 Cm

S : 36,80C RR : 19 x/i BB : 52 Kg
e) An. C tidak ada masalah kesehatan . An.C susah diajak makan, tidak ada masalah

dengan istirahat, pola tidur, makan maupun kebutuhan

TB : 157 Cm

BB : 45 Kg

Kesimpulan :

1) Tn.K : gastritis

2) Ny.E : Tidak ada masalah kesehatan

3) An.E : Tidak ada masalah kesehatan

4) An. F : Tidak ada masalah kesehatan

5) An.C : Tidak ada masalah kesehatan

14. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya

a. Riwayat keluarga dari bapak “K” : Bapak dari bapak “K” sudah meninggal semenjak

Tn.K masih duduk dibangku SMA dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan .

b. Riwayat keluarga ibuk “E”: Bapak dan Ibu dari ibu “E” Sudah meninngal juga tetapi

tidak ada memiliki riwatyat penyakit

Kesimpulan : Tn.K dan Ny.E tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik Rumah

Keluarga Tn.K tinggal di daerah pedesaan , rumah yang ditinggali keluarga Tn.K

adalah rumah permanen permanen dengan ukuran 12 X 10 M dindingnya terbuat dari

tembok dan atapnya terbuat dari seng, rumah keluarga Tn.K berlantai dua dimana lantai

dasar terdiri dari dapur, 2 kamar mandi, ruang keluarga, ruang tamu, dan 4 kamar tidur

dan lantai dua terdiri dari 1 kamar tidur dann gudang. Secara keseluruhan kondisi
rumah rapih dan bersih, cahaya matahari dapat masuk karena ada ventilasi jendela

setiap ruangan.

a. Sarana masak :ada dapur dan kompor gas yang terletak paling belakang

b. Pengelolaan sampah : sampah dikelolah dengan cara di bakar

c. Sumber air : sumber air dari “Air Bersi” yang disediakan oleh nagari

d. Jamban keluarga : wc 2 dengan digabung dengan kamar mandi dan ada septi

tannk

e. Pembuangan limbah : limbah dihubungkan langsung ke kolam

f. Lingkungan rumah : bersih dan tertata, depan rumah ada sawah dan samping kiri

dan kanan berdempetan dengan rumah tetangga

g. Fasilitas pendidikan : dekat dengan TK Islam Bakti, SD 16 Silantai, SMPN 4

Sijunjung dan SMAN 5 sijunjung, serta dekat rumah .

h. Fasilitas Kesehatan : Dekat dengan puskesmas Sumpur Kudus berjarak kurang

lebih 2 Km

i. Fasilitas perdagangan : Dekat dengan Pasar Silantai

j. Fasilitas peribadatan : dekat dengan mushalah Darussalam dan Mesjid Nurul

Jannah Silantai

k. Sarana Hiburan : Keluarga menonton TV bersama

l. Sarana Transportasi : Keluarga mempunyai mobil dan motor, keluarga

membawa anggota keluarga yang sakit parah dengan mobil jika tidak bisa

dengan motor
Skema 3.2
Denah Rumah
Denah Rumah :
Lantai 2
kolam

Kolam Gudang
Kamar 5 Pustak
Kamar Dapu a mini
mandi r

Kamar
4 Ruang keuarga

Kamar Ruang tamu Kamar


3 1

Kamar 2
Kamar
mandi

Garasi Teras

Keterangan Denah :

1) Ruang tamu

2) Kamar anak R

3) Kamar anak E

4) Kamar anak F dan C

5) Kamar bapak “K”dan ibu “E”

6) Gudang

7) Dapur

8) Ruang keluarga
9) Ruang makan

10) Kamar mandi 2

11) Tempat jemur pakaian

12) Garasi mobil dan motor

13) Kolam ikan 2

14) Taman

16. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas

Tetangga sebelah kanan dan kiri bapak “K” begitu akrab dengan keluarga bapak

“K”. Bapak “K” dan ibu “E” orangnya ramah dan mudah bergaul dengan tetangga

disekitarnya, begitu juga sikap tetangga tehadap keluarga Tn.K juga ramah dan baik.

17. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga ini tidak pernah pindah tempat tinggal , menetap di kecamatan Sumpur

Kudus, Kabupaten Sijunjung. Bapak “K” bekerja sebagai Kepala Sekolah SD dan

istrinya ibu “E” bekerja sebagai guru SD juga .

18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Komunitas

Keluaga bapak “K” selalu mengikuti kegiatan sosialisasi dilingkungan sekitarnya.

Komunikasi dengan keluarga hormonis. Ny E aktif mengikuti kegiatan perkumpulan

seperti arisan bulanan.

19. Sistem Pendukung Keluarga

Semua anggota keluarga Tn.K dan Ny.E memiliki akses kesehatan seperti

BPJS,dan apabila ada angota keluarga yang sakit dibawa ke Bidan dan pelayanan

kesehatan terdekat

IV. Struktur Keluarga

20. Pola Komunikasi Keluarga


Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang dipakai sehari-hari

adalah bahasa Minang.

21. Struktur Kekuatan Keluarga

Pengendali keluarga adalah bapak “K” sebagai kepala keluarga , keputusan

diambil oleh kepala keluarga, jika bapak “K” tidak berada dirumah, maka

pengambilan keputusan yang mendesak diambil oleh ibu “E”.

22. Struktur Peran

a) Tn.K sebagai kepala keluarga berperan sebaga suami dan mencari nafkah

b) Ny.E sebagai istri yang merawat keluarga dan mendidik anaknya, serta

membantu suami mencari nafka untuk anaknya

c) An.E sebagai anak dan mahasiswa kesehatan yang bertugas memberikan

edukasi agar mencegah terjadinya penyakit.

d) An. F sebagai anak dan mahasiswa akuntansi yang bertugas menjalankan

perannya sebagaimana mestinya

e) An.C sebagai anak terakhir yaang tinggal bersama orang tuanya dirumah

bertugas membantu orang tuanya membereskan rumah dan belajar

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam struktur peran

23. Nilai atau Norma Keluarga

Nilai atau norma yang diambil dalam keluarga yaitu sesuai dengan keyakinan yang

dianut oleh keluarga, Tn.K asli orang sijunjung dan Ny.E juga asli orang sijunjung ,

di dalam kehidupan sehari-hari tidak ada salah satu suku yang dominan dikeluarga

Tn.K dan tidak ada pula nilai-nilai atau kepercayaan yang bertentangan dengan

kesehatan

Kesimpulan : tidak ada masal dalam nilai atau norma keluarga Tn.K

V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif

Keluarga mengajarkan agar anak tertua memperhatikan adik-adiknya yang masih

sekolah untuk membantu keluarga. Sikap saling menghormati antar anggota keluarga

masih tetap diajarkan. Keluarga Tn.K memiliki keharmonisan, saling menyayangi

dan menghormati.

Kesimpulan : Tidak ada masalah dalam afektif keluarga karna terjalinnya

komunikasi terbuka

25. Fungsi Sosialisasi

Interaksi antar anggota dalam keluarga sering dilakukan masing – masing anggota

keluarga. Begitu juga dengan masyarakat sekitarnya teralinnya interaksi yang baik

dengan mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam bersosialisasi

26. Fungsi Perawatan Keluarga

a. Mengenal masalah kesehatan

Keluarga mengenal masalah kesehatan yang dialami Tn.K, An.F dan An.C.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Untuk masalah kesehatan, ibu tidak mau lagi memasak makanan yang pedas dan

mengandung micin serta lebih memerhatikan pola makannya.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga dapat merawat anggota keluarganya apabila sakit, segera diobati dan

menyediahkan obat yang dibutuhkan dirumah.

d. Kemampuan keluarga memelihara /memodifikasi lingkungan yang sehat

Keluarga bersama-sama membersihkan lingkungan rumahnya kalau sudah terlihat

rumput yang tumbuh, dan ketika ibu mengajar, membersihkan rumah dibantu tiap

hari oleh anak perempuannya


e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga mau membawa anggota keluarga yang sakit ketempat pelayanan

kesehatan.

VI. Stres dan Koping Keluarga

27. Stresor jangka Pendek dan Jangka Panjang

a. Stressor jangka pendek

Pada saat ini yang menjadi beban fikiran Ny.E adalah tentang bagaimana cara

memenuhi kebutuhan keluarga agar tercukupi karena biaya kebutuhan sehari-

hari semakin mahal sedangkan sertifikasi guru tidak lancar serta harga hasil

kebun menurun. Tn.K mengatakan maghnya sering kambuh kalau banyak

pikiran.

Kesimpulan : Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

b. Stressor jangka panjang

Tn.K cemas jika penyakitnya bertambah parah, tetapi Tn.K masih sering makan-

makanan pedas dan buah yang membuat maghnya kambuh seperti durian

An.F mengatakan cemas kalau tumornya berkembang kembali

Ny.E juga cemas karena An.F masih sering makan bakso dan makanan pedas serta

suka jajanan cepat saji

Kesimpulan : Perilaku Kesehatan Cendrung beresiko

28. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/ Stresor

Keluarga bisa mengatasi penyakit yang menimpah anaknya, dan selalu

berkomunikasih dengan baik dalam memutuskan masalah.

Kesimpulan : Tidak ada masalah

29. Strategi Koping Konstruktif yang digunakan


Jika ada masalah ibu “E” membicarakannya dengan bapak “K” untuk

dimusyawarahkan.

Kesimpulan : Tidak ada masalah

30. Strategi Adaptasi Disfungsional

Bila ada anak-anak yang sulit untuk dinasehati Ny.E kadang menghukum anak

tersebut dengan hukuman uang jajan anak dikurangi.

Kesimpulan : Tidak ada masalah

VII. Pemeriksaan Fisik


Tabel 3.2
Pemeriksaan Fisik
Bagian Tn.K Ny.E An.E An.F An.C
Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala

bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak

ada ada ada ada ada

benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,

rambut rambut rambut rambut rambut

bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak

ada ketombe ada ketombe ada ketombe ada ketombe ada ketombe

dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak

rintik rintik rintik rintik rintik


Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva

anemis, anemis, anemis, anemis, anemis,

sklera sklera sklera sklera sklera

anikterik anikterik anikterik anikterik anikterik


Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak

ada cairan ada cairan ada cairan ada cairan ada cairan

yang keluar yang keluar yang keluar yang keluar yang keluar
dari dalam dari dalam dari dalam dari dalam dari dalam

telinga telinga telinga telinga telinga


Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak

ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan
Mulut Bersih, tidak Bersih, Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak

ada tetapi Ny.E ada ada ada

stomatitis sedang stomatitis stomatitis stomatitis

menderita

stomatitis
Gigi Bersih, Bersih, Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak

terdapat terdapat ada caries ada caries ada caries

caries caries
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar

getah bening getah bening getah bening getah bening getah bening
Dada dan Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada

paru-paru simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu

nafas, suara nafas, suara nafas, suara nafas, suara nafas, suara

nafas nafas nafas nafas nafas

vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler


Abdomen Tn.K Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

mengeluh distensi distensi distensi distensi

nyeri tekan abdomen abdomen abdomen abdomen

pada ulu hati


Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

keluhan dan keluhan dan keluhan dan keluhan dan keluhan dan
gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan

pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan


TB TB : 167 cm TB : 155 cm TB : 155 Cm TB : 161 Cm TB : 157

Cm

BB BB : 65 Kg BB : 58 Kg BB : 50 Kg BB : 52 Kg BB : 45 Kg

Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik

umum
TTV TD : 120/80 TD : 110/80 TD: 100/80 TD : 90/ 70

mmHg mmHg mmHg mmHg HR :

HR: 88 x/i HR : 80 x/i HR : 80x/i 80x/i S :

S :36.6 0C S : 36, 50c S: 36.60C 36,80C

RR : 20 x/i RR : 19x/i RR : 18X/I RR : 19 x/i

VIII. Harapan Keluargaa

Pola makan dari semua anggota keluarga bisa teratur dan bisa menjaga kesehatan

masing-masing.

Pengkajian II

a. Gastritis

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah

a) Tn.K mengatakan “Gastritis adalah penyakit maag”

b) Tn.K mengatakan “Penyebab gastritis adalah makan pedas dan

stress”

c) Tn.K mengatakan “Bila maagnya kambuh yang dirasakan adalah

nyeri perut dan pusing serta mual-mual

2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan


Jika salah satu anggota keluarga Tn.K sakit, keluarga langsung membawa ke

pelayanan kesehatan terdekat

3. Kemampuan keluarga merawat

Jika maag Tn.K kambuh Ny.E menyuruh untuk minum obat dan beristirahat

4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan

Karna Tn.K sakit maag maka Ny.E tidak memasak makanan pedas dan selalu

mengingatkan untuk kesehatan anggota lainnya

5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga Tn.K mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit segerah

memeriksakan ke pelayanan kesehatan terdekat.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

I. Data Fokus

Tabel 3.3
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

1. Tn.K mengatakan maagnya kambuh 1. Tn.K tampak selalu menjaga kesehatannya

jika banyak pikiran agar maagnya tidak kambuh

2. Tn.K mengatakan sering mual 2. Tn.K tampak sering banyak pikiran

sampai muntah 3. Tn.K tampak memilih makanannya agar

3. Tn.K mengatakan jika maagnya maghnya tidak kambuh

kambuh sampai menyesak ulu hati 4. An.F terlihat tidak bisa mengatur pola

dan tidak bisa mengajar makananya

4. Tn.K sudah tau dengan penyakitnya 5. Tampak bekas jahitan pada payudara kanan
dan selalu ada stok obat dirumah dan kiri An.F

5. Tn.K mengatakan selalu mengatur 6. An.F terlihat masih suka makanan pedas

pola makannya 7. Ny.E tampak cemas dengan keadaan Tn.K

6. Tn.K masih sering makan makanan dan An.F

pedas dan buah yang mengandung 8. Ny.E terlihat tidak memasak makanan pedas

gas serta asam dan mengandung micin

7. Ny.E mengatakan tidak memasak 9. Ny.E tampak sering mengeluh karena

makanan pedas dan juga perekonomian yang menurun saat ini

mengandung micin 10. Ny.E terlihat cemas karena anak pertamnya

8. Ny.E mengatakkan cemas jika masih belum mandiri

penyakit Tn.K kambuh 11. Lingkungan rumah Tn.K tampak bersih dan

9. Ny.E mengatakan semua aktivitas teratur

terhambat karena wabah covid saat 11 TTV : Tn.K. TD : 120/80 mmHg, HR: 88

ini ditandai dengan anaknya yang x/i BB : 65 Kg, S :36.6 0C , RR : 20 x/i

kuliah daring selama 9 bulan TB167

dirumah dengan koneksi internet

yang susah 12. TTV : Ny. E TD : 110/80 mmHg, HR : 80

10. Ny.E mengatakan anak laki-lakinya x/i BB : 58 Kg, S : 36, 50c , RR : 19x/i TB

yang pertama yang sudah menikah : 155 cm

masih ketergantungan ekonomi

dengan Tn.K 13. TTV An.F TD: 100/80 mmHg , HR : 80x/i

11. Ny.E mengatakan jarang sakit tetapi S: 36.60C , RR : 18X/I

terkadang flu

12. Ny.E mengatakan selalu bersihin 14. TTV An.F TD : 90/ 70 mmHg, HR : 80x/i

lingkungannya bersama-sama dihari S : 36,80C, RR : 19 x/i


libur jika tidak sempat maka

membayar orang untuk

membersihkan lingkun rumah

II. Analisa Data


Tabel 3.4
Analisa Data
Analisa Data Masalah
DS : Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
1. Tn.K mengatakan maagnya kambuh jika banyak pikiran

2. Tn.K mengatakan sering mual sampai muntah

3. Tn.K mengatakan jika maagnya kambuh sampai menyesak

ulu hati dan tidak bisa mengajar

4. Tn.K sudah tau dengan penyakitnya dan selalu ada stok

obat dirumah

5. An.F pernah mengalami tumor mamae dan sudah menjalani

operasi

6. Tn.K sering memakan makanan pedas dan buah yang

mengandung asam dan gas

7. An.F sering memakan bakso dan makanan pedes

8. Ny.E mengatakan tidak memasak makanan pedas dan juga

mengandung micin

DO:

1. Tn.K tampak sering banyak pikira

2. An.F terlihat tidak bisa mengatur pola makananya

3. An.F terlihat suka makanan pedas tetapi Ny.E tidak


memasak makanan pedes

5. Tn.K. TD : 120/80 mmHg, HR: 88 x/i BB : 65 Kg,

S:36.6 0C , RR : 20 x/i TB167

6. An.F TD: 100/80 mmHg , HR : 80x/i

S: 36.60C , RR : 18X/I

DS: Kesiapan peningkatan

1. Ny.E tidak memasak makanan pedas untuk menjaga manajemen kesehatan

kesehatan Tn.K

2. Tn.K mengatakan sering mual sampai muntah dan segera ke

pelayanan kesehatan untuk berobat

3. Tn.K mengatakan jika maagnya kambuh sampai menyesak

ulu hati dan tidak bisa mengajar

4. Tn.K selalu menyediakan obat magh dirumah seperti

policylin

5. Ny.E mengatakan anak laki-lakinya yang pertama yang

sudah menikah masih ketergantungan ekonomi dengan

Tn.K

6. Ny.E mengatakan semua aktivitas terhambat karena wabah

covid saat ini ditandai dengan anaknya yang kuliah daring

selama 9 bulan dirumah dengan koneksi internet yang susah

tetapi Tn.K selalu menemani anak mencari koneksi yang

bagus
7. Jika ada anak-anak yang sakit Tn.K selalu menggunakan

BPJS seperti operasi An.F .

DO ;

1. Ny.E tampak cemas dengan keadaan Tn.K dan An.F

2. Ny.E terlihat tidak memasak makanan pedas dan

mengandung micin

3. Ny.E tampak sering mengeluh karena perekonomian yang

menurun saat ini

4. Ny.E terlihat cemas karena anak pertamnya masih belum

mandiri

DS : Kesiapan peningkatan

1. Ny.E mengatakan tidak memasak makanan pedas dan juga koping keluarga

mengandung micin

2. Ny.E mengatakan selalu bersihin lingkungannya bersama-

sama dihari libur jika tidak sempat maka membayar orang

untuk membersihkan lingkun rumah

3. Tn.K mengatakan sudah berusaha mengatur pola

makannya

4. Untuk menambah keuanganguna mnyekolahkan anaknya

Tn.K mempunyai penghasilan sampingan seperti berkebun

DO :

 Tn.K dirumah tampak memilih makanannya agar maghnya

tidak kambuh tetapi jika Tn.K keluar kota masih tampak


sering makan makanan pedas dan

 Ny.E terlihat tidak memasak makanan pedas dan

mengandung micin

 Lingkungan rumah Tn.K tampak bersih dan teratur

III. Prioritas Masalah


Tabel 3.5

Prioritas Masalah

Perilaku kesehatan cenderung beresiko

No Kriteria skor Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah: 1 2/3 X 1= Dikarenakan Tn.K

Skala: 0.67 sering memakan

 Tidak/Kurangsehat/Aktual 3 makanan pedas dan

 Ancaman Kesehatan/Resiko 2 buah yang

 Keadaan Sejahtera/Potensial 1 mengandung gas

2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2 2/2 X 2 = Dengan Pemberian

Skala: 2 penjelasan tentang

 Mudah 2 gastritis maka

 Sebagian 1 dapat membantu

 TidakDapat 0 mengurangi resiko

masalah kesehatan
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1 3/3 X 1 = Pemberian

Skala: 1 penjelasan serta

 Tinggi 3 penerapan dapat

 Cukup 2 membantu

 Rendah 1 mengurangi gejala


4 MenonjolnyaMasalah 1 2/2 X 1 = Dengan beberapa

Skala: 1 pemberian terapi

 Masalah berat, harus 2 komplementer

segera ditangani 1 dapat mengurangi

 Adamasalah tetapi tidak 0 masalah

perlu ditangani

 Masalah tidak dirasakan


Jumlah 4,67

Tabel 3.6

Prioritas Masalah

Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

No Kriteria skor Bobot Nilai Pembenaran


1 SifatMasalah: 1 1/3 X 1= Dikarenakan

Skala: 0,3 keluarga Tn.K

 Tidak/Kurangsehat/Aktual 3 sudah memiliki

 AncamanKesehatan/Resiko 2 kartu BPJS serta

 KeadaanSejahtera/Potensial 1 pelayanan

kesehatan cukup

dekat dengan

rumahnya
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2 2/2 X 2 = Masalah dapat

Skala: 2 diatasi dengan

 Mudah 2 mudah karena

 Sebagian 1 manajemen

 TidakDapat 0 kesehatan dalam


keluarga t baik
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1 3/3 X 1 = Kemungkinan

Skala: 1 Masalah dapat

 Tinggi 3 dicegah tinggi

 Cukup 2 karena keluarga

 Rendah 1 sudah berusaha

memperbaiki

manajemen

kesehatan
4 Menonjolnya Masalah 1 0/2 X 1 = Tidak ada masalah,

Skala: 0 karena manajemen

 Masalah berat, harus 2 kesehatan baik

segeraditangani 1

 Ada masalah tetapi tidak 0

perlu ditangani

 Masalah tidak dirasakan


3,3

Jumlah

Tabel 3.7

Prioritas Masalah

Kesiapan peningkatan koping keluarga

No Kriteria skor Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah: 1 2/3 X 1= Tn. K mengatakan

Skala: 0,67 Semua pekerjaan

 Tidak/Kurangsehat/Aktual 3 terhambat karena

 Ancaman Kesehatan/Resiko 2 COVID 19

1
 Keadaan Sejahtera/Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 1 2/2 X 2 = Dengan Pemberian

Skala: 2 penjelasan tentang

 Mudah 2 gaya hidup sehat

 Sebagian 1 termasuk menjaga

 TidakDapat 0 prokes maka dapat

membantu

mengurangi

masalah, karena

keluarga tahu

bahwa penyakit bisa

disebabkan karna

pikiran
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 3 3/3 X 1 = Dengan

Skala: 1 menerapkan prokes

 Tinggi 3 seperti memakai

 Cukup 2 masker keluar

 Rendah 1 rumah dan

mengatur pola

makan bisa

memutuskan rantai

COVID 19
4 Menonjolnya Masalah 1 ½ X1 = Tn. K hawatir

Skala: 0,5 dengan keadaan saat

 Masalah berat, harus 2 ini, tetapi Tn. K dan

segeraditangani keluarga masih bisa

 Ada masalah tetapi tidak 1 menyesuaikan


perlu ditangani dengan cara

 Masalah tidak dirasakan 0 berkebun bersama


Jumlah 4,17

Diagnosa keperawatan keluarga

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

2. Kesiapan peningkatan koping keluarga

3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan


B. Rencana Keperawatan Keluarga

Tabel 3.8
Intervensi Keperawatan Keluarga
Data SDKI SLKI SIKI
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
Data subyektif: D.0099 Perilaku Keluarga mampu Keluarga mampu mengenal
 Tn.K sering
kesehatan mengenal masalah masalah kesehatan :
terlambat makan
cenderung kesehatan : I . 14502 Identifikasi resiko
 Tn.K masih suka
makan durian yang beresiko L.12107 Perilaku kesehatan : Keluarga mampu
membuat maghnya Kemampuan melakukan mengambil keputusan:
kambuh
pencegahan gastritis Dukungan pengambilan
 An. F : mengatakan I . 09265
biasanya sering Keluarga mampu keputusan
makan bakso dan mengambil keputusan: Keluarga mampu
makanan pedas
L.12106 Pemeliharaan kesehatan : melakukan perawatan
 Ny. E mengatakan
anak paling kecilnya Keluarga mampu terhadap anggota keluarga
juga magh tetapi melakukan perawatan yang sakit:
susah mengatur
terhadap anggota I . 12383 Edukasi kesehatan
makanannya
Data obyektif : keluarga yang sakit: Keluarga mampu
4. Tn.K tampak sering
Pemeliharaan kesehatan : menciptakan lingkungan
banyak pikira
L.12106 menunjukan minat perilaku yang dapat meningkatkan
5. An.F terlihat tidak
bisa mengatur pola hidup sehat kesehatan:
makananya
Keluarga mampu Edukasi pola perilaku
6. An.F terlihat suka I. 12439
menciptakan lingkungan kebersihan
makanan pedas tetapi
yang dapat meningkatkan Keluarga mampu
Ny.E tidak memasak
kesehatan: memanfaatkan fasilitas
makanan pedes
Manajemen kesehatan kesehatan yang ada di
5. Tn.K. TD : 120/80
L.12104 Keluarga mampu lingkungan setempat
mmHg, HR: 88 x/i
memanfaatkan fasilitas I . 10334 Konseling
BB : 65 Kg, S:36.6 0C ,
kesehatan yang ada di
RR : 20 x/i TB167
lingkungan setempat:
7. An.F TD: 100/80
mmHg , HR : 80x/i Manajemen kesehatan
S: 36.60C , RR : 18X/I
keluarga
DS: D.0090 Kesiapan Keluarga mampu Keluarga mampu mengenal
 Tn.K mengatakan
peningkatan mengenal masalah masalah kesehatan :
maagnya kambuh jika
koping keluarga kesehatan : I . 12392 Edukasi manajemen strees
banyak pikiran
 Tn.K mengatakan L.09093 Tingkat ansietas : Keluarga mampu
jika maagnya kambuh menurunnya verbalisasi mengambil keputusan:
sampai menyesak ulu
kondisi yang dihadapi Dukungan Pengambilan
hati dan tidak bisa I . 09265
mengajar Keluarga mampu keputusan
 An.F juga sakit maag, mengambil keputusan: Keluarga mampu
pertama dialami saat
L .09074 Ketahanan keluarga : melakukan perawatan
jadi mahasiswa
 Ny.E mengatakan memanfaatkan tenaga terhadap anggota keluarga

anak laki-lakinya kesehatan untuk yang sakit:


yang pertama yang
mendapatkan informasi I . 09260 Dukungan koping keluarga
sudah menikah masih
ketergantungan Keluarga mampu Keluarga mampu

ekonomi dengan melakukan perawatan menciptakan lingkungan


Tn.K
terhadap anggota yang dapat meningkatkan
 Ny.E mengatakan
semua aktivitas keluarga yang sakit: kesehatan:
terhambat karena L.13114 Fungsi keluarga: pelibatan Manajemen stress
wabah covid saat ini
anggota keluarga dalam Keluarga mampu
ditandai dengan
menyelesaian masalah memanfaatkan fasilitas
anaknya yang kuliah
daring selama 9 bulan Keluarga mampu kesehatan yang ada di
dirumah dengan
menciptakan lingkungan lingkungan setempat
koneksi internet yang
yang dapat meningkatkan Bimbingan system kesehatan
susah tetapi Tn.K
selalu menemani L.09088 kesehatan: I . 12360
anak mencari koneksi
Status koping keluarga :
yang bagus
kemampuan memmenuhi
 Jika ada anak-anak
yang sakit Tn.K kebutuhan anggota keluarga
selalu menggunakan
Keluarga mampu
BPJS seperti operasi
memanfaatkan fasilitas
kemaren
kesehatan yang ada di
DO ;
lingkungan setempat:
 An.F terlihat masih
Ketahanan keluarga :
suka makanan pedas
tetapi Ny.E tidak L.09074 memanfaatkan tenaga
memasak makanan kesehatan untuk
pedes
mendapatkan informasi dan
 Ny.E tampak cemas
bantuan
dengan keadaan Tn.K
dan An.F

DS : C. 011 Kesiapan Keluarga mampu Keluarga mampu mengenal


5. Ny.E mengatakan
2 peningkatan mengenal masalah masalah kesehatan :
tidak memasak
manajemen kesehatan : I . 12383 Edukasi kesehatan
makanan pedas dan
juga mengandung kesehatan L.12111 Tingkat pengetahuan Keluarga mampu
micin
Keluarga mampu mengambil keputusan:
 Ny.E mengatakan
mengambil keputusan: Pelibatan keluarga
selalu bersihin I . 14525
L.12107
lingkungannya Perilaku kesehatan Keluarga mampu
bersama-sama dihari
Keluarga mampu melakukan perawatan
libur jika tidak
melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
sempat maka
membayar orang terhadap anggota yang sakit:
untuk membersihkan
keluarga yang sakit: I . 03119 Manajemen nutrisi
lingkun rumah L.12105 Manajemen kesehatan Keluarga mampu
 Tn.K mengatakan
keluarga menciptakan lingkungan
selalu mengatur pola
Keluarga mampu yang dapat meningkatkan
makannya
DO : menciptakan lingkungan kesehatan:
 Tn.K tampak yang dapat meningkatkan Pencegahan resiko lingkungan
memilih makanannya I . 14545
kesehatan: Keluarga mampu
agar maghnya tidak
kambuh L.12106 Pemeliharaan kesehatan memanfaatkan fasilitas
 Ny.E terlihat tidak kesehatan yang ada di
memasak makanan
Keluarga mampu lingkungan setempat:
pedas dan
mengandung micin memanfaatkan fasilitas Skrinning kesehatan
I . 14581
 Lingkungan rumah kesehatan yang ada di
Tn.K tampak bersih
lingkungan setempat:
dan teratur
L.09074 Ketahanan keluarga :

memanfaatkan tenaga

kesehatan untuk

mendapatkan informasi dan


bantuan

D. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.9

Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa 1 perilaku kesehatan cenderung berisiko

No Hari dan Implementasi Evaluasi Paraf

tanggal

1 Senin / 12 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu mengenal masalah : 1. keluarga mengatakan gastritis

Gastritis penyakit magh yang berhubungan

TUK 1 : dengan kenaikan asam lambung

1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang 2. keluarga mengatakan penyebab

pengertian Gastritis gastritis ini awalnya disebabkan

2. Menjelaskan pengertian Gastritis oleh makanan

3. Mengkaji apa penyebab dari gastritis 3. Tn.K mengatakan tanda dan gejala
4. Jelaskan kembali penyebab gastritis yang dirasakan seperti mual dan

5. Mengkaji apa tanda dan gejala gastritis muntah

6. Apa tanda dan gejala gastritis O:

7. Menjerlaskan tentang terapi komplementer 1. Keluarga mampu menyebutkan

pengertian, penyebab serta tanda

dan gejala dari gastritis

1. Keluarga tampak sudah faham

Keluarga mengatakan terapi

komplementer bukan terapi

yang menggunakan obat

2. Tn.K mengatakan peranah

meminum madu untuk

mengurangin sakit perutnya

3. Tn.K mengatakan mau

mencoba rebusan kunyit untuk

mengobati maghnya
O:

2. dengan penyakit yang dideritanya

A:

TUK 1 tercapi, dimana keluarga

mampu mengenal masalah gastritis

P:

Intervensi dilanjutkan ke TUK 2 yaitu

mengkaji pengetahun keluarga dalam

mengambil keputuan
2 selasa / 13 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :
2021
diharapkan keluarga mampu memutuskan untuk
1. Keluarga mengatakan
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan TUK 2 :
apabila anggota keluarga
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang sejauh
ada yang sakit maka
mana keluarga mengambil keputsan untuk
keluara Tn.K segera
merawat anggota keluarga yang sakit
membawanya ke bidan
2. Memberikan reinforcement positif atas jawaban
desa atau puskesmas
keluarga
3. Mendiskusikan, mendukung, dan memotivasi dengan jarak lebih kurang

Tn.K dan keluarga untuk mengklarifikasi nilai dan 10 menit dari rumah.

harapan yang akan membantu dalam membuat 2. Tn.K jika maghnya

pilihan penanganann masalah kesehatan gastritis kambuh sering minum

4. Memberikan informasi yang sesuai dengan apa promag

yang dibutuhkan oleh keluarga O : Keluarga Tn.K tampak

mampu mengambil keputusan

untuk merawat anggota keluarga

yang sakit

A:

TUK 2 tercapai, dimana keluarga

mampu memutuskan untuk

meningkatkan atau memperbaiki

kesehatan

P:

Intervensi dilanjutkan dengan


TUK 3
3 Rabu/ 13 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu merawat anggota Tn.K menyebutkan diet bagi
keluarga khususnya Tn.K dengan gastritis dengan penderita gastritis dengan
manajemen nutrisi dan rebusan air kunyit bahasanya sendiri, bahwa diet
TUK 3 : penyakit gastritis yaitu diet
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang diet bagi makanan rendah asam, makanan

penderita gastritis berserat tinggi dan tidak pedas


2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang diet O :

bagi penderita gastritis 1. Tn.K tampak mampu


3. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali menyebutkan diet bagi
diet bagi penderita gastritis penderita gastritis
4. Menjelaskan pada keluarga tentang cara 2. Tn.K tampak kooperatif saat

perawatan pada penderita gastritis dengan obat diskusi berlangsung


tradisional “ perasan air kunyit “ 3. Tn.K tampak mulai mengerti
5. Menjelesakan manfaat perasan air kunyit dengan apa yang dijelaskan
6. Mendemonstrasikan cara pembuatan perasan air
kunyit A:
7. Cara perawatan dengan pemberian perasan air TUK 3 tercapai, dimana keluarga

kunyit mampu menyebutkan diet bagi


a. Siapkan 5 siung kunyit penderita gastritis dan
b. Bersihkan dan parut kunyit tersebut mendemonstrasikan cara
c. Kemudian saring dengan menggunakan pembuatan perasan ir kunyit

air hangat P : Intervensi dilanjutkan dengan


d. Lakukan 2 kali sehari TUK 4
8. Memberikan reinforcement positif
4 Kamis / 15 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

Juli 2021 diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan Tn.K mampu menyebutkan 5 dari

anggota keluarga untuk meningkatkan atau 9 lingkungan yang harus


memperbaiki kesehatan diwaspadai bagi penderita
TUK 4 : gastritis yaitu meningkatnya beban
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang tugas, tekanan atau desakan
lingkungan yang harus diwaspadai bagi penderita waktu, tanggung jawab baru,
gastritis
2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang perubahan kebiasaan penugasan,

lingkungan yang aman bagi penderita gastritis proses penugasan, hubungan


3. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali dengan rekan kerja, hubungan

lingkungan yang harus diwaspadai bagi penderita dalam keluarga, lingkungan yang

gastritis baru, dan stressor.


4. Memberikan reinforcement positif O:

Tn.K tampak mampu

menyebutkan 5 dari 9 lingkungan

yang harus diwaspadai bagi

penderita gastritis

A:

TUK 4 tercapai, dimana keluarga

mampu menyebutkan 5 dari 9

lingkungan yang harus diwaspadai

bagi penderita gastritis

P:
Intervensi dilanjutkan dengan

TUK 5

5 Jum’at/ 16 juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Tn.K menyebutkan fasilitas


kesehatan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan yang dapat digunakan

kesehatan dan waktu kunjungannya yaitu


1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas Puskesmas, setiap hari dari jam

kesehatan yang dapat digunakan dan waktu 08.00-12.00 WIB kecuali hari

kunjungannya minggu dan Rumah Sakit, setiap


2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas hari selama 24 jam

kesehatan yang dapat digunakan dan waktu O :

kunjungannya 1. Tn.K tampak mampu


3. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali menyebutkan fasilitas
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan kesehatan yang dapat
waktu kunjungan digunakan dan waktu
4. Memberikan reinforcement positif kunjungannya

2. Tn.K tamppak kooperatif saat

diskusi berlangsung

3. Tn.K tampak mengerti apa

yang dijelaskan

A:

TUK 5 Tercapai, dimana

keluarga mampu menyebutkan

fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan dan waktu

kunjungannya

P:

Intervensi dihentikan
Diagnosa 2 peningkatan koping keluarga

No Hari dan Implementasi Evaluasi Paraf

tanggal

1 Minggu/ 18 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:

juli 2021 diharapkan keluarga mampu mengenal masalah

TUK 1 : - Keluarga mengatakan bahwa

Pendidikan kesehatan tentang proses penyakit Covid-19 adalah virus yang

1. Memberikan pengetahuan keluarga tentang menyerang system pernapasan.

Covid -19 Virus ini menyerang siapa saja, baik

2. Promkes tentang Covid -19 bayi, anak-anak, orang

dewsa,lansia,ibu hamil, maupun ibu

menyusui

- Keluarga mengatakan penyebab

Covid-19 adalah corona virus,

yaitu kelompok virus yang

menginfeksi sitem pernapasan


- Keluarga mengatakan bahwa

tanda dan gejala Covid-19

adalah demam (suhu tubuh di

atas 38 derejat Celsius), batuk,

sesak nafas

O:

- Keluarga tampak menyebutkan

kembali tentang Covid-19

A:

- TUK 1 tercapai, dimana

keluarga dapat mengenal

masalah Covid-19

P:
- intervensi dilanjutkan ke TUK 2

yaitu memutuskan tindakan

yang tepat
2 Minggu/ 18 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:

juli 2021 keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat

dalam mengatasi masalah Covid-19 - Keluarga Tn.K mengatakan

TUK 2 : akan meningkatkan anggota

keluarganya untuk segera ke

Dukungan dalam membuat keputusan fasilitas kesehatan apabila

mengalami tanda gejala seperti

1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi Covid-19

nilai dan harapan yang mungkin akan O:

membantu dalam membuat pilihan yang

penting - Keluarga Tn.K tampak mengerti

2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan berpatisipasi dalam

keuntungan dan kerugian setiap alternatif pengambilan keputusan

pilihan A:
4. Memfasilitasi pengambilan keputusan

- TUK 2 tercapai, dimana keluarga

mampu mengambil keputusan jika

gejala covid muncul

P:

Intervensi dilanjutkan ke TUK 3


3 Minggu/ 18 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:

juli 2021 keluarga dapat merawat anggota keluarga agar

terhindar dari masalah Covid-19. Menyebutkan - Keluarga mengatakan cara

cara menghindari Covid-19 meakai masker,cuci tangan, dan

TUK 3 : batuk efektif dengan benar

O:

Merawat anggota keluarga untuk meningkatkan

atau memperbaiki kesehatan - Keluarga tamapak melakukan

1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara cara memakai masker, cuci


perawatan Covid-19 tangan dan batuk efektif dengan

2. Menjelaskan tentang cara merawat anggota Benar

keluarga dengan menghindari Covid-19 A:

3. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara

perawatan keluarga - TUK 3 tercapai, dimana k

4. Cara meningkatkan daya tubuh dengan eluarga dapat memutuskan

melakukan olahraga yang teratur tindakan untuk meningkatkan

a. Sempatkan berolahraga setidaknya 30 protokol kesehatan

menit setiap hari/minimal 3- 4 kali P:

b. Mengajarkan keluarga untuk memakai

masker, mencuci tangan, dan batuk efektif Intervensi dilanjutkan ke TUK 4

yang benar tentang memodifikasi lingkungan

c. Meminta keluarga untuk menyebutkan

Kembali
4 Minggu/ 18 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:

keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang


juli 2021 sesuai dengan masalah Covid-19. - Keluarga mengatakan cara tepat

TUK 4 : untuk mencegah penularan virus

korona dengan memodifikasi


Mampu Memodifikasi Lingkungan
lingkungan menggunakan

desinfektan,rajin cuci tangan,dll


1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang
O:
lingkungan yang sesuai dengan masalah

Covid-19
- Keluarga dapat menyebutkan
2. Menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai
lingkungan yang baik untuk
dengan masalah Covid-19.
mencegah penularan virus
3. Cara memodifikasi lingkungan untuk
Korona

A:
menghindari Covid-19 adalah

a. Mencuci tangan
- Keluarga dapat memodifikasi

lingkungan yang sesuai dengan


b. Menjaga daya tahan tubuh
masalah Covid-19
c. Menjaga kebersihan rumah dengan P:

desinfektan

d. Menyediakan P3K dan peralatan Intervensi dilanjutkan ke TUK 5

kebersihan dirumah tentang fasilitas kesehatan yang

e. Memberikan edukasi mengenai tindakan dapat dikunjungi

yang harus dilakukan

4. Meminta keluarga untuk mengulang

menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai

dengan Covid-19

5 Minggu/ 18 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:

juli 2021 keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada. - Keluarga mengatakan bahwa

TUK 5: fasilitas kesehatan yang akan

dikunjungi adalah puskesmas


Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan yang
atau rumah sakit yang telah
ada
disiapkan pemerintah yang
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang menangani kasus Covid-19

fasilitas yang tersedia untuk penderita yang O:

mengalami gejala Covid-19.

2. Fasilitas yang tersedia adalah : - Keluarga mengetahui fasilitas

Rumah sakit yang menangani kasus Covid-19 kesehatan yang akan dituju

untuk penanganan kasus Covid-

19

A:

Keluarga dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada

P:

Intervensi dihentikan

Diagnosa ke 3 kesiapan peningkatan manajemen kesehatan


No Hari dan Implementasi Evaluasi Paraf

tanggal

1 Senin/ 12 juli Setelah ilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S : T

2021 diharapkan keluarga mampu mengenal masalah : Tn.K menyebutkan pengertian


gastritis gastritis dengan bahasanya
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang sendiri , bahwa gastritis
pengertian gastritis merupakan kenaikan asam dalam
2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang lambung yang dapat menyebabkan

pengertian asam urat mual


3. Memotivasi keluarga untuk mengenal kembali
O:
pengertian asam urat
1. Tn.K tampak mengerti dan
4. Memberikan reinforcement positif
menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan

2. Tn.K dan keluarga tampak

kooperatif saat diskusi

berlangsung
A:

TUK 1 tercapai, dimana keluarga

mampu menyebutkan pengertian

Gastritis

P:

Intervensi dilanjutkan dengan

TUK 2

2 Selasa/ 13 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu memutuskan tindakan


1. Keluarga Tn.K
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan
mengatakan apabila ada
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang sejauh
anggota keluarga yang
mana keluarga mengambil keputusan untuk
sakit maka keluarga Tn.K
merawat anggota keluarga yang sakit
segera membawanya ke
2. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga praktek dokter atau bidan

3. Mendiskusikan, mendukung, dan memotivasi karana jaraknya dekat

Tn.K dan keluarga untuk mengklarifikasi nilai dari rumah dengan jarak

dan harapan yang akan membantu dalam lebih kurang 10 menit

membuat pilihan penanganan masalah dari rumah.

kesehatan gastritis 2. Tn.K jika maghnya

4. Memberikan informasi yang sesuai dengan apa kambuh sering minum

yang dibutuhkan oleh keluarga promag

O : Keluarga Tn.K tampak

mampu mengambil keputusan

untuk merawat anggota keluarga

yang sakit

A:

TUK 2 tercapai, dimana keluarga

mampu memutuskan untuk

meningkatkan atau memperbaiki


kesehatan

P:

Intervensi dilanjutkan dengan

TUK 3

3 Rabu/ 14 juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu merawat anggota 1. Tn.K mengatakan mengerti


keluarga dengan gastritis menggunakan metode dengan yang dijelaskan
relaksasi 2. Tn.K mengatakan mau
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tetang sejauh menerapkan metode yang
mana sudah menggunakan pengobatan tradisoinal diajarkan
untuk penyakit gastritis O:
2. Menggali pengetahuan tentang relaksasi
1. Tn.K tampak mengerti dan
3. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian
menjawab setiap pertanyaan
relaksasi
yang diajukan
4. Menjelaskan kepada keluarga manfaat relaksasi
2. Tn.K dan keluarga tampak
5. Menjelaskan kepada keluarga langkah-langkah
kooperatif saat diskusi
relaksasi berlangsung

6. Memberikan reinforcement positif A:

- TUK 3 tercapai, dimana k

eluarga dapat memutuskan

tindakan untuk meningkatkan

protokol kesehatan

P:

Intervensi dilanjutkan ke TUK 4

tentang memodifikasi lingkungan

4 Kamis/ 15 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan Tn.K mampu menyebutkan 5 dari

anggota keluarga untuk meningkatkan atau 9 lingkungan yang harus


memperbaiki kesehatan diwaspadai bagi penderita
TUK 4 : gastritis yaitu meningkatnya
5. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang beban tugas, tekanan atau desakan

lingkungan yang harus diwaspadai bagi penderita waktu, tanggung jawab baru,
gastritis perubahan kebiasaan penugasan,
6. Mendiskusikan bersama keluarga tentang proses penugasan, hubungan
lingkungan yang aman bagi penderita gastritis dengan rekan kerja, hubungan
7. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali dalam keluarga, lingkungan yang

lingkungan yang harus diwaspadai bagi penderita baru, dan stressor.

gastritis O:
8. Memberikan reinforcement positif Tn.K tampak mampu

menyebutkan 5 dari 9 lingkungan

yang harus diwaspadai bagi

penderita gastritis

A:

TUK 4 tercapai, dimana keluarga

mampu menyebutkan 5 dari 9

lingkungan yang harus diwaspadai


bagi penderita gastritis

P:

Intervensi dilanjutkan dengan

TUK 5

5 Jum’at/ 16 Juli Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S :

2021 diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Tn.K menyebutkan fasilitas


kesehatan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan yang dapat digunakan

kesehatan dan waktu kunjungannya yaitu


5. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas Puskesmas, setiap hari dari jam

kesehatan yang dapat digunakan dan waktu 08.00-12.00 WIB kecuali hari

kunjungannya minggu dan Rumah Sakit, setiap


6. Mendiskusikan bersama keluarga tentang fasilitas hari selama 24 jam

kesehatan yang dapat digunakan dan waktu O :

kunjungannya 4. Tn.K tampak mampu


7. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali menyebutkan fasilitas
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan kesehatan yang dapat
waktu kunjungan digunakan dan waktu
8. Memberikan reinforcement positif kunjungannya

5. Tn.K tamppak kooperatif saat

diskusi berlangsung

6. Tn.K tampak mengerti apa

yang dijelaskan

A:

TUK 5 Tercapai, dimana

keluarga mampu menyebutkan

fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan dan waktu

kunjungannya

P:

Intervensi dihentikan
BAB IV

CRITICAL REVIEW EVEDENCE BASE

Pada bab ini, berisikan analisa PICO terhadap tiga jurnal yang diangkat, ketiga jurnal

tersebut antara lain :

I. Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut

Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja

Judul : Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita

Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja

Puskesmas Perhentian Raja

Kata Kunci : Perasan Air Kunyit, Gastritis

Penulis : Diana Safitri, Muhammad Nurman

Analisa PICO :

a. Patient and Clinical Problem (P)

Gastritis sangat mengganggu aktifitas sehari-hari, sehingga dapat mengakibatkan kualitas

hidup menurun, dan kurang produktif. Banyak sekali dampak dari penyakit gastritis ini bagi

kesehatan, jika mengabaikan penyakit ini justru membuatnya semakin parah hingga mengarah

ke komplikasi gangguan kesehatan bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa. Jika gastritis

tidak ditangani dengan pengobatan yang tepat akan menyebabkan terjadinya tukak lambung

atau luka pada lapisan dari dalam lambung(Firman, 2017).

Akibat pengobatan farmakologi yang mengakibatkanefek samping, masyarakat sekarang

mulai mengarah pada pengobatan nonfarmakologi. Kunyit merupakan tanaman obat yang

banayak dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Kunyit merupakan tanaman dari golongan

Zingiberaceaeyang berupa semak dan bersifat tahunan (prennial)yang tersebar di seluruh

daerah tropis (Husniyati, 2018).


Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan

(Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita gastritis yang ada di

di Desa Kampung Pinang Usia 45-54 tahun yang berjumlah 48 orang. Sampel yang

digunakan ialah penderita gastritis yang ada di Desa Kampung Pinang yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 20 orang

b. Intervention (I)

Data gastritis dikumpulkan lewat pengukuran menggunakan skala nyeri, data mengenai

terapi konsumsi perasan air kunyit diambil melalui lembar check-lish yang diberikan kepada

masing-masing responden yaitu data primer dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan

melakukan anamnesa berdasarkan keluhan yang dirasakan penderita, serta melakukan

pengukuran Intensitas nyeri sebelum pemberian perasan air kunyit menggunakan Skala nyeri

dan dilakukan kembali pengukuran setelah mengkonsumsi perasan air kunyit selama 7 hari

lamanya. data sekunder data diperoleh melalui pengumpulan data yang bersifat studi

dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-

referensi yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian.

Penelitian yang dilakukan sekarang pemberian perasan air kunyit ini dengan menyediakan

5 rimpang kunyit dengan dosis 250 mg dengan menambahkan air hangat 60 mldan diberikan

untuk pasien gastritis dalam menurunkan nyeri,dan pemberian percobaan ini dilakuan selama

7 hari beturut-turut diberikan sebelummakan 2 kali sehari, pagi dan sore setelah makan.

c. comparator (C)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skala nyeri pada penderita

gastritis sebelum diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 dengan standar deviasi

0,671. Sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 dengan standar deviasi 0,768.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terjadinya penurunan nyeri

gastritis setelah diberikan perasan air kunyit disebabkan karena senyawa pada kunyit
memiliki sifat anti peradangan dan dapat mengurangi terjadinya inflamasi dan akan

mengurangi nyeri pada penderita gastritis.

d. Outcome ( O)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nyeri gastritis sebelum dan sesudah

diberikan perasan air kunyit, dapat dilihat n merupakan jumlah sampel yaitu 20

responden, rata-rata perbedaan nyeri gastritis sebelum dan sesudah diberikan perasan

air kunyit (mean rank atau peringkat rata-rata) yaitu 10,50. Selanjutnya jumlah

perbedaan nyeri sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit (sum of rank atau

jumlah dari peringkat) yaitu 210.00 dan nilai z (hasil uji wilcoxon) adalah -4.042 serta

nilai signifikan p value0,000, jika nilai signifikan <0,05 maka Ha diterima yaitu ada

pengaruh perasan air kunyit terhadap rasa nyeri penderita gastritis.

II. Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada

Penderita Tukak Lambung Kronis

Judul : Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung

pada Penderita Tukak Lambung Kronis

Kata kunci : Patient, stress, psychosomatic, gastritis, relaxation

Penulis : Tri Subekti, Muhana Sofiati Utami

a. Patient and Clinical Problem (P)

Timbulnya penyakit tukak lambung dipicu oleh stres yang berkepanjangan .

Menurut Syam (2006) secara umum 80 persen penyakit tukak lambung termasuk jenis

fungsional, yaitu tidak diakibatkan kelainan pada sa-luran pencernaan melainkan

disebabkan oleh stres, kurang tidur, dan beban peker-jaan. Duapuluh persen sisanya

termasuk organik, yaitu ada kelainan pada organ pencernaan, seperti luka pada

lambung atau kerongkongan.


Relaksasi merupakan teknik mengu-rangi ketegangan dan kecemasan dengan

latihan melemaskan otot tubuh pada saat dibutuhkan. Tujuan relaksasi diberikan

kepada pasien tukak lambung adalah un-tuk memberikan sebuah teknik mengem-

bangkan perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa sakitnya. Subjek

diperoleh dengan cara pena-waran relawan, dengan kriteria pria atau wanita pasien

tukak lambung yang dipicu oleh stres bukan kerusakan organis yang diketahui melalui

seleksi menggunakan wawancara skrining awal, telah menderita tukak lambung

minimal tiga bulan terakhir, berusia dewasa sehingga dapat mengerja-kan tugas-tugas

yang diberikan selama penelitian, dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas tempat

penelitian.

b. Intervention (I)

Alat Peneltian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis untuk

mencatat observasi selama perlakuan, tape perekam, kaset rekaman relaksasi produksi

bagian psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM, Lembar self repport, skala Keluhan

fisik tukak lambung, skala ketegangan, dan catatan harian relasasi, lembar observasi,

pedoman terapi relaksasi, pedoman wawancara (saat skrining awal, perlakuan, dan

follow up).

Analisis data dilakukan dengan cara visual inspection, yaitu membandingkan

ha-sil pengukuran tingkat ketegangan dan keluhan tukak lambung ketiga subjek pene-

litian. Tingkat ketegangan keluhan tukak lambung dibandingkan antara hasil pengu-

kuran pada saat baseline, perlakuan, dan follow up. Perbandingan tampak pada ke-

naikan atau penurunan yang disajikan melalui tabel dan grafik .

c. comparator (C)

Ketiga subjek dalam penelitian ini menunjukkan penurunan stres dan keluhan

tukak lambung baik pada saat terapi, latihan mandiri maupun pada saat follow up.
Adanya penurunan stres dan intensitas keluhan tukak lambung menunjukkan bahwa

relaksasi yang diberikan sebagai terapi maupun sebagai latihan mandiri (self help)

dapat menurunkan stres dan keluhan tukak lambung.

Penurunan yang terjadi terbukti signi-fikan secara klinis karena berdasarkan data

kualitatif yang diperoleh dengan wawan-ara pada masa follow up terdapat perubah-an

positif dalam kehidupan sehari-hari pada ketiga subjek. Signifikansi klinis merupakan

perubahan positif dalam kehi-dupan sehari-hari subjek (Barlow, 1984; Diekhoff,

2002). Setelah teknik relaksasi diberikan sebagai terapi untuk mengembangkan

keterampilan subjek selama terapi, subjek dapat mempraktekkan dan menerapkan

kemampuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari untuk mengon-trol perilaku

dalam berbagai situasi (Kazdin, 1994).

d. Outcome ( O)

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya bahwa relaksasi dapat

menurunkan ketegangan, keluhan tukak lambung, menurunkan tekanan darah, dan

efektif sebagai terapi komplementer pada penderita psikosomatis ringan (Prawitasari,

1989; Sutrisno, 1998 Utami, 1988; Dendato & Diener, 1986; Lyles, Burish, Krozely,

& Oldham, 1982).

Keberhasilan terapi relaksasi dalam penelitian ini tampak pada penurunan skor

stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Taylor

(1995) bahwa tujuan penerapan teknik relaksasi pada manajemen penyakit adalah

untuk mengurangi kecemasannya sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit.

Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan kecemasan sehingga rasa sakit dapat

berkurang.
III. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Tingkat

NyeriKronis pada Penderita Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid

Judul : Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Tingkat

Nyeri Kronis pada Penderita Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid

Kata kunci : Gastritis; nyerikronis; jus buah pepaya.

Penulis : Indayani, Sigit Priyanto, Enik Suharyanti

a. Patient and Clinical Problem (P)

Penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan nyeri dengan

pendekatanfarmakologis dan non farmakologis.Penanganan nyeri bisa dilakukan

secara farmakologisyakni dengan pemberian obat-obatan. Dengan cara non

farmakologis melalui pemanfaatantanaman obat seperti daun andong, daun jambu biji,

kulit kayumanis, kunyit, lidah buaya,pegagan, pisang batu, putri malu, temu lawak,

dan pepaya(April, 2012).Masyarakatcenderung memandang obat sebagai satu–

satunya metode untuk menghilangkan nyeri.Diantara obat yang digunakan untuk

mengatasi maag adalah antasida. Zat kalsium karbonat dalam antasida

dapatmenetralkan asam lambung yang disertai denganmelepaskan gaskarbondioksida

yang diduga merangsang dinding dengan mencetuskan perforasi dari tukak.Pertama-

tama terjadi peredaan nyeri, tetapi segera disusul oleh rasa nyeri yang lebih

hebatakibat bertambahnya pelepasan asam(Tjay, 2007).

Populasi terjangkau dalampenelitian yang telah dilakukan yaitu penderita

gastritisdi Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Jumlah total penderita

gastritis bulanJanuari tahun 2017 berjumlah 208 orang. Dari total penderita gastritis

tersebut, usiaproduktif (15-65) yang mengalami gastritis sebanyak 165 orang.Tehnik

pengumpulansampel yang digunakan pada penelitian adalah menggunakan

teknikproportionalsampling/sampling berimbang. Sampel yang dibutuhkan dalam


penelitian ini adalah 27orang untuk kelompok intervensi dan 27orang untuk kelompok

kontrol. Jadi,keseluruhan yang dibutuhkan adalah 54 orang.

b. Intervention (I)

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah lembar kuesioner

datademografi responden yang berisi nama, usia, pendidikan, pekerjaan dan

keluhanGastritis beserta lembar kuesioner nyeri dengan alat ukurNumeric Rating

Scale(NRS). NRS merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur nyeri seseorang.

Alat ukurNumeric Rating Scale(NRS) dapat digunakan dengan penilaian skor antara

0-10, skala0 apabila tidak nyeri, skala 1–3 apabila nyeri ringan, skala nilai 4-6 nyeri

sedang,skala 7–9 apabila nyeri berat, dan skala 10 apabila nyeri sangat berat.

Metodepengumpulan data dalam penelitian yang telah dilakukan ke

DinasKesehatan Kabupaten Magelang yang ditujukan kepada Puskesmas Mungkid.

Setelahmendapatkan data dan ijin survei,selanjutnyake desa untuk pengambilan data

yangdilakukanmelakukan undian (Lottery technique).Hari ke-1 minggu

pertama,memberikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisian kuesioner

yang berisikandata demografi, keluhan gastritis, dan skala pengukuran nyeri pada

responden.Menyiapkanjus buah pepaya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP) yangsudah disediakan oleh peneliti. Buah pepaya yang digunakan yaitu buah

pepaya yanghidup dalam satu varietas. Buah pepaya diolah menjadi jus buah pepaya.

Jus buahpepaya diperoleh dengan menghaluskan buah pepaya segar(200 gr) sehingga

menjadijus.

c. comparator (C)

Berdasarkan uji statisitik yang dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon telah

didapatkan perbedaan rata-rata tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan jus buah

pepaya yaitu 0,15 dengan pvalue0,046 yang berarti terdapat pengaruh yang bermakna
setelah pemberian jus buah pepaya terhadap perubahan tingkat nyeri kronis

padapenderita gastritis. Perbedaan skala nyeri sebelum dan setelah diberikan jus

buahpepaya dapat dilihat dari pengukuran nyeri gastritis sebelum dan setelah

diberikan jusbuah pepaya yang dikonsumsi secara oral. Asosiasi internasional untuk

penelitiannyeri(International Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan

nyerisebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkanberkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau

yang dirasakandalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Marandina, 2014).

Sehingga dalampenelitian yang telah dilakukan tingkat nyeri yang dipersepsikan oleh

setiap individuberbeda, selain itu tingkat nyeri yang dipersepsikan antara sebelum dan

setelahdiberikan perlakuan pemberian jus buah pepaya pada setiap individu juga

berbeda.Pengukuran tingkat nyeri yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan

skala tidak nyeri, nyeri ringan dan nyeri sedang. Dalam hal ini asumsi peneliti dengan

skalanyeri ringan dan nyeri sedang masih dapat dilakukan dengan menggunakan

terapikomplementer yang dapat dipraktikkan secara mandiri.

d. Outcome ( O)

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Harish (2013) yang

menunjukkanbahwa pepaya efektif untuk mengobati berbagai masalah dalam

pencernaan yaitudispepsia, hiperacidity, disentri, dan konstipasi. Pepaya membantu

dalam mempercepatproses pemecahan protein didalam lambung karena kaya akan

enzim proteolitik yaituenzimpapain. Hal tersebut juga di dukung oleh penelitian

Joanne (2016) yangmenjelaskan bahwa enzimpapainbanyak ditemukan pada seluruh

bagian tubuh pepaya,kecuali akar dan bijinya.Pada orang yang menderita penyakit

maag, kinerjapencernaannya terganggu akibat peradangan pada dinding lambung

sehinggapenyerapan protein tidak berlangsung secara maksimal. Dengan hal tersebut,


diperlukanpapainuntuk membantu penyerapan protein. Selain itu, papain juga

memiliki peran laindalam penyembuhan maag. Para penderita maag tidak dianjurkan

untuk makanmakanan yang mengandung lemak dan karbohidrat karena dapat

menaikkan asamlambung serta menyebabkanheartburnatau rasa nyeri pada

kerongkongan dan ulu hati.Dalam hal inipapainberfungsi untuk mengurangi lemak

dan karbohidrat sehinggalingkungan asam menjadi lebih sehat.


BAB V
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan komplementer pada keluarga Tn.K

dengan salah satu anggota keluarga yaitu Tn.K sendiri yang merupakan kepala keluarga

menderita gastritis di wilayah kerja puskesmas Sumpur Kudus pada tanggal 10 Mei- 20 Juli .

Maka pada bab pembahasan penulis akan menjabarkan adanya kesesuian dan kesenjangan

yang terdapat antara teori dan kasus. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahap asuhan

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2021 kepada keluarga

Tn.K yaitu dengan wawancara langsung didapatkan beberapa data pengkajian yang

mana Tn.K mempunyai masalah gastritis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu

tekanan darah klien :120/90 mmHg, pernafasan : 18x / i , suhu : 36,7 ºC. Tn.k sering

merasakan nyeri ulu hati, nyeri mendesak keatas, serta mual sampai muntah masih

mengkonsumsi makan yang menyebabkan penyakitnya seperti bakso pedas dan sering

terlambat makan.

Berdasarkan teori yang diungkapkan (Anita, 2012) gejala yang biasa dirasakan

penderita sakit gastritis seperti mual, perut terasa nyeri, perih (kembung dan

sesak) pada bagian atas perut (ulu hati). Biasanya, nafsu makan menurun secara

drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, dan sering

bersendawa terutama dalam keadaan lapar. Sedangkan menurut (Raghavan, 2012)

salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri.

Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri epigastrum. Radang

pada dinding lambung yang terjadi gangguan, maka mukosa akan rusak dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual dan

potensial.

Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang

mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara(menangis,

merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah(meringis, menggigit bibir),

pergerakan tubuh(gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll).Gastritis sangat

mengganggu aktifitas sehari-hari, sehingga dapat mengakibatkan kualitas hidup

menurun, dan kurang produktif. Gastritis akan mengakibatkan sekresi asam

lambung meningkat dan berakibat lambung luka (ulkus) juga dapat menimbulkan

perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCTA) berupa hematemesis (muntah

darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12

(anemia pernisiosa) bahkan mengalami penipisan dinding lambung sehingga

rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Mardalena, 2018).

Berdasarkan hasil pengkajian Tn.K mengatakan sebagai seorang seorang

kepala sekolah ia banyak mengemban banyak tanggung jawab baik dalam mengurus

dua sekolah sekaligus dan juga sebagai kepala keluarga yang memikirkin 3 orang

anakanya yang sedang sekolah. Disamping itu Tn.K sering juga sering keluar daerah

sehingga ia sering menunda makan , dan jika diluar rumah Tn.K seiring

mengkonsumsi makanan yang berbumbu seperti bakso . Saat musim buah durian

Tn.K juga memakannya sehingga menyebabkan magnya kambuh.

Menurut teori yang disampaikan oleh (Widiya, 2017 ) Gastritis adalah

proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan

infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis dapat menyerang seluruh
lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari

beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia

produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala gastritis

karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan

serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan dimana

kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh

pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres .

Dari semua data yang didapat dalam pengkajian pada kasus keluarga dengan

masalah gastritis tampak bahwa secara garis besar penyebab, tanda dan gejala

pada kasus sesuai dengan yang terdapat pada teori. Faktor pendukung dalam

pengkajian ini, adanya kerja sama antara penulis dengan keluarga Tn.K sehingga

pengkajian dapat berjalan dengan lancar, selain itu tersedia buku dan jurnal

referensi sebagai acuan penulis yang memudahkan dalam pengkajian.

B. Diagnosa

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada

pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi

yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan

merupakan sebuah label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di

lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah–masalah aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan), resiko (ancaman kesehata) atau potensial/sejahtera yang mengacu pada SDKI

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ).

Dari sekian banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak seluruhnya

dialami oleh klien. Sesuai dengan data objektif dan data subjektif klien dan hasil scoring
yang dilakukan bersama keluarga maka dirumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan keadaan klien yaitu:

1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

2. Kesiapan peningkatan koping keluarga

3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

Dalam penegakan diagnosa untuk asuhan keperawatan keluarga untuk etiologi sedikit

berbeda dengan asuhan keperwatan lainnya. Etiologi mengacu pada lima fungsi

perawatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat,

modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Intervensi

Intervesi keperawatan adalah bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat

berdasarkan pertimbangan pengetahuan klinis yang bertujuan meningkatkan hasil

perawatan klien. Intervesi keperawatan yang disusun berfokus pada penerapan

keperawatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit

yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Pada kasus Tn.K maupun anggota keluarga yang lain mahasiswa menggunakan

rencana asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari tugas keperawatan keluarga 1

sampai 5, dengan mengaplikasikan 3 buah jurnal yaitu tentang:

1. Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita

Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah Kerja

Puskesmas Perhentian Raja

2. Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung pada

Penderita Tukak Lambung Kronis


3. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Tingkat Nyeri

Kronis pada Penderita Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid

Jurnal pertama dan kedua diterapkan dengan tujuan untuk menurunkan

keluhan nyeri yang dirasakan Tn.K . Dimana Kandungan zat kurkuminoid

dalam kunyit yang berperan sebagai obat herbal yang dibuat dalam bentuk perasan

untuk menghilangkan rasa nyeri pada mukosa lambung yang terluka dan dapat

menurunkan kadar asam lambung yang terdapat pada lambung. Dan tidak hanya

menurunkan kadar asam lambung, perasan kunyit ini dapat mencegah kenaikan

asam lambung juga relaksasi untuk memberikan sebuah teknik mengembangkan

perasaan rileks ketika pasien mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah melakukan

latihan relaksasi beberapa sesi maka seseorang akan mampu menjadi rileks

dengan relatif lebih cepat dan waktu yang singkat bahkan tanpa bantuan terapis.

D. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untukmembantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan

yang lebih baik yang mengembangkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,

2005). Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun yaitu

pemberian perasan air kunyit dan metode relaksasi. Pemberian implementasi ini

bertujuan untuk menurunkan keluhan nyeri pada Tn.K .

1. Pemberian Perasan Air Kunyit

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi.

Keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan proses penyakit.

Keluarga khusunya Tn.K sudah paham dengan perawatan yang dapat dilakukan untuk

penderita gastritis dengan pemberian perasan air kunyit.


Hasil penurunan skala nyeri yang tejadi pada Tn.K juga mengalami penurunan

setiap pada hari ketiga dengan mengkonsumsi perasan air kunyit pada pagi dan sore

hari. Pemberian perasan air kunyit selama tujuh hari terdapat perubahan yaitu skala

nyeri sebelum diberikan perasan air kunyit yaitu skala nyeri 5, setelah diberikan

perasan air kunyit menjadi tidak ada nyeri.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Diana, 2020) mengatakan

bahwa nyeri gastritis sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit, dapat dilihat

n merupakan jumlah sampel yaitu 20 responden, rata-rata perbedaan nyeri gastritis

sebelum dan sesudah diberikan perasan air kunyit (mean rank atau peringkat rata-rata)

yaitu 10,50. Selanjutnya jumlah perbedaan nyeri sebelum dan sesudah diberikan

perasan air kunyit (sum of rank atau jumlah dari peringkat) yaitu 210.00 dan nilai z

(hasil uji wilcoxon) adalah -4.042 serta nilai signifikan p value0,000, jika nilai

signifikan <0,05 maka Ha diterima yaitu ada pengaruh perasan air kunyit terhadap

rasa nyeri penderita gastritis. Penurunan nyeri gastritis setelah diberikan perasan air

kunyit disebabkan karena senyawa pada kunyit memiliki sifat anti peradangan dan

dapat mengurangi terjadinya inflamasi dan akan mengurangi nyeri pada penderita

gastritis.

2. Metode Relaksasi

Pada diagnosa kesiapan peningkatan manajemen kesehatan tindakan yang

dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn.K tentang

mengajarkan pemanfaatan metode relaksasi dalam membantu menurunkan stress serta

keluahan tukak lambung pencegahan bagi anggota keluarga yang beresiko. Setelah

dilakukan implementasi keperawatan didapatkan evaluasi masalah teratasi, keluarga

mampu melakukan perawatan dengan memanfaatkan metode relaksasi.


Perubahan skala nyeri juga didapatkan setelah mengajarkan metode relaksasi

dengan murrotal Al-Qur’an pada Tn.K dengan melaksanaan setiap hari didapatkan

perubahan skala nyeri sebelum mendengarkan murratal Al-Qur’an adalah skala 5 dan

setelah mendengarkan adalah tidak ada nyeri terdapat penurunan kadar nyeri metode

ini dilakukan bersamaan dengan pemberian perasan air kunyit.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan (Tri, 2011) bahwa relaksasi dapat

menurunkan ketegangan, keluhan tukak lambung, menurunkan tekanan darah, dan

efektif sebagai terapi komplementer pada penderita psikosomatis ringan. Keberhasilan

terapi relaksasi dalam penelitian ini tampak pada penurunan skor stres dan keluhan

tukak lambung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Taylor (1995) bahwa tujuan

penerapan teknik relaksasi pada manajemen penyakit adalah untuk mengurangi

kecemasannya sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. Oleh sebab itu

relaksasi dapat menurunkan kecemasan sehingga rasa sakit dapat berkurang.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan Complementary Nursing Case Study setelah praktek

profesi keperawatan keluarga yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :

1. Penuis telah mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit

gastritis dan keluarga telah mulai mampu melakukan tugas-tugas keperawatan

keluarga secara mandiri untuk mencapai serajat kesehatan yang optimal.

2. Penulis telah mampu mentelaah jurnal terkait kasus gastritis sehingga dapat

diterapkan ke keluarga yang sudah diasuh.

3. Penulis telah mampu mengaplikasikan beberapa jurnal untuk perawatan pada

keluarga khususnya untuk penyakit gastritis, dan keluarga telah mulai mampu

menerapkan jurnal tersebut dalam mencapai kesehatan yang optimal.

B. Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Dengan adanya Complementary Nursing Case Study ini diharapkan

dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan tindakan keperawatan

keluarga yang terkait bagi keluarga khususnya bagi keluarga yang menderita

Gastritis.

2. Bagi Masyarakat

Hasil Complementary Nursing Case Study ini diharapkan dapat

memberikan informasi kepada masyarakat tentang perawatan mandiri yang

dapat dilakukan keluarga khususnya keluarga dengan Gastritis di rumah

3. Bagi instansi pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dalam pendidikan

terutama pada kesejahteraan hidup keluarga dengan menerapkan terapi

komplementer sebagai penunjang dari pengobatan farmakologis

4. Bagi penulis

Diharaokan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dibidang perawatan

keluarga dan selalu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai

dengan rencana tindakan

Anda mungkin juga menyukai