Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS JURNAL

PENGARUH PERASAN AIR KUNYIT TERHADAP RASA NYERI PADA

LANSIA PENDERITA GASTRITIS AKUT

OLEH

AYU THIRTA LESTARI, S.KEP

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang

Pada zaman yang semakin modern ini, banyak sekali penyakit yang

ditimbulkan akibat penularan bakteri dan gaya hidup manusia yang mulai

tidak sehat akibat adanya globalisasi, urbanisasi, maupun modernisasi. Salah

satunya adalah penyakit gastritis. Gastritis atau yang biasa disebut maag

adalah penyakit yang sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari.

Gastritis yaitu rasa sakit akibat peradangan atau luka di mukosa dan sub

mukosa lambung. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri ulu hati, mual dan

muntah, lemas, perut kembung, terasa sesak, keringat dingin, pusing,

sendawa, dan lainnya (Ayu Novitasary, Yusuf Sabilu, 2017).

World Health Organization (WHO) menjelaskan tentang insiden

gastritis dibeberapa negara di dunia tercatat sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah

penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%)

Kanada (35%), dan Perancis (29,5%) Sedangkan di Asia Tenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya yang mengalami

gastritis. Gastritis sering biasa dianggap remeh oleh masyarakat yang

mengalaminya, namun gastritis merupakan awal dari suatu penyakit yang

dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas

harian mereka (Handayani, dkk, 2012).


Menurut WHO persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia

adalah 40,8%, dan dibeberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan

prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan

profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu

penyakit dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di

Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Khusna, Luluk Ulyatul, dkk,

2016).

Gastritis mencapai angka yang cukup tinggi di Indonesia.

Departemen Kesehatan RI telah meneliti, bahwa angka kejadian gastritis

dibeberapa kota di Indonesia antara lain di kota Medan telah mencapai angka

91,6%, dan beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,

Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan

Pontianak 31,2% (Sulastri, dkk, 2012).

World Health Organization (WHO) juga telah mengemukakan bahwa

perkiraan angka kematian akibat gastritis di dunia pada tahun 2010 sebanyak

43.817 kasus dan terus meningkat menjadi 47.269 kasus ditahun 2015

(Malda, 2018). Berdasarkan laporan dari rumah sakit di Indonesia tahun

2015, gastritis dan duodenitis adalah penyebab utama kematian di rumah

sakit. Tercatat sebanyak 343 kasus dengan angka kematian rata-rata (Case

Fatality Rate) sebesar 0,4% (Depkes RI, 2016).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya gastritis

mempunyai dua faktor yaitu adanya faktor internal yang mana kondisi yang
dapat menimbulkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan faktor

eksternal yang mana dapat disebabkan oleh iritasi dan infeksi. Selain itu

beberapa penyebab gastritis yang lainnya adalah penggunaan obat aspirin

atau anti radang non steroid yang berlebihan, infeksi kuman Helicobacter

pylori, kebiasaan minum yang mengandung alkohol, selalu merokok, sering

mengalami stres dan kebiasaan minum kopi (Betra, 2015).

Faktor penyebab lainnya yaitu pola makan yang tidak teratur

berdasarkan frekuensi, jumlah, jenis makanan dan cara konsumsi makan

yang salah. Makanan dan minuman yang dapat merangsang terjadinya

gastritis antara lain, kopi, cuka, makanan pedas, alkohol, makanan yang

mengandung gas, bersantan, makanan yang sulit dicerna atau keras dan

makanan lainnya yang dapat menyebabkan peningkatan produksi cairan

lambung sehingga dapat mengurangi kekuatan dinding lambung dan juga

dapat mengakibatkan dinding lambung luka. Oleh karena itu, pencegahan

gastritis yang baik yaitu dengan makan sehat dan teratur (Silvi, dkk, 2017).

Pengobatan gastritis dapat dilakukan secara konvensional maupun

tradisional. Adapun tugas akhir ini membahas penggunakan pengobatan

tradisional yaitu perasan air kunyit untuk meredakan sakit maag. Tanaman

herbal yang dapat digunakan untuk mengobati gastritis salah satunya adalah

Kunyit (Curcuma domestica Val.). Hasil yang baik dan signifikan pada

penggunaan kunyit untuk menangani gastritis. Kunyit dapat memproteksi

mukosa lambung dengan cara meningkatkan sekresi mukus dan dapat


mempunyai efek vasodilator sehingga dapat membantu meningkatkan

pertahanan mukosa lambung. Kurkuminoid dan minyak atsiri adalah

kandungan zat aktif yang dapat melindungi mukosa lambung (Adita, 2010).

Terdapat tiga macam kurkuminoid pada kunyit yaitu kurkumin,

dematoksikurkumin, bisdesmetoksi kurkumin, sedangkan temulawak tidak

mengandung bisdesmetoksikurkumin. Kandungan kurkuminoid kunyit juga

lebih tinggi 7,1% dari pada kandungan kurkuminoid yang berada di

temulawak 5,0%. Sehingga dengan kandungan kurkuminoid kunyit lebih

banyak daripada temulawak dapat lebih efektif dan lebih baik untuk

menangani gastritis (Ibrahim, 2012).

Menurut survei dan penelitian sebelumnya, masyarakat Indonesia

telah menggunakan rimpang kunyit untuk pengobatan berbagai macam

penyakit yang sudah turun temurun berasal yang dari nenek moyang.

Adapun penyakit yang biasa diobati dengan menggunakan kunyit yaitu pre

dan propostpartum, diare, batuk, gastritis, dan masih banyak lagi. Pada kasus

gastritis, penggunaan kunyit mencapai 104 kasus sedangkan temulawak

untuk gastritis hanya 15 kasus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

kunyit untuk penyakit gastritis dimasyarakat lebih banyak dibandingkan

dengan penggunaan temulawak untuk gastritis (Subositi & Wahyono, 2019).

Secara TCM, kunyit bersifat hangat dan bertugas pada meridian hati

dan limpa serta berfungsi melancarkan sirkulasi darah dan mengurangi

adanya rasa nyeri. Selain itu, kunyit memiliki rasa yang pahit dan berefek
dalam mengurangi lembab dan menghilangkan panas (Yanfu, 2000).

Penggunaan kunyit untuk terapi gastritis dengan cara merebus kunyit

sebanyak 20 gram per hari dengan air sebanyak 300 ml untuk 2 kali minum,

setiap pagi dan sore sebelum makan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan

penanganan gastritis menggunakan perasan air kunyit untuk meredakan nyeri

maag (Gastritis)

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang “Pengaruh Konsumsi Perasan Air

Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut”

1.3 Manfaat

A. Manfaat Praktis

1. Bagi program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori

dan bahan bacaan tentang “Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit

Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut”.

2. Bagi Perawat

Dapat memberikan suatu alternatif untuk dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi.“Pengaruh

Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita

Gastritis Akut”.

3. Bagi panti
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi panti

dalam melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi “Pengaruh

Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada Penderita

Gastritis Akut”.

B. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan

tentang “Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri

Pada Penderita Gastritis Akut”.

2. Diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga bisa memberikan ilmu khusus bagi

keperawatan
BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi

ilmiah tahun 2018 – 2020 dengan penelusuran menggunakan data based Google

cendekia/scholar, Pubmed,Proques.

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

a. Lansia

1. Definisi

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila

usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Lansia merupakan tahap

akhir siklus hidup manusia, merupakann bagian dari proses kehidupan yang

tak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini

individu mengalami banyak kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik maupun

mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang

pernah dimilikinya (Utomo ,2015).

2. Batasan Pada Lansia

Batasan menurut (WHO, 2015), lanjut usia meliputi :

(1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

(2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.


(3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.

(4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

3. Penyakit Yang Menonjol Pada Lansia

Menurut Nugroho (2015) penyakit yang menonjol pada lansia yaitu :

(1) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)

(2) Gangguan metabolik DM

(3) Gangguan persendian antritis, sakit punggung, dan terjatuh

(4) Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya

fungsi lagi.

b. Gastritis

1. Definisi

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering

terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi &

Huda Amin, 2015).Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa

lambung.Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting

dalam gangguan saluran pencernaan.Pelepasan epitel dapat merangsang

timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).

2. Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit

lainnya juga dapat menyebakan gastritis.Kontributor gastritis akut adalah


meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang

dimakan, dan penggunaan kokain.Kortikosteroid juga dapat menyebabkan

gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred,

2016).

Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :

a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan

d. Stres

e. Autoimun

Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan gejalanya dan

ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:

1) Nyeri epigastrium

2) Mual

3) Muntah

4) Perut terasa penuh

5) Muntah darah

6) Bersendawa

3. Manifestasi klinis

Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut

penuh. Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:


1) Dapat terjadi ulserasi diagnostic dan dapat menimbulkan hemoragik.

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,

dan anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.

3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak

dimuntahkan.

b. Gastritis kronis

Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu

hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah.

(Dirksen, Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011)

4. Komplikasi

a. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan

saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat

berakhir dengan shok hemoragik.Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di

bedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir

sama. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter

Pylory, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak

lambung. Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi &

Huda Amin, 2015).


 Gastritis kronis

Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena

ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda Amin, 2015).

5. Penatalaksanaan gastritis

 Pengobatan pada gastritis meliputi:

1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan

intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-

gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida

dan istirahat.

1) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam

lambungdan kemudian menurunkan iritasi lambung.

2) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara

menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang

menyebabkan iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)

 Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk

menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien

mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan ajurkan. Bila

gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan

terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang


dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis

diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,

pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya:

alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus

lemon encer atau cuka encer.

2) Bila korosi luas atau berat, 11iagno, dan lafase dihindari karena bahaya

perforasi.

c. Kunyit

1. Definisi

Kunyit merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang sangat mudah

didapatkan. Kunyit biasa digunakan sebgai bahan pelengkap masakan.

Kunyit atau juga disebut kunir adalah tanaman asli Asia Tenggara. Kunyit

mempunyai akar serabut. Selain itu, kunyit juga mempunyai rimpang warna

kuning serta mpu kunyit. Rimpang yang sering digunakan untuk bumbu

memasak. Jika rimpang dipotong atau dibelah , maka rimpang tersebut akan

terlihat kuning yang bisa melekat di tangan. Selain untuk masak, kunyit juga

mempunyai khasiat untuk ramuan herbal (Yati sabe’ih,2013 dalam Diana

Safitri 2020).

Kunyit memiliki kandungan senyawa zat aktif utama berupa

kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid terdiri dari

kurkumin, desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak


atsiri terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, flandren,

sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak,

karbohidrat, protein, vitamin C , karoten, garam-garam mineral (Ocha, 2013

dalam Diana Safitri 2020).

2. Manfaat Kunyit

Menyatakan selain pemanfaatanya sebagai jamu dan obat tradisional,

kunyit juga sering digunakan sebagai bumbu dan rempah, bahan pangan,

pengawet makana, pewarna alami, kosmetik dan bahan untuk upacara adat.

a. Obat tradisional

Kunyit mempunyaikhasiat sebagai jamu dan obat tradisional untuk

berbagai jenis penyakit. Senyawa yang terkandung di dalam kunyit

(kurkumin dan minyak atsiri) memunyai peranan sebagai antioksidan,

anti tumor, anti kanker, anti mikroba, anti pikun dan anti racun

b. Bumbu dan rempah

Kunyit sering digunakan sebagai salah satu bahan utama bumbu pada

masakan ikan dan daging karena dapat menghilangkan bau anyir

c. Pewarna alami

Rimpang kunyit terutama induknya (bulb) banyak mengandung senyawa

pikmen.sebelum ditemukan bahan pewarna sintetis, kunyit sering

digunakan sebagai bahan pewarna alami untuk berbagai jenis makanan,

kosmetik, obat, bahan-bahan tekstil dan batik, kertas anyaman tikar dan

bahan kerajinan lainnya.


d. Bahan kosmetik

Kunyit bersifat mendingankan, membersihkan, menghilangkan bau,

yang tidak sedap dan bersifat anti bakteri. Oleh karena itu sering

digunakan sebagai kosmetik tradisional untuk perawatan kesehatan kulit

wajah dan tubuh.

e. Pengawet makanan

Kunyit mengandung senyawa yang bersifat anti bakteri kuat baik

terhadap bakteri gram positif maupun negative, sehingga kunyit sering

digunakan sebagai pengawet makanan.

3. Cara Mengelola Air Kunyit

Tidak hanya digunakan sebagai rempah, kunyit juga bisa diolah

menjadi air kunyit untuk obat maag. Membuat air kunyit sangat mudah, untuk

membuat air kunyit anda dapat menyiapkan berbagai bahan lain yaitu, 2 ruas

sampai 3 ruas kunyit, Air bersih untuk mencuci, setelah kunyit bersih lalu

parutan kunyit, Saring kunyit yang sudah diparut dan bias langsung di minum.

(Gian Lumniari, 2019).


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


Diana Safitri, Pengaruh Konsumsi Jenis penelitian ini menggunakan metode Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri
Muhammad Perasan Air Kunyit praeksprimen dengan rancangan one group pada penderita gastritis sebelum diberikan
nurman 2020 Terhadap Rasa Nyeri pretest-posttest. Populasi dalam penelitian perasan air kunyit adalah 4,85 dengan standar
Pada Penderita Gastritis adalah seluruh penderita gastritis yang ada deviasi 0,671 dan skala nyeri pada penderita
Akut Usia 45-54 Tahun di di Desa Kampung Pinang Usia 45-54 gastritis sesudah diberikan perasan air kunyit
Di Desa Kampung tahun yang berjumlah 48 orang dengan adalah 2,20 dengan standar deviasi 0,768.
Pinang Wilayah Kerja sampel sebanyak 20 orang. Adapun teknik Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa nilai
Puskesmas Perhentian pengambilan sampel menggunakan p value 0,000 (< 0,05) yang artinya terdapat
Raja purposive sampling. Penelitian dilakukan pengaruh konsumsi perasan air kunyit terhadap
pada pada tanggal 18 – 30 Oktober 2020. Alat penurunan skala nyeri pada penderita gastritis
pengumpulan data lembar check-lish. di Desa Kampung Pinang wilayah kerja
Analisa data yang digunakan dalam Puskesmas Perhentian Raja tahun 2020.
penelitian ini adalah analisa univariat dan Jadi, hasil dari penelitian ini menunjukkan
bivariat. terdapat pengaruh yang signifikan dalam
pemberian air kunyit untuk menurunkan tingkat
nyeri pada penderita gastritis.

Chofizah Nurul Study Kinetika Reaksi : Metode yang dilakukan adalah Eksperimen Dalam penelitian yang peneliti lakukan bahwa
Hikmah, 2019 Ekstrak Kunyit Kuning dan uji aktivitas katalitik secara langsung Hasil eksperimen membuktikan bahwa ekstrak
Dalam Penyembuhan terhadap tanaman kunyit. tanaman kunyit dapat menyembuhkan penyakit
Penyakit Maag maag. Uji aktivitas langsung dilakukan dengan
variasi yang sama selama jangka waktu yang
lama ( 1 bulan ). Jadi, hasil dari penelitian ini
menunjukkan Hasil eksperimen membuktikan
bahwa ekstrak tanaman kunyit dapat
menyembuhkan penyakit maag. Keadaan
optimum ekstrak tanaman kunyit tercapai
dalam kurun waktu 1 bulan
3.2 Pembahasan

Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 60 tahun

keatas. Lansia bukan suatu penyakit, melainkan merupakan tahap lanjut dari

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Salah satu penyakit yang biasa diderita oleh

lansia yaitu gastritis.Lansia yang menderita gastritis dengan rata-rata usia antara

45-65 tahun. Hal disebabkan oleh beberapa factor yaitu kurangnya aktivitas fisik,

gangguan dari perubahan hormonal serta factor genetika, serta kurangnya

pengetahuan penderita gastritis dan keluarga tentang pencegahan, penanganan

dan perawatan dengan baik dan benar (Permatasari, H, dkk. 2018).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifatakut dan kronik. (Price dan Wilson,2012). Gastritis

adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung.Inflamasi ini

mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya

kelainan pada bagian tersebut.Berdasarkan pemeriksaanendoskopi ditemukan

eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan ketidakteraturan bentuk

(iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007). Gastritis yang dibiarkan tidak terawat

akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada

kondisi kesehatan lansia.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Diana Safitri pada tahun 2021 yang

bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap

Rasa Nyeri Pada Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung
Pinang Wilayah Kerja Puskesmas Perhentian Raja sampel sebanyak 20 orang.

Berdasar hasil analisa data dan teori yang telah disebutkan dapat diambil

kesimpulan bahwa. hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan dalam pemberian air kunyit untuk menurunkan tingkat nyeri pada

penderita gastritis.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chofizah Nurul Hikmah, 2019 yang

bertujuan untuk Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning Dalam

Penyembuhan Penyakit Maag. Adanya pengaruh ekstrak tanaman kunyit dapat

menyembuhkan penyakit maag.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis jurnal tentang pengaruh pemberian perasan air

kunyit pada lansia penderita gastritis dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pemberian peasan air kunyit terhadap tingkat nyeri pada lansia

penderita gastritis sehingga efektif untuk digunakan.

4.2 Saran

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal terkait pemberian perasan

air kunyit pada lansia penderita gastritis ini dapat diterapkan oleh seluruh

masyarakat dalam hal mengatasi tingkat nyeri pada penderita gastritis.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M., (2012). Medikel Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.

Diana Safitri dkk, 2020, Pengaruh Konsumsi Perasan Air Kunyit Terhadap Rasa Nyeri Pada
Penderita Gastritis Akut Usia 45-54 Tahun Di Desa Kampung Pinang Wilayah
Kerja Puskesmas Perhentian Raja; Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK

Chofizah Nurul Hikmah, 2017, Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning Dalam
Penyembuhan Penyakit Maag; Universitas Negeri Padang;

Azizah,Sustrani, 2016, Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bandiyah, S, 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Nuha Medika.

Indriana, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Angkow, Julia, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado.

Gustin. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada asien yang
berobat jalan di puskesmas Gulai Bancah kota Bukittinggi tahun 2011.

Megawati, A., & Nosi, H. H. (2014). Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
gastritis pada pasien yang di rawat di rsud labuang baji Makassar

Firdaus,M. F., Sitasiwi, A. J., & Mardiati, S. M. (2017). Efektifitas Ekstrak Biji Pepaya
(Carica Papaya L.)terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L.) Betina. Jurnal Sain
Veteriner (JSV) .35(2), 223-229.

Kusyati, E. & Fauzi’ah, N. (2018).Aloe Vera Efektif Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis. Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIKes)
Karya Husada Semarang. 5(1), 11–19.

Anda mungkin juga menyukai