Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan definisi secara umum seseorang dikatakan lansia apabila usianya 60
tahun keatas baik pria maupun wanita. Sedangkan departemen kesehatan RI menyebutkan
sesorang dikatan berusi lanjut usia mulai dari 55 tahun. Menurut badan kesehatan dunia
atau (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Sustrani.2016).
Proses penuaan berdampak pada aspek kehidupan, baik secara sosial, ekonomi dan
terutama kesehatan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi
organ tubuh akan semakin menurun baik karena factor proses alami yang menyebabkan
perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan tubuh. Salah satu perubahan
yang terjadi pada lansia yakni perubahan pada sistem pencernaan yang merupakan
penyakit utama yang memakan korban karena akan berdampak pada penyakit sepeti
Gastritis. (Indriana, 2012).
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015). Gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang
menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat
merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1.8-2.1
juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%), Jepang
(14.5%), Kanada (35%), dan Perancis (29.5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang
remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan
seseorang.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40.8%,
dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk dalam penelitian.2
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu
penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan
jumlah 30.154 kasus (4.9%)..Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk.
1
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, insiden gastritis di
dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris (22%), China (31%), Jepang (14,5%),
Kanada (35%), Perancis (29,5%), dan 40,8% di Indonesia (Kurnia, 2011). Berdasarkan
profil kesehatan di Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam
10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
30.154 (4,9%). Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
2010 angka kejadian gastritis di provinsi Jawa Tengah mencapai 31,2 %.
Berdasar data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang pada
tahunn2014 jumlah penderita gastritis yaitu 8421 kasus dengan urutan penyakit yang
ketiga dari 20 penyakit yang menonjol. Pada tahun 2015 mengalami penurunan yaitu
5699,dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu 6552 kasus dan masih
menempati urutan ketiga dari 20 penyakit. Berdasar data 29 Puskesmas di Kabupaten
Magelang tahun 2016, penderita gastritis terbanyak berada di Puskesmas Mungkid
dengan jumlah 1574 kasus, kemudian di Puskesmas Salaman 2 berjumlah 1497 kasus,
dan 1478 kasus di Puskesmas Ngluwar. Peneliti melakukan studi pendahuluan di
Puskesmas Mungkid terdapat 208 kasus gastristis pada bulan Januari tahun 2017. Dari
total 208 kasus gastritis tersebut, usia produktif yang mengalami gastritis sebanyak 165
orang. Angka ini menunjukkan bahwa masalah gastritis ini memang ada di masyarakat
dan tentunya harus menjadi perhatian khususnya bagi tenaga kesehatan (Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang, 2016). Penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan nyeri
dengan pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Penanganan nyeri bisa dilakukan
secara farmakologis yakni dengan pemberian obat-obatan. Dengan cara non farmakologis
melalui pemanfaatan tanaman obat seperti daun andong, daun jambu biji, kulit kayu
manis, kunyit, lidah buaya, pegagan, pisang batu, putri malu, temu lawak, dan pepaya
(April, 2012). Masyarakat cenderung memandang obat sebagai satu–satunya metode
untuk menghilangkan nyeri. Diantara obat yang digunakan untuk mengatasi maag adalah
antasida. Zat kalsium karbonat dalam antasida dapat menetralkan asam lambung yang
disertai dengan melepaskan gas karbondioksida yang diduga merangsang dinding dengan
mencetuskan perforasi dari tukak. Pertama-tama terjadi peredaan nyeri, tetapi segera
disusul oleh rasa nyeri yang lebih hebat akibat bertambahnya pelepasan asam (Tjay,
2007). Salah satu alternatif terapi herbal untuk meredakan nyeri adalah dengan teknik
pemberian jus buah pepaya/ Carica papaya (Khakim, 2011).

2
Pepaya merupakan salah satu buah tropis yang mudah dan banyak didapatkan di
seluruh pelosok nusantara. Tanaman pepaya dikenal sebagi tanaman multiguna, karena
hamper seluruh bagian tanaman mulai akar hingga daun bermanfaat bagi manusia
maupun hewan. Untuk pemakaian luar, caranya pepaya direbus lalu airnya digunakan
untuk mencuci bagian yang sakit, atau getah dioleskan pada bagian yang sakit. Sedangkan
untuk pemakaian dalam, dapat digunakan sebanyak 200 gram bahan segar untuk
dihaluskan menjadi jus. Jus buah pepaya (Carica papaya) dapat diperoleh dengan
mengolah buah pepaya segar menjadi jus buah pepaya (Wijayakusuma, 2005 dalam
Khakim, 2011). Menurut penelitian Khakim, Jihan L, 2011, menunjukkan bahwa ada
pengaruh pemberian jus buah pepaya (Carica papaya) terhadap kerusakan histologis
lambung mencit yang diinduksi aspirin. Salah satu kandungan buah pepaya yang berperan
dalam memperbaiki masalah lambung adalah enzim papain (sejenis enzim proteolitik)
dan mineral basa lemah. Enzim papain mampu mempercepat perombakan protein yang
akan mempercepat regenerasi kerusakan sel-sel lambung. Mineral basa lemah berupa
magnesium, kalium dan kalsium mampu menetralkan asam lambung yang meningkat.
Dari hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa peningkatan pemberian dosis jus
buah papaya (Carica papaya) dapat mengurangi dan memperbaiki kerusakan lambung
mencit yang diinduksi aspirin dan tidak menimbulkan efek samping yang nyata.

1.2 Tujuan
Untuk menganalisis jurnal tentang “Pengaruh Jus Buah Pepaya Terhadap Tingkat
Nyeri Pada Lansia Penderita Gastritis ”.
1.3 Manfaat
A. Manfaat Praktis
1. Bagi program Studi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi, teori dan
bahan bacaan tentang “Pengaruh Jus Buah Pepaya Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Lansia Penderita Gastritis”.
2. Bagi Perawat
Dapat memberikan suatu alternatif untuk dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi. “Pengaruh Jus Buah Pepaya
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Lansia Penderita Gastritis”.

3
3. Bagi panti
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi panti dalam
melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi “Pengaruh Jus Buah Pepaya
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Lansia Penderita Gastritis”.
B. Manfaat Teoritis
1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikan suatu pengetahuan tentang
“Pengaruh Jus Buah Pepaya Terhadap Tingkat Nyeri Pada Lansia Penderita
Gastritis”.
2. Diharapkan bisa menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu pengetahuan pada
umumnya dan juga bisa memberikan ilmu khusus bagi keperawatan.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian


Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi ilmiah
tahun 2017 – 2019 dengan penelusuran menggunakan data based Google
cendekia/scholar, Pubmed, Proques
2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis
a. Lansia
1) Definisi
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Lansia merupakan tahap akhir
siklus hidup manusia, merupakann bagian dari proses kehidupan yang tak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami
banyak kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik maupun mental, khususnya kemunduran
dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Utomo ,2015).
2) Batasan Pada Lansia
Batasan menurut (WHO, 2015), lanjut usia meliputi :
(1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
(2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
(3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
(4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3) Penyakit Yang Menonjol Pada Lansia
Menurut Nugroho (2015) penyakit yang menonjol pada lansia yaitu :
(1) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)
(2) Gangguan metabolik DM
(3) Gangguan persendian antritis, sakit punggung, dan terjatuh
(4) Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.
b. Gastritis
1) Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi & Huda Amin,
5
2015). Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan
ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.
Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin,
2011).
2) Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit
lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum
alkohol secara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan
penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID
aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016).
Menurut (Gomez 2012) penyebab gastritis adalah sebagagi berikut :
a. Infeksi bakteri
b. Sering menggunakan pereda nyeri
c. Konsumsi minuman alcohol yang berlebihan
d. Stres
e. Autoimun
Selain penyebab gastritis di atas, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada
juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
1) Nyeri epigastrium
2) Mual
3) Muntah
4) Perut terasa penuh
5) Muntah darah
6) Bersendawa
3) Manifestasi klinis
Gejala gastritis akut adalah anoreksia, mual dan muntah, perasaan perut penuh.
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
a. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi diagnostic dan dapat menimbulkan hemoragik.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia. Disertai muntah dan cegukan.
3) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan.
6
b. Gastritis kronis
Pada gastritis kronis terjadi anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati
setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Dirksen,
Lewis, Heitkemper, Bucher, 2011)
4) Komplikasi
a. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat
berakhir dengan shok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu di
bedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama.
Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar
100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti
dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi & Huda Amin, 2015).
b. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena
ganggguan absorpi vitamin B12 (Hardi & Huda Amin, 2015).
5) Penatalaksanaan gastritis
a. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1) Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
1) Histonin: Dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung
dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
2) Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi ( Ikatan Apoteker Indonesia. 2010)
b. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi: Gastritis akut Diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dan
ajurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan

7
oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (contohnya: alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer.
2) Bila korosi luas atau berat, 11iagno, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
c. Pepaya
1. Definisi
Buah pepaya merupakan tanaman herba dari family Carecacae yang berasal
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar daerah tropis
maupun sub tropis. Yang telah lama dipuja oleh orang Amerika Latin. Sepanyol
dan Portugis membawa penjelajah pepaya kebanyak Negeri subtropis termaksud
India, Philipin, dan Afrika. Buah tropis ini dihormati karena disebut buah para
malaikat oleh Christhoper Colombus, pada abad ke-20 produsen utama adalah
Amerika Serikat pada tahun 1920an (Aqila, Larasati, 2013).
Buah pepaya memiliki empat genus, yaitu carica, jarilla, jacaranta dan
cylicomoroph. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika tropis.
Sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dar Afrika. Nama
pepaya di dalam bahasa Indonesia di ambil dari bahasa Belanda yaitu papaja, dan
kemudian mengadopsi dari bahasa arawak yaitu papaya, namun dalam bahasa
jawa disebut pepaya atau kates. Pohon pepaya umumnya tidak bercabang tumbuh
hingga 5-10 m dengan daun yang berbentuk spiral pada batang pohon bagian atas.
Daunnya menyirip lima tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah
bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. pepaya adalah monodiecious’(berumah
tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin yaitu : tumbuhan jantan,
tumbuhan betina, dan tumbuhan banci ( hermafrodit). Bentuk buah pepaya bulat
memanjang dengan ujung biasanya meruncing, Warna buah ketika muda hijau
gelap dan setelah masak hijau muda hingga kuning (Bonaditya, 2014).
2. Manfaat Buah Pepaya
Rudi, Dr, (2014) menyatakan berkat kandungan nutrisi didalamnya buah
pepaya menjadi buah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Berikut ini
beberapa kasiat kesehatan buah papaya untuk tubuh manusia :

8
1) Mengatasi Gangguan Pencernaan
Buah pepaya mengandung enzim papain dan serat yang membantu
mengatasi masalah lambung dan gangguan pencernaan seperti susah buah air
besar dan efektif untuk mencegah wasir. Selain itu kandungan papain buah
pepaya dapat membunuh parasit yang mengganggu aktivitas pencernaan
dalam usus mengangkat dan mebersihkan racun-racun yang tidak sengaja
diserap tubuh membawanya melalui saluran pembuangan.
2) Mencegah Flu
Kandungan vitamin C pada buah pepaya dapat memperbaiki sistem
imunitas tubuh dan mencegah serangan seperti batuk, pilek, hingga kanker.
3) Menjaga Kesehatan Ginjal
Selain buahnya, biji pepaya juga mengandung nutrisi penting untuk
kesehatan, biji pepaya mengandung flavonoid dan phenotic, zat aktif yang
berperan menjaga kesehatan ginjal.

3. Cara Mengelola Jus Pepaya


Tidak hanya digunakan sebagai buah, pepaya juga bisa diolah menjadi jus. Untuk
membuat jus pepaya, anda dapat menambahkan berbagai bahan lain, seperti air
putih , gula pasir , serta susu kental manis. Membuat jus pepaya sangat mudah,
cukup potong kecil-kecil pepaya dan bahan lain, lalu masukkan ke dalam blender.
Kemudian saring jus yang sudah diblender, sebelum diminum (studi, 2019).

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author/Tahu Judul Metode Hasil Penelitian
n
Indayani, Sigit Pengaruh Pemberian Jus Buah Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang
Priyanto, Enik Pepaya (Carica Papaya) Metode yang digunakan dalam signifikan antara tingkat nyeri sebelum
Suharyanti Terhadap Tingkat Nyeri Kronis penelitian ini adalah quasy dan setelah dilakukan tindakan pemberian jus buah
2018 pada Penderita Gastritis di eksperiment dengan rancangan pepaya (Carica papaya) pada kelompok intervensi
Wilayah Puskesmas Mungkid two group pre and post test dengan p= 0,046 (p<0,05). Tingkat nyeri sebelum dan
with control design. Populasi setelah tidak dilakukan tindakan pada kelompok
dalam penelitian ini berjumlah kontrol dengan p= 0,180 (p>0,05). Selisih tingkat nyeri
208 responden. Sampel yang setelah pemberian jus buah pepaya (Carica papaya)
digunakan sebanyak 54 pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
responden dengan teknik kelompok kontrol p value=0,000
pengambilan sampel (p<0,05). Jadi, hasil dari penelitian ini menunjukkan
menggunakan proportional terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian jus
random sampling. Penelitian buah pepaya (Carica papaya) untuk menurunkan
dilakukan pada bulan Maret- tingkat nyeri kronis pada penderita gastritis.
Mei 2017. Pengukuran tingkat
nyeri penderita gastritis
menggunakan kuesioner

10
Numeric Rating Scale (NRS).
Uji statistik yang digunakan
adalah uji mann whitney
dengan α<0,05..
Fita Kusnul Efektivitas Jus Pepaya dan Aloe Metode yang digunakan dalam Dalam penelitian yang peneliti lakukan bahwa jus
Khotimah, Vera Terhadap Pasien Gastritis penelitian ini adalah metode papaya lebih efektif dari pada ekstrak aloe vera dalam
Sutrisno, Di Puskesmas Purwodadi 1 Quasi Experiment (eksperimen penurunan nyeri pada pasien gastritis. Dari hasil uji
Fitriani 2019 Kabupaten Grobogan semu) dengan pendekatan non Wilcoxon menunjukan p value < 0.005 (0.000 dan
Equivalen Control Group 0.000) Uji mann withney mendapatkan nilai sig 0.018
Design. Sempel yang karena jus pepaya mempunyai rerata 20.12±4.06
didapatkan yaitu 16 responden sedangkan aloevera yang mempunyai rerata
untuk masing-masing 12.88±3.38. Jadi, hasil dari penelitian ini menunjukkan
kelompok. Sehingga jus papaya lebih efektif daripada Ekstrak aloe vera
keseluruhan sempel yang dalam penurunan nyeri pada pasien gastritis.
dibutuhkan 32 responden.
Analisa datanya menggunakan
uji Wilcoxon dan mann
withney dengan bantuan
computerized dengan
menggunakan taraf signifikan
95%.

11
3.2 Pembahasan
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 60 tahun keatas.

Lansia bukan suatu penyakit, melainkan merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Salah satu penyakit yang biasa diderita oleh lansia yaitu gastritis. Lansia

yang menderita gastritis dengan rata-rata usia antara 45-65 tahun. Hal disebabkan oleh

beberapa factor yaitu kurangnya aktivitas fisik, , gangguan dari perubahan hormonal

serta factor genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita gastritis dan keluarga

tentang pencegahan, penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Permatasari, H,

dkk. 2018).

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung

yang dapat bersifatakut dan kronik. (Price dan Wilson,2012). Gastritis adalah inflamasi

(peradangan) dari mukosa lambung.Inflamasi ini mengakibatkan leukosit menuju ke

dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan

pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto

memperlihatkan ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa (Wibowo, 2007).

Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan

memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Indayani pada tahun 2018 yang bertujuan

untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap

Tingkat Nyeri Kronis pada Penderita Gastritis di Wilayah Puskesmas Mungkid dengan

sampel penelitian sebanyak 54 responden yang menderita gastritis. Berdasar hasil analisa

data dan teori yang telah disebutkan dapat diambil kesimpulan bahwa buah pepaya

mempunyai dua mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada

lambung yaitu nyeri. Mekanisme yang pertama buah pepaya mengandung mineral basa

lemah yang berfungsi untuk menetralisir asam lambung sehingga nyeri dapat berkurang,
12
dan mekanisme yang kedua bahwa papaya juga mempunyai kandungan enzim papain

yang mempu mempercepat pemecahan protein didalam lambung karena pada saat terjadi

gastritis enzim pepsin yang berperan dalam pemecahan protein mengalami penurunan

fungsi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fita Kusnul Khotimah pada tahun 2019 yang

bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara jus papaya dan ekstrak aloe vera terhadap

penurunan tingkat nyeri pada pasien gastritis di Puskesmas Purwodadi 1 Kabupaten

Grobogan dengan sampel penelitian sebanyak 16 responden. Adanya pengaruh

pemberian jus papaya terhadap penurunan dispepsia dikarenakan pemberian Jus Pepaya

adanya perbedaan rata-rata nyeri gastritis sebelum dan sesudah dikarenakan pepaya

mengandung Enzim papain mampu mempercepat perombakan protein yang akan

mempercepat regenerasi kerusakan sel-sel lambung. Mineral basa lemah berupa

magnesium, kalium dan kalsium mampu menetralkan asam lambung yang meningkat

dan dapat mengurangi dan memperbaiki kerusakan lambung.

Enzim papain merupakan enzim proteolitik yang mampu mempercepat proses

pemecahan protein di dalam lambung yang akan mempercepat regenerasi kerusakan sel-

sel lambung. Enzim papain terkandung 11,6 % potassium benzylglukosinolate. Sehingga

Enzim papain dapat membantu untuk mengatasi gejala dyspepsia dan gastritis kronik

karena papain bekerja pada saluran cerna .(Jihan, 2011)

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis jurnal tentang pengaruh pemberian jus buah pepaya pada

lansia penderita gastritis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian jus buah

pepaya terhadap tingkat nyeri pada lansia penderita gastritis sehingga efektif untuk

digunakan.

4.2 Saran

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal terkait pemberian jus buah pepaya ini

dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat dalam hal mengatasi tingkat nyeri pada

penderita gastritis.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M., (2012). Medikel Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.
Azizah,Sustrani, 2016, Keperawatan Lanjut Usia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bandiyah, S, 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Nuha Medika.

Indriana, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Angkow, Julia, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado.

Farwati. (2012). Pemberian buah pepaya terhadap tekanan darah penderita gastritis di
wilayah kerja puskesmas ngampilan yogyakarta. Skripsi. Program Pendidikan Ners –
Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

Gustin. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada asien yang
berobat jalan di puskesmas Gulai Bancah kota Bukittinggi tahun 2011.

Joanne, dkk.2016. Pemanfaatan Kulit Buah Pepaya (Carica Papaya) Sebagai Manisan Untuk
Mengurangi Iritasi Lambung. Karya Ilmiah. Yayasan Widya Bhakti.

Khakim, J. L. (2011). Pengaruh Jus Buah Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Kerusakan
Histologis Lambung Mencit

Megawati, A., & Nosi, H. H. (2014). Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
gastritis pada pasien yang di rawat di rsud labuang baji Makassar

Mutamah, K., Arisanti, N., Ruliati. (2014). Behavior Of Gastritis Prevention In Adolescent (
Studies in Diploma III Nursing study program , fourth semester of STIKES ICME
Jombang ),

Firdaus,M. F., Sitasiwi, A. J., & Mardiati, S. M. (2017). Efektifitas Ekstrak Biji Pepaya
(Carica Papaya L.)terhadap Fertilitas Mencit (Mus musculus L.) Betina. Jurnal Sain
Veteriner (JSV) .35(2), 223-229.

Indayani, Priyanto, S., & Suharyanti, E. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya
( Carica Papaya ) Terhadap Tingkat Nyeri Kronis pada Penderita Gastritis di
Wilayah Puskesmas Mungkid. The 7th University Research Colloqium. 6(10), 353–
365.

Kusyati, E. & Fauzi’ah, N. (2018). Aloe Vera Efektif Sebagai Terapi Pendamping Nyeri
Gastritis. Jurnal SMART Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIKes)
Karya Husada Semarang. 5(1), 11–19.

15

Anda mungkin juga menyukai