Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
terutama dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti
antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil
menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian,
memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup
meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000
orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia
di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi
“ledakan penduduk lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative,
dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan
mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik
dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia.
Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok
orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif,
tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya
(Nugroho, 2012).
Lanjut usia (lansia) merupakan dimana seseorang telah mencapai usia
65 tahun ke atas. Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lanjut usia akan mengalami
berbagai perubahan akibat terjadinya penurunan dari semua aspek
diantaranya fungsi biologi, psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini

1
akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk status
kesehatannya (Abdul & Sandu,2016).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5%
yang di urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk
lanjut usia, penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40%
melibatkan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat
dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering
terjadi), akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit
(komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih
cepat terjadi apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga
seorang lanjut usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan
terhadap tekanan mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang
buruk umumnya terjadi: kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan
tahunan, banyak terlihat pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan yang
digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari satu orang
dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh
lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang
kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran
atau tuli 28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang
disebabkan rasa tidak diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang terjadi pada lansia antara lain seperti lansia
mengalami penurunan daya tahan fisik secara terus menerus dan rentan
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Kondisi fisik
lansia mengalami penurunan penampilan seperti pada bagian wajah, tangan,
dan kulit,penurunan fungsi dalam tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan
hati, penurunan kemampuanpanca indra seperti penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan perasa, serta penurunan motorik seperti kekuatan, kecepatan
dan perubahan sistem musculoskeletal (Stastik Penduduk Lanjut Usia
Indonesia, 2014)
Pada lansia sistem muskuloskletal akan mengalami beberapa
perubahan seperti perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan
elastin), berukurangnya kemampuan kartilago untuk bergerasi, kepadatan

2
tulang berkurang, perubahan struktur otot, dan terjadi penurunan elastisitas
sendi (Black Joyce M, 2014). Hal ini menyebabkan sebagian besar dari lansia
mengalami gangguan sistem muskuloskletal, yang menyebabkan nyeri sendi
adalah tanda atau gejala yang mengganggu persendian, nyeri sendi akan
menganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri sendi biasanya akan muncul rasa
tidak nyaman untuk disentuh, muncul pembekakan, peradangan, kelakuan,
dan pembatasan gerakan. Penyakit-penyakit gangguan sistem muskuloskletal
yang menyebabkan nyeri sendi antara lain: osteoritis, ahrtritis gout, ahrtritis
rheumatoid, arthritis infeksi (Aniea, 2016 didalam jurnal Syariffatul, 2014)
Lokasi persendian yang terkena terutama sendi-sendi kecil yaitu sendi
jari tangan dan jari kaki. Bila kristal urat tertimbun pada jaringan diluar sendi
maka akan membentuk atau topus yaitu benjolan bening dibawah kulit yang
berisi kristal urat, kristal urat ini juga dapat menyebabkan timbulnya batu
asam urat (Handryani,2011).
Prevalensi asam urat di Indonesia menduduki urutan kedua setelah
osteoartritis. Prevalensi asam urat pada populasi di USA diperkirakan
13,6/100.000 penduduk, sedangkan diindonesia sendiri diperkirakan
1,613,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan peningkatan
umur (Ari & Liana,2016).
Prevalensi penyakit sendi secara Nasional sebesar 30,3% dan
prevelensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% Prevalensi
penyakit sendi di Riau sebesar 29%dan paling tinggi ditemukan dikampar
(44,1%) diikuti Pekanbaru (39,0%), Indragiri Hilir (9,3%), Kampar (7,4%),
dan Rokan Hilir (5,5%) dan Indragiri Hilir (4,7%) (Riskesdas Provinsi Riau,
2016)
Pengobatan farmakologis yaitu tindakan pemberian obat sebagai
penurunan nyeri. Biasanya dengan pemberian obat-obat analgesik seperti
pemberian obat anti inflamasi nonsterois (OAINS), contoh aspirin dan
ibuprofen. Penggunaan obat-obat analgesik memiliki dampak buruk seperti
rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan, mual, diare, perdarahan tukak,
dapat juga mengakibatkan kerusakan pada ginjal, dan gangguan
kardiovaskuler. Selain analgesik oral biasanya juga dalam nyeri sendi

3
seringkali dengan analgesik topikal seperti balsem. Dalam penggunaan
analgesik topical juga memiliki efek samping seperti rasa terbakar atau
sengatan untuk sementara pada area yang dioleskan (Syafrifatul, 2014)
Pengobatan non farmakologis yaitu tindakan dalam batas keperawatan
yang dapat digunakan untuk nyeri sendi pada lansia (Nurlina, 2010). Selama
ini bila terjadi nyeri terutama nyeri sendi, kebanyakan masyarakan dan
perawat di Rumah sakit ataupun Puskesmas langsung memberikan tindakan
medis (terapi farmakologis) dari pada melakukan tindakan mandiri seperti
meberikan kompres jahe dan air hangat, rebusan air daun salam, dan rebusan
daun sirsak. Adapun terapi non-farmakologis yang dapat digunakan dalam
menurunkan nyeri sendi (Syarifatul, 2014)
Adapun Pengobatan non farmakologis seperti mengompres bagian
sendi jaheadalah obat yang menjadi pilihan utama untuk menurunkan nyeri
sendi pada lansia dengan (Artritis Gout) karena selain tidak memiliki efek
samping bagi kesehatan, obat ini juga mudah dikonsumsi, mudah terjangkau
dalam hal segi ekonomi, dan juga tidak berat untuk dikonsumsi (Syafrifatul,
2014).
Pengobatan non farmakologis bagi pasien asam urat darah pada
dasarnya adalah dengan menjada makanan, mengontrol berat badan,
perubahan gaya hidup, Health Care: Jurnal Kesehatan : olahraga yang cukup,
minum air putih secukupnya. Masyarakat menggunakan pengobatan alternatif
untuk mengatasi berbagai penyakit (Ari & Liana, 2016)
Pemberian kompres ekstrak jahe dapat menurunkan nyeri sendi,
karena jahe dapat meningkatkan kemampuan kontrol terhadap nyeri, Jahe
memiliki rasa pedas dan bersifat hangat. Beberapa bahan dalam jahe
diantaranya gingerol, limonene,alinolenic acid, aspartic, b-sitossterol, tepung
kanji, caprilyc acid, capsaicin, chlorogenic acid, dan parsenol. Efek
farmakologis yang dimiliki jahe, merangsang ereksi penghambat keluarnya
enzim 5-lifooksigenase dan siklooksigenase serta meningkatkan aktivitas
kelenjar endokrin (Heryana, 2009). Menurut Puspaningtyas dan Utami 2013,
jahe sering kali digunakan sebagai obat nyeri sendi karena kandungan ginerol
dan rasa hangat yang ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan

4
memperlancar sirkulasi darah. dan suplai makanan dan oksigen menjadi lebih
baik sehingga nyeri sendi akan berkurang (Syafrifatul, 2014)
Hasil pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 04
November 2019 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 1 Cipayung
Wisma Cempaka yaitu berjumlah 39 WBS.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah
Keperawatan Gerontik penulis melakukan pengkajian di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulia 1 Cipayung Wisma Cempaka. Dengan kewajiban
mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1-
BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gout Arthritis Pada Oma M Wisma Cempaka.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Oma M di Wisma Cempaka.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Oma M.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan dengan gout
arthritis pada Oma M.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan
gout arthritis pada Oma M.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Oma M.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Oma M dengan gout
arthritis.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. DEFINISI LANSIA
Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah
mencapai usia 65 tahun (Touhy & Jett, 2014). Hal ini serupa dengan
yang diemukakan oleh para ahli gerontology yang mengatakan bahwa
seseorang dapat dikatakan lansia apabila telah mencapai usia 65 tahun
(Miller, 2012). Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu
lansia muda dengan rentang usia 65-74 tahun, lansia pertengahan dengan
rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat tua dengan rentang usia 85 tahun
ke atas (Mauk, 2010).
Menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia di Indonesia menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Sehingga setiap penduduk Indonesia yang telah berusia 60 tahun
atau lebih telah masuk dalam kategori lansia. Lansia di Indonesia
diklasifikasikan menjadi (1) kelompok usia prasenilis yaitu berusia 45-59
tahun (2) kelompok usia lanjut yaitu berusia 60 tahun ke atas (3)
kelompok usia risiko tinggi yaitu berusia 70 tahun ke atas ataupun
berusia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan (Departemen
Kesehatan RI, 2009).
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

6
mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Psychologymania, 2013).

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda
umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia menurut adalah sebagai berikut:
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat
tahapan yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat
dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut
UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).

3. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial
ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang
memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan
kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang
hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan
seseorang (Stanley, 2011).

7
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih
mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin
timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka
tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah -
masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan
mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan
psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan
kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi
sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2010).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur
ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit
serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan
yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain
itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan
untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari
ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut
usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria
(Watson, 2010).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat
menyebabkan imobilisasi (Darmojo, 2010).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan
dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini
berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak,
sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah
sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian
besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan
mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai

8
konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang
mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan
dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada
lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini
berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang
telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2010).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada
laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2011).

4. Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori
psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis
imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.
a. Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk
membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya
dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan
diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia
dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel
lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan
terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi
kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein

9
di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari
pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem
imun mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker.
Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh
untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi
terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut
dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa
penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara
berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi
aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri
dari masyarakat.
Teori Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan
dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti
terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu
luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan
penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan
mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru
untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu
daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana
dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus
mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai
dengan dnegan kepribadiannya (Watson, 2011).

5. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

10
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar
tubuh. Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses
perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang
di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
a. Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal
atau pada makromolekular,
b. Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan
kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
c. Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel
normal atau akumulasi substansi
d. Penuaan pada organism
e. Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple
penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh
perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis.
Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri,
temperature, dan penyakit berkemih.

6. Penyakit umum pada lanjut usia


Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua
(Watson,2011) yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
b. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes
melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid
c. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun
penyakit kolagen lainnya

11
d. Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:

a. Gangguan pendengaran
b. Bronkhitis kronis
c. Gangguan tungkai
d. Gangguan pada sendi
e. Dimensia
f. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

7. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah

12
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2011).

8. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Duvall dalam Wong (2010) tugas perkembangan lansia
meliputi:
a. mengalihkan peran bekerja dengan masa senggang dan persiapan
pensiun atau pensiun penuh
b. memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu serta beradaptasi
dengan proses penuaan,
c. mempersiapkan diri untuk menghadapi proses kematian dan
kehilangan pasangan hidup dan/atau saudara kandung maupun teman
sebaya. Sedangkan menurut Erickson tugas perkembangan pada masa
lansia adalah integritas ego (Stolte, 2009).

Menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa


memperhatikan rasa sakit dan proses yang terjadi dalam perjalanannya
menjadi bagian dari tugas ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan lansia berinti pada adaptasi dan penyesuaian terhadap
perubahan yang terjadi pada lansia baik dari fisik, psikologis, dan sosial.

13
B. KONSEP DASAR ARTRITIS GOUT

14
1. DEFINISI
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme
purin yang menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg
/100ml). Ini dapat mempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi
metatarsafalangeal pertama dari ibu jari kaki besar adalah sisi primer yang
terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi lutut dan pergelangan kaki.
(Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2)
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat
pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. (Kapita
Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik
yang penatalaksanaannya mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan
yang tidak memadai, gout dapat menyebabkan destruksi sendi. Kelainan
ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).
Menurut Moreau, Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada
sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri
yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas
pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki,
pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi
pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat
mempengaruhi beberapa sendi.

15
2. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
a. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-
Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi
alcohol (Wibowo, 2011).
b. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat
sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol.
Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga
terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2010).
c. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang
tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat
(carter, 2010).

3. TANDA DAN GEJALA


Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A.
price)
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.

16
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi metatarsophalangeal.
c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak
dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.

4. KLASIFIKASI
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi.

17
2. Nyeri b.d
inflamasi

1. Peningkatan produksi asam


5. PATOFISIOLOGI urat
GOUT

Alkohol, diet tinggi purin Obat-obatan

(Gout primer) (Gout sekunder)

Hipersaturasi dari urat  produksi asam urat  Kadar laktat


plasma dan cairan tubuh

Pengendapan asam urat Hambatan ekskresi asam urat oleh ginjal

Penimbunan di dalam dan sekeliling sendi

Kristalisasi asam urat

Peradangan (inflamasi) Serangan Gout Hiperurisemia

Serangan berulang-ulang Nefrolitiasis

- Atritis Gangguan citra tubuh b.d  ekskresi asam urat oleh ginjal
akut adanya trofi
- Tofi
18
Membentuk kristal asam urat - Proteinuria
Gangguan mobilitas fisik - Hipertensi
Destruksi sendi dan jaringan lunak b.d disfungsi persendian
ringan

Batu ginjal asam urat

Kurangnya pengetahuan
Disfungsi persendian mengenai penyakit b.d tidak
terpaparnya informasi

Resiko cidera

19
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)

b. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.


c. Didapatkan leukositosis ringan
d. LED meninggi sedikit
e. Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)

f. Pemeriksaan cairan tofi


g. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian
Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik
dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan
perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.

7. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan


gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.

Terapi farmakologi

Serangan akut

Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin


200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin

21
berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout
akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan akut.

Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan


kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :

1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.
NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut
adalah :
 Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
 Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
 Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi
cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan
terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor
mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih
rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout
akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini
dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi
yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut

Serangan kronik

22
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan
feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:

1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah


alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).

8. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya proses inflamasi
2. Resiko cidera b.d
3. Defisiensi penetahuan b.d minimnya informasi penyakit.

23
9. ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b.d adanya proses Tujuan: NIC
inflamasi - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Setelah diberikan tindakan
untuk mengetahui pengalaman nyeri
keperawatan 3x 24 jam, diharapkan
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
pertahanan tubuh klien menjadi
- Kontrol lingkungan yang dapat
lebih kuat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Kriteria Hasil: pencahayaan, dan kebisingan.

Mampu mengontrol nyeri - Kurangi factor predisposisi nyeri

Melaporkan nyeri berkurang - Bantu klien dan keluarga untuk mencari

dengan menggunakan dan menemukan dukungan

manajemen nyeri - Tingkatkan istirahat

Mampu mengenali nyeri


Menyatakan nyaman rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
2. Resiko Cidera Tujuan: NIC
- Sediakan lingkungan yang aman dan
Mengontrol resiko
nyaman
Kriteria Hasil :
- Menghindarkan lingkungan yang
Klien terbebas dari cidera

24
Klien mampu menjelaskan berbahaya
cara untuk mencegah cidera - Memasang side rail tempat tidur
Klien mampu menjelaskan - Menepatkan saklar lampu ditempat yang
factor resiko dari lingkungan mudah dijangkau
Mampu memodifikasi gaya - Menyediakan tempat tidur yang nyaman
hidup untuk mencegah injury dan bersih
- Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.

3. Defisiensi penetahuan b.d Tujuan : NIC


minimnya informasi penyakit. - Jelaskan patologi dari penyakit dan
Setelah dilakukan penyuluhan,
bagaimana hal ini berhubungan dengan
diharapkan klien dapat mengerti
antomi dan fisiologi.
informasi tentang penyakitnya
- Gambarkan tanda dan gejala, proses
Kriteria hasil: penyakit yang biasa muncul pada penyakit.

Klien dan keluarga - Identifikasi penyebab

menyatakan pemahaman - Sediakan informasi pada klien dan keluarga

tentang penyakit, kondisi, tentang kondisi.

prognosis dan progam - Diskusikan perubahan gaya hidup yang

pengobatan. mungkin diperlukan untuk mencegah

Klien dan keluarga mampu komplikasi dimasa yang akan dating dan

25
menjelaskan kembali apa yang atau proses pengontrolan.
dijelaskan secara benar. - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan tenaga kesehatan.

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRI

PENGKAJIAN
Nama Perawat : SITI SUGIARTI
Tanggal pengkajian : 04-11-2019
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Oma M
Jenis Kelamin : Prempuan
Tempat & Tgl Lahir : Malang, Jawa Timur 22 Maret 1951 (68
Tahun)
Gol Darah : AB
Pendidikan terakhir : 3 SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
TB / BB : - / 86 kg
Penampilan : Rapih
Ciri-Ciri Tubuh : Gemuk, menggunakan tongkat
Alamat : Gongseng, Cijantung RT/RW 03/01
Telp :-
Orang Yang Dekat Dihubungi : Ibu S
Hubungan Dengan Usila : Adik angkat
Alamat : Gongseng, Cijantung RT/RW 03/01
Telp :-

B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
: Meninggal
: Laki-Laki
: Perempuan
: Hubungan
: Keturunan

27
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : Tidak Bekerja
Alamat Pekerjaan :-
Berapa Jarak Dari Rumah :- Km
Alat Transportasi :-
Pekerjaan Sebelumnya :-
Berapa Jarak Dari Rumah : - Km
Alat Transportasi :-
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :-
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (WBS tinggal di Panti)
Tipe Tempat Tinggal : (Wisma Cempaka) Bersih, luas, gelap
Jumlah Kamar : 1 ruangan 39 bad
Jumlah Tongkat : Oma M menggunakan 1 tongkat
Kondisi Tempat Tinggal : Bersih, rapih
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Ada 39 WBS
Derajat Privasi :-
Tetangga Terdekat :-
Alamat / Telepon : PSTW Budhi Mulia 1 Cipayung
E. RIWAYAT REKREASI
Hobi / Minat : Masak
Keanggotaan Organisasi : Tidak mengikuti organisasi karena kaki sakit
Liburan / Perjalanan : Tidak mengikuti, karena kaki sakit
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : Perawat ada yang tinggal dipanti
Rumah Sakit :-
Jaraknya :-
Klinik : ada
Pelayanan Kesehatan Di Rumah :-
Makanan Yang Dihantarklan :
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan Keluarga : -

28
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Pengajian
Yang Lainya : Oma M mengatakan “saya biasa melipat baju semua
WBS”

H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Selama Setahun Yang Lalu
Oma M mengatakan “setahun yang lalu saya pernah dirawat di RS Duren
Sawit karena batuk sudah 3 minggu tidak sembuh-sembuh, dan Dokter
mengatakan saya sakit ASMA, Saya pikir saya menderita Tb ternyata bukan”
Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang Lalu
Oma M mengatakan “lima tahun yang lalu saya punya maag lambung, dan
saya masih bisa berjalan dan sering memasak untuk kegiatan acara di
masyarakat contohnya pengajian, nyeri lutut ini dirasain sudah dari 3 tahun
yang lalu pada saat di masukan ke Panti Cengkareng”
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan
Oma M mengatakan “saya mngerti tentang penyakit saya, paling saya hanya
mengatur pola makan saya, karena dipanti ini semua makanan nya sama jadi
kalau ada lauk yang memang tidak boleh dimakan saya sisihkan, dan saya
mengkonsumsi obat yang diberikan perawat sini saja, jika kaki saya terasa
nyeri saya oleskan pake balsem dan pijat-pijat”
Obat-obatan :
No Nama Obat Dosis Keterangan
1. Amlodipine 1 x 10 mg Pagi
2. Captropil 1 x 25 mg Sore
3. Allupurinol 2 x 100 mg
4. Piroxicam 2x1
5. Antasida 2x1
6. Salbutamol 2x1
7. Vit B-Complex 2x1

Alergi (Catatan Agen Dan Reaksi Spesifik)


Obat-Obatan : -

29
Makanan : udang
Faktor Lingkungan :-

Penyakit Yang Diderita :


Artritis Gout

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI


Indeks Kats :A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi : WBS tidak ada menggunakan oksigen
Cairan & Elektrolit : Minum ≤ 1 L
Nutrisi : Makan 3x sehari (habis)
Eliminasi : BAB dan BAK mandiri dan tidak ada gangguan
Aktivitas : Oma M mandiri dalam menjalankan aktifitas
kebutuhan dirinya
Istrahat & Tidur : Teratur, terbangun jika ingin ke kamar mandi saja
Personal Hygiene : Bersih dan Mandiri
Seksual :-
Rekreasi : WBS tidak mengikuti rekreasi karena kaki sakit
Psikologis : WBS tidak ada gangguan
Prsepsi Klien
 Konsep Diri : WBS merespon dengan baik apa yang saya tanyakan
 Emosi : WBS terlihat bisa mengontrol diri
 Adaptasi : WBS terlihat sabar dan tegas
 Mekanisme Pertahanan Diri : Baik (tidak melawan)

J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : WBS sadar dan merspon dengan baik ketika di
wawancara
Tingkat kesadaran : Compos Mentis
Skala koma glasgow : E4V5M6
Tanda-tanda vital : TD : 140/90 Mmhg, Hr: 86 x/menit, Rr: 22 x/menit,
S: 36,7oC

30
Pengkajian fisisk :
1. Kepala : Bersih, beruban dan tidak ada benjolan
2. Mata, telinga, hidung : Mata simetris, telinga bersih dan simetris,
hidung simetris dan tidak ada polip
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
4. Dada & punggung :Dada simetris, punggung terlihat
membungkuk sedikit ketika berjalan
5. Sistem pencernaan : Tidak ada gangguan
6. Ekstremitas atas & bawah :Ekstremitas atas tidak ada gangguan,
Ekstremitas bawah : kedua kaki WBS sakit dan mengeluh nyeri, tingakt
nyeri skali 4 (sedang), dan menggunakan alat bantu (tongkat), nyeri yang
sangat sakit pada kaki kiri.
7. Sistem immune : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10. Sistem persyarafan : Tidak ada kelainan
11. Sistem pengecapan : Tidak ada kelainan
12. Sistem penciuman : Tidak ada kelainan
13. Tactil respon : Tidak ada kelainan

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ):
fungsi intelektual utuh
2. Mental-mental state exam (MMSE)
Tidak ada gangguan kognitif
3. Investaris depresi beck
Depresi ringan
4. Indeks KATZ
A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
dari satu fungsi tersebut.

31
5. Indeks barthel
Ketergantungan ringan
6. APGAR keluarga
Skoring 8
7. Penilaian Gizi
-
8. Penilaian Keseimbangan Berg
Didapatkan skor 10 berarti WBS dalam kategori resiko jatuh sedang

L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium: Tidak ada
2. Radiologi: Tidak ada
3. EKG: Tidak ada
4. USG: Tidak ada
5. CT-Scan: Tidak ada
6. Obat-Obatan:

SHORT PORTBALE MENTAL STATUS QUESTIONNSIRE (SPMSQ)


(penelitian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manuka)

32
Score No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 1. Tanggal berapa hari ini? Tanggal 5
1 2. Hari apa sekarang ini? Hari selasa
1 3. Apa nama tempat ini? Wisma Cempaka
Berapa nomor telepon anda?
4a. Dimana alamat anda? PSTW Budhi Mulia
1 4. (tanyakan bila tidak memiliki Cipayung
telepon)
1 5. Berapa umur anda? 68 tahun
1 6. Kapan anda lahir? 22 Maret 1951
1 7. Siapa presiden indonesia Jokowi
sekarang?
1 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
1 9. Siapa nama kecil ibu anda? Titi Maryati
Kurangi 3 dari 20 dan tetap 20-3 = 17 √
1 10. pengurangan 3 dari setiap 17-3 = 14 √
angka baru, semua secara 14-3 = 11 √
menurun 11-3 = 8 √
10 Jumlah kesalahan total 0
Dari pfeiffer E (1975)
Keterangan:
1. kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
2. kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
3. kesalahan 5-7 = kerusakan intelektual sedang
4. kesalahan 8-10 = kerusakan intelektual berat

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)


(mengkaji Aspek – Aspek Kongnitif Dari Fungsi Mental)

33
Nama responden : Oma M
Umur : 68 Tahun

Item Tes Nilai Nilai


Max
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari 5 5
apa?
2. Kita berada dimana? (negara),(provinsi), (kota), 5 5
(gedung), (ruangan)
REGISTRASI
3. Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda 3 1
kelompoknya selang 1 detik (missl Apel, Uang
meja) responden meminta mengulanginya. Nilai 1
untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai
responden dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4. Pengurangan 100 dengan 7 secara berturut. Nilai 1 5 0
untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan selama 5
jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata
“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; missalnya uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RICALL)
5. Responden diminta menyebut kembali 3 nama 3 2
benda di atas
BAHASA
6. Responden diminta menyebutkan nama benda yang 2 2
ditunjukkan (perlihatkan pensil dan jam tangan)
7. Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa 1 2
kalau dan atau tetapi”
8. Responden diminta melakukan perintah “ambil 3 3
responden diminta melakukan perintah “ambil
kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua
dan letakkan di lantai”
9. Responden diminta membaca dan melakukan yang 1 3

34
dibacanya : “pejamkan mata anda”
10. Responden diminta menulis sebuah kalimat secara 1 1
spontan
11 Responden diminta menyalin gambar 1 1

Skor Total 30 25
Interprestasi nilai:
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat

INVENTARIS DEPRESI BECK

Score Uraian

A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.

35
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Say merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri.
H. Menarik diri sendiri
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semunya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri

36
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasa.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0 – 4 Depresi tidak ada atau minimal.
5 – 7 Depresi ringan.
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.

INDEKS KATZ
(indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan seharihari)

37
Score Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
A kamar kecil, berpakaian
dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
dari satu fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
C mandi dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
D mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
E mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
F mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain diklasifikasi sebagai C,D,E atau F.

INDEKS BARTHEL (IB)

No Item yang dinilai Skor Nilai

38
0 = tidak mampu
1. Makan (feeding) 1 = butuh bantuan memotong, mengoles 2
mentega dll.
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain 1
2. Mandi (Barthing) 1 = mandiri
0 = membutuhkan bantuan orang lain 1
3. Perawatan Diri 1 = mandiri dalam perawatan muka,
(Grooming) rambut, gigi, dan bercukur
0 = tergantung orang lain 2
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu (miss mengancing
(Dressing) baju)
2 = mandiri
0 = inkontinensia atau pakai kateter dan 2
5. Buang Air Kecil tidak terkontrol
(bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu 2
6. Buang Air Besar enema)
(Bladder) 1 = kadang inkontinensia sekali seminggu
2 = kontinensia teratur
0 = tergantung bantuan orang lain 2
7. Penggunaan 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat
Toilet melakukan beberapa hal sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
8. Transfer 1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = immobile (tidak mampu) 3
9. Mobilitas 1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat

39
bantu seperti, tongkat)
0 = tidak mampu 1
10. Naik Turun 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
Tangga 2 = mandiri
Interprestasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

APGAR KELUARGA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial

No Uraian Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 1


keluarga (teman-teman) saya untuk bantu Adaptation

40
pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-


teman) saya membicarakan sesuatu dengan Partnership 1
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya.

3. Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)


saya menerima dan mendukung keinginan Growth 2
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
baru.

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-


teman) saya mengekspresikan efek dan Affection 2
berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan Resolve 1


saya menyediakan waktu bersama.

Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
Selalu : skore 2 Total 8
Kadang-kadang : skore 1
Hampir tidak pernah : skore 0

41
Penilaian Keseimbangan

No Kriteria Normal Gangguan


A Perubahan posisi/ gerakan keseimbangan 0 1

1 Bangun dari kursi 0 1


2 Duduk ke kursi 0 1
3 Menahan dorongan pada sternum 0 1

4 Mata tertutup 0 1

42
5 Perputaran leher 1 0
6 Gerakan menggapai sesuatu 1 0
7 Membungkuk 1 0
B Komponen gaya berjalan 0 1
1 Berjalan sesuai perintah 1 0
2 Kemampuan mengangkat kaki saat 0 1
berjalan
3 Kesimetrisan langkah 0 1
4 Penyimpangan jalur saat berjalan 0 1

5 Berbalik 0 1
Interprestasi :
- 0–5 : risiko jatuh
- 6 – 10 : risiko jatuh sedang
- 11 – 13 : risiko jatuh tinggi

43
ANALISA DATA
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Data Subjektif : Produksi Asam Urat > 6,4 Nyeri Kronis
- Oma M mengeluh nyeri pada kedua lututnya terutama D.0078
lutut kaki sebelah kiri. Gg metabolisme purin
- Oma M mengatakan “saya takut kalau nyeri ini semakin
parah” Gout
- Oma M mengatakan “nyeri pada saat mau berjalan dan
ketika berjalan terlalu jauh terus mau duduk itu sakit Dalam dan sekitar sendi
rasanya”
Data Objektif : Erosi tulang rawan, proliferasi
- Oma M menggunakan tongkat dan ketika berjalan terlihat sinovial, & pembentukan pemus
hati hati dan oma M pada saat dikaji tidak bisa berjalan
mundur. Mekanisme peradangan
- Pola tidur berubah oma M mengatakan “saya tidur
kadang 5 jam kadang 7 jam, tidak teratur. Apalagi kalau Sirkulasi darah daerah radang
lagi terasa nyeri saya suka terbangun dan diurut sendiri”

44
- Pada saat dikaji tingkat nyeri terdapat skala nyeri 5 Vasodilatasi dari kapiler
(sedang)
Eritema panas

Nyeri

Kondisi muskuloskeletal kronis


2. Data Subjektif : Struktur dan fungsi organ tubuh Gangguan mobilitas fisik
- Ny.M mengatakan “saya sering merasa sakit menurun D.0054
pada kaki (lutut)”
- Ny M menagatakan kaki kanan sudah mulai Defisit morotik berupa hemiparese
terasa sakit
- Ny.M mengatakan jika tanpa tongkat susah Penurunan kekuatan otot
berjalan.
- Ny.M
  mengatakan “kalau ketika saya Lansia mengalami kelemahan
berkerja tiba-tiba nyeri lutut, langsung
berhenti dulu duduk mba sampai sakitnya Menghambat gangguan mobilitas fisik
hilang”
- Ny.M mengatakan “ biasanya saya Cuma Ketergantungan total

45
minum obat yang di berikan dari perawat
panti dan di pijat-pijat saya tidak tau cara lain
untuk mengurangi nyerinya”
Data Objektif:
a. Usia Mbah M 68 tahun
b. Mbah M mengalami kesulitan berjalan
c. Tampak memegang lututnya yang sakit
d. Memakai tongkat
e. Kaki sebelah kiri sedikit miring
f. Skala nyeri 3 (ringan)
3. Data Subjektif : Peradangan (Inflamasi) Resiko Jatuh
Oma M berkata “karena nyeri lutut ini mbak, saya dikirim ke D.0143
panti, keluarga saya mengira ini penyakit kencing manis, Serangan berulang-ulang
pertamanya nyeri lutut kiri tapi semakin kesini dua-duanya
sakit dan saya memakai tongkat ini pada saat di panti sini Atritis akut
saja dulu saya tidak menggunakan tongkat”
Oma M berkata “Dulu mbah pernah ketabrak motor oleh Destruksi sendi dan jaringan lunak
anak sekolah”
Data Objektif: Disfungsi persendian

46
g. Usia Mbah M 72 tahun
h. Oma M mengalami kesulitan berjalan Mengalami kesulitan berjalan
i. Oma M berjalan menggunakan tongkat
j. Total score keseimbangan adalah 10 yang menunjukkan Berjalan tidak stabil (resiko jatuh)
resiko jatuh
Penggunaan alat bantu berjalan

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
3. Resiko Jatuh (D.0143)

47
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
NO DIAGNOSA TUJUAN Dan KH INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis Tujuan: Kompres Panas I.08235 1. Untuk mengetahui kondisi kulit
Setelah dilakukan intervensi Observasi agar tidak terjadi kesalahan pada
keperawatan 2 x 24 jam 1. Identifikasi kondisi kulit yang akan kulit yang normal
1. Tingkat Nyeri dapan dilakukan kompres panas 2. Untuk mengetahui perubahan atau
menurun 2. Monitor iritasi kulit atau kerusakan kondisi setelah dialakukan kompres
L.08066 jaringan selama 5 menit pertama 3. Untuk memberikan kenyamanan
Kriteria Hasil: Terapeutik dan kemudahan terhadap klien
2. Keluhan nyeri dapat 3. Pilih metode kompres yang nyaman 4. Agat tidak salah pada saat
menurun (5) dan mudah didapat melakukan tindakan dan tidak
3. Pola tidur dapat 4. Pilih lokasi kompres merusak kulit yang normal
membaik (5) 5. Balut kompres hangat jahe dengan 5. Untuk memberikan rasa nyaman

48
4. Tekanan darah dapat pelindung terhadap klien
menurun (5) 6. Lakukan kompres hangat jahe pada 6. Untuk menghindari terjadinya
daerah yang nyeri kesalahan yang tidak diinginkan
Edukasi 7. Agar klien dapat mengerti dan
7. Jelaskan prosedur penggunaan mengetahui manfaat tindakan yang
kompres jahe akan dilakukan.
2. Gangguan mobilitas Tujuan: Dukungan Ambulasi I.06171 1. Untuk mengetahui kondisi fisik
fisik Setelah dilakukan intervensi Observasi pasien sebelum latihan
keperawatan 2 x 24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Untuk mencegah terjadinya hal
Mobilitas fisik meningkat keluhan fisik lainnya yang tidak diinginkan selama
L.05042 2. Monitor kondisi tekanan darah latihan
Kriteria Hasil: sebelum memulai ambulasi 3. Mempermudah pasien untuk
1. Pergerakan ekstremitas Terapeutik melakukan aktifitas ambulasi
cukup meningkat (4) 3. Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan 4. Untuk mempertahan otot pasien
2. Kekuatan otot meningkat alat bantu (tongkat) agar tidak kaku
(5) Edukasi
3. Rentang gerak ROM 4. Ajarkan ambulasi sederhana yang
Meningkat (5) harus dilakukan (berjalan dari
4. Kelemahan fisik tempat tidur ke kursi roda, berjalan

49
menurun (5) menaiki dan turun tangga, berjalan
sesuai dengan toleransi)

3. Resiko jatuh Tujuan: Pencegahan Jatuh I.14540 1. Untuk mengetahui penyebab resiko
Setelah dilakukan intervensi Observasi jatuh
keperawatan 2 x 24 jam 1. Identifikasi faktor risiko jatuh (usia) 2. Untuk mengetahui kemampuan
- Tingkat jatuh menurun 2. Monitor kemampuan berpindah dari otot pasien
L.14138 tempat tidur ke kursi dan sebaliknya 3. Untuk mencegah terjadinya jatuh
- Keseimbangan meningkat Edukasi 4. Untuk mempermudah kita
L.05039 3. Anjurkan pasien menggunaakan alas memantau kondisi pasien dan
Kriteria Hasil: kaki yang tidak licin mencegah kejadian yang tidak
- Jatuh saat berjalan cukup 4. Anjurkan pasien berkonsentrasi diinginkan
menurun (4) untuk menjaga keseimbangan tubuh 5. Untuk menhindari terjadinya jatuh
- Jatuh saat di kamar mandi 5. Anjurkan pasien melebarkan kedua
cukup menurun (4) jarak kaki untuk meningkatkan
- Kemampuan duduk tanpa keseimbangan saat berdiri
sandaran meningkat (5)
- Kemampuan bangkit dari

50
posisi duduk meningkat
(5)
- Keseimbangan saat
berjalan cukup meningkat
(4)

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA


Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
Hari Ke-1 (05-11-2019) Minggu I
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
05-11 Nyeri Kompres Panas I.08235 S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Observasi ketika berubah posisi. Terasa panas
1. Mengidentifikasi kondisi kulit yang akan sekarang neng”
dilakukan kompres O : - Ektremitas bawah: kedua lutut sakit
Respon: tidak ada pembengkakan, atau - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 89

51
kemerahan pada area lutut x/menit RR: 20 x/menit Suhu:
2. Monitor iritasi kulit atau kerusakan jaringan 36,50C
selama 5 menit pertama A : Masalah tidak teratasi
Respon: tidak ada iritasi pada kulit pasien P: Lanjutkan intervensi
Terapeutik - Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan
3. Pilih metode kompres yang nyaman dan dari nyeri selama
mudah didapat beraktivitas/berpindah
Respon: kompres jahe dengan dibalut handuk - Lakukan kompres jahe selama satu
basah selama 20 menit minggu 3 kali untuk mengetahui
4. Pilih lokasi kompres apakah nyeri berkurang setelah
Respon: kedua lutut pasien dilakukan kompres jahe
5. Balut kompres hangat jahe dengan pelindung - Jadwalkan kompres jahe
Respon: balut dengan handuk kecil - Lakukan dextraksi (mis:
6. Lakukan kompres hangat jahe pada daerah mendengarkan musik, membaca
yang nyeri buku cerita, dll)
7. Respon: pasien mengatakan tersa panasnya
setelah menunggu 10 menit
Edukasi
8. Jelaskan prosedur penggunaan kompres jahe

52
Respon: pasien mengerti apa yang saya
jelaskan dan mengikuti arahan yang saya
berikan Siti

05- Gangguan mobilitas Dukungan Ambulasi I.06171 S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
11- fisik Observasi ketika berubah posisi.”
2019 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan O : - Ektremitas bawah: kedua lutut sakit
fisik lainnya - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 98
10:00 Respon: pasien mengatakan nyeri pada x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 370C
kedua lutut, lutut sebelah kiri terasa lebih A : Masalah tidak teratasi
sakit P: Lanjutkan intervensi
2. Memonitor kondisi tekanan darah sebelum - Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan
memulai ambulasi dari nyeri selama
Respon:130/90 mmhg, pasien mengatakan beraktivitas/berpindah
tidak pusing - Lakukan latihan ROM aktif atau
Terapeutik pasif
3. Memfasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat - Jadwalkan latihan ROM aktif atau
bantu (tongkat) pasif
Respon: pasien mempunyai tongkat untuk

53
berjalan
Edukasi
4. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (berjalan menaiki dan turun tangga,
berjalan sesuai dengan toleransi)
Respon: pasien terlihat hati-hati, konsentrasi
dan mengikuti intruksi yang saya berikan Siti

05- Resiko jatuh Pencegahan Jatuh I.14540 S: Mbah M berkata “dulu saya masih bisa
11- Observasi berjalan dan sering memasak untuk
2019 1. Mngidentifikasi faktor risiko jatuh kegiatan acara di masyarakat contohnya
Respon: usia 68 tahun, Total score pengajian, sekarang harus bersyukur
10:00 keseimbangan adalah 10 yang menunjukkan masih bisa berjalan walupun
resiko jatuh sedang menggunakan alat bantu neng”
2. Memonitor kemampuan berpindah dari O :
tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya 6. Usia Mbah M 68 tahun
Respon: pasien terlihat pelan-pelan saat 7. Mbah M mengalami kesulitan berjalan
berpindah dan berpegangan pada objek 8. Total score keseimbangan adalah 10
terdekat yang menunjukkan resiko jatuh sedang

54
Edukasi 9. Klien kooperatif dan mengikuti
3. Menganjurkan pasien menggunaakan alas instruksi ajaran yang dijelaskan
kaki yang tidak licin A : Masalah tidak teratasi
Respon: pasien memakai sandal karet P : Lanjutkan intervensi:
4. Menganjurkan pasien berkonsentrasi untuk - Ajarkan tentang upaya pencegahan
menjaga keseimbangan tubuh jatuh
Respon: pasien terlihat konsentrasidan hati- - Jelaskan kepada pasien tujuan dan
hati pada saat melakukan aktifitas rencana dari latihan keseimbangan
5. Menganjurkan pasien melebarkan kedua jarak - Ajarkan latihan terapi: keseimbangan
kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berjalan
berdiri - Beri apresiasi setiap apa yang
Respon: pasien mengatakan “mari kita coba dilakukan oleh pasien
melatih keseimbangan” - Anjurkan melakukan gerakan
keseimbangan secara mandiri
- Jadwalkan kembali untuk latihan
Siti

55
CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
Hari Ke-2 (06-11-2019) Minggu ke I
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
06-11 Nyeri 1. Mengkontrol lokasi dan ketidaknyamanan S : Mbah M berkata “ kaki masih sakit”
-2019 dari nyeri selama beraktivitas/berpindah O: Skala nyeri 5 (sedang)
Respon: Oma M mengatakan “tidak nyaman TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 79 x/menit
pada bagian kedua lutut ini, kalau engga RR: 20 x/menit Suhu: 360C
disuntik mah engga bakal sembuh-sembuh A: Masalah tidak teratasi
neng” P : Lanjutkan intervensi
2. Melakukan kompres jahe selama satu minggu - Identifikasi skala nyeri
3 kali untuk mengetahui apakah nyeri - Identifikasi kondisi kulit yang akan
berkurang setelah dilakukan kompres jahe dilakukan kompres panas
Respon: kompres minggu pertama ke 2x pada - Monitor iritasi kulit atau kerusakan
tanggal 07-11-2019 jaringan selama 5 menit pertama

56
3. Lakukan dextraksi (mis: mendengarkan - Jadwalkan kompres jahe
musik, membaca buku cerita, dll)
Respon: wbs mengatakan setiap pagi selalu
mendengarkan music dan membuat nyaman
4. Menjadwalkan kompres jahe
Respon: kompres dilakukan 2 kali sehari,
selasa 07-11-19” Siti
06- Gangguan mobilitas 1. Mengontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
11- fisik nyeri selama beraktivitas/berpindah ketika berubah posisi.”
2019 Respon: Oma M mengatakan “tidak nyaman O : skala nyeri 5 (sedang), pada saat
pada bagian kedua lutut ini, kalau engga melakukan ROMkekuatan kedua lutut tidak
10:00 disuntik mah engga bakal sembuh-sembuh sepenuhnya bisa melakukan, dari 180 %
neng” hanya 90%
2. Melakukan latihan ROM aktif atau pasif TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 79 x/menit
Respon: kekuatan kedua otot kaki oma M RR: 20 x/menit Suhu: 360C
sulit untuk melakukan gerakan kaki hanya A : Masalah tidak teratasi
bisa P: Lanjutkan intervensi
3. Menjadwalkan latihan ROM aktif atau pasif - Observasi ketidaknyamanan dari nyeri
Respon: tanggal 07 november akan selama beraktivitas/berpindah

57
melakukan latihan ROM - lakukan latihan ROM aktif atau pasif Siti
sesuai yang sudah dijadwalkan
07 Resiko jatuh 1. Mengajarkan tentang upaya pencegahan jatuh S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-11- Respon: Menganjurkan untuk memakai ketika berubah posisi. Oma M masih
2019 sendal yang tidak licin, alas kamar mandi mengeluh nyeri”
tidak licin, kamar mandi tidak licin dan O : - Oma M terlihat menggerakan latihan
10:00 mengajarkan latihan keseimbangan belajar keseimbangan sesuai dengan apa
2. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan yang diajarkan
rencana dari latihan keseimbangan Skala nyeri 5 (sedang)
Respon: untuk mencegah resiko jatuh TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 79 x/menit
3. Mengajarkan latihan terapi: keseimbangan RR: 20 x/menit Suhu: 360C
berjalan A : Masalah teratasi
Respon: oma M melakukan sesuai dengan P: Intervensi dihentikan
instruksi yang saya berikan, (keseimbangan
yang diajarkan yaitu ketika menaiki tangga
dan turun tangga dan berjalan ditempat
datar)
4. Memberi apresiasi setiap apa yang dilakukan
oleh pasien

58
Respon: oma M senang ketika dipuji, dan
terlihat semangat melakan latihan
keseimbangan
5. Menganjurkan melakukan gerakan
keseimbangan secara mandiri
6. Respon:oma M berkata “saya mengerti apa
yang telah diajarkan dan akan melakukannya
untuk menjaga keseimbangan agar terhindar
dari jatuh”
Siti

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA

59
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
Hari Ke-3 (07-11-2019) Minggu Ke I
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
07-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Respon: Oma M mengatakan sakit masih ketika berubah posisi. Nyeri belum
sama, skala nyeri 5 (sedang) berkurang neng”
- Mengidentifikasi kondisi kulit yang akan O : - nyeri kedua lutut, skala 5 (sedang)
dilakukan kompres panas - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90
Respon: tidak ada pembengkakan, atau x/menit RR: 22 x/menit Suhu:
kemerahan pada area lutut yang akan 36,90C
dikompres A : Masalah tidak teratasi
- Memonitor iritasi kulit atau kerusakan jaringan P: Lanjutkan intervensi
selama 5 menit pertama - Identifikasi skala nyeri
Respon: tidak ada kerusakan kuliat selama - Identifikasi ttv
kompres berlangsung - Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan
- Menjadwalkan kompres jahe dari nyeri selama

60
Respon: minggu pertama ke 3x pada tanggal beraktivitas/berpindah
09-11-2019 - Jadwalkan kompres jahe Siti

07- Gangguan mobilitas - Mengobservasi ketidaknyamanan dari nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
11- fisik selama beraktivitas/berpindah ketika berubah posisi.”
2019 Respon: oma M masih mengeluh nyeri ketika O : - Ektremitas bawah: kedua lutut sakit
posisi berubah Skala nyeri 5 (sedang)
10:00 - lakukan latihan ROM aktif atau pasif sesuai - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90
yang sudah dijadwalkan x/menit RR: 22 x/menit Suhu:
Respon: oma M melakukan secara pelan-pelan 36,90C
dan mengikuti sesuai intruksi yang saya A : Masalah tidak teratasi
berikan, P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan latihan ROM aktif secara Siti
mandiri

61
CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
Hari Ke-4 (07-11-2019) minggu ke I
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
08-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Respon: skala nyeri 4 (sedang) ketika berubah posisi. Oma M
- Mengidentifikasi ttv mengatakan “Nyeri berkurang sedikit””
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 88 O : - nyeri kedua lutut, skala 4 (sedang)
x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 360C - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 88
- Mengontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 360C
nyeri selama beraktivitas/berpindah A : Masalah tidak teratasi
Respon: mengajarkan nafas dalam ketika P: Lanjutkan intervensi
nyeri berlangsung, untuk meredakan nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Menjadwalkan kompres jahe - Identifikasi ttv

62
Respon: kompres minggu I ke 3x tanggal 09- - Jadwalkan kompres jahe Siti
11-2019
08- Gangguan mobilitas - Mengajarkan latihan ROM aktif secara S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
11- fisik mandiri ketika berubah posisi. Oma M masih
2019 Respon: Oma M mengatakan mengerti mengeluh nyeri”
dengan gerakan yang diajarkan dan akan O : - Oma M terlihat menggerakan latihan
10:00 melakukannya secara rutin ROM sesuai dengan apa yang diajarkan
Skala nyeri 4 (sedang)
- TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 88
x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 360C
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Siti

63
CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
Hari Ke-5 (09-11-2019) minggu ke I
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
09-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Respon: skala nyeri 4 (sedang) ketika berubah posisi. Oma M
- Mengidentifikasi ttv mengatakan “Nyeri berkurang sedikit,
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 82 dan mengatakan dilulur pake jahe enak
x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 36,70C anget””
- Menjadwalkan kompres jahe O : - nyeri kedua lutut, skala 4 (sedang)
Respon: kompres minggu II tanggal - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 82
11,13,15-11-2019 x/menit RR: 22 x/menit Suhu:
36,70C
A : Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan intervensi

64
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi ttv Siti
- Jadwalkan kompres jahe

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA


Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
(11-11-2019) minggu ke II
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
11-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Respon: skala nyeri 4 (sedang) ketika berubah posisi. Oma M
- Mengidentifikasi ttv mengatakan dilulur pake jahe enak
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 80 anget””
x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 370C O : - nyeri kedua lutut, skala 4 (sedang)
- Menjadwalkan kompres jahe - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 80
Respon: kompres minggu II tanggal 13,15- x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 370C

65
11-2019 A : Masalah tidak teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi ttv
- Monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan selama 5 menit pertama Siti
- Jadwalkan kompres jahe

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA


Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
(13-11-2019) minggu ke II
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
13-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ kaki terasa sakit
-2019 Respon: skala nyeri 4 (sedang) ketika berubah posisi. Oma M
mengatakan dilulur pake jahe enak

66
- Mengidentifikasi ttv anget””
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 80 O : - nyeri kedua lutut, skala 4 (sedang)
x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 370C - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 80
- Memonitor iritasi kulit atau kerusakan x/menit RR: 22 x/menit Suhu: 370C
jaringan selama 5 menit pertama A : Masalah tidak teratasi
Respon: tidak ada iritasi pada kulit pasien P: Lanjutkan intervensi
- Menjadwalkan kompres jahe - Identifikasi skala nyeri
Respon: kompres minggu II tanggal 15-11- - Identifikasi ttv
2019 - Monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan selama 5 menit pertama Siti
- Jadwalkan kompres jahe

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA


Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
(18-11-2019) minggu ke III
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD

67
JAM
18-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ Oma M mengatakan
-2019 Respon: skala nyeri 3 (ringan) nyeri berkurang dan merasa nyaman
- Mengidentifikasi ttv setelah rutin di kompres dengan jahe”
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90 O : - nyeri kedua lutut, skala 3 (ringan)
x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,70C - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90
- Memonitor iritasi kulit atau kerusakan x/menit RR: 20 x/menit Suhu:
jaringan selama 5 menit pertama 36,70C
Respon: tidak ada iritasi pada kulit pasien A : Masalah tidak teratasi
- Menjadwalkan kompres jahe P: Lanjutkan intervensi
Respon: kompres minggu III tanggal 20-11- - Identifikasi skala nyeri
2019 - Identifikasi ttv
- Monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan selama 5 menit pertama Siti
- Jadwalkan kompres jahe

CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA


Nama : Oma M

68
Umur : 68 Tahun
(20-11-2019) minggu ke III
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
20-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ Oma M mengatakan
-2019 Respon: skala nyeri 3 (ringan) nyeri berkurang dan merasa nyaman
- Mengidentifikasi ttv setelah rutin di kompres dengan jahe”
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90 O : - nyeri kedua lutut, skala 3 (ringan)
x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,70C - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90
- Memonitor iritasi kulit atau kerusakan x/menit RR: 20 x/menit Suhu:
jaringan selama 5 menit pertama 36,70C
Respon: tidak ada iritasi pada kulit pasien A : Masalah tidak teratasi
- Menjadwalkan kompres jahe P: Lanjutkan intervensi
Respon: kompres minggu III tanggal 22-11- - Identifikasi skala nyeri
2019 - Identifikasi ttv
- Monitor iritasi kulit atau kerusakan
jaringan selama 5 menit pertama Siti
- Jadwalkan kompres jahe

69
CATATAN PERKEMBANGAN INDIVIDU/KELUARGA
Nama : Oma M
Umur : 68 Tahun
(22-11-2019) minggu ke III
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
. KEPERAWATAN TTD
JAM
22-11 Nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri S : Mbah M berkata “ Oma M mengatakan
-2019 Respon: skala nyeri 3 (ringan) nyeri berkurang dan merasa nyaman
- Mengidentifikasi ttv setelah rutin di kompres dengan jahe”
Respon: TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90 O : - nyeri kedua lutut, skala 3 (ringan)
x/menit RR: 20 x/menit Suhu: 36,70C - TTV: TD: 130/90 mmHg HR: 90
- Memonitor iritasi kulit atau kerusakan x/menit RR: 20 x/menit Suhu:
jaringan selama 5 menit pertama 36,70C

70
Respon: tidak ada iritasi pada kulit pasien A : Masalah teratasi sebagian
- Menjadwalkan kompres jahe P: Intervensi dihentikan
Respon: kompres minggu III tanggal 22-11-
2019 Siti

71
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Diagnosa Keperawatan Nyeri


1. Hasil intervensi pasien gout arthritis pada pasien Oma M dengan
tindakan non Farmakologi kompres jahe didapatkan hasil sebagai
berikut:

HASIL IMPLEMENTASI PENERAPAN


KOMPRES JAHE TERHADAP GOUT ARTHRITIS
PADA OMA M

7
6
5
4
3
2
1
0
Sebelum Intervensi Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3

Skala Nyeri

Penerapan kompres jahe pada penanggulangan nyeri dilakukan


pada Oma M bertujuan untuk mengurangi nyeri pada kedua kaki yang
sakit dan membantu mengurangi rasa nyeri yang berlebihan saat
melakukan aktivitas. Kompress jahe yang dilakukan tiga kali seminggu
dapat membantu meredakan rasa nyeri pada kaki akibat pengkristalan
yang terjadi oleh tingginya kadar asam urat didalam darah.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penerapan kompres jahe


yang dilakukan secara rutin dan sesuai SOP dapat berpengaruh terhadap
penurunan skala nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Silvia Nora Anggreini dengan judul “EFEKTIFITAS KOMPRES
EKSTRAK JAHE TERHADAP NYERI SENDI LANSIA DENGAN
ARTHRITIS GOUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA KHUSNUL

72
KHOTIMAH PEKANBARU RIAU” didapatkan adanya efektifitas
kompres ekstrak jahe terhadap penurunan nyeri sendi lanjut usia tahun
2018.
2. Penegakan diagnosa
Hasil pengkajian pada Oma M juga menunjukkan adanya keluhan
nyeri, saat dilakukan pengkajian oma M mengatakan “nyeri kedua lutut
kanan kiri, tapi lutut sebelah kiri lebih nyeri dibandingkan lutut sebelah
kanan”. Pada saat dikaji tingkat nyeri dalam skala 5 yaitu nyeri sedang
maka timbulah diagnosa Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi
muskuloskeletal kronis.
3. Intervensi yang Dilakukan
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas
fisik antara lain:
10. Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres panas
11. Monitor iritasi kulit atau kerusakan jaringan selama 5 menit pertama
12. Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat
13. Pilih lokasi kompres
14. Balut kompres hangat jahe dengan pelindung
15. Lakukan kompres hangat jahe pada daerah yang nyeri
16. Jelaskan prosedur penggunaan kompres jahe
4. Pembahasan
Lanjut usia (lansia) merupakan dimana seseorang telah mencapai
usia 65 tahun ke atas. Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lanjut
usia akan mengalami berbagai perubahan akibat terjadinya penurunan
dari semua aspek diantaranya fungsi biologi, psikologis, sosial dan
ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk status kesehatannya (Abdul & Sandu,2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silvia Nora
Anggreini dengan judul “EFEKTIFITAS KOMPRES EKSTRAK JAHE
TERHADAP NYERI SENDI LANSIA DENGAN ARTHRITIS GOUT

73
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA KHUSNUL KHOTIMAH
PEKANBARU RIAU” didapatkan adanya efektifitas kompres ekstrak
jahe terhadap penurunan nyeri sendi lanjut usia tahun 2018.
Pengobatan non farmakologis yaitu tindakan dalam batas
keperawatan yang dapat digunakan untuk nyeri sendi pada lansia
(Nurlina, 2010). Selama ini bila terjadi nyeri terutama nyeri sendi,
kebanyakan masyarakan dan perawat di Rumah sakit ataupun Puskesmas
langsung memberikan tindakan medis (terapi farmakologis) dari pada
melakukan tindakan mandiri seperti meberikan kompres jahe dan air
hangat, rebusan air daun salam, dan rebusan daun sirsak. Adapun terapi
non-farmakologis yang dapat digunakan dalam menurunkan nyeri sendi
(Syarifatul, 2014)
Adapun Pengobatan non farmakologis seperti mengompres
bagian sendi jaheadalah obat yang menjadi pilihan utama untuk
menurunkan nyeri sendi pada lansia dengan (Artritis Gout) karena selain
tidak memiliki efek samping bagi kesehatan, obat ini juga mudah
dikonsumsi, mudah terjangkau dalam hal segi ekonomi, dan juga tidak
berat untuk dikonsumsi (Syafrifatul, 2014).
Pengobatan non farmakologis bagi pasien asam urat darah pada
dasarnya adalah dengan menjada makanan, mengontrol berat badan,
perubahan gaya hidup

B. Diagnosa Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik


1. Penegakan diagnosa
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan
dan pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup. Pada lansia terjadi
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan
terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo
dan Martono, 2010). Salah satunya adalah hipertensi yang dapat
menyebabkan stroke. Proporsi penyebab kematian pada lansia paling
tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

74
Hasil pengkajian pada Oma M juga menunjukkan adanya
kelemahan, saat dilakukan pengkajian kekuatan otot hanya 3 pada lutut
kiri dan lutut kanan hanya 4. Pada pengkajian didapatkan hasil nilai
keseimbangan= 5 dan nilai berjalan/gait= 5 yang menunjukkan
kemampuan mobilisasi lansia memiliki resiko jatuh sedang. Berdasarkan
alasan tersebut maka timbulah diagnosa Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
2. Intervensi yang Dilakukan
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas
fisik antara lain:
5. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
6. Monitor kondisi tekanan darah sebelum memulai ambulasi
7. Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat bantu (tongkat)
8. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan menaiki dan turun tangga,
berjalan sesuai dengan toleransi)
9. Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari nyeri selama
beraktivitas/berpindah
10. Lakukan latihan ROM aktif atau pasif
11. Jadwalkan latihan ROM aktif atau pasif
3. Pembahasan
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan
dan pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup. Pada lansia terjadi
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan
terhadap berbagai penyakit baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo
dan Martono, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rina Kundre dengan
judul “Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Luas gerak
sendi panggul pada Lansia di balai penyantunan Lanjut usia senja cerah
Paniki” menunjukkan bahwa latihan ROM pasif dapat mempengaruhi
luas gerak sendi pinggul, masing-masing pada gerakan fleksi tahun 2010.

75
Latihan ROM dikatakan dapat mencegah terjadinya penurunan
fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi (Adamovich et al, 2005; Lewis,
2007). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tseng et al (2007) yang mengungkapkan bahwa latihan Range of Motion
(ROM) dapat meningkatkan fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien
goutt atritis. Latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan aktivitas dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler.
Rangsangan melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada
serat saraf otot ekstremitas terutama saraf paasimpatis yang merangsang
untuk produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.
Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos ekstremitas akan
meningkatkan metabolism pada metakonderia untuk menghasilkan ATP
yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi
dan meningkatan tonus otot polos ekstremitas (Battie et al, 2010).

C. Diagnosa Keperawatan Resiko Jatuh


1. Penegakan Diagnosa
Hasil pengkajian pada Oma M didapatkan hasil bahwa Oma M
mengalami resiko jatuh yang ditandai dengan klien mengungkapkan
kedua kaki lutut klien terasa sakit apalagi pada lutut kaki sebelah kiri.
Dan dari hasil pengkajian didapatkan juga total score keseimbangan
adalah 10. Keadaan ini menimbulkan bahwa klien mengalami resiko
jatuh sedang.
2. Intervensi yang dilakukan
Intervensi yang dilakukan pada Oma M dengan diagnosa resiko jatuh
adalah:
a. Identifikasi faktor risiko jatuh (usia)
b. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi dan
sebaliknya
c. Anjurkan pasien menggunaakan alas kaki yang tidak licin
d. Anjurkan pasien berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
e. Anjurkan pasien melebarkan kedua jarak kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri Konsep dan teori dengan intervensi

76
f. Ajarkan tentang upaya pencegahan jatuh
g. Jelaskan kepada pasien tujuan dan rencana dari latihan
keseimbangan
h. Ajarkan latihan terapi: keseimbangan berjalan
i. Beri apresiasi setiap apa yang dilakukan oleh pasien
j. Anjurkan melakukan gerakan keseimbangan secara mandiri
k. Jadwalkan kembali untuk latihan
3. Pembahasan
Menua (menjadi tua) adalah perubahan fungsi fisiologi yang
terjadi pada system neurologis, sensori, dan muskuloskeletal yang dapat
menghilangkan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Supriyono,
2015).
Umumnya pada usia lanjut rentan mengalami resiko jatuh karena
ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan
adalah kemampuan dalam mempertahankan/reaksi yang dilakukan
dengan cepat untuk menjaga kestabilitas pusat tubuh pada saat duduk,
berdiri, atau berpindah dari tempat ke tempat yang lainnya.
Selain itu, berdasarkan hasil pengkajian keseimbangan yang
dilakukan pada klien didapatkan total skor 10, sehingga dapat dikatakan
bahwa klien mengalami resiko jatuh tinggi. Ketika lansia mengalami
resiko jatuh tinggi akibat tidak mampu untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh maka kita harus memberikan intervensi
keperawatan yang sesuai untuk menghindari kemungkinan buruk yang
dapat terjadi akibat ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh
yang berlanjut pada lansia. Untuk menghindari jatuh pada klien maka
diberikan sebuah intervensi yaitu latihan terapi keseimbangan tubuh.
Latihan keseimbangan berpengaruh terhadap mengurangi resiko jatuh
pada lansia. Latihan keseimbangan dapat dilakukan jika telah mengetahui
total score keseimbangan tubuh pada klien. Latihan keseimbangan dapat
mengurangi insiden jatuh sebesar 17%, oleh karena itu latihan

77
keseimbangan adalah dengan berdiri dengan satu kaki dan
membungkukkan badan kedepan dapat dilakukan lansia untuk
memperbaiki perubahan yang terjadi pada lansia terutama pada
keseimbangan tubuh lansia.

78
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia merupakan hal yang
tidak mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara
komprehensif. Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan
terdapatnya masalah atau tidak.
Saat melakukan pengkajian pada Oma M, kami mendapatkan tiga
masalah yang harus kami beri intervensi keperawatan. Masalah keperawatan
itu diantaranya adalah Nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko jatuh. Dari
ketiga masalah tersebut kami memberikan intervensi berupa Kompres parutan
jahe, terapi keseimbangan, dan ROM.
Intervensi keperawatan yang kami lakukan ini cukup efektif dalam
mengatasi masalah yang ada pada klien jika dilakukan lebih rutin.

B. Saran
1. Perawatan lansia sebaiknya di lakukan secara holistic meliputi: biologi,
psikologi, social, spiritual.
2. Keluarga dirumah diharapkan selalu memberikan perhatian yang penuh
kepada lansia sehingga lansia tidak merasa terkucilkan dan kesepian di
rumah
3. Dalam perawatan lansia sebaiknya berupaya untuk memandirikan lansia
sesuai dengan kemampuannya.

79
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik M. (2011). Perawatan Lanjut Usia. Surabaya: Graha Ilmu


Brunner and Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D. (2010). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes, M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
KEMENKES RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Maryam, Siti. (2008). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Miller C.A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adult. Theory and Practise.
Philadelphia : Lippincott William&Wilkins.
Pudjiastuti, S. (2013). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC
Sari, Eni Tafrika. 2015. Penerapan Batuk Efektif Pada Pasien Tb Paru Dengan
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang
Azzahra 2 Rs Islam Jemursari Surabaya.
Suardiman, S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Wardana. (2014) Mereka lansia mereka berdaya. Jakarta: Salemba Medika
Yosef Agung Nugroho, dkk (2011), Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak
Pada Pasien Dengan ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi
Rehabilitasimedik Rumah Sakit Baptis Kediri.

80

Anda mungkin juga menyukai