Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan dimana seseorang telah mencapai usia 65
tahun ke atas, lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan, lanjut usia akan mengalami berbagai
perubahan akibat terjadinya penurunan dari semua aspek diantaranya fungsi
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini akan memberikan
pemgaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk status kesehatannya (Abdul
& Sandu, 2016).
Pada lansia sistem muskuloskletal akan mengalami beberapa perubahan
seperti perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin),
berkurangnya kemampuan kartilago untuk bergerasi, kepadatan tulang
berkurang, perubahan strukrur tulang berkurang, perubahan struktur otot, dan
terjadi penurunan elastisitas sendi, hal ini menyebabkan sebagian besar dari
lansia mengalami gangguan sistem muskuloskletal, yang menyebabkan nyeri
sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu persendian, nyeri sendi akan
mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri sendi biasanya akan muncul rasa
tidak nyaman untuk disentuh, muncul pembengkakan, peradangan, kekakuan,
dan pembatasan gerakan, adapun penyakit gangguan sistem muskuloskletal
yang menyebabkan nyeri sendi salah satunyanya adalah Gout Arthritis (Aniea,
2016). Gout Arthritis merupakan pembentukan kristal pada persendian, akibat
tingginya kadar asam urat dalam darah, penumpukan kristal tersebut
mengakibatkan kerusakan pada daerah persendian sehingga dapat
menimbulkan nyeri (Nimade, 2020).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi
Gout Arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Sementara Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2020 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Gout
Arthritis di Indonesia berdasarkan diagnosis dan gejalanya yaitu 7,3%, dimana
Provinsi Gorontalo berada di peringkat 16 tertinggi di Indonesia dengan
presentase hasil 6,85%, masing-masing tiap Kabupaten/Kota memiliki
prevalensi yaitu Kabupaten Gorontalo (8,39%), Kota Gorontalo (7,40%),
Gorontalo Utara (6,47%), Bone Bolango (6,35%), Pohuwato (5,78%) dan
Boalemo (4,23%).
Dilihat dari banyaknya prevalensi penderita Gout Arthritis maka di
perlukan salah satu intervensi keperawatan komplementer yang dapat
dilakukan secara mandiri oleh perawat dalam mengontrol nyeri pada pasien
Gout Arthritis salah satunya adalah menggunakan kompres hangat kayu manis
(Nimade, 2020).
Kompres hangat merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk stimulasi
kutaneus, sitmulasi ini dapat meredakan nyeri sementara secara efektif, teknik
stimulasi ini mendistraksi penderita dan memfokuskan perhatian pada stimulus
taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri
yang dirasakan oleh penderita, kompres hangat ini berfungsi untuk melebarkan
pembuluh darah dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga dapat mengurangi
kekakuan dan menurunkan sensasi rasa nyeri, Pemberian kompres hangat juga
dapat dikombinasikan dengan obat herbal. (Kozier & Erb, 2015).
Obat herbal merupakan bahan atau ramuan yang bisa berupa tumbuhan,
hewan, bahan mineral, atau campuran dari semua bahan. Obat herbal dikenal
juga sebagai obat alternatif, obat alamiah, atau tradisional yang sudah
dimanfaatkan sejak lama, keuntungan penggunaan obat herbal dibandingkan
dengan pengobatan modern salah satunya yaitu dapat menghilangkan akar
penyakit karena efek obat herbal bersifat menyeluruh sehingga tidak hanya
mengobati penyakit tetapi juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk
melawan penyakit, salah satunya dengan menggunakan kayu manis (Maya,
2021).
Kayu manis (Cinnamomum Burmani) merupakan rempah-rempah dalam
bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai penambah rasa
dalam masakan, selain itu dalam kesehatan kayu manis merupakan salah satu
obat pereda sakit pada penyakit gout arthritis yang sering dialami oleh lansia
kayu manis mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan sebagai
antiiflamasi (Margowati, 2017). Kayu manis untuk kompres hangat ini lebih
efektif untuk mengurangi nyeri dibanding kompres dingin dalam penurunan
skala nyeri Gout Arthritis hal ini didukung oleh penelitian Margowati, 2017
yang menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh kompres hangat kayu manis
terhadap penurunan tingkat nyeri sendi pada pasien lanjut usia dengan Gout
Arthritis.
Selain itu berdasarkan survey yang dilakukan mahasiswa profesi Ners
XIII melalui wawancara dengan petugas Panti Sosial Griya Jannati di katakana
bahwa masalah kesehatan yang paling banyak yaitu Gout Arthritis dan
Hipertensi, di wisma widuri jumlah lansia yang menderita Gout Arthritis
sejumlah 4 lansia dari 7 lansia yang tinggal di wisma widuri, didpatkan
informasi dari 4 lansia yang menderita Gout Arthritis, semuanya mengeluhkan
nyeri dan bengkak pada persendian. Dari hasil wawancara ke 4 lansia
didapatkan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri salah satunya
yaitu hanya bisa beristirahat sampai nyeri yang dirasakan hilang, lansia juga
belum pernah melakukan kompres hangat kayu manis dalam pengobatan
herbal. Berdasarkan masalah diatas, maka kami ingin menganalisa “Pengaruh
Pengunaan Kompres Kayu Manis Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Penderita Gout Arthritis”
B. Tujuan
Untuk menganalisis jurnal tentang Pengaruh Pengunaan Kompres Kayu
Manis Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis.
C. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi,
teori dan bahan bacaan tentang Pengaruh Pengunaan Kompres Kayu
Manis Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis.
b. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan alternatif untuk dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi.
c. Bagi Panti Sosial Griya Lansia Jannati
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi
panti dalam melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi
pengunaan kompres kayu manis terhadap penurunan skala nyeri pada
penderita Gout Arthritis.
2. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikn suatu pengetahuan
tentang pengaruh pengunaan kompres kayu manis terhadap penurunan
skala nyeri pada penderita Gout Arthritis.
b. Diharapkan bias menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu
pengetahuan pada umumnya dan juga memberikan ilmu khusus bagi
keperawatan.
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. Metode Pencarian


Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil
publikasi ilmiah tahun 2016 – 2021 dengan penelusuran menggunakan data
based Google cendekia/scholar dengan alamat situs:
http://scholar.google.co.id. Strategi pencarian literature penelitian yang
relevan untuk analisis jurnal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penelusuran melalui kata kunci pada


tanggal 4 Mei 2021. Pada database
google scholar.

Hasil:
Google Schoolar: 6

Screening: Jumlah jurnal yang sesuai


dengan kriteria sampel jurnal: 6

Kata Kunci:
1. Kompres Kayu Manis Dan Penurunan
Nyeri
2. Kompres Kayu Manis Dan Gout
Arthritis

Metode Kata Kunci Hasil Pencarian


Google Scholar Kompres Kayu Manis Dan Penurunan 225
Nyeri
Google Scholar Kompres Kayu Manis Dan Gout Arthritis 27

2.2 Konsep Lansia


2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang sudah berusia 60 tahun
keatas. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi menua merupakan proses
alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika
menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh dan berakhir
dengan kematian (Padila, 2017)
Menjadi tua merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan secara
perlahan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga pada
usia itu sangat rentang terhadap infeksi, hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada activity of daily living (Pandji, 2016).
2.2.2 Batasan Lansia
Klasifikasi lansia menurut WHO :
1. Usia pertengahan atau Middle Age yaitu berkisar usia 45 sampai 59
tahun
2. Usia Lanjut atau Elderly yaitu berkisar usia 60 sampai 74 tahun
3. Usia lanjut tua atau Old yaitu berkisar usia 75 sampai 90 tahun 8
4. Usia sangat tua atau Very Old yaitu usia 90 tahun ke atas
2.2.3 Masalah fisik yang dialami lansia
Menurut Pandji (2016) bahwa masalah fisik sehari-hari yang dialami
lansia adalah:
1. Mudah jatuh dimana seorang lansia mendadak terduduk di lantai tanpa
kesadaran dan terluka
2. Jatuh ini dipengaruhi oleh faktor gangguan berjalan, kelemahan otot
ekstremitas bawah, serta kekuatan sendi. Ditunjang lagi oleh lantai lincin,
tersandung benda-benda, serta penglihatan kurang karena cahaya yang
tidak memadai.
3. Mudah lelah karena faktor psikologis sperti perasaan bosan, keletihan,
depresi serta gangguan organis termasuk anemia, kurang vitamin,
osteomalasia juga pengaruh obat.
4. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alcohol, serta
penyakit metabolisme, dan dehidrasi.
5. Nyeri dada karena penyakit jantung koroner, aneurisma aortam dan emboli
paru.
6. Sesak napas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, kelebihan bobot dan anemia.
7. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis dan psikologis.
8. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung,
kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, dan kelumpuhan.
9. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,osteoporosis,
osteoarthritis, dan batu ginjal.
10. Nyeri sendi pinggul karena gout arthritis, osteoporosis, fraktur, dan saraf
terjepit.
11. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna dan faktor sosial ekonomi.
12. Sukar menahan buang air kecil karena obat-obatan, radang kandung
kemih, kelainan saraf, dan faktor psikologis.
13. Sukar menahan buang air besar karena obat-obatan,diare, kelaianan usus
besan dan rectum.
14. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, lensa berkurang,
katarak, glaucoma dan infeksi mata.
15. Gangguan pendengaran, ketulian yang menyebabkan kekacauan mental.
16. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang serta depresi.
17. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaucoma, sinusitis dan sakit gigi
18. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena gangguan
sirkulasi darah lokal dan gangguan syaraf umum
19. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, diabetes, gagal ginjal,
hipertensi, hepatitis kronis dan alergi
2.3 Konsep Gout Arthritis / Asam Urat
2.3.1 Definisi
Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit
Pirai/penyakit (Gout Arthritis) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang
membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita
penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika bergerak,
mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Susanto, 2016).
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut berulang-ulang.
Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai lanjut usia
dan wanita pasca Menopause (Nurarif, 2015).
1.3.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya asam urat (Gout) disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi
peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat
dam kombinasi kedua peyebab tersebut (Susanto, 2016). Sedangkan Menurut
Prasetyono 2017, penyebab munculnya asam urat yaitu :
1. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Tubuh
manusia sebenarnya sudah menyediakan 85% senyawa purin untuk
kebutuhan seharihari. Ini berarti, kebutuhan tubuh akan purin yang berasal
dari makanan hanya sekisar 15%. Jika lebih dari 15% maka tubuh akan
kelebihan zat ini.
2. Mengkonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
asam urat. Sebab, alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin
menjadi berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan dalam peredaran
darah dan penumpukan persendian.
1.3.3 Manifestasi Klinis
Menurut Hadibroto, 2015 penyakit ini umumnya ditandai dengan rasa
nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam,
biasanya pada ibu jari kaki (sendi) metatarsofalangeal pertama atau jari kaki
(sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis),
dan serangannya di satu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan, terasa
panas, bengkak, dan sangat nyeri. Pembengkakan sendi umumnya terjadi
secara asimetris (satu sisi tubuh). Berikut beberapa tanda dan gejala asam
urat:
1. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak berwarna
kemerahan (meradang).
2. Biasanya, persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau
malam hari.
3. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang yang diserang biasanya sendi
jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan tangan, dan siku.
4. Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak,
bahkan penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa
kropos atau mengalami pengapuran tulang
1.3.4 Patofisiologi
Kelainan pada sendi metatarsofangeal terjadi akibat ditemukan
penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang rawan artikular. Pada
fase lanjut akan terjadi erosi tulang rawan, proliverasi sinovia dan
pembentukan panus, erosi kistik tulang serta perubahan gout sekunder.
Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan
psikologis. Respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga
menimbulkan respon nyeri. Degenerasi kartilago sendi dan respon nyeri
menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Peningkatan metabolism
menyebabkan pemakaian energy berlebih sehingga klien cenderung
mengalami malaise, anoreksia dan status nutrisi klien tidak seimbang.
Pembentukan panus pada pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh
dan prognosis penyakit menimbulkan respons ansietas (Muttaqim,2016).
1.3.5 Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2018), sasaran terapi Gout Arthritis yaitu
mempertahankan kadar asam urat dalam serum dibawah 6 mg/dl dan nyeri
yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin
dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang dtimbulkan oleh
penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal tersebut ditemukan
pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan particular, tendon, tulang,
ginjal serta beberapa tempat lainnya. Selain itu terapi gout juga bertujuan
untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena penumpukan
kristal dalam medulla ginjal akan menyebabkan Chronic Urate Nephropathy
serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan
dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
dengan pengobatan dan penurunan kadar asam urat dalam serum darah.
1. Terapi Farmakologis
Pengobatan Gout Arthritis dilakukan antara lain:
1) Nonsteroid Anti-inflammatory Drugs (NSAID)
Terdapat beberapa NSAID, namun tidak semua memiliki infektifitas
dan keamanan yang baik untuk terapi gout akut.
2) Colchicine
Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka panjang gout
akut. Colchicine hanya digunakan selama saat kritis untuk mencegah
serangan gout.
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut
dan akan mengontrol serangan.
4) Probenecid
Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi ginjal GFR <50ml/min.
5) AllopurinoL.
Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera menurunkan
plasma urat dan konsentrasi asam urat disaluran urin, serta
mamfasilitasi mobilisasi benjolan.
6) Uricosuric
Obat ini memblok reabsorbsi tubular dimana urat disaring sehingga
mengurangi jumlah urat metabolic, mencegah pembentukan benjolan
baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada. Apabila
intervensi dan diagnosis gout arthritis dilakukan pada fase awal,
intervensi ortopedi jarang dilakukan. Pembedahan dengan bedah
dilakukan pada kondisi Gout Arthritis kronis.
2. Terapi Non-Farmakologis
1) Diet dibagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Pembatasan urin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka
penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin.
b. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
roti, dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat karena
akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi misalnya
daging kambing, ayam, ikan, hati, keju,udang, telur.
e. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui
urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan
mentega sebaiknya dihindari.
f. Tinggi Cairan. Konsumsi cairan yang yang banyak dapat membantu
membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas satu
hari.
g. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam
urat mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi, dibandingkan
mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol . Hal ini dikarenakan
alkohol akan meningkatkan asam laktat. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
2) Menurut teori Andarmoyo (2018) manajemen non farmakologi gout
arthritis yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi, relaksasi,
bimbingan antisipasi, dan terapi kompres hangat. Kompres hangat
merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat
yang digunakan untuk memenuhi rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri
tindakan ini digunakan untuk klien yang mengalami nyeri (Hidayat, 2017).
2.4 Konsep Kompres Kayu Manis
2.4.1 Definisi
Kayu manis (Cinnamomun Burmani) adalah rempah-rempah dalam
bentuk kulit kayu yang mudah ditemui di daerah sekitar masyarakat, yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai penambah rasa dalam masakan.
(Setiawan, 2020)
2.4.2 Manfaat
Kayu manis mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan
sebagai anti rematik dan anti inflamasi (Margowati, 2017)
Dari penelitian sebelumnya dihasilkan bahwa kompres hangat kayu
manis telah lebih efektif mengurangi nyeri dibanding kompres dingin dalam
penurunan skala nyeri arthitis gout. Kompres dengan menggunakan air
hangat mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga
akan meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi nyeri akibat spasme
atau kekakuan, dan juga memberikan rasa yang nyaman (Amilia, 2017).
Penambahan kayu manis dalam air hangat lebih mendorong terjadinya
penurunan nyeri sebab kayu manis mengandung anti inflamasi dan anti
rematik yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi. Hal
ini disebabkan bahwa bubuk kayu manis mengandung sinamaldehid yang
dapat mengambat kerja peradangan dan dapat mengatasi nyeri arthritis.
2.4.3 Tujuan
a. Membantu mengatasi masalah asam urat pasien yaitu meringankan
atau bahkan mengatasi nyeri sendi karena asam urat
b. Membuat pasien menjadi hangat dan rileks
c. Meningkatkan kualitas hidup
(Noviani, 2018)
2.4.4 Indikasi
Dilakukan pada pasien yang menderita asam urat dengan nyeri
sendi. (Noviani, 2018)
2.4.5 Prosedur
1) Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan terapi kompres kayu manis :
a. Serbuk kayu manis ±20gram
b. Air 200cc
c. Handuk kecil
d. Baskom
2) Masukan kayu manis bubuk kedalam air 200cc yang telah dipanaskan
dengan suhu air 45OC hingga mendidih
3) Masukan kedalam baskom dan celupkan handuk kecil kedalam
baskom yang berisi rebusan kayu manis bubuk
4) Mulailah mengompreskan larutan kayu manis pada bagian tubuh yang
sakit dan tunggu 10-20 menit
5) Kompres dilakukan jika merasa nyeri pada sendi dan dilakukan 2x
sehari pada pagi dan malam sebelum tidur
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

No Author/penulis Tahun Metode Hasil

Hasil pasien 1 terjadi penurunan skala nyeri


Muhamad
dari nyeri berat skala 5 menjadi nyeri
1 Taufiq 2020 Deskriptif dengan
ringan skala 3. Pasien 2 terjadi penurunan
Setiawan & rancangan studi kasus
skala nyeri dari nyeri berat skala 4 menjadi
Hirza Ainin Nur
nyeri ringan skala 3.
Kompres kayu manis dapat nyeri gout
Arthitis dari skala 6 menjadi 3 setelah 4 kali
Ni Made Ridla Observasional deskriptif
pemberian pada pagi hari selama 1 minggu
2 Nilasanti 2020 desain penelitian studi
dalam waktu 15-20 menit dapat
Parwata et al kasus
menurunkan nyeri sendi akibat Gout
Arthitis.
Melalui uji statistik Wilcoxon menunjukan
adanya pengaruh penggunaan kompres
Quasy eksperimen dengan
Adi Antoni1 et kayu manis terhadap penurunan skala nyeri
3 2020 rancangan the one group
al pada
pretest-posttest design.
penderita arthritis gout dengan pvalue
0.001 < α (0.005).
Hasil perhitungan dengan menggunakan uji
Wilcoxon dimana didapatkan nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) = 0,000 yang artinya nilai
Eva Marvia et pra eksperiment dengan
4 2019 Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, maka
al pendekatan one group
terdapat pengaruh kompres kayu manis
pre-post design.
terhadap perubahan tingkat nyeri sendi
pada lansia
Analisis data menggunakan uji Mann
Pre – Experiment dengan Whitney dengan α = 0,05. Hasil penelitian
Sri Margowati menggunakan rancangan menunjukkan bahwa nilai p 0,000 dimana p
5 2017
& Sigit Priyanto One Group Pra – Post <0,05. Jadi ada Pengaruh pemberian
Tes Design. kompres kayu manis pada skala nyeri
akibat Gout Arthitis.

3.2. Pembahasan
Perawat dalam proses asuhan keperawatan mempunyai peran penting
dalam pemberian pereda nyeri yang adekuat, yang prinsipnya mencakup
mengurangi ansietas, mengkaji nyeri secara regular, memberi analgesik dengan
tepat untuk meredakan nyeri secara optimal, dan mengevaluasi keefektifannya
(Kneale, 2011). Penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek penting dalam
asuhan keperawatan.
Penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan terapi non farmakologis yang
merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi pendukung untuk
kesembuhan pasien tanpa mengabaikan terapi medis yang dapat mengontrol
gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan
pasien secara keseluruhan dan merupakan bagian dari terapi komplementer
(Suardi, 2011). Dimana terapi non farmakologis meliputi penurunan berat badan,
kompres air panas, Jahe merah, kulit kayu manis (cortex cinnamomi burnannii),
batang brotowali (caulis tinosporae crispa.), (ocimum bacilicum), akar jarak
(radix ricini), (Marvia, et al 2019). Dari beberapa terapi tersebut salah satu terapi
yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien Gout Arthtritis yaitu
dengan pemberian kompres kayu manis (cortex cinnamomi burnannii).
Dijelaskan dalam penelitian Marvia et al (2019) tentang Pengaruh
kompres kayu manis terhadap perubahan tingkat nyeri sendi pada lansia
didapatkan Sebelum pemberian kompres kayu manis sebagian besar lansia
mengalami nyeri sedang. Dan setelah diberikan kayu manis sebagian besar
responden berada pada tingkat nyeri ringan yaitu sebanyak 12 responden (80%).
Hal ini disebabkan karena kandungan minyak atsiri pada kulit kayu manis
mengandung eugenol, dimana eugenol mempunyai rasa yang sangat pedas dan
panas sehingga mampu membuka poripori kulit. Kandungan kayu manis
(Cinnamomum Burmannii) yang berperan dalam inflamasi berasal dari
sinamaldehid. Kandungan sinamaldehid mampu masuk ke dalam sistemik tubuh
dengan adanya pelebaran pori-pori tersebut. Sinamaldehid diduga mampu
menghambat lipoxygenase. lipoxygenase ini merupakan mediator di dalam tubuh
yang mengubah asam free arachidonicAcid menjadi leukotrienes. Jika
leukotrinnya menurun maka proses inflamasi berkurang. Salah satu dari tanda-
tanda inflamasi merupakan nyeri, khususnya pada pasien Arthritis Gout
(prasetyaningrum, 2012).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya arthritis gout salah satunya adalah
jenis kelamin, Arthritis gout biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan, namun pada perempuan lebih banyak terkena setelah memasuki usia
menopause, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Antoni et al
(2020), Dari 13 responden mayoritas yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8
orang (61,5%) dan minoritas yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang
(15,4%). Hasil penelitiannya menunjukan dari 13 responden kelompok
eksperimen sebelum dilakukan intervensi yakni rata-rata penurunan skala nyeri
adalah 6,92 (SD=0,954) dan sesudah diberikan kompres kayu manis yakni rata-
rata penurunan skala nyeri adalah 4,85 (SD = 1,281). Hasil uji statistik
menggunakan uji wilcoxon didapatkan p-value sebesar 0.001 Sehingga
menunjukan adanya pengaruh penggunaan kompres kayu manis terhadap
penurunan skala nyeri pada penderita arthritis gout.
Hal ini dikarenakan responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih rentan
terkena arthritis gout. Laki-laki memiliki kadar asam urat lebih tinggi dibanding
perempuan sehingga rentan terserang arthritis gout. Pada wanita terdapat hormon
estrogen yang mampu melindungi lapisan endotel pada seluruh tubuh sehingga
elastisitas dari pembuluh darah, sendi dan organ lain lebih terjaga daripada yang
sudah menopause.
Kompres kayu manis merupakan kompres yang dilakukan dengan
menggunakan bubuk kayu manis hal ini dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan et al (2020) Bubuk kayu manis tersebut dibuat pasta
kayu manis dengan komposisi 20-gram bubuk kayu manis yang dilarutkan dalam
1 sendok makan air hangat 45°C. Kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang
nyeri kemudian tunggu 10-20 menit. Hasilnya menunjukan sebelum diberikan
kompres kayu manis pada hari pertama didapatkan nyeri pasien dalam kategori
nyeri sedang yaitu dengan skala nyeri 5. Setelah diberikan kompres kayu manis
nyeri pasien berkurang menjadi skala 4. Pada hari kedua sebelum dilakukan
kompres kayu manis nyeri pasien masih tetap dengan skala 4. Setelah diberikan
kompres kayu manis skala nyeri pasien berkurang menjadi nyeri ringan yaitu
dengan skala nyeri 3. Setelah diberikan kompres kayu manis selama 2 hari dalam
1 minggu dengan durasi waktu 10-20 menit, skala nyeri pasien 1 berkurang dari
skala nyeri sedang 5 menjadi nyeri ringan yaitu dengan skala nyeri 3.
Sama halnya dengan penelitian dari Parwata et al (2020) data yang
diperoleh pada pengkajian nya klien mengeluhkan nyeri pada daerah lutut dan
pergelangan kaki, seperti tertusuk–tusuk, tidak menyebar, susah untuk berjalan,
Skala nyeri 6, perubahan dalam cara berjalan yaitu dengan langka kecil, terdapat
nyeri tekan pada lutut, dan pergelangan kaki, ekspresi wajah nampak meringis.
Hasil intervensi pemberian kompres kayu manis yang di lakukan pada klien
selama 1 minggu dengan 4 kali pemberian menunjukan perubahan yang
signifikan. Klien mengatakan sebelum di berikan kompres kayu manis klien
merasakan nyeri dengan skala nyeri 6, tetapi setelah pemberian 4 kali terapi
kompres kayu manis klien merasakan nyeri nya sudah berkurang dan klien bisa
berjalan dengan normal, selain itu pemeriksaan kadar asam urat dari klien yang
pertama nya 10,3 gr/dL selama 4 kali pemberian terapi kompres kayu manis sudah
berangsur-angsur turun menjadi 6,3 gr/dL. Sebelumnya klien jarang atau bahkan
belum pernah melakukan terapi pengobatan nyeri sendi Gout Arthritis dengan
pengobatan kompres kayu manis.
Namun sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umah et al
(2020) mengenai efektifitas kompres hangat rebusan jahe dan kayu manis
terhadap penurunan tingkat nyeri sendi pada lansia hasilnya menunjukan kompres
rebusan jahe lebih efisien di banding kompres kayu manis hal ini dikarenakan
kayu manis menjadi obat pereda sakit khususnya pada penyakit rematik di usia
lanjut. Sebaliknya pemberian kompres hangat dari jahe sebagai alternatif untuk
mengurangi nyeri sendi pada usia lanjut yang mengalami penyakit asam urat hal
ini dikarenakan pengompresan jahe hangat mempunyai isi enzim siklo-oksigenasi
dicampur dengan air hangat membantu pelebaran pembuluh darah serta
meningkatkan aliran darah berdampak pada anti nyeri, relaksasi otot dan
menaikkan kelenturan sendi, sehingga proses peradangan menurun akibatnya
terjadi penurunan nyeri pada sendi.

3.3. Implikasi Keperawatan


Terjadinya peningkatan asam urat ditandai dengan adanya serangan secara
mendadak, berulang dan rasa nyeri yang sangan terasa, hal ini dikarenakan adanya
endapan monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai
akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah/hiperurisemia.(Sumartyawati
dkk, 2018). Ada beberapa intervensi keperawatan nonfarmakologi yang dapat
diberikan untuk menurunkan skala nyeri pada penderita Gout Arthritis salah
satunya adalah dengan kompres kayu manis.
Pemberian kompres kayu manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita
Gout Arthritis sebab kayu manis mengandung anti inflamasi dan anti rematik
yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi. Hal ini disebabkan
bahwa bubuk kayu manis mengandung sinamaldehid yang dapat mengambat kerja
peradangan dan dapat mengatasi nyeri arthritis (Amilia, 2017).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari beberapa jurnal yang dianalisis, pengaruh penggunaan kompres kayu
manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis terutama pada
lansia yang mengalami/menderita asam urat/ gout arthritis. Sehingga dapat
direkomendasikan untuk dilakukan di Panti Sosial Griya Lansia Jannati.
4.2 Saran
a. Teoritis
Diharapkan dengan adanya analisis jurnal ini teori pemberian kompres
kayu manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis,
terutama pada lansia yang menderita gout arthritis di Panti Sosial Griya
Lansia Jannati.
b. Praktis
1. Bagi Program Studi Ners
Diharapkan dengan adanya analisis jurnal ini dapat menjadi tambahan
teori dan literatur bacaan tentang keperawatan gerontik
2. Bagi Perawat
Jurnal ini diharapkan dapat menamba wawasan, ilmu, pengetahuan
serta menjadi landasan dalam mengaplikasikan dalam tindakan
keperawatan khususnya pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, 2017. Penyakit Asam Urat Pada Lansia, Jakarta : Salemba Medika

Andarmoyo, Sulistyo. 2018. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media

Abdul dan Sandu Siyoto. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta


Hadibroto, dkk. 2015. Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Helmi N, Zairin. 2018. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Medika
Salemba

Hidayat, R. 2017. Gout Dan Hiperurisemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta : Graha Imu.

Kozier B & Erb’s, G. (2015). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (Kozier &
Erb’s techniques in clinical nursing), ed. Ariani, F edk 5. Jakarta: EGC
Margowati, S. & Sigit, P. 2017. Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis
(Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthritis
Gout. Yogyakarta
Muttaqim, Arif. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Maya Cobalt S & Mega Yolanda, (2021). Penerapan Kompres Hangat Kayu
Manis (Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita
Gout Arthitis Di Desa Kwaron Kelurahan Karangdowo Klaten. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 5 No.1 Januari 2021: Semarang

Ni Made Ridla Nilasanti Parwata. Tasnim, Dafrosia Darmi Manggasa,


Agusrianto, Desi Kristanti Dala. (2020). Penerapan Kompres Kayu Manis
(Cinnamomun Burmani) Terhadap Nyeri Pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Dengan Kasus Gout Arthitis. Jurnal Kesehatan. Vol. 1 No. 1
(2020)

Noviani, K. 2018. Standar Operasional Prosedur Pemberian Hangat Kayu Manis


Mengurangi Nyeri Sendi.

Nuratif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta: Medication.

Prasetyono, D.S. 2017. Daftar Tanda Dan Gejala Ragam Penyakit. Yogyakarta:
FlashBooks.

Padila. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Pandji, D. (2016). Menembus Dunia Lansia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo


Kelompok Gramedia
Setiawan, M. T. & Hirza, A. N. 2020. Pemberian Kompres Kayu Manis Untuk
Menurunkan Nyeri Penderita Arthritis Gout Di Wilayah Puskesmas Jepang
Mejobo Kabupaten Kudus. Jurnal Profesi Keperawatan. 7 (2) :134-146

Sumartyawati, Ni Made. Dkk. 2018. Efektivitas Pemberian Rebusan Daun Sirsak


(Annona Mucicata L) Dan Senam Tera Terhadap Perubahan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di Bslu Mandalika Provinsi Ntb.
Diakses pada tanggal 4 Mei 2021 dengan link http://id.stikes-
mataram.ac.id/e-journal/index.php/JPRI/article/view/94

Susanto, Teguh. 2016. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan Yogyakarta:


Buku Pintar.

World Health Organization (WHO). (2017). WHO methods and data sources
global burden of diasese estimates 2000-2015.

Anda mungkin juga menyukai