SKRIPSI
Oleh :
Dewi Fitri Nilamsari
NIM : 820163017
Pembimbing :
1. Dewi Hartinah, S.Kep.Ners, M.Si.Med
2. Yuli Setyaningrum S.Kep,Ns.M.Si.Med
A. Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia dan proses penuaan mengakibatkan
penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) (2018), penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah
penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, penyakit
paru obstruktif kronik dan diabetes melitus. Terdapat lima puluh lebih
keadaan yang dapat disebut sebagai arthritis namun, yang paling banyak
dijumpai adalah osteoarthritis, gout artritis, arthritis reumatoid (rematik), dan
artritis infeksi. Gout artritis merupakan suatu penyakit peradangan pada
persendiaan yang dapat diakibatkan oleh kelebihan kadar senyawa asam
urat didalam tubuh, baik karena produksi berlebih atau peningkatan asupan
purin (Kementerian Kesehataan RI, 2016).
Data World Health Organization, insiden gout artritis meningkat
seiring bertambahnya usia. Angka nyeri sendi di dunia pada usia 45-64
tahun sebesar 30,3% dan pada usia ≥ 65 tahun dilaporkan sebanyak 49,7%
(Barbour, 2013). Hasil Riskesdas (2018) mengungkapkan bahwa prevalensi
penyakit gout artritis di Indonesia berdasarkan diagnosis Tenaga Kesehatan
(nakes) sebanyak 29.405.257 jiwa dengan prevalensi (11,9%) dari jumlah
seluruh penduduk sebanyak 247.103.000 jiwa. Prevalensi penyakit sendi di
Jawa Tengah tahun 2018 berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2%
ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 25.5%, pada usia 35-44
tahun didapatkan prevalensi 26,9% dan pada usia > 75 tahun didapatkan
prevalensi 54,8% (Riskesdas, 2018). Sedangkan berdasarkan data Dari
Dinas Kesehatan Kudus pada tahun 2018 terdapat 13,453 kasus ,
peningkatan 8% dari tahun 2017 sebanyak 12.876 kasus (Dinkes Kudus,
2018).
Dampak nyeri gout artritis yang dapat ditimbulkan ke lansia berupa
menurunnya kualitas hidup lansia karena nyeri yang sangat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Muncul keluhan pada sendi dimulai dengan rasa kaku
atau pegal pada pagi hari kemudiaan timbul rasa nyeri pada sendi dimalam
hari nyeri tersebut terjadi secara terus menerus sehingga sangat
mengganggu lansia (Sntoso, 2013).
1
2
Perbedaan kompres air biasa hangat dan kompres air rendaman jahe
yaitu dimana kompres air biasa hangat hanya efek panas saja yang
didapatkan, sedangkan pada kompres air rendaman jahe terdapat efek
panas serta rasa pedas sehingga mampu menurunkan skala nyeri yang
memang jelas berbeda dengan yang ditimbulkan oleh kompres air biasa
hangat. Kompres jahe dapat menurunkan nyeri asam urat, kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi
nyeri asam urat. Kompres jahe memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi
yang dapat mengurangi peradangan pada penderita asam urat, selain itu
jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas (zingerol
dan oleoresin tinggi), dimana senyawa ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku,
dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang
maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit dan setiap 5 menit mengganti
air rendamannya (Paimin, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Indah (2015), teknik kompres hangat
memakai jahe yaitu jahe merah 100 gram yang telah diparut diletakkan
diatas washlap yang sudah dicelupkan pada air panas sekitar 500 cc yang
bersuhu sekitar 40°C, setelah itu kompres pada daerah yang nyeri 20 menit
selama 2 kali. Penelitian lain dilakukan oleh Samsudin, Rina, & Franly
(2016), didapatkan bahwa pemberian kompres jahe merah berpengaruh
terhadap instensitas nyeri gout arthritis pada lansia.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan
November 2019 di Desa Blimbingrejo didapatkan selama lima bulan terakhir
(Juni – Oktober 2019) penderita yang terdiagnosa gout artritis di Desa
Blimbingrejo berjumlah 30 orang. Setelah mewawancarai sekitar 5 orang
dengan diagnosa gout artritis didapati bahwa 5 orang tersebut gejala pada
umumnya sama, seperti nyeri hebat di kaki, bengkak dan menjalar hingga
mengganggu aktivitas klien. Pada umumnya nyeri tersebut dirasakan pada
malam hingga pagi hari atau bahkan seharian penuh dan untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut, klien mengonsumsi obat yang diberikan
dokter salah satunya adalah Allopurinol dan obat anti nyeri aspirin, apabila
obat puskesmas telah habis dikonsumsi, maka klien mengonsumsi obat-
obatan yang dijual diwarung dan tanpa disertai dengan terapi herbal rutin
untuk mengurangi skala nyeri yang mereka rasakan, misalnya kompres
dengan air rendaman jahe, oleh karena itu peneliti akan melakukan teknik
4
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat diambil rumusan bagaimana pengaruh pemberian kompres jahe
terhadap penurunan nyeri gout arthritis pada lansia di Desa Blimbingrejo.
C. Pertanyaan Penelitian
Adakah pengaruh pemberian kompres jahe terhadap penurunan nyeri
gout arthritis pada lansia di Desa Blimbingrejo?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pemberian kompres jahe terhadap
penurunan nyeri gout arthritis pada lansia di Desa Blimbingrejo.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya skala nyeri sebelum diberikan kompres jahe pada
kelompok intervensi.
b. Diketahuinya skala nyeri setelah diberikan kompres jahe pada
kelompok intervensi.
c. Diketahuinya skala nyeri saat observasi awal tanpa diberikan
kompres jahe pada kelompok kontrol.
d. Diketahuinya skala nyeri saat observasi akhir tanpa diberikan
kompres jahe pada kelompok kontrol.
e. Diketahuinya perbedaan skala nyeri sebelum dengan setelah
diberikan kompres jahe pada kelompok intervensi.
f. Diketahuinya perbedaan skala nyeri saat observasi awal dengan
observasi akhir tanpa diberikan kompres jahe pada kelompok
kontrol.
g. Diketahuinya perbedaan skala nyeri pada kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat
menerapkan hasil dari penelitian ini kepada masyarakat dengan cara
memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada warga tentang upaya
mengurangi rasa nyeri sendi melalui terapi komplementer, salah satunya
kompres jahe.
2. Bagi Desa Blimbingrejo
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu intervensi warga desa Blimbingrejo dalam
manajemen penurunan nyeri sendi pada pasien gout arthritis dengan
terapi non farmakologis kompres jahe.
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Memberikan masukan tentang pentingnya membekali tenaga
kesehatan dengan pendidikan dan keahlian khususnya untuk
menangani masalah pada gangguan nyeri muskoloskeletal dengan
menggunakan kompres jahe.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan referensi sebagai informasi mengenai kompres jahe pada pasien
gout arthritis khususnya dalam mengurangi rasa nyeri sendi, agar untuk
kemudian hari dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang terapi
komplementer ini pada pasien dengan gangguan muskoloskeletal
lainnya.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Metode Perbedaan
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Vaile, Effect of Two The other a Pada penelitian
Halson, Hydrotherapy experimental specific ini:
Gill, & on The Signs trials in a hydrotherapy Variabel bebas
Dawson and Symptoms randomised protocol for 72 kompres jahe.
(2018) of Delayed crossover h post- Variabel terikat
Onset Muscle design exercise; penurunan nyeri
Soreness. either: (1) cold gout arthritis.
water Desain
immersion nonequivalent
(CWI:n = 12), (pretest dan
(2) hot water posttest) with
immersion control group
6
G. Ruang Lingkup
1. Lingkup waktu
Dimulainya pengambilan data awal pada bulan November 2019.
Direncanakan studi penelitian akan dimulai pada bulan Maret 2020.
2. Lingkup tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Blimbingrejo.
3. Lingkup materi
Masalah yang dikaji adalah pengaruh pemberian kompres jahe
terhadap penurunan nyeri gout arthritis pada lansia di Desa
Blimbingrejo.