Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS JURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN KOMPRES KAYU MANIS TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI PADA PENDERITA GOUT ARTHRITIS

Oleh

KELOMPOK 6

SIRAJUDIN FADLI BATALIPU

SRI MEYLAN HARAS

NUR’AINI R. HIOLA

MERLIN RIYANI ASTUTI PAKAYA

NOVILINA DAUD

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan dimana seseorang telah mencapai usia

65 tahun ke atas, lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stres lingkungan, lanjut usia akan mengalami

berbagai perubahan akibat terjadinya penurunan dari semua aspek

diantaranya fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini

akan memberikan pemgaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk status

kesehatannya (Abdul & Sandu, 2016)

Pada lansia sistem muskuloskletal akan mengalami beberapa

perubahan seperti perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan

elastin), berkurangnya kemampuan kartilago untuk bergerasi, kepadatan

tulang berkurang, perubahan strukrur tulang berkurang, perubahan struktur

otot, dan terjadi penurunan elastisitas sendi, hal ini menyebabkan sebagian

besar dari lansia mengalami gangguan sistem muskuloskletal, yang

menyebabkan nyeri sendi adalah tanda atau gejala yang mengganggu

persendian, nyeri sendi akan mengganggu kinerja bagian tubuh. Pada nyeri

sendi biasanya akan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul

pembengkakan, peradangan, kekakuan, dan pembatasan gerakan, adapun

penyakit gangguan sistem muskuloskletal yang menyebabkan nyeri sendi

salah satunyanya adalah Gout Arthritis (Aniea, 2016)

Gout Arthritis merupakan pembentukan kristal pada persendian, akibat

tingginya kadar asam urat dalam darah, penumpukan kristal tersebut


mengakibatkan kerusakan pada daerah persendian sehingga dapat

menimbulkan nyeri (Nimade, 2020)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi

Gout Arthritis di dunia sebanyak 34,2%. Di Indonesia berdasarkan hasil studi

Riskesdas tahun 2018, penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter yang

menderita penyakit sendi mencapai 11,9% dan yang mengalami gejala sekitar

24,7%.

Dilihat dari banyaknya presentase penderita Gout Arthritis di perlukan

salah satu intervensi keperawatan komplementer yang dapat dilakukan secara

mandiri oleh perawat dalam mengontrol nyeri pasien Gout Arthritis salah

satunya adalah menggunakan kompres hangat kayu manis (Nimade, 2020)

Kompres hangat merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk

stimulasi kutaneus, sitmulasi ini dapat meredakan nyeri sementara secara

efektif, teknik stimulasi ini mendistraksi penderita dan memfokuskan

perhatian pada stimulus taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga

mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan oleh penderita, kompres hangat ini

berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan sirkulasi

darah, sehingga dapat mengurangi kekakuan dan menurunkan sensasi rasa

nyeri (Kozier & Erb, 2015)

Selain itu keuntungan penggunaan obat herbal yaitu dapat

menghilangkan akar penyakit karena efek obat herbal bersifat menyeluruh

sehingga tidak hanya mengobati penyakit tetapi juga meningkatkan sistem

kekebalan tubuh untuk melawan penyakit, salah satunya dengan

menggunakan kayu manis (Maya, 2021)


Kayu manis (Cinnamomum Burmani) merupakan rempah-rempah

dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai

penambah rasa dalam masakan, selain itu dalam kesehatan kayu manis

merupakan salah satu obat pereda sakit pada penyakit gout arthritis yang

sering dialami oleh lansia kayu manis mempunyai kandungan kimia yang

sangat berperan sebagai antiiflamasi (Margowati, 2017)

Kayu manis untuk kompres hangat ini lebih efektif untuk mengurangi

nyeri dibanding kompres dingin dalam penurunan skala nyeri Gout Arthritis

hal ini didukung oleh penelitian Margowati, 2017 yang menunjukkan hasil

bahwa terdapat pengaruh kompres hangat kayu manis terhadap penurunan

tingkat nyeri sendi pada pasien lanjut usia dengan Gout Arthritis.

Selain itu berdasarkan survey yang dilakukan mahasiswa profesi Ners

XIII melalui wawancara dengan petugas Panti Sosial Griya Jannati di

katakana bahwa masalah kesehatan yang paling banyak yaitu Gout Arthritis

dan Hipertensi, di wisma widuri jumlah lansia yang menderita Gout Arthritis

sejumlah 4 lansia dari 7 lansia yang tinggal di wisma widuri, didpatkan

informasi dari 4 lansia yang menderita Gout Arthritis, semuanya

mengeluhkan nyeri dan bengkak pada persendian. Dari hasil wawancara ke 4

lansia didapatkan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri salah

satunya yaitu hanya bisa beristirahat sampai nyeri yang dirasakan hilang,

lansia juga belum pernah melakukan kompres hangat kayu manis dalam

pengobatan herbal. Berdasarkan masalah diatas, maka kami ingin

menganalisa “Pengaruh Pengunaan Kompres Kayu Manis Terhadap

Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis”


1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jurnal tentang Pengaruh Pengunaan Kompres

Kayu Manis Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Program Studi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi,

teori dan bahan bacaan tentang Pengaruh Pengunaan Kompres Kayu

Manis Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis.

2. Bagi Perawat

Diharapkan dapat memberikan alternatif untuk dapat dijadikan

sebagai bahan masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi.

3. Bagi Panti

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi bahan masukan bagi

panti dalam melaksanakan penatalaksanaan mengenai intervensi

pengunaan kompres kayu manis terhadap penurunan skala nyeri pada

penderita Gout Arthritis.

1.3.2 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan analisis jurnal ini dapat memberikn suatu pengetahuan tentang

pengaruh pengunaan kompres kayu manis terhadap penurunan skala nyeri

pada penderita Gout Arthritis.


2. Diharapkan bias menjadi konstribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga memberikan ilmu khusus bagi

keperawatan.
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1. Metode Pencarian

Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil

publikasi ilmiah tahun 2016 – 2021 dengan penelusuran menggunakan data

based Google cendekia/scholar dengan alamat situs:

http://scholar.google.co.id. Strategi pencarian literature penelitian yang

relevan untuk analisis jurnal dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Penelusuran melalui kata kunci pada


tanggal 4 Mei 2021. Pada database
google scholar.

Hasil:
Google Schoolar: 6

Screening: Jumlah jurnal yang sesuai


dengan kriteria sampel jurnal: 6

Kata Kunci:
1. Kompres Kayu Manis Dan Penurunan
Nyeri
2. Kompres Kayu Manis Dan Gout
Arthritis

Metode Kata Kunci Hasil Pencarian


Google Scholar Kompres Kayu Manis Dan Penurunan 225
Nyeri
Google Scholar Kompres Kayu Manis Dan Gout Arthritis 27

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang sudah berusia 60 tahun

keatas. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi menua merupakan proses

alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika

menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan

mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh dan berakhir

dengan kematian (Padila, 2017)

Menjadi tua merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan secara

perlahan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga pada

usia itu sangat rentang terhadap infeksi, hal tersebut disebabkan seiring

meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada

kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada activity of daily living (Pandji, 2016).

2.2.2 Batasan Lansia

Klasifikasi lansia menurut WHO :


1. Usia pertengahan atau Middle Age yaitu berkisar usia 45 sampai 59

tahun

2. Usia Lanjut atau Elderly yaitu berkisar usia 60 sampai 74 tahun

3. Usia lanjut tua atau Old yaitu berkisar usia 75 sampai 90 tahun 8

4. Usia sangat tua atau Very Old yaitu usia 90 tahun ke atas

2.2.3 Masalah fisik yang dialami lansia

Menurut Pandji (2016) bahwa masalah fisik sehari-hari yang dialami

lansia adalah:

1. Mudah jatuh dimana seorang lansia mendadak terduduk di lantai tanpa

kesadaran dan terluka

2. Jatuh ini dipengaruhi oleh faktor gangguan berjalan, kelemahan otot

ekstremitas bawah, serta kekuatan sendi. Ditunjang lagi oleh lantai lincin,

tersandung benda-benda, serta penglihatan kurang karena cahaya yang

tidak memadai.

3. Mudah lelah karena faktor psikologis sperti perasaan bosan, keletihan,

depresi serta gangguan organis termasuk anemia, kurang vitamin,

osteomalasia juga pengaruh obat.

4. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alcohol, serta

penyakit metabolisme, dan dehidrasi.

5. Nyeri dada karena penyakit jantung koroner, aneurisma aortam dan emboli

paru.

6. Sesak napas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan

jantung, kelebihan bobot dan anemia.

7. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis dan psikologis.


8. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung,

kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, dan kelumpuhan.

9. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,osteoporosis,

osteoarthritis, dan batu ginjal.

10. Nyeri sendi pinggul karena gout arthritis, osteoporosis, fraktur, dan saraf

terjepit.

11. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran

cerna dan faktor sosial ekonomi.

12. Sukar menahan buang air kecil karena obat-obatan, radang kandung

kemih, kelainan saraf, dan faktor psikologis.

13. Sukar menahan buang air besar karena obat-obatan,diare, kelaianan usus

besan dan rectum.

14. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, lensa berkurang,

katarak, glaucoma dan infeksi mata.

15. Gangguan pendengaran, ketulian yang menyebabkan kekacauan mental.

16. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang serta depresi.

17. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaucoma, sinusitis dan sakit gigi

18. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena gangguan

sirkulasi darah lokal dan gangguan syaraf umum

19. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, diabetes, gagal ginjal,

hipertensi, hepatitis kronis dan alergi

2.3 Konsep Gout Arthritis / Asam Urat

2.3.1 Definisi

Penyakit Asam Urat atau dalam dunia medis disebut penyakit


Pirai/penyakit (Gout Arthritis) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh

tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah

melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam

persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang

membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita

penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika bergerak,

mengalami kerusakan pada sendi, dan cacat (Susanto, 2016).

Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang

ditandai dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut berulang-ulang.

Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai lanjut usia

dan wanita pasca Menopause (Nurarif, 2015).

2.3.2 Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya asam urat (Gout) disebabkan oleh

faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui

(idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan

faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan

oleh kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi

peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat

dam kombinasi kedua peyebab tersebut (Susanto, 2016). Sedangkan Menurut

Prasetyono 2017, penyebab munculnya asam urat yaitu :

1. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Tubuh

manusia sebenarnya sudah menyediakan 85% senyawa purin untuk

kebutuhan seharihari. Ini berarti, kebutuhan tubuh akan purin yang berasal
dari makanan hanya sekisar 15%. Jika lebih dari 15% maka tubuh akan

kelebihan zat ini.

2. Mengkonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit

asam urat. Sebab, alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin

menjadi berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan dalam peredaran

darah dan penumpukan persendian.

2.3.3 Manifestasi Klinis

Menurut Hadibroto, 2015 penyakit ini umumnya ditandai dengan rasa

nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sebuah sendi pada saat tengah malam,

biasanya pada ibu jari kaki (sendi) metatarsofalangeal pertama atau jari kaki

(sendi tarsal). Jumlah sendi yang meradang kurang dari empat (oligoartritis),

dan serangannya di satu sisi (unilateral). Kulit berwarna kemerahan, terasa

panas, bengkak, dan sangat nyeri. Pembengkakan sendi umumnya terjadi

secara asimetris (satu sisi tubuh). Berikut beberapa tanda dan gejala asam

urat:

1. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak berwarna

kemerahan (meradang).

2. Biasanya, persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur) atau

malam hari.

3. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang yang diserang biasanya sendi

jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan tangan, dan siku.

4. Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak,

bahkan penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa

kropos atau mengalami pengapuran tulang


2.3.4 Patofisiologi

Kelainan pada sendi metatarsofangeal terjadi akibat ditemukan

penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang rawan artikular. Pada

fase lanjut akan terjadi erosi tulang rawan, proliverasi sinovia dan

pembentukan panus, erosi kistik tulang serta perubahan gout sekunder.

Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta ankilosis pada tulang kaki.

Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan

psikologis. Respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga

menimbulkan respon nyeri. Degenerasi kartilago sendi dan respon nyeri

menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Peningkatan metabolism

menyebabkan pemakaian energy berlebih sehingga klien cenderung

mengalami malaise, anoreksia dan status nutrisi klien tidak seimbang.

Pembentukan panus pada pergelangan kaki menyebabkan masalah citra tubuh

dan prognosis penyakit menimbulkan respons ansietas (Muttaqim,2016).

2.3.5 Penatalaksanaan

Menurut Helmi (2018), sasaran terapi Gout Arthritis yaitu

mempertahankan kadar asam urat dalam serum dibawah 6 mg/dl dan nyeri

yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin

dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang dtimbulkan oleh

penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal tersebut ditemukan

pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan particular, tendon, tulang,

ginjal serta beberapa tempat lainnya. Selain itu terapi gout juga bertujuan

untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena penumpukan

kristal dalam medulla ginjal akan menyebabkan Chronic Urate Nephropathy


serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan

dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan

dengan pengobatan dan penurunan kadar asam urat dalam serum darah.

1. Terapi Farmakologis

Pengobatan Gout Arthritis dilakukan antara lain:

1) Nonsteroid Anti-inflammatory Drugs (NSAID)

Terdapat beberapa NSAID, namun tidak semua memiliki infektifitas

dan keamanan yang baik untuk terapi gout akut.

2) Colchicine

Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka panjang gout

akut. Colchicine hanya digunakan selama saat kritis untuk mencegah

serangan gout.

3) Kortikosteroid

Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut

dan akan mengontrol serangan.

4) Probenecid

Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi ginjal GFR <50ml/min.

5) AllopurinoL.

Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera menurunkan

plasma urat dan konsentrasi asam urat disaluran urin, serta

mamfasilitasi mobilisasi benjolan.

6) Uricosuric

Obat ini memblok reabsorbsi tubular dimana urat disaring sehingga

mengurangi jumlah urat metabolic, mencegah pembentukan benjolan


baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada. Apabila

intervensi dan diagnosis gout arthritis dilakukan pada fase awal,

intervensi ortopedi jarang dilakukan. Pembedahan dengan bedah

dilakukan pada kondisi Gout Arthritis kronis.

2. Terapi Non-Farmakologis

1) Diet dibagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat-

syarat sebagai berikut:

a. Pembatasan urin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka

penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin.

b. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan

berat badan.

c. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,

roti, dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat karena

akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.

d. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi misalnya

daging kambing, ayam, ikan, hati, keju,udang, telur.

e. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui

urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan

mentega sebaiknya dihindari.

f. Tinggi Cairan. Konsumsi cairan yang yang banyak dapat membantu

membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas satu

hari.

g. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam

urat mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi, dibandingkan

mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol . Hal ini dikarenakan

alkohol akan meningkatkan asam laktat. Asam laktat ini akan

menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

2) Menurut teori Andarmoyo (2018) manajemen non farmakologi gout

arthritis yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi, relaksasi,

bimbingan antisipasi, dan terapi kompres hangat. Kompres hangat

merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat

yang digunakan untuk memenuhi rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri

tindakan ini digunakan untuk klien yang mengalami nyeri (Hidayat, 2017).

2.4 Konsep Kompres Kayu Manis

2.4.1 Definisi

Kayu manis (Cinnamomun Burmani) adalah rempah-rempah dalam

bentuk kulit kayu yang mudah ditemui di daerah sekitar masyarakat, yang

dimanfaatkan masyarakat sebagai penambah rasa dalam masakan.

(Setiawan, 2020)

2.4.2 Manfaat

Kayu manis mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan

sebagai anti rematik dan anti inflamasi (Margowati, 2017)


Dari penelitian sebelumnya dihasilkan bahwa kompres hangat kayu

manis telah lebih efektif mengurangi nyeri dibanding kompres dingin dalam

penurunan skala nyeri arthitis gout. Kompres dengan menggunakan air

hangat mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga

akan meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi nyeri akibat spasme

atau kekakuan, dan juga memberikan rasa yang nyaman (Amilia, 2017).

Penambahan kayu manis dalam air hangat lebih mendorong terjadinya

penurunan nyeri sebab kayu manis mengandung anti inflamasi dan anti

rematik yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi. Hal

ini disebabkan bahwa bubuk kayu manis mengandung sinamaldehid yang

dapat mengambat kerja peradangan dan dapat mengatasi nyeri arthritis.

2.4.3 Tujuan

a. Membantu mengatasi masalah asam urat pasien yaitu meringankan

atau bahkan mengatasi nyeri sendi karena asam urat

b. Membuat pasien menjadi hangat dan rileks

c. Meningkatkan kualitas hidup

(Noviani, 2018)

2.4.4 Indikasi

Dilakukan pada pasien yang menderita asam urat dengan nyeri

sendi. (Noviani, 2018)

2.4.5 Prosedur

1) Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan terapi kompres kayu manis :

a. Serbuk kayu manis ±20gram


b. Air 200cc

c. Handuk kecil

d. Baskom

2) Masukan kayu manis bubuk kedalam air 200cc yang telah dipanaskan

dengan suhu air 45OC hingga mendidih

3) Masukan kedalam baskom dan celupkan handuk kecil kedalam

baskom yang berisi rebusan kayu manis bubuk

4) Mulailah mengompreskan larutan kayu manis pada bagian tubuh yang

sakit dan tunggu 10-20 menit

5) Kompres dilakukan jika merasa nyeri pada sendi dan dilakukan 2x

sehari pada pagi dan malam sebelum tidur

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
No Author/penulis Judul Tahun Metode Hasil
Pemberian Kompres
Hasil pasien 1 terjadi pe
Kayu Manis Untuk
skala nyeri dari nye
Muhamad Menurunkan Nyeri
Deskriptif skala 5 menjadi nyer
Taufiq Penderita Arthritis
1 2020 dengan skala 3. Pasien 2
Setiawan & Gout di Wilayah
rancangan studi penurunan skala nyeri d
Hirza Ainin Puskesmas Jepang
kasus berat skala 4 menja
Nur Kecamatan Mejobo
ringan skala 3.
Kabupaten Kudus
Penerapan Kompres
Kompres kayu mani
Kayu Manis
nyeri gout Arthitis dari
(Cinnamomun Observasional
Ni Made Ridla menjadi 3 setelah
Burmani) Terhadap deskriptif desain
2 Nilasanti 2020 pemberian pada pa
Nyeri Pada Asuhan penelitian studi
Parwata et al selama 1 minggu dalam
Keperawatan kasus
15-20 menit dapat men
Gerontik Dengan
nyeri sendi akibat Gout
Kasus Gout Arthitis
Pengaruh
Penggunaan kompres Quasy Melalui uji statistik W
Kayu Manis eksperimen menunjukan adanya p
Terhadap Penurunan dengan penggunaan kompres
Adi Antoni1 et
3 Skala Nyeri Pada 2020 rancangan the manis terhadap penurun
al
Penderita Arthritis one group nyeri pada penderita
Gout Di Wilayah pretest-posttest gout dengan pvalue 0.
Kerja Puskesmas design. (0.005).
Batunadua
Hasil perhitungan
Pengaruh Kompres menggunakan uji W
Kayu Manis dimana didapatkan nilai
pra eksperiment
Terhadap Perubahan Sig. (2-tailed) = 0,00
Eva Marvia et dengan
4 Tingkat Nyeri Sendi 2019 artinya nilai Asymp.
al pendekatan one
Pada Lansia Di Balai tailed) < 0,05, maka
group pre-post
Sosial Lanjut Usia pengaruh kompres kay
design.
“Mandalika” Ntb terhadap perubahan
nyeri sendi pada lansia
Hasil uji Independen
Penerapan Kompres
didapatkan nilai p value
Hangat Kayu Manis
0,05 artinya ada p
(Cinnamomum quasi
Maya Cobalt kompres hangat kayu
Burmani) Terhadap eksperiment
Angio terhadap penurunan
5 Penurunan Nyeri 2021 dengan
Septianingtyas penderita gout arthritis
et al
Penderita Gout pendekatan pre-
dan sesudah pe
Arthitis Di Desa and post-with
kompres hangat kayu
Kwaron Kelurahan control group
antara kelompok interv
Karangdowo Klaten
kelompok control.
3.2. Pembahasan

Perawat dalam proses asuhan keperawatan mempunyai peran penting

dalam pemberian pereda nyeri yang adekuat, yang prinsipnya mencakup

mengurangi ansietas, mengkaji nyeri secara regular, memberi analgesik dengan

tepat untuk meredakan nyeri secara optimal, dan mengevaluasi keefektifannya

(Kneale, 2011). Penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek penting dalam

asuhan keperawatan.

Penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan terapi non farmakologis yang

merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi pendukung untuk

kesembuhan pasien tanpa mengabaikan terapi medis yang dapat mengontrol

gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan

pasien secara keseluruhan dan merupakan bagian dari terapi komplementer

(Suardi, 2011). Dimana terapi non farmakologis meliputi penurunan berat badan,

kompres air panas, Jahe merah, kulit kayu manis (cortex cinnamomi burnannii),

batang brotowali (caulis tinosporae crispa.), (ocimum bacilicum), akar jarak

(radix ricini), (Marvia, et al 2019). Dari beberapa terapi tersebut salah satu terapi

yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien Gout Arthtritis yaitu

dengan pemberian kompres kayu manis (cortex cinnamomi burnannii).

Dijelaskan dalam penelitian Marvia et al (2019) tentang Pengaruh

kompres kayu manis terhadap perubahan tingkat nyeri sendi pada lansia yang

menggunakan rencangan penelitian jenis pra eksperiment dengan pendekatan yang

digunakan yaitu one group pre-post test design dengan sampel lansia yang menderita

penyakit nyeri sendi sebanyak 15 lansia di Balai Sosial Lanjut usia

‘’Mandalika’’NTB. Pada penelitiannya didapatkan Sebelum pemberian kompres


kayu manis sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang. Dan setelah diberikan

kayu manis sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri ringan yaitu

sebanyak 12 responden (80%). Hal ini disebabkan karena kandungan minyak

atsiri pada kulit kayu manis mengandung eugenol, dimana eugenol mempunyai

rasa yang sangat pedas dan panas sehingga mampu membuka poripori kulit.

Kandungan kayu manis (Cinnamomum Burmannii) yang berperan dalam

inflamasi berasal dari sinamaldehid. Kandungan sinamaldehid mampu masuk ke

dalam sistemik tubuh dengan adanya pelebaran pori-pori tersebut. Sinamaldehid

diduga mampu menghambat lipoxygenase. lipoxygenase ini merupakan mediator

di dalam tubuh yang mengubah asam free arachidonicAcid menjadi leukotrienes.

Jika leukotrinnya menurun maka proses inflamasi berkurang. Salah satu dari

tanda-tanda inflamasi merupakan nyeri, khususnya pada pasien Arthritis Gout.

Hal ini didukung oleh teori “gate control” yang Menjelaskan bagaimana impuls

rasa sakit/nyeri termodulasi dimana aliran impuls rasa nyeri aferen dapat dihambat

atau diteruskan dalam substansi gelatinosa dikorda spinalis atau nukleus sehingga

impuls yang menimbulkan berbagai sensasi dapat ditransmisikan bersama,

dimodifikasi kan dan dihambat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya arthritis gout

salah satunya adalah jenis kelamin, Arthritis gout biasanya lebih sering terjadi

pada laki-laki dibanding perempuan, namun pada perempuan lebih banyak terkena

setelah memasuki usia menopause, hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Antoni et al (2020), tentang pengaruh penggunaan kompres kayu

manis terhadap penurunan skala nyeri pada penderita arthritis Gout dengan
menggunakan metode penelitian quasy eksperimen dengan rancangan the one

group pretest-posttest design. Serta Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebanyak 13 responden. Dari 13 responden mayoritas yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 8 orang (61,5%) dan minoritas yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 5 orang (15,4%). Hasil penelitiannya menunjukan dari 13

responden kelompok eksperimen sebelum dilakukan intervensi yakni rata-rata

penurunan skala nyeri adalah 6,92 (SD=0,954) dan sesudah diberikan kompres

kayu manis yakni rata-rata penurunan skala nyeri adalah 4,85 (SD = 1,281). Hasil

uji statistik menggunakan uji wilcoxon didapatkan p-value sebesar 0.001

Sehingga menunjukan adanya pengaruh penggunaan kompres kayu manis

terhadap penurunan skala nyeri pada penderita arthritis gout.

Hal ini dikarenakan responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih rentan

terkena arthritis gout. Laki-laki memiliki kadar asam urat lebih tinggi dibanding

perempuan sehingga rentan terserang arthritis gout. Pada wanita terdapat hormon

estrogen yang mampu melindungi lapisan endotel pada seluruh tubuh sehingga

elastisitas dari pembuluh darah, sendi dan organ lain lebih terjaga daripada yang

sudah menopause.

Kompres kayu manis merupakan kompres yang dilakukan dengan

menggunakan bubuk kayu manis hal ini dijelaskan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Setiawan et al (2020) tentang pemberian kompres kayu manis

untuk menurunkan nyeri penderita arthritis gout dimana menggunakan metode

metode deskriptif dengan rancangan studi kasus dengan fokus permasalahan

terkait pemberian kompres kayu manis untuk menurunkan nyeri penderita arthritis
gout. Pada penelitiannya bubuk kayu manis tersebut dibuat pasta kayu manis

dengan komposisi 20-gram bubuk kayu manis yang dilarutkan dalam 1 sendok

makan air hangat 45°C. Kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang nyeri

kemudian tunggu 10-20 menit. Hasilnya menunjukan sebelum diberikan kompres

kayu manis pada hari pertama didapatkan nyeri pasien dalam kategori nyeri

sedang yaitu dengan skala nyeri 5. Setelah diberikan kompres kayu manis nyeri

pasien berkurang menjadi skala 4. Pada hari kedua sebelum dilakukan kompres

kayu manis nyeri pasien masih tetap dengan skala 4. Setelah diberikan kompres

kayu manis skala nyeri pasien berkurang menjadi nyeri ringan yaitu dengan skala

nyeri 3. Setelah diberikan kompres kayu manis selama 2 hari dalam 1 minggu

dengan durasi waktu 10-20 menit, skala nyeri pasien 1 berkurang dari skala nyeri

sedang 5 menjadi nyeri ringan yaitu dengan skala nyeri 3.

Sajalan dengan penelitian dari Parwata et al (2020) yang menggunakan

metode Observasional deskritif desain penelitian studi kasus pada penelitiannya

kompres kayu manis dapat nyeri gout Arthitis dari skala 6 menjadi 3 dengan 4 kali

pemberian pada pagi hari selama 1 minggu dalam waktu 15-20 menit. berdasarkan

data yang diperoleh pada pengkajian nya klien mengeluhkan nyeri pada daerah

lutut dan pergelangan kaki, seperti tertusuk–tusuk, tidak menyebar, susah untuk

berjalan, Skala nyeri 6, perubahan dalam cara berjalan yaitu dengan langka kecil,

terdapat nyeri tekan pada lutut, dan pergelangan kaki, ekspresi wajah nampak

meringis. Hasil intervensi pemberian kompres kayu manis yang di lakukan pada

klien selama 1 minggu dengan 4 kali pemberian menunjukan perubahan yang

signifikan. Klien mengatakan sebelum di berikan kompres kayu manis klien

merasakan nyeri dengan skala nyeri 6, tetapi setelah pemberian 4 kali terapi
kompres kayu manis klien merasakan nyeri nya sudah berkurang dan klien bisa

berjalan dengan normal, selain itu pemeriksaan kadar asam urat dari klien yang

pertama nya 10,3 gr/dL selama 4 kali pemberian terapi kompres kayu manis sudah

berangsur-angsur turun menjadi 6,3 gr/dL. Sebelumnya klien jarang atau bahkan

belum pernah melakukan terapi pengobatan nyeri sendi Gout Arthritis dengan

pengobatan kompres kayu manis.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Septianingtyas et al

(2021) tentang Penerapan Kompres Hangat Kayu Manis (Cinnamomum Burmani)

Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Gout Arthitis yang menggunakan metode

quasi eksperiment dengan pendekatan pre- and post-with control group. Sampel

pada penelitian in berjumlah 50 responden. Penelitiannya menunjukan bahwa dari

25 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok control

didapatkan bahwa pada kelompok intervensi terdapat 21 responden yang skala

nyerinya turun, dari nyeri berat menjadi nyeri sedang dan nyeri sedang menjadi

nyeri ringan. Pada kelompok control didapatkan hasil 5 responden mengalami

penurunan skala nyeri, dari nyeri berat menjadi nyeri sedang dan nyeri sedang

menjadi nyeri ringan. Sehingga hal ini menunjukan bahwa kompres hangat kayu

manis (cinnamomum burmani) berpengaruh terhadap penurunan nyeri penderita

gout arthitis. Namun Berdasarkan teori nyeri Good yaitu perlu adanya

keseimbangan antara pemberian terapi analgesik dengan efek samping sehingga

juga perlu dilakukan terapi pembantu lainnya.

3.3. Implikasi Keperawatan

Terjadinya peningkatan asam urat ditandai dengan adanya serangan secara

mendadak, berulang dan rasa nyeri yang sangan terasa, hal ini dikarenakan adanya
endapan monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai

akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah/hiperurisemia.(Sumartyawati

dkk, 2018). Ada beberapa intervensi keperawatan nonfarmakologi yang dapat

diberikan untuk menurunkan skala nyeri pada penderita Gout Arthritis salah

satunya adalah dengan kompres kayu manis.

Pemberian kompres kayu manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita

Gout Arthritis sebab kayu manis mengandung anti inflamasi dan anti rematik

yang berperan dalam proses penyembuhan peradangan sendi. Hal ini disebabkan

bahwa bubuk kayu manis mengandung sinamaldehid yang dapat mengambat kerja

peradangan dan dapat mengatasi nyeri arthritis (Amilia, 2017).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Dari beberapa jurnal yang dianalisis, pengaruh penggunaan kompres kayu

manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis terutama pada

lansia yang mengalami/menderita asam urat/ gout arthritis. Sehingga dapat

direkomendasikan untuk dilakukan di Panti Sosial Griya Lansia Jannati.


4.2 Saran

a. Teoritis

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal ini teori pemberian kompres

kayu manis dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis,

terutama pada lansia yang menderita gout arthritis di Panti Sosial Griya

Lansia Jannati.

b. Praktis

1. Bagi Program Studi Ners

Diharapkan dengan adanya analisis jurnal ini dapat menjadi tambahan

teori dan literatur bacaan tentang keperawatan gerontik

2. Bagi Perawat

Jurnal ini diharapkan dapat menamba wawasan, ilmu, pengetahuan

serta menjadi landasan dalam mengaplikasikan dalam tindakan

keperawatan khususnya pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, 2017. Penyakit Asam Urat Pada Lansia, Jakarta : Salemba Medika

Andarmoyo, Sulistyo. 2018. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media

Abdul dan Sandu Siyoto. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta

Hadibroto, dkk. 2015. Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


Helmi N, Zairin. 2018. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Medika
Salemba

Hidayat, R. 2017. Gout Dan Hiperurisemia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta : Graha Imu.

Kozier B & Erb’s, G. (2015). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (Kozier &
Erb’s techniques in clinical nursing), ed. Ariani, F edk 5. Jakarta: EGC

Margowati, S. & Sigit, P. 2017. Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis


(Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthritis
Gout. Yogyakarta
Muttaqim, Arif. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Maya Cobalt S & Mega Yolanda, (2021). Penerapan Kompres Hangat Kayu
Manis (Cinnamomum Burmani) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita
Gout Arthitis Di Desa Kwaron Kelurahan Karangdowo Klaten. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 5 No.1 Januari 2021: Semarang

Ni Made Ridla Nilasanti Parwata. Tasnim, Dafrosia Darmi Manggasa,


Agusrianto, Desi Kristanti Dala. (2020). Penerapan Kompres Kayu Manis
(Cinnamomun Burmani) Terhadap Nyeri Pada Asuhan Keperawatan
Gerontik Dengan Kasus Gout Arthitis. Jurnal Kesehatan. Vol. 1 No. 1
(2020)

Noviani, K. 2018. Standar Operasional Prosedur Pemberian Hangat Kayu Manis


Mengurangi Nyeri Sendi.

Nuratif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta: Medication.

Prasetyono, D.S. 2017. Daftar Tanda Dan Gejala Ragam Penyakit. Yogyakarta:
FlashBooks.

Padila. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Pandji, D. (2016). Menembus Dunia Lansia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo


Kelompok Gramedia

Setiawan, M. T. & Hirza, A. N. 2020. Pemberian Kompres Kayu Manis Untuk


Menurunkan Nyeri Penderita Arthritis Gout Di Wilayah Puskesmas Jepang
Mejobo Kabupaten Kudus. Jurnal Profesi Keperawatan. 7 (2) :134-146

Sumartyawati, Ni Made. Dkk. 2018. Efektivitas Pemberian Rebusan Daun Sirsak


(Annona Mucicata L) Dan Senam Tera Terhadap Perubahan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di Bslu Mandalika Provinsi Ntb.
Diakses pada tanggal 4 Mei 2021 dengan link http://id.stikes-
mataram.ac.id/e-journal/index.php/JPRI/article/view/94

Susanto, Teguh. 2016. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan Yogyakarta:


Buku Pintar.

World Health Organization (WHO). (2017). WHO methods and data sources
global burden of diasese estimates 2000-2015.

Anda mungkin juga menyukai