Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOLOGI

“ADMINESTERING OBAT PADA LANSIA”

Dosen pengampu : Ns. Deisy Sri Hardini, S.kep., M.ke., Sp. Kep. An.

Disusun oleh :

Kelompok 5 Kelas 2E

Nelfani Suci Lestari 2211020285


Khilmi Danu Wibowo 2211020297
Septiya Argiyanti 2211020301
Ananda Putri Budiani 2211020314
Fatin Karimatunnisa 2211020327

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ”Administring Pada
Lansia”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Deisy Sri Hardini, S.kep., M.ke., Sp.
Kep. An. selaku dosen pegampu mata kuliah Farmakologi , yang telah membimbing
dan memberi arahan dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimkasih juga kami
sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami dan pembaca pada umumnya.

Sokaraja, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II Evidence Based Nursing Practice (EBNP) ............................................................... 3
BAB III ANALISIS JURNAL .............................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
3.1 Pengertian Osteoartistis .............................................................................................. 7
3.2 Jenis dan Mekanisme Obat Osteoartistis ..................................................................... 7
3.3 Adminestering Obat pada lansia ................................................................................. 8
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 10
4.2 Saran ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adminestering berasal dari kata administrasi. Dalam KBBI Administrasi
adalah tata cara, pengelolaan, atau pengaturan tata laksana untuk mencapai
tujuan.Dalam farmakologi administering berarti pengelolaan dan tata cara pemberian
obat pada individu. Dalam hal ini, individu dituntut mengetahui cara dan langkah yang
benar dalam pengkonsumsian obat.

Lansia atau lanjt usia adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia
menjadi penduduk tertingi di Indonesia yakni mencapai 41,6% dari jumlah keseluruhan
poulasi. (Freddy Akbar, dkk, 2021). Lansia menjadi salah satu indicator utama dalam
penilaian angka harapan hidup yang tinggi, Indonesia salah satunya. Semakin banyak
jumlah penduduk lania, semakin tinggi pula harapan hidup di suatu Negara. (Akbar,
Nur, & Widya Nengsih, 2021). Lansia merupakan rentan usia yang mengalami
penurunan fungsi organ dan kognitif, sehingga dalam praktikya lansia lebih
memerlukan perhatian khusus dalam kegiatan sehari-hari.

Obat adalah salah satu zat baik itu kimia atau non kimia yang digunakan untuk
menyembuhkan, mencegah, dan mendiagnosa penyakit. (Lisiyanti prabowo, 2021).
Obat tidak bisa dikonsumsi sembarangan perlu adanya resep dan syarat indikasi
tertentu. Obat memiliki peran yang berbeda-beda dengan dosis yang sudah ditentukan.

Dalam praktiknya, setiap kalangan wajib dipantau dalam tahapan pembelian


sampai pembuangan obat. Namun, kali ini, kami menyoroti kalangan lansia yang
rentan dan memiliki penurunan fungsi organ atau kognitif yang telah melewati fase
matang. Kurang ketelitian dalam kondumsi obat akan berpengaruh pada keseluruhan.
Efek samping yang didapat mulai dari ringan hingga berat.

Penurunan fungsi organ dan fungsi tubuh yang dialami lansia menyebabkan
lansia rentan mengalami pengapuran sendi yang menyebabkan pergesekan antar tulang
yang menyebabkan rasa sakit. Osteoristis (OA) adalah nama penyakit yang biasa
mnyerang. Pengobatan dan manajemen pengobatan berbeda-beda bagi setiap individu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Osteoristis (OA)?
2. Bagaimana jenis dan mekanisme pemberian obat Osteoristis (OA)?

3. Bagaimana Adminestering obat pada lansia yang benar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Osteoristis (OA)

2. mengetahui jenis obat dan mekanisme pemberian obat kkhusuya pada Osteoristis

3. Mengetahui maanjemen obat pada lansia

2
BAB II
Evidence Based Nursing Practice (EBNP)

Judul “Efektivitas Suplementasi Glukosamin Pada Tatalaksana


penelitian Osteoartritis”

Penelitian Shinta Melia Desiana, Jessica Sindy Sirait.


oleh

Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kefektifan


penelitian suplementasi glukosamin dalam mengatasi penyakit osteortritis.

Metode Metode yang digunakan berupa studi literature review. Dengan


sumber kumpulan artikel penelitian, metaanalisis dan systematic
review dengan proses pencarian menggunakan database seperti
pubmed, googlescholar, medlyne, dan sciene direct dari tahun 2006
hingga 2019. Sumber kepustakaan yang didapatkan 28 buah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan metode review 28
Hasil
jurnal, dan 7 hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 3 dari 7
penelitisn
menyatakan bahwa glukosamin sulfat efektif dan dapat meningkata
struktur tulang bagi lansia-manula ,bersumber dari penelitian
Pavelka & Reginster (dalam Henrotin, Marty, & Mobasheri, 2014),
Zhu et al. (2018)
pernyataan berbeda dari Rozendaal et al. (2008), Clegg et. al. (2006)
pada 1583 pasien , Cahlin & Dahlström (2011), Wandel et al. (dalam
Henrotin, Marty, & Mobasheri, 2014). meyatakan bahwa penggunan
glukosamin sulfat tidak efektif tidak lebih bak dari plasebo,
pemberian glukosamin HCL dan kondroitin sulfat tidak signifikan
mengobati OA, tidak ada relevasi efek klinis dari penggunaan

3
glukosamin sulfat. Dalam penelitiannya jackson dan Lubis, Siagian,
Wonggokusuma, Marsetyo, & Setyohad (2017) melaporkan bahwa
pemberian kombinasi glukosamin-kondroitin
sulfatmetilsulfonilmetan memberikan perbaikan klinis berupa
pengurangan nyeri dan perbaikan fungsi pasien OA lutut.
Keterbatasan glukosamin, diperlukan penambahan senyawa guna
menghasilkan luaran yang lebih baik, diantara beberapa senyawa
yang telah diuji suplemen glukosamin dan kombinasi glukosamin-
kondroitin sulfatmetilsulfonilmetan memiliki luaran yang lebih
baik dibanding dengan kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat.
Keefektifan glukosamin dalam mengatasi OA, diperlukan
Kesimpulan
kombinasi dengan beberapa senyawa lain, berdasarkan data dari
sumber penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa, glukosamin
perlu ditambahkan gugus tertentu dalam pengaplikasiannya, untuk
menghasilkan obat dengan luaran yang lebih baik , suplemen
glukosamin di kombinasi glukosamin-kondroitin
sulfatmetilsulfonilmetan. Dibandingkan dengan kombinasi senyawa
lain, senyawa tersebut yang paling efektif.

4
BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Ananlisis jurnal berdasarkan PICO/PICOT


Judul Jurnal : Efektivitas Suplementasi Glukosamin Pada Tatalaksana
Osteoartritis

Kriteria Pembenaran & Critical Thinking


Population/Problem Pasien pengidap penyakit OA usia 50-65 tahun berjumlah
1805 pasien menderita penyakit OA, yang megkonsumsi
suplemen glukosamin glukosamin sulfat, glukosamin HCL,
N-asetilglukosamin, serta kombinasi dengan senyawa lain,
dalam kurun waktu pengobatan 6 bulan, 2 tahun dan 3 tahun.
Intervation Tingkat keefektifan glukosamin pada penyakit osteortritis.
Comperation Menurut 3 penelitian Pavelka dan Reginster dalam Henrotin,
Marty Mobasheri tahun 2014, dan Bruyere 2008, menyatakan
bahwa obatt glukosamin sulfat mempunyai tingkat efektif
yang tinggi dalam mengontrol gejala simsomatik OA. Dalam
jangka waktu 3 tahun obat glukosmin sulfaft dapat
mengontrol nyeri pada pasien OA lutut, dan akan bertahan
apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Didapatkan hasil bahwa obat glukosamin dapat memperbaiki
struktur tulang penderita.
Perbedaan pendapat dari Cahlin Dahstrom, Wandel 2014,
Rozendaal 2008, Glucosamine/chondroitin Arthritis Trial
(GAIT) 2006, dalam penelitiannya melaporkan bahwa
penggunan glukosamin sulfat tidak efektif tidak lebih baik
dari plasebo, pemberian glukosamin HCL dan kondroitin

5
sulfat tidak signifikan mengobati OA, tidak ada relevasi efek
klinis dari penggunaan glukosamin sulfat
Outcome Penelitian dengan metode review jurnal dari beberapa
sumber, didapatkan hasil bahwa pemberian suplemen
glukosamin dan kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat
metil sulfonilmetan untuk pasien OA rentan usia 50-65 tahun
tingkat keefektifanya tinggi dan luaran lebih baik
dibandingan kombinasi glukosamin sulfat dengan senyawa
lain.
Time Penelitian dilakukkan dalam kurun waktu, 6 minggu-3tahun.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Osteoartistis


Osteoristis (OA) merupakan penyakit yang disebabkan adanya radang akibat
gesekan pada sendi, penyakit ini merupakan penyakit degeratif yang mengakibatkan
semakin hari semakin memburuk pada organ tubuh. Penyakit ini, jika dibiarkan akan
menurunkan fungsi normal tubuh bahkan menyebabkan kecacatan atau disabilitas.

Menurut WHO pada tahun 2017, penyakit ini akan menghambat aktivitas sehari-
hari karena sakit yang diderita cukup menyiksa. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Utami dan Pasiak dalam Jurnal Biomedik tahun 2013 mengatakan sekitar 2 dari 3
rang pengidap OA adalah lansia berusia diatas 65 tahun dengan presentase 60,5% pada
laki-laki dan 70,5 % pada perempuan. Dari data tersebut, disimpulkan bahwa OA
banyak menyerang lansia hal ini dikarenakan faktor usia yang mempengaruhi inflamasi
pada sendi. Semakin bertambahnya usia, pengapuran sendipun terjadi sehingga tulang
mengalami gesekan dan mengakibatkan rasa nyeri

3.2 Jenis dan Mekanisme Obat Osteoartistis


Dalam ilmu farmakologi, obat didefinisikan sebagai suatu zat yang mampu
memutus rantai penyebab dari suatu penyakit. Misalnya, pada sakit hipertensi yang
disebabkan oleh ritme jantung, ritme pompa jantung yang menyebabkan hal demikian
harus di putuskan. Pencegahan inin dilakukan oleh mekanisme obat.

Dalam kasus penyakit Osteoarthitis yang menjadi penyebab terjadinya hal


tersebut karena adanya pegapuran sendi yang menyebabkan inflamasi pergesekan
antara tulang yang menyebabkan rasa sakit. Jenis obat yang digunakan untuk penyakit
ini adalah jenis obat analgesic atau Non-Steroidal Anti-Inflammatory.Obat ini akan
mengurangi rasa nyeri mempertahan dan memperbaiki fungsi sendi. Untuk mencegah
dan meminimalisir adanya gesekan antara tulang diperlukan pelumas untuk
mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi. Akibat hal ini golongan obat
analgesic mampu menjadi tiang yang akan meningkatkan pondasi guna inflimasi
gesekan antar tulang tidak akan terjadi.

Namun menurut penelitian, pengobatan dan perawatan hanya dengan


menggunakan satu metode saja tidak akan menyembuhkan dan mencegah hal tersebut
akan terjadi. Maka perlu adanya tatalaksana atau mekanisme tambahan. Rincian dari
tahap-tahap farmakologis dan non-farmakologis seperti berikut :

7
a) Pengkajian perilaku
b) Memberikan analgesic non-complex seperti contohnya paracetamol
c) Memberikan obat kategori Non-Steroidal Anti-Inflammatory (NSAID) jenis
COX-2 yang diberikan pada sel putih
d) Menginjeksi asam hyaluronat dengan metode intar artikulasi

Tetapi menutut penelitian, penggunanaan NSAID dalam jangka waktu yang


lama akan menimbulkan perubahan baik dan buruk dari skala kecil hingga skala
besar. Obat yang bisa digunakan adalah obat jrnid Symptomatic slow acting drugs
for ostheothritis (SYSADOA) yaitu obat yang mengandung glukosamin.

3.3 Adminestering Obat pada lansia


Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 di Puncak Sewu, Jawa
Timur. Lansia umumnya telah mengetahui cara penyimpananan obat, namun belum
mengetahui cara untuk membuang obat.

Anjurannya, lansia lebih baik ditemani saat pengambilan, konsumsi bahkan saat
pembuangan obat. Dalam data yang diperoleh, 52,78% lansia memperoleh obat dari
puskesmas meskipun 98% lansia mengatakan benar bahwa obat yang diperoleh harus
dari apotek. Pada saat mengkonsumsi obatpun, didapatkan lansia patuh meminum obat
secara rutin mencapai setengah dari keseluruhan, artinya masih banyak lansia yang
perlu ditinjau oleh sanak terdekat dalam pengkonsumsian obat sampai tuntas. Dalam
pembelian obat dan sebelum pengkonsumsian obat, 51% lansia tidak memperhatikan
tanggal expired dari obat tersebut.

Sebaiknya, dalam manajemen pemberian obat pada lansia wajib ditinjau hingga
selesai dan ditemani tahap demi tahap. Khususnya, lansia dengan keterbatasan gerak
dan penurunan fungsi organ karena usia. Banyak lansia yang mengalami fungsi
cognitive sehingga dibutuhkan pengawasan.

Dalam penyimpanan obat, lansia sudah mengetahui bahwa sebaiknya obat


disimpan di kotak obat merekapun mengetahui bahwa air dan suhu mampu merusak
obat, namu 27% lansia masih menyimpan obat di lemari pendingin. Da beberapa obat
yang memang harus disesuaikan dengan suhu yang dianjurkan, tapi tidak semua.
Dalam pembuangan obat, 64% lansia tidak mengetahui tata cara pembuangan obat
yang benar, mereka cendeung membuang obat langsung ke tempat sampah tanpa
menghancukan terlebih dahulu.

8
Dalam kasus penyakit OA atau Osteoartistis seperti yang diketahui penyakit ini
tidak hanya bisa di deteksi dengan diagnose mandiri ada beberapa prosedur yang harus
dilewati hingga mencapai final diagnose. Namun, masih banyak lansia yang merasa
pegal-pegal dan merasa sakit pada lutut dan siku akhirnya membeli obat ke apotik tanpa
resep dokter. Meskipun glukosamin adalah obat general yang aman didapatkan tanpa
resep dokter, penderita OA pada lansia sebaiknya mengunjungi dokter dan mendapat
perawatan lebih lanjut untu memperoleh hasil yang maksimal. Terlebih, ada beberpa
individu yang tidak dianjurkan mengkonsumsi obat ini karena memiliki riwayat alergi,
kurang ketelitian dan keamanan pengguna obat menjadi hal yang mendasar dan krusial.

Perlu diingat administering obat yang wajib diterapkan bukan hanya untuk
lansia saja tapi untu semua kalangan :

1. Benar Pasien
Benar pasien artinya mengidentifikasi pasien atau klien yang akan diberi obat,
pastikan tidak ada kekeliruan.
2. Benar Obat
Benar memberikan obat tanpa kekeliruan kepada klien yang bersangkutan
3. Benar Dosis
Disesuaikan dengan usia, berat badan, dan kondisi lainnya. Sedikit saja keliru
dalam pemberian obat akan memepengaruhi efek samping yang didapat
4. Benar Cara Pemberian
Benar memberikan cara pemberian entah itu pemberian melalui oral mulut atau
dengan cara lain.
5. Benar Waktu
Benar dalam pemeberian waktu obat di jam yang tepat.
6. Benar Informasi
Benar informasi terkait obat, benar informasi mengenai riwayat konsumsi obat
pada pasien.
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi dalam pencatatan riwayat yang telah diberikan pada pasien
untuk pemberian obat selanjutnya.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adminestering obat pada lansia secara keseluruhan tidak memiliki cara khusus,
spesisifaksi yang berbeda tetap berada pada pengawasan dan dosis yang khusus.
Hakikatnya pemberian obat dan manajemen pemberian obat dibedakan berdasarkan
obat itu sendiri. Sejatinya, obat lah yang mengatur bagaiamana pengaturan pemberian
obat. Pada lansia, Uyang perlu diperhatikan hanyalah bantuan pengawasan dan
secarakeseluruhan tetap sama.

4.2 Saran
Setiap individu hendaknya wajib untu lebih teliti dan tidak sembarangan dalam
meberikan dan mengatur pemberian obat. Terdapat cara –cara mulai dari pembelian,
penyimpanan, bahkan pengkonsumsian. Sejatinya, setiap individu wajib lebih teliti lagi
dalam adminesterin obat dan bukan hanya pada lansia saja.

10
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Fredy,Darmiati, Darmiati, Arfan, Farmin,Putri, Andi Ainun Zanzadila. (2021).


Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan
Wonomulyo. Jurnal Abdidas volume 2 , 392-397.

Desiana, Shinta Melia. (2019). EFEKTIVITAS SUPLEMENTASI GLUKOSAMIN


PADA TATALAKSANA OSTEOARTRITIS. Jurnal
FarmasetisVolume8No2, Hal59-66,November2019, 59-66.
UbaidaAssalwa, G. P. (2021). PROFIL PERILAKU PENGELOLAAN OBAT PADA
LANSIA. Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 8, No. 1, (2021) 9-14, 9-14.

11

Anda mungkin juga menyukai