FARMAKOLOGI
Dosen pengampu : Ns. Deisy Sri Hardini, S.kep., M.ke., Sp. Kep. An.
Disusun oleh :
Kelompok 5 Kelas 2E
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ”Administring Pada
Lansia”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Deisy Sri Hardini, S.kep., M.ke., Sp.
Kep. An. selaku dosen pegampu mata kuliah Farmakologi , yang telah membimbing
dan memberi arahan dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimkasih juga kami
sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II Evidence Based Nursing Practice (EBNP) ............................................................... 3
BAB III ANALISIS JURNAL .............................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
3.1 Pengertian Osteoartistis .............................................................................................. 7
3.2 Jenis dan Mekanisme Obat Osteoartistis ..................................................................... 7
3.3 Adminestering Obat pada lansia ................................................................................. 8
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 10
4.2 Saran ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia atau lanjt usia adalah orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia
menjadi penduduk tertingi di Indonesia yakni mencapai 41,6% dari jumlah keseluruhan
poulasi. (Freddy Akbar, dkk, 2021). Lansia menjadi salah satu indicator utama dalam
penilaian angka harapan hidup yang tinggi, Indonesia salah satunya. Semakin banyak
jumlah penduduk lania, semakin tinggi pula harapan hidup di suatu Negara. (Akbar,
Nur, & Widya Nengsih, 2021). Lansia merupakan rentan usia yang mengalami
penurunan fungsi organ dan kognitif, sehingga dalam praktikya lansia lebih
memerlukan perhatian khusus dalam kegiatan sehari-hari.
Obat adalah salah satu zat baik itu kimia atau non kimia yang digunakan untuk
menyembuhkan, mencegah, dan mendiagnosa penyakit. (Lisiyanti prabowo, 2021).
Obat tidak bisa dikonsumsi sembarangan perlu adanya resep dan syarat indikasi
tertentu. Obat memiliki peran yang berbeda-beda dengan dosis yang sudah ditentukan.
Penurunan fungsi organ dan fungsi tubuh yang dialami lansia menyebabkan
lansia rentan mengalami pengapuran sendi yang menyebabkan pergesekan antar tulang
yang menyebabkan rasa sakit. Osteoristis (OA) adalah nama penyakit yang biasa
mnyerang. Pengobatan dan manajemen pengobatan berbeda-beda bagi setiap individu.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Osteoristis (OA)
2. mengetahui jenis obat dan mekanisme pemberian obat kkhusuya pada Osteoristis
2
BAB II
Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
3
glukosamin sulfat. Dalam penelitiannya jackson dan Lubis, Siagian,
Wonggokusuma, Marsetyo, & Setyohad (2017) melaporkan bahwa
pemberian kombinasi glukosamin-kondroitin
sulfatmetilsulfonilmetan memberikan perbaikan klinis berupa
pengurangan nyeri dan perbaikan fungsi pasien OA lutut.
Keterbatasan glukosamin, diperlukan penambahan senyawa guna
menghasilkan luaran yang lebih baik, diantara beberapa senyawa
yang telah diuji suplemen glukosamin dan kombinasi glukosamin-
kondroitin sulfatmetilsulfonilmetan memiliki luaran yang lebih
baik dibanding dengan kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat.
Keefektifan glukosamin dalam mengatasi OA, diperlukan
Kesimpulan
kombinasi dengan beberapa senyawa lain, berdasarkan data dari
sumber penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa, glukosamin
perlu ditambahkan gugus tertentu dalam pengaplikasiannya, untuk
menghasilkan obat dengan luaran yang lebih baik , suplemen
glukosamin di kombinasi glukosamin-kondroitin
sulfatmetilsulfonilmetan. Dibandingkan dengan kombinasi senyawa
lain, senyawa tersebut yang paling efektif.
4
BAB III
ANALISIS JURNAL
5
sulfat tidak signifikan mengobati OA, tidak ada relevasi efek
klinis dari penggunaan glukosamin sulfat
Outcome Penelitian dengan metode review jurnal dari beberapa
sumber, didapatkan hasil bahwa pemberian suplemen
glukosamin dan kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat
metil sulfonilmetan untuk pasien OA rentan usia 50-65 tahun
tingkat keefektifanya tinggi dan luaran lebih baik
dibandingan kombinasi glukosamin sulfat dengan senyawa
lain.
Time Penelitian dilakukkan dalam kurun waktu, 6 minggu-3tahun.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut WHO pada tahun 2017, penyakit ini akan menghambat aktivitas sehari-
hari karena sakit yang diderita cukup menyiksa. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Utami dan Pasiak dalam Jurnal Biomedik tahun 2013 mengatakan sekitar 2 dari 3
rang pengidap OA adalah lansia berusia diatas 65 tahun dengan presentase 60,5% pada
laki-laki dan 70,5 % pada perempuan. Dari data tersebut, disimpulkan bahwa OA
banyak menyerang lansia hal ini dikarenakan faktor usia yang mempengaruhi inflamasi
pada sendi. Semakin bertambahnya usia, pengapuran sendipun terjadi sehingga tulang
mengalami gesekan dan mengakibatkan rasa nyeri
7
a) Pengkajian perilaku
b) Memberikan analgesic non-complex seperti contohnya paracetamol
c) Memberikan obat kategori Non-Steroidal Anti-Inflammatory (NSAID) jenis
COX-2 yang diberikan pada sel putih
d) Menginjeksi asam hyaluronat dengan metode intar artikulasi
Anjurannya, lansia lebih baik ditemani saat pengambilan, konsumsi bahkan saat
pembuangan obat. Dalam data yang diperoleh, 52,78% lansia memperoleh obat dari
puskesmas meskipun 98% lansia mengatakan benar bahwa obat yang diperoleh harus
dari apotek. Pada saat mengkonsumsi obatpun, didapatkan lansia patuh meminum obat
secara rutin mencapai setengah dari keseluruhan, artinya masih banyak lansia yang
perlu ditinjau oleh sanak terdekat dalam pengkonsumsian obat sampai tuntas. Dalam
pembelian obat dan sebelum pengkonsumsian obat, 51% lansia tidak memperhatikan
tanggal expired dari obat tersebut.
Sebaiknya, dalam manajemen pemberian obat pada lansia wajib ditinjau hingga
selesai dan ditemani tahap demi tahap. Khususnya, lansia dengan keterbatasan gerak
dan penurunan fungsi organ karena usia. Banyak lansia yang mengalami fungsi
cognitive sehingga dibutuhkan pengawasan.
8
Dalam kasus penyakit OA atau Osteoartistis seperti yang diketahui penyakit ini
tidak hanya bisa di deteksi dengan diagnose mandiri ada beberapa prosedur yang harus
dilewati hingga mencapai final diagnose. Namun, masih banyak lansia yang merasa
pegal-pegal dan merasa sakit pada lutut dan siku akhirnya membeli obat ke apotik tanpa
resep dokter. Meskipun glukosamin adalah obat general yang aman didapatkan tanpa
resep dokter, penderita OA pada lansia sebaiknya mengunjungi dokter dan mendapat
perawatan lebih lanjut untu memperoleh hasil yang maksimal. Terlebih, ada beberpa
individu yang tidak dianjurkan mengkonsumsi obat ini karena memiliki riwayat alergi,
kurang ketelitian dan keamanan pengguna obat menjadi hal yang mendasar dan krusial.
Perlu diingat administering obat yang wajib diterapkan bukan hanya untuk
lansia saja tapi untu semua kalangan :
1. Benar Pasien
Benar pasien artinya mengidentifikasi pasien atau klien yang akan diberi obat,
pastikan tidak ada kekeliruan.
2. Benar Obat
Benar memberikan obat tanpa kekeliruan kepada klien yang bersangkutan
3. Benar Dosis
Disesuaikan dengan usia, berat badan, dan kondisi lainnya. Sedikit saja keliru
dalam pemberian obat akan memepengaruhi efek samping yang didapat
4. Benar Cara Pemberian
Benar memberikan cara pemberian entah itu pemberian melalui oral mulut atau
dengan cara lain.
5. Benar Waktu
Benar dalam pemeberian waktu obat di jam yang tepat.
6. Benar Informasi
Benar informasi terkait obat, benar informasi mengenai riwayat konsumsi obat
pada pasien.
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi dalam pencatatan riwayat yang telah diberikan pada pasien
untuk pemberian obat selanjutnya.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adminestering obat pada lansia secara keseluruhan tidak memiliki cara khusus,
spesisifaksi yang berbeda tetap berada pada pengawasan dan dosis yang khusus.
Hakikatnya pemberian obat dan manajemen pemberian obat dibedakan berdasarkan
obat itu sendiri. Sejatinya, obat lah yang mengatur bagaiamana pengaturan pemberian
obat. Pada lansia, Uyang perlu diperhatikan hanyalah bantuan pengawasan dan
secarakeseluruhan tetap sama.
4.2 Saran
Setiap individu hendaknya wajib untu lebih teliti dan tidak sembarangan dalam
meberikan dan mengatur pemberian obat. Terdapat cara –cara mulai dari pembelian,
penyimpanan, bahkan pengkonsumsian. Sejatinya, setiap individu wajib lebih teliti lagi
dalam adminesterin obat dan bukan hanya pada lansia saja.
10
DAFTAR PUSTAKA
11