Anda di halaman 1dari 16

Makalah Keperawatan

Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria


Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas mata kuliah teori dan
falsafah keperawatan oleh dosen pengampuh mata kuliah Ns. Wirda Y. Dulahu,
M.Kep

Oleh Kelompok III


Listanti 841422145
Dandy Eko Pratama 841422152
Hasmawati 841422160
Nur Fahmiya Ilahude 841422167
Marvi Franswinata Abas 841422174
Yusril D. Latinapa 841422181
Hasri Ainun Daaliuwa 841422189

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan
hidayah-nya kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria” yang menjadi salah satu syarat pada
mata kuliah Keperawatan Dasar di Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga
dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata
kuliah Manajemen Keperawatan yang terhormat Ibu Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep
yang senantiasa membimbing dan mengajarkan kepada kami sehigga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua
mengenai bagaimana Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini belum bisa dikatakan sempurna karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami memohon
kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan segala bentuk kritikan dan
saran yang bersifat membangun dalam perbaikan makalah ini.
Akhir kata, kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca dan dalam dunia pendidikan. Semoga allah SWT
memberikan balasan yang setimpal kepada kita semua, Amiin ya Rabbal Alamin...

Gorontalo, November 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Definisi suppositoria.....................................................................................6
B. Bentuk-bentuk suppositoria...........................................................................7
C. Kelebihan dan kelemahan supositoria...........................................................9
D. Proses Pemberian Obat Suppositoria..........................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang di berikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan dan pengobata , bahkan sebagai pencegahan
terhadap gangguan kesehatan. Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya Oral, intrakutan, subkutan, intravena
langsung, bolus, melalui selang intravena, intramuscular,melalui rectum,
melalui vagina, mata, kulit, telinga dan hidung. Dengan menggunakan
prinsip 6 benar yaitu:
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis obat
4. Benar cara pemberian obat
5. Benar waktu pemberian obat
6. Benar dokumentasi
Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
yang banyak digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga
memiliki efek samping yang merugikan bila dikonsumsi secara peroral
seperti iritasi saluran cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga
konsumen tidak dapat meneruskan penggunaannya. Berdasarkan hal
tersebut dianggap perlu adanya suatu usaha untuk mengembangkan suatu
produk yang dapat mengurangi efek samping dari obat dan diharapkan pasien
dapat mengunakan obat tersebut tanpa adanya keluhan apapun. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memformulasi obat tersebut
dalam bentuk sediaan supositoria.
Supositoria merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi berbentuk
padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo dan
meleleh pada suhu tubuh. Supositoria sangat berguna bagi pasien dengan
kondisi yang tidak memungkinkan dengan terapi obat secara peroral,
misalnya pada pasien muntah, mual, tidak sadar, anak-anak, orang tua yang

4
sulit menelan dan selain itu juga dapat menghindari metabolisme obat di hati.
Basis supositoria memiliki peranan penting dalam kecepatan pelepasan obat
baik untuk sistemik maupun local.
Supositoria dengan menggunakan basis polietilenglikol memiliki
beberapa keuntungan karena sifatnya yang inert, tidak mudah terhidrolisis,
tidak membantu pertumbuhan jamur dan dapat dikombinasikan berdasarkan
bobot molekulnya sehingga didapatkan suatu basis supositoria yang
dikehendaki. Kebanyakan orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara
oral karena difikir lebih aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria
yang penggunaannya tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria
memiliki beberapa fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada
umumnya, seperti suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem
pencernaan karena suppositoria tidak melewati sistem pencernaan,
suppositoria juga dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan
sebagai zat pembawa terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi medikasi suppositoria?
2. Bagaimana kelebihan dan kelemahan suppositoria?
3. Bagaimana bentuk-bentuk suppositoria?
4. Bagaimana proses pemberian medikasi suppositoria?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi obat suppositoria
2. Mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan penggunaan obat
suppositoria
3. Mengetahui berbagai macam bentuk-bentuk suppositoria
4. Mengetahui proses pemberian medikasi suppositoria serta
indikasi dan kontraindikasinya

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi suppositoria
Suppositoria merupakan suatu bentuk sediaan padat dengan berbagai
bobot dan bentuk yang biasanya digunakan dalam pengobatan dengan cara
dimasukkan ke dalam rektum, vagina, atau uretra. Suppositoria akan melunak,
meleleh, atau terlarut dalam cairan tubuh sehingga memberikan efek terapi
lokal maupun sistemik(Remington, 2006). Suppositoria berasal dari bahasa
Latin supponere yang terdiri atas ‘sub’ yang berarti bawah dan ‘ponere’ yang
berarti ditempatkan. Sehingga suppositoria berarti digunakan pada bagian
bawah tubuh seperti rektum. (Ansel et al., 2014). Suppositoria mengandung
satu atau lebih bahan aktif yang terdispersi dalam suatu basis yang larut atau
meleleh pada suhu tubuh (Remington, 2006).
Suppositoria memiliki berbagai bentuk dan ukuran yang dapat dengan
mudah dimasukkan ke dalam tubuh. Suppositoria rektal biasanya memiliki
panjang 32 mm (1,5 inci) dengan bentuk silinder dan ujung yang runcing pada
salah satu atau kedua sisinya. Beberapa suppositoria ada yang berbentuk
peluru atau torpedo tergantung dari beratnya. Bobot suppositoria rektal untuk
dewasa yaitu sekitar 2 gram menggunakan basis lemak coklat, sedangkan
untuk bayi dan anak-anak sekitar setengah dari bobot dan ukuran
suppositoria dewasa dengan bentuk seperti pensil (Remington, 2006;
Ansel et al., 2014). Dalam pembuatan sediaan supositoria, basis supositoria
diharapkan memiliki sifat-sifat sebagai berikut meleleh pada suhu tubuh,
melarut atau terdispersi dalam cairan rektum, tidak bersifat toksik, terutama
tidak mengiritasi mukosa rektal. Memiliki sifat lunak jika diraba, secara
fisiologis netral, artinya mempunyai efek terapi bila tidak dimaksudkan untuk
pengobatan misalnya sebagai pencahar, dapat mempertahankan konsistensinya
pada waktu penyimpanan dan stabil pada waktu penyimpanan. Pada waktu
pembuatan baik dengan cara pelelehan atau cetak tekan dapat berbentuk baik,
tidak menempel pada cetakan, dapat campur dengan zat aktif yang
ditambahkan. Dapat menyebabkan obat secara homogen bercampur dan tidak
adanya sedimentasi. Dalam hal tertentu, mampu menyerap obat dalam larutan

6
air. Pada penggunaan sistemik harus dapat membebaskan obat dengan cepat
dan sebanyak mungkin untuk keperluan absorpsi. Jika dimaksudkan untuk
aksi lokal, maka harus membebaskan obat secara lambat agar aksi dari
supositoria aksinya lebih lama .
Maksud utama pemberian supositoria rektal adalah untuk pengobatan
konstipasi dan wasir, selain itu supositoria rektal juga diberikan untuk efek
sistemik misalnya analgesik, antispasmodinamik, sedatif, obat penenang dan
zat antibakteri . Selain itu, pemberian supositoria rektal dimaksudkan untuk
senyawa obat yang diabsorpsi sangat kecil di sistem gastrointestinal (GI),
senyawa yang tidak stabil dan tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim dari
lambung atau usus (Swarbrick dan Boylan, 2002). Terapi rektal lebih dipilih
dibandingkan bentuk pemakaian lainnya dengan alasan, dalam hal ini dapat
disebutkan antara lain cocok untuk pasien yang tidak memungkinkan
penggunaaan obat secara oral yang dikarenakan pasien memiliki masalah
pada sistem gastrointestinal, pasien yang muntah, mual, pasien yang tidak
memungkinkan menelan obat secara oral serta dapat digunakan pada lansia
maupun anak-anak dikarenakan pemakaiannya yang lebih mudah bila
dibandingkan penggunaan secara oral (Tukker, 2002).

B. Bentuk-bentuk suppositoria
1. Suppositoria vagina
Suppositoria vagina lebih bervariasi dalam bentuk dan biasanya
globular oval dan bentuk  kerucut dimodifikasi. Digambarkan dengan
bobot sekitar 5 gr, tetapi kebanyakan suppositoria vagina komersil
menunjukkan berbagai bobot antara 3 dan 4 gram dan beberapa bobotnya
sampai 8 gr. Suppositoria vagina digunakan terutama untuk efek lokal,
walaupun harus tetap diingat bahwa  permukaan epitel mukus dalam
saluran vagina terisi dengan sirkulasi jadi obat dapat diabsorpsi dan
mempunyai efek sistemik. Suppositoria Vagina dimaksudkan disisipkan
untuk efek lokal dan umumnya sebagai kontrasepsi , antiseptik dalam
kebersihan kewanitaan dan sebagai bahan spesifik untuk menghadapi
invasi patogen. Umumnya kebanyakan obat yang digunakan adalah

7
nonoxynol-9 untuk kontrapsi dan trichomonas vaginalis untuk
menghambat vaginitas karena trichomonas vaginalis,candida (monilia)
albinalis. suppositoria vagina dapat juga dibuat melalui proses seperti
pembuatan tablet, dimana memanfaatkan laktosa dalam jumlah banyak .
Tablet ini dapat disisipkan secara manual atau menggunakan alat penyisip
plastik yang spesial. Pencelupan tablet kedalam air memfasilitasi
penyisipan. Seringkali serbuk kering seperti asam borat didispersikan
kedalam kapsul besar untuk penyisipan kedalam vagina.
Diantara bahan anti-infeksi ditemukan sediaan bahan komersial
sediaan vagina seperti nystatin , clotirmazole , butocona zole nitrat ,
terconazole dan miconazole (anti fungi) dan triple sulfat (tri
sulfat),sulfanilamid,povidone lodine , clindamycin fosfat, metronidazole
dan ovyletracylcine (anti bakteri).

2. Suppositoria uretra
Suppositoria uretra yang disebut inserts adalah bentuk yang paling
sering digunakan ini adalah batang silinder , berdiameter 3-6 mm, fleksibel
cukup untuk dimasukkan. Untuk uretra pria panjangnya 100-150 mm dan
untuk wanita 60-75 mm.
Suppositoria Uretra banyak digunakan sebagai antibakteri dan sebagai
sediaan anastetik lokal untuk pemeriksaan uretra. Pelabelan dan
pengemasan suppositoria pada temperatur kamar tetapi menempatkan
suppositoria dalam kulkas untuk memastikan waktu yang cukup untuk
penyisipan ini harus selalu dibasahkan.

3. Suppositoria rectal
Suppositoria rektal biasanya panjangnya sekitar 32 mm (1½ inchi),
bentuk silinder dan salah satu atau keduanya runcing. Beberapa
suppositoria mempunyai bentuk seperti peluru, torpedo atau jari kecil.
Bergantung pada kerapatan dari basis dan zat obat yang ada dalam
suppositoria, bobot suppositoria rektal dapat bervariasi. Suppositoria
dewasa berkisar antara 2 gr jika lemak coklat yang digunakan sebagai

8
basis suppositoria. Suppositoria rektal untuk balita dan anak-anak sekitat
setengah dari  bobot dan ukuran suppositoria dewasa dan lebih mirip
bentuk pensil.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk efek lokal banyak digunakan
untuk membesarkan dari sakit pada konstipasi, radiasi, gatal, dan agen
inflamasi dengan hemoroid atau dengan kondisi anorektal  lainnya.
Suppositoria antihemoroid biasanya mengandung komponen anastetik,
vasokontriktor, astrigents, analgesik, dan agen pencegah.
Contoh dan obat yang digunakan secara rektal dalam bentuk
suppositoria untuk efek sistemik mengandung terdiri dari :
a. Prochlorperazine dan chlropromazie untuk pengurangan rasa mual
dan muntah digunakan sebagai tranquillizer.
b. Orymorphone HCL sebagai analgesik narkotik.
c. Ergotamine tatrat , untuk mengurangi rasa syndrom migraine
d. Indometasin, sebuah analgesik    antinflamatory dan antipiretik

C. Kelebihan dan kelemahan supositoria


Penggunaan suppositoria rektal memiliki kelebihan, antara lain (Desai dan
Mary, 2007; Ansel et al., 2014):
1. Tidak menyebabkan nyeri dan mudah digunakan dibandingkan dengan
rute parenteral.
2. Mudah digunakan, terutama pada pasien anak-anak, pasien dengan
mual dan muntah, serta pasien kesulitan menelan.
3. Dapat mencapai konsentrasi tinggi pada rektum bila diinginkan efek
lokal.
4. Menghindari first pass effect sehingga konsentrasinya tinggi di dalam
darah dibandingkan dengan rute oral.
5. Mencegah terjadinya degradasi obat karena cairan lambung.
6. Mampu menghantarkan obat dengan dosis lebih besar dibanding rute
oral.
7. Menghindari terjadinya iritasi pencernaan jika diberikan secara oral.
8. Dapat digunakan pada obat dengan bau dan rasa yang tidak enak bila

9
diberikan secara oral.
Di samping kelebihan tersebut, terdapat beberapa kelemahan dari
suppositoria yang menyebabkan sediaan ini jarang digunakan, antara lain
(Ansel et al., 2014):
1. Penggunaan suppositoria yang terlalu dalam dapat mengalami first pass
effect.

2. Suppositoria mudah meleleh pada suhu yang hangat (> 300C) sehingga
perlu penanganan khusus.
3. Struktur basis yang lembek menyebabkan penggunaan suppositoria
menjadi kurang nyaman.
4. Efektifitas suppositoria tergantung kondisi fisiologi rektal, misal adanya
lesi yang dapat mempengaruhi absorpsi.
5. Area permukaan absorpsi dan jumlah cairan pada rektal yang lebih kecil
dari usus akan mempengaruhi disolusi obat.
6. Buang air besar dapat mempengaruhi absorpsi dari obat.

D. Proses Pemberian Obat Suppositoria


Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah rectum dan vagina.
Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.
Umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2
gram dan panjang sekitar 1 – 1,5 inci.
Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan yang
banyak diberikan melalui rektal yang disebut enema. Obat tertentu dalam
bentuk kapsul yang besar dan panjang (supositoria) juga dikemas untuk
diberikan melalui anus/ rectum.
1. Ada beberapa keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain:
a. Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian
atas
b. Beberapa obat teretentu dapat di absorpsi dengan baik melalui
dinding permukaan rektum.

10
c. Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi)
aliran pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada
rektum tidak ditransportasikan melalui liver.
2. Ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam memberikan obat
dalam bentuk enema dan sipositoria, antara lain:
a. Untuk mencegah peristaltik, lakukan enema retensi secara pelan
dengan cairan sedikit (tidak lebih dari 120ml) dan gunakan rektal tube
kecil.
b. Selama enama berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke
kiri dan bernapas melalui mulut untuk merilekskan spingter.
c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar
d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang 30 menit setelah
pemberian enema
e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan
meleleh pada suhu kamar.
f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari
telunjuk untuk pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi.
g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat
masuk.
h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema
atau memasukkan supositoria.
3. Indikasi dari pemberian obat melalui rektal sebagai berikut:
a. Konstipasi
b. Impaksi Feses (tertahannya feses)
c. Persiapan pre operasi
d. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi
e. Pasien dengan melena
4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
a. Peralatan pemberian suppositiria
1) Sarung tangan sekali pakai
2) Obat dalam tempatnya
3) kain kasa, kapas

11
4) Pelumas untuk supositoria
5) Handuk bersih
6) Pengalas
7) Sampiran
b. Persiapan Pasien dan Lingkungan
1) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
2) Memberitahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
bila perlu.
4) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar
ruangan.
c. Prosedur atau Langkah Tindakan
1) Pastikan identitas pasien benar, tanya nama pasien
2) Lihat kembali label obat, apakah sama dengan buku catatan
3) Posisikan pasien dengan posisi Sims, yaitu pasien miring dan
tungkai bagian atas fleksi kedepan
Lihat Gambar Berikut, Sumber Image : Liley, Harington,
Synder (2007):\

4) Pastikan pasien tetap memakai selimut, Kecuali bagian rektal


saja

12
5) Buka kemasan obat, dan Olesi dengan Gel pada ujung obat.
Olesi juga telunjuk kita dengan Gel (Telunjuk diolesi Gel agar
membantu mendorong obat lebih dalam)
6) Minta Klien untuk rileks dan menarik napas, Anjurkan pasien
untuk tidak mengeden ataupun menahan anusnya.
7) Tarik pantat bagian atas klien dengan tangan non dominan.
Masukan Secara Perlahan sampai obat terasa menempel pada
dinding rektal, Untuk kedalaman pada orang dewasa biasanya
10 cm dari luar, sedangkan pada anak atau bayi, kurang lebih 5
cm.
8) Keluarkan jari tangan dan usap anus klien dengan tisu.
9) Anjurkan pasien tetap dalam posisi sims selama kurang lebih 5
menit
10) Bila obat yang digunakan adalah obat pencahar, pastikan bel
pasien menyala. Sehingga ketika pasien sudah merasakan ingin
BAB, dapat meminta bantuan perawat untuk memakai pispot
atau pergi ke kamar mandi.
11) Jika pasien mampu secara mandiri, dapat anjurkan untuk ke
kamar mandi jika sudah merasa ingin BAB.
12) Lepaskan sarung tangan dengan membalik bagian dalam jadi
diluar. Lalu, buang sarung tangan ke tempat yang telah
disediakan.
13) Lakukan Cuci tangan
14) Catat pemberian obat, baik dosis, rute, atau waktu pemberian

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian Obat via Anus/Rektum merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan
efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat
suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan
lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.

B. Saran
Kami berharap agar dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pembaca juga dapat mengetahui tentang suppositoria serta cara
penggunaannya.mungkin makalah ini masih banyak kekurangan lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, nugrah. (online), diakses dari


https://www.scribd.com/doc/140933296/BAB-II-SUPPOSITORIA, dilihat pada
16 Juli 2019.

Ansel H.C., 2014, Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, 9th
(eds). Afifah, H.& Ningsih, T., Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Norvisari, M. (online), diakses dari http://eprints.ums.ac.id/15396/2/bab_1.pdf,


dilihat pada 16 Juli 2019.

Zahro, Restu Alfina.(online), diakses dari


https://www.academia.edu/11712676/Pemberian_Obat_Melalui_Vagina_dan_Rek
tum, dilihat pada 16 Juli 2019

15
16

Anda mungkin juga menyukai