Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBERIAN OBAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Early Exposure I Mata Kuliah Keperawatan Dasar II

Dosen Pembimbing : Ida S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Yulia Rosmawati (C1AA20121)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan tepat waktu. Penulisan makalah
berjudul “Pemberian obat”. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak
yang membutuhkan. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalahini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Sukabumi, 13 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ....................................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 7

2.1 Pengertian ........................................................................................................ 7

2.1.1 Oral .............................................................................................................. 7

2.1.2 Parental ........................................................................................................ 7

2.1.3 Topical ......................................................................................................... 7

2.1.4 Suppositoria ................................................................................................. 8

2.2 Prosedur Pemberian Medikasi Oral......................................................................8

2.3 Prosedur Pemberian Medikasi Parental................................................................9

2.4 Prosedur Pemberian Medikasi Topikal...............................................................10

2.4.1 Pemberian Obat Kulit (Dermatologis)...........................................................10

2.4.2 Irigasi dan Instilasi Mata................................................................................11

2.4.3 Instilasi Hidung..............................................................................................13

2.4.4 Irigasi dan Instilasi Telinga............................................................................14

2.4.5 Irigasi dan Instilasi Vagina.............................................................................16

2.5 Prosedur Pemberian Medikasi Supositoria..........................................................19

3
BAB III PENUTUP....................................................................................................21

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................21

3.2 Saran...................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu perawatan dan
pengobatan. Perawat saat ini dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan dengan
pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode proses keperawatan. Disamping
memberikan asuhan keperawatan, perawat dituntut juga untuk mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai tentang pengobatan. Keikutsertaan perawat dalam kegiatan
kolaborasi pengobatan ini cukup bervariasi selaras dengan kemajuan pembangunan dibidang
kesehatan.

Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang
memiliki masalah kesehatan. Pemberian obat dapat melalui berbagai cara yaitu: peroral,
parenteral, melalui mata, telinga, kulit, vagina, hidung, dan anus. Di sini saya akan
membahas pemberian obat oral, topical dan supositoria. Pemberian obat per oral, topikal dan
supositoria merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang
paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Prosedur Pemberian Medikasi Oral

2. Prosedur Pemberian Medikasi Parental

3. Prosedur Pemberian Medikal Topical

4. Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Prosedur Pemberian Medikasi Oral

2. Untuk Mengetahui Prosedur Pemberian Medikasi Parental


5
3. Untuk Mengetahui Prosedur Pemberian Medikal Topical

4. Untuk Mengetahui Prosedur Medikasi Suppositoria

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

2.1.1 Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk
obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian
setengah gelas air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi
lambung dan menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal
ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam
di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus.

Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh
dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurangkurangnya
satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian
harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau
rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut.
Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.

2.1.2 Parenteral
Parenteral adalah metode pemberian nutrisi, obat, atau cairan melalui pembuluh darah.

Metode ini sering kali dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi pencernaan,

seperti malabsorpsi, atau pasien yang baru menjalani operasi saluran cerna.

2.1.3 Topical
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara

mengoleskan atau menetskan obat pada permukaan kulit tergantung dimana letak penyakit

itu terjadi.

7
2.1.4 Suppositoria
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau
uretra (suppositoria uretra). Supositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat.

Supositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh dan akan menyebar secara
bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana di sana ia akan diserap oleh aliran
darah.Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral
(misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut). Obat ini mudah
diserap di dalam rektum karena rektum kaya akan pembuluh darah.

2.2 Prosedur Pemberian Medikasi Oral

▪ Peralatan :

1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada)

2. Kartu rencana pengobatan

3. Cangkir disposible untuk tempat obat 4. Martil dan lumpang penggerus (bila

diperlukan)

▪ Tahap kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2. Cuci tangan

3. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan,
mual dan muntah, akan dilakukan penghisapan cairan lambung, atau tidak boleh
makan/minum).

8
4. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian). Bila ada keraguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.

5. Ambil obat sesuai yang diperlukan.

6. Bantu untuk minum obat dengan cara : Apabila memberikan tablet atau kapsul dari
botol,tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan menyentuh obat dengan tangan. Obat berupa kapsul jangan
dilepaskan pembungkusnya.

7. Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah

8. Atur posisi pasien duduk bila mungkin

9. Kaji tanda-tanda vital pasien

10. Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan
pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien dianjurkan minum

11. Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk diisap
sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau pisang.

12. Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang diberikan,
setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat
secara jelas dan tulis tanda tangan dengan jelas.

13. Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci
tangan.

14. Lakukan evaluasi menegenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah
waktu pemberian.

2.3 Prosedur Pemberian Medikasi Parenteral


1. Nutrisi Parenteral Total (total parenteral nutrition/TPN)

9
Metode pemberian nutrisi parenteral ini dilakukan pada pasien yang sama sekali tidak bisa
mencerna seluruh jenis nutrisi, sehingga seluruh asupan nutrisinya diberikan sepenuhnya
melalui infus.

2. Nutrisi parenteral parsial (partial parenteral nutrition/PPN)

PPN umumnya dilakukan dalam jangka waktu pendek pada pasien dengan kondisi
dehidrasi atau memiliki kesulitan mencerna nutrisi tertentu (malabsorpsi).

2.4 Prosedur Pemberian Medikasi Topikal


Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat
dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment,ointment, pasta dan bubuk biasanya
dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering, infeksi
dan lain- lain. Obat topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai
untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga,
hidung, vagina maupun rektum.

2.4.1 Pemberian Obat Kulit (Dermatologis)


Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan,

dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja

pemberian obat pada kulit antara lain meliputi :

1. Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.

2. Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih dilentukkan oleh


dokter).

3. Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah danbukan dengan
tangan.

4. Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.

10
5. Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.

6. Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.

7. Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril.

2.4.2 Irigasi dan Instilasi Mata


Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Berbagai
bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan
spuit dengan tabung yang besar. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.

Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/obat salep mata
yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak
dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah
misalnya 2%

Cara irigasi dan instilasi mata :

1) Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2) Siapkan peralatan.

Untuk Irigasi :

1. Tabung steril untuk tempat cairan.

2. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240cc dengan suhu 37 ̊C.

3. Alas irigator mata atau spuit steril.

4. Bengkok steril

5. Bola kapas steril.

6. Cairan normal salin steril (bila diperlukan).

7. Perlak.

11
8. Sarung tangan steril.

Untuk Instilasi :

1. Obat yang diperlukan.

2. Kapas kering steril.

3. Kapas basah (normal saline) steril.

4. Kassa/penutup mata dan plester.

5. Sarung tangan steril.

3) Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/pengobatan yang


diberikan. Bantu pasien mengatur posisi duduk atau berbaring saling memiringkan
kepala ke arah mata yang sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi pasien dan
baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit (pada
pelaksanaan irigasi).

4) Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya warna merah, adanya
kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek-kucek dan lain-lain.

5) Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan nola kapas yang telah dibasahi dengan
cairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus keluar.

6) Masukkan cairan irigasi atau obat mata

Untuk Irigasi :

Buka mata dengan jari telunjuk dan ibu jari sehingga kantong konjungtiva dapat dilihat.
Pegang irigator yang telah berisi cairan 2,5cm di atas mata. Arahkan air pada kantong
konjungtiva bawah dari kantus dalam menuju kantus luar. Lanjutkan irigasi sampai air yang
meninggalkan mata tampak bersih. Anjurkan pasien untuk membuka dan menutup mata
secara teratur. Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata dengan bola kapas.

Untuk instilasi :

12
Periksa nama, kekuatan dan jenis obat. Anjurkan pasien memandang ke atas dan beri
pasien sebuah bola kapas. Buka mata dengan cara menarik kelopak mata bawah dengan
jempol atau jari- jari tangan yang tidak memegang obat. Pegang obat tetes dengan tangan
satunya.

7) Dekatkan ke mata sampai berjarak 1 sampai 2 cm dari mata lalu teteskan obat sesuai
yang dibutuhkan pada kantong konjungtiva bawah 1/3 dari luar. Bila obat berupa
salep mata, pegang pipa salep di atas kantung konjungtiva atas dan oleskan sekitar 3
cm salep dari kantus dalam ke luar. Lalu anjurkan pasien menutup mata tanpa
mengusap obat keluar. Untuk obat cair, pasien dianjurkan menutup mata selama 30
detik dan menekan hati-hati duktus nasolakrimalis agar obat tidak masuk ke dukus
tersebut

8) Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar.

9) Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.

10) Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan dengan singkat dan jelas.

2.4.3 Instilasi Hidung


Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung) diberikan biasanya dengan
maksud menimbulkan astringent efekyang merupakan efek obat dalam mengkerutkan selaput
lendir yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan untuk menyembuhkan
infeksi pada rongga atau sinus-sinus hidung.

Cara kerja instilasi hidung :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan :

a. Obat tetes hidung.

b. Bola kapas.

13
3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan siapkan pasien. Posisi
pasien diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu disokong sebuah bantal
sehingga kepala mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas sedikit
kuat sehingga lubang hidung akan bersih.

4. Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan jempol.

5. Pegang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada bagian tengah
konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk bernapas melalui mulut
sewaktu obat diteteskan).

6. Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit sehingga obat dapat sampai
pada semua dinding hidung.

7. Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui hidung kembali.

8. Bereskan peralatan dan catat tindakan secara jelas dan singkat.

2.4.4 Irigasi dan Instilasi Telinga


1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.

2. Siapkan peralatan

Untuk Irigasi :

1) Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan konsentrasi sesuai yang dikehendaki.

2) Alat suntik/spuit.

3) Bengkok.

4) Perlak handuk.

5) Kapas pengusap.

6) Bola kapas.

14
7) Sarung tangan (kadang-kadang)

Untuk Intilasi :

1) Obat tetes dalam tempatnya.

2) Kapas dibungkus dalam kasa.

3) Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk tetesan terakhir untuk


mencegah gerakan tiba-tiba anak atau pasien tidak sadar.

3. Bantu pasien berbaring ke samping dengan posisi telinga yang sakit menghadap ke
atas.

1) Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar. Lakukan inspeksi untuk
mengetahui adanya kemerah-merahan, lecet dan setiap kotoran yang keluar. Bila
diperlukan gunakan otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau genderang
telanga (membran timpani) tidak utuh, jangan lakukan irigasi dan laporkan keadaan
ini pada perawat senior.

2) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas basah.

3) Siapkan peralatan :

Untuk Irigasi : Isi spuit dengan cairan irigasi atau bila menggunakan tabung irigasi, angkat

tabung ke atas dan alirkan cairan mengisi pipa.

Untuk Instilasi : Siapkan obat tetes yang diperlukan.

4) Masukkan cairan irigasi atau obat tetes telinga.

Untuk Irigasi : Buka daun telinga (untuk bayi daun telinga di tarik ke bawah, untuk dewasa
di tarik ke atas belakang), masukkan ujung spuit dan pancarkan cairan pada dinding atas
saluran telinga sesuai yang diperlukan. Bila sudah selesai, keringkan bagian luar telinga
dengan kapas dan bantu berbaring ke samping ke arah telinga yang telah diirigasi.

15
Untuk Instilasi : Hangatkan obat dengan atau masukkan botol dalam cairan hangat beberapa
detik. Buka dan luruskan lubang telinga dan teteskan obat pada sisi telinga. Tekan tragus
secara hati-hati beberapa kali untuk membantu obat masuk. Anjurkan pasien tetap berbaring
miring lebih kurang selama 5 menit. Pasang kapas pada lubang telinga (tidak ditekan) selama
15 menit sampai dengan 20 menit.

5) Kaji respon manusia terhadap adanya rasa nyeri, keadaan saluran telinga, kotoran
yang ada dan pada irigasi amati keadaan dan bau cairan yang keluar.

6) Rapikan pasien dan catat tindakan secara singkat dan jelas.

2.4.4 Irigasi dan Instilasi Vagina


Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang
pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikroba guna
mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran dalam
vagina mencegah perdarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan mengurangi
peradangan.

Peralatan steril digunakan untuk melakukan irigasi vagina di rumah sakit, terutama bila
terdapat luka terbuka pada vagina. Jenis cairan yang digunakan tergantung pada prosedur
rumah sakit dan tujuan irigasi. Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium bikarbonat,
air ledeng dan lain-lain. Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000 ml dan
cairan dibandingkan pada suhu 40,5̊ C.

Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk mengobati infeksi atau
menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada vagina. Obat yang dimasukkan melaui vagina
dikemas dalam bentuk yang bervariasi antara lain : cream, jelly, foam atau supositoria.

Cara kerja irigasi dan isntilasi vagina :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan

2. Siapkan peralatan

16
Untuk Irigasi Vagina :

1) Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposible) yang terdiri dari
ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong cairan.

2) Perlak

3) Cairan irigasi

4) Kapas lembab thermometer

5) Bedpan

6) Kertas tissue

7) Sarung tangan

8) Tiang/standart infus

Untuk instilasi vagina :

1) Obat yang berbentuk supositoria atau krim

2) Sarung tangan disposable

3) Pelumas untuk obat supositoria

4) Aplikasi untuk krim vagina 5) Kertas tissue/handuk

6) Kapas pembersih perineum

3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan rasa tidak nyaman
yang mungkin dirasakan selama tindakan. Buka/suruh pasien menanggalkan pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien).

4. Atur posisi pasien dan tutupi bagian tubuh yang tidak digunakan. Pada pelaksanaan
irigasi, pertama-tama pasang perlak di bawah bokong pasien, pasang bedpan dan atur
posisi pasien di atas bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah
bagian lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pada

17
tindakan instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan
di rentangkan ke luar (dorsal recumbent)

5. Atur peralatan yang akan digunakan

Untuk Irigasi : Tutup/klem pipa, gantung tabung cairan pada tiang infus setinggi 30 cm dari
vagina. Alirkan/isi pipa dan corong dengan air. Untuk instilasi : buka pembungkus obat
supositoria dan letakkan di atas pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator,
isi aplikator dengan krim, jelly, atau foam sesuai kebutuhan

6. Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah sarung tangan,
inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap peradangan, perhatikan bau dan
setiap cairan yang keluar. Lakukan pembersihan parineal untuk menghilangkan
mikroorganisme

7. Masukkan cairan irigasi, supositoria, krim, foam atau jelly sesuai dengan kebutuhan

Untuk Irigasi : Alirkan sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan masukkan corong sedalam
antara 7 sampai sampai dengan 10 cm kemudian alirkan cairan pelan-pelan. Setelah semua
cairan masuk dan keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di atas depan

Untuk Suppositoria : Lumasi ujung supositoria dan ujung jari telunjuk anda dengan jelly.
Buka labia sehingga lubang vagina dapat dilihat. Dorong supositoria ke dalam lubang vagina
dengan jari telunjuk sedalam 8-10cm. Setelah supositoria masuk, tarik jari telunjuk dan
anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi (terlentang) selama 5 sampai dengan 10 menit.

Untuk krim, jelly atau foam : Pelan-pelan masukan aplikator ke dalam lubang vagina, dorong

pengokang secara hati-hati sampai obat obat habis kemudian keluarkan aplikator.

8. Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan atur pasien
dalam posisi yang nyaman.

9. Bereskan peralatan dan catat tindakan.

18
10. Kaji respon pasien yang antara lain meliputi : rasa sakit dan kotoran atau cairan yang
keluar.

2.5 Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria


Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan yang banyak diberikan

melalui rektal yang sering disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan

panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui anus/rektum. Ada beberapa

keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain :

1) Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.

2) Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan
rektum.

3) Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan(titrasi) aliran pembuluh darah


yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum tidak ditransportasikan melalui
liver (Hahn, Oestrelch, Barkin, 1986).

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat dalam

bentuk enema dan supositoria, antara lain :

1) Untuk mencegah peristalti, lakukan enema retensi secara pelan dengan cairan sedikit
(tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.

2) Selama enema berlangsung anjurkan pasien berbaring miring kekiri dan bernapas
melalui mulut untuk merilekskan spingter.

3) Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.

4) Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian


enema.

5) Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh pada suhu
kamar.

19
6) Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk pasien
dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjurkan pasien berbaring ke kiri dan
bernapas melalui mulut agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.

7) Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.

8) Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau memasukkan
supositoria.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat oral, topical,Parental dan supositoria adalah suatu tindakan untuk

membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut dan

melalui organ yang terkena penyakit sesuai dengan program pengobatan dari dokter.

Tujuan dari pengobatan antara lain mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit

sesuai dengan efek terapi dari jenis obat, dan menghindari pemberian obat yang

menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.

Sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan

prinsip 6 benar, jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat

tersebut

3.2 SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang

membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-pemberian-obat-oral-topikal-dan-supositoria-4-

pdffree.html http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/697-

mengenalparenteral-metode-pemberian-nutrisi-dan-obat-melalui-pembuluh-darah

22

Anda mungkin juga menyukai