Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KORUPSI


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Dosen Pengampu : Hj. Cucu Herlinah, S.Pdi., M.A

Disusun oleh :
Kelas 2 A
Yulia Rosmawati
(C1AA20121)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha saya. Amin.

Sukabumi, 30 September 2021

Yulia Rosmawati

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii

i
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Korupsi....................................................................................................................3
B. Faktor Penyebab Korupsi.............................................................................................................3
C. Penyebab Korupsi dengan perspektif teoritis..............................................................................5
D. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi ........................................................................5
E. Motivasi Korupsi..........................................................................................................................6
F. Solusi Pemberantasan Korupsi.....................................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................................16
PENUTUP............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” telah mencoreng citra Bangsa di mata
internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahandijadikan sebagai salah
satu upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun
faktor tersebut berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap korupsi”. Kita lebih
banyak wicara dan upacara ketimbang aksi. Mencermati faktor penyebab korupsi sangat
tepat sebagai langkah awal bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil.
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari
sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan,
penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor
internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi sedangfaktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan,kejujuran, rasa
malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtifdan aspek sosial seperti
keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa
dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan ataugaji tidak mencukupi kebutuhan,
aspek politis misalnya instabilitas politik,kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan, aspek managemen & organisasi yaitu ketiadaan
akuntabilitas dan transparansi, aspek hukum, terlihatdalam buruknya wujud perundang-
undangan dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Korupsi ?


2. Apa sajakah Faktor-faktor Penyebab Korupsi?

1
3. Apa Penyebab Korupsi dalam Perspektif Teori?
4. Bagaimana penyebab korupsi dalam faktor internal dan eksternal ?
5. Bagaimana solusi peberantasan Korupsi ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Korupsi.


2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Umum Penyebab Korupsi.
3. Untuk Mengetahui Penyebab korupsi dalam Perspektif Teori.
4. Untuk Mengetahui penyebab korupsi dalam faktor internal dan eksternal.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana solusi pemberantasan korupsi.

D. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi pemecahan masalah
dalam pemberantasan korupsi yang semakin mengakar di Indonesia ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari bahasa Latin
corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua corrumpere.

2
Istilah korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa Perancis corruption
dan dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi dalam bahasa Indonesia.

Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary menjabarkan korupsi adalah perbuatan
yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan
tugas dan hak orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian istilah korup (kata
sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain korup adalah suka
memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasannya
untuk kepentingan pribadi).

Mengkorup adalah merusak, menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan


(negara) tempat kerjanya.

Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Mengkorupsi adalah menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya).

Menurut Kamus Oxford, korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama dilakukan
orang yang berwenang.

Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari membuat seseorang berubah dari standar perilaku
moral menjadi tidak bermoral.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah tindakan setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Korupsi juga diartikan sebagai tindakan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Juga menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

B. Faktor Penyebab Korupsi

3
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku atau
dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku materialistik dan
konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat
“memaksa” terjadinya permainan uangdan korupsi (Ansari Yamamah : 2009) “Dengan kondisi
itu hampir dapatdipastikan seluruh pejabat kemudian terpaksa korupsi kalau sudah menjabat”.
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukankorupsi adalah
karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yangtidak mampu ditahannya. Ketika
dorongan untuk menjadi kaya tidak mampuditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa
diperoleh melalui cara berkorupsi,maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi. Dengan
demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini, maka salah satu
penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan
yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.

Pandangan lain dikemukakan oleh Arifin yang mengidentifikasi faktor-faktor penyebab


terjadinya korupsi antara lain: (1) aspek perilaku individu (2)aspek organisasi, dan (3) aspek
masya-rakat tempat individu dan organisasi berada (Arifin: 2000). Terhadap aspek perilaku
individu, Isa Wahyudi mem- berikan gambaran, sebab-sebab seseorang melakukan korupsi dapat
berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan, niat,atau
kesadaran untuk melakukan. Lebih jauh disebutkan sebab-sebab manusia terdorong untuk
melakukan korupsi antara lain : (a) sifat tamak manusia, (b) moral yang kurang kuat
menghadapi godaan, (c) gaya hidup konsumtif, (d) tidak mau (malas) bekerja keras (Isa Wahyudi
: 2007) Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas Erry Riyana Hardjapamekas (2008)
menyebutkan tingginya kasus korupsi di negeri inidisebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1)
Kurang keteladanan dankepemimpinan elite bangsa, (2) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
(3)Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan, (4)
Rendahnya integritas dan profesionalisme, (5) Mekanisme pengawasan internal di semua
lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belummapan, (6) Kondisi lingkungan kerja, tugas
jabatan, dan lingkungan masyarakat,dan (7) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral
dan etika.

Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik,hukum dan ekonomi,
sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000) yang

4
mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor
ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korupseperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Terkaitdengan hal itu Terrence Gomes (2000) memberikan
gambaran bahwa politik uang( money politik) sebagai use of money and material benefits in the
pursuit of political influence.

Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan, pemerasan uang
suap, pemberian perlindungan, pencurian barang- barang publik untuk kepentingan pribadi,
tergolong korupsi yang disebabkan olehkonstelasi politik (Susanto: 2002). Sementara menurut
De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota
legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembia-yaan kampanye,
penyelesaiankonflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang
(DeAsis : 2000).

Penelitian James Scott (Mochtar Mas’oed: 1994) mendiskripsikan bahwa dalam masyarakat
dengan ciri pelembagaan politik eksklusif dimana kompetisi politik dibatasi pada lapisan tipis
elit dan perbedaan antar elit lebih didasarkan pada klik pribadi dan bukan pada isu kebijakan,
yang terjadi pada umumnya desakan kultural dan struktural untuk korupsi itu betul-betul
terwujud dalamtindakan korupsi para pejabatnya.

Robert Klitgaard (2005) menjelaskan bahwa proses terjadinya korupsi dengan formulasi M+D –
A=C. Simbol M adalah monopoly, D adalah discretionary (kewenangan), A adalah
accountability (pertanggungjawaban). Penjelasan atas simbul tersebut dapat dikatakan bahwa
korupsi adalah hasil dariadanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang
begitu besartanpa keterbukaan dan pertanggungjawaban.

5
2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain
lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansihukum, mudah ditemukan dalam aturan-
aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun
yang lebih tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak
tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat ; penggunaan konsep yang berbeda-
beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak kompatibel
dengan realitas yang ada sehingga tidakfungsional atau tidak produktif dan mengalami resistensi.

Penyebab keadaan ini sangat beragam, namun yang dominan adalah:Pertama, tawar-menawar
dan pertarungan kepentingan antara kelompok dangolongan di parlemen, sehingga memunculkan
aturan yang bias dan diskriminatif.Kedua, praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa
suap menyuap (political bribery), utamanya menyangkut perundang-undangan di bidangekonomi
dan bisnis. Akibatnya timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir sertatumpang-tindih dengan
aturan lain sehingga mudah dimanfaatkan untuk menyelamatkan pihak-pihak pemesan. Sering
pula ancaman sanksinya dirumuskan begitu ringan sehingga tidak memberatkan pihak yang
berkepentingan.

Selaras dengan hal itu Susila (dalam Hamzah: 2004) menyebutkan tin-dakankorupsi mudah
timbul karena ada kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan, yang mencakup: (a)
adanya peraturan perundang-undangan yang bermuatan kepentingan pihak-pihak tertentu (b)
kualitas peraturan perundang-undangan kurang memadai, (c) peraturan kurang disosialisasikan,
(d) sanksi yangterlalu ringan, (e) penerapan sanksi yang tidak konsisten dan pandang bulu,
(f)lemahnya bidang evalusi dan revisi peraturan perundang-undangan.

Kenyataan bahwa berbagai produk hukum di masa Orde Baru sangatditentukan oleh konstelasi
politik untuk melanggengkan kekuasaan, di erareformasi pun ternyata masih saja terjadi. Banyak
produk hukum menjadi ajang perebutan legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik,
untuk tujuan mempertahankan dan mengakumulasi kekuasaan.

Mantan Ketua Ketua KPK, Bibit Samad Riyanto (2009), mengatakan limahal yang dianggap
berpotensi menjadi penyebab tindakan korupsi. Pertama adalah sistem politik, yang ditandai

6
dengan munculnya aturan perundang-undangan,seperti Perda, dan peraturan lain ; kedua, adalah
intensitas moral seseorang ataukelompok; ketiga adalah remunerasi atau pendapatan
(penghasilan) yang minim;keempat adalah pengawasan baik bersifat internal-eksternal; dan
kelima adalah budaya taat aturan.

Dari beberapa hal yang disampaikan, yang paling penting adalah budaya sadar akan aturan
hukum. Dengan sadar hukum, maka masyarakat akan mengertikonskuensi dari apa yang ia
lakukan. Sementara itu Rahman Saleh merinci adaempat faktor dominan penyebab merajalelanya
korupsi di Indonesia, yakni faktor penegakan hukum, mental aparatur, kesadaran masyarakat
yang masih rendah,dan rendahnya ‘political will’ (Rahman Saleh : 2006).

Kemampuan lobi kelompok kepentingan dan pengusaha terhadap pejabat publik dengan
menggunakan uang sogokan, hadiah, hibah dan berbagai bentuk pemberian yang mempunyai
motif koruptif, masyarakat hanya menikmati sisa-sisa hasil pembangunan.Fakta ini
memperlihatkan bahwa terjadinya korupsi sangat mungkin karena aspek peraturan perundang-
undangan yang lemah atau hanya menguntungkan pihak tertentu saja.

Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib : 2002) yang menyatakan bahwa
lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Disamping tidak bagusnya produk hukum yang dapat menjadi
penyebabterjadinya ko-rupsi, praktik penegakan hukum juga masih dililit berbagai per-
masalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya. Secara kasat mata, publik dapat melihat
banyak kasus yang menunjukan adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum termasuk
putusan-putusan pengadilan.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.Hal itu dapat dijelaskan
dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupikebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar
karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi
seharusnya hanyadilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah
danlogika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang bertahan

7
hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi
(Sulistyantoro : 2004).

Pendapat lain menyatakan bahwa kurangnya gaji dan pendapatan pegawainegeri memang
merupakan faktor yang paling menonjol dalam arti menyebabkanmerata dan meluasnya korupsi
di Indonesia dikemukakan pula oleh Guy J. Pauker(1979) yang menyatakan sebagai berikut :

Although corruption is widespread in Indonesia as means of supplementing excessively low


governmental salaries, the resources ofthe nation are not being used primarily for the
accumulation of vast private fortunes, but for economic development and some silent,
forwelfare(Meskipun korupsi tersebar luas di Indonesia sebagai sarana penambah gaji pegawai
pemerintah yang terlalu rendah, sumber dayabangsa tidak digunakan terutama untuk
mengumpulkan kekayaan pribadi yang luas, tetapi untuk pembangunan ekonomi
dankesejahteraan pribadi) (Guy J. Pauker : 1979).

Pendapat ini diperkuat oleh Schoorl yang menyatakan bahwa di Indonesiadibagian pertama
tahun enampuluhan, situasinya begitu merosot, sehingga untukgolongan terbesar dari pegawai
gaji sebulan hanya sekedar cukup untuk makandua minggu. Dapat dipahami, bahwa dengan
situasi demikian para pegawaiterpaksa mencari penghasilan tambahan dan bahwa banyak
diantara merekamendapatkannya dengan meminta uang ekstra (Hamzah: 1995).

Hal demikian diungkapkan pula oleh KPK dalam buku Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai
Negeri Sipil Daerah (KPK : 2006), bahwa sistem penggajian kepegawaian sangat terkait degan
kinerja aparatur pemerintah. Tingkat gaji yang tidak memenuhi standar hidup minimal pegawai
merupakan masalah sulit yang harus dituntaskan penyelesaiannya. Aparatur pemerintah yang
merasa penghasilan yang diterimanya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberkannyadalam
menjalankan tugas pokoknya tidak akan dapat secara optimal melaksanakan tugas pokoknya.

Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab terjadinya
korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan
bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya. Terkait faktor
ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa kemiskinan merupakan
akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya, sebab banyak korupsi yang
dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak tergolong orang miskin. Dengan

8
demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi justrusebaliknya, kemiskinan
disebabkan oleh korupsi (Pope : 2003). Menurut HenryKissinger korupsi politisi membuat
sepuluh persen lainnya terlihat buruk. Darikeinginan pribadi untuk keuntungan yang tidak adil,
untuk ketidakpercayaandalam sistem peradilan, untuk ketidakstabilan lengkap dalam identitas
bangsa, ada banyak faktor motivasi orang kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga
biasa,untuk terlibat dalam perilaku korup.

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuksistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korbankorupsi atau di mana
korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsikarena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal2000). Bilamana organisasi tersebut tidak
membuka peluang sedikitpun bagiseseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan
terjadi. Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi:
(a)kurang adanya teladan dari pimpinan, (b) tidak adanya kultur organisasi yang benar, (c) sistem
akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai, (d)manajemen cenderung menutupi
korupsi di dalam organisasinya. Terkait denganitu Lyman W. Porter (1984) menyebut lima
fungsi penting dalam Tujuan Organisasi (organizational goals): (1) focus attention (perhatian
yang focus); (2) provide a source of legitimacy (menyediakan sumber legitimasi); (3) affect the
structure of the organization (mempengaruhi struktur organisasi); (4) serve as a standard
(pelayanan standar); (5) provide clues about the organization(memberikan petunjuk tentang
organisasi).

Focus attention, dapat dijadikan oleh para anggota sebagai semacam guideline untuk
memusatkan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan anggota-anggotadan organisasi sebagai
kesatuan. Melalui tujuan organisasi, para panggota dapatmemiliki arah yang jelas tentang segala
kegiatan dan tetang apa yang tidak, sertaapa yang harus dikerjakan dalam kerangka organisasi.
Tindak tanduk atas kegiatan dalam organisasi, oleh karenanya senantiasa berorientasi kepada
tujuanorganisasi, baik disadari maupun tidak.

9
Dalam fungsinya sebagai dasar legitimasi atau pembenaran tujuanorganisasi dapat dijadikan oleh
para anggota sebagai dasar keabsahan dankebenaran tindak-tindakan dan keputusan-
keputusannya. Tujuan oraganisasi juga berfungsi menyediakan pedoman-pedoman (praktis) bagi
para anggotanya. Dalam fungsinya yang demikian tujuan organisasi menghubungkan para
anggotanya dengan berbagai tata cara dalam kelompok. Ia berfungsi untuk membantu
paraanggotanya menentukan cara terbaik dalam melaksanakan tugas dan melakukan suatu
tindakan.

Standar tindakan itulah yang akan menjadi tolok ukur dalam menilai bobot suatu tindakan.
Mengapa? Karena sebuah organisasi dapat berfungsi dengan baik,hanya bila anggotanya
bersedia mengintegrasikan diri di bawah sebuah polatingkah laku (yang normatif), sehingga
dapat dikatakan bahwa kehidupan bersama hanya mungkin apabila anggota-anggota bersedia
mematuhi dan mengikuti “aturan permainan” yang telah ditentukan. Di sinilah letaknya bila
kurang ada teladan dari pimpinan bisa memicu perilaku korup.

Fenomena korupsi di atas menurut Baswir (Baswir: 1996) pada dasarnya berakar pada
bertahannya jenis birokrasi patrimonial. Dalam birokrasi ini,dilakukannya korupsi oleh para
birokrat memang sulit dihindari. Sebab kendali politik terhadap kekuasaan dan birokrasi memang
sangat terbatas.Penyebablainnya karena sangat kuatnya pengaruh integralisme di dalam filsafat
kenegaraan bangsa ini, sehingga cenderung masih mentabukan sikap oposisi. Karakteristiknegara
kita yang merupakan birokrasi patrimonial dan negara hegemonik tersebutmenyebabkan
lemahnya fungsi pengawasan, sehingga merebaklah budaya korupsi itu.

Banyak kejadian justru para pengawas tersebut terlibat dalam praktik korupsi, belum lagi
berkaitan dengan pengawasan ekternal yang dilakukanmasyarakat dan media juga lemah, dengan
demikian menambah deretan citra buruk pengawasan yang sarat dengan korupsi. Baswir
(Baswir: 1996) yang mengemukakan bahwa negara kita yangmerupakan birokrasi patrimonial
dan negara hegemonik menyebabkan lemahnyafungsi pengawasan, sehingga merebaklah budaya
korupsi itu.

Di banyak negara berkembang muncul pandangan bahwa korupsimerupakan akibat dari perilaku-
perilaku yang membudaya. Anggapan ini lama-kelamaan akan berubah jika uang pelicin yang
diminta semakin besar, ataukonsumen tahu bahwa kelangkaan yang melandasi uang semir
sengaja diciptakanatau justru prosedur dan proses yang lebih baik bisa diciptakan.

10
C. Penyebab Korupsi dalam Perspektif Teoritis

Determinasi budaya (Cultural determinisme) sering dipakai sebagai acuanketika mempelajari


penyebab terjadinya korupsi. Sebagaimana ungkapan FionaRobertson-Snape (1999) bahwa
penjelasan kultural praktik korupsi di Indonesiadihubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan-
kebiasaan kuno orang jawa. Padahal bila dirunut perilaku korup pada dasarnya merupakan
sebuah fenomena sosiologisyang memiliki implikasi ekonomi dan politik yang terkait dengan
jabaran beberapa teori. Teori tersebut antara lain teori means-ends scheme yang diperkenalkan
oleh Robert Merton. Dalam teori yang ditokohi oleh Robert Mertonini sebagaimana dikutip
Handoyo (2009: 55) ini dinyatakan bahwa korupsimerupakan suatu perilaku manusia yang
diakibatkan oleh tekanan sosial, sehinggamenyebabkan pelanggaran norma-norma. Lebih jauh
Handoyo mengelaborasi bahwa setiap sistem sosial memiliki tujuan dan manusia berusaha
untukmencapainya melalui cara-cara (means) yang telah disepakati. Mereka yangmenggunakan
cara-cara yang telah disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama termasuk dalam
golongan kompromis. Selain memberikan ruang bagianggota-anggotanya untuk mewujudkan
tujuan, sistem sosial tidak jarang jugamenimbulkan tekanan yang menyebabkan banyak orang
tidak memiliki akses ataukesempatan di dalam struktur sosial, karena adanya pembatasan-
pembatasan ataudiskriminasai rasial, etnik, capital, ketrampilan dan sebagainya.
(Handoyo2009:55).

Golongan marginal ini kemudian mencari berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan dan
akses terhadap sumber-sumber yang ada di masyarakat. Cara-carakotor atau menyimpang dari
norma masyarakat terpaksa mereka lakukan demimenyambung kehidupan mereka atau melawan
ketidakadilan yang menimpamereka. Teori Merton ini ditujukan untuk menjawab bagaimana
kebudayaanterlalu menekankan sukses ekonomi tetapi membatasi kesempatan-kesempatanuntuk
mencapainya yang akan menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi. Teori lain yang menjabarkan
terjadinya korupsi adalah teori SolidaritasSosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim
(1858-1917). Teori inimemandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan
dikendalikanoleh masyarakatnya. Solidaritas sosial itu sendiri memang merupakan unit
yangabstrak. Emile Durkheim berpandangan bahwa individu secara moral, netral
danmasyarakatlah yang menciptakan kepribadiannya. Ia juga mengontrol individulewat fakta

11
sosial yang dipelajarinya melalui pendidikan dan lingkungan. Karenawatak manusia yang pasif
maka norma dan nilai masyarakatlah yangmengendalikan mereka (Angha: 2002). Menurut
pandangan teori ini masyarakatmempunyai pengaruh yang lebih besar dalam membentuk prilaku
individu dari pada lingkungannya. Dalam konteks korupsi, itu berarti dalam masyarakat
yangsystem budaya dan lembaganya korup akan membentuk individu yang korupseberapa
besarpun kesalehan individu. Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi, dengan
baikdihadirkan oleh Jack Bologne (Bologne : 2006), yang dikenal dengan teori GONE. Ilustrasi
GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang menyebab kan terjadinya kecurangan atau
korupsi yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities (kesempatan), Needs (kebutuhan)
dan Exposure (pengungkapan). Greed, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.
Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy,merupakan sistem
yang memberi peluang untuk melakukan korupsi, yang bisadiperluas keadaan organisasi atau
masyarakat yang sedemikian rupa sehinggaterbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan. Needs, yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan
kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposure, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku
korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.

D. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi

Dari beberapa uraian di atas, tindak korupsi pada dasarnya bukanlah peristiwa yang berdiri
sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-faktor
penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelakukorupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagiseseorang untuk melakukan korupsi. Dengan demikian secara
garis besar penyebab korupsi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal danfaktor
eksternal.

1. Faktor Internal

Merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci menjadi :

a. Aspek Perilaku Individu

12
Sifat tamak/rakus manusia.

Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkanmakan. Korupsi adalah


kejahatan orang profesional yang rakus.Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat
besar untukmemperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itudatang dari
dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib
hukumnya.

Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untukmelakukan korupsi. Godaan
itu bisa berasal dari atasan, temansetingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk itu.

Gaya hidup yg konsumtif

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseongkonsumtif. Perilaku


konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untukmelakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satukemungkinan
tindakan itu adalah dengan korupsi.

b. Aspek Sosial

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behaviorismengatakan bahwa
lingkungan keluargalah yang secara kuatmemberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalamhal
ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.

2. Faktor Eksternal

Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, dapat dirinci menjadi:

a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yangdilakukan oleh segelintir
oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan
13
dengan berbagai bentuk. Olehkarena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak
korupsi terjadi karena :

Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa ditimbulkan oleh
budaya masyarakat. Misalnya, masyarakatmenghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya. Sikap iniseringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi misalnya
darimana kekayaan itu di dapatkan

Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalahmasyarakat sendiri. Anggapan
masyarakat umum terhadap peristiwakorupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara.
Padahal bilanegara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga,karena proses
anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibatdari perbuatan korupsi.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti
melibatkan anggota masyarakat. Hal inikurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali
masyarakat sudahterbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-caraterbuka
namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dandiberantas bila masyarakat
ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwamasalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata.Masyarakat
kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantashanya bila masyarakat ikut melakukannya.

b. Aspek Ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan adakemung-kinan seseorang


mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang
untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

c. Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yangdilakukan untuk
mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuaidengan harapan masyarakat. Kontrol
sosial tersebut dijalankan denganmenggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan
kekuasaannegara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melaluilembaga-

14
lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi

d. Aspek Organisasi

Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informalmempunyai pengaruh penting
bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan
bawahannya,misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akanmengambil
kesempatan yang sama dengan atasannya.

Tidak adanya kultur organisasi yang benar

Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.Apabila kultur organisasi
tidak dikelola dengan baik, akanmenimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai
kehidupanorganisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsimemiliki peluang
untuk terjadi.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas

Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskandengan jelas visi dan misi yang
diembannya, dan belum dirumuskantujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu
gunamencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulitdilakukan penilaian
apakah instansi tersebut berhasil mencapaisasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah
kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan
inimemunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

Kelemahan sistim pengendalian manajemen

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam
sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan
semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai didalamnya.

Lemahnya pengawasan

15
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasaninternal (pengawasan
fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan darilegislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektifkarena beberapa
faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya
profesional pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun pemerintahan oleh
pengawas sendiri.

E. Motivasi Korupsi

Jika awalnya kepentingan bertahan hidup menjadi motif seseorang atausejumlah orang
melakukan tindak pidana korupsi, pada tahap berikutnya korupsidimotivasi oleh bangunan
sistem, yang hanya bisa terjadi karena dukungankerjasama antar sejumlah pelaku korkupsi, pada
berbagai birokrasi sebagai bentukkorupsi berjamaah.Menurut Abdullah Hehamahua (2005),
motivasi korupsi dibagi kedalam:

Korupsi karena kebutuhan

Korupsi karena ada peluang

Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri

Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah

Korupsi karena ingin menguasai suatu negara

F. Solusi Pemberantasan Korupsi

Cara Memberantas Korupsi yaitu sebagai berikut :

1. Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor

Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera. Hal ini
juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa. Tak
hanya di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor dalam kehidupan sehari-hari juga
harus diterapkan.

16
2. Jadi Pemimpin Yang Berintegritas

Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi setiap anggotanya.
Jika seluruh pemimpin suatu negara, pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak melakukan
tindak korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di bawahnya melakukan
tindak korupsi.

3. Manfaatkan Teknologi Pada Sistem

Teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga dapat digunakan untuk
mempermudah sistem birokrasi baik di pemerintahan, perusahaan, bisnis maupun lembaga
pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi maka setiap aktivitas dapat dipantau sehingga
meminimalisir kesempatan untuk melakukan korupsi.

4. Bangun Pendidikan Moral Sejak Kecil

Pendidikan moral merupakan pondasi yang harus diberikan sedari kecil. Dengan pendidikan
moral maka setiap insan tidak mudah tergiur dengan praktik korupsi. Orang yang bermoral tidak
akan berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka menyadari bahwa perbuatan korupsi
akan merugikan orang lain.

5. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensif

Sudah bukan rahasia lagi jika menanamkan nilai-nilai religi maka dapat berperan memberantas
korupsi. Setiap agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan perbuatan tercela. Maka orang-
orang yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak korupsi.

6. Supremasi Hukum yang Kuat

Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak berfungsi
sebagai mana fungsinya, maka kepercayaan publik akan hilang. Dengan membangun supremasi
hukum yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan celah untuk melancarkan aksi
mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah dengan memberlakukan hukuman
secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak ada lagi manusia yang kebal hukum.

7. Menutup Celah Internasional

17
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi korupsi adalah dengan menutup celah
internasional. Banyak koruptor yang melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di
negara lain. Dengan menutup celah internasional maka para koruptor akan lebih mudah dilacak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
.Arifin yang mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsiantara
lain:1)Aspek perilaku individu (dapat berupa dorongan dari dalam dirinya ataukeinginan,
niat dan kesadaran untuk melakukan2)Aspek organisasi, dan3) Aspek masya-rakat tempat
individu dan organisasiLebih jauh, Isa Wahyudi menyebutkan sebab-sebab manusia
terdoronguntuk melakukan korupsi antara lain :1) Sifat tamak manusia,2) Moral yang

18
kurang kuat menghadapi godaan,3) Gaya hidup konsumtif,4) Tidak mau (malas) bekerja
keras.Erry Riyana Hardjapamekas (2008) menyebutkan tingginya kasus korupsi dinegeri
ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:1) Kurang keteladanan dan kepemimpinan
elite bangsa,2) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,3) Lemahnya komitmen dan
konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan,4) Rendahnya integritas dan
profesionalisme,5) Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,
keuangan, dan birokrasi belum mapan,6) Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan
lingkungan masyarakat, dan7) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika. Sementara ICW Secara umum menyebutkan bahwa empat faktor penyebabkorupsi
yaitu faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi sertafaktor transnasional.

B. Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agardapat memilih
manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagaikegiatan motivasi agar kita
tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapatmenambah wawasan dan pemikiran yang
intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Anti Korupsi, Tim Penulis, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta : Kemdikbud, 2011) Cetakan 1Zikri, Manshur,

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Korupsi Mengacukepada Kasus Korupsi


Gayus Tambunan (Depok:FISIP UI, 2011)INTERNETe-makalah.com,

http://www.emakalah.com/2013/01/makalah-pendidikan-anti-korupsi_25.html, diakses
tanggal 07 Nopember 2014Hermanto,

http://hermantoblog.blogspot.com/2010/12/motivasi-korupsi.html ,diakses tanggal 07


Nopember 2014Manihai, Roy,

http://mapande.blogspot.com/2013/10/identifikasi-penyebab-terjadinya-korupsi.html , diakses
tanggal 07 Nopember 2014

Wahyudin,Wawan, http://wawan-indonesia.blogspot.com/2012/06/korupsi-adalah-penyakit-
moral-bahkan.html , diakses tanggal 07 Nopember 2014
https://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A_Latar_Belakang

http://pengetahuanumumumi.blogspot.com/2018/10/makalah-faktor-penyebab-korupsi.html?
m=1

https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi
-pengertian-penyebab-dan-dampaknya?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D

iii
%3D#aoh=16330043702427&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread
%2F2019%2F12%2F11%2F185540869%2Fkorupsi-pengertian-penyebab-dan-
dampaknya

https://www-indozone-id.cdn.ampproject.org/v/s/www.indozone.id/amp/V6sJkXV/7-cara-
efektif-memberantas-korupsi?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16333553249686&amp_ct=1633355368253&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.indozone.id%2Flife%2FV6sJkXV%2F7-cara-efektif-memberantas-korupsi

iv

Anda mungkin juga menyukai