Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Teknik Pemberian Obat Secara Oral,


Sublingual, Inhlasi ”

Disusun Oleh :
Kelompok 1
 Das Masari (PO7224222 2099)
 Juana Rosmalinda (PO7224222 2108)
 Lolia Apriyuni (PO7224222 2111)
 Mira Maryati (PO7224222 2113)
 Nadia Fadila Nopiana (PO7224222 2114)
 Nurul Chairani (PO7224222 2115)
 Rika Irwana (PO7224222 2120)
 Ririn Wulandari (PO7224222 2122)
 Rosmawati (PO7224222 2123)
 Sherli Kartika (PO7224222 2126)

Dosen Pengampu: Nurul Aini Suria Saputri,SST,MKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Pemberian Obat Secara Oral, Sublingual,
Inhlasi”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Klinik
Kebidanan. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
khususnya kepada kelompok kami sendiri dan pembaca. Kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada ibu Nurul Aini Suria selaku instruktur mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik
Kebidanan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami yang berkaitan
dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca
temukan dalam makalah ini, dikarenakan pengetahuan kami yang sangat terbatas. Kami juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam
makalah ini, guna untuk menyusun makalah yang akan datang.

Tanjungpinang, April 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2
2.1 Teknik Pemberian Obat Secara Oral ...................................................... 2
2.1.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Oral ...................... 2
2.1.2 Langkah-langkah Teknik Pemberian Obat Secara Oral ........... 2
2.1.3 Jenis Obat yang di Berikan Secara Oral ................................... 3
2.1.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Oral ............................. 5
2.2 Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual ............................................ 5
2.2.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual ............ 5
2.2.2 Langkah-langkah Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual . 6
2.2.3 Jenis Obat yang di Berikan Secara Sublingual ......................... 7
2.2.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Oral ............................. 7
2.3 Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi .................................................. 8
2.3.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi................... 8
2.3.2 Langkah-langkah Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi ........ 9
2.3.3 Jenis Obat yang di Berikan Secara Inhlasi............................... 10
2.3.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Inhlasi ........................ 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai
bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.
Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian
setengah gelas air atau cairan yang lain. Sedangkan pemberian obat secara sublingual yaitu
memberikan obat pada pasien dengan meletakkan obat pada bagian bawah lidah. Selain
itu juga ada pemberian obat secara inhlasi. Perkembangan pesat pada teknologi terapi
inhalasi telah memberikan manfaat yang besar bagi pasien yang menderita penyakit
saluran pernapasan, tidak hanya pasien yang menderita penyakit asma tetapi juga pasien
bronkitis kronis, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), bronkiektasis, dan sistik
fibrosis. Keuntungan utama pada terapi inhalasi bahwa obat dihantarkan langsung ke
dalam saluran pernapasan langsung masuk ke paru-paru, kemudian menghasilkan
konsentrasi lokal yang lebih tinggi dengan risiko yang jauh lebih rendah terhadap efek
samping sistemik yang ditimbulkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1) Bagaimana teknik pemberian obat secara oral?
2) Bagaimana teknik pemberian obat secara sublingual?
3) Bagaimana teknik pemberian obat secara inhlasi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:
1) Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberian obat secara oral
2) Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberian obat secara sublingual
3) Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pemberian obat secara inhlasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pemberian Obat Secara Oral


2.1.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Oral
Teknik pemberian obat secara oral merupakan pemberian obat melalui
mulut, cara ini merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan
pemberian air atau cairan yang lain. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan
iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat).
Untuk mencegah hal ini terjadi, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur
pada suasana netral atau basa di usus.
2.1.2 Langkah-Langkah Teknik Pemberian Obat Secara Oral
1) Persiapan alat dan bahan
 Daftar buku obat/catatan jadwal pemberian obat
 Obat dan tempatnya
 Baki berisi obat
 Air minum
 Pipet
 Sedotan sendok
 Gelar pengkur
 Martil dan lumping pengerus
 Alat pemotong obat
2) Prosedur Pelaksanaan:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
 Baca obat dengan prinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, tepat tempat dan tepat dalam pendokumentasian.
 Kaji kemampuan untuk minum obat per oral, seperti menelan, adanya
mual muntah dan lain-lain.

2
 Ambil obat sesuai dengan kebutuhan atau dosis yang dibutuhkan dan
digunakan teknik aseptic dalam menjaga kebersihan obat.
 Bantu pasien untuk meminumnya, dengan cara:
1. Obat dalam bentuk tablet atau kapsul
 Tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam mangkok atau
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat
berupa kapsul jangan dilepas pembungkusnya.
 Kaji kesulitan dalam menelan, bila ada kesulitan dalam menelan
jadikan tablet dalam bentuk bubuk dengan menggerus
obatdengan martil dan lumping penggerus dan campur dengan
air. Lakukan pengecekan sebelum menggerus obat apakah obat
dianjurkan untuk digerus atau tidak sebab ada beberapa obat
tidak dianjurkan.
2. Obat dalam bentuk cair
 Cokok obat hingga bercampur menjadi keruh
 Buka penutup obat dengan menghadap keatas
 Tuangkan obat sesuai dengan jumlah yang dianjurkan kedalam
sendok
 Berikan obat kepada klien dengan mengatur posisi terlebih
dahulu
 Beri minum secukupkannya untuk membantu menelan obat
 Cuci tangan
 Catat perubahan, seperti denyut nadi dan tekanan darah, serta
reaksi terhadap pemberian dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
2.1.3 Jenis Obat yang di Berikan Secara Oral
1. Pil
Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan bahan kohesif
dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan. Pil hendaknya di telan secara
utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang rasanya sangat tidak
enak atau zat besi yang bisa membuat gigi penderita berwarna hitam.

3
2. Tablet
Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan.
Tablet dapat di patahkan untuk mempermudah dalam menelan.
3. Bubuk
Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini tidak dapat larut dalam air dan
dapat di berikan kepada penderita dengan cara berikut:
 Dari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas lidah penderita.
 Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus kita
aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut).
 Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk.
4. Drase
Yaitu obat-obatan yang di bungkus oleh selaput tipis gula. Harus di telan
secara utuh karena dapat mengandung obat-obatan yang mempunyai
kemampuan untuk mengiritasi selaput lendir lambung pasien.
5. Kapsul
Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan di bungkus
gelatin yang juga harus di telan secara utuh karena dapat menyebabkan
muntah akibat iritasi selaput lendir lambung pasien. Suatu obat di
persiapkan dalam bentuk kapsul dengan harapan agar tetap utuh dalam
suasana asam lambung tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa
di usus. Dalam pemberian obat jenis kapsul, bungkus kapsul tidak boleh di
buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum
susu atau antacid sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat.
6. Sirup
Disini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur (yang kecil), atau
botol tetesan. Kadang-kadang sirup sebelum diminum harus dikocok
terlebih dahulu. Pemberiannya harus dilakukan dengan cara yang paling
nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien
dapat diberiminum dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah
minum sirup, pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang
gula.

4
2.1.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Oral
Contoh Kasus Oral:
Suatu pagi, Ny.R berusia 32 tahun datang ke rumah sakit mengeluh pusing dan
mual, empat hari sebelumnya Ny.R mengalami malaria dan demam 40°c pasien
mengalami sulit makan dan minum sehingga dokter memberikannya obat
amoxilin. Setelah dokter memberikan obat Nr.R pun pulang. Sesampainya
dirumah Ny.R langsung meminum obat tersebut dengan segelas air. Dua hari
kemudian demam Ny.R sudah menurun dan kembali pulih.
Amoxicillin ini tersedia dalam 2 kemasan yakni berbentuk tablet dan sirup.
Mengenai keefektifannya antara kemasan tablet atau sirup sama-sama efektifnya
karena sama kandungannya hanya berbeda dosisnya saja. Untuk anak-anak
digunakan sediaan yang sirup karena dosisnya lebih kecil yakni 125 mg/5 ml dan
untuk memudahkan anak menelan obatnya. Sedangkan orang dewasa akan
digunakan amoxicillin yang bentuk tablet 500 mg karena membutuhkan dosis
yang lebih besar. Sehingga antara kemasan yang tablet atau sirup sama-sama
ampuhnya selama digunakan sesuai dengan indikasi yang tepat. Mengenai cara
pemakaiannya/mengonsumsi maka cukup digunakan sehari 3 kali atau setiap 8
jam sekali. Sedangkan untuk dosis anak-anak akan mengikuti berat badannya,
berkisar 10 mg/kg berat badan/ kali minum.
2.2 Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual
2.2.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual
Pemberian obat dengan teknik sublingual adalah pemberian obat dengan
cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Ini berarti bahwa pil diletakkan di
bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah. Orang tersebut
tidak boleh minum atau makan apapun sampai obat itu hilang. Meskipun cara ini
jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya. Dengan cara ini,
aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera
mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan
dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan
obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi
dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien
diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi
hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah
nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh

5
darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada
akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit
dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit.
2.2.2 Langkah-Langkah Teknik Pemberian Obat Secara Sublingual
1) Persiapan Alat
 Obat yang sudah ditentukan
 Tongspatel (bila perlu)
 Kasa untuk membungkus tongspatel
2) Persiapan Klien
 Menjelaskan tujuan pemberian obat kepada pasien
 Menjelaskan tindakan yang akan di lakukan kepada pasien
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
3) Persiapan petugas
 Cuci tangan
 Pakai APD bila di perlukan
4) Prosedur pelaksanaan
 Baca obat, dengan prinsip benar obat, benar pasien, benar dosis, benar
waktu, benar tempat, dan benar dokumentasi.
 Memasang tongspatel (jika klien tidak sadar), kalau sadar anjurkan
klien untuk mengangkat lidahnya.
 Meletakan obat dibawah lidah.
 Memberitahu klien supaya tidak menelan obat
 Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien
 Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
5) Evaluasi
 Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah klien tidak menelan
obat dan apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya.
6) Dokumentasi
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon
klien, hasil tindakan, nama obat dan dosis, perawat yang melakukan)
pada catatan keperawatan.

6
2.2.3 Jenis Obat yang di Berikan Secara Sublingual
Ada beberapa jenis, yaitu:
1. Tablet sublingual
yaitu obat yang digunakan dengan cara menaruhnya didalam mulut (antara
pipi dan gusi serta dibawah lidah) tanpa ditelan. Penyerapan obat terjadi
pada pembuluh darah di mulut. Penggunaan tablet bukal atau sublingual
cocok bagi obat yang tidak dapat diproses dan diabsorbsi oleh saluran
pencernaan.
2. Serbuk sublingual
Puyer atau serbuk adalah jenis sediaan obat dari campuran kering obat dan
zat kimia yang telah dihaluskan.
3. Spray/semprotan sublingual
Semprotan sublingual adalah teknologi administrasi farmasi inovatif di
mana obat dapat disemprotkan di bawah lidah dan kemudian berdifusi ke
dalam jaringan kapiler dan seringkali bekerja lebih cepat dari pada
pemberian oral dengan ketersediaan hayati yang lebih banyak.
2.2.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Sublingual
Contoh Kasus Sublingual:
Seorang ibu datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada. Setelan diperiksa
oleh dokter ibu tersebut mengidap penyakit jantung koroner lalu dokter pun
memberikan obat isosorbide dinitrate. Setelah diberikan obat ibu tersebut pun
pulang kerumah dan mengkonsumsi obat yang telah diberikan dokter kepadanya
dengan cara meletakkan obat tersebut dibawah lidahnya hingga larut. Sekitar
beberapa hari kemudian, ibu tersebut sudah mulai membaik nyeri dada yang ia
rasakan semakin berkurang.
Manfaat obat ini ialah mengobati dan mencegah angina pada pasien yang
menderita penyakit jantung coroner. Obat ini dikonsumsi oleh orang dapat
diberikan melalui mulut, diletakkan di bawah lidah, atau langsung ke pembuluh
darah. Pada obat yang diberikan melalui mulut, konsumsi obat umumnya
dianjurkan sebanyak 2-3 kali sehari. Apabila menggunakan obat yang diletakkan
di bawah lidah, taruh tablet di bawah lidah dan biarkan tablet tersebut larut.
Jangan mengunyah atau menelan tablet. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah obat ini tidak dapat menghilangkan nyeri dada secara langsung. Obat ini
juga tidak diberikan untuk mencegah nyeri dada dalam keadaan sebelum aktivitas

7
fisik berat, seperti olahraga atau aktivitas seksual. Obat lain akan diresepkan oleh
dokter atau apoteker.
2.3 Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi
2.3.1 Pengertian Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi
Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup
agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat
ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang
akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan
dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui
alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Inhalasi memberikan pengiriman obat
yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat
berupa gas (misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi
dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk
penderita- penderita dengan keluhan-keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau
penyakit paru obstruktif kronis) karena obat yang di berikan langsung ketempat
kerjanya efek samping sistemik minimal.
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot,
asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Jaringan alverokapiler
menyerap obat dengan cepat. Inhaler dosisi terukur (metered-dose
inhaler/MDI) dan inhaler bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPI) biasanya
memiliki efek local seperti dilate bronkus. Namun, beberapa obat dapat
menyebabkan efek sistemik yang serius. Yang menerima obat melalui inhalasi
biasanya memiliki penyakit pernafasan kronis seperti asma kronis, emfisema,
atau bronchitis masing-masing masalah pernafasan memerlukan obat inhalasi
yang berbeda. Sebagai contoh, klien dengan asma biasanya menerima obat
antiimfamasi karena asma merupakan penyakit imflamasi sementara klien dengan
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima brokoladilator karena biasanya
mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks. Beberapa inhaler mengandung
kombinasi dari obat “darurat”.Dan “perbaikan” (capriotti, 2005). Karena lien
bergantung pada obat inhalasi untuk mengontrol penyakitnya, maka mereka perlu
mengetahui mengenai obat tersebut dan bagaimana cara menggunakannya
dengan aman.

8
2.3.2 Langkah-Langkah Teknik Pemberian Obat Secara Inhlasi
Petugas Mempersiapkan Peralatan dan Bahan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan Menanyakan kesiapan
klien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mencuci tangan
c. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
d. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien
e. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari alat nebulizer).
f. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
g. Menyalakan mesin nebulizer (tekan power on) dan mengecek out flow
apakah timbul uap atau embun
h. Menghubungkan alat ke mulut atau menutupi hidung dan mulut (posisi)
yang tepat
i. Menganjurkan agar klien untuk melakukan nafas dalam, tahan sebentar,
lalu ekspirasi
j. Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda-tanda vital, dan
melakukan auskultasi paru secara berkala selama prosedur
k. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk efektif untuk
mengeluarkan secret
l. Perhatian:
 Tetap mendampingi klien selama prosedur (tidak meninggalkan klien).
 Observasi adanya reaksi klien apabila terjadi efek samping obat.
 Tempatkan alat nebulizer pada posisi yang aman (jangan sampai jatuh).

9
2.3.3 Jenis-jenis Obat yang di Berikan Secara Inhlasi
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat
dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan
mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,
sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam
bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler,
Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya
menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk
anak usia sekolah.
1. Metered Dose Inhler (MDI) tanpa Spacer
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini
berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm,
atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan
spacer ini sangat menguntungkan pada anak. Cara Penggunaan:
 Lepaskan penutup aerosol
 Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian
kocok
 Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan,
semakin dalam obat dapat dihirup.
 Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir
kuat-kuat
 Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI.
Lanjutkan inspirasi anda selambat dan sedalam mungkin.
 Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
 Keluarkan nafas secara perlahan
 Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)
2. Dry Powder Inhler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan
hirupan yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.
Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah,
karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi

10
(penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih
konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun. Cara
Penggunaan Inhaler:
 Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak
mungkin
 Ambillah inhaler, kemudian kocok
 Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak
dibagian bawah
 Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan
mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian
mulut inhaler)
 Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam,
bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan
menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk
bekerja secara efektif)
 Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak
membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga
sepuluh)
 Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup
lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh
dokter
 Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah
efek samping yang mungkin terjadi

Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk


mengurangi gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama
antara pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan
keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat yang
dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping
yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang
menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan
untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-
obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal

11
ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin
meningkat.
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal
2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil
pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer
yang digunakan. Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus
menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada
saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang.
Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau
sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan
tidal, beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan
natrium kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar,
memerlukan sumber tenaga listrik dan relatif mahal. Prosedur perawatan
dengan nebulizer:
 Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung
untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor.
 Sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu
dengan subun kemudian keringkan.
 Hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai
dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
 Pasang atau gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
 Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
 Nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja
dengan baik.
 Duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
 Apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat
dan nyaman pada bagian wajah.
 Apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara
gigi dan lidah.

12
 Bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil
nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum
melepaskan nafas.
 Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis (antara 9 sampai 10
menit).
 Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan
dan istirahat selama kurang lebih 5 menit.
2.3.4 Contoh Kasus Pemberian Obat Secara Inhlasi
Contoh Kasus Inhlasi:
Seorang anak berusia 19 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk
berdahak tidak kunjung berhenti. Setelah di periksa oleh dokter pasien tersebut
mengidap penyakit bronkitis, lalu dokter memberikan obat acetylcysteine kepada
pasien tersebut.
Manfaat obat ini ialah untuk mengencerkan dahak. Dosis pemberian ialah sebagai
cairan inhalasi 10%: 6-10 ml diberikan 3-4 kali sehari. Jika diperlukan, dosis
dapat ditingkatkan menjadi 2-20 ml setiap 2-6 jam. Sebagai cairan inhalasi 20%:
3-5 ml diberikan 3-4 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan menjadi
1-10 ml setiap 2-6 jam. Cara penggunaan acetylcysteine inhalasi dengan
nebulizer. Pastikan alat sudah dalam keadaan bersih. Masukkan cairan obat sesuai
dosis yang dianjurkan ke dalam wadah atau cangkir nebulizer. Sambungkan
corong isap atau masker ke cangkir nebulizer, kemudian pasang selang
penyambung ke kompresor dan cangkir nebulizer. Saat alat sudah siap, nyalakan
mesin kompresor. Letakkan masker ke mulut dan hirup obat secara perlahan
dengan napas yang dalam selama 10-15 menit, atau sampai obat di dalam cangkir
nebulizer habis. Efek acetylcysteine inhalasi bisa dirasakan setelah 5-10 menit.
Jangan mencampur cairan acetylcysteine inhalasi di dalam dengan obat lain,
kecuali atas petunjuk dokter. Simpan cairan acetylcysteine inhalasi yang sudah
dibuka di dalam lemari es. Jangan menggunakan obat ini lebih dari 96 jam (4 hari)
setelah dibuka. Simpan cairan acetylcysteine inhalasi yang belum dibuka di
tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik pemberian obat secara oral merupakan pemberian obat melalui
mulut, cara ini merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Jenis-
jenisnya terdiri dari pil, tablet, bubuk, drase dan sirup. Pemberian obat dengan
teknik sublingual adalah pemberian obat dengan cara pemberiannya ditaruh di
bawah lidah. Ini berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut
dan diserap ke aliran darah. Jenis-jenisnya terdiri dari tablet, spray/semprotan dan
serbuk. Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup
agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat
ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang
akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Jenis-jenisnya terdiri dari
Metered Dose Inhler (MDI) tanpa spacer, Dry Powder Inhler (DPI), dan nebulizer.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa kesehatan khususnya mahasiwa kebidanan
agar dapat memahami lebih dalam mengenai materi yang dibahas didalam
makalah ini, supaya nanti pada saat dilapangan jika perlu melakukan tindakan
yang berkaitan dengan hal yang kita pelajari sekarang bisa mengaplikasikan
dengan baik sesuai dengan yang telah dipelajari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Imelda, Fatwa, and M. Ners. Buku Ajar Farmakologi Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Media Sains Indonesia, 2022.

Maulidya, Nurul, and Dian Oktianti. "Pola Penggunaan Obat Antidiabetes di


Puskesmas Grabag Magelang." Journal of Holistics and Health Sciences
3.1 (2021).

Suprayitna, Marthilda, Kurniati Prihatin, and Baiq Ruli Fatmawati. MODUL


FARMAKOLOGI. Penerbit NEM, 2022.

15
Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa saja keuntungan dan kerugian pemberian obat secara oral?


Jawab:
 Keuntungan
Kelebihan dari pemberian obat secara per-olah, yaitu:
- Harga relative lebih murah
- Bisa dilakukan sendiri oleh pasien
- Tidak menimbulkan nyeri
- Bila terjdi keracunan, obat masih bisa dikeluarkan dari tubuh dengan
cara reflex muntah dari faring dan kumbah lambung asalkan obat
yang diminum belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam
gaster.
 Kerugian
Kerugian dari pemberian obat per-oral, yaitu:
- Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada
keadaan gawat. Obat yang diberikan per-oral biasanya membutuhkan
waktu 35 sampai 45 menit sebelum di absorbs dan efek puncaknya
dicapai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau obat juga
tidak enak sering mengganggu pasien.
- Cara per-oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-
mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung, serta pada pasien yang mempunyai gangguan
menelan.

16

Anda mungkin juga menyukai