Disusun Oleh :
ADRIAWINATA (1420121011)
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah
ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan
kepada kita semua tenang “Pemberian Obat melalui Oral, Topikal, arenteral dan
Supositoria “.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2. Jenis obat yang dapat diberikan melalui oral, topical, parenteralsupositoria ...9
2.3. Hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum pemberian obat........17
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................35
3.2. Saran................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mulut. Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran
mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian obat secara
parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat ke jaringan tubuh atau pembuluh darah melalui injeksi atau infus, serta
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina
(suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). erawat adalah mata
rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari obat oral, topical, parenteral dan supositoria?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui oral, topical,
parenteral dan supositoria?
1.2.3 Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum
pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria?
1.2.4 Bagaimana prosedur pelaksanaan dalam pemberian obat secara oral,
topical, parenteral dan supositoria?
1.2.5 Apa saja yang perlu dievaluasi setelah prosedur pemberian obat secara
oral, topical, parenteral dan supositoria dilaksanakan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari obat oral, topical, parenteral dan
supositoria.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui oral,
topical, parenteral dan supositoria
1.3.3 Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan
sebelum pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria
1.3.4 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan dalam pemberian obat secara
oral, topical, parenteral dan supositoria
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja yang perlu dievaluasi setelah prosedur
pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria
dilaksanakan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal
9 Juni 1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
1. Obat oral
4
saluran cerna, ketidakmampuan klien menelan makanan atau cairan, dan
klien yang menggunakan selang lambung.
Peringatan penting dalam pemberian obat oral adalah
menghindari terjadinya aspirasi. Aspirasi terjadi jika makanan, cairan, atau
obat memasuki saluran pernafasan. Perawat mencegah terjadinya aspirasi
dengan cara mengkaji apakah klien dapat menelan obat atau tidak. Pada
kotak 35-16 dijelaskan teknik-teknik yang dapat mencegah agar tidak
terjadi aspirasi. Posis klien sangat penting dalam mencegah aspirasi.
Perawat menempatkang klien dalam posisi duduk dengan sudut 90 derajat
saat memberikan obat oral, jika tidak kontraindikasi untuk keadaan klien.
Biasanya, membuat kepala klien dalam posisi fleksi dan dagu ke bawah
dapat mencegah aspirasi (Metheny, 2006). Gunakan pendekataan multi
disiplin (seperti alih terapi bicara, alih gizi, dan terapi okupasi) pada klien
yang mengalami kesulitan menelang (Morris, 2006). Untuk klien dengan
selang Nasogastrik, obatt berbentuk cairan lebih dipilih tetapi perawat juga
dapat menghaluskan tablet dan pembukaan kapsul untuk dicampur dengan
air dan diberikan melalui selang lambung (kotak 35-17).
Keuntungan pemberian obat secara oral yaitu :
a. Harga relative lebih murah
b. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien
c. Tidak menimbulkan rasa nyeri
d. Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan
cara Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di
minum belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster Tetapi
bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam
intestinum atau belum mengalami absorbsi.
Kerugian pemberian obat secara oral yaitu :
a. Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada
keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek
5
puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau
obat yang tida enak sering mengganggu pasien.
b. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-
mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
2. Obat topikal
a. Untuk efek lokal : efek samping sistemik minimal, Mencegah first pass
efect.
6
3. Obat parenteral
4. Obat supositoria
7
torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh, dan efek
yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Suppositoria adalah obat
solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra
(suppositoria uretra). Pemberian obat supositoria diberikan pada pasien-
pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut.
Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri,
pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan
pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
c. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
8
2.2 Jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui beberapa rute
1) Pil
2) Tablet
3) Bubuk
b. Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus
kita aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut)
9
4) Drase
5) Kapsul
6) Sirup
10
2. Pemberian obat melalui topical
11
3. Pemberian Obat Topikal Pada Telinga
a Lotion.
b Shake lotion.
12
c Cream
d Salep
a Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral
yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral,
13
sering tidak ada pilihan. Obat langsung dimasukkan ke pembuluh
darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat,
tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh
karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali
seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan
intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena
pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan. Oleh karena itu, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-
obat yang disuntikkan secara intraarteri.
Jenis obat yang dapat diberikan melalui intravena yaitu :
1. Ranitidin
2. Petidin Hidroklorida
3. Eritromisin
4. ProtaminSulfat
5. Fitomenadion( Vitamin K )
14
3 Pemberian intravena (IV) harus dilakukan perlahan-lahan sambil
mengawasi respons penderita
4 Konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi, 5)
memerlukan keahlian.
b Intramuskular (IM)
15
c Intracutan
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan
kulit yang dilakukan pada lengan bawah bagian dalam atau tempat
lain yang dianggap perlu. Tujuan dari rute ini adalah melaksanakan
uji coba obat tertentu (misalnya skin test penicillin), memberikan
obat tertentu yang pemberiannya hanya dilakukan dengan cara
suntikan intrakutan, membantu menentukan diagnose terhadap
penyakit tertentu (misalnya Tuberkulin Test).
d Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang
berhubungan dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada
sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti
lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat
subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang
berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi untuk jangka
yang sangat panjang. Suntikan subkutan hanya boleh dilakukan
untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. Absorpsi biasanya
berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat.
Jenis obat yang dapat diberikan melalui subcutan yaitu :
a. Vaksin
b. Narkotik
c. Heparin
d. Obat-obatan pre-operasi
e. Insulin
Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga
dapat memperlambat absorpsinya. Kelebihan penyuntikkan dibawah
kulit adalah:
1 Diperlukan latihan sederhana
16
2 Absorbs cepat obat larut dalam air
3 Mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
a. Kaltrofen supositoria
b. Profeid supositoria
c. Dulcolac supositoria
d. Ketoprofen supositoria
e. Stsolid supositoria
f. Boragino supositoria
2.3 Hal-hal yang perlu dierhatikan dan dipersiapkan sebelum pemberian obat
a. Benar Pasien
17
b. Benar Obat
c. Benar Dosis
d. Benar Cara/Rute
18
e. Benar Waktu
f. Benar Dokumentasi
19
1. Pemberian obat melalui oral
a. Persiapan pasien
Fisik :
Psikologis :
2) Klien disiapkan agar tenang dan tidak perlu takut dan cemas
b. Persiapan alat
4) Gelas pengukur
6) Sedotan/sendok/pipet
20
c. Persiapan lingkungan
a. Persiapan pasien
b. Persiapan alat
2) Buku obat
4) Sarung tangan
5) Lidi kapas
6) Waskom
21
c. Persiapan lingkungan
a. Persiapan pasien
22
di suntik di desinfeksi dengan kapas alkhohol, kemudian obat
di suntikkan.
b. Persiapan alat
1.Iintravena
f. Bak injeksi.
g. Bengkok.
i. Karen pembendung.
2. Intramuscular
23
c. Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa
panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5
cm.
e. Cairan pelarut.
f. Bak injeksi.
g. Bengkok.
3. Subkutan
c. Spuit insulin
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
4. Intracutan
d. Cairan pelarut
f. Bengkok
24
h. Persiapan lingkungan
a. Persiapan pasien
b. Persiapan alat
1. Melalui rectal
25
c. Persiapan lingkungan
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, dan tepat tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,
maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.
Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk
dan campur dengan minuman.
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
d. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
5) Cuci tangan
26
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat
(apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan dan mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah
yang diobati.
8) Cuci tangan.
b. Pemberian Obat Pada Mata
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi
perawat disamping kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air
hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan
ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai
sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan
berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir
kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan
berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan
pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat
pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan
mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Alat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.
27
c. Pemberian Obat pada Telinga
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri
sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang
telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke
atas/kebelakang pada orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah
tetesan sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau
oleskan salep pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
d. Pemberian Obat Pada Hidung
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
3) Atur posisi pasien dengan cara:
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke
belakang.
d. Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang
hidung.
e. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5
menit.
4) Cuci tangan.
5) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.
28
3. Pemberian obat melalui parenteral
a. Intravena
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah
yang akan dilakukan
4) Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke
ataskan.
5) Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis
yang akan diberikan.
6) Apa bila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan
dengan pelarut (aquades steril).
7) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
penyuntikan. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada
bak injeksi.
8) Desinfeksi dengan kapas alkohol.
9) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas
vena yang akan dilakukan penyuntikan.
10) Ambil spuit yang berisi obat.
11) Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 15 0 -
300
12) Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan obat hingga habis.
13) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang
telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
29
14) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).
b. Intramuscular
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien prosedur kerjanya
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan
7) Pakai sarung tangan
30
8) Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
9) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non
dominan
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non
dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan
menggunakan tangan dominan, masukkan jarum dengan sudut
450 atau 900
12) Lepaskan tarikan tangan non dominan
13) Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
14) Jika tidak ada darah, masukan obat perlahan-lahan. jika ada darah
tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2
menit dan observasi adanya memar, jika perlu berikan plester,
siapkan obat yangbaru.
15) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,
sambil melakukan tekanan dengan menggunakan kapas alkohol
pada area penusukan.
16) Jika ada perdarahan tekan area itu dengan menggunakan kasa
steril sampai perdarahan berhenti.
17) Kembalikan posisi klien
18) Buang alat yang sudah tidak dipakai
19) Buka sarung tangan
20) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika
ada)
31
d. Intracutan
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang terbuka dan keatasan
4) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan
dilakukan suntikan.
7) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke
atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu,
tanggal dan jenis obat
4. Pemberian obat melalui supositoria
a. Melalui rectal
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan
Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna,
serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak.
32
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring
selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengko.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.
b. Melalui vagina
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublime
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan
berikan pelumas pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat
sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia
dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat
bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
33
2.5 Evaluasi
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas mengenai “Pemberian obar
melalui oral, topical, parenteral dan suositoria” dapat kami simulkan yaitu
Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit,
luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia/hewan, memperelok
badan atau bagian badan manusia. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada
obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul)
3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun jika dosis yang diberikan tidak
tepat, yang mana dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita
salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
35
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo. Robert, (1995) Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta :
EGC
Alimul Aziz. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
36