Anda di halaman 1dari 39

PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL, TOPIKAL,

PARENTERAL DAN SUPOSITORIA

Disusun Oleh :

ADRIAWINATA (1420121011)

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS QOMARUL HUDDA BADDARUDIN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah
ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan
kepada kita semua tenang “Pemberian Obat melalui Oral, Topikal, arenteral dan
Supositoria “.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


Bapak I Gede Putu Darma Suyasa selaku ketua Stikes Bali, dosen pembimbing,
dan Rekan- rekan kelas B yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa


makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang berguna demi perbaikan dalam makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAGU, 05 APRIL 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dari obat oral, topical, parenteral dan supositoria...........................4

2.2. Jenis obat yang dapat diberikan melalui oral, topical, parenteralsupositoria ...9

2.3. Hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum pemberian obat........17

2.4. Prosedur pelaksanaan dalam pemberian obat ................................................26

2.5. Yang perlu dievaluasi setelah prosedur pemberian obat.................................34

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................35

3.2. Saran................................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang


dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah
penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada pasie dengan maksud tertentu
sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat
adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Salah satu tugas
terpenting dari seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal,
beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak
sesuai dengan anjuran yang tepat.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam


memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang
telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan.

Dalam pemberian obat banyak sekali jalur-jalur pemberian


obat, baik itu pemberian obat secara oral, topical, parenteral, supositoria,
sublingual, bukal dan lain sebagainya. Ini semua perjalan obat dari tempat
pemberian, pencapaian sistem sirkulasi sampai timbulnya efek.

Akan tetapi dalam pembahasan kali ini, hanya membahas


pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria. Obat oral
merupakan obat yang pemakaiannya dengan cara memasukkannya lewat

1
mulut. Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran
mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian obat secara
parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat ke jaringan tubuh atau pembuluh darah melalui injeksi atau infus, serta
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina
(suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra). erawat adalah mata
rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien.

Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan


dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang
diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana
perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada
hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja, dan program dokter. Oleh karena itu, kelompok
tertarik untuk menyusu makalah mengenai “Pemberian Obat melalui Oral,
Topikal, arenteral dan Supositoria”

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari obat oral, topical, parenteral dan supositoria?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui oral, topical,
parenteral dan supositoria?
1.2.3 Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelum
pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria?
1.2.4 Bagaimana prosedur pelaksanaan dalam pemberian obat secara oral,
topical, parenteral dan supositoria?
1.2.5 Apa saja yang perlu dievaluasi setelah prosedur pemberian obat secara
oral, topical, parenteral dan supositoria dilaksanakan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari obat oral, topical, parenteral dan
supositoria.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui oral,
topical, parenteral dan supositoria
1.3.3 Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan
sebelum pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria
1.3.4 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan dalam pemberian obat secara
oral, topical, parenteral dan supositoria
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja yang perlu dievaluasi setelah prosedur
pemberian obat secara oral, topical, parenteral dan supositoria
dilaksanakan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia/hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia.
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal
9 Juni 1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

1. Obat oral

Obat oral merupakan obat yang pemakaiannya dengan cara


memasukkannya lewat mulut. Pemberian oral cara yang paling mudah dan
sering dalam pemberian obat adalah melalui mulut (Keterampilan 35-1).
Klien biasanya dapat menelan atau menggunakan obatnya sendiri tanpa
masalah yang berarti. Hampir semua tablet atau kapsul dapat ditelan
dengan bantuan air sebanyak 60 sampai dengan 100 ml cairan. Namun ada
beberapa kondisi yang membuat klien tidak dapat menggunakan obat oral.
Kontra indikasi primer pemberian obat oral meliputi adanya gangguan

4
saluran cerna, ketidakmampuan klien menelan makanan atau cairan, dan
klien yang menggunakan selang lambung.
Peringatan penting dalam pemberian obat oral adalah
menghindari terjadinya aspirasi. Aspirasi terjadi jika makanan, cairan, atau
obat memasuki saluran pernafasan. Perawat mencegah terjadinya aspirasi
dengan cara mengkaji apakah klien dapat menelan obat atau tidak. Pada
kotak 35-16 dijelaskan teknik-teknik yang dapat mencegah agar tidak
terjadi aspirasi. Posis klien sangat penting dalam mencegah aspirasi.
Perawat menempatkang klien dalam posisi duduk dengan sudut 90 derajat
saat memberikan obat oral, jika tidak kontraindikasi untuk keadaan klien.
Biasanya, membuat kepala klien dalam posisi fleksi dan dagu ke bawah
dapat mencegah aspirasi (Metheny, 2006). Gunakan pendekataan multi
disiplin (seperti alih terapi bicara, alih gizi, dan terapi okupasi) pada klien
yang mengalami kesulitan menelang (Morris, 2006). Untuk klien dengan
selang Nasogastrik, obatt berbentuk cairan lebih dipilih tetapi perawat juga
dapat menghaluskan tablet dan pembukaan kapsul untuk dicampur dengan
air dan diberikan melalui selang lambung (kotak 35-17).
Keuntungan pemberian obat secara oral yaitu :
a. Harga relative lebih murah
b. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien
c. Tidak menimbulkan rasa nyeri
d. Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan
cara Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di
minum belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster Tetapi
bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam
intestinum atau belum mengalami absorbsi.
Kerugian pemberian obat secara oral yaitu :
a. Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada
keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek

5
puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau
obat yang tida enak sering mengganggu pasien.
b. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-
mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

2. Obat topikal

Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan


membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local. Pemberian
obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk
pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion,
atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit
atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh:
lotion). Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat
tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh.
Keberhasilan pengobatan topikal pada kulit tergantung pada: umur,
pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau
yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum,
metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topikal
pada kulit.

Keuntungan pemberian obat secara topikal adalah:

a. Untuk efek lokal : efek samping sistemik minimal, Mencegah first pass
efect.

b. Untuk sistemik menyerupai IV infus (zero order).

6
3. Obat parenteral

Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat


yang dilakukan dengan menyuntikkan obat ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah melalui injeksi atau infus. Sediaan parenteral merupakan
sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian,
yaitu Intra Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus
(SC), dan Intra Cutaneus (IC). Rute parenteral adalah memberikan obat
dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh, obat yang cara
pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui usus/ saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi
atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Rute
parenteral biasanya digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
slauran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan
pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat
yang cepat.
Kelebihan dari rute obat yang diberikan secara parenteral adalah:
a. Bisa untuk pasien yang tidak sadar
b. Sering muntah dan tidak kooperatif
c. Tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung
d. dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja
cepat dan dosis ekonomis.
Sedangkan kekurangan dari rute obat yang diberikan secara
parenteral adalah:
a. Kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan
b. Tidak disukai pasien
c. Berbahaya (suntikan-infeksi).

4. Obat supositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan


bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina, maupun uretra, berbentuk

7
torpedo, dapat melunak, melarut, atau meleleh pada suhu tubuh, dan efek
yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau lokal. Suppositoria adalah obat
solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra
(suppositoria uretra). Pemberian obat supositoria diberikan pada pasien-
pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut.
Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri,
pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan
pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).

Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:

a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung

b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan

c. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral

d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak

e. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria


akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk
melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:

a. Tidak menyenangkan penggunaan

b. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

8
2.2 Jenis-jenis obat yang dapat diberikan melalui beberapa rute

1. Pemberian obat melalui oral

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling


banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah,
aman, dan nyaman bagi pasien. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan
iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan
Salisilat).

Jenis-jenis obat yang diberikan melalui oral yaitu :

1) Pil

Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur


dengan bahan kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan.
Pil hendaknya di telan secara utuh karena dapat mengandung obat -
obatan yang rasanya sangat tidak enak atau zat besi yang bisa
membuat gigi penderita berwarna hitam.

2) Tablet

Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong


atau lempengan. Tablet dapat di patahkan untuk mempermudah dalam
menelan

3) Bubuk

Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini tidak dapat


larut dalam air dan dapat di berikan kepada penderita dengan cara
berikut:

a. Dari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas lidah penderita

b. Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus
kita aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut)

c. Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk.

9
4) Drase

Yaitu obat - obatan yang di bungkus oleh selaput tipis


gula. Harus di telan secara utuh karena dapat mengandung obat -
obatan yang mempunyai kemampuan untuk mengiritasi selaput lendir
lambung pasien.

5) Kapsul

Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan


di bungkus gelatin yang juga harus di telan secara utuh karena dapat
menyebabkan muntah akibat iritasi selaput lendir lambung pasien.
Suatu obat di persiapkan dalam bentuk kapsul dengan harapan agar
tetap utuh dalam suasana asam lambung tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam pemberian obat jenis kapsul,
bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan
pasien diberitahu untuk tidak minum susu atau antacid sekurang
kurangnya satu jam setelah minum obat.

6) Sirup

Disini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur


(yang kecil), atau botol tetesan. Kadang -kadang sirup sebelum
diminum harus dikocok terlebih dahulu. Pemberiannya harus
dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat
yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberiminum dingin
(es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup, pasien
dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

10
2. Pemberian obat melalui topical

Jenis-jenis obat yang diberikan melalui rute topical yaitu:

1. Pemberian Obat Topikal pada Kulit

Menyiapkan dan memberikan obat secara lokal


kepada pasien pada kulit, baik dalam bentuk padat (obat salep)
maupun dalam bentuk cair (minyak, bethadine), dengan
menggosokkan pada kulit yang mengalami gangguan tertentu, ataupun
dengan bentuk serbuk, dengan pertimbangan keadaan pasien. Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit adalah:

a Mencegah dan mengobati penyakit


b Mengurangi rasa sakit daerah tertentu
c Mengobati dengan cepat
d Menghilangkan rasa nyeri
e Untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
2. Pemberian Obat Topikal Pada Mata

Menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien


melalui mata, diberikan dalam bentuk cair/tetes dan salep. Tujuan
pemberian obat pada mata adalah:

a Mengobati gangguan pada mata


b Mengurangi rasa sakit, menimbulkan reaksi yang cepat
c Mencegah dan mengobati penyakit/rasa sakit
d Menghilangkan penyebab sakit
e Mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
f Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, dan
g Mencegah kekeringan pada mata.

11
3. Pemberian Obat Topikal Pada Telinga

Tindakan menyiapkan dan memberikan obat kepada


pasien pada telinga melalui kanal eksternal, berupa tetesan sesuai
anjuran dokter, bertujuan untuk:

a Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan,


membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal)
b Menghilangkan nyeri
c Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil.
4. Pemberian Obat Topikal Pada Hidung

Sediaan obat topikal umumnya dalam bentuk tetes


untuk mengobati keluhan dari hidung. Tujuan pemberian obat untuk
mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung serta
mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus.

Bentuk/sediaan obat yang dapat diberikan melalui rute


topikal antara lain:

a Lotion.

Lotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal


dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake
lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan
tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat
mengering jika mengandung alkohol yang tinggi

b Shake lotion.

Shake lotion merupakan campuran yang memisah


menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu
tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air. Perlu
dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

12
c Cream

Cream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan


akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan wadahnya.
Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki
risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas
imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang
tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi,
pH, dan toleransi antara merek generik.

d Salep

Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal,


berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada
kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau
perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi
yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang
terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep
biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga
memiliki risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau
lemak.

3. Pemberian obat melalui parenteral

Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang


absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin
yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan
yang memerlukan kerja obat yang cepat.

Jenis-jenis obat yang diberikan melalui rute parenteral yaitu:

a Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral
yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral,

13
sering tidak ada pilihan. Obat langsung dimasukkan ke pembuluh
darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat,
tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh
karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute ini
memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam
saluran cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali
seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan
intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena
pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan. Oleh karena itu, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-
obat yang disuntikkan secara intraarteri.
Jenis obat yang dapat diberikan melalui intravena yaitu :
1. Ranitidin
2. Petidin Hidroklorida
3. Eritromisin
4. ProtaminSulfat
5. Fitomenadion( Vitamin K )

Kelebihan obat yang diberikan secara IV adalah: 1)


cepat mencapai konsentrasi 2) dosis tepat 3) mudah menitrasi dosis.

Sedangkan kekurangannya adalah:

1 Obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga


efek toksik lebih mudah terjadi
2 Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih
cepat terjadi

14
3 Pemberian intravena (IV) harus dilakukan perlahan-lahan sambil
mengawasi respons penderita
4 Konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi, 5)
memerlukan keahlian.
b Intramuskular (IM)

Suntikan intramuskular adalah pemberian obat dengan


cara menginjeksikan obat ke jaringan otot, obat-obat yang diberikan
secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat
depo khusus sering berupa suspensi obat dalam vehikulum nonaqua
seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan
absorbsi preparat-preparat berlangsung lambat. Setelah vehikulum
berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat
suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu
dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek
terapeutik yang panjang. Kelarutan obat dalam air menentukan
kecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut seperti
dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga
absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur. Obat-
obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam
air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam
vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Kelebihan dari rute intra
muskular adalah: 1) tidak diperlukan keahlian khusus, 2) dapat
dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak, 3) absorbsi cepat
obat larut dalam air.

Kekurangan rute intra muskular adalah:

1 Rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah


(Clotting time)
2 Bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi
penyuntikan.

15
c Intracutan
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan
kulit yang dilakukan pada lengan bawah bagian dalam atau tempat
lain yang dianggap perlu. Tujuan dari rute ini adalah melaksanakan
uji coba obat tertentu (misalnya skin test penicillin), memberikan
obat tertentu yang pemberiannya hanya dilakukan dengan cara
suntikan intrakutan, membantu menentukan diagnose terhadap
penyakit tertentu (misalnya Tuberkulin Test).
d Subkutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang
berhubungan dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada
sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan
suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti
lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat
subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang
berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi untuk jangka
yang sangat panjang. Suntikan subkutan hanya boleh dilakukan
untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. Absorpsi biasanya
berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat.
Jenis obat yang dapat diberikan melalui subcutan yaitu :
a. Vaksin
b. Narkotik
c. Heparin
d. Obat-obatan pre-operasi
e. Insulin
Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga
dapat memperlambat absorpsinya. Kelebihan penyuntikkan dibawah
kulit adalah:
1 Diperlukan latihan sederhana

16
2 Absorbs cepat obat larut dalam air
3 Mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.

Namun kekurangan dari penyuntikkan dibawah kulit adalah:

1 Dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit


2 Tidak dpat dipakai jika volume obat besar
3 Bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi
4 Efeknya agak lambat

4. Pemberian obat melalui supositoria

Jenis-jenis obat supositoria yaitu :

a. Kaltrofen supositoria

b. Profeid supositoria

c. Dulcolac supositoria

d. Ketoprofen supositoria

e. Stsolid supositoria

f. Boragino supositoria

2.3 Hal-hal yang perlu dierhatikan dan dipersiapkan sebelum pemberian obat

a. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa


(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.

17
b. Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap


obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya)
harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi
obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga
kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.

c. Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa


dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang
menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat
baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada
antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.

d. Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.


Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik
obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

18
e. Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang


efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar
darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu
karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.
Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

f. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis,


rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian
obat – obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen
dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika
tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat
tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat
telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga
bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia
( DOI) , Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia ,
seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas
mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek
samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).

19
1. Pemberian obat melalui oral

Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan


tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan
efek terapi dari jenis obat

a. Persiapan pasien

Fisik :

1) Klien dipersilakan duduk pada kursi yang telah disediakan

2) Kaji kemampuan klien (kemampuan menelan)

3) Klien tidak dalam kondisi muntah-muntah dan atau tidak


sadar.

Psikologis :

1) Klien diberitahu akan mendapat obat minum per oral

2) Klien disiapkan agar tenang dan tidak perlu takut dan cemas

b. Persiapan alat

1) Obat diletakkan dalam tempatnya- kereta dorong obat (botol,


tempat mangkuk khusus tempat obat).

2) Mankuk tempat obat

3) Pemotong obat kalua perlu

4) Gelas pengukur

5) Gelas dan air minum

6) Sedotan/sendok/pipet

7) Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

8) Buku rencana pengobatan

20
c. Persiapan lingkungan

1) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel


bila perlu.

2) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar


ruangan.

2. Pemberian obat melalui topical

a. Persiapan pasien

1) Menjelaskan tujuan pemberian obat

2) Menjelaskan langkah atau prosedur tindakan yang akan


dilakukan

3) Beri klien kesempatan bertanya

4) Atur posisi pasien senyaman mungkin

b. Persiapan alat

1) Obat sesuai resep

2) Buku obat

3) Kasa kecl steril

4) Sarung tangan

5) Lidi kapas

6) Waskom

7) Air hangat, handuk, wasslap dan sabun basah

8) Kassa balutan atau penutup plastik

21
c. Persiapan lingkungan

1) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel


bila perlu.

2) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar


ruangan.

3. Pemberian obat melalui parenteral

a. Persiapan pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.

1) Bacalah daftar obat pasien yang menunjukan jenis obat dan


cara pemberiannya

2) Ambil spuit dan jarum seteril dari tempatnya dengan korentang

3) Larutkan lebih dulu obat-obat yang perlu dilarutkan

4) Baca kembali daftar obat tersebut, ambil obat yang dimaksud,


kemudian lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol pada:

a. Leher botol atau ampul sebelum digergaji, atau

b. Karet penutup flakon (botol obat)

5) Spuit diisi dengan obat sesui dengan dosis yang telah


ditentukan. Udara didalam spuit dikeluarkan, lalu spuit serta
kapas alkohol dimaksukan kedalam bak spuit yang tersedia dan
langsung dibawa ke dekat pasien.

6) Baca kembali daftar pemberian obat dan cocokan dengan


papan nama atau langsung tanyakan namanya kepada pasien
bersangkutan

7) Posisi pasien diatur sesuai dengan sesuai dengan cara


pemberian suntikan (misalnya sub cuta, intra muscular, atau
intra vena). Selanjutnya permukaan kulit di daerah yang akan

22
di suntik di desinfeksi dengan kapas alkhohol, kemudian obat
di suntikkan.

8) Setelah selesai jarum di cabut bekas suntikan di desinfeksi


dengan kaps alkhohol dan ditahan sebentar agar darah tidak
keluar.

9) Possi pasien diatur kembali dan dirapikan.

10) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalkan ke tempat


semula.

b. Persiapan alat

1.Iintravena

a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.

b. Obat dalam tempatnya.

c. Spuit sesuai dengan jenis ukuran

d. Kapas alcohol dalam tempatnya.

e. Cairan pelarut (aquades).

f. Bak injeksi.

g. Bengkok.

h. Perlak dan alasnya.

i. Karen pembendung.

2. Intramuscular

a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.

b. Obat dalam tempatnya.

23
c. Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa
panjangnya 2,5-3 cm, untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5
cm.

d. Kapas alcohol dalam tempatnya.

e. Cairan pelarut.

f. Bak injeksi.

g. Bengkok.

3. Subkutan

a. Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat

b. Obat dalam tempatnya

c. Spuit insulin

d. Kapas alcohol dalam tempatnya

e. Cairan pelarut

f. Bak injeksi

g. Bengkok perlak dan alasnya

4. Intracutan

a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

b. Obat dalam tempatnya

c. Spuit 1 cc/spuit insulin

d. Cairan pelarut

e. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)

f. Bengkok

g. Perlak dan alasnya.

24
h. Persiapan lingkungan

1) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel


bila perlu

2) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar


ruangan.

4. Pemberian obat melalui supositoria

a. Persiapan pasien

1) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan


dilakukan.

2) Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

3) Beri tahu pasien untuk tetap berbaring/miring selama kurang


lebih 5 menit.

b. Persiapan alat

1. Melalui rectal

1) Obat Supositoria dalam tempatnya.


2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
2. Melalui vagina

1) Obat dalam tempatnya.


2) Sarung tanga
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya.
6) Pengalas
7) Korentang dalam tempatnya

25
c. Persiapan lingkungan

1) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel


bila perlu.

2) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar


ruangan.

2.4 Prosedur pelaksanaan

1. Pemberian obat melalui oral

1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, dan tepat tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,
maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.
Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk
dan campur dengan minuman.
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
d. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
5) Cuci tangan

2. Pemberian obat melalui topical

a. Pemberian Obat Pada Kulit


1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.

26
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat
(apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan dan mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah
yang diobati.
8) Cuci tangan.
b. Pemberian Obat Pada Mata
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi
perawat disamping kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air
hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan
ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai
sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan
berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir
kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan
berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan
pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat
pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan
mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Alat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.

27
c. Pemberian Obat pada Telinga
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri
sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang
telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke
atas/kebelakang pada orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah
tetesan sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau
oleskan salep pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
d. Pemberian Obat Pada Hidung
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
3) Atur posisi pasien dengan cara:
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke
belakang.
d. Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang
hidung.
e. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5
menit.
4) Cuci tangan.
5) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

28
3. Pemberian obat melalui parenteral

a. Intravena

1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah
yang akan dilakukan
4) Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke
ataskan.
5) Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis
yang akan diberikan.
6) Apa bila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan
dengan pelarut (aquades steril).
7) Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
penyuntikan. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada
bak injeksi.
8) Desinfeksi dengan kapas alkohol.
9) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas
vena yang akan dilakukan penyuntikan.
10) Ambil spuit yang berisi obat.
11) Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 15 0 -
300
12) Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung
dan langsung semprotkan obat hingga habis.
13) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan
pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang
telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.

29
14) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).
b. Intramuscular

1) Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan


2) Memasang perlak dan alasnya
3) Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4) Memakai sarung tangan
5) Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area
injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area
jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
6) Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah
dalam ke luar diameter ±5cm)
7) Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
8) Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
9) Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
10) Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
11) Mencabut jarum dari tempat penusukan
12) Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
13) Membuang spuit ke dalam bengkok.
14) Membereskan alat-alat
15) Mencuci tangan
16) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
c. Subkutan

1) Cuci tangan
2) Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
3) Identifikasi klien
4) Beri tahu klien prosedur kerjanya
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pilih area penusukan
7) Pakai sarung tangan

30
8) Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
9) Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non
dominan
10) Buka tutup jarum
11) Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non
dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan
menggunakan tangan dominan, masukkan jarum dengan sudut
450 atau 900
12) Lepaskan tarikan tangan non dominan
13) Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
14) Jika tidak ada darah, masukan obat perlahan-lahan. jika ada darah
tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2
menit dan observasi adanya memar, jika perlu berikan plester,
siapkan obat yangbaru.
15) Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,
sambil melakukan tekanan dengan menggunakan kapas alkohol
pada area penusukan.
16) Jika ada perdarahan tekan area itu dengan menggunakan kasa
steril sampai perdarahan berhenti.
17) Kembalikan posisi klien
18) Buang alat yang sudah tidak dipakai
19) Buka sarung tangan
20) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika
ada)

31
d. Intracutan

1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang terbuka dan keatasan
4) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan
dilakukan suntikan.
7) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke
atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
9) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu,
tanggal dan jenis obat
4. Pemberian obat melalui supositoria

a. Melalui rectal

1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan
Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna,
serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak.

32
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring
selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengko.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.
b. Melalui vagina

1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublime
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan
berikan pelumas pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat
sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia
dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat
bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

33
2.5 Evaluasi

1. Pemberian obat melalui oral

a. Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

b. Yakinkan obat sudah ditelah oleh pasien.

c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya

d. Evaluasi perasaan pasien

2. Pemberian obat melalui topical

a. Evaluasi perasaan paien

b. Pehatikan respon klien dan hasil tindakan

c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya

3. Pemberian obat melalui parenteral

a. Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

b. Yakinkan obat sudah masuk kedalam dermis, epidermis, otot maupun


pembuluh darah vena.

c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya

d. Evaluasi perasaan pasien

4. Pemberian obat melalui supositoria

a. Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

b. Yakinkan obat sudah masuk kedalam anus atau vagina pasien.

c. Evaluasi apakah obat dapat diabsorpsi seluruhnya

d. Evaluasi perasaan pasien

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas mengenai “Pemberian obar
melalui oral, topical, parenteral dan suositoria” dapat kami simulkan yaitu
Obat adalah bahan/paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit,
luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia/hewan, memperelok
badan atau bagian badan manusia. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada
obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul)

3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun jika dosis yang diberikan tidak
tepat, yang mana dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita
salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

35
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo. Robert, (1995) Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta :
EGC
Alimul Aziz. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai