Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEKNIK PENYUNTIKAN ATAU INJEKSI


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi
Dosen
Naili Rahmawati, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh :
Diana Nurfadilla (4008210034)
Eliza Putri (4008210051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teknik
Penyuntikan atau Induksi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Farmakologi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Akhirul kalam, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandung, 15 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Injeksi .................................................................................... 6

2.2 Tujuan Injeksi........................................................................................... 6

2.3 Indikasi..................................................................................................... 6

2.4 Peralatan................................................................................................... 6

2.5 Proses Injeksi............................................................................................ 8

2.6 Macam-macam Injeksi.............................................................................. 9

2.7 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan...............................................................11

2.8 Cara Mencegah Infeksi Dalam Injeksi......................................................11

2.9 Kontra Induksi..........................................................................................12

2.10 Praktik Menyuntik..................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................19

3.2 Saran...................................................................................................19

ii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan merupakan seseorang yg telah mengikuti program pendidikan bidan yg


diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yg sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan. Bidan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan kualitas kesehatan masyarakat, karena bidan dengan ilmu
kebidanannya dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
ibu-ibu  mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, serta pemberian ASI ekslusif
pada bayi dengan selamat.

Salah satu tugas terpenting dari seorang bidan adalah memberikan obat yang
aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek
terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak
hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.

Seorang bidan memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau
respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.

Adapun rute pemberian obat dibedakan atas beberapa rute antara lain secara
iral, parenteral, pemberian topical, inhalasi, dan intraokuler. Rute pemberian obat
dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik
dan mental klien.

Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas salah satu rute pemberian obat
yaitu rute parenteral, memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam
jaringan tubuh.
4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Injeksi ?

2. Bagaimana proses Injeksi ?

3. Apa saja macam-macam Injeksi ?

4. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam injeksi ?

5. Bagaimana cara mencegah infeksi dalam injeksi ?

6. Bagaimana prosedur Injeksi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah untuk memahami teknik
pemberian obat secara injeksi.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui bagaimana cara


pemberian obat melalui Teknik penyuntikan atau injeksi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Injeksi


Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan teknik steril.

2.2 Tujuan Injeksi


Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses
penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

2.3 Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral.
Apabila klien tidak sadar  atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan
atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga  disebabkan karena
ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau
tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk
anastesi lokal.

2.4. Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai
spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan
volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi
penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.

1.       Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di
desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger)
6
yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai
Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung
spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
1. Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
2. Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang
dari 1 ml
3. Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
4. Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim
menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM.
Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit
yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat
dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk
mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril
menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau
jarum.
2.       Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus
secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar.
Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit;
batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni
bagian ujung yang miring.
Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang
batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih
tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM.
Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum
berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi
obat.

7
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran
jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

2.5 Proses Injeksi


Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan
menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi.
Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap
tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat
mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat
berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat
mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat.
Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat.
Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang
diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh
yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara
tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan
penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau
tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum
menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam
arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat
yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan
setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang
menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari.
Peraway dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan
cara:
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya
paling kecil, tetapi sesuai.
2. Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
3. Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis
tubuh
4. Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum
jarum diinsersi
8
5. Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik
jaringan
7. Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
dikontraindikasikan

2.6 Macam-macam Injeksi


Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti di luar usus) biasanya
dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak
direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau
tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar
digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman
(harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak
dipilih dengan tepat.
Subkutan/sc  (hypodermal).
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak
merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat
injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin
pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area
vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta
sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering
direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain
meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gloteus
dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam
air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan
obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan
abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah
kulit.

9
Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras,
obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit,
absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat 
supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus
bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah
dalam dan punggung bagian atas.
 Intramuskuler  (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC
karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan
berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati
ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.  Dengan  injeksi di
dalam otot  yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna
memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali
digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin
dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang
tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot
Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.
 Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18
detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan.
Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat
dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat,

10
sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena
itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik
lamanya.
 Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat
pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam
ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah
sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke
tempat yang diinginkan.

2.7 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Injeksi


Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita
harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
2. Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
3. Tempat injeksi
4. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
5. Kondisi/penyakit klien

2.8 Cara Mencegah Infeksi dalam Injeksi


Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi
adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
1. Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat.
Jangan   biarkan ampul dalam keadaan terbuka
2. Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang
terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum,
tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
3. Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger)
atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp
penutup atau jarum.
4. Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau
feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan
melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap
dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.

11
2.9 Kontra Induksi
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM,
dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan.
Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC.  Rute IM dan IV berbahaya karena
absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada
klien , khususnya anak-anak.

Kalkulasi dosis Injeksi


Rumus
Untuk menentukan jumlah cc yang akan disuntikan

Dosis yang diminta


Dosis yang
tersedia
X =                                x volume dosis yang tersedia

CONTOH, Soal
Di instruksikan untuk menyuntik ampicilin 200 mg, tersedia vial dengan label
1000 mg/1 g /10 ml (cairan/aqua pro inj)
Berapa ml yang akan di suntikkan/diberikan

Jawab
X =   x 10 ml = 2 ml

2.10 Praktik Menyuntik


A. Penggunaan Obat Secara Parenteral
Parenteral artinya rute tidak melalui usus, atau secara umum dikatakan injeksi
atau suntik.
Injeksi adalah sedian berupa larutan, emulsi atau suspensi dalam air atau cairan
pembawa lain yang cocok, steril dan digunakan secara parenteral.
1. Macam-macam bentuk sedian obat secara parenteral
1. Berupa larutan dalam air
2. Berupa larutan dalam minyak
3. Berupa suspensi obat padat dalam aqua (ex. Hidrocortison asetat)
4. Berupa suspensi dalam minyak (ex. Penisilin dalam minyak)
5. Berupa emulsi (mikroemulsi) biasanya obat hormon
6. Berupa kristal steril untuk dibuat larutan dengan penambahan pelarut (aqua
steril) ex. Penisilin g
7. Cairan infus
8. ampul, merupakan takaran tunggal untuk dosis tunggal
12
9. vial atau flakon merupakan wadah takaran berganda yang dibuat dari gelas
dengan tutup karet dan diluarnya dengan tutup kap alumunium
10. botol infus, biasanya isinya 500 ml untuk intra vena
11. injeksi intrakutan/intradermal (i.k/i.d) disuntikan sedikit (0,1-0,2 ml) untuk
keperluan diagnosa.
12. Injeksi subcutan/hipodermik ((s.k/h.d) disuntikan dibawah kulit
13. Ijeksi intramuskuler (i.m) disuntikan masuk ke otot/daging.
14. Injeksi intravena (i.v) suntikan didalam pembuluh darah. Larutan injeksinya
harus betul-betul jernih.
15. Injeksi intratekal (i.t) , intra spinal intradural, disuntikan kedalam sum-sum
tulang belakang ( antara 3-4 atau 5-6 lembar vertebra)
16. Injeksi intraperitonial (i.p) disuntikan langsung kedalam rongga perut (jarang
dipakai)
17. Injeksi peridural (p.d) extradural) disuntikan kedalam epidural diatas
duramater, lapisan penutup otak terluar dan sum-sum tulang belakang
18. Intrasisternal (s.) disuntikan kedalam saluran sum-sum tulang belakang dasar
otak
19. Intracardial (i.k.d) langsung kedalamjantung.
1. Wadah untuk larutan/obat injeksi dapat berupa :
1. Macam-macam rute penggunaan obat secara parenteral

B. Keterampilan Klinik Menyuntik Intramuskuler


1. Pengertian
Menyuntik merupakan prosedur dasar yang wajib diketahui oleh setiap dokter dan
paramedis, menyuntik dapat dilakunan dengan cara, intramuskuler, subkutan,
intracutan, intravena.
Pada pembahasan berikut akan dibahas prosedur menyuntik Intramuskuler dan
seluruh persiapan peralatan yang diperlukan serta informconsent kepada pasien.
 Alat dan bahan (injection kit) :
1.      Kran air
2.      Sabun (jika mungkin sabun cair/sabun antiseptik)
3.      Handuk bersih dan kering
4.      Sepasang sarung tangan

13
5.      Baki instrument
6.      Instrument basin dengan tutup
7.      Jarum suntik steril :
8.      Untuk penyuntikan IM terdiri dari :
Jarum ukuran #23 G ½ #25 G ½ (semakin besar nomor jarum ukuran lubang
jarum semakin kecil)
Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan, tersedia mulai
ukuran 50, 20, 10, 5, 3, 2,5, 1 cc.
1. Kapas kering
2. Kassa steril (ukuran 2×2 cm)
3. Alkohol (70-90%)
4. Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya)
5. Jarum suntik
6. Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5%
7. Basin kidney/nierbecken
8. Tempat jarum bekas
9. Tempat pembuangan sampah

Siapkan antidotum : adrenalin (ingat komplikasi segera dan fatal proses


penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi lain a.1 : luka, kolaps vena, infeksi :
abses, emboli)

1. PENDAHULUAN
Perkenalkan diri anda ; “Selamat siang Bu, saya Bidan LALA , yang akan
memeriksa dan merawat Ibu.”
Tanyakan identitas pasien dan lakukan cross cek dengan catatan medik pasien.
Cek data pada catatan medik pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang
akan diberikan pada pasien ini, nama, obat, dan cara pemberian.

2. LAKUKAN INFORMED CONSENT


Katakan pada pasien bahwa kita akan melakukan proses penyuntikan : “Bu,
berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Ibu memerlukan pengobatan dengan cara
melakukan penyuntikan dibagian bokong Ibu”.

14
Katakan pada pasien : nama obat, cara pemberian, dosis, dan efek akibat
pemberian obat : “Bu, saya akan memberi obat delladryl, dengan cara melakukan
penyuntikan di bagian bokong, sebanyak 1cc dan akan terasa sakit sedikit.”
Berikan kesempatan diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : “ apakah ada
yang Ibu ingin tanyakan lagi ?” “Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan”
“Silahkan Ibu berbaring di tempat periksa”.

3. PERSIAPAN
1. Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada
pasien yang tidak kooperatif).
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan)
3. Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah
tersedia.
4. Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi
yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk
nama obat, larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran
jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik.
5. Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril.
6. Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak
tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian
keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.

4. PELAKSANAAN PENYUNTIKAN
 Dari Vial
1. Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan
pinset) dan letakkan pada kidney basin.
2. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
3. Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.
4. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
5. Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.
6. Tusuk jarum pada vial.

15
7. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil
volume yang sesuai untuk pengobatan.
8. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan
dikeluarkan gelembung udara tersebut.
9. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan
10. Lepaskan jarum dari vial.
11. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
12. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah
dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada
instrumen basin.
 Dari Ampul
1. Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah
dari leher ampul.
2. Patahkan leher ampul dengan cara sbb :
i. Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan
menekan jari jempol.
ii. Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan
oleh bagian farmasi.
iii. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik
satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
iv. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan)
jika memungkinkan.
v. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.
vi. Tarik kembali jarum dari dalam ampul.
vii. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam
penutupnya.
viii. Keluarkan gelembung udara dalam syringe.
ix. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.
x. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.
xi. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.

5.  PROSESDUR MENYUNTIK

16
1. Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan
diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis
yang diperlukan.
2. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.
3. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien
menyingkirkan tempat yangg akan dilakukan penyuntikan.
4. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.
 Untuk penyuntikan intramuskular :
1. Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri
(tangan yang tidak dominan).
2. Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.
3. Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.
4. Biarkan mengering.
5. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
6. Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi
untuk dilakukan penyuntikan.
7. Yakin bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah dengan
melakukan prosedur sbb :
1)        Lakukan aspirasi dengan cara menarik pendorong jarum suntik
(plunger).
2)        Jika darah mengisi syringe, atur kembali kedalaman invasi jarum.
Kemudian lakukan aspirasi kembali (tarik kembali plunge).
3)        Jika terdapat darah pada syringe maka dapat dilanjutkan prosedur
berikutnya.
4)        Dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat
dalam syringe.
5)        Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan
massage (jika diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas alkohol.
Observasi :
Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan
penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas dan alkohol.
Jika tidak, lakukan langkah berikutnya.
Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai.

17
Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya.
Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada
tidaknya efek samping yang ditimbulkan.
Biarkan pasien kembali kebangku periksa.
Setelah Penyuntikan
1. Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum,
masukkan kedalam tempat jarum bekas.
2. Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar.
Chloride 0,5%.
3. Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit,
kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to
glove.
4. Cuci tangan.
5. Keringkan dengan handuk.

Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk melengkapi data pada catatan
medik pasien
1. Isi tanggal dan waktu pengobatan.
2. Dosis dan cara penyuntikan
3. Respons khusus yang mungkin timbul pada pasien setelah dilakukan
penyuntikan.
4. Nama dan tanda tangan perawat

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Dan setiap rute injeksi
dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi
Intradermal (ID), Injeksi Intravena (IV).

3.2 Saran
Walaupun obat menguntungkan klien, namun ada beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang berbahaya.
Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh
karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri
kita sendiri maupun orang lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Ruth & Taylor, Wendy. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.

Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 4. Edisi 4. Jakarta: EGC.

http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html

http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-
injeksi-subkutan-intramuskular/

20

Anda mungkin juga menyukai