Disusun Oleh :
Diana Nurfadilla (4008210034)
Eliza Putri (4008210051)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teknik
Penyuntikan atau Induksi”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam mata kuliah Farmakologi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang
telah ditentukan.
Akhirul kalam, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Indikasi..................................................................................................... 6
2.4 Peralatan................................................................................................... 6
3.1 Kesimpulan.........................................................................................19
3.2 Saran...................................................................................................19
ii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu tugas terpenting dari seorang bidan adalah memberikan obat yang
aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk
mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek
terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak
hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang bidan memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau
respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
Adapun rute pemberian obat dibedakan atas beberapa rute antara lain secara
iral, parenteral, pemberian topical, inhalasi, dan intraokuler. Rute pemberian obat
dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik
dan mental klien.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas salah satu rute pemberian obat
yaitu rute parenteral, memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam
jaringan tubuh.
4
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah untuk memahami teknik
pemberian obat secara injeksi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral.
Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan
atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena
ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau
tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk
anastesi lokal.
2.4. Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai
spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan
volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi
penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.
1. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di
desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger)
6
yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai
Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung
spuit.
Adapun tipe-tipe spuit yaitu:
1. Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
2. Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang
dari 1 ml
3. Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
4. Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim
menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM.
Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit
yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar
sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat
dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk
mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril
menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau
jarum.
2. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus
secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar.
Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit;
batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni
bagian ujung yang miring.
Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang
batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih
tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM.
Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum
berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi
obat.
7
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran
jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.
9
Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras,
obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit,
absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat
supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus
bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah
dalam dan punggung bagian atas.
Intramuskuler (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC
karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan
berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati
ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di
dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna
memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali
digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin
dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang
tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot
Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.
Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18
detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan.
Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat
dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda asing langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat,
10
sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena
itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik
lamanya.
Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat
pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam
ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah
sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke
tempat yang diinginkan.
11
2.9 Kontra Induksi
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM,
dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan.
Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena
absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada
klien , khususnya anak-anak.
CONTOH, Soal
Di instruksikan untuk menyuntik ampicilin 200 mg, tersedia vial dengan label
1000 mg/1 g /10 ml (cairan/aqua pro inj)
Berapa ml yang akan di suntikkan/diberikan
Jawab
X = x 10 ml = 2 ml
13
5. Baki instrument
6. Instrument basin dengan tutup
7. Jarum suntik steril :
8. Untuk penyuntikan IM terdiri dari :
Jarum ukuran #23 G ½ #25 G ½ (semakin besar nomor jarum ukuran lubang
jarum semakin kecil)
Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan, tersedia mulai
ukuran 50, 20, 10, 5, 3, 2,5, 1 cc.
1. Kapas kering
2. Kassa steril (ukuran 2×2 cm)
3. Alkohol (70-90%)
4. Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya)
5. Jarum suntik
6. Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5%
7. Basin kidney/nierbecken
8. Tempat jarum bekas
9. Tempat pembuangan sampah
1. PENDAHULUAN
Perkenalkan diri anda ; “Selamat siang Bu, saya Bidan LALA , yang akan
memeriksa dan merawat Ibu.”
Tanyakan identitas pasien dan lakukan cross cek dengan catatan medik pasien.
Cek data pada catatan medik pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang
akan diberikan pada pasien ini, nama, obat, dan cara pemberian.
14
Katakan pada pasien : nama obat, cara pemberian, dosis, dan efek akibat
pemberian obat : “Bu, saya akan memberi obat delladryl, dengan cara melakukan
penyuntikan di bagian bokong, sebanyak 1cc dan akan terasa sakit sedikit.”
Berikan kesempatan diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : “ apakah ada
yang Ibu ingin tanyakan lagi ?” “Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan”
“Silahkan Ibu berbaring di tempat periksa”.
3. PERSIAPAN
1. Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada
pasien yang tidak kooperatif).
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan)
3. Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah
tersedia.
4. Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi
yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk
nama obat, larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran
jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik.
5. Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril.
6. Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak
tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian
keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.
4. PELAKSANAAN PENYUNTIKAN
Dari Vial
1. Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan
pinset) dan letakkan pada kidney basin.
2. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
3. Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.
4. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
5. Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.
6. Tusuk jarum pada vial.
15
7. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil
volume yang sesuai untuk pengobatan.
8. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan
dikeluarkan gelembung udara tersebut.
9. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan
10. Lepaskan jarum dari vial.
11. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
12. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah
dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada
instrumen basin.
Dari Ampul
1. Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah
dari leher ampul.
2. Patahkan leher ampul dengan cara sbb :
i. Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan
menekan jari jempol.
ii. Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan
oleh bagian farmasi.
iii. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik
satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
iv. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan)
jika memungkinkan.
v. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.
vi. Tarik kembali jarum dari dalam ampul.
vii. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam
penutupnya.
viii. Keluarkan gelembung udara dalam syringe.
ix. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.
x. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.
xi. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.
5. PROSESDUR MENYUNTIK
16
1. Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan
diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis
yang diperlukan.
2. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.
3. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien
menyingkirkan tempat yangg akan dilakukan penyuntikan.
4. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.
Untuk penyuntikan intramuskular :
1. Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri
(tangan yang tidak dominan).
2. Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.
3. Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.
4. Biarkan mengering.
5. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
6. Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi
untuk dilakukan penyuntikan.
7. Yakin bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah dengan
melakukan prosedur sbb :
1) Lakukan aspirasi dengan cara menarik pendorong jarum suntik
(plunger).
2) Jika darah mengisi syringe, atur kembali kedalaman invasi jarum.
Kemudian lakukan aspirasi kembali (tarik kembali plunge).
3) Jika terdapat darah pada syringe maka dapat dilanjutkan prosedur
berikutnya.
4) Dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat
dalam syringe.
5) Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan
massage (jika diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas alkohol.
Observasi :
Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan
penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas dan alkohol.
Jika tidak, lakukan langkah berikutnya.
Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai.
17
Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya.
Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada
tidaknya efek samping yang ditimbulkan.
Biarkan pasien kembali kebangku periksa.
Setelah Penyuntikan
1. Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum,
masukkan kedalam tempat jarum bekas.
2. Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar.
Chloride 0,5%.
3. Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit,
kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to
glove.
4. Cuci tangan.
5. Keringkan dengan handuk.
Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk melengkapi data pada catatan
medik pasien
1. Isi tanggal dan waktu pengobatan.
2. Dosis dan cara penyuntikan
3. Respons khusus yang mungkin timbul pada pasien setelah dilakukan
penyuntikan.
4. Nama dan tanda tangan perawat
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Dan setiap rute injeksi
dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi
Intradermal (ID), Injeksi Intravena (IV).
3.2 Saran
Walaupun obat menguntungkan klien, namun ada beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang berbahaya.
Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh
karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri
kita sendiri maupun orang lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Ruth & Taylor, Wendy. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html
http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-
injeksi-subkutan-intramuskular/
20