Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SUATU KASUS DAN ANALISIS PERUBAHAN

IPTEK DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Praktik Kebidanan
Dosen :
Oktarina Sri Iriani, S.ST.,M.Keb

Disusun oleh :
Diana Nurfadilla (4008210034)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
 Analisis Kasus
Contoh kasus :
Ibu Nia seorang bidan berusia 50 tahun, beliau bekerja di puskesmas dan
membuka praktik bidan di rumahnya selama 25 tahun, tempat praktiknya
selalu ramai oleh pasien, memiliki bidan jaga 10 orang, semua orang yang
sakit di desanya selalu minta diobati oleh beliau karena di desa tersebut jauh
ke fasilitas Kesehatan, di desa tersebut masih ada yang melahirkan ke dukun
bayi, Pendidikan terakhir beliau adalah D3 kebidanan, sesuai dengan
perkembangan terkini yaitu UU Kebidanan No 4 tahun 2019 ibu Nia harus
meningkatkan Pendidikan bila masih ingin melanjutkan praktiknya, suami
pun mendukung ibu Nia untuk kuliah lagi.

Identifikasi proses perubahan apa yang harus dilaksanakan oleh ibu Nia,
Termasuk jenis apa ? sesuai teori perubahan, termasuk teori yang mana dan
dampak perubahan apa yang nanti akan didapatkan oleh bidan Nia.

Jawab :
 Perubahan yang harus dilaksanakan oleh ibu Nia yaitu :
1. Perubahan kebiasaan mayarakat (pasien) yang sakit untuk diobati oleh
beliau (bidan) terkecuali pelayanan Kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak dan pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
(Perubahan Terencana (planned change)) – Teori Lippit 1973
Alasan :
karena bidan tidak mempunyai wewenang dalam mengenai pengobatan
pasien dan pelayanan terhadap orang sakit, sesuai dengan wewenang
bidan dalam menjalankan praktik (pasal 9 permenkes 1464/2010) adalah
memberikan pelayanan yang meliputi :
a. pelayanan Kesehatan ibu
b. pelayanan Kesehatan anak dan
c. pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
dan Adapun pasal 62 ayat (1) huruf c UU tenaga Kesehatan yang
dimaksud dengan “kewenangan berdasarkan kompetensi” adalah
kewenangan untuk melakukan pelayanan Kesehatan secara mandiri sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain untuk bidan adalah
ia memiliki kewenangan untuk bidan adalah ia memiliki kewenangan
untuk melakukan pelayanan Kesehatan ibu, pelayanan Kesehatan anak,
dan pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Jika bidan tidak melaksanakan ketentuan dalam pasal 62 ayat (1) UU
tenaga Kesehatan, ia dikenai sanksi administratif. Ketentuan sanksi ini
diatur dalam pasal 82 ayat (1) UU tenaga Kesehatan.
Dampak Perubahan terhadap bidan Nia : bidan Nia tidak akan dikenakan
sanksi karena penyalahgunaan wewenang

2. Perubahan kebiasaan atau stigma masyarakat untuk lahiran ke dukun bayi.


(Perubahan Terencana (planned change)) – Teori Roger 1962 &
Teori Lippit 1973
Alasan :
Karena kompetensi persalinan bayi hanya dimiliki oleh bidan dan dokter
kandungan. Kompetensi ini didukung dengan pengetahuan mengenai
Kesehatan ibu hamil dan janin yang didapat dengan mempelajari ilmu
pengetahuan tersebut selama beberapa tahun dan pengalaman selama
sekolah dan praktek. Selain itu, untuk menjaga proses persalinan tetap
lancar diperlukan sarana dan obat-obatan yang mendukung , yang
sebaliknya dukun bayi tidak memiliki itu semua.

Dampak Perubahan terhadap bidan Nia : pasien melahirkan kepada bidan


Nia akan terus bertambah karena stigma atau kebiasaan masyarakat telah
berubah

3. Perubahan Pendidikan terakhir bidan Nia menjadi lebih tinggi


(Perubahan Terencana (planned change)) – Teori Kurt Lewin 1951 &
Teori Roger (1962)

Dampak perubahan terhadap bidan Nia : akan adanya peningkatan gelar


dan kompeten pendidikan yang dimiliki bidan Nia sehingga bidan Nia
dapat terus melanjutkan praktik mandirinya

 Analisis Perubahan IPTEK dalam Praktik Kebidanan

1. Teknologi pencitraan pada system ultrasonografi telah berkembang dari


awalnya yang 2 dimensi (2D) menjadi 3D bahkan 4D.
Teknologi pencitraan ini menhasilkan citra yang jauh lebih baik dari
sebelumnya . Kunci penting perkembangan tersebut disamping terletak
pada system elektronik / teknologi digitalisasi informasi juga yang lebih
penting adalah tergantung pada tranduser ultrasonik yang dipakai.

Sumber : jurnal publikasi ilmiah ( Universitas Muhamadyah Surakarta)

2. Inkubator manual berkembang menjadi inkubator otomatis


Incubator dimanfaatkan untuk mendapatkan efek panas terhadap tubuh
bayi, penggunaan incubator manual digantikan dengan incubator
otomatis karena penggunaan incubator manual dirasa kurang efesien.
Pada incubator otomatis, pengontrolan dilakukan secara otomatis oleh
kontroler melalui sensor suhu. Akan tetapi, system yang digunakan
adalah on-off control action. Nilai suhu dan kelembapan yang terdeteksi
sensor melebihi nilai set point yang telah digunakan.

Sumber : jurnal ilmiah ( Universitas Sumatra Utara)

3. Non Stress Test (NST)


Pemeriksaan Non Stress Test (NST). NST adalah cara pemeriksaan
janin dengan menggunakan kardiotokografi (CTG) pada umur kehamilan
> 26 minggu. Merupakan tindakan non-invasif.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat interaksi antara perubahan
denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
baik pada saat kehamilan maupun persalinan. Pemeriksaan frekuensi
denyut nadi melalui Doppler ultrasound, bersamaan dengan tekanan otot
rahim [4].
Fungsi dari NST ini adalah :
 Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung
janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan/ aktivitas janin.
Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj
(baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang
sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination
/ FAD).
 Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara
normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya
dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau
kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
 Yang dinilai adalah gambaran djj dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif
dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya,
bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu
simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari
jantung janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila
cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik
(gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi bunyi jantung janin, dan
stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.

Sumber : Buku Teknologi Pemantauan Kesejahteraan Janin di Indonesia


( ISSN 2085 -4218)

4. Stetoskop Digital
Pemeriksaan menggunakan stetoskop digital prosedurenya sama dengan
menggunakan stetoskop konvensional tetapi hasil dari pemeriksaannya
dapat dilihat pada layar komputer yang disebut dengan
fetalphonocardiogram (fPCG). Alat ini menarik karena benar-benar pasif
(tidak ada energi yang ditransmisikan kejanin) dan biaya rendah [14],
sehingga dapat dilakukan dalam jangka panjang dan sering. fPCG adalah
rekaman akustik detak janin jantung, yang dihasilkan oleh kegiatan
mekanik berbagai struktur jantung janin, dengan cara meletakkan
stetoskop digital pada permukaan perut ibu dan alat ini mulai banyak
digunakan pada tahun 1990 an [7]. Dari hasil pemeriksaan ini didapatkan
sebuah gambar sinyal dimana dari gambar sinyal ini dapat diketahui lebih
detail tentang keadaan jantung janin.

Sumber : Buku Teknologi Pemantauan Kesejahteraan Janin di Indonesia


( ISSN 2085 -4218)

Anda mungkin juga menyukai