Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN”

Disusun Oleh :
Kelompok 3
 Anisa Putri (PO7224222 2097)
 Baya Sundari (PO7224222 2098)
 Dwi Gita Ariyani (PO7224222 2102)
 Finda Tri Astuti (PO7224222 2104)
 Fitri Ramadana (PO7224222 2105)
 Iis Anjasari (PO7224222 2107)
 Lolia Apriyuni (PO7224222 2111)
 Putri Berliana (PO7224222 2116)
 Ratih Murni Nurrohim (PO7224222 2119)
 Ririn Wulandari (PO7224222 2122)
 Rosmawati (PO7224222 2123)
 Rossalinda (PO7224222 2124)
 Sumi Aristi (PO7224222 2128)
 Viola Ade Triana (PO7224222 2130)

Dosen Pengampu: Fidyah Aminin,SST.,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Program Kementrian Kesehatan”. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas PBAK. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan khususnya kepada kelompok kami sendiri dan pembaca. Kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Fidyah Aminin selaku instruktur mata kuliah
PBAK. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami yang berkaitan dengan
topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami
memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini,
dikarenakan pengetahuan kami yang sangat terbatas. Kami juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini, guna untuk menyusun
makalah yang akan datang.

Tanjungpinang, Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2


2.1 Program Kementerian Kesehatan Dalam Pencegahan Korupsi .... 2
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) ......................... 3
2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ....... 3
2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ............. 4
2.2.3 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ... 4
2.3 Pembangunan Zona Integritas ...................................................... 5
2.3.1 Pengertian Zona Integritas ................................................. 5
2.3.2 Perencanaan Pembangunan Zona Integritas ...................... 6
2.3.3 Proses Pembangunan Zona Integritas ................................ 7

BAB III PENUTUP ................................................................................ 11


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, yang menjadi penghambat
utama tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu terwujudnya Indonesia yang adil.
Upaya penindakan korupsi harus diimbangi dengan upaya pencegahannya. Pemerintah telah
berupaya melakukan upaya pencegahan yang dituangkan dalam Instruksi Presiden dan
Peraturan Presiden. Untuk mensinergikan kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi,
dan peningkatan kualitas pelayanan publik, maka ditetapkan kebijakan pembangunan Zona
Integritas dan Kementerian Kesehatan menerapkan upaya pencegahan korupsi dengan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
sistem pengendalian intern dijabarkan secara panjang lebar dan komprehensif, bukan hanya
mencakup aspek penyelenggaraan keuangan, namun mempunyai makna yang lebih luas yaitu
mencakup pula aspek kinerja operasional/tupoksi dan kewenangan organisasi. Dibanding
dengan sistem pengendalian intern sebelumnya, SPIP memberikan perhatian yang signifikan
terhadap penguatan lingkungan internal organisasi dan kualitas manusianya sebagai pelaku
sistem pengendalian intern dalam instansi pemerintah. Penilaian risiko terhadap pencapain
tujuan organisasi juga menjadi fokus utama sebagai bagian dari pengendalian intern. Oleh
karena itu, implementasi SPIP di lingkungan instansi pemerintah menjadi hal yang strategis.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1) Apa saja program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi?
2) Apa itu Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)?
3) Bagaimana pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:
1) Untuk mengetahui mengenai program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan
korupsi
2) Untuk mengetahui mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
3) Untuk mengetahui mengenai pembangunan zona integritas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Program Kementerian Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Korupsi


Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stratanas)
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplemen-tasikan ke dalam 6 (enam)
strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:
1) Melaksanakan upaya upaya pencegahan
2) Melaksanakan langkah langkah strategis dibidang penegakan hukum
3) Melaksanakan upaya upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-
undangan dibidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya
4) Melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil Tipikor
5) Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi
6) Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya
pemberantasan korupsi.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), Kementerian
Kesehatan telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai cara
dan bentuk, antara lain:
1) Disiplin kehadiran menggunakan system fingerprint, ditetapkan masuk pukul 7.30
dan pulang kantor pukul 16.00, untuk mencegah pegawai melakukan korupsi waktu.
2) Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP),
dan dievaluasi setiap tahunnya, agar setiap pegawai mempunyai tugas pokok dan
fungsi yang jelas, dapat diukur dan dipertanggungjawabkan kinerjanya.
3) Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan efektif, ramah dan
santun, diwujudkan dalam pelayanan prima.
4) Penandatanganan fakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di kementrian
kesehatan. Hal ini untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

2
5) Terlaksananya Strategi Komunikasi pendidikan dan Budaya Anti-Korupsi melalui
sosialisasi dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal/ seluruh Satker
Kementerian Kesehatan.
6) Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, sesuai dengan pasal 12 b ayat (1)
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, menyatakan “Setiap gratifikasi kepada
pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan kewajiban atau tugasnya”.
7) Pemberlakuan Sistem Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik
(LPSE).
8) Layanan Publik Berbasis Teknologi Informasi seperti seleksi pendaftaran pegawai
melalui online dalam rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Tidak Tetap (PTT).
9) Pelaksanaan LHKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan didukung dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 03.01/Menkes/066/I/2010, tanggal 13
Januari 2010.
10) Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi, berdasarkan Surat Keputusan
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor 01.TPS.17.04.215.10.3445,
tanggal 30 Juli 2010.
11) “Tanpa Korupsi”, “Korupsi Merampas Hak Masyarakat untuk Sehat”, “Hari Gini
Masih Terima Suap”, dan lain-lain.
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pasal 58 ayat (2) diamanatkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja,
transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala
Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Undang-undang tersebut
ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, kemudian Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor
40 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Keputusan Menteri Dalam Negeri

3
Nomor 061.05 – 282 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri. Sistem Pengendalian Intern dalam PP Nomor 60 Tahun
2008 dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang
kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan
yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Sistem Pengendalian Intern adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (never
ending process) oleh pimpinan dan seluruh pegawai.
2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 3 disebutkan bahwa untuk mencapai
pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dilaksanakan dengan berpedoman pada
SPIP. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,
keandalanpelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
2.2.3 Unsur-unsur dalam Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Pengendalian intern dipengaruhi oleh berbagai faktor atau unsur. Hal tersebut
dalam SPIP diakomodir sehingga menjadi bagian atau unsur yang membentuk SPIP,
yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
 Penegakan integritas dan nilai etika;
 Komitmen terhadap kompetensi;
 Kepemimpinan yang kondusif;
 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

4
 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaa sumber
daya manusia;
 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
 Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian Risiko
Pimpinan instansi wajib melakukan penilaian risiko yang mencakup
identifikasi risiko dan analisis risiko, baik risiko yang menghambat pencapaian
tujuan instansi maupun risiko yang menghambat pelaksanaan kegiatan.
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan instansi wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian atau
pengendaliaan intern sekurang-kurangnya terhadap kegiatan pokok/tupoksi
dan kewenangan instansi. Pengendalian intern harus terkait dengan proses
penilaian risiko dan dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa
pengendalian intern tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang
diharapkan.
4. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomuni- kasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.
Informasi dan komunikasi bukan hanya dalam lingkup internal, namun juga
dengan para stakeholders.
5. Pemantauan
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem
Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan berupa tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya oleh pihak eksternal.
2.3 Pembangunan Zona Integritas
2.3.1 Pengertian Zona Integritas
Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan
Zona Integritas menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani

5
di lingkungan instansi pemerintah menyebutkan bahwa, Zona Integritas merupakan
predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai komitmen untuk mewujudkan wilayah bebas korupsi (WBK) dan
wilayah birokrasi bersih melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya
dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, serta
reformasi birokrasi di lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya, yang
diawali dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh pegawainya. Pada
hakekatnya, pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM ditujukan untuk
membangun dan mengimplementasikan program reformasi birokrasi secara baik
pada tingkat unit kerja di lingkungan instansi pemerintah (K/L/Pemda), sehingga
mampu menumbuh kembangkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi dan
budaya birokrasi yang melayani publik secara baik, serta mampu meningkatkan
kepercayaan publik terhadap birokrasi di lingkungan instansi pemerintah.

Zona integritas merupakan salah satu program yang dimaksudkan untuk


mengakselerasi capaian sasaran reformasi birokrasi, yaitu pemerintahan yang bersih
dan akuntabel, efektif dan efisien, serta kualitas pelayanan publik yang baik. Namun
dalam perjalanan menuju pencapaian sasaran reformasi birokrasi, kendala sering kali
dihadapi, diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang, praktik Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (KKN), dan lemahnya pengawasan. Hal tersebut berimbas pada
kepuasan pelayanan masyarakat dan tingkat kepercayaan masyarakat kepada
birokrasi yang semakin rendah. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah dirasa
perlu untuk membangun pilot project pelaksanaan reformasi birorkasi yang dapat
menjadi percontohan penerapan pada unit-unit kerja lainnya.
2.3.2 Perencanaan Pembangunan Zona Integritas

Adapun pencanangan Pembangunan Zona Integritas berdasarkan pedoman


Pembangunan Zona Integritas Nomor 52 tahun 2014, meliputi sebagai berikut:
a) Pencanangan pembangunan Zona Integritas adalah deklarasi/pernyataan dari
pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa instansinya telah siap membangun Zona
Integritas;

6
b) Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah
yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya telah menandatangani
dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat
pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi
kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh
pegawainya menandatangani dokumen Pakta Integritas, dapat melanjutkan atau
melengkapi setelah pembangunan Zona Integritas;
c) Pencanangan pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat yang berada di
bawah koordinasi Kementrian dapat dilakukan bersama-sama. Sedangkan
pencanangan pembangunan Zona Integritas di instansi daerah dapat dilakukan oleh
kabupaten/kota bersama-sama dalam satu provinsi;
d) Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara terbuka dan
dipublikasikan secara luas dengan maksud agar semua pihak termasuk masyarakat
dapat memantau, mengawal, mengawasi dan berperan serta dalam program kegiatan
reformasi birokrasi khususnya di bidang pencegahan korupsi dan peningkatan
kualitas pelayanan publik;
e) Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas untuk
instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah & Penandatanganan
Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas untuk instansi daerah
dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah daerah;
f) KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh masyarakat/LSM,
dunia usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat pencanangan Zona Integritas untuk
instansi pusat dan instansi daerah.
2.3.3 Proses Pembangunan Zona Integritas

Dalam upaya pembangunan Zona Integritas menuju WBBM, Kemenkes telah


melakukan penilaian terhadap calon Satker WBK yang memenuhi syarat indikator
hasil dan indikator proses Satker WBK serta pada tanggal 30 Agustus 2013 telah
mengusulkan 3 Satuan Kerja ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi untuk ditetapkan sebagai Satker WBK. Proses pembangunan
Zona Integritas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan melakukan 2
(dua) cara penilaian, yakni sebagai berikut:

7
1) Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK
Penilaian Satuan Kerja berpredikat yang berpredikat WBK di lingkungan
Kementerian Kesehatan dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk
oleh Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan
indikator proses (nilai di atas 75) dan indikator hasil yang mengukur efektivitas
kegiatan pencegahan korupsi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya pencapaian
predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) kriteria utama yang harus dipenuhi adalah pencapaian opini
laporan keuangan kementerian/lembaga oleh BPK-RI, harus memperoleh hasil
penilaian indikator proses di atas 75 dan memenuhi syarat nilai indikator hasil
WBK seperti tabel berikut ini.
NO UNSUR INDIKATOR PROSES BOBOT %
1. Penandatanganan pakta integritas 5
2. Pemenuhan kewajiban LHKPN 6
3. Pemenuhan akuntabilitas kinerja 6
4. Pemenuhan kewajiban laporan keuangan 5
5. Penerapan kewajiban disiplin PNS 5
6. Penerapan kode etik khusus 4
7. Penerapan kebijakan pelayanan public 6
8. Penerapan whistle blower system tindak pidana korupsi 6
9. Pengendalian gratifikasi 6
10. Penanganan benturan kepentingan (conflict of interest) 6
11. Kegiatan pendidikan, pembinaan, dan promosi antikorupsi 6
12. Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh BPK/KPK/APIP 5
13. Penerapan kebijakan pembinaan purna-tugas 4
14. Penerapan kebijakan pelaporan transaksi keuangan yang tidak sesuai 6
dengan profil PPATK
15. Promosi jabatan secara terbuka 3
16. Rekrutmen secara terbuka 3
17. Mekanisme pengaduan masyarakat 6

8
18. E-Procurement 6
19. Pengukuran kinerja individu 3
20. Keterbukaan informasi public 3

2) Penilaian dan Penetapan Satuan Kerja Berpredikat WBBM


Penilaian satker yang berpredikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM), dilakukan oleh Tim Penilai Nasional (TPN) melalui evaluasi atas
kebenaran material hasil self -assessment yang dilaksanakan oleh TPI termasuk
hasil self-assesament tentang capaian indikator hasil WBBM. Untuk mencapai
Indikator Hasil WBK dan WWBM dapat dinilai mengacu pada penilaian seperti
tabel berikut ini:

No Unsur Indikator Hasil WBK WBBM Keterangan

1. Nilai Indeks Integritas >7,0 >7,5 Skala 0-10 berdasarkan intrumen KPK
2. Penilaian kinerja unit pelayanan >550 >750 Skala 0-1000 berdasarkan Permenpan
public 38/2012. Dalam 2 tahun terakhir
3. Penilaian kerugian negara (KN) 0% 0% Penilaian APIP dan BPK dalam 2 tahun
yang belum diselesaikan (%) terakhir
4. Persentase maksimum temuan 3% 2% 0% jika jumlah pegawai 100 orang
inefektif
5. Persentase minimum temuan 3% 2% <1% jika jumlah pegawai >100 orang
inefisien
6. Persentase maksimum jumlah 1% 0% Idem
pegawai yang dijatuhi hukuman
disiplin karena penyalahgunaan
keuangan
7. Persentase pengaduan 5% 0% Idem
masyarakat yang masih belum
ditindak lanjuti

9
8. Persentase pegawai yang 0% 0% Pengaduan yang telah >60 hari dalam 2
melakukan tindak pidana tahun terakhir berdasarkan keputusan
korupsi pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap

Proses pembangunan Zona Integritas difokuskan pada penerapan program


manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan
pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik
yang bersifat konkret. Dalam membangun Zona Integritas, pimpinan instansi pemerintah
menetapkan satu atau beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai WBK dan WBBM
dengan memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan, diantaranya : (1) dianggap
sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan pelayanan publik; (2) mengelola
sumber daya yang cukup besar, serta (3) memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi
yang cukup tinggi di unit tersebut. Sehingga, perlunya dilakukan pembinaan dan
pengawasan yang efektif guna menjaga terpeliharanya predikat WBK dan WBBM.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stratanas)
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplemen-tasikan ke dalam 6 (enam)
strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:
1) Melaksanakan upaya upaya pencegahan
2) Melaksanakan langkah langkah strategis dibidang penegakan hukum
3) Melaksanakan upaya upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-
undangan dibidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya
4) Melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil Tipikor
5) Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi
6) Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya
pemberantasan korupsi.

Zona Integritas merupakan predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah


yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan wilayah bebas
korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani (WBBM) melalui reformasi
birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan
publik, serta reformasi birokrasi di lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya,
yang diawali dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh pegawainya. Proses
pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh kementerian kesehatan dengan
melakukan 2 (dua) cara penilaian, yakni penilaian satuan kerja berpredikat wbk dan
penilaian dan penetapan satuan kerja berpredikat wbbm.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa sekiranya dapat untuk selalu menumbuhkan dan meningkatkan
semangat nasionalisme untuk Negara Indonesia agar menjadi Negara yang bebas korupsi,
dan ciptakan pribadi yang bebas korupsi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman, dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Puspito, Nanang, dkk.2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kemendikbud RI
Surachmin dan Suhandi Cahaya.2011.Strategi dan Teknik Korupsi.Jakarta: Sinar Grafika

12
DOKUMENTASI

13

Anda mungkin juga menyukai