Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN

MEDIKASI: PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI ORAL


DAN PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI PARENTERAL

Dosen Pembimbing :

Tri Arianingsih, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Nur Afni Oktavia (172311034)

Restia Anugrah (172311044)

Risna Rusiana (172311046)

Sonia (172311051)

Yustin Purba (172311059)

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

T.A 2024/2025
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................2

D. Manfaat...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................4

A. Konsep dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur Pemberian Medikasi


Oral4

1. Pengertian Pemberian Obat Oral....................................................................4

2. Tujuan Pemberian Obat Oral..........................................................................4

3. Bentuk Obat Oral............................................................................................5

4. Prinsip Pemberian Obat..................................................................................9

B. Konsep dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur Pemberian Medikasi


Parenteral.................................................................................................................15

1. Pengertian Pemberian Obat Parenteral.........................................................15

2. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan..............................................................15

3. Jenis-jenis Pemberian Obat Parenteral..........................................................16

BAB III PENUTUP.....................................................................................................22

A. Kesimpulan.......................................................................................................22

B. Saran.................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Konsep Dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur
Pemberian Medikasi Oral Dan Prosedur Pemberian Medikasi Parenteral ”.
Makalah ini disusun dengan maksud agar mahasiswa/i, dapat memperluas ilmu
dan pengetahuan tentang Keterampilan Dasar II.

Selama proses penyusunan makalah ini, kelompok mengalami berbagai


kendala, namun berkat bantuan dari beberapa pihak, maka makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, kelompok akan mengucapkan terimakasih kepada :

1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Stikes Hang Tuah


Tanjungpinang

2. Yusnaini Siagian, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Wakil Ketua I

3. Zakiah Rahman, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ka. Prodi

4. Wasis Pujiati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Koordinator mata kuliah

5. Tri Arianingsih, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Tanjungpinang, 7 Maret 2024

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat


yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi
untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan
efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa
obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Salah satu bentuk sediaan
steril adalah injeksi.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam
tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang
diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke
dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral
memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan
membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki
kemurnian yang dapat diterima.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu


“bagaimanakah konsep dan prinsip pemberian medikasi : prosedur
pemberian medikasi oral dan prosedur pemberian medikasi parenteral?”

1
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu konsep dan prinsip
pemberian medikasi : prosedur pemberian medikasi oral dan prosedur
pemberian medikasi parenteral.

2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui pengertian pemberian
obat secara oral dan pemberian obat secara parenteral.
b. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui tujuan pemberian obat
oral.
c. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui bentuk obat oral.
d. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui prinsip pemberian obat.
e. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui prosedur pemberian
obat oral dan parenteral.
f. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui hal-hal yang harus
diperhatikan.
g. Agar mahasiwa mampu untuk mengetahui jenis-jenis pemberian
obat parenteral.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukkan bahan bacaan dipustaka dan dapat bermanfaat


bagi mahasiswa/i Stikes Hang Tuah Tanjungpinang terkait konsep dan
prinsip pemberian medikasi: prosedur pemberian medikasi oral dan
prosedur pemberian medikasi parenteral.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
masukkan bagi tenaga kerja kesehatan dan masyarakat dalam

2
memberikan informasi terkait konsep dan prinsip pemberian medikasi :
prosedur pemberian medikasi oral dan prosedur pemberian medikasi
parenteral.
3. Bagi Penulis
Dapat memperoleh pengalaman dalam pengaplikasian konsep dan
prinsip pemberian medikasi : prosedur pemberian medikasi oral dan
prosedur pemberian medikasi parenteral.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur Pemberian


Medikasi Oral

1. Pengertian Pemberian Obat Oral

Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Penggunaan obat


melalui oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik,
yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh. Dalam
pemberian obat oral, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perawat, yaitu adanya alergi terhadap obat yang akan diberikan,
kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan/atau diare
yang dapat mengganggu obsorpsi obat, efek samping obat, dan
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

Gambar A.1 Pemberian Obat Oral

2. Tujuan Pemberian Obat Oral

a. Memberi obat yang memiliki efek lokal, atau sistemik melalui


saluran cerna.
b. Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
c. Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri

4
3. Bentuk Obat Oral

Bentuk obat oral dibagi menjadi 2 yaitu: bentuk obat padat dan
bentuk obat caira. Bentuk obat padat untuk pemakaian oral
adalah:Tablet, Kapsul, Pil, dan serbuk.
a. Bentuk Obat Padat
1) Tablet
Tablet adalah bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan
tambahan (murni bahan obat). Tablet adalah campuran zat aktif
dan zat pengikat, biasanya dalam bentuk bubuk, yang dibentuk
menjadi padatan. Obat-obatan yang diberikan secara oral,
sangat lazim tersedia dalam bentuk tablet; penggunaan kata
tablet sendiri secara umum merujuk pada tablet obat.

Gambar A.2 Tablet


Macam – macam tablet adalah :
a) Tablet Kempa. Jenis obat berbentuk tablet yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat. Obat berbentuk tablet
ini dibuat sesuai dengan bentuk cetakannya dan memiliki
ukur anyang sangat bervariasi. Contoh Vit C
b) Tablet kunyah. Tablet besar yang tidak ditelan tetapi
dikunyah. Biasanya, jenis obat tablet seperti inimemiliki
rasa yang lebih enak dibandingkan dengan obat – obat yang
lainnya. contohobat antasid.
c) Tablet Hipodermik. Jenis obat tablet hipodermik ini adalah
obat tablet yang mudah larut di dalam air.Proses
pelarutannya juga terjadi secara sempurna.

5
d) Tablet Efervensen. Penggunaan tablet dilarutkan dulu
dalam segelas air akan keluar gas CO2 dan tabletakan
pecah dan larut. Contoh Calcium D. Redoxon (C.D.R.)

2) Kapsul
Obat jenis kapsul terdiri dari bahan obat yang dibungkus
dengan bahan padat, yang mudah larut. Bahan pembungkus ini
sangat berguna agar obat mudah ditelan, menghindari bau dan
rasa yang tidak enak dari obat, serta menghindari kontak
langsung dengan sinar matahari Obat bentuk kapsul umumnya
berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya yang
tumpul.

Gambar A.3 Kapsul


Macam – macam kapsul :
a) Kapsul gelatin keras, terdiri dasar sebagai wadah obat dan
tutupnya. bentuknya keras,hingga banyak orang yang
menyangka kaca yang tidak dapat hancur. tetapi bila
kapsulini kena air akan mudah lunak dan hancur.
b) Kapsul gelatin lunak, tertutup dari pabrik dan obatnya
sudah dari dulu diisi dipabrik.agar menarik kapsul ini diberi
warna-warni.

6
3) Pil
Pil ini adalah bentuk obat yang berbentuk bundar (bulat)
padat kecil yang mengandung bahan atau zat obat.

Gambar A.4 Pil


4) Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia
yang dihaluskan untuk pemakaian oral atau dalam atau untuk
pemakaian luar. Bentuk serbuk mempu nyai luas permukaan
yang lebih luas, sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah
terdispersi dari pada bentuk sediaan padat lainnya (seperti
kapsul, tablet, pil). Anakanak dan orang dewasa yang suka
mengalami kesusahan menelan obat bentuk kapsul atau tablet,
akan lebih mudah bila menelan obat yang sediaannya sudah
berbentuk serbuk, dan selain itu karena serbuk oral bisa
dicampur dengan air minum atau sediaan cair lainnya untuk
membantu menelan obat.

Gambar A.5 Serbuk

7
Macam-macam serbuk :
a) Serbuk terbagi (pulveres / divided powder/ chartulae),
bentuk serbuk ini berupa bungkusan serbuk dalam kertas
permanen atau dalam kanton kantong plastik kecil, tiap
bungkus merupakan 1 dosis.
b) Serbuk tak terbagi (pulvis/ bulk powder), serbuk dalam
jumlah yang banyak ditempatkan dalam dos, botol mulut
lebar. Sebagai contoh ialah bedak.
c) Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul kecil yang
mengandung asam sitrat dannatrium bikarbonat. Cara
penggunaannya dilarutkan dulu dalam segelas air, terjadi
reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan
mengeluarkan CO2 dan akanmenimbulkan rasa seperti
limun.

b. Bentuk Obat Cair


1) Larutan, merupakan suatu larutan obat, sebagai pelarut adalah
air atau ditimbah zatcair lainnya seperti sedikit gliserin, alkohol
dan sebagainya.
2) Eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis yang
mengandung obat dandiberi bahan pembahu. sebagai pelarut
adalah gliserin, sirup atau larutan sorbitol.
3) Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh
biasanya diberi esen.
4) Emulsi adalah suatu campuran 2 zat cair yang tidak mau
campur, biasanya minyakdan air, dimana zat cair yang satu
terdispersi dalam zat cair yang lain dengan bantuan emulgator.
Contoh emulsum Olei Iercoris Aselli. Bentuk ini selain oral,
juga da yang untuk topikal (losion) dan injeksi.
5) Suspensi oral adalah suatu campuran obat berupa zat padat
terbagi halus yangterdispersi didalam medium cairan. Biasanya

8
cairan yang dipakai adalah air, dan harus di gojog dulu sebelum
digunakan. Bentuk suspensi oral dapat berupa: suspensioral,
mixtura, magma dan gel. jelasnya demikian :
a) Uspensi oral adalah sediaan cair yang diberi bahan pembau
dan perasa, mengandung obat padat yang terbagi halus dan
tidak larut. Beri tanda gojog dulu sebelum digunakan.
Untuk menjaga stabilnya zat pada terdispersi diberi bahan
pensuspensimisalnya gom, CMC.
b) Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung pertikel obat
padat yang terbagi halus. Beri tanda gojog dulu, sebelum
digunakan. Mengandung bahan pensuspensi atau
tidak.Karena partikelnya sangat halus mudah terdispersi.
c) Magma adalah sediaan yang mengandung obat padat
terbagi halus terdispersi dalam,cairan, karena zat padatnya
banyak maka sangat viskes maka tidak mengandung bahan
pensuspensi. Sebagai contoh : Milk magma.
d) Gel merupakan obat padat yang mempunyai daya menyerap
air yang besar (hidrasi) dan ukuran partikelnya sangat kecil
(koloid), sangat viskes dan tanpa bahan pesuspensi. Sebagai
contoh: Koalin gel, Pectin gel sebagai obat anti diare.

4. Prinsip Pemberian Obat

a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(gelang identitas, papan identitas ditempat tidur) atau ditanyakan.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran,harus dicari cara identifikasi lain sesuai ketentuan rumah
sakit.

9
b. Benar Obat
Obat mempunyai nama dagang dan nama generik. Setiap
obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama
generiknya. Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus
diperiksa tiga kali; pertama, saat membaca permintaaan obatnya
dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta;dan ketiga, saat dikembalikan ke rak.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak bolehdipakai dan
harus dikembalikan kebagian farmasi. Bila isinya-isinya tidak
uniform,sekali lagi harus dikembalikan ke farmasi. Jika pasien
menggunakan obatnya, harusdiperiksa lagi. saat memberi obat,
perawat harus ingat tujuan obat itu diberikan.danuntuk mengingat
nama obat dan kerjanya.

c. Benar Dosis
Sebelum meberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau
penulis resep sebelum dilanjutkan. jika pasien menggunakan
dosisnya, harus diperiksa lagi. Jika setelah menanyakan
kepadaapoteker atau penulis resepnya serta alasannya. Secara
khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara
singkatan mg dan mcg bila ditulis tangan.
Ada obat dalam bentuk tablet lepas-berkala (ada yang
berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya khusus); tablet demikian
tidak boleh dibelah atau digerus karena cirilepas-berkalanya akan
hilang. Ada tablet bersalut-enterik untuk melindunginyaterhadap
asam lambung. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam
dosistinggi untuk waktu lama.

10
d. Benar Cara/Rute
Pemberian Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda.
Faktor yang menetukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh
keadaan umum pasien, kecepatan respons yang di inginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, dan tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberi per oral, parenteral, topikal, rektal atau melalui
inhalasi.
1) Oral, ini adalah rute pemberian yang paling umum dan paling
banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.
2) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa yunani. Para berarti
disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berati diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna.
3) Topikal, temasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment,
sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi, melindungi, atau
menyampaikan obat ke daerah tertentu, pada kulit atau
membran mukosa.
4) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria. Pemberian rektal mungkin dilakukan untuk
memperoleh efek lokal, seperti pada konstipasi atau hemoroid;
untuk memberi obat yang mempunyai efeksist emik pada mual
bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu berbau
atau terasa tidak enak; bila pasien tidak sadar; atau untuk
menghindari iritasi dari saluran cerna. Umumnya supositoria
lebih unggul dari enemasebagai cara meberi obat karena
retensinya lebih mudah.
5) Inhalasi, saluran napas memilki epitel untk absorpsi yang
sangat demikian berguna untuk memberi obat secara lokal pada
salurannya, misalnyasalbuta mol (ventolin) atau sprei

11
blektometason (Becotide, Aldecin) untk asma, atau dalam
keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.

e. Benar Waktu
Sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau memepertahankan kadar darah
yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimun atau a.c.)
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. hal ini berlaku untuk banyak antibiotik. misalnya,
tetrasiklin dikhelasi (yaitu terbentuk senyawa yang tidak larut) jika
diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.
Sebaliknya, ada obat yangharus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi berlebihan pada lambung ( misalnya,
indometasin) atau dapat diperoleh kadar darah yang lebih tinggi
(misalnya, grisefulvin bila diberi bersama makanan berlemak).
Setelah obat ini diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan.

f. Benar Dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera
dari orang perawat untukmencatat informasi yang sesuai mengenai
obat yang telah diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute
(tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal, dan inisial atau
tanda tangan perawat. Respon klien terhadap pengobatan harus
perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti narkotika-
bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan nyeri, atau
analgesik nonnarkotika, sedativa, antiemetik.
Dan atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap
pengobatan, seperti iritasi gastrointestinal atau tanda-tanda

12
kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan
lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan
obat itu kembali karena ia berpikir obat belum diberikan. untuk
membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada
waktunya, banyak fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.

1. Prosedur Pemberian Obat Oral


a. Alat dan bahan
1) Catatan/ jadwal pemberian obat
2) Obat dan tempatnya
3) Air minum

b. Prosedur kerja
1) Salam pada pasien
2) Jelaskan maksud dan tujuan tentang prosedur yang akan
dilakukan
3) Cuci tangan kemudian pakai sarung tangan
4) Berikan obat sesuai dengan prinsip pemberian obat
5) Bantu pasien untuk meminum obat dengan cara:
a) Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan
jumlah obat sesuai kebutuhan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat
b) Kaji kesulitan menelan, apabila terdapat kesulitan menelan,
maka geruslah obat tablet tersebut dan campurkan ke dalam
air minum
c) Kaji frekuensi nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian
6) Catat rekasi dan respon pasien
7) Rapikan keadaan pasien
8) Bereskan peralatan

13
9) Sampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai
dilakukan
10) Lepas sarung tangan
11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

c. Dokumentasi
1) Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2) Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah
tindakan prosedur.
3) Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.

d. Sikap
1) Sistematis.
2) Hati-hati.
3) Berkomunikasi.
4) Mandiri.
5) Teliti.
6) Tanggap terhadap respon klien.
7) Rapih.
8) Menjaga privacy.

14
B. Konsep dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur Pemberian
Medikasi Parenteral

1. Pengertian Pemberian Obat Parenteral

Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang


dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Ada beberapa cara
pemberian obat secara injeksi yaitu secara intra vena, intra muscular,
intra dermal, dan sub cutan.

Gambar B.1 Pemberian Obat Parenteral

2. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan

a. Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin


lakukan pemeriksaan ulang.
b. Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka
sebelum diberikan pada klien.
c. Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat
dan kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk
memastikan isinya sesuai.
d. Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya
kemudian letakkan pada tempat obat.
e. Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat
yang dituang pada dasar meniscus.
f. Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti
tanda vital.

15
g. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.

3. Jenis-jenis Pemberian Obat Parenteral

Rute parenteral ialah memberikan obat dengan menginjeksinya ke


dalam jaringan tubuh. Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama
injeksi berikut:
a. Subkutan (SC).
Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis
kulit. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area dibawah
kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis.
Karena jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien dapat
mengalami rasa tidak nyaman. Daerah yang lazim untuk injeksi
subkutan adalah lengan atas bagian luar, paha bagian depan, perut,
area skapula, ventrogluteal, dan dorso gluteal.

Gambar B.2 Subkutan (SC)

Jangan memberikan injeksi pada daerah yang nyeri, merah,


pruritis, atau edema. Pada pemberian injeksi subkutan jangka lama,
perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang
berbeda. Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis
kecil yang larut dalam air. Jenis obat yang lazim diberikan secara
subkutan adalah yaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin,
dan heparin. Sudut insersi berkisar antara 45 sampai 90 derajat.

16
b. Intradermal (ID).
Injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis.
Pemberian obat secara intradermal merupakan suntikan pada
lapisan dermis atau dibawah epidermis/permukaan kulit. Injeksi ini
di lakukan secara terbatas, karena hanya sejumlah kecil obat yang
dapat dimasukkan.

Gambar B.3 Intradermal


Cara ini biasanya digunakan untuk tes tuberkulin atau tes
alergi terhadap obat tertentu dan untuk pemberian vaksinasi. Area
yang lazim digunakan adalah lengan bawah bagian dalam, dada
bagian atas dan punggung area skapula.

c. Intramuskular (IM).
Injeksi ke dalam otot tubuh. Pemberian obat secara
intramuskular ditujukan untuk memberikan obat dalam jumlah
yang besar dibandingkan obat yang diberikan secara subkutan.
Absorpsi juga lebih cepat dibanding subkutan karena lebih banyak
suplai darah diotot tubuh.

17
Gambar B.4 Intramuskular

Beberapa lokasi yang lazim digunakan untuk injeksi


intramuskular adalah deltoid, dorso gluteal, vastus lateralis, dan
rektus femoralis. Area-area tersebut digunakan karena massa otot
yang besar, vaskularisasi baik dan jauh dari saraf. Untuk
menghindari obat salah masuk pada jaringan subkutan maka jarum
diatus dalam posisi tegak lurus 90◦ .

d. Intravena (IV).

Gambar B.5 Intravena

Suntikan ke dalam vena. Pemberian obat secara intravena


ditujukan untuk mempercepat reaksi obat, sehingga obat langsung
masuk ke sistem sirkulasi darah. Pemberian obat ini dapat
dilakukan langsung pada vena atau pada pasien yang dipasang
infus, obat dapat diberikan melalui botol infus atau melalui karet
pasa selang infus tempat penyuntikan yaitu pada vena yang
dangkal dan dekat dengan tulang, misalnya:
1) pada lengan (vena mediana cubiti/vena chepalica)
2) pada tungkai (vena saphenosus)

18
3) pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada
anak

5. Prosedur Pemberian Obat Parenteral (Intravena)


a. Definisi
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara
memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit.

b. Tujuan
1) Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat di absorbsi dari pada
dengan injeksi parenteral lain.
2) Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3) Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

c. Tempat injeksi
1) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2) Pada tungkai (vena saphenous)
3) Pada leher (vena jugularis)
4) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

d. Peralatan
1) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2 ml- 5 ml
6) Bak spuit
7) Baki obat
8) Plester

19
9) Perlak pengalas
10) Pembendung vena (torniquet)
11) Kassa steril (bila perlu)
12) Bengkok

e. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat dengan prinsip 5 benar
3) Identifikasi klien
4) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan pembendung
9) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekauan,
peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi
obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan
diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
12) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan
13) Buka tutup jarum
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukkan dengan tangan non dominan. Membuat kulit
menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.

20
15) Pegang jarum pada posisi 30° sejajar dengan vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum
kedalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan baral
dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
18) Observasi adanya darah pada spuit
19) Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat
perlahan-lahan
20) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
21) Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang
diberikan betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

C. Pembahasan Obat Paten dan Obat Generik


1. Obat Paten
Obat Paten merupakan obat dengan zat aktif yang pertama kali
ditemukan oleh industri Farmasi. Obat ini dilindungi oleh hak paten
sampai masa patennya habis, dan membutuhkan penilaian mengenai
efikasi, keamanan, dan mutu secara lengkap (BPOM, 2004) sebelum
digunakan oleh pasien. Obat paten ialah obat baru dan diproduksi serta
dipasarkan oleh perusahaan farmasi yang memiliki hak paten.
Hak paten yang dipegang oleh perusahan farmasi akan bertahan
hingga 20 tahun. Selama itu, tidak ada yang boleh memproduksi atau
memasarkan obat tersebut tanpa izin. Obat paten merupakan obat yang
diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan farmasi yang memiliki hak

21
paten. Sedangkan obat generik merupakan obat paten yang telah habis
masa patennya, sehingga bisa diproduksi oleh semua perusahaan
farmasi. Dengan adanya peraturan hak paten tersebut, tidak semua obat
merek yang saat ini beredar di masyarakat sudah memiliki versi
generiknya. Jika obat tersebut adalah obat yang baru ditemukan
beberapa tahun terakhir, maka kemungkinan hak patennya belum habis.
Akibatnya, produksi obat generiknya pun belum bisa dimulai.
2. Obat Generik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang
dikandungnya.
Obat generik ialah apabila obat paten telah habis masa patennya,
maka obat dengan zat aktif yang sama dengan obat paten dapat
diproduksi oleh semua perusahaan Farmasi tanpa harus membayar
royalti. Ada dua jenis obat generik yaitu generik bermerek (OGM) yang
lebih umum disebut obat bermerek dan obat generik berlogo (OGB)
yang lebih umum disebut obat generik saja.
Obat generik menjadi lebih murah dari obat paten karena biaya
yang dikeluarkan pada saat membuatnya. Obat paten lebih mahal
karena merupakan obat baru yang membutuhkan biaya untuk
penelitian, uji coba dalam skala besar, biaya produksi dan juga biaya
pemasarannya. Sedangkan obat generik tidak perlu melakukan
penelitian dan uji coba dalam skala besar karena telah dilakukan
sebelumnya. Obat generik hanya menggunakan obat paten yang telah
habis patennya, sehingga tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian Obat Oral adalah pemberian melalui mulut. Pada


umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman
untuk diberikan. Bentuk obat oral adalah bentuk tablet, kapsul, dan sirup.
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Ada beberapa cara pemberian
obat secara injeksi yaitu secara intra vena, intra muscular, intra dermal,
dan sub cutan
Dalam pemberian Obat Oral perlu diperhatikan Prinsip 6 Benar
yaitu: Benar pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Waktu, Benar Rute
Pemberian, dan Benar Dokumentasi agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.
Obat dapat digolongkan ke dalam Obat Bebas, Obat Bebas
Terbatas, Obat Kerasdan Obat Narkotika, obat juga memiliki Efek
Samping yaitu Efek suatu obat yangtidak termasuk terapi dan
Kontraindikasi yaitu suatu kondisi atau faktor yang berfungsi sebagai
alasan untuk mencegah tindakan medis tertentu karena bahaya yangakan
didapatkan pasien.
Dalam terapi pemberian obat perawat harus memperhatikan dosis
yang dibutuhkan pasien dan dalam memberikan obat oral harus
berdasarkan prosedur yang tepat.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat lebih


memahami dan mengetahui tentang konsep dan prinsip pemberian obat
secara oral dan secara parenteral.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Apa yang perlu diketahui tentang obat. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press. (hlm 7, 135-139).

Anief, Moh. 2004. Penggolongan obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.(hlm. 3).

Anonym, Pemberian Obat Secara Parenteral, [pdf]


http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/genap
%20I/Genap%20I%20-%20Pemberian%20Obat%20Secara
%20Parenteral.pdf

Aziz Alimul Hidayat. 2012. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.
(hlm. 275- 276)

Hanke, Grace. 2007. Med-math: Perhitungan dosis, preparat, dan cara


pemberianobat. Jakrta: EGC. (hlm. 86-95).

Kee, Joyce L & Hayes R. Evelyn. 1996. Farmakologi pendekatan proses


keperawatan.Jakarta: EGC. (hlm. 28).

Lailatul. (2017, juni 13). MAKALAH PRINSIP PEMBERIAN MEDIKASI


ORAL. https://pdfcoffee.com/makalah-medikasi-oral-new-4-pdf-free.html

Red'Devil, B. (2014, agustus 18). Prosedur Pemberian Obat Oral.


https://id.scribd.com/doc/237108736/Prosedur-Pemberian-Obat-Oral

Tambayong, Jan. 2001. Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta: Widya Medika.


(hlm. 3-6). batak, N. (2019, januari 12). MAKALAH FARMAKOLOGI
obat oral
https://www.academia.edu/39115678/MAKALAH_FARMAKOLOGI_ob
at_oral

Kemenkes, (2023). Obat Generik dan Obat Paten.


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2434/obat-generik-dan-obat-
paten. Diakses pada tanggal 19 Maret 2024, pukul 16.50 WIB.

24

Anda mungkin juga menyukai