Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Sonia (172311051)
T.A 2024/2025
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................22
B. Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Konsep Dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur
Pemberian Medikasi Oral Dan Prosedur Pemberian Medikasi Parenteral ”.
Makalah ini disusun dengan maksud agar mahasiswa/i, dapat memperluas ilmu
dan pengetahuan tentang Keterampilan Dasar II.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu konsep dan prinsip
pemberian medikasi : prosedur pemberian medikasi oral dan prosedur
pemberian medikasi parenteral.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui pengertian pemberian
obat secara oral dan pemberian obat secara parenteral.
b. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui tujuan pemberian obat
oral.
c. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui bentuk obat oral.
d. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui prinsip pemberian obat.
e. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui prosedur pemberian
obat oral dan parenteral.
f. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui hal-hal yang harus
diperhatikan.
g. Agar mahasiwa mampu untuk mengetahui jenis-jenis pemberian
obat parenteral.
D. Manfaat
2
memberikan informasi terkait konsep dan prinsip pemberian medikasi :
prosedur pemberian medikasi oral dan prosedur pemberian medikasi
parenteral.
3. Bagi Penulis
Dapat memperoleh pengalaman dalam pengaplikasian konsep dan
prinsip pemberian medikasi : prosedur pemberian medikasi oral dan
prosedur pemberian medikasi parenteral.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
3. Bentuk Obat Oral
Bentuk obat oral dibagi menjadi 2 yaitu: bentuk obat padat dan
bentuk obat caira. Bentuk obat padat untuk pemakaian oral
adalah:Tablet, Kapsul, Pil, dan serbuk.
a. Bentuk Obat Padat
1) Tablet
Tablet adalah bahan obat yang dipadatkan tanpa bahan
tambahan (murni bahan obat). Tablet adalah campuran zat aktif
dan zat pengikat, biasanya dalam bentuk bubuk, yang dibentuk
menjadi padatan. Obat-obatan yang diberikan secara oral,
sangat lazim tersedia dalam bentuk tablet; penggunaan kata
tablet sendiri secara umum merujuk pada tablet obat.
5
d) Tablet Efervensen. Penggunaan tablet dilarutkan dulu
dalam segelas air akan keluar gas CO2 dan tabletakan
pecah dan larut. Contoh Calcium D. Redoxon (C.D.R.)
2) Kapsul
Obat jenis kapsul terdiri dari bahan obat yang dibungkus
dengan bahan padat, yang mudah larut. Bahan pembungkus ini
sangat berguna agar obat mudah ditelan, menghindari bau dan
rasa yang tidak enak dari obat, serta menghindari kontak
langsung dengan sinar matahari Obat bentuk kapsul umumnya
berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya yang
tumpul.
6
3) Pil
Pil ini adalah bentuk obat yang berbentuk bundar (bulat)
padat kecil yang mengandung bahan atau zat obat.
7
Macam-macam serbuk :
a) Serbuk terbagi (pulveres / divided powder/ chartulae),
bentuk serbuk ini berupa bungkusan serbuk dalam kertas
permanen atau dalam kanton kantong plastik kecil, tiap
bungkus merupakan 1 dosis.
b) Serbuk tak terbagi (pulvis/ bulk powder), serbuk dalam
jumlah yang banyak ditempatkan dalam dos, botol mulut
lebar. Sebagai contoh ialah bedak.
c) Serbuk efervesen, serbuk yang berupa granul kecil yang
mengandung asam sitrat dannatrium bikarbonat. Cara
penggunaannya dilarutkan dulu dalam segelas air, terjadi
reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan
mengeluarkan CO2 dan akanmenimbulkan rasa seperti
limun.
8
cairan yang dipakai adalah air, dan harus di gojog dulu sebelum
digunakan. Bentuk suspensi oral dapat berupa: suspensioral,
mixtura, magma dan gel. jelasnya demikian :
a) Uspensi oral adalah sediaan cair yang diberi bahan pembau
dan perasa, mengandung obat padat yang terbagi halus dan
tidak larut. Beri tanda gojog dulu sebelum digunakan.
Untuk menjaga stabilnya zat pada terdispersi diberi bahan
pensuspensimisalnya gom, CMC.
b) Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung pertikel obat
padat yang terbagi halus. Beri tanda gojog dulu, sebelum
digunakan. Mengandung bahan pensuspensi atau
tidak.Karena partikelnya sangat halus mudah terdispersi.
c) Magma adalah sediaan yang mengandung obat padat
terbagi halus terdispersi dalam,cairan, karena zat padatnya
banyak maka sangat viskes maka tidak mengandung bahan
pensuspensi. Sebagai contoh : Milk magma.
d) Gel merupakan obat padat yang mempunyai daya menyerap
air yang besar (hidrasi) dan ukuran partikelnya sangat kecil
(koloid), sangat viskes dan tanpa bahan pesuspensi. Sebagai
contoh: Koalin gel, Pectin gel sebagai obat anti diare.
a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(gelang identitas, papan identitas ditempat tidur) atau ditanyakan.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non-
verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien
tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran,harus dicari cara identifikasi lain sesuai ketentuan rumah
sakit.
9
b. Benar Obat
Obat mempunyai nama dagang dan nama generik. Setiap
obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama
generiknya. Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus
diperiksa tiga kali; pertama, saat membaca permintaaan obatnya
dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta;dan ketiga, saat dikembalikan ke rak.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak bolehdipakai dan
harus dikembalikan kebagian farmasi. Bila isinya-isinya tidak
uniform,sekali lagi harus dikembalikan ke farmasi. Jika pasien
menggunakan obatnya, harusdiperiksa lagi. saat memberi obat,
perawat harus ingat tujuan obat itu diberikan.danuntuk mengingat
nama obat dan kerjanya.
c. Benar Dosis
Sebelum meberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau
penulis resep sebelum dilanjutkan. jika pasien menggunakan
dosisnya, harus diperiksa lagi. Jika setelah menanyakan
kepadaapoteker atau penulis resepnya serta alasannya. Secara
khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara
singkatan mg dan mcg bila ditulis tangan.
Ada obat dalam bentuk tablet lepas-berkala (ada yang
berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya khusus); tablet demikian
tidak boleh dibelah atau digerus karena cirilepas-berkalanya akan
hilang. Ada tablet bersalut-enterik untuk melindunginyaterhadap
asam lambung. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam
dosistinggi untuk waktu lama.
10
d. Benar Cara/Rute
Pemberian Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda.
Faktor yang menetukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh
keadaan umum pasien, kecepatan respons yang di inginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, dan tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberi per oral, parenteral, topikal, rektal atau melalui
inhalasi.
1) Oral, ini adalah rute pemberian yang paling umum dan paling
banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman.
Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual
atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.
2) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa yunani. Para berarti
disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berati diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna.
3) Topikal, temasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment,
sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi, melindungi, atau
menyampaikan obat ke daerah tertentu, pada kulit atau
membran mukosa.
4) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau
supositoria. Pemberian rektal mungkin dilakukan untuk
memperoleh efek lokal, seperti pada konstipasi atau hemoroid;
untuk memberi obat yang mempunyai efeksist emik pada mual
bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu berbau
atau terasa tidak enak; bila pasien tidak sadar; atau untuk
menghindari iritasi dari saluran cerna. Umumnya supositoria
lebih unggul dari enemasebagai cara meberi obat karena
retensinya lebih mudah.
5) Inhalasi, saluran napas memilki epitel untk absorpsi yang
sangat demikian berguna untuk memberi obat secara lokal pada
salurannya, misalnyasalbuta mol (ventolin) atau sprei
11
blektometason (Becotide, Aldecin) untk asma, atau dalam
keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.
e. Benar Waktu
Sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau memepertahankan kadar darah
yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimun atau a.c.)
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. hal ini berlaku untuk banyak antibiotik. misalnya,
tetrasiklin dikhelasi (yaitu terbentuk senyawa yang tidak larut) jika
diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap.
Sebaliknya, ada obat yangharus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi berlebihan pada lambung ( misalnya,
indometasin) atau dapat diperoleh kadar darah yang lebih tinggi
(misalnya, grisefulvin bila diberi bersama makanan berlemak).
Setelah obat ini diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan.
f. Benar Dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera
dari orang perawat untukmencatat informasi yang sesuai mengenai
obat yang telah diberikan. Ini meliputi nama obat, dosis, rute
(tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal, dan inisial atau
tanda tangan perawat. Respon klien terhadap pengobatan harus
perlu dicatat untuk beberapa macam obat, seperti narkotika-
bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan nyeri, atau
analgesik nonnarkotika, sedativa, antiemetik.
Dan atau reaksi yang tidak diharapkan terhadap
pengobatan, seperti iritasi gastrointestinal atau tanda-tanda
12
kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan
lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan
obat itu kembali karena ia berpikir obat belum diberikan. untuk
membantu pencatatan pemberian obat yang tepat dan pada
waktunya, banyak fasilitas kesehatan menggunakan format grafik.
b. Prosedur kerja
1) Salam pada pasien
2) Jelaskan maksud dan tujuan tentang prosedur yang akan
dilakukan
3) Cuci tangan kemudian pakai sarung tangan
4) Berikan obat sesuai dengan prinsip pemberian obat
5) Bantu pasien untuk meminum obat dengan cara:
a) Apabila memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan
jumlah obat sesuai kebutuhan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat
b) Kaji kesulitan menelan, apabila terdapat kesulitan menelan,
maka geruslah obat tablet tersebut dan campurkan ke dalam
air minum
c) Kaji frekuensi nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian
6) Catat rekasi dan respon pasien
7) Rapikan keadaan pasien
8) Bereskan peralatan
13
9) Sampaikan pada pasien bahwa tindakan sudah selesai
dilakukan
10) Lepas sarung tangan
11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
c. Dokumentasi
1) Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan tindakan.
2) Mencatat hasil pengkajian sebelum, selama dan setelah
tindakan prosedur.
3) Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah tindakan.
d. Sikap
1) Sistematis.
2) Hati-hati.
3) Berkomunikasi.
4) Mandiri.
5) Teliti.
6) Tanggap terhadap respon klien.
7) Rapih.
8) Menjaga privacy.
14
B. Konsep dan Prinsip Pemberian Medikasi : Prosedur Pemberian
Medikasi Parenteral
15
g. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.
16
b. Intradermal (ID).
Injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis.
Pemberian obat secara intradermal merupakan suntikan pada
lapisan dermis atau dibawah epidermis/permukaan kulit. Injeksi ini
di lakukan secara terbatas, karena hanya sejumlah kecil obat yang
dapat dimasukkan.
c. Intramuskular (IM).
Injeksi ke dalam otot tubuh. Pemberian obat secara
intramuskular ditujukan untuk memberikan obat dalam jumlah
yang besar dibandingkan obat yang diberikan secara subkutan.
Absorpsi juga lebih cepat dibanding subkutan karena lebih banyak
suplai darah diotot tubuh.
17
Gambar B.4 Intramuskular
d. Intravena (IV).
18
3) pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4) pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada
anak
b. Tujuan
1) Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat di absorbsi dari pada
dengan injeksi parenteral lain.
2) Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3) Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
c. Tempat injeksi
1) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2) Pada tungkai (vena saphenous)
3) Pada leher (vena jugularis)
4) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
d. Peralatan
1) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Kapas alkohol
3) Sarung tangan
4) Obat yang sesuai
5) Spuit 2 ml- 5 ml
6) Bak spuit
7) Baki obat
8) Plester
19
9) Perlak pengalas
10) Pembendung vena (torniquet)
11) Kassa steril (bila perlu)
12) Bengkok
e. Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan obat dengan prinsip 5 benar
3) Identifikasi klien
4) Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
5) Atur klien pada posisi yang nyaman
6) Pasang perlak pengalas
7) Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
8) Letakkan pembendung
9) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekauan,
peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi
obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
10) Pakai sarung tangan
11) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan
diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang
mengandung mikroorganisme.
12) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan
13) Buka tutup jarum
14) Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area
penusukkan dengan tangan non dominan. Membuat kulit
menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.
20
15) Pegang jarum pada posisi 30° sejajar dengan vena yang akan
ditusuk perlahan dan pasti
16) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum
kedalam vena
17) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan baral
dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
18) Observasi adanya darah pada spuit
19) Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat
perlahan-lahan
20) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
21) Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang
diberikan betadin
22) Kembalikan posisi klien
23) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
24) Buka sarung tangan
25) Cuci tangan
26) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
21
paten. Sedangkan obat generik merupakan obat paten yang telah habis
masa patennya, sehingga bisa diproduksi oleh semua perusahaan
farmasi. Dengan adanya peraturan hak paten tersebut, tidak semua obat
merek yang saat ini beredar di masyarakat sudah memiliki versi
generiknya. Jika obat tersebut adalah obat yang baru ditemukan
beberapa tahun terakhir, maka kemungkinan hak patennya belum habis.
Akibatnya, produksi obat generiknya pun belum bisa dimulai.
2. Obat Generik
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang
dikandungnya.
Obat generik ialah apabila obat paten telah habis masa patennya,
maka obat dengan zat aktif yang sama dengan obat paten dapat
diproduksi oleh semua perusahaan Farmasi tanpa harus membayar
royalti. Ada dua jenis obat generik yaitu generik bermerek (OGM) yang
lebih umum disebut obat bermerek dan obat generik berlogo (OGB)
yang lebih umum disebut obat generik saja.
Obat generik menjadi lebih murah dari obat paten karena biaya
yang dikeluarkan pada saat membuatnya. Obat paten lebih mahal
karena merupakan obat baru yang membutuhkan biaya untuk
penelitian, uji coba dalam skala besar, biaya produksi dan juga biaya
pemasarannya. Sedangkan obat generik tidak perlu melakukan
penelitian dan uji coba dalam skala besar karena telah dilakukan
sebelumnya. Obat generik hanya menggunakan obat paten yang telah
habis patennya, sehingga tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Apa yang perlu diketahui tentang obat. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press. (hlm 7, 135-139).
Aziz Alimul Hidayat. 2012. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.
(hlm. 275- 276)
24