Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMAKOLOGI TENTANG

KONSEP PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN

Disusun oleh :

Renita
Po7120220013
MK : Farmakologi

Dosen pembimbing

Suryanda.S.Pd.M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESI


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
2020/2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini dengan tepat waktu. Dan tidak
lupa Shalawat serta salam selalu penulis haturkan untuk junjungan nabi agung, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan pertunjukkan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah gizi dan diet Salah satu
tujuan penulis dalam menulis Makalah ini adalah sebagai dokumentasi. Penulis
menyadari atas ketidak sempurnaan dalam penyusunan Makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran atas pembuatan Makalah ini untuk perbaikan. Dan
semoga pembuatan Makalah ini bermanfaat.

Baturaja, 20 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
A.... Latar Belakang.......................................................................................................4
B....Rumusan Masalah...................................................................................................4
C....Tujuan Masalah.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Pengertian pemberian obat........................................................................................5
B. Pengertian obat...........................................................................................................5
C. Definisi pemberian obat.............................................................................................5
D. Bentuk obat.................................................................................................................6
E. Prinsip dasar pemberian obat....................................................................................7
F. Teknik pemberian obat..............................................................................................8
G. Macam-macam pemberian obat...............................................................................9
H. Prinsip benar obat....................................................................................................12
I. Menyiapkan obat........................................................................................................13
J. Macam-macam dosis obat.........................................................................................17
K. Menggambarkan 2 hak klien yang berhubungan dengan pemberian obat........19

BAB III PENUTUP.......................................................................................................20


A. Kesimpulan...............................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam program ini sangat penting dalam pemberian obat kepada pasien, yang
mempelajari farmakologi agar dapat memahami tentang efek dari obat yang
diharapkan sehingga mampu mengevaluasi efek pengobatan. Pada aspek obat
ada beberapa istilah yang penting kita ketahui di antaranya: nama generik
merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi,
kemudian Anda nama yang memiliki arti nama dibawah lisensi salah satu
publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan
zat kimiawi seperti acetylsalicylic acid atau aspirin, kemudian nama dagang
(trade merk) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik
dalam menggunakan simbol seperti ecortin, buffrin, empirin, analgesic, dan lain-
lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Memberitahukan cara pengobatan dan dosis yang benar
2. Menjelaskan standar obat
3. Mejelaskan reaksi obat
4. Menjelaskan dan melakukan teknik pemberian obat

C. TUJUAN
Untuk mengetahui cara konsep pemberian obat pada pasien dan mennambah
wawasan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai pemberian obat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pemberian obat


1. Pengertian pemberian obat
Obat merupakan sebuah substansi yang di berikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengetahuan, atau bahkan
pencegahankecelakaan terhadap berbagai gangguan yang terjadi didalam
tubuh, dalam pelaksanaan nya, tenaga medis memiliki tanggung jawab
dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung kepasien

B. Pengertian obat
2. KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau
menyembuhkan penyakit. ada 2 jenis obat, yaitu obat padat dan obat cair.
obata-obatan dalam bentuk padat, seperti bubuk, tablet, pil, drase, kapsul,
salep, pasta dan supositoria. Obat-obatan dalam bentuk cair seperti syrup,
tetesan atau drop, dan cairan suntik.

C. Definisi pemberian obat


3. KONSEP DASAR OBAT
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau
menyembuhkan penyakit.
4. DEFINISI PEMBERIAN OBAT
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang di maksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan
diagnosis,mencegah,mengurangi,menghilangkan,menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit,luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia (joenoes,2001)

5
D. BENTUK OBAT

Kaplet : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; bentuk seperti kapsul bersalut,
sehingga mudah ditelan
Kapsul : bentuk dosis padat untuk pemberian oral; obat dalam bentuk bubuk, cairan,
atau minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk membantu
identifikasi produk
Eliksir : cairan jernih berisi air dan alkohol; dirancing untuk penggunaan oral; biasanya
di tambah pemanis
Tablet enterik bersalut : tablet untuk pemberian oral,yang dilapisi bahan yang tidak larut
dalam lambung; lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorbsi.
Ekstrak : bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tersebut ( misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat menjadi
larutan dari sumber sayur-sayuran )
Gliserit : larutan obat yang di kombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar, berisi
sekurang-kurangnya 50% gliserin
Cakram intraokular ( intraocular disk) : bentuk oval, fleksibel berukuran kecil terdiri
dari dua lapisan luar yang lunak dan sebuah lapisan tengah berisi obat. Saat
dilembabkan oleh cairan okuler (mata), cakram melepas obat sampai satu minggu
Obat gosok (liniment) : preparat biasanya mengandung alkohol, minyak atau pelembut
sabun yang dioles pada kulit
Losion : obat dalam cairan, suspense yang di oles pada kulit untik melindunginya
Salep : semisolid (agak padat), preparat yang di oles pada kulit, biasanya mengandung
satu atau lebih obat
Pasta : preparat semisolid, lebih kental dan lebih kaku dari pada salep; diabsorbsi
melalui kulit lebih lambat dari pada salep
Pil : bentuk dosis padat berisi satu atau lebih obat, dibentuk kedalam bentuk tetesan,
lonjong, atau bujur; pil yang sesungguhnya jarang digunakan karena telah digantikan
oleh tablet

6
Larutan : preparat cairan yang dapat digunakan per oral, parenteral, atau secara
eksternal; dapat juga dimasukkan ke dalam organ atau rongga tubuh (mis. Irigasi
kantong kemih); berisi air dan mengandung satu atau lebih senyawa terlarut; harus steril
untuk penggunaan parenteral
Supositoria : bentuk dosis padat yang di campur dengan gelatin dan dibentuk dalam
bentuk peluru untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (rektum atau vagina); meleleh
saat mencapai suhu tubuh, melepas obat untuk diabsorbsi
Suspense : partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair, saat
dibiarkan, partikel berkumpul di bagian bawah wadah; umumnya merupakan obat oral
dan tidakdiberikan perintravena
Sirup : obat yang larut dalam larutan gula pekat, mengandung perasa yang membuat
obat terasa lebih enak
Tablet : bentuk dosis bubuk yang dikomperesi ke dalam cakram atau slinder yang keras;
selain obat utama, mengandung zat pengikat (perakat untuk membuat bubuk menyatu),
zat pemisah ( untuk meningkatkan pelarutan tablet), lubrika (supaya mudah dibuat di
pabrik), dan zat pengisi (supaya ukuran tablet cocok)
Cakram atau lempeng transdermal : obat beradadalam cakram (disks) atau patch
membrane semipermeable yang membuat obat dapat diabsorbsi perlahan-lahan melalui
kulit dalam periode waktu yang lama
Tingtura : alkohol atau larutan obat air-alkohol
Tablet isap (troche, lozenge) : bentuk dosis datar, bundar mengandung obat, citarasa,
gula, dan bahan perekat cair; larut dalam mulut untuk melepas obat

E. PRINSIP DASAR PEMBERIAN OBAT


Sebelum memberikan obat pada pasien,ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat,diantaranya :
1. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan
kebenaran obat sebanyak 3x, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat di programkan, dan mengembalikan obat ketempat
penyimpanan.
2. Tepat dosis

7
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat,maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes,gelas ukur,spuit atau sendok khusus : alat untuk membelah tablet; dan lain-
lain. Dengan demikian,perhitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang di programkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat,yaitu mencocokan
nama,nomor register,alamat,dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistematik yang fatal pada
pasien. Untuk itu,cara pemberiannya adalah dengan cara melihat cara pemberian atau
jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang
diprogamkan,karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek
terapi dari obat (A.Aziz Alimul Hidayat,2009).
6. Tepat pendokumentasi
Dokumentasi snagat penting,jadi setelah memberikan obat kita harus segera
memberikan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah
sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan tindakan.

F. TEKNIK PEMBERIAN OBAT


Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya :
oral,parenteral,rektal,vaginal,kulit,mata,telinga,hidung dan lain-lain. Pemberian di
lakukan dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien,tepat nama
obat,tepat dosis obat,tepat cara pemberian,dan tepat waktu pemberian. (A.Aziz Alimul
Hidayat,2009)
BENTUK OBAT
1. Bentuk Oral
Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam pemberian obat oral,ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu adanya alergi terhadap obat yang akan
diberikan,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah atau diare yang dapat

8
mengganggu absorpsi obat,efek samping obat,interaksi obat dan kebutuhan
pembelajaran mengenai obat yang diberikan. Bentuk oral ini adalah tablet,kapsul dan
lozenges (obat isap).
a. Tablet
Bentuk,ukuran dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat
murni,atau diencerkan dengan subtansi inert agar mencapai berat sesuai,atau
mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet padat
biasa,tablet sublingual (di larutkan di bawah lidah),tablet bukal (dilarutkan antara pipi
dan gusi),tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak),tablet bersalut enteric
(untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah),atau
tablet lepas berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
b. Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk,butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar
larut dengan kecepatan berbeda,yaitu kapsul keras,atau cairan dalam kapsul lunak.
c. Lozenges
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan
kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
Tujuan
1. Memberi obat yang memiliki efek lokal atau sistematik melalui saluran cerna.
2. Memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan.
3. Memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.

G. MACAM – MACAM PEMBERIAN OBAT :


A. PEMBERIAN OBAT SUBLINGUAL
Pemberian obat sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah
hingga obat habis diabsorpsi ke dalam pembuluh darah. (Aswidiastoeti Hartana,2013)
Tujuan
1. Memberi obat yang mempunyai efek lokal atau sistemik.
2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan pemberian secara oral
3. Mencegah kerusakan obat oleh hati

9
B. PEMBERIAN OBAT BUKAL
Pemberian obat bukal dilakukan dengan meletakkannya diantara gusi dan membrane
mukosa pipi.
Tujuan
1. Memberi obat yang memiliki efek sistemik atau lokal.
2. Memberi obat yang memiliki aksi kerja lebih cepat dibandingkan obat oral.
3. Mencegah kerusakan obat oleh hati.
C. PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
Obat parenteral diberikan melalui pembuluh darah menggunakan spuit,yaitu dengan
memberikan obat dengan menginjeksi ke seluruh tubuh,bisa dengan cara
intracutan,subcutan,intra muscular dan intravena.
Tujuan
1. Menyediakan obat yang memberi reaksi lebih cepat disbanding pemberian obat
melalui rute lain.
2. Memicu reaksi setempat,misalnya tes alergi.
Membantu pemeriksaan diagnostic,misalnya menyuntikan zat kontras. (Aswidiastoeti
Hartana,2013)
D. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intracutan
Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes
reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan di gunakan . pemberian obat melalui jaringan
intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis. Secara umum, dilakukan pada
daerah lengan, tangan bagian ventral. (A.Aziz Alimul Hidayat,2009)
E. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan
Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan
atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luara, daerah dada, dan daerah
sekitar umbilicus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini
dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar
gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan,yaitu jernih dan keruh. Larutan keruh
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular). Larutan yang keruh
termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat
absorpsi obat.

10
F. Pemberian Obat Melalui Intravena (secara langsung)
Memberikan obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus/cephalika
(daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuannya agar eaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
G. Pemberian Obat Melalui Wadah Intravena (secara tidak langsung)
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena. Tujuannya
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
H. Pemberian Obat Melalui Selang Intravena
I. Pemberian Obat Melalui Intramuskular
Memberikan obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan
memasukkannya kedalam jaringan otot. Loasi penyuntikannya dapat dilakukan di
dorsog luteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis
(daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorpsi obat dapat lebih
cepat.
H. Pemberian Obat Melalui Rektum
Memberikan obat melalui rektum merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat
melalui anus dan kemudian rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan
sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses, dan
merangsang buang air besar
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti obat dulcolac supositoria, berfungsi
untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti
obat aminofilin supositoria, berfugsi mendilatasi bronkhus. Pemberian obat supositoria
ini di berikan tepat pada dinding rektal yang melewati spichnter ani interna. Kontra
indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
K. Pemberian Obat per Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau

11
serfiks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal. Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau
ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia, dan
masukkan aplikator ± 7,5 cm, serta dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.
Pemberian Obat pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya di
kulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-
macam seperti krim, losion, aerosol, dan spray.
Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk
perisapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
L. Pemberian Obat pada Telinga
Memberikan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotic di berikan pada gangguan
infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
M. Pemberian Obat pada Hidung
Memberikan obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring. (A.Aziz Alimul Hidayat,2009)

H. PRINSIP BENAR OBAT


Prinsip benar obat ada 6, yaitu:
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

12
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga
kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua
label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak
obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke
bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat
dan kerjanya.

3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau
tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada
juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

I. MENYIAPKAN OBAT
1. Menyiapkan obat ampul
a) Persiapan alat

13
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Ampul obat sesuai dengan resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Jarum steril extra (bila perlu)
5) Kapas alcohol
6) Kasa steril
7) Baki obat
8) Gergaji ampul (bila perlu)
9) Label obat
10) Bak spuit
11) Bengkok
b) Beberapa hal yang perlu di perhatikan saat menyiapkan obat dari ampul:
1) Pertahankan sterilitas Spuit, jarum dan obat ketika mempersiapkan obat dengan
menggunakan prinsip steri.
2) Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah di bungkus dengan tisue.
c) Prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan alat-alat
3) Periksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai dengan prinsip lima
benar yaitu benar nama pasien, benar nama obat, benar dosis obat, benar cara
pemberian, benar waktu pemberian.
4) Lakuka penghitungan dosis sesuai dengan yang di butuhkan.
5) Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara menjentikkan
jari tengah pada leher ampul beberapa kali dengan cara memutar ampul dengan tangan
searah jarum jam.
6) Letakkkan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul, kemudian
patahkan aleher ampul ke arah menjauhi anda danfg orang sekitar. Kasa steril akan
melindungi diri anda dari pecahan kaca ampu dan menjaga bagian dalam ampul dan
kasa steril.
7) Aatu usapkan kasa alcohol di sekitar leher ampul kemudian patahkan leher ampul
menjauhi diri anda dan orang-orang di sekitar anda. Bila ampul sulit untuk di patahkan
dengan dengan cara biasa, maka gunakan gergaji ampul.

14
8) Buang leher ampul pada tempat khusus.
9) Putar penutup jarum spuit, kemudian masukkan jarum ke dalam ampul tepat di
bagian tengah ampul. Menvegah jarum menyentuh bagian tep dari botol ampul,
mengurangi jarum terkontaminasi.
10) Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai denagn doses yng di tentukan.
11) Jika terdapat gelebung udra dalam spuit.
12) Periksa kembali larutan yang ada spuit, bandingkan dengan volume yang di
butuhkan.
13) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat
14) Bila perlu ganti jarumspuit yang baru,jika obat dapat iritasi kulit
15) Beri label spuit dengan label obat yang sesuai
16) Tepatkan spuit ( dalam bak spuit ),kapas alkohol dan kartu obat diatas baki
17) Buang atau simpan kembali peralatan yang diperlukan
2. Menyiapkan obat dari vial
a. peralatan
1) Catatan pemberian obat ataukartu obat
2) Spuit dan jarum yang sesuai
3) Vial obat sesuai resep
4) Jarum steril extra (bila perlu)
5) Kapas alkohol
6) Baki obat
7) Gergaji ampul (bila perlu)
8) Label obat
9) Bak spuit
10) Bengkok
b. beberapa hal yang harus di perhatikan saat menyiapkan obatdari vial
1) Jika obat perlu di campurkan,ikuti petunjuk dalam vial
2) Pertahankan kesterilan spuit,jarum dan obvat saat menyiapkannya
c. prosedur kerja
1) Cuci tangan
2) Siapkan peralatn
3) Periksa label vial dengan catatan atau kartu obat sesuai prinsip 5 obat

15
4) Hitung dosis obat yang di perlukan . jika perlu dirotasikan cairan yang ada dalam
vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna . tidak boleh mengocok
larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih, usap bagian
karet tersebut dengan kapas alkohol
5) Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya
6) Usap bnagian karet tersebut dengan kapas alkohol
7) Buka tutup jarum
8) Masukan urada dalam spuit sesuai dengan jumlah obat ynag di butuhkan
9) Dengan hati –hati masukan jarum secara tegak lurus tepat di tengah- tengah karet
dari vial dan ujung jarum di jaga di atas permukaan obat.
10) Aspirasi sejumlah obat yang di perlukan sesuai dosis dengan menggunakan salah
satu metode di bawah ini :
a. pegang vial menghadap keatas, gerakan ujung jarum kebawah hingga berada pada
bagian bawah cairan obat, kemudian tarik lunger hingga spuit terisi cairan obat sesuai
obat dengan dosis yang diperlukan . hindari untuk menghisap tetes terakhir dari vial.
b. pegang vial menghadap kebawah pastikan ujung jarum berada di bawah cairan obat
dan secara bertahapaspirasi cairan obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
11) Bila terdapat udara pada bagian atas spuit, maka keluarkan udara yang ada dalam
spuit tersebut kedalam vial.
12) Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut jarum dari vial dan tutup
jarum dengan penutup jarum.
13) Jika masih terdapat gelembung pada spuit:
a) Pegang spuit secara vertikal, dengan jarum menghadap keatas
b) Tarik plunger ke bawah dan jentikan spuit dengan jari
c) Dorong plunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar lidah
mengeluarkan larutan.
14) Periksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit, bandingkan dengan volume
yang dibutuhkan.
15) Bandingkan label obat dengan catatan pemberian obat yang sesuai.
16) Ganti jarum spuit yang baru.
17) Beri label spuit yang baru.
18) Tempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol, dan kartu obat diatas baki.

16
19) Buang atau simpan kembali peralatan yang tidak diperlukan.
20) Mencuci tangan.

J. Macam-Macam Dosis Obat


Ada bermacam-macam jenis dosis obat, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Dosis Terapi
Dosis terapi adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat memberikan efek
menyembuhkan pasien. Dosis terapeutik dipengaruhi oleh berat badan, usia, jenis
kelamin, cara pemberian obat, dan waktu pemberian obat.
2. Dosis Minimum
Dosis minimum adalah takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat
menyembuhkan dan menimbulkan resistensi pada pasien. Untuk mendapatkan dosis
minimum yang masih dapat memberikan efek terapi diperlukan pengukuran persentase
efek terapi.
3. Dosis Maksimum
Dosis maksimum adalah takaran obat terbesar yang dapat diberikan kepada pasien yang
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan.

Dosis maksimum tidak boleh diberikan kepada semua orang, ada ketentuannya sebagai
berikut:

a. Dosis untuk Usia Lanjut

Pada lansia pada umumnya keadaan fisiknya sudah menurun, sehingga dosis yang
diberikan harus lebih kecil daripada dosis maksimum. Berikut ini adalah beberapa
alasan mengapa dosis obat pada lansia lebih kecil dari dosis maksimum.
Pada lansia terjadi penurunan fungsi sistem pembuluh darah, seperti kurangnya
elastisitas pembuluh darah, kurangnya aliran darah yang dipompa jantung.
Kulit lebih tipis, kering, dan berkurang kadar lemaknya. Terjadi penurunan fungsi
melindungi dan juga kurangnya aliran darah ke kulit.

17
Terjadi gangguan pada sistem pernapasan, seperti berkurangnya kemampuan paru untuk
mengembang, berkurangnya aliran darah ke paru-paru.
Sistem saraf mengalami penurunan daya ingat, hal ini terjadi karena sel otak yang mati
atau berkurangnya aliran darah ke otak.
Sistem indra juga mengalami penurunan fungsi seperti penurunan fungsi penglihatan,
kurangnya indra perasa dan juga indra pendengaran.
Pada sistem pencernaan terjadi penurunan gerakan dan sekresi asam lambung, sehingga
makanan lebih sulit dicerna. Selain itu berkurangnya gigi/ompong menambah makanan
lebih sulit dicerna, sehingga akan mengganggu proses penyerapan nutrisi.
Sistem perkemihan terjadi penurunan pembuangan air seni, karena melambatnya fungsi
penyaringan ginjal sehingga dapat menyebabkan penumpukkan sisa-sisa metabolisme
tubuh.
Terjadi gangguan sekresi pada sistem hormon, yang menyebabkan gangguan
metabolisme sel tubuh.
Sistem otot dan rangka juga terjadi penurunan. Tulang menjadi lebih ringan dan
porositas tinggi, hal ini menyebabkan tulang mudah patah.
Karena hal di atas, maka apabila lansia memakai obat, pada umumnya akan terjadi
perlambatan absorbsi, distribusi dan perlambatan biotransformasi, ekskresi/eliminasi.

b. Dosis untuk Wanita Hamil

Pemberian obat pada wanita hamil harus sangat hati-hati, hal ini terkait dengan efek
samping obat bagi ibu dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, pemberian obat
pada orang hamil harus diperhatikan antara manfaat dan efek sampingnya, oleh karena
itu biasanya dosis untuk ibu hamil lebih kecil.

c. Dosis untuk Anak < 20 Tahun

Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan respon obat
pada orang dewasa. Oleh karena itu pemberian dosis pada anak-anak membutuhkan
perhitungan khusus.
4. Dosis Toksik

18
Dosis toksik adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan
keracunan pada pasien.

Untuk mengetahui dosis toksik, perlu dilakukan pengukuran efek keracunan pada pasien
atau hewan percobaan. Dalam hal ini yang diukur adalah gejala keracunan pada pasien
atau hewan percobaan setelah diberikan obat dalam jangka waktu tertentu.
5. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan
kematian pada pasien.

K. Menggambarkan 2 hak klien yang berhubungan dengan pemberian


obat.

hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat hak ini adalah prinsip dari
pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed consent) yang
berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat keputusan. hak klien
untuk menolak pengobatan klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan.
adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan
penolakan, dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien
mau menerima pengobatan. jika tetap menolak, perawat wajib mendokumentasikan
pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.
Memberikan pedoman keamanan dalam pemberian obat
beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian
obat-obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah, yaitu persiapan, pemberian,
pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat.

19
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya: sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian
obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian
obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara
yang salah.

SARAN

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak
baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah
yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain. Agar dapat lebih mudah
memahami tentang Konsep Dasar Pemberian Obat-Obatan Pada Semua Tingkat Usia
Berdasarakan Hasil Kolaborasi sebagai acuan dalam belajar yang tentunya dapat
bermanfaat bagi mahasiswa(i) dan masyarakat dalam menjalankan karirnya dan tahu
bagaimana cara menerapkan dalam asuhan keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Pribarjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC
Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful. 2005. Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta EGC

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep. Proses dan Praktik Edisi
1. Jakarta: EGC Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika

alfaro,R (1998),application of nursing process A step by step guide, J.B. lippincot


philadelphia.

Anne Griffin perry dan patricia A potter, (1997), clinical nursing skills techniques 4 thn
edition, mosby year book inc. Hidayat, AAA dan Uliyah, M. (2006), Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta, Salemba Medika. Priharjo, Robert. (1995),
Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta, EGC.

21
i

Anda mungkin juga menyukai