BIOMEDIK 2
OLEH :
KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :
DOSEN PENGAMPU :
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertent sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat
dibidang farmasi,yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute
pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat,bentuk sediaan obat dapat dibedakan
menjadi tiga,yaitu sediaan bentuk cair(larutan sejati,suspensi dan emulsi), bentuk
sediaan semi padat(krim,lotion,salep,gel,supositoria),bentuk gas(
inhalasi/spray/aeorosol) dan bentuk sediaan solida/padat(tablet,kapsul,pil,granul
dan serbuk).
3
BAB II
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Adapun beberapa pengertian obat secara khusus sebagai berikut :
1) Obat jadi, adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan, salep, atau bentuk lainnya
yang secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan
pemerintah.
2) Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
3) Obat baru, yaitu obat-obat yang berisi zat, baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat seperti lapisan, pengisi, pelarut, pembantu, atau komponen
lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4) Obat asli,yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah
Indonesia, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan
dalam pengobagabatan tradisional.
5) Obat Tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral,
tumbuhan, atau hewan), diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman
dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6) Obat esensial, yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan untuk layanan
kesehatan masyarakat yang tercantum Dalam Obat Esensial Nasional
(DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan R.I.
7) Obat generik , yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
6
3.2.2 Menurut Cara Penggunaan Obat
Menurut cara penggunaannya, obat digolongkan atas:
(1) Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral-diberi
etiket putih.
(2) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi,
injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, ophtalmic, aurical,
collutio / gargarisma / gargle-diberi etiket biru.
7
(4) Obat bebas terbatas (daftar = W = waarschuwing = peringatan) adalah
obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dala bugkus aslinya
dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda lingkaran bulat
berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan (P
No.1 s/d P No.6; misalnya P No.1: Awas obat keras, bacalah aturan
pakai!)
(5) Obat bebas adalah obat yang dipakai dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan; diberi
tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
8
(1) Obat farmakodinamik, Bekerja terhadap inang (host) degan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia
dalam tubuh, misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom.
(2) Obat kemoteraupetik, Obat ini dapat membunuh parasit dan kuman di
dalam tubuh inang dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin
parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus). Obat-obat
neoplasma (onkolitika, sitostatika, atau obat kanker) juga dianggap
termasuk golongan obat ini.
(3) Obat diagnostik, yaitu obat yang membantu dalam mendianosis
(pengenalan penyakit), misalnya barium sulfat untuk membantu diagnosis
pada saluran lambung-usus, serta natrium miopanoat dan asam iod organik
lainnya yang membantu diagnosis pada saluran empedu.
9
rumah sakit dengan 800 tempat tidur adalah sekitar US$ 6 juta per tahunnya.
Secara keseluruhan untuk seluruh Amerika Serikat, angka ini adalah US$ 136
miliar per tahunnya.
Karena itu diperkenalkan system unit dose yang prisnsipnya adalah :
1) Resep diserahkan kepada petugas farmasi
2) Petugas farmasi mempersiapkan obat untuk setiap pasien untuk satu kali
makan obat
3) Petugas bangsal menerima obat untuk masing-masing pasien pada jadwal
waktu yang ditentukan
4) Perawat membagi obat kepada pasien yang telah disiapkan oleh petugas
farmasi
3.4.1 Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan
berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
10
Contoh : Tolak Angin, Antangin Woods, Herbal, Diapet Anak, dan Kuku
Bima Gingseng®.
3.4.3 Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
11
khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno,
Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar.
1) Rajangan
Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran
simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan
air panas.
2) Serbuk
12
Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik,
atau campurannya.
3) Pil
Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
4) Dodol atau Jenang
Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik atau campurannya.
5) Pastiles
Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya
berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk
simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya.
6) Kapsul
Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa
bahan tambahan
7) Tablet
Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua
permukaannya rata atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik
dengan atau tanpa bahan tambahan.
8) Cairan obat dalam
Sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air,
bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik
dan digunakan sebagai obat dalam.
9) Sari jamu
Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung
etanol. Kadar etanol tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar
methanol tidak lebih dari 0,1% dihitung terhadap kadar etanol.
10) Parem, Pilis, dan Tapel
13
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional,
bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau
campurannya dan digunakan sebagai obat luar.
a. Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau
seperti bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki
atau tangan pada bagian tubuh lain.
b. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
c. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau
seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada
seluruh permukaan perut.
11) Koyok
Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang
dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan
sebagai obat luar dan pemakainya ditempelkan pada kulit.
12) Cairan obat luar
Sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan
bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai
obat luar.
13) Salep atau krim
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya
berupa sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep atau krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.
3.5 Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak
atau seseorang terhadap penyakit tertentu. untuk mengetahui informasi jadwal
imunisasi biasanya akan disosialisasikan oleh wilayah disekitar tempat tinggal.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16