Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOMEDIK 2

BAHAN SEDIAAN OBAT

OLEH :
KELOMPOK 5

NAMA ANGGOTA :

ANNISA RAHMAYONA 1611212016


ASYIFA DELILA 1611212027
DINA PUTRI 1611212020
FAHRULY ALHAMDA 1611212015
MUTIARA DEVICA 1611212018
MUTIARA INDAH SARI A. 1611212022
NIA AUDALINA 1611212012
RIZA KURNIA LESTARI 1611212025
SHINTA YUNIA W. 1611212024

DOSEN PENGAMPU :

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. puji syukur kita sampaikan kepada Allah


SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada pemakalah
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Tidak lupa pemakalah ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Biomedik II yaitu Ibu ............. dan teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. juga kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu.
Makalah ini sebenarnya masih jauh dari kata sempurna. sehingga jika ada
saran maupun kritik yang bersifat membangun. dengan senang hati pemakalah
menerima lapang dada dan memperbaikinya agar lebih sempurna. Semoga
makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi siapapun.

Padang, Juli 2018

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 5

2.1 Pengertian BSO.................................................................................. 5


2.2 Klasifikasi BSO ................................................................................. 5
2.2.1 Menurut Kegunaan Obat .............................................................. 6
2.2.2 Menurut Cara Penggunaan Obat .................................................. 7
2.2.3 Menurut Cara Kerja Obat ............................................................. 7
2.2.4 Menurut Undang-Undang ............................................................ 7
2.2.5 Menurut Sumber Obat .................................................................. 8
2.2.6 Menurut Bentuk Sediaan Obat (Bentuk Sediaan Farmasi) .......... 8
2.2.7 Menurut Proses Fisiolgis dan Biokimia dalan Tubuh .................. 8
2.3 Manajemen BSO ................................................................................ 9
2.4 Jenis Obat Tradisional ..................................................................... 10
2.4.1 Jamu ........................................................................................... 10
2.4.2 Obat Herbal Terstandar .............................................................. 11
2.4.3 Fitofarmaka ................................................................................ 11
2.5 Imunisasi .......................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15


3.2 Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan


untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis,mencegah,mengurangkan,menghilangkan,menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit. Bahan aktif obat agar digunakan nyaman,aman,efisien dan
optimal dikemas dalam bahan sediaan obat(BSO) atau disebut sediaan farmasi.
Bahan sediaan obat dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif.
Akibat perkembangan dari teknologi,kini obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk
murninya namun dibuat dalam bentuk sediaan obat.

Obat dibedakan atas beberapa jenis, diantaranya obat jadi,obat


generik,obat paten,obat baru,obat asli,obat tradisional dan lain sebagainya.

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertent sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam maupun luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat
dibidang farmasi,yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute
pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat,bentuk sediaan obat dapat dibedakan
menjadi tiga,yaitu sediaan bentuk cair(larutan sejati,suspensi dan emulsi), bentuk
sediaan semi padat(krim,lotion,salep,gel,supositoria),bentuk gas(
inhalasi/spray/aeorosol) dan bentuk sediaan solida/padat(tablet,kapsul,pil,granul
dan serbuk).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bahan sediaan obat?
2. Apa saja klasifikasi dari bahan sediaan obat?
3. Bagaimana manajemen dari bahan sediaan obat?
4. Apa saja jenis dari obat tradisional?
5. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tentang bahan sediaan obat.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari bahan sediaan obat.
3. Untuk mengetahui manajemen dari bahan sediaan obat.
4. Untuk mengetahui jenis obat tradisional.
5. Untuk mengetahui tentang imunisasi.

3
BAB II

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian BSO


Sediaan Obat adalah adalah bentuk sediaan yang mengandung zat aktif
yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi menyebabkan obat
tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.
Beberapa alasan mengapa obat dibuat sediaan yaitu :
 Untuk keamanan penggunaan zat aktif yang merangsang lambung.
 Untuk menghilangkan atau mengurangi bau, rasa yang tidak enak.
 Memudahkan penggunaan.
 Aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien
 Zat aktif dilepas berlahan-lahan (Drug delivery system )

Ada beberapa pertimbangan terapeutik dalam merancang bentuk sediaan


yaitu :
1. Keadaan penyakit, diberikan obat yang berefek local atau sistemik, yang
bekerja cepat, perlahan-lahan atau lambat.
2. Pengguna obat, obat dapat diminum sendiri oleh pasien atau harus dengan
bantuan tenaga medis
3. Tempat absorpsi obat. Absorpsi di saluran pencernaan, dioto atau tempat
lainnya.
4. Umur pasien, untuk balita dan orang lanjut usia obat berbentuk cairan
lebih disukai sedangkan orang dewasa lebih menyukai yang lebih praktis
seperti kapsul dan tablet

3.2 Klasifikasi BSO


Menurut undang-undang, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau
campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

5
Adapun beberapa pengertian obat secara khusus sebagai berikut :
1) Obat jadi, adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan, salep, atau bentuk lainnya
yang secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan
pemerintah.
2) Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
3) Obat baru, yaitu obat-obat yang berisi zat, baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat seperti lapisan, pengisi, pelarut, pembantu, atau komponen
lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4) Obat asli,yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah
Indonesia, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan
dalam pengobagabatan tradisional.
5) Obat Tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral,
tumbuhan, atau hewan), diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman
dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6) Obat esensial, yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan untuk layanan
kesehatan masyarakat yang tercantum Dalam Obat Esensial Nasional
(DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan R.I.
7) Obat generik , yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

Obat dapat digolongkan berdasarkan bebarapa kriteria, yaitu


kegunaan obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber
obat, bentuk sediaan obat, serta proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh.

3.2.1 Menurut Kegunaan Obat


Penggolongan obat berdasarkan gunanya dalam tubuh , yaitu:
(1) Untuk menyembuhkan (terupetic)
(2) Untuk mencegah (prophylactic)
(3) Untuk diagnosis (diagnostic)

6
3.2.2 Menurut Cara Penggunaan Obat
Menurut cara penggunaannya, obat digolongkan atas:
(1) Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral-diberi
etiket putih.
(2) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi,
injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, ophtalmic, aurical,
collutio / gargarisma / gargle-diberi etiket biru.

3.2.3 Menurut Cara Kerja Obat


Penggolongan obat berdasarkan cara kerjanya dalam tubuh, yaitu:
(1) Lokal: obat bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian topikal.
(2) Sistemik: obat yang didistribusikan keseluruh tubuh, seperti tablet
analgetik.

3.2.4 Menurut Undang-Undang


Penggolongan obat menurut undang-undang, yaitu:
(1) Narkotik (obat bius atau daftar O = opium) merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan
ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat
dan induvidu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan
dokter; misalnya candu / opium, morfin, petidin, metadon, dan kodein.
(2) Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang mempengaruhi proses
mental, merangsang atau menenangkan, mengubah
pikiran/perasaan/kelakuan seseorang; misalnya golongan ekstasi,
diazepam, dan barbital/luminal.
(3) Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya) adalah semua obat yang
1. Memiliki takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum
dalam daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah.
2. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis
tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya.
3. Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI)
tidak membahayakan.
4. Semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.

7
(4) Obat bebas terbatas (daftar = W = waarschuwing = peringatan) adalah
obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dala bugkus aslinya
dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda lingkaran bulat
berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan (P
No.1 s/d P No.6; misalnya P No.1: Awas obat keras, bacalah aturan
pakai!)
(5) Obat bebas adalah obat yang dipakai dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan; diberi
tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.

3.2.5 Menurut Sumber Obat


Obat yang saat digunakan dapat bersumber dari:
(1) Tumbuhan (flora atau nabati); contohnya, digitalis, kina dan minyak jarak.
(2) Hewan (fauna atau hayati); contohnya, minyak ikan, adeps lanae,
dan cera.
(3) Mineral (pertambangan); contohnya iodkali, garam dapur, parafin, vaselin,
sulfur.
(4) Sintesis (tiruan/buatan); contohnya, kamper sintesis, dan vitamin C.
(5) Mikroba dan fungi/jamur; contohnya, antibiotik penisiln.

3.2.6 Menurut Bentuk Sediaan Obat (Bentuk Sediaan Farmasi)


Menurut bentuk sediaannya, obat dikelompokkan menjadi
(1) Bentuk padat; contohnya, serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria.
(2) Bentuk setengah padat; contohnya potio, sirup, salep (unguetum), krim,
pasta, cerata, gel, salep mata (occulenta).
(3) Bentuk cair/larutan; contohnya, potio, sirop, eliksir, obat tetes, gargarisma,
clysma, epithema, injeksi, infus intravena, douche, dan lotio.
(4) Bentuk gas; contohnya, inhalasi/spray/aeorosol.

3.2.7 Menurut Proses Fisiolgis dan Biokimia dalan Tubuh


Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh, obat
dikelompokkan menjadi

8
(1) Obat farmakodinamik, Bekerja terhadap inang (host) degan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia
dalam tubuh, misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom.
(2) Obat kemoteraupetik, Obat ini dapat membunuh parasit dan kuman di
dalam tubuh inang dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin
parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus). Obat-obat
neoplasma (onkolitika, sitostatika, atau obat kanker) juga dianggap
termasuk golongan obat ini.
(3) Obat diagnostik, yaitu obat yang membantu dalam mendianosis
(pengenalan penyakit), misalnya barium sulfat untuk membantu diagnosis
pada saluran lambung-usus, serta natrium miopanoat dan asam iod organik
lainnya yang membantu diagnosis pada saluran empedu.

3.3 Manajemen BSO


Fungsi utama kegiatan farmasi di rumah sakit adalah menyediakan obat
bagi pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap. Aspek penting dari fungsi ini
adalah upaya menilai efektivitas dan keamanan obat yang diberikan serta
interaksinya dengan modulasi pengobatan yang lainnya. Dalam hal ini sistem
informasi yang baik akan amat membantu baik dalam penyediaan obat, pemberian
obat dalam sistem unit dose, komunikasi antara dokter perawat dan petugas
farmasi, mengurangi kerja rutin keadministrasian yang menyita waktu maupun
dalam menyajikan data-data statistik yang akan amat berguna.
Di sebagian besar negara, manajemen obat masih dilakukan secara
tradisonal. Artinya, tersedia lemari obat di bangsal yang selalu diisi oleh petugas
farmasi sesuai permintaan perawat yang bekerja di bangsal itu. Hal ini
menyebabkan tingginya angka pemberian obat (10 – 25%), desentralisasi suplai,
buruknya kontrol inventori, manajemen obat tidak di tangan petugas farmasi yang
kualisifikasinya lebih baik, pengawasan pemberian obat tidak efektif, dan tidak
ada penanganan ahli farmasi klinik. Dengan cara tradisional ini, maka stok bisa
mencapai 50 sampai 90 hari, yaitu 50% di gudang farmasi sentral dan 50% di
bangsal – bangsal.
Penelitian menunjukkan bahwa kerugian akibat kesalahan pemberian
obat sehingga menimbulkan efek samping dalam berbagai bentuknya pada satu

9
rumah sakit dengan 800 tempat tidur adalah sekitar US$ 6 juta per tahunnya.
Secara keseluruhan untuk seluruh Amerika Serikat, angka ini adalah US$ 136
miliar per tahunnya.
Karena itu diperkenalkan system unit dose yang prisnsipnya adalah :
1) Resep diserahkan kepada petugas farmasi
2) Petugas farmasi mempersiapkan obat untuk setiap pasien untuk satu kali
makan obat
3) Petugas bangsal menerima obat untuk masing-masing pasien pada jadwal
waktu yang ditentukan
4) Perawat membagi obat kepada pasien yang telah disiapkan oleh petugas
farmasi

Sistem ini ternyata memberikan berbagai keuntungan, seperti turunnya


biaya penanganan, peningkatan keamanan pemberian obat, lebih mudah dilakukan
perhitungan biaya per pasien dan kuantifikasi dalam Diagnosis Releated Group
(DRG), penurunan yang bermakna dari angka kesalahan pemberian obat,
peningkatan efisiensi rumah sakit secara keseluruhan, integrasi tim farmasi dalam
tim klinik serta kemampuan untuk menilai aspek farmakoterapi pada pasien
(Aditama, 2006 : 103).

3.4 Jenis Obat Tradisional


Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat
tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :

3.4.1 Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan
berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

10
Contoh : Tolak Angin, Antangin Woods, Herbal, Diapet Anak, dan Kuku

Bima Gingseng®.

Gambar 1. Logo dan Penandaan Jamu

3.4.2 Obat Herbal Terstandar


Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal
terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah
dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi. Contoh : Diapet, Lelap, Fitolac, Diabmeneer, dan Glucogarp.

Gambar 2. Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar

3.4.3 Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim

11
khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno,
Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar.

Gambar 3. Logo dan Penandaan Fitofarmaka

Obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa dan


digunakan secara turun temurun, umumnya berasal dari tiga macam sumber
(Hutapea,1998), yaitu :
a) Obat tradisional yang berasal dari suatu daerah dalam bentuk sederhana
yang telah dikenal manfaatnya pada suatu daerah, biasanya berupa
seduhan, rajangan yang digunakan menurut aturan atau kebiasaan suatu
daerah itu.
b) Obat tradisional yang muncul karena dibuat oleh pengobatan tradisional
(dukun, sebagian bahan baku tumbuh di daerah itu dan biasanya bahan ini
dirahasiakan oleh pengobatan).
c) Obat tradisional dengan formula yang berasal dari butir (a) dan butir (b)
dalam jumlah besar, diperoleh dari pasar, pemasok maupun kolektor.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia: 661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat
Tradisional terdapat bentuk-bentuk sediaan obat tradisional, antara lain :

1) Rajangan
Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran
simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang
penggunaannya dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan
air panas.
2) Serbuk

12
Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik,
atau campurannya.
3) Pil
Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
4) Dodol atau Jenang
Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik atau campurannya.
5) Pastiles
Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umumnya
berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk
simplisia, sediaan galenik, atau campuran keduanya.
6) Kapsul
Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa
bahan tambahan
7) Tablet
Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua
permukaannya rata atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik
dengan atau tanpa bahan tambahan.
8) Cairan obat dalam
Sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air,
bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik
dan digunakan sebagai obat dalam.
9) Sari jamu
Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung
etanol. Kadar etanol tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar
methanol tidak lebih dari 0,1% dihitung terhadap kadar etanol.
10) Parem, Pilis, dan Tapel

13
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional,
bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau
campurannya dan digunakan sebagai obat luar.
a. Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau
seperti bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki
atau tangan pada bagian tubuh lain.
b. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
c. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau
seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada
seluruh permukaan perut.
11) Koyok
Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang
dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan
sebagai obat luar dan pemakainya ditempelkan pada kulit.
12) Cairan obat luar
Sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan
bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai
obat luar.
13) Salep atau krim
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya
berupa sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep atau krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.

3.5 Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak
atau seseorang terhadap penyakit tertentu. untuk mengetahui informasi jadwal
imunisasi biasanya akan disosialisasikan oleh wilayah disekitar tempat tinggal.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

https://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/manajemen-obat/, diakses 26 Juli 2018


https://ryfarmasi.wordpress.com/2016/10/25/pengertian-obat-dan-sediaan/,
diakses 26 Juli 2018
https://www.slideshare.net/SuryaAmal/penggolongan-dan-bentuk-sediaan-obat,
diakses 26 Juli 2018

16

Anda mungkin juga menyukai