Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KADAR ANTOSIANIN BUNGA TELANG (Clitoria

ternatea L.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI


UNTUK MENGETAHUI POTENSI BUNGA TELANG
SEBAGAI BAHAN TEH HERBAL

Disusun Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Thamrin Olympiad


and Cup 10 Science Project Competition

Disusun oleh:

Ratika Pratiwi NISN : 0013574030


Siti Khodijah NISN : 0001667622
Dina Hafshah Ramadhaniah NISN : 0001667824

Dibimbing oleh:
Titik Handayani, S. Si

YAYASAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN


MUTU KEHIDUPAN NUSANTARA
SMK AK NUSA BANGSA BOGOR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul KTI : Analisis Kadar Antosianin Bunga Telang (Clitoria


ternatea L.) dengan Metode Apektrofotometri
untuk Mengetahui Potensi Bunga Telang sebagai
Bahan Teh Herbal
2. Sub Tema : Pangan dan Gizi
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Ratika Pratiwi
b. NIS : 161710066
c. Sekolah : SMK AK Nusa Bangsa
d. No. HP : 087872270896
e. Alamat email : rtkpratiwi@gmail.com
4. Anggota Tim : 2 Orang
No Nama No. HP Email
.
1. Siti Khodijah 081315007622 dijahanzel14@gmail.com
2. Dina Hafshah 088219630771 dinahafshahramadhaniah
Ramadhaniah @gmail.com

5. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap : Titik Handayani, S. Si
b. No. HP : 08153719920

Bogor, 31 Januari 2020


Menyetujui
Guru Pembimbing, Ketua Tim,

Titik Handayani, S. Si Ratika Pratiwi


NUPTK. 9546754655300022 NIS. 161710066
Mengesahkan
a.n. Kepala SMK AK Nusa Bangsa
Pembina KIR

Wahyu Hidayat, S. Si

ii
ANALISIS KADAR ANTOSIANIN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK MENGETAHUI
POTENSI BUNGA TELANG SEBAGAI BAHAN TEH HERBAL

Ratika Pratiwi, Siti Khodijah, Dina Hafshah, Titik Handayani


SMK AK Nusa Bangsa
Jl. KH Sholeh Iskandar Km. 4, Tanah Sareal, Kota Bogor

ABSTRAK
Bunga telang merupakan tanaman obat tradisional yang digunakan
masyarakat untuk berbagai penyakit. Salah satu pemanfaatan bunga telang adalah
sebagai teh herbal yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Bunga telang
memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid,
saponin, fenol, sulfur, delphirridin, triglukosida, dan ca-oksalat. Senyawa
flavonoid memiliki peranan penting dalam pemanfaatan bunga telang untuk
kesehatan. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan alami saat dikonsumsi.
Salah satu senyawa golongan flavonoid yang sering ditemui dalam teh herbal
berupa senyawa antosianin. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar antosianin
yang termasuk ke dalam golongan flavonoid dalam teh herbal bunga telang.
Dengan diketahuinya kadar antosianin dalam bunga telag, maka akan disimpulakn
bagaimana potensi bunga telang sebagai bahan baku pembuatan teh herbal. Bunga
telang segar diekstrak menggunakan pelarut air secara maserasi kemudian disaring
untuk memisahkan filtrat dari padatannya. Ekstrak yang dihasilkan ditetapkan
kadar flavonoidnya dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 535 nm. Untuk mengetahui kadar flavonoid dalam ekstrak bunga
telang, digunakan kuersetin sebagai standar pembanding. Kuersetin dilarutkan
dalam air dan dibuat dalam beberapa konsentrasi sebagai deret standar. Dari deret
standar dihasilkan persamaan kurva standar y= ax + b, y menyatakan nilai serapan
yang dihasilkan, sedangkan x merupakan konsentrasi larutan. Kadar flavonoid
dihitung dengan menggunakan persamaan kurva standar yang dihasilkan.

Kata Kunci: bunga telang, flavonoid, antosianin

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 3
2.1 Kajian Teori.......................................................................... 3
2.1.1 Penuaan Dini............................................................... 3
2.1.2 Teh Herbal.................................................................. 3
2.1.3 Bunga Telang.............................................................. 4
2.1.4 Flavonoid.................................................................... 5
2.2 Kerangka Berpikir................................................................ 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 7
3.1 Jenis Penelitian..................................................................... 7
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian................................................. 7
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 7
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................. 7
3.4.1 Alat dan Bahan............................................................ 8
3.4.2 Prosedur...................................................................... 8
3.5 Teknik Analisis Data............................................................ 9
3.6 Desain Penelitian.................................................................. 9

iv
3.7 Hipotesis Penelitian.............................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 10
4.1. Hasil...................................................................................... 10
4.2. Pembahasan.......................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 13
5.1. Kesimpulan........................................................................... 13
5.2. Saran................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Bunga Telang......................................................................... 5
Gambar 2 Struktur Antosianin ............................................................... 6

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan zat gizi bagi manusia berkaitan dengan tumbuh kembang
dan proses penuaan [ CITATION Pri17 \l 1033 ]. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia membutuhkan asupan gizi yang cukup. Asupan gizi tergantung dari pola
konsumsi makanan yang diterapkan. Pola konsumsi makanan menjadi faktor
utama penentu keadaan kesehatan individu [ CITATION Pri17 \l 1033 ]. Selain pola
konsumsi, juga dipengaruhi oleh adanya penyakit infeksi.

Pola konsumsi yang tidak baik dapat menjadi penyebab timbulnya


berbagai penyakit kronis yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat
memicu berbagai penyakit degeneratif serta terjadinya penuaan dini [CITATION
Mer10 \l 1033 ], karena senyawa tersebut sangat reaktif untuk menyerang molekul-
molekul tubuh yang berada di sekitarnya [ CITATION Her07 \l 1033 ].

Proses penuaan dini merupakan proses secara alami yang tidak dapat
dicegah, hanya saja dapat ditunda dengan penggunaan antioksidan dan terapi sulih
hormon [CITATION Mer10 \l 1033 ]. Antioksidan dapat diperoleh melalui konsumsi
suplemen antioksidan yang mampu menangkap dan menetralisir radikal bebas
[ CITATION IMa16 \l 1033 ]. Selain dengan mengonsumsi suplemen, seringkali
masyarakat meminum teh hijau yang dipercaya memiliki kandungan yang dapat
berperan dalam menjaga kesehatan [ CITATION Ast09 \l 1033 ] . Teh hijau sering
digantikan oleh teh herbal.

Teh herbal merupakan teh buatan yang bukan berasal dari tanaman teh dan
dapat dibuat dari berbagai jenis daun, batang, akar, dan bagian tanaman lainnya.
Salah satu tanaman yang sering dibuat teh herbal oleh masyarakat adalah bunga
telang. Masyarakat menggunakan bunga telang sebagai teh herbal secara turun
menurun tanpa mengetahui sebenarnya apa yang bermanfaat dari bunga telang
untuk kesehatan.

1
Bunga telang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa tanin,
flavonoid, alkaloid, antosianin, antisianin, glikosida, dan lainnya (Hussain, 1998).
Antosianin merupakan senyawa golongan flavonoid yang berperan utama dalam
pertahanan diri pada bunga telang. Senyawa yang berperan untuk pertahanan diri
pada tanaman diperkirakan akan memberikan manfaat saat dikonsumsi.
Antosianin yang merupakan senyawa polifenol dapat menjadi antioksidan alami
bagi tubuh. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar
antosianin untuk mengetahui potensi bunga telang sebagai teh herbal.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut uraian di dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah: “Apakah bunga telang dapat dimanfaatkan sebagai teh
herbal berdasarkan kadar antosianinnya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar senyawa


antosianin dalam bunga telang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku teh
herbal.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi


tentang kandungan antosianin dalam bunga telang (Clitoria ternatea L.) sehingga
dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan bunga telang sebagai bahan baku teh
herbal.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Penuaan dini
Penuaan merupakan perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia yang akan terjadi pada semua mikroorganisme. Pada penuaan
terjadi disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia, tumbuhan,
hewan, dan organisme bersel satu. Fenomena yang terjadi berupa penurunan laju
metabolisme dan meningkatnya kejadian penyakit.
Proses penuaan akan terjadi pada seluruh makhluk hidup dan dapat terjadi
percepatan oleh adanya faktor kebiasaan dan faktor lingkungan [ CITATION
Mer10 \l 1057 ]. Adanya percepatan proses penuaan sering dikenal dengan istilah
penuaan dini. Proses penuaan dini dapat terjadi karena adanya faktor dari dalam
dan dari luar [ CITATION Mar16 \l 1057 ]. Faktor dari dalam dipengaruhi oleh adanya
peningkatan radikal bebas dan kerusakan DNA, sedangkan faktor dari luar dapat
berupa sinar UV dan merokok [CITATION SHe11 \l 1057 ].

Radikal bebas menjadi salah satu faktor terjadinya proses penuaan dini.
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang relatif tidak stabil dengan atom
yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan[ CITATION Kun10 \l 1033 ] . Ketidakstabilan senyawa radikal bebas
menyebabkan senyawa ini akan menyerang senyawa-senyawa yang terdapat di
sekitarnya untuk mencapai kestabilan. Salah satu reaksi yang diakibatkan oleh
adanya radikal bebas adalah reaksi peroksidasi lipid yang dapat menyebabkan
berbagai penyakit degeneratif [ CITATION San10 \l 1057 ]. Aktifitas radikal bebas
dalam tubuh dapat dihambat oleh adanya senyawa yang berperan sebagai
antioksidan yang terdapat dalam berbagai jenis tumbuhan.

2.1.2 Teh herbal

3
Menurut Hambali (2005) dalam Dwigustine (2017) teh herbal adalah
istilah umum yang digunakan untuk minuman yang bukan berasal dari tanaman
teh (Camellia sinensis) baik dalam bentuk tunggal atau campuran herbal
[ CITATION Rin17 \l 1033 ] . Teh herbal mengandung zat antioksidan berupa polifenol
yang berperan penting dalam pencegahan berbagai macam penyakit.

Antioksidan dalam teh herbal dapat menyerap atau menetralisir radikal


bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit degeneratif seperti
kardiovaskuler, kasinogenesis, dan penyakit lainnya [ CITATION Ima16 \l 1033 ].
Aktifitas antioksidan dalam teh herbal diperankan oleh adanya senyawa polifenol.
Senyawa ini dapat menetralisir radikal bebas yang merupakan suatu produk
sampingan dihasilkan dari proses kimiawi dalam tubuh yang dapat mengganggu
kesehatan [ CITATION Cha14 \l 1033 ].

2.1.3 Bunga Telang

Bunga telang adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat. Seluruh


bagian dari tanaman ini memiliki kegunaan bagi kehidupan manusia, khususnya
untuk kesehatan[ CITATION Placeholder1 \l 1033 ]. Bunga telang (Clitoria ternatea
L.) ialah suatu tanaman tahunan yang merambat dengan memiliki batang bulat,
daunnya berupa daun majemuk dengan jumlah anak daun 3-5 buah [ CITATION
Mic13 \l 1033 ].

Adapun taksonomi tumbuhan telang dikutip dari[CITATION Placeholder1 \l


1033 ] adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Infrodivisi : Angiospermae
Kelas : Mangnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Jenus : Clitoria L
Spesies : Clitoria ternatea

4
Gambar 1 Bunga telang
Sumber: Data Primer

Bunga telang mengandung sejumlah bahan aktif yang memiliki potensi


farmakologi antara lain sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, dan
antikanker [ CITATION Kun17 \l 1057 ]. Bunga telang mengandung senyawa
metabolit sekunder berupa tanin, saponin, triterpenoid, flavonoid, alkaloid,
steroid, dan lain sebagainya [ CITATION Kun17 \l 1057 ]. Kandungan ini lah yang
memberikan potensi farmakologi bunga telang.

2.1.4 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang


terbesar dalam tanaman, dan tersusun oleh 15 atom karbon sebagai inti dasarnya
[CITATION Ima161 \l 1033 ]. Salah satu senyawa yang merupakan golongan
flavonoid adalah antosianin.

Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut


dalam pelarut polar serta memberikan warna oranye, merah, ungu, biru, hingga
hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti bunga, buah-buahan, dan biji-
bijian[CITATION Mel18 \l 1033 ]. Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter,
yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dengan
basa. Dalam media asam antosianin berwarna merah dan pada media basa berubah
menjadi ungu dan biru [ CITATION Nur11 \l 1033 ]

5
Antosianin adalah zat warna alami yang bersifat sebagai antioksidan yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan sering dimanfaatkan untuk menurunkan
kadar penyakit kronis [ CITATION Pri18 \l 1057 ] . Adanya susunan ikatan rangkap
berseling pada senyawa antosianin, menyebabkan antosianin dapat
menumbangkan elektronnya untuk meredam aktifitas radikal bebas, sehingga
antosianin disebut bersifat antioksidan [ CITATION Pri18 \l 1057 ]. Lebih dari 300
struktur antosianin yang ditemukan telah diidentifikasi secara alami [CITATION
RLa14 \l 1033 ]. Salah satu struktur antosianin yang telah iidentifikasi dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur Antosianin


[CITATION RLa14 \l 1033 ]

2.2 Kerangka Berpikir

Bunga telang merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai teh


herbal oleh masyarakat. Setelah dilakukan proses literasi, diperoleh bahwa bunga
telang mengandung senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai
antioksidan. Aktifitas antioksidan bunga telang dikatakan bahwa diperoleh dari
kandungan antosianin dalam bunga tersebut. Berbagai penelitian tentang
pengujian aktivitas ekstrak bunga telang telah banyak dilakukan, namun untuk
penentuan kadarnya masih jarang. Selain itu, juga belum ada yang spesifik
menentukan kadar antosianin dalam bunga telang yang tumbuh di wilayah Kota
Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil studi pustaka inilah, kemudian muncul
pemikiran untuk menganalisis kadar antosianin bunga telang yang tumbuh di
wilayah Kota Bogor. Pemikiran ini didasari oleh adanya perbedaan tempat
tumbuh, maka kadar senyawa yang terkandung pun akan berbeda. Karena selama

6
pertumbuhannya, tanaman dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung dalam tanah
dan adanya faktor persebaran hama tanaman.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen. Pada


umumnya jenis penelitian eksperimen digunakan dalam penelitian yang bersifat
laboratoris. Menurut [ CITATION Bor83 \l 1057 ] dalam [ CITATION Ama11 \l 1057 ]
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling valid karena dilakukan
dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel pengganggu diluar yang
dieksperimenkan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Balai Pasca Panen Bogor


pada bulan Juli hingga bulan Desember 2019. Pembuatan karya tulis ilmiah
dilaksanakan pada bulan Januari 2020 di SMK AK Nusa Bangsa.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman bunga


telang. Tamanan bunga telang dibedakan berdasarkan warna bunga (biru, putih,
ungu, dan hitam). Tamanan bunga telang terdiri dari bagian akar, batang, daun,
dan bunga. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman bunga
telang ungu bagian kelopak bunga. Tanaman bunga telang diperoleh dari daerah
sekitar Kota Bogor. Pemilihan bunga telang ungu, karena kebanyakan bunga
telang yang dijumpai di daerah Kota Bogor adalah bunga telang ungu. Selain itu,
bunga telang ungu juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan teh herbal
oleh masyarakat.

7
3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui proses eksperimen yang bersifat


kuantitatif di laboratorium. Penelitian menghasilkan data konsentrasi dan serapan
larutan standar, serta serapan larutan sampel. Prosedur analisis yang dilakukan
mengacu pada Jurnal Kartika Kimia November Tahun 2018.

3.4.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan berupa tabung reaksi berskala 50 mL, gelas


kimia 250 mL, neraca analitik, mikro pipet, rotary evaporator, dan
spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu aquades,
bunga telang, dan larutan metanol:HCl 2N (85:15).

3.4.2 Prosedur

1. Pembuatan Simplisia Teh Bunga Telang

Simplisia teh bunga telang dibuat dengan cara mengeringkan


kelopak bunga telang pada suhu 40oC.

2. Pembuatan Ekstrak [ CITATION Vin18 \l 1057 ]


Ekstraksi bunga telang dilakukan secara maserasi pada suhu 25oC.
Pelarut yang digunakan berupa metanol:HCl 1%. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam 50 gram serbuk bunga telang kering dalam
pelarut metanol:HCl 1% selama 24 jam. Kemudian filtrat dipisahkan
dengan penyaringan. Lalu, ekstrak yang diDperoleh dipekatkan
menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

3. Pengujian Antosianin [ CITATION Yun15 \l 1057 ]


Larutan ekstrak dibuat dalam konsentrasi 100 mg/L dengan cara
melarutkan sebanyak 10 mg ke dalam labu takar 100 mL. Kemudian
ditambahkan pelarut yang merupakan campuran metanol:HCl:akuades
(90:1:1). Larutan dihomogenkan, kemudian diukur absorbannya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 529 nm (A 529) dan
650 nm (A650). Penentuan kadar antosianin dilakukan secara duplo. Kadar

8
antosianin dalam satuan %b/b (g/g) ekstrak. Kadar antosianin dihitung
dengan persamaan:

Kadar antosianin= A 529 −0,288 x A650

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dari analsis berupa nilai serapan standar tunggal dan
serapan sampel. Kemudian dihitung kadar antosianin dalam sampel bunga telang
dengan rumus perbandingan menggunakan konsentrasi dan serapan standar. Kadar
antosianin diperoleh dari selisih kadar pada panjang gelombang 529 nm dengan
panajng gelombang 650 nm.

3.6 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni yang dilakukan di


laboratorium. Kelopak bunga telang dikeringkan diekstraksi secara maserasi
menggunakan pelarut metanol:HCl 1% untuk mendapatkan ekstrak bunga telang
yang mengandung antosianin. Kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan
Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 529 nm dan 650 nm.

3.7 Hipotesis Penelitian

Bunga telang yang tumbuh di daerah Kota Bogor mengandung senyawa


antosianin yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan
teh herbal.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penelitian ini menghasilkan data serapan sampel pada panjang gelombang


529 nm dan 650 nm yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar
antosianin dalam sampel. Kadar antosianin dalam sampel bunga telang dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Kadar Antosianin Bunga Telang

Sampel Kadar Antosianin (ppm)


Ulangan 1 186,95
Ulangan 2 186,78

4.2 Pembahasan

Simplisia bunga telang dibuat dengan cara mengeringkan bunga telang


pada suhu 40oC. Suhu 40oC merupakan suhu yang identik dengan panas dari sinar
matahari. Penggunaan suhu ini dilakukan untuk menjaga senyawa-senyawa dalam
bunga telag tidak mengalami kerusakan. Karena penggunaan suhu yang terlalu
tinggi diperkirakan dapat merusak senyawa flavonoid. Sehingga senyawa
antosianin pun akan dapat mengalami kerusakan.

Simplisia kemudin dibuat menjadi serbuk untuk mempermudah saat proses


ekstraksi. Hal ini dilakukan karena semakin kecil ukuran partikel simplisia, maka
luas permukaan semakin besar. Semakin luas permukaannya, maka proses
ekstraksi dapat berjalan lebih baik.

10
Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi selama 24 jam menggunakan
pelarut pelarut metanol dalam suasana asam. Maserasi adalah salah satu jenis
metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi
dingin [ CITATION Kem17 \l 1033 ]. Penggunaan teknik maserasi untuk melindungi
senyawa antosianin dari kerusakan karena antosianin sangat peka terhadap suhu
[ CITATION Ayu10 \l 1057 ]. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Anggraini (2019)
yang menyatakan bahwa metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa–
senyawa termolabil yang terdapat pada bunga telang [ CITATION Lis19 \l 1033 ].

Pelarut metanol digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi antosianin


karena antosianin merupakan senyawa organik yang ditemukan dalam jaringan
mesofil dan epidesmis dari tumbuhan [ CITATION Yun15 \l 1057 ]. Metanol
merupakan pelarut yang baik digunakan untuk mengekstraksi komponen yang
terdapat pada jaringan mesofil. Suasana asam diberikan karena senyawa
antosianin memiliki sifat yang lebih stabil dalam suasana asam [ CITATION Pus05 \l
1057 ].

Analisis kadar antosianin dilakukan dengan menggunakan


Spektrofotometer UV-Vis karena antosianin merupakan pigmen warna yang dapat
menyerap energi pada panjang gelombang tertentu [ CITATION Pri18 \l 1057 ].
Antisianin ditetapkan kadarnya menggunakan dua panjang gelombang yaitu 529
nm dan 650 nm [ CITATION Yun15 \l 1057 ]. Pada panjang gelombang 529 nm
serapan yang dihasilkan oleh antosianin terganggu oleh adanya klorofil, sehingga
kadar antosianin yang dihasilkan perlu dikoreksi dengan menggunakan panjang
gelombang 650 nm. Panjang gelombang 650 nm adalah panjang gelombang yang
menghasilkan serapan klorofil [ CITATION Yun15 \l 1057 ].

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kadar antosianin pada bunga telang


sebesar 186,95 ppm pada ulangan pertama dan 186,78 ppm pada ulangan kedua.
Hasil ini menunjukkan hasil yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan
kadar antosianin yang diperoleh pada penelitian terdahulu yang hanya mencapai
10,420 ppm [ CITATION Eni17 \l 1057 ]. Hal ini menunjukkan bahwa bunga telang

11
yang tumbuh di daerah Bogor memiliki kadar antosianin lebih tinggi sehingga
memiliki potensi sebagai teh herbal antioksidan.

Kesimpulan ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menguji aktivitas


antioksidan bunga telang dengan metode DPPH. Dalam penelitian tersebut
menunjukkan bahwa daun dan bunga telang memiliki aktivitas antioksidan yang
melawan radikal bebas seperti DPPH, radikal hidroksil, dan hidrogen peroksida
[ CITATION Yul15 \l 1057 ]. Hasil ini merupakan bukti bahwa bunga telang
berpotensi sebagai sumber antioksidan dari bahan hayati [CITATION RLa14 \l 1033 ].

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh kadar antosianin pada bunga telang


yang diperoleh dari daerah kota Bogor sebesar 186,95 ppmpada ulangan pertama
dan 186,78 ppm pada ulangan kedua. Hasil ini memberikan kesimpulan sementara
bahwa bunga telang berpotensi sebagai bahan pembuatan teh herbal yang
berkhasiat antioksidan.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini hanya memberikan kesimpulan sementara karena


analisis yang dilakukan tidak menyeluruh terhadap senyawa metabolit sekunder
dalam bunga telang. Sehingga perlu dilakukan analisis yang lebih lengkap serta
perlu dilakukan analisis tentang aktifitas ekstrak bunga telang secara langsung
untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih akurat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, A. D., 2009. Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Organoleptik


Minuman Fungsional Teh Hijau (Camellia sinensis) Rampah Instan.
Skripsi penyunt. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Anggraeni, V. J., Ramdanawati, L. & Ayuantika, W., 2018. Penetapan Kadar
Antosianin Total Beras Merah (Oryza nivara). Jurnal Kartika Kimia,
Volume 1 (1), pp. 11-16.
Angriani, L., 2019. Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea) Sebagai
Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan. Canrea Journal,
2(1), p. 34.
Anon., 2017. Kementerian Pertanian - Direktorat Jendral Perkebunan. [Online]
Available at: www.balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id
[Diakses 1 Februari 2020].
Borg, W. R. & Gall, D. N., 1983. Educational Research: An Introduction. Fourth
Edition penyunt. New York: Longman.
Budiasih, K. S., 2017. Kajian Potensi Farmakologi Bunga Telang (Clitoria
ternatea). Yogyakarta, Seminar Nasional Kimia UNY.
Dewiastuti, M. & Hasanah, I. F., 2016. Pengaruh Faktor-faktor Risiko Penuaan
Dini di Kulit pada Remaja Wanita Usia 18-21 Tahun. Jurnal Profesi
Medika, Volume 10, N0. 1, pp. 21-25.
Diany, Y., 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Etanol Bunga
Telang (Clittoria ternatea) dan Ekatrak Etanol Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Menggunakan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-
picrylhidrazil). Surakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret.
Dwigustine, R. P., 2017. Pengaruh Perbandingan Teh Herbal Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Daun Teh (Camellia
sinensis) Dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Teh Herbal,
Bandung: repository.Unpas.ac.id.
Fitrayana, C., 2014. Pengaruh Lama Dan Suhu Pengeringan Terhadap
Karakteristik Teh Herbal Pare (Momordica charantia L.), Bandung: s.n.

14
Hekimi, S., J, L. & Y, W., 2011. Taking a "Good" Look at Free Radicals in The
Aging Process. Cell Press, Volume 21, p. 10.
Jaedun, A., 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen, Yogyakarta: LPMP
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kartika, Y., 2015. Penapisan Ekstrak Daun Famili Zingiberaceae sebagai
Inhibitor dan Antioksidan. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Khaira, K., 2010. Menangkal Radikal Bebas Dengan Antioksidan. Jurnal
Sainstek, Volume 2, pp. 183-187.
Kusrini, E., Tristantini, D. & Izza, N., 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Bunga Telang
(Clitoria ternatea L.) sebagai Agen Anti-Katarak. Jurnal Jamu Indonesia,
Volume 2 (1), pp. 30-36.
Lakshmi, R., Athira, R., Marry, J. T. & Lakshmi, S. F., 2014. Identification Of
Bioactive Compuonds By Ftir Analysis And In Vitro Antioxidant Activity
Of Clitoria ternatea Leaf And Flower Extracts. International Research
Journal Of Pharmacy, Volume 4, pp. 2231-6876.
Marpaung, A. M., 2012. Optimasi Proses Ekstraksi Antosianin pada Bunga
Teleng (Clitoria ternatea L.) dengan Metode Permukaan Tanggap , Bogor:
Repositoryipb.ac.id.
Michelle, A. H., L.M, E. P. & Sinung, P., 2013. Pemanfaatan Ekstrak Bunga
Telang (Clitoria Ternatea L.) Sebagai Pewarna Alami Es Lilin,
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Nugrahawati, A. R., 2010. Pengaruh Berbagai Variasi Suhu dan Warna Kemasan
terhadap Stabilitas Antosianin Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.).
Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Nurjanah, Abdullah, A. & Apriandi, A., 2011. Aktivitas Antioksidan Dan
Komponen Bioaktif Keong Ipong-ipong (Fasciolaria Salmo). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia , Volume 14, pp. 22-29.
Parwata, I. M. O. A., 2016. Antioksidan. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana.
Parwata, I. M. O. A., 2016. Flavonoid. Denpasar: Universitas Udayana.
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L. & Ngapa, Y. D., 2018. Review: Antosianin dan
Pemanfaatannya. Cakra Kimia Indonesia, 6(2), pp. 79-97.
Pritasari, Damayanti, D. & Lestari, N. T., 2017. Gizi dalam Daur Kehidupan. 1
penyunt. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahimah, S. B., Sastramihardja, H. S. & Sitorus, T. D., 2010. Efek Antioksidan
Jamur Tiram Putih pada Kadar Malondialdehid dan Kepadatan Permukaan
Sel Paru Tikus yang Terpapar Asap Rokok. MKB, Volume 42, No. 2, pp.
195-202.

15
Ramadani, M., 2010. Upaya Penundaan Proses Penuaan (Degeneratif)
Menggunakan Antioksidan dan Terapi Sulih Hormon. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 5, No. 1(2006), pp. 36-40.
Sari, P. et al., 2005. Ekstraksi dan Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Duwet
(Syzygium cumini). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Volume XVI,
No. 2, pp. 142-150.
Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasi
dalam Kesehatan. s.l.:Kanisius.

16

Anda mungkin juga menyukai