Anda di halaman 1dari 25

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR : 412//Dir-SK/XII/2016
TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT

ANG : 1. Bahwa dalam pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan
dan perilaku kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Bahwa penyelenggaraan pendidikan pasien dan pemberian informasi di Rumah Sakit diperlukan adanya
Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-Undang RI Nomor 72 tahun 1963 tentang Farmasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
U : Panduan pemberian informasi dan edukasi Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam keputusan ini

A : Panduan berlaku sejak ditetapkan dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali

A : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tangerang
Tanggal : 30 Desember 2016
RUMAH SAKIT TANGERANG

Direktur

TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip

SURAT PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


NOMOR : 412//Dir-SK/XII/2016
TANGGAL : 30 Desember 2016

BAB I
DEFINISI

A. Informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan. Menurut
Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir.
Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga
individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mempersepsikan objek,
peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan
informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori.
Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan memori
inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir
proses pengolahan informasi adalah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli.
Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan,
dan menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu
perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti,
2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk membujuk dan
mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi
informasi. Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan.

B. Edukasi
Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan paling
sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya
meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit.
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan
perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha
pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap
muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah
yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan
yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap
dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha
pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap
muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah
yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan
yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,
himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang
disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap
perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara koersi. Namun demikian
bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan
edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar
perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan
perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positf terhadap pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain
dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan.
1. Sasaran Pendidikan Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Menurut dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat.
Dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, guru
b. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien, keluarga pasien,
pengunjung, petugas Rumah Sakit, dan masyarakat sekitar Rumah Sakit
c. Pendidikan kesehatan di Posyandu atau Desa Binaan dengan sasaran masyarakat sekitar
3. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark, sebagai berikut:
a. Promosi Kesehatan (Health Promotion).
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
perbaikan sanitasi lingkungan, higiene perorangan, dan sebagainya.
b. Perlindungan Khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat
diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya
imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya
masih rendah.
c. Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka
sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang
masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat
tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan
pada tahap ini.

d. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)


Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali
mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak
dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan
untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Di samping itu
orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab
itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

Rumah Sakit dalam memberikan materi dan proses edukasi pada pasien dan keluarga minimal berupa topik
sebagai berikut :

1. Penggunaan obat - obatan yang didapat pasien secara efektif & aman, termasuk potensi efek samping obat
2. Penggunaan peralatan medis secara efektif & aman
3. Potensi interaksi antara obat yang diresepkan dengan obat lainnya, serta makanan
4. Diet dan nutrisi
5. Manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi
BAB III
TATA LAKSANA

Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien, keluarga, pengunjung,
dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh sasaran,
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi
(asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi)

1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah :


a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Service, Admission, dan
Website.
2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :
a. Edukasi tentang obat
b. Edukasi tentang penyakit
c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari
d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya pasca dari rumah
sakit
e. Edukasi tentang Gizi
Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit). Pemberian
edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas yang ada di Rumah Sakit baik petugas medis maupun
non medis. Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di
luar Rumah Sakit, misalnya pelanggan intern (Yayasan Badan Wakaf Rumah Sakir, petugas Rumah Sakit
dan keluarga) dan pelanggan ekstern (pasien, pengunjung, keluarga, pedagang, masyarakat).
Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya.
Sebelum melakukan edukasi, langkah awal petugas harus

menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga (asesmen) berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
1. Identitas dasar pasien
2. Kemampuan berbicara
3. Perlu penerjemah atau tidak
4. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
5. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
6. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah)
7. Keterbatasan fisik dan kognitif
8. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi

Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien,
yaitu:
1. Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan)
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta
kemungkinan efek samping/komplikasi
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis
e. Prognosis
f. Dukungan (support) yang tersedia
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien jika kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung
3. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
4. Di mana menyampaikannya
a. Ruang praktik dokter
b. Bangsal/ruangan tempat pasien dirawat
c. Ruang diskusi

5. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telepon, juga tidak diberikan
dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.
b. Persiapan meliputi:
1) Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim).
2) Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio,
telepon.
3) Waktu yang cukup.
4) Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll.
c. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan
diberikan.

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo,
Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :

Salam:
Beri salam dan sapa, tunjukkan bahwa petugas kesehatan bersedia meluangkan waktu untuk berbicara
dengan pasien/keluarga

Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien/keluarga mau dan dapat
mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa petugas kesehatan menghargai pendapatnya,
dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Petugas kesehatan dapat menggunakan
pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.

Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan
dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan
penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas.

Ingatkan:
Pemberian informasi dan edukasi yang dilakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi
secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan pasien/keluarga
untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah
pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah
pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. Pendukung dalam pelaksanaan
pemberian materi edukasi dengan menggunakan 2 metoda, yaitu secara langsung (tanya jawab, seminar,
ceramah, demonstrasi) dan tidak langsung (leaflet, lembar balik, pemasangan poster, papan pengumuman,
media elektronik, majalah, dll). Metode yang diberikan untuk pasien rawat inap dapat menggunakan teknik
secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan teknik tanya jawab, ceramah, demonstrasi,
dan pemberian leaflet. Sedangkan pemberian edukasi dan informasi untuk pasien rawat jalan dapat melalui
tatap muka, pemberian leaflet, pemasangan poster, papan pengumuman, dan media elektronik.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada sasaran diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Pada tahap selanjutnya diperlukan proses verifikasi bahwa pasien
dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan. Pemahaman yang ditunjukkan oleh pasien
dan atau keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk :
1. Mengulangi materi yang diberikan
2. Mendemonstrasikan/memperagakan ketrampilan yang diajarkan
3. Mampu menunjukkan perubahan perilaku sesuai yang diajarkan
4. Bila kesulitan dengan bahasa, pasien dapat menggunakan bahasa isyarat atau dengan melibatkan keluarganya.

Berikut ini contoh petugas kesehatan melakukan verifikasi tentang edukasi dan informasi kepada pasien dan
keluarga :
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka
verifikasi yang dilakukan dengan menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari
?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik,
maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau
depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Setiap petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga
pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan
informasi yang benar.

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang
akurat dan lengkap yang dimiliki oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan berguna untuk
kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan perawat sendiri (A. Aziz Alimul). Dokumentasi dalam
Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik berbentuk tulisan maupun
berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset, video, film, gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal
7). Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga perlu didokumentasikan oleh tim kesehatan
yang telah memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien.

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan, antara lain sebagai sarana komunikasi. Dokumentasi yang
dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk membantu koordinasi asuhan yang
diberikan oleh tim kesehatan, mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan pada pasien.
Dokumentasi asuhan pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

C. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Rumah Sakit


Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga, penilaian kebutuhan edukasi harus dikaji terlebih
dahulu oleh Dokter dan petugas kesehatan lainnya. Kebutuhan edukasi masing-masing pasien tidaklah sama,
tergantung dengan kondisi pasien saat itu. Kebutuhan edukasi pasien meliputi :
1. Tindakan pencegahan
2. Intervensi diit
3. Peralatan khusus
4. Pencegahan resiko jatuh
5. Manajemen nyeri
6. Penyakit
7. Pengobatan
8. Transfuse darah
9. Vaksinasi
10. Pelayanan rohani, dll yang tertuang di form penilaian edukasi.

Setelah kebutuhan edukasi dikaji, selanjutnya menuliskan tujuan diberikan edukasi tersebut, kemampuan
belajar, kesiapan belajar, hambatan dan intervensi mengatasi hambatan, metode pembelajaran, dan hasil
yang dicapai. Form penilaian edukasi ini wajib diisi oleh Dokter Jaga atau Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP) saat menjelaskan penyakit dan disertakan tandatangan, nama terang.
Form pemberian informasi dan edukasi diisi oleh semua petugas kesehatan yang melakukan asuhan pada
pasien. Materi yang diberikan dapat ditulis di kolom materi edukasi dengan menjabarkannya. Apabila materi
tersebut di bukukan atau bentuk leaflet dapat menuliskan kode buku atau leaflet tersebut di kolom materi
edukasi dengan dibubuhkan tandatangan pemberi edukasi (petugas kesehatan) dan penerima edukasi (pasien
/keluarga). Sedangkan untuk pemberian informasi dan edukasi di Rawat Jalan hanya menuliskan apa yang
telah disampaikan di kolom edukasi.

D. Dokumentasi Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi di Luar Rumah Sakit


Kegiatan yang dilaksanakan oleh Petugas PKRS terkait pemberian informasi dan edukasi di luar Rumah
Sakit merupakan salah satu program untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, kesadaran dan
pemahaman masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan. Jenis kegiatan yang rutin dilaksanakan Rumah
Sakit seperti Posyandu dan pendidikan kesehatan di Daerah Binaan, pendidikan kesehatan di sekolah, siaran
radio/televisi yang sudah bekerjasama dengan Rumah Sakit. Semua kegiatan harus terdokumentasikan dalam
bentuk laporan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

Penggunaan Obat Secara Aman dan


Efektif
November 12, 2017 by krisna ari
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Jum’at 24 Maret 2017, tim PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) RS Karima Utama
melaksanakan kegiatan rutin yaitu pendidikan kesehatan kepada pengunjung dan keluarga pasien
dengan mengangkat tema “Penggunaan Obat Secara Aman dan Efektif”. Pendidikan kesehatan
kali ini, disampaikan oleh Sidiq dari bagian Farmasi RS Karima Utama Surakarta.

Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan di poliklinik 1 RS Karima Utama Surakarta dapat
berjalan dengan lancar dan mendapatkan respon yang positif dari para pengunjung dan keluarga
pasien. Menurut Sidiq, penggunaan obat secara aman dan efektif harus memperhatikan prinsip
DaGuSiBu. DaGuSiBu merupakan kepanjangan dari dapatkan obat dengan benar, gunakan obat
dengan benar, simpan obat dengan benar, dan buang obat dengan benar.

Seseorang dalam mengkonsumsi obat, di harapkan selalu berkonsultasi dengan apoteker atau
dokter terlebih dahulu, jangan mengkonsumsi obat hanya karena ikut orang lain. Ketika sesorang
mengalami reaksi dalam tubuhnya setelah mengkonsumsi obat, hal pertama yang harus di
lakukan adalah dengan menghentikan konsumsi obat tersebut. Setelah konsumsi obat di
hentikan, selanjutnya hubungi dokter untuk mendapatkan obat lain untuk mencegah meluasnya
reaksi obat pada tubuh.

Dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang “Penggunaan Obat Secara Alami dan Efektif”
di harapkan pengunjung dan keluarga pasien dapat dengan bijak dalam menggunakan obat, agar
dapat memberikan manfaat dan keamanan bagi pengguna.
Penggunaan Obat Efektif dan Aman
Published : 07.54 Author : pkmgunungmegang.blogspot.com

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,penyembuhan, pemuihan dan
peningkatan kesehatan untuk manusia. Bila obat tidak digunakan secara efektif dan aman akan mengakibatkan kegagalan
pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Bagaimana cara penggunaan obat yang efektif dan aman?


1. Informasikan kepada dokter mengenai ada atau tidaknya alergi obat
2. Baca aturan pakai obat dengan jelas
3. Minum obat sesuai waktu yag ditentukan
4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu minumlah obat sesuai dengan aturan
pakainya : saat makan atau sebelum makan dan sesudah makan. Waktu yang tepat untuk minum obat : Pada saat makan/
segera setelah makan : Sebelum makan (1/2 – 1 jam sebelum makan), Sesudah makan (1/2 jam sesudah makan)
5. Simpanlah obat di tempat kering, terlindung dari cahaya matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak anak
dan jika perlu di simpan di lemari pendingin (bukan freezer)
6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman jenis lain
7. Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik)
8. Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi denga dokter
9. Jangan menghentikan pengobatan sebelum berkonsultasi
10. Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat, segera konsultasikan ke dokter atau
apoteker

10 cara minum obat secara benar, aman dan


efektif
Saturday, May 13, 2017 KESEHATAN

Yosefpedia. Sebelum kita membahas mengenai cara minum obat yang benar serta aman, perlu kita
ketahui terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan obat. Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan
peningkatan kesehatan. Bila obat tidak digunakan secara efektif dan aman akan mengakibatkan
kegagalan pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
sumber gambar : pixabay.com

Minum obat secara benar aman dan efektif perlu diajarkan kepada konsumen atau klien mengingat
dari hasil penelitian, 50% pasien tidak menggunakan obat secara benar, tidak teratur, atau
menghentikan obat sebelum waktunya. Penyebab yang paling sering adalah timbulnya efek samping,
pasien tidak merasakan manfaat obat, atau cara penggunaan yang rumit terutama bagi orang tua.

Bagaimana cara mendapatkan resep obat ??

Masyarakat mungkin bisa saja membeli obat tanpa menggunakan resep karena obat yang dibeli tidak
termasuk obat dalam daftar G atau obat-obatan terlarang. Namun bila obat yang dimaksudkan
merupakan obat yang perlu pengawasan khusus baik itu dalam pemberian serta dosisnya, diperlukan
sebuah komunikasi yang efektif, baik itu terhadap dokter, apoteker maupun perawat mengenai
masalah kesehatan anda. Dalam hal ini ada beberapa tips yang dapat diterapkan diantaranya :

1. Sampaikanlah keluhan atau masalah kesehatan yang anda alami terhadap dokter dan
tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini sampaikanlah dengan jujur apa yang menjadi masalah
kesehatan anda. Hal ini sangat diperlukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa dan
penting untuk menentukan pengobatan atau terapi lanjutan.
2. Informasikan riwayat penyakit ataupun riwayat terapi sebelumnya ( termasuk obat
bebas yang dikonsumsi, suplemen atau herbal ) serta sampaikan jika alergi terhadap
pengobatan tertentu. Jika riwayat ini telah ada dalam bentuk digital, pastilah dokter sudah
membaca dan melakukan review.
3. Pahami pertanyaan dokter dan jawablah dengan jujur. Persamaan persepsi sangat
dibutuhkan dalam proses ini. Misalkan jika anda datang dengan keluhan demam, seorang
dokter pasti akan bertanya kepada anda sudah berapa hari anda merasakan demam. Dokter
akan menghitung demam dalam hitungan 24 jam atau sehari sedangkan klien biasanya akan
menghitung demam berdasarkan hari. Jadi bila anda demam mulai selasa pagi, maka hari itu
juga dihitung hari ke-enol sedangkan satu harinya terhitung mulai rabu pagi begitu
seterusnya.
4. Ikuti anjuran dari dokter. Apabila dokter merujuk kepada dokter spesialis,
subspesialis atau penunjang medis, mintalah pertimbangan terkait kemudahan akses dan
keterjangkauan fasilitas.
5. Resep diberikan sesuai dengan kebutuhan klinis. Jika proses terapi membutuhkan
obat, maka dokter akan memberikan resep sesuai dengan kebutuhan anda dengan obat yang
sudah teruji, mudah didapatkan dan dengan harga yang terjangkau.
6. Jangan ragu untuk bertanya. Jika ada hal yang belum anda pahami dan mengerti,
bicarakan dan bertanyalah kepada dokter anda. Jika perlu anda wajib mendapatkan
pendampingan keluarga yang lain untuk membantu proses konsultasi sampai dengan masa
terapi.

Apakah yang dimaksud dengan penggunaan obat yang efektif dan aman ?
Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi dalam proses penggunaan obat diantaranya :
 Sesuaikan obat dengan kebutuhan klinis. Obat diberikan sesuai dengan penyakit yang
menyertai dan kondisi klinis, misalnya pada seseorang yang sedang hamil, menyusui ataupun
seseorang dengan usia lanjut, penurunan fungsi organ ( ginjal, hati atau lever ) serta riwayat penyakit.
Pemberian obat diharapkan sesuai dengan indikasi dan diagnosa yang benar dan tepat dengan pilihan
obat yang dipertimbangkan efek klinis yang diharapkan.
 Tepat dosis, cara, interval dan lama pemberian. Untuk mendapatkan efek klinis yang
diharapkan, diperlukan ketepatan dosis, cara pemberian, interval pemberian dan lama pemberian
obat.
 Biaya terapi yang terjangkau. Dengan tetap memperhatikan kebutuhan klinis pasien, maka
anda diharapkan mendapatkan terapi yang rasional melalui obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan
klinis, dengan dosis yang tepat, jangka waktu yang tepat kemudahan mendapatkan obat dan dengan
biaya yang terjangkau.

10 cara minum obat secara benar, aman serta efektif


1. Informasikan kepada dokter mengenai ada tidaknya alergi obat. Hal ini untuk
mencegah terjadinya reaksi alergi yang bisa saja berujung pada kondisi yang kritis akibat
terjadinya syok anapfilasksis.
2. Baca aturan pakai obat dengan jelas. Selain itu perhatikanlah tanggal kadaluarsa pada
bungkus obat, pastikan obat yang hendak anda konsumsi belum kadaluarsa.

3. Minum obat sesuai waktu yang ditentukan. Jangan membuat waktu sendiri,
perhatikanlah pula kapan waktu obat harus dikonsumsi, sebelum makan atau sesudah makan.

4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, maka minumlah obat
sesuai dengan aturan pakai. Waktu yang tepat untuk minum obat adalah ( obat sebelum
makan ) diminum pada saat makan atau segera setelah makan. Yang kedua adalah sesudah
makan ( 1/2 jam sesudah makan ).

5. Simpanlah obat di tempat yang kering, terlindungi dari cahaya matahari langsung,
jauhkan dari jangkauan anak-anak dan jika perlu simpanlah di lemari pendingin ( bukan
freezer ).

6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan kopi, softdrink atau minuman jenis
lainnya.

7. Gunakanlah alat bantu pemakaian obat secara benar sebagai contoh : inhaler dan
jarum suntik.

8. Jangan gunakan obat lain ataupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi dengan
dokter

9. Jangan menghentikan pengobatan sebelum anda berkonsultasi

10. Bila terjadi reaksi-reaksi yang tidak diharapkan setelah minum obat, segeralah
konsultasikan kepada dokter maupun apoteker.

Dengan mengetahui cara minum obat secara benar dan aman, maka diharapkan anda bisa
mendapatkan khasiat maksimal dari obat yang telah anda konsumsi. Bertanyalah kepada dokter
kepercayaan anda apabila anda masih ragu dengan obat yang sedang anda konsumsi. Ikuti anjuran
agar anda terhindar dari bahaya efek samping obat.

Penggunaan Obat yang tepat dan Benar


4 Agustus 2006 | 09:00 WIB (Obat)

Berbicara mengenai obat, pada dasarnya dikenal 2 jenis yaitu obat yang bersumber pada
bahan alam seperti herbal, rimpang, akar dan biasa disebut sebagai produk obat
tradisional/jamu/fitofarmaka dan obat yang bersumber pada sintesa senyawa kimia ataupun
produk bioteknologi dan biasa disebut sebagai obat. Pada ulasan berikut akan disajikan fokus pada
masalah obat.
Produk obat berbeda dengan produk makanan, walaupun sama-sama masuk ke dalam tubuh
manusia. Produk obat memiliki efek yang disebut sebagai farmakokinetik (yaitu bagaimana obat
tersebut diserap, didistribusikan, dimetabolisme maupun kemudian dikeluarkan dari tubuh). Efek
tersebut memberikan konstribusi antara lain terhadap bagaimana penggunaan dan frekwensi
pemberian obat. Selain efek farmakokinetik, obat juga memiliki efek farmakodinamik dimana
dengan efek tersebut dapat untuk menentukan kegunaan suatu produk obat yang akan digunakan
oleh manusia. Dengan demikian obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan
takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,
mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Penggunaan obat yang tepat
dan benar sangat menentukan keberhasilan proses pengobatan.

Pertama yang harus kita perhatikan atau cermati adalah kode golongan obat yang akan
dikonsumsi. Obat golongan obat bebas atau golongan obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa
resep dokter dan obat golongan keras merupakan obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter.
Obat yang digolongkan sebagai obat keras tentunya merupakan obat yang memiliki potensi resiko
yang lebih tinggi dibandingkan obat golongan bebas dan obat bebas terbatas. Namun demikian
potensi resiko diatas sudah diperhitungkan dalam range yang dapat diantisipasi manusia serta
tetap dilakukan monitoring/pemantauan terhadap keamanan suatu produk obat beredar, baik oleh
pihak produsen maupun pemerintah.

Konsumen harus dapat memilah informasi yang objektif untuk dapat memilih pengobatan. Dengan
demikian penggunaan obat dapat menghasilkan efek yang optimal dan meminimalkan potensi
resiko. Banyak yang perlu diketahui dalam mengkonsumsi suatu produk obat, baik untuk obat
keras, obat bebas maupun obat bebas terbatas. Saat ini banyak pilihan obat yang beredar,
terutama untuk obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter. Untuk pemilihan obat beberapa
faktor perlu dipertimbangkan. Hal pertama yang harus diperiksa adalah keberadaan/pencantuman
nomor izin edar atau nomor registrasi obat serta tanggal kadaluarsa. Obat yang tidak
mencantumkan nomor registrasi merupakan produk yang belum terdaftar. Proses pendaftaran
atau registrasi merupakan suatu proses evaluasi atau penilaian obat. Evaluasi atau penilaian
produk obat meliputi evaluasi atau penilaian aspek efikasi (kemanjuran), keamanan dan mutu.
Menggunakan obat yang tidak mencantumkan nomor registrasi dapat beresiko tidak terjaminnya
kebenaran kandungan dan mutu obat. Setiap produk obat memiliki nomor registrasi dan informasi
siapa industri farmasi pendaftar produk obat tersebut serta beberapa informasi lainnya. Nomor
registrasi yang dipalsukan akan dapat ditelusuri dengan melihat kesesuaian kode nomor dengan
fisik produk serta data pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sementara itu
memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat, sehingga dapat menghindari dikonsumsinya
suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Beberapa kemungkinan yang dapat
terjadi pada produk obat yang sudah kadaluarsa :

 Kadar obat sudah tidak berada dalam rentang yang dipersyaratkan untuk penggunaan. Hal
tersebut dapat menyebabkan obat tidak bekerja optimal atau mungkin menjadi toksik. Hal
ini akan sangat berbahaya seperti untuk obat-obat jenis antibakteri, anti hipertensi, anti
diabet.
Tidak optimalnya kerja obat disebabkan oleh turunnya kadar/potensi obat, dapat
memberikan dampak yang sangat luas, seperti :
o Dapat mengancam pada keselamatan jiwa
o Mengacaukan diagnosa penyakit
o Menimbulkan/meningkatkan kasus resistensi (untuk antibiotik)
o Meningkatkan biaya pengobatan
 Mutu obat tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya yang menyangkut sifat fisik
produk obat seperti kekerasan tablet.

Nomor batch yang tercantum pada kemasan obat juga merupakan hal penting untuk diperhatikan.
Kode nomor tersebut merupakan kode yang diberikan oleh industri farmasi yang bersangkutan,
sehingga memudahkan dilakukan penelusuran balik kepada sumber bila terjadi suatu masalah
pada produk obat yang beredar dipasaran, baik masalah keamanan dan ataupun masalah mutu.

Memperhatikan cara penyimpanan yang tertera dalam kemasan juga penting. Menyimpan obat
sesuai dengan yang dianjurkan berarti ikut menjaga kondisi dan keadaan obat tersebut tetap
stabil hingga masa kadaluarsa. Oleh karenanya kepada para konsumen diharapkan benar-benar
memperhatikan dan mematuhi cara penyimpanan yang dianjurkan demi mendapatkan hasil
optimal dari obat yang digunakan tersebut.

Di masyarakat saat ini juga terjadi cukup banyak kesalahpahaman mengenai kegunaan suatu
obat. Untuk itu kiranya perlu bagi konsumen untuk mencermati hal berikut :

 Keadaan atau kondisi antar individu penderita tidaklah sama. Di masyarakat sering pula
terjadi, mungkin untuk berhemat, bahwa obat yang pernah digunakan untuk seorang
penderita diberikan kepada penderita lain yang diperkirakan oleh yang bersangkutan
(awam dalam hal medis) berpenyakit sama. Hal tersebut sebenarnya tidak atau kurang
tepat disebabkan tentunya untuk penderita terakhir harus dilihat berat-ringannya
penyakit, kondisi organ tubuh penderita apakah dapat mentoleransi obat tersebut dan
seterusnya sehingga pada akhirnya dosis yang harus diterima tentunya harus dilihat dan
disesuaikan pula.
 Banyak pula masyarakat yang mengkonsumsi suatu obat dengan mengharapkan manfaat
seperti gemuk atau lainnya dari suatu produk obat. Biasanya sebagian masyarakat
mengkonsumsi produk obat jenis anti-inflamasi hormon untuk mendapatkan efek gemuk.
Namun demikian perlu diketahui bahwa efek gemuk tersebut sebenarnya adalah efek
samping obat yang disebut oedem. Karena efek gemuk yang terjadi adalah efek samping
obat, maka efek gemuk yang terjadi terlihat tidak proporsional, misal hanya di wajah. Hal
tersebut bila diteruskan berlanjut tentunya akan berdampak negatif bagi tubuh karena
akan merembet kepada hal-hal lain, seperti penekanan pada kelenjar adrenal yang dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Selain itu penggunaan jangka lama
dapat menyebabkan efek samping diabetes dan osteoporesis. Pertimbangan resiko-
manfaat adalah penting untuk diketahui, sehingga penggunaan obat benar-benar optimal,
mendapatkan manfaat maksimal dengan resiko seminimal mungkin.
 Saat ini disinyalir pula terjadi penggunaan antibiotik yang berlebihan di masyarakat.
Antibiotik diperlukan hanya bila memang pada diagnosa telah positif adanya infeksi
kuman. Penggunaan antibiotik tanpa diagnosa yang tepat akan sangat merugikan, bukan
hanya individu yang bersangkutan, tetapi juga masyarakat luas. Dampak yang ditimbulkan
sangat beragam sebagaimana berikut:
o Pemborosan biaya pengobatan (obat) yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pemborosan biaya obat yang tidak diperlukan dari beberapa informasi yang sudah
terpublikasi adalah cukup besar. Karenanya bila dilakukan cara-cara penghematan
tentunya akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar.
o Menimbulkan resiko diperolehnya efek samping obat, yang sebenarnya tidak perlu.
o Menimbulkan dampak terjadinya resistensi antibiotik. Ini merupakan dampak yang
paling serius. Dampak ini akan memiliki implikasi yang luas, karena tidak hanya
berdampak pada individu yang bersangkutan saja tetapi juga masyarakat, serta
pola pengobatan ataupun standard treatment akan terpengaruh. Bagaimanapun
antibiotik adalah salah satu obat yang dapat digolongkan sebagai life-saving,
sehingga resistensi yang terjadi karena penggunaan yang tidak terkontrol benar-
benar akan merugikan kita semua.
o Berkaitan dengan obat keperkasaan pria, banyak pula terjadi salah persepsi.
Persepsi yang banyak dipahami masyarakat adalah selalu dikaitkan dengan istilah
obat kuat. Padahal banyak faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut.
Untuk masalah yang disebabkan oleh faktor psikis tentunya dapat diatasi tanpa
intervensi atau tanpa penggunaan obat. Karena untuk penyakit/kelainan/gangguan
untuk masalah tersebut sudah ada tata laksana ataupun standard treatment.

Masyarakat perlu mengetahui pula adanya zat aktif yang sama, misal yang terdapat pada obat
generik, yang memberikan efek yang sama bila diproduksi oleh beberapa industri farmasi dengan
masing-masing nama dagangnya. Oleh karena itu di peredaran dijumpai beberapa nama dagang
berbeda dengan zat aktif sama, sehingga sebenarnya memiliki kemanfaatan yang sama.
Umumnya obat yang tidak menggunakan nama dagang disebut sebagai obat generik. Seluruh
proses evaluasi dan penilaian obat, baik obat nama dagang maupun obat generik di Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diperlakukan sama sesuai dengan standar penilaian efikasi,
keamanan dan mutu yang telah ditetapkan. Perlu pula di ingat bahwa komoditi obat berbeda
dengan komoditi lain, karena komoditi obat jelas akan memberikan efek kepada tubuh manusia,
baik efek yang diharapkan kemanfaatannya (efikasi) maupun efek yang tidak diharapkan (efek
samping obat).

Masyarakat dihimbau untuk selalu membaca informasi produk obat, baik yang tercantum di dalam
brosur obat ataupun di wadah kemasan. Informasi tersebut sangat berguna untuk panduan
penggunaan obat, termasuk menyaring informasi dari promosi obat yang banyak dilakukan,
sehingga penggunaan obat akan benar sesuai dengan jenis dan kondisi penderita. Beberapa
informasi yang dapat pembaca ketahui dari informasi produk atau yang disebut pula brosur obat
antara lain:

 Indikasi menunjukkan kemanfaatan dari obat yang digunakan untuk mengobati suatu
penyakit.
 Posologi menunjukkan cara maupun frekuensi pemberian obat, ataupun ketentuan lain
dalam mengkonsumsi suatu obat. Misalkan obat harus diminum sebelum atau setelah
makan ataupun selang waktu antara pemberian obat.
 Peringatan perhatian menunjukan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi
obat yang disebabkan oleh efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh efek kantuk karena
pemberian antihistamin, sehingga harus diingatkan untuk tidak menjalankan kendaraan
bermotor atau mesin berat. Sebab lain adalah efek yang tidak diinginkan yang berdampak
pada organ penderita dengan penyakit lain, misalkan dextrometorfan (karena memiliki
efek mendepresi pernafasan) maka harus diingatkan tidak dianjurkan atau berhati - hati
pada penggunaannya untuk penderita yang juga mengalami atau memiliki riwayat asma.
 Informasi lain yang bermanfaat, seperti jenis - jenis kemasan dan kekuatan obat hingga
nomor izin edar.

Terakhir dapat kami sampaikan bahwa obat memang bukan seperti komoditi lain. Hal tersebut
seperti telah disinggung diatas, karena komoditi obat memiliki efek farmakokinetik maupun
farmakodinamik yang langsung ke tubuh manusia.

TIPS Menghindari Efek Samping Obat

Oleh : dra. Rina Moretha, M., Farm., Klin., Apt


Definisi efek samping obat menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan,

yang terjadi pada dosis yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Menghindari efek samping obat, banyak cara telah dilakukan. Perusahaan farmasi biasanya selalu mencantumkan

kontra indikasi dan interaksi obat di setiap kemasannya. Mereka juga memonitor efek samping obat dan selalu

melakukan perbaikan untuk menekan efek negatifnya.

Banyak obat baru yang efek sampingnya baru diketahui setelah beredar di pasar. Bila efeknya fatal biasanya akan

dilakukan penarikan. Obat-obatan yang penggunaannya tidak luas mungkin perlu waktu lama untuk mengetahui

semua potensi negatifnya.

Sebagai konsumen kesehatan, Anda sendirilah yang harus waspada terhadap potensi efek samping obat.
Beberapa tips berikut dapat menjadi panduan Anda :

1. Baca dosis dan aturan pakainya.

Setiap obat berbeda kekuatannya. Bacalah dosis obat dengan cermat ketika Anda akan mengkonsumsinya.

Bila dokter menyarankan setengah tablet, jangan mengubahnya sendiri karena Anda merasa kekuatannya

kurang. Berkonsultasilah dengan dokter sebelum melakukannya. Tanyakan juga ke dokter atau apoteker bila

Anda akan menggerus atau memecah tablet. Beberapa jenis obat harus ditelan secara utuh.

2. Lihat tanda peringatan.

Beberapa obat berpengaruh terhadap kemampuan Anda berkendara atau mengoperasikan mesin. Bila Anda

meminumnya, Anda harus berhenti berkendara atau menjalankan mesin agar tidak mengalami kecelakaan.

Obat-obatan ini memiliki tanda peringatan segitiga merah di labelnya.

3. Ketahui efek samping obat.

Sejumlah obat memiliki potensi efek samping. Beberapa obat penenang, obat anti hipertensi dan obat anti

epilepsi, misalnya, dapat menimbulkan impotensi. Anda juga harus waspada terhadap potensi efek samping

obat berikut:

- Obat antikoagulan warfarin -> perdarahan.

- Obat penurun kolesterol simvastatin dan atorvastatin -> masalah otot.

- Obat penenang diazepam-> menekan kerja sistem saraf pusat.

- Obat diuretik furosemide -> ketidakseimbangan garam dalam tubuh.

Bila Anda curiga obat yang Anda minum menyebabkan efek samping, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

4. Jangan sembarangan memberikan obat bebas kepada anak.

Jangan memberikan obat bebas kepada anak kecuali labelnya secara spesifik menyebutkan boleh dikonsumsi

anak-anak. Anak-anak bukanlah orang dewasa berukuran kecil. Mereka memiliki sensitivitas dan daya respon

yang berbeda terhadap obat sehingga tidak semua obat untuk dewasa dapat diberikan kepada anak.

5. Bacalah kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat.


Banyak obat bebas yang memiliki nama atau merek berbeda-beda namun kandungannya sama. Pastikan Anda

tidak mengkonsumsi obat yang sama dalam kemasan merek yang berbeda untuk menghindari overdosis.

6. Beritahu dokter bila Anda :

- Sedang hamil atau menyusui.

- Alergi terhadap obat tertentu.

- Memiliki diabetes, penyakit ginjal atau liver.

- Sedang meminum obat lain atau suplemen/herbal.

- Sedang menjalani diet khusus.

Obat-obatan tertentu tidak cocok untuk orang dengan kondisi tertentu. Obat juga dapat berinteraksi dan

bereaksi dengan, makanan dan obat lain dan suplemen tertentu. Dokter perlu mengetahui kondisi Anda agar

dapat meresepkan obat yang aman.

7. Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang Anda.

Bila Anda memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung atau hipertensi, Anda perlu mengkonsumsi obat

tertentu secara terus-menerus dalam jangka panjang. Obat yang Anda minum seringkali perlu diselangi obat

lain agar tidak memberikan efek negatif yang merugikan kesehatan.

Setiap obat memiliki kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Efek samping obat merupakan hasil

interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerjanya yang spesifik dalam sistem biologik

tubuh.

Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan

pasien dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/ dihilangkan sama sekali, tetapi dapat

ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-faktor resiko yang sebagian besar sudah

diketahui.
Efek Samping Obat

This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/

Efek samping merupakan peristiwa yang tidak diinginkan atau tak terduga atau reaksi terhadap
suatu obat. Efek samping dapat bervariasi dari masalah kecil seperti pilek hingga peristiwa yang
mengancam jiwa, seperti peningkatan risiko serangan jantung. Walaupun tidak semua obat memiliki
efek samping obat yang merugikan, akan tetapi perlu upaya untuk mencegah terjadinya hal-hal
berbahaya akhibat penggunaan obat. Untuk itu kita perlu memahami dan mewaspadai efek samping
obat.

This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/

Apa itu efek samping obat?

Efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang membahayakan atau merugikan
pasien (adverse reactions) akhibat penggunaan obat. Masalah efek samping obat tidak bisa
dikesampingkan karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi
ekonomik, psikologi dan keberhasilan terapi. Dampak ekonomi seperti meningkatnya biaya
pengobatan, dampak psikologi pada kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakhibat pada
kegagalan terapi.

This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/

Apa saja faktor pemicu terjadinya efek samping obat?

Faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan dari
faktor obatnya sendiri.

1. Faktor pasien. Yaitu faktor intrinsik yang berasal dari pasien, seperti umur, faktor
genetik, dan penyakit yang diderita

Umur
Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolismenya belum sempurna sehingga
kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia)
yang kondisi tubuhnya sudah menurun.

Genetik dan kecenderungan untuk alergi

Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetik, suatu obat mungkin dapat
memberikan efek farmakologi yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya efek
samping. Genetik ini juga berhubungan dengan kecenderungan terjadinya alergi. Contohnya pada
penisilin, sekitar 1-5% orang yang mengonsumsi penisilin mungkin mengalami reaksi alergi.

Penyakit yang diderita

Untuk pasien yang mengidap suatu penyakit tertentu, hal ini memerlukan perhatian khusus.
Misalnya untuk pasien yang memiliki gangguan hati atau ginjal, beberapa obat dapat menyebabkan
efek samping serius, maka harus dikonsultasikan pada dokter mengenai penggunaan obatnya.

2. Faktor intrinsik dari obat. Yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping, seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya
interaksi antar obat.

Pemilihan obat

Setiap obat tentu memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, tempat kerja yang berbeda, dan
tentunya efek yang berbeda pula. Maka dari itu, harus diwaspadai juga efek samping yang mungkin
terjadi dari obat yang dikonsumsi

Jangka waktu penggunaan obat

Efek samping beberapa obat dapat timbul jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Contohnya penggunaan parasetamol dosis tinggi pada waktu lama akan menyebabkan hepatotoksik
atau penggunaan kortikosteroid oral pada jangka waktu lama juga dapat menimbulkan efek
samping yang cukup serius seperti moonface, hiperglikemia, hipertensi, dan lain-lain. Lain lagi
dengan penggunaan AINS (anti inflamasi non steroid) berkepanjangan, dapat muncul efek samping
berupa iritasi dan nyeri lambung.

Interaksi obat

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Ada beberapa obat ketika
dikonsumsi secara bersamaan, akan muncul efek yang tidak diinginkan. Contohnya kombinasi
antara obat hipertensi inhibitor ACE dengan diuretik potasium-sparing (spironolakton) dapat
menyebabkan hiperkalemia.
Apa saja gejala yang ditimbulkan oleh efek samping obat?

Efek samping umum

Pusing

Mual

Sembelit

Diare

Drowiness

Nyeri dan

Reaksi kulit Efek samping serius


Kematian

Kelemahan fisik

Kondisi jantung

Stroke

Kanker

Bagaimana mencegah munculnya efek samping obat?

1. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau
yang diresepkan oleh dokter.
2. Pergunakan obat sesuai dengan indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat
atau yang diresepkan oleh dokter.
3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut
dan pasien dengan penyakit ginjal atau hati.
4. Perhatikan dan catat riwayat alergi akhibat penggunaan obat
5. Beritahukan kepada dokter apabila memiliki kondisi khusus seperti ibu hamil, ibu menyusui,
alergi terhadap obat tertentu, memiliki riwayat diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang
meminum obat lain atau suplemen herbal.
6. Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
7. Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang.

This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/


This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/
This content was copied from https://swiperxapp.com/efek-samping-obat/

Anda mungkin juga menyukai