Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL BISNIS

PUDING STRAWBERRY
PuGi (Puding Bergizi)

DisusunOleh :
Diah Permatasari (201332207)

DosenPengampu Mata Kuliah :


Andi Hidayat Muhmin

Mata Kuliah :
Kewirausahaan sesi 01

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2016

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas kewirausahaan ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah strategi pelatihan dan diajukan untuk memenuhi syarat
mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS).
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca lain pada
umumnya.

Tangerang, 11 Januari 2016

Diah Permatasari
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dunia usaha khususnya dalam bidang kuliner untuk saat ini mengalami perkembangan
yang semakin pesat, terbukti dengan banyaknya makanan yang bermunculan dengan rasa
bervariasi dan beranekaragam. Makanan yang enak dan bergizi tidak harus mahal salah satunya
adalah pudding strawberry.
Pudding strawberry adalah cemilan dengan rasa yang manis, asam dan segar cocok untuk
dimakan bersama dengan keluarga. Hampir semua kalangan menyukai pudding strawberry ini
dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan manula. Selain rasaya yang enak pudding strawberry ini
bergizi karena tinggi serat dan mengandung vitamin C dari buah strawberry.

1.2 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan dari didirikannya usaha “Puding Stawberry” yaitu:
 Berperan aktif dalam bidang bisnis dan kewirausahaan
 Membuat sebuah produk yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan biaya yang
mahal
 Menjadikan puding menjadi makanan favorit dan makanan yang sehat untuk dikonsumsi
dalam kondisi dan waktu kapanpun.
 Mendapatkan keuntungan atau laba

1.3 Visi dan Misi


 Visi
Menjadikan Puding sebagai cemilan yang sehat dan bergizi dan dapat dinikmati untuk
semua usia khususnya anak-anak dan remaja.
 Misi
- Membuka lapangan kerja
- Memodifikasi pudding dengan buah
- Membuat pudding dengan higienis dan kualitas yang baik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Badan Usaha


1. Manajemen
Nama Perusahaan : Puding Bergizi (PuGi)
Nama Pemilik : Diah Permatasari
Bidang Usaha : Kuliner

2. Pemasaran
Produk yang ditawarkan : Puding Stawberry
Sasaran Konsumen : Semua Kalangan
Wilayah Pemasaran : Tangerang

2.2 Segmentasi Produk


1. Potensi Pasar
Produk ini adalah Puding yang menggunakan bahan-bahan alami, rasanya manis asam
dan berserat tinggi serta baik untuk kesehatan, adapun harganya juga sangat terjangkau.
2. Objek Pasar
Segmentasi pasar dari produk ini yaitu untuk kalangan umum karena bisa dinikmati dari
semua kalangan, dari yang muda sampai yang sudah dewasa bahkan manula juga bisa
menikmati produk ini
3. Target / Sasaran Pasar
Target Pasar produk ini mencakup anak-anak, remaja, orang dewasa dan wilayahnya
sekitar kampus/sekolah dan tempat-tempat umum.

2.3 Keunggulan Produk


Keunggulan dari produk kami yaitu :
1. Bahan baku yang digunakan berkualitas
2. Dibuat dengan higienis
3. Tidak menggandung pengawet
4. Rasa yang enak dan bergizi
5. Harganya terjangkau

2.4 Bahan Pembuatan Puding Stawberry


 Agar-agar
 Susu Cair
 Gula Pasir
 Buah Stawberry
 Sari Kelapa
 Vla Vanila
 Air

2.5 Cara Membuat Puding Stawberry


1. Campurkan gula pasir, susu, dan agar agar bubuk. Aduk rata.
2. Tata sebagian buah stawberry yang telah dipotong dan sari kelapa di cup puding.
3. Tuangkan adonan putih ke dalam cup puding. Dinginkan.
4. Haluskan stawberry yang telah dipotong. Saring.
5. Masukan ke adonan putih yang tersisa. Aduk rata.
6. Campurkan adonan merah muda dengan adonan putih. Dianginkan dan Sajikan.

2.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah mengidentikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan SWOT adalah kependekan dati Strength, Weakness, Opportunity, dan
Threat. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Strenght ( Kekuatan )
Produk yang kami buat enak rasanya, bergizi, proses pembuatannya bersih, harganya
terjangkau, menggunakan bahan-bahan alami yang dijamin kesegarannya dan disukai
berbagai kalangan. Buah stawberry dengan rasa asam manis dan segar biasanya hanya
dijadikan sebagai jus tetapi kami membuat variasi baru dengan menjadikannya sebagai
pudding.

2. Weakness ( Kelemahan )
Kelemahan pada produk kami yaitu pudding stawberry tidak dapat bertahan lama jika
diletakan di suhu ruang tetapi akan lebih tahan lama jika diletakkan di dalam lemari
pendingin.

3. Opportunities ( Peluang )
Kami menjual produk di lingkungan kampus/sekolah ditempat-tempat yang ramai
untuk memperbanyak konsumen dan memperluas jaringan pemasaran produk dengan
membuat tampilan yang menarik serta kami akan terus mengembangkan pudding
dengan buah untuk memperbanyak variasi rasa.

4. Threats ( Ancaman )
Ancaman yang mungkin terjadi adalah produk lain yang lebih terkenal daripada
produk kami.

2.7 Analisa 4P
Sebelum kami membuka usaha kami juga harus menganalisa product, price,
promotion dan place agar usaha kami berjalan dengan lancar yaitu sebagai berikut:
1. Product (Produk)
Pada tahapan pertama, tentunya kami menghasilkan Produk yang dibuat Homemade,
artinya produk yang dihasilkan asli dibuat oleh kami sendiri tanpa pengawet dan
bahan yang digunakan pun alami.

2. Price (Harga)
Harga per-cup “ Puding Manga” Rp.7.500,-
Strategi yang kami lakukan adalah menjual produk sebanyak banyaknya dengan
harga yang terjangkau dengan tidak mengurangi kualitas isi produk.

3. Promotion (Promosi)
Promosi yang kami lakukan cukup banyak, diantaranya melalui Online
(via Broadcast Message, SMS, maupun Facebook) , Face to Face (dengan
mendatangi langsung konsumen) , dan mempromosikan produk kami ke beberapa
kelas.

4. Place (Tempat)
Untuk tempat penjualan kami menjualnya dalam 3 cara yaitu Di rumah pribadi, di
Kampus/ Sekolah, di lingkungan kerja dan menitipkan pada beberapa tempat usaha
seperti warung, dan kantin.
BAB III
PERENCANAAN USAHA

A. Bahan Baku Perhari


No Keterangan Satuan Harga
1. Agar-Agar 21 gr Rp.20.000
2. Susu Cair 1 liter Rp.16.000
3. Gula Pasir 500 gr Rp.9.000
Total Rp.45.000

B. Bahan Tambahan Perhari


No Keterangan Satuan Harga
1. Stawberry 1 pak Rp.15.000
2. Sari Kelapa 200 gr Rp.10.000
3. Vla Vanila 2 bungkus Rp.10.000
4. Cup + tutup 50 Buah Rp. 13.000
5. Sendok Plastik 50 buah Rp. 8.000
Total Rp.56.000 C. P
eralatan
dan Mesin
No. Keterangan Satuan Harga
1. Tabung Gas 1 Buah Rp. 20.000
2. Panci sedang 2 Buah (Rp. 25.000,-) Rp. 50.000
3. Serok 1 Buah Rp.15.000
4. Kompor 1 Buah Rp.100.000
Total Rp. 185.000

 Biaya Total = Bahan Baku Perhari + Bahan Tambahan Perhari + Peralatan


dan Mesin
= Rp. 45.000 + Rp. 56.000 + Rp. 185.000
= Rp. 286.000

D. Penetapan Harga Jual


Modal sejumlah Rp. 286.000,- mampu untuk memproduksi 50 cup puding.
HPP = Modal : Produksi
= Rp. 286.000 : 50
= Rp. 5.720,- Rp 5.800

E. Perkiraan Laba
Laba yang diinginkan 25% = Laba x HPP
= 25% x Rp. 5.800
= Rp. 1.450

F. Harga Jual
Harga Jual = Total Laba (Rp) + HPP
= Rp. 1.450 + Rp. 5.800,-
= Rp. 7.250
= Rp. 7.500 (dibulatkan)

G. Break Event Point (Analisis Tidak Impas)


BEP = Total Biaya : Harga jual rata-rata
= 286.000 : 7.500
= 38,1 cup
= 39 cup (pembulatan)

Total Per Hari = BEP : Target penjualan per hari


= 39 : 20
= 1,95 / 1 hari
Untuk mencapai BEP harus menjual 39 cup yang dapat di capai selama 1 hari.

H. Perkiraan Pendapatan
 Target perhari = 50 cup
 Pendapatan = pudding yang terjual x harga jual
= 50 x Rp. 7.500
= Rp. 375.000
 Total biaya produksi dalam 1 kali produksi = Rp. 101.000
 Keuntungan = pendapatan – total biaya produksi
= Rp. 375.000 – Rp. 101.000
= Rp. 274.000

Jadi, keuntungan yang diperoleh dengan menjual 50 cup pudding dengan harga Rp.
7.500 per buah dalam satu produksi adalah Rp. 274.000

I. Pengembalian Modal
Modal Awal : Laba Usaha = Rp. 286.000 : Rp 274.000
= 1,04 2 kali produksi

Jadi, modal akan kembali dalam jangka waktu 2 kali produksi

BAB IV
PENUTUPAN

RESIKO
Resiko yang mungkin terjadi dalam usaha yaitu mutu dari bahan yang diperoleh bisa saja
memiliki kualitas rendah atau rusak karena tidak tahan lama sehingga berdampak juga pada
kualitas produk yang dihasilkan dan mengakibatkan berkurangnya pembeli produk Puding
Stawberry.

KESIMPULAN

Usaha Puding Stawberry ini termasuk usaha yang cukup menjajikan karena memiliki
peluang memperoleh keuntungan yang tinggi dan sesuai dengan selera konsumen. Puding
dengan rasa buah ini bisa mengatasi kesulitan para ibu-ibu yang mempunyai anak tidak suka
buah. Namun harus ada variasi rasa baru dan menarik agak konsumen tidak bosan untuk
mengkonsumsi pudding.
Agar tidak menimbulkan kegagalan usaha di tengah jalan, seorang wirausaha harus
memiliki rencana dan memperhatikan secara maksimal rencana tersebut agar usaha berkembang
dengan cepat serta tetap menjaga kualitas dan berinovasi untuk menarik para konsumen membeli
produk tersebut.
Dari kegiatan yang kami lakukan adalah bahwa mahasiswa sangat memerlukan proses
pembelajaran seperti ini. Karena kita bisa secara langsung merasakan bagaimana menawarkan
dan menjual produk kepada orang lain. Pengalaman ini bisa menjadi dasar ketika akan memulai
suatu usaha. Asal ada kemauan dan keinginan untuk berusaha pasti bisa melakakukannya, karena
dalam dunia bisnis modal bukanlah segalanya.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi
documenter.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual . Adalakanya juga
wawancara dengan suatu keluarga, pengurus yayasan, Pembina pramuka, dll. Wawancara yang
ditujukkan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.
Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrument wawancara yang
disebut pedoman wawancara (interview guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan bias mencakup data, fakta, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi
responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.
Bentuk pertanyaan atau pernyataan bias sangat memberikan jawaban atau penjelasan. Pertanyaan
atau pernyataan dalam perdoman wawancara juga bias berstruktur, suatu pertanyaan atau
pernyataan umum diikuti dengan pernyataan atau pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus
atau lebih terurai, sehingga jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan
diarahkan. Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan tersebut bisa sangat
berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau pendek-pendek, bahkan
membentuk instrument berbentuk ceklis.
Dalam persiapan wawancara selain penyusunan pedoman, yang sangat penting adalah
membina hubungan baik (rapport) dengan responden. Keterbukaan responden untuk memberikan
jawaban atau respon secara objektif sangat ditentukan oleh hubungan baik yang tercipta antara
pewawanca ra dengan responden. Sebelum mulai berwawancara, pewawancara harus membina
persahabatan, keakraban dengan responden, menumbuhkan apresiasi dan kepercayaan responden
kepada pewawancara. Selama berlangsungnya proses wawancara hal-hal diatas harus tetap
dipelihara. Rusaknya kepercayaan dan hubungan baik dengan responden dapat mengakibatkan
kegagalan wawancara. Kegagalan wawancara dalam arti pewawancara tidak mendapatkan data
seperti yang diharapkan, baik objektivitas maupun kelengkapannya.
Hal penting lain yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pewawancara adalah
perekaman atau pencatatan data. Kalau situasi memungkinkan dalam arti ada kesediaan
responden untuk direkam, tersedia alat perekam yang baik, situasi dan kondisi lingkunan yang
mendukung, jawaban-jawaban responden dapat direkam dengan menggunakan perekam
elektronik, supaya digunakan alat perekam yang baik, dan proses perekaman tidak mengganggu
situasi wawancara. Bila perekaman tidak memungkinkan pencatan tertulis perlu dilakukan
dengan seksama.
Sebelum wawancara dilaksanakan sebaiknya disiapkan alat pencatat yang mencukupi. Alat
pencatat dapat bersatu dengan pertanyaan dan pernyataan disusun dalam suatu format, ataupun
dibuat terpisah. Alat pencatat yang bersatu dengan daftar pertanyaan dapat memudahkan dalam
pengisian, karna berada pada lembar yang sama, tetapi lebih boros karena setiap responden
membutuhkan satu perangkat pertanyaan-pencatatan. Alat pencatat yang terpisah agak sulit
dalam pengisian, tetapi dapat menghemat bahan atau biaya.
Dalam pembuatan catatan hasil wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari
responden yang berlangsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainnya
baik yang dinyatakan secara verbal maupun non verbal.
Pewawancara dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka dibutuhkan pedoman :
1. Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya khas bahasa yang
menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden,
2. Pergunakan bahasa responden agar tidak dianggap seperti orang asing,
3. Ciptakan suasana psikologis agar situasi cair, saling percaya,
4. Suasana wawancara harus santai,
5. Wawancara dimuali dari pertanyaan yang mudah, karena awalnya biasanya responden
akan nampak tegang,
6. Keadaan responden harus diperhatikan, apabila belum siap atau karena sedang terkena
musibah maka wawancara sebaiknya ditunda.

b. Angket
Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen
atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan
yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara, bentuk
pertanyaan bisa bermacam-macam, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan
pertanyaan tertutup.
Pada angket dengan pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan
pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. Tidak ada anak pertanyaan
atau rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban atau respon. Responden
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai persepsinya. Pada angket
berstruktur, disamping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan
atau subpertanyaan. Dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah
memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak bisa
memberikan jawaban atau respon kecuali yang tersedia sebagai alternative jawaban.
Dalam penyusunan angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir
pertanyaan atau pernyataan ada pengatar dan petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan
atau pernyataan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan
(populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak cucu. Dalam butir-butir pertanyaan
atau pernyataan tertutup sebaiknya hanya berisi atau pesan (message) sederhana, sedangkan
dalam perntaan atau pernyataan terbuka berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu pesan
yang tidak terlalu kompleks. Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan
berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Untuk pertanyaan atau pernyataan tertutup telah disediakan alternatif hanya berisi satu pesan
sederhana. Jawaban atau respon dari responden dapat langsung diberikan pada alternatif
jawaban, atau menggunakan lembar jawaban khusus bersatu atau terpisah dari lembar pertanyaan
atau pernyataan.
Keuntungan teknik pengumpulan data dengan cara angket adalah relatif murah, tidak
membutuhkan banyak tenaga, dapat di ulang. Sedangkan kerugiannya adalah jawaban tidak
spontan, banyak terjadi non respon, pertanyaan harus jelas dan disertai dengan petunjuk yang
jelas, Jawaban sering tidak lengkap terutama bila pertanyaan kurang dimengerti responden,
sering tidak di isi oleh responden, tetapi di isi oleh orang lain, tidak dapat digunakan oleh
responden yang buta huruf. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerugian ini antara lain
lakukan kunjungan dan dilakukan wawancara pada nonrespon, jawaban yang terlambat harus
dikeluarkan dan tidak dianalisis, apabila tejadi non respon terlalu banyak dapat diulang.

c. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Kegiatan tersebut bias berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang
sedang memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi
dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif
(participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipatif
(nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Kedua jenis observasi ini ada kelebihan dan ada kekurangannya. Kelebihan observasi
partisipatif adalah individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi
sehingga situasi dalam kegiatan akan berjalan lebih wajar. Kelemahan observasi partisipatif,
pengamat harus melakukan dua kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang di
samping melakukan pengamatan. Dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut peran aktif
semua anggota/ perserta hal itu bukan sesuatu yang mudah.
Observasi nonpartisipatif, pengamat dapat lebih terfokus dan seksama melakukan
pengamatan, tetapi karena peserta tahu kehadiran pengamat sedang melakukan pengamatan,
maka perilaku atau kegiatan individu-individu yang diamati menjadi kurang wajar atau dibuat-
buat. Seperti halnya dalam wawancara, peneliti melakukan pengamatan, sebaiknya peneliti atau
pengamat menyiapkan pedoman berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang
akan dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan observasi.

d. Studi Dokumenter (documentary study)


Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar maupun
elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan
dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi
dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk
kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil
analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. Metode dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain,
maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda
mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk mencari
variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti
tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang
bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat
bebas.

TEKNIK PENGUKURAN DATA


Teknik pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument standar atatu
telah distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk angka-angka.
Secara garis lebih rinci perbedaan antara instrument pengumpulan data (nontes) dengan
instrument pengukuran (tes) dapat dilihat dalam table berikut.
Perbedaan Karakteristik Instrumen Tes Dengan Non Tes
INSTRUMEN TES INSTRUMEN NONTES
(Besifat Mengukur) (Bersifat Menghimpun)
1 Bersifat mengukur, 1 Bersifat menghimpun.
2 Ada hasil pengukuran berbentuk data 2 Ada hasil penghimpunan berupa data
angka ordinal, interval atau rasio. naratif atau data angka nominal.
3 Perlu standarisasi instrument (pengujian 3 Tidak perlu standarisasi instrument,
validitas empiris, reliabilitas, analisisbutir cukup dengan validitas isi dan konstruk.
soal). 4 Digunakan dalam penelitian kualitatif,
4 Digunakan dalam penelitian kuantitatif: kuantitatif, deskriptif, survai, expost
eksperimental, korelasional, komparartif, facto, penelitian tindakan.
dan sejenisnya.
Instrument yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: tes
dan skala.
a) Tes
Tes umunya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologis terutama tes
kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik
atau kualifikasi tertentu sehingga mirip interpretasi dari hasil pengukuran. Tes yang digunakan
dalam pendidikan bias dibedakan antara tes hasil belajar (achievement tests) dan tes psikologis
(psychological tests).
 Tes hasil belajar
Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut waktunya dibedakan dalam
rentang : satu pertemuan (tes akhir pertemuan), satu pokok bahasa (tes akhir pokok bahasan),
satu minggu (tes mingguan), setengah catur wulan/semester (tes tengah cawu/tengah semester),
satu cawu atau satu semester (tes akhir cawu/tes akhir semester), satu jenjang pendidikan (tes
atau ujian akhir pendidikan). Tes hasil belajar juga dibedakan menurut materi yang diukur,
sesuai dengan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi yang dipelajari, seperti tes
matematika, kimia, biologi, bahasa, sejarah, geografi, dll. Menurut tujuan dan fungsinya tes hasil
belajar ini juga dibedakan antara tes diagnostic, penempatan, formatif dan sumantif. Tes
diaknostik ditujukan untuk mengukur/ mendiagnosis kelemahan atau kekurangan siswa yang
digunakan untuk memberikan perbaikan. Tes penempatan mengukur penguasaan atau
keunggulan siswa, digunakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan tingkat penguasaan atau
keunggulannya. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antarteman
kelas sekelas maupun dalam penguasaan target materi. Hasil tes formatif digunakan untuk
perbaikan program atau proses pembelajaran. Tes sumatif ditunjukkan untuk mengukur
penguasaan siswa pada akhir periode pendidikan, akhir cawu, semester atau tahun, dan
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam periode waktu tersebut.
 Tes Pisokologis
Tes psikologis digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan
karakteristik pribadi dari para siswa. Individu termasuk para siswa dan mahasiswa memiliki
kecapakapan (ability). Kecakapan ini dibedakan anatara kecakapan potensial atau kapasitas
(capacity) dan kecapakan nyata (achievement). Kecakapan potensial merupakan suatu kecakapan
yang dimiliki individu dari kelahirannya, atau disebut juga kecakapan bawaan. Kecakapan ini
masih bersifat potensial, bakal atau kemungkinan dan dikembangkan menjadi kecakapan yang
sudah dikuasai, sudah bisa dinyatakan, dilakukan sekarang dan dikembangkan/ berkembang dari
kecakapan potensial. Kecakapan potensial atau kapasitas biasa dibedakan dalam dua kategori,
yaitu kecakapan potensial umum (general potensial ability) atau disebut juga kecerdasan atau
intelegensi (intelligence), dan kecakapan potensial khusus (special potensial ability) atau bakat
(aptitude). Dewasa ini berkembang konsep multi kecerdasan (multiple intelligence) yang
maknanya hampir sama dengan bakat. Bakat sendiri ada dua macam, yaitu bakat sekolah
(scholastic aptitude), seperti bakat dalam matematika, fisika, bahasa, sejarah, dll. Dan bakat
pekerjaaan (vocational aptitude) seperti bakat dalam peranian, teknik, perdangan, guru,
kesehatan, dll.
Untuk mengukur kecapakan potensial baik umum maupun khusus digunakan tes standar
(standardized test). Tes ini disebut tes standar karena sudah distandarisasikan melalui kegiatan
uji coba. Standarisasi tes minimal meliputi pengujian validitas, reliabilitas dan analisis butir soal
yang mencakup analisis daya pembeda dan tingkat kesukaran tes .
Tes hasil belajar umumnya dikelompokkan sebagai tes buatan guru (teacher made tests), atau tes
yang tidak distandarisasikan (non standardized test).

b) Skala
Skala merupaka teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil
ukur yang berbentuk angka-angka. Skala berbeda dengan tes, kalauy tes ada jawaban salah atau
benar, sedang skala tidak ada jawaban salah-benar, tetapi jawaban atau respon responden terletak
dalam satu rentang (skala). Titik pada rentang yang dipilih menunjukkan posisi responden. Ada
beberapa macam skala, yaitu skala : deskriptif, garis, pilihan wajib, pebandingan pasangan dan
daftar cek. Skala deskriptif (decriptive rating scale) mengikuti bentuk skala sikap dari libert,
berupa pertanyaan atau pernyataan atau yang jawaban berbentuk skala persetujuan atau
penolakan terhadap pertanyaan atau pernyataan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan dalam
persetujuan, yang dimulai dari sangkat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju samapi sang tidak
setuju.
Contoh skala deskriptif : sikap terhadap belajar
1. Belajar menentukan keberhasilan masa depan kita SS S R TS STS
2. Saya berusaha belajar meskipun sedang sakit SS S R TS STS
3. Belajar menguras banyak energy SS S R TS
STS
Model skala deskriptif dari likert seringkali juga digunakan untuk mengetahui atau
mengukur segi lain yang bukan sikap. Sejalan dengan aspek yang diukurnya, maka deskripsi
responnya juga disesuaikan contoh berikut.
Contoh skala deskriptif : kegiatan belajar kelompok
1. Kesungguhan belajar BS B C K KS
2. Kemampuan menyatakan pendapat BS B C K KS
3. Kemampuan menganalisis masalah BS B C K KS
 Skala garis
Skala garis (graphic rating scale) hampir sama dengan skala deskriptif, respon dari responden
tidak dalam bentuk persetujuan, tetapi bisa bervariasi sesuai dengan rumusan pertanyaan atau
pernyataan. Respon juga tidak perlu seragam seperti dalam skala garis, bisa berbeda-beda sesuai
rumusan pertanyaan atau pernyataan.
Contoh Skala Garis
1 Perencanaan pembelajaran sangat lengkap lengkap kurang lengkap tidak
lengkap.
2 Sistematika penyampaian bahan sangat sistematik lengkap kurang sistematik tidak
sistematik
 Skala pilihan wajib
Skala pilihan wajib (force choice) biasanya digunakan untuk mengukur minat. Skala ini
berbentuk pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative jawaban atau respon yang berkenaan
dengan minat, minat bekerja, belajar, dsb. Alternatif jawaban harus ganjil, biasanya tiga atau
lima pilihan atau option.
Contoh :
Dalam perjalanan :
a. Saya lebih senang memperhatikan pemandangan alam
b. Saya lebih senang memperhatikan orang-orang yang sedang bekerja
c. Saya lebih senang memperhatikan bangunan-bangunan perumahan kantor
 Skala perbandingan pasangan
Skala perbandingan pasangan (paired comparison) juga biasanya digunakan untuk mengukur
persepsi, penilaian atau minat terhadap suatu objek yang berbentuk kegiatan, instituis, organisasi,
benda kesenian, kebudayaan, dsb.
Contoh skala perbandingan pasangan
a, Sepak bola b. bola basket
a, Sepak bola b. bola voli
a, Sepak bola b. soft ball
a, Bola basket b. bola voli
a, Bola basket b. soft ball
 Daftar cek (checklist)
Bentuk skala yang berisi sejumlah pernyataan singkat yang harus direspon dengan
membubuhkan tanda cek. Penggunaan daftar cek sangat luas bias mengukur pendapat, persepsi,
kegiatan, kebiasaan, pengalaman, juga untuk pengidentifikasi sesuatu.
Contoh daftar cek masalah yang dihadapi siswa
1. Mudah lelah
2. Mudah pusing kepala
3. Tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar
4. Tidak ada semangat belajar
5. Mudah bosan

Anda mungkin juga menyukai