Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

“Obat-Obatan dan Pemberian Cairan Yang Digunakan Dalam Praktik


Kebidanan”

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan


Dosen Pembimbing : Seri Wahyuni, SST.,M.Kes.

Disusun Oleh
Supiana Wilda

(PO62.24.2.19.229)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI DIII-KEBIDANAN
REGULER XXI-B
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Obat-Obatan dan
Pemberian Cairan Yang Digunakan Dalam Praktik Kebidanan” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktek Ibu Seri Wahyuni,
SST.,M.Kes. pada mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan. Laporan ini telah saya
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam perbuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan
ini. Akhir kata saya berharap semoga laporan pendahuluan yang berjudul “Obat-Obatan dan
Pemberian Cairan Yang Digunakan Dalam Praktik Kebidanan” dapat memberikan manfaat serta
memberi informasi terhadap pembaca.

Palangkaraya, 20 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
2.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
2.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1Konsep Dasar Pemberian Obat...................................................................................................2-9
2.2 Persiapan Pemberian Obat.......................................................................................................9-10
2.3 Penghitungan dan penggunaan unit dosis obat....................................................................10-14
2.4 Pencegahan Injuri pengobatan...............................................................................................14-17
2.5 Obat-obatan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan...........................................17-42
2.6 Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan................................42
BAB III..........................................................................................................................................43
PENUTUP.....................................................................................................................................43
3.1Kesimpulan.....................................................................................................................................43
3.2Saran...............................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system
biologis.
Obat merupakan senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis,
penyakit atau gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu. Misalnya membuat seseorang
infertil atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Obat sama dengan racun karena obat
selain bermanfaat dalam pengobatan penyakit juga merupakan sumber penyakit. Efek samping
obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang diminum. Survei di USA, sekitar 5% pasien
masuk rumah sakit akibat obat. Melihat fakta tersebut maka pengetahuan akan obat
(Farmakologi) menjadi sesuatu yang sangat penting.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Pemberian Obat?
2. Sebutkan Persiapan pemberian obat!
3. Bagaimana cara Penghitungan dan penggunaan unit dosis obat?
4. Bagaimana Pencegahan Injuri pengobatan?
5. Apa saja jenis Obat-obatan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan?
6. Apa saja jenis Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan?

2.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Pemberian Obat.
2. Untuk mengetahui Persiapan pemberian obat.
3. Untuk mengetahui Penghitungan dan penggunaan unit dosis obat.
4. Untuk mengetahui Pencegahan Injuri pengobatan.
5. Untuk mengetahui Obat-obatan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan.
6. Untuk mengetahui Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik
kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Pemberian Obat
a. Definisi Obat
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang
dalam takaran (dosis) yangtepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit atau gejala-gejalanya.
Obat adalah suatu substans untuk mengatasi, mencegah dan membebaskan penyakit.
b. Nama Obat
1) Nama kimia = memberi gambaran pasti komposisi obat
Contoh  asetil salisilat dikenal sebagai aspirin
2) Nama generik = diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sebelum mendapat izin dari
FDA
Contoh  Aspirin
3) Nama dagang, merk, pabrik = nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan obat. Ex
aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin
c. Klasifikasi Obat
1) Analgesik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk meringankan atau mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada orang ynag menderita tanpa menyebabkan
hilangnya kesadaran.
Contoh : Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID), Narkotika, Tylenol
(Acetaminophen).
2) Anti piretik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk menurunkan suhu tubuh (tinggi ke normal) dan
menekan gejala-gejala yang biasa menyertai demam seperti mialgia, kedinginan, nyeri
kepala, dll.
Contoh : Paracetamol, NSAID, Aspirin, Metamizole, Nabumetone, Quinine, Nimesulide,
Phenazone, dll.
3) Anti inflamasi
Adalah kelas obat yang dirancang untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala peradangan yang
disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi).
Contoh : NSAID, ibuprofen, asam mefenamat
4) Anti biotik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk menekan dan menghentikan suatu proses biokimia di
dalam mikroorganisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Contoh : amoxicillin, rifampdisin, gentamisin, sulfonamida
Ada kalanya sebuah obat dapat memiliki klasifikasi lebih dari satu, ex aspirin (analgetik,
antipiretik, anti inflamasi). Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk
pemberian dan pemantauan yang tepat.
Ex. golongan diuretik  memberikan implikasi keperawatan :
1) Memantau input dan output cairan
2) Menimbang BB tiap hari
3) Mengkaji adanya edema
4) Memantau kadar elektrolit serum
d. Bentuk Obat
1) Kaplet = dosis padat, bentuk seperti kapsul dan bersalut, sehingga mudah ditelan
2) Kapsul = dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus selongsong gelatin
3) Eliksir = cairan jernih berisi air/alkohol, ditambah pemanis
4) Ekstrak = bentuk pekat
5) Gliserit = dikombinasi dengan gliserin + 50%, untuk penggunaan luar
6) Liniment = obat gosok, dioles di kulit
7) Salep = semisolid (agak padat)
8) Pasta = semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat dari pada salep
9) Larutan = cairan (per oral, parenteral)
10) Supositoria = dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat mencapai suhu tubuh
11) Suspensi = partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media cair
12) Syrup = obat larut dalam gula pekat, mengandung perasa membuat terasa lebih
e. Sifat Kerja Obat
Farmakokinetik = ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai tempat kerjanya,
dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
f. Sistem Perhitungan Obat
1) Sistem metrik
a. Paling teratur
b. Mudah dikonversi dan dihitung (perkalian, pembagian sederhana)
Contoh : 10,0 mg x 10 = 100 mg atau 10,0 mg / 10 = 1,00 mg (pecahan selalu dala bentuk
desimal)
2) Sistem apothecary
a. Dikenal di Amarika Serikat, Kanada
b. Standar pengukuran biasanya di rumah
c. Sistem ini tidak akurat
Contoh : susu dalam botol = pint = 0,568 liter ; quarts = 0,9463 liter (satuan berat di Inggris
yaitu grain / pound atau dalam Indonesia dram, ons)
3) Sistem ukuran rumah tangga
a. Keuntungan : nyaman, mudah dikenal
Contoh : tetesan, sendok teh, sendok makan.
Tabel EKUIVALENSI UKURAN

METRIK APOTHECARY RUMAH TANGGA


1 ml fluidram 1 sendok teh (sdt)
4-5 ml 4 fluidrams 1 sendok makan
(sdm)
16 ml 1 fluid ounce 2 sendok makan
(sdm)
30 ml 8 fluid ounce 1 cangkir ©
240 ml 1 pint (pt) 1 pint (pt)
480 ml (Kira2 500ml) 1 quart (qt) 1 quart (qt)
960 ml (Kira2 1 Ltr) 1 galon (gal) 15 tetes (tts) 1 galon (gal)
3840 ml (Kira2 5 Ltr) 15 – 16 minim (m) - -
g. Efek Obat
Obat memiliki dua efek yakni :
1) Efek terapeutik
Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan
obatnya seperti :
a) Paliatif (berefek untuk mengurangi gejala)
b) Kuratif (memiliki efek pengobatan)
c) Suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh)
d) Substitutif (berefek sebagai pengganti)
e) Efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat)
f) Restoratif (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
2) Efek samping
Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
h. Reaksi Alergi
1) Pengertian
Respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% – 10%
merupakan reaksi alergi. Timbul bila obat diberikan secara berulang, dapat bersifat ringan s/d
berat
2) Klasifikasi
a) Reaksi ringan
 Urtikaria = Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk
bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya berwarna pucat
 Ruam = vesikel kecil dan meninggi yang biasanya berwarna merah, seringkali tersebar di
seluruh tubuh
 Pruritis = gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama ruam
 Rinitis = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan bengkak dan pengeluaran
rabas encer dan berair
b) Reaksi berat / anafilaksis
 Konstriksi otot bronkhiolus
 Edema faring dan laring
 Mengi berat dan sesak nafas
 Hipotensi berat
i. Diagnosa Kebidanan Untuk Terapi Obat
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat b/d =
a) Kurang informasi dan pengalaman
b) Keterbatasan kognitif
c) Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat b/d =
a) Sumber ekonomi yang terbatas
b) Keyakinan tentang kesehatan
c) Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik b/d =
a) Penurunan kekuatan
b) Nyeri dan ketidaknyamanan
4) Perubahan sensori / persepsi b/d = Pandangan kabur
5) Gangguan menelan b/d =
a) Kerusakan neuromuskuler
b) Irigasi rongga mulut
c) Kesadaran yang terbatas
6) Penatalaksanaan program terapetik tidak efektif b/d =
a) Terapi obat yang kompleks
b) Pengetahuan yang kurang
j. Pengaruh Kerja Obat Pada Lansia
1) Saluran cerna
Elastisitas hilang pada mukosa mulut, sehingga menjadi kering dan pecah-pecah. Intervensi =
a) Sering kumur dengan air hangat
b) Dental fross
c) Sikat gigi dan gusi dengan lembut
2) Esofagus
Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah dan sfingter esogafus bawah tidak bisa
relaksasi. Intervensi =
a) Posisi klien tegak
b) Berikan cairan segelas bersama obat
c) Gerus tablet, campur dengan air
3) Gaster
Penurunan keasaman lambung dan peristaltik. Intervensi = minta klien minum 1 gelas penuh
air dan meminum obat dengan kudapan tidak berlemak untuk mengurangi gangguan
lambung.
4) Usus besar
Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di usus menurun.
Intervensi =
a) Beri asupan cairan dalam jumlah normal
b) Anjurkan klien makan pembentuk feses
5) Integumen dan vaskularisasi
Penurunan ketebalan lipatan kulit, elastisitas kulit dan vaskularisasi menurun. Intervensi =
a) Hindari penggunaan vena di tangan sebagai tempat suntikan IV
b) Tekan tempat injeksi setelah penyuntikan
c) Observasi perdarahan di tempat injeksi
6) Hepar
Penurunan ukuran hati, menurunnya aliran darah hati. Intervensi =
a) Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
b) Tanyakan dosis untuk klien yang menderita penyakit hati
7) Ginjal
Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus dan aliran ginjal menurun. Intervensi =
a) Cegah retensi urine, pantau kateter
b) Pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)
k. Faktor yang Mempengaruhi Obat
Respon Farmakologik terhadap suatu obat bersifat komplek, maka dari itu perawat harus tahu
jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu
obat.Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap obat antara lain :
1. Absorpsi : suatu variabel yang utama dalam rute pemberian obat. Absorpsi oral terjadi pada
saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus halus)
menuju cairan tubuh. Setiap gangguan intestinal seperti muntah/diare akan mempengaruhi
absorpsi obat.
2. Distribusi : dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat didalam tubuh.
3. Metabolisme / biotransformasi : semua bayi khususnya neonates dan bayi dengan BBLR
mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang, demikian pula lansia juga kehilangan
sebagian dari fungsi sel ginjalnya. Hal ini akan berpengaruh pada metabolisme obat.
4. Ekskresi : rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, empedu, feses, paru-paru,
saliva, dan juga keringat.
5. Usia : Bayi dan lansia lebih sensitif terhadap obat-obatan. Absorpsi yang buruk melalui
saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung. Dosis bayi dihitung
berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada berdasarkan usia biologis atau
gastrointestinalnya.
6. Berat badan : dosis obat, misalnya anti neoplastik dapat diberikan sesuai berat badan. Orang
yang obesitas mungkin perlu penambahan dosis atau sebaliknya.
7. Toksisitas : Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, yang bisa terjadi pada dosis tertentu.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai gangguan hati dan ginjal.
8. Farmakokinetik : istilah ini merujuk pada faktor-faktor genetik terhadap respon obat. Jika
orang tua Anda memiliki respon yang merugikan terhadap suatu obat, mungkin Anda juga
bisa memiliki hal yang sama.
9. Rute pemberian : obat-obat yang diberikan intravena lebih cepat bekerja daripada yang
diberikan peroral.
10. Saat pemberian : ada atau tidaknya makanan didalam lambung dapat mempengaruhi
beberapa kerja obat
11. Faktor emosional : komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek sampingnya
dapat mempengaruhi efek obat
12. Toleransi : kemampuan klien untuk merespon terhadap dosis tertentu dari suatu obat dapat
hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian.
13. Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih lambat daripada
kecepatan pemberian obat
14. Interaksi Obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lebih lemah dari efek obat
tunggal.

2.2 Persiapan Pemberian Obat


a. Macam-macam Pemberian Obat
1) Pemberian obat per oral
2) Pemberian obat sublingual
3) Pemberian obat secara bukal
4) Pemberian obat parenteral/injeksi
a) Injeksi intradermal
b) Injeksi subcutan
c) Injeksi intra musculer
d) Injeksi intra vena
5) Pemberian obat secara topical
a) Pemberian obat mata
b) Pemberian obat tetes telinga
c) Pemberian obat tetes hidung
d) Pemberian obat melalui vagina
e) Pemberian obat suppositoria melalui rectal
6) Pemberian obat secara inhalasi
b. Tujuan Pemberian Obat
1) Memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang dirasakan
klien.
2) Membantu mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman (nyeri) pada klien
3) Meminimalisasikan efek samping obat
c. Persiapan Pemberian Obat
Perawat/bidan bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Caranya
adalah perawat/bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar
batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan
kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Perawat/bidan wajib membaca buku-buku
referensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek terapeutik yang yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan.
d. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
1) Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat keputusan.
2) Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat
untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-
langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika tetap
menolak, perawat wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada
dokter yang menginstruksikan.

2.3 Penghitungan dan penggunaan unit dosis obat


a. Definisi Dosis Obat
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan berat
(gram, milligram, mikrogram), isi (volume, liter & milliliter) atau unit (UI). Dosis obat
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat.
b. Macam-macam Dosis Obat
1) Dosis minimal : dosis paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik
2) Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek toksis.
3) Dosis permulaan (inisiasi) : dosis yang diberikan pada permulan menggunakan obat
untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.
4) Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak timbul lagi
5) Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal yang paling baik.
Dipengaruhi oleh umur, berat badan, jenis kelamin, waktu pemberian obat, cara
pemberian obat.
6) Dosis toksis : penggunaan obat melebihi dosis maksimal atau menimbulkan keracunan
7) Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian
8) Dosis tunggal : pemberian tunggal lazim (berkhasiat secara terapeutik)
9) Dosis ganda : pemberian dosis tungga yang berulang yang mengakibatkan akumulasi
obat dalam tubuh, supaya Minimal Effect Conncentration (MEC) tercapai.
c. Perhitungan Dosis Obat
1) Berdasarkan umur
a) Rumus Young (untuk anak < 8 tahun)
n
DM = x Dosis Maks Dewasa n=umur dalam ta h un
n+12

b) Rumus Dilling (untuk anak ≥ 8 tahun)


n
DM = x Dosis Maks Dewasa n=umur dalam ta h un
20

c) Rumus Fried (untuk bayi)


n
DM = x Dosis Maks Dewasa n=umur dalam bulan
150
2) Berdasarkan berat badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan dengan rumus ini lebih tepat karena sesuai
dengan kondisi pasien
n
DM = x Dosis Maks Dewasa n=berat badan dalam kilogram
70
3) Menentukan Persentase DM Obat
a) Persentase DM sekali
Takaranobat sekali dalam resep
¿ x 100 %
DM sekali

b) Persentase DM sehari
Takaranobat se h ari dalam resep
¿ x 100 %
DM sekali
Contoh soal : sedian serbuk
R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact.    qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)

Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan, mengandung
0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu bungkus
Jawaban :
1) DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai
sedangkan untuk Persentase DM sekali :

= (0,5/0,6 mg) x 100%


= 83,3% (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)
2) DM untuk sehari  untuk anak 12 tahun
DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari.
Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :
= (3x0,5)/1,8 x 100%
= 83,3 % (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)
Contoh soal : sediaan sirup
R/ Efedrin HCl 0,2  (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks     10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi 0,2 Efedrin
HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
Jawab: 
Ingat Rumus menggunakan berat badan
Rumus Thermich

n ; dalam kilogram
1) Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = 0,0114 gram untuk sekali pakai
Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL, jumlah efedrin HCL dalam tiap sendok = (5
mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram
Sedangkan untuk Persentase DM sekali pakai :

=(0,01 gram/0,0114 gram)x 100% = 87,7%


2) Perhitungan DM sehari

= (18/70) x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam sehari


Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :
= ((2x0,01 gram)/0,0386 gram) x 100% = 51,81%

2.4 Pencegahan Injuri pengobatan


A. Prinsip Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury Pengobatan)
1) Benar obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ke tempat
penyimpanan.
2) Benar pasien
Obat yang akan diberikan hendaknyabenar pada pasien yang diprogramkan.hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu mencocokkan
nama, nomor registrasi, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
3) Benar rute
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistenik yang fatal pada pasien.
Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian atau jalur obat pada
lebel yang dada sebelum memberikannya ke pasien.
4) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat
5) Benar dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat
tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain.
Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
6) Benar dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat informasi sesuai
dengan obat-obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi nama obat, dosis, rute, waktu
dan tanggal serta inisial dan tanda tangan pelaksana pemberi obat.
7) Benar evaluasi
Perawat / bidan selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah pemberian.
8) Benar prosedur
Perawat/bidan selalu memeriksa Tanda-tanda Vital (TTV) sebelum pemberian obat
9) Benar usia
10) Benar kadaluwarsa
B. Pedoman Umum Pemberian Obat(Penerapan Pencegahan Injury Pengobatan)
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian obat
yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang
tidak boleh dalam pemberian obat)
1) Persiapan
a. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
b. Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
c. Periksa perintah pengobatan
d. Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
e. Periksa tanggal kadaluarsa
f. Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
g. Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
h. Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka obat
disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien
i. Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada
pada garis dosis yang diminta
j. Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan
bersama-sama dengan makanan
2) Pemberian
a) Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
b) Berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan
obat dengan rasa yang menyenangkan
c) Berikan hanya obat yang disiapkan
d) Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute pemberian
e) Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
f) Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada klien yang
memerlukan bantuan ekstra.
g) Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat.
- Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada satu
tempat.
- Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan.
- Jangan menutup kembali jarum suntik.
- Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
h) Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat sampah
i) Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul.
- Simpan larutan stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat (bila perlu
masukkan ke dalam lemari es).
- Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
j) Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
- Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat/bidan dan tidak boleh
disimpan didalam laci atau lemari.
3) Pencatatan
a) Catat obat segera setelah diberikan
b) Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor.
Lengkapi laporan peristiwa
c) Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan inisial
petugas.
d) Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan
e) Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan output.
Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.
4) Hal yang Tidak Boleh dalam Pemberina Obat
a) Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan obat
b) Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain
c) Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit dibaca, atau yang
labelnya sebagian terlepas atau hilang
d) Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain
e) Jangan mengeluarkan obat ke tangan Anda
f) Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah kadaluwarsa
g) Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya jika ragu-ragu
h) Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau berawan.
i) Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
j) Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi terhadap obat itu.
k) Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara untuk mengidentifikasi
l) Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut berlainan dengan apa yang
telah ia terima sebelumnya.Periksa perintah pengobatan.
m) Jangan menutup kembali jarum suntik.

2.5 Obat-obatan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan


1) Obat Anti Infektikum
a) AMOXICILLIN
 Nama dagang : Amoxsan (Sanbe Farma), Kalmoxillin (Kalbe Farma), Topcillin (Dankos),
Robamox (Compifarma), Moxigra (Graha Farma).
 Komposisi :
1. Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksilina anhidrat 125 mg.
2. Tiap kapsul mengandung akmosilina anhidrat 250 mg dan 500 mg
 Cara kerja obat :
1. Amoksilina merupakan senyawa penisilin semi sintetik dengan aktivitas antibakteri
spectrum luas yang bersifat bakterisid. Aktivitasnya mirip dengan ampisilina, efektif
terhadap sebagian besar bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif yang bersifat
pathogen.
2. Bakteri pathogen yang sensitive terhadap amoksilina adalah Staphylococci, Streptococci,
Enterococci, S. Pneumoniae, N. Gonorrhoeae, H.influenzae, E. Coli, dan P. Mirabilis.
 Indikasi : Amoksilina efektif terhadap penyakit:
1. Infeksi saluran pernapasan kronik dan akut : pneumonia, faringitis, bronchitis, laryngitis.
2. Infeksi saluran cerna : disentri basiler.
3. Infeksi saluran kemih : gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
4. Infeksi lain : septikemia, endokarditis
 Dosis :
1. Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan sehari, terbagi
dalam 3 dosis.
2. Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg : 250-500 mg sehari, sebelum
makan.
3. Gonere yang tidak terkomplikasi : amoksilina 3 gram dengan probenesid 1 gram sebagai
dosis tunggal.
 Peringatan dan perhatian :
1. Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkat terjadinya : Cross allergenicity”
(alergi silang).
2. Penggunaan dosis tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi terutama pada
saluran gastrointestina;.
3. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui dapat menyebabkan sensivitas pada
bayi.
 Efek samping : Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria,
ruam kulit, pruritis, angiodema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah,
glositis dan stomasitis.
 Kontra indikasi :Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
 Cara penyimpanan :Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.

b) AMPICILLIN
 Nama dagang : Ampi (Interbat), Dancillin (Dankos).
 Komposisi: Tiap 5 ml (satu sendok teh) suspensi mengandung ampisilina trihidrat setara
dengan Ampisilina Anhidrat 125 mg.
 Indikasi : Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
1. Infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia, faringitis, bronkitis, laringitis.
2. Infeksi saluran pencernaan seperti : shigellosis, salmonellosis.
3. Infeksi saluran kemih dan kelamin seperti gonore, uretritis, sistitis, pielonefritis.
4. Infeksi kulit dan jaringan kulit.
5. Septikemia, meningitis.
 Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap penisilin.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering.

c) CIPROFLOXACIN
 Nama dagang : Ciprex (Sanbe), Floxigra (Graham Farma)
 Komposisi :
1. Tiap tablet salut selaput mengandung Siprofloksasin hidroklorida monohidrat setara
dengan siprofloksasin 250 mg.
2. Tiap tablet salut selaput mengandung Siprofloksasin hidroklorida monohidrat setara
dengan siprofloksasin 500 mg.
 Cara kerja obat : Siprofloksasin merupakan anti infeksi sintetik golongan kinolon yang
menghambat DNA-girase. Tidak menunjukkan resistensi paralel terhadap antibiotika lain
yang tidak termasuk dalam golongan karboksilat. Efektif terhadap bakteri yang resisten
terhadap antibiotika lain misalnya aminoglikosida, penisilin, sefalosporin, dan tetrasiklin.
Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.
 Indikasi : Untuk pengobatan:
1. Infeksi yang disebabkan oleh kuman pathogen yang peka terhadap siprofloksasin pada
saluran kemih kecuali prostatistis, uretritis dan servitis gonore.
2. Infeksi saluran pernapasan kecuali pneumonia oleh streptokokus
3. Infeksi kulit dan jaringan lunak
4. Infeksi tulang sendi
5. Infeksi saluran pencernaan termasuk demam tifoid dan paratifoid.
 Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap siprofloksasin atau dengan derivate
kinolon yang lain. Wanita hamil atau menyusi, anak-anak dan remaja yang , masih dalam
pertumbuhan.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering

d) METRONIDAZOL
 Nama dagang : Flagyl (Novartis), Grafazol (Graha Farma).
 Komposisi :
1. Metronidazol 250 mg, tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg.
2. Metronidazol 500 mg, tiap tablet mengandung metronidazol 500 mg.
 Indikasi : Metronidazol terutama digunakan untuk amoebiasis intestinal dan extra intestinal
dan juga trichomoniasis, giardiasis, lambliasis. Juga untuk pencegahan dan pengobatan
infeksi bakteri anaerobik.
 Cara kerja obat : Metronidazol mempunyai daya trikomonisaid langsung. Pada biakan
trikomonas vaginalis dengan konsentrasi Metronidaol 2,5 mcg/ml dapat menghancurkan 99%
parasit dalam waktu 24 jam dan mempunyai daya amobisid langsung. Pada biakan
E.histolytica dengan konsentrasi 1-2 mcg/ml, maka dalam waktu 24 jam semua parasit telah
musnah.
 Kontra indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap metronidazole, wanita hamil yang
menderita trichomoniasis pada trimester pertama dan Pasien yang mempunyai penyakit
susunan syaraf pusat yang aktif dan riwayat penyakit “Blood Dyscrasia”.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya langsung.

e) ACYCLOVIR
 Nama dagang : Clinovir (Pharos), Danovir (Dankos).
 Komposisi :
1. Tiap tablet mengandung acyclovir 200 mg.
2. Tiap tablet mengandung acyclovir 400 mg.
 Indikasi
1. Pengobatan infeksi virus herpes simplex pada kulit dan selaput lendir, termasuk herpes
genitalis inisial dan rekuren.
2. Pengobatan infeksi herpes zoster dan varicella.
 Cara kerja obat : Acyclovir adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif terhadap virus
herpes simplex, varicella, zoster, Epsten-Barr dan cytomegalovirus. Di dalam sel acyclovir
mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif acyclovir trifosfat yang bekerja menghambat
virus herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus, sehingga mencegah sintesa
DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal.
 Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap acyclovir.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.
f) COTRIMOXASOL
 Nama dagang : Primadex (Dexa Medika), Bactrim (Roche), Sanprima (Sanbe)
 Komposisi : Sirup, Tiap sendok teh (5 ml) mengandung, Sulfametoksazol 200 mg,
Trimetropim 40 mg, Tablet, Sulfametoksazol 400 mg, Trimetropim 80 mg
 Indikasi
1. Infeksi saluran kemih seperti pielonefritisdan pielitis oleh kuman yang sensitif seperti
Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter dan Proteus.
2. Infeksi saluran pencernaan terutama oleh kuman Salmonella dan Shigella, seperti tifoid,
paratifoid dan disentri basiler.
3. Infeksi saluran pernapasan seperti bronkitis akut dan kronis oleh kuman H. Influenzae
atau S.pneumonea.
4. Infeksi lain seperti toxoplamasis dan infeksi lainnya dimana obat terpilih tidak dapat
diberikan.
 Kontra indikasi :Obat ini jangan diberikan pada pasien yang peka terhadap sulfonamide dan
trimetroprim, wanita hamil atau menyusui, anak-anak dibawah 2 bulan, penderita anemia
megalobastik karena kekurangan asam folat.
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat sejuk dan kering, pada suhu dibawah 30o C, terlindungi
dari cahaya.

g) SPIRAMYCIN
 Nama dagang : Inamycin (indofarma), Osmycin (Pharos)
 Komposisi : Tiap tablet salut mengandung 500 mg spiramisina dan Tiap 5 ml mengandung
125 mg spiramisina
 Indikasi :
1. Inamycin digunakan untuk infeksi saluran nafas, seperti tonsilitis, faringitis, bronchitis,
pneumonia, sinusitis dan otitis media.
2. Infeksi pada kulit,
3. Infeksi pada telinga.
4. Infeksi-infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap spiramisina.
 Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap spiramisina atau antibiotik makrolida
lainnya.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.

h) NYSTATIN
 Nama dagang : Nystin drop (Lapi), Candistin drop (Pharos)
 Komposisi : Tiap ml mengandung Nystin 100.000 unit
 Indikasi : Pengobatan kandidiasis pada rongga mulut dan kondidiasis intestestinal
 Kontra indikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap nystatin.
 Cara penyimpanan : Simpan di tempat sejuk (15-25oC) dan kering.

i) VALACICLOVIR
 Nama dagang : Valvir (Soho)
 Komposisi : Tiap kaplet selaput mengandung Valaciclovir HCL setara dengan Valaciclovir
500 mg
 Indikasi : Herpes zoster, Herpes simplex (pada kulit dan membran mukosa, termasuk herpes
genital awal dan kambuhan)
 Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap valaciclovir, acyclovir atau komponen
lain dari obat ini
 Cara penyimpanan : Simpan dibawah suhu 30oC, terlindung dari cahaya

j) METRONIDAZOL, NYSTATIN
 Nama dagang : Neo Gynoza Ovula (Kalbe Farma), Vagistin Ovula (Combipharma)
 Komposisi : Tiap ovula mengandung:Metronidazole 500 mg dan Nystatin 100.000 SI
 Indikasi : Neo gynoxa ovula diindikasikan untuk pengobatan infeksi campuran vagina yang
disebabkan oleh Tricomonas vaginalis dan C. albicans
 Kontra indikasi :
1. Hipersensitif terhadap salah satu komponen.
2. Terapi kombinasi sengan metronidazole oral sebaiknya dihindari pada kasus gangguan
saraf aktif, riwayat diskrasia darah, hipotiroid atau hipoadrenal kecuali jika menurut
dokter keuntungan yang didapat melebihi potensi bahaya yang muncul pada pasien.
3. Kontra indikasi pada wanita hamil trimester pertama.
 Cara penyimpanan : Simpan dibawah suhu 25oC.

k) DOXYCYCLINE
 Nama dagang : Interdoxyn (Interbat)
 Komposisi :
1. Doxycline hyclate setara dengan doxycline 50 mg.
2. Doxycline hyclate setara dengan doxycline 100 mg.
 Indikasi
1. Infeksi saluran pernafasan: infeksi saluran pernafasan bawah termasuk pneumonia yang
disebabkan Haemophilus influenza, Klebsiella, S.Pneumonia.
2. Pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma pneumonia.
3. Pengobatan bronkitis dan sinusitis kronis.
4. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Klebsiella, Enterobacter, S.faecalis, E.coli
5. Infeksi kulit: acne vulgaris.
6. Penyakit karena hubungan seksual.
7. Sebagai alternatif untuk pengobatan gonore dan sifilis.
8. Infeksi mata yang disebabkan oleh Gonococci, Staphylococci dan H.influenza seperti
trachoma dan konjungtivis.
9. Infeksi Ricketsia.
 Kontra indikasi
a) Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap golongan tetrasiklin.
b) Wanita hamil, menyusui dan anak dibawah umur 8 tahun.
 Cara penyimpanan :Simpan dibawah suhu 30oC,dan terlindung dari cahaya.

2) Obat Anti Emetikum


a) DOMPERIDONE
 Nama dagang : vometa (dexa medica), monel (novel), regit (landson).
 Komposisi : Tiap tablet mengandung domperidone 10 mg
 Indikasi :
1. Sindroma dyspepsia fungsional.
2. Mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian ledova dan bromokriptin lebih dari 12
minggu.
3. Mual dan muntah akut.
4. Pemakaian pada anak-anak tidak dianjurkan kecuali untuk mual dan muntah pada
kemoterapi kanker dan radioterapi.
 Kontra indikasi
1. Penderita yang hipersensitif terhadap domperidone
2. Penderita dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolactin
3. Tidak boleh digunakan jika serangan mortalitas lambung dapat membahayakan seperti
adanya pendarahan, obstruksi mekanik, atau perforasi gastrointestinal
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu di bawah 25-30oC (kondisi penyimpanan normal),
terlindung dari cahaya.

b) METOCLOPRAMIDEHCL
 Nama dagang: primperan (SOHO), nilatika (Nicholas), clopramel (novel)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung metoclopramide HCL 10 mg
 Indikasi :
1. Meringankan/mengurangi gastroparesis akut dan yang kambuh kembali.
2. Menghilangkan rasa panas sehubungan dengan reflux esophagitis.
3. Menanggulangi mual dan muntah metabolic karena obat atau sesudah operasi.
 Kontra indikasi : Penderita epilepsy, keadaan perdarahan gastrointestinal obstuksi mekanik
atau perforasi, pheochromacytomonas.
 Cara penyimpanan : Simpan dan sejuk, kering, terlindung dari cahaya.

c) PROMETHAZINE
 Nama dagang: nufapreg (nufarindo).
 Komposisi : Setiap tablet mengandung Promethazine Theoclate 25 mg.
 Indikasi : Mengurangi rasa mual dan mencegah muntah yang disebabkan oleh
gastrointestinal, vertigo yang disebabkan oleh maniere sindrom dan labirintitis, mabuk
perjalanan (“motion sickness”) dan mual setelah operasi.
 Kontra indikasi :Hipersensitif terhadap Promethazine, Fenotiazin dan turunannya, penderita
asma.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

d) PRATHIAZINETHEOCLATE, PYRIDOXINEHCL
 Nama dagang: MEDIAMERB6 (darya)
 Komposisi : Tiap tablet salut gula mengandung:
1. Pyrthiazine theoclate 40 mg
2. Pyridoxine HCL (vitamin B6) 37,5 mg
 Indikasi : Untuk mencegah muntah-muntah setelah operasi, muntah-muntah pada masa
kehamilan dan muntah-muntah dalam perjalanan.
 Kontra indikasi : Terhadap penderita yang hipersensitif
 Cara penyimpanan : Simpan pada suhu 25-30oC

3) Antiperetik Analgenik
a) ASAM MEFENAMAT
 Nama dagang: mefinal (sanbe), mefentan (kalbe)
 Komposisi : Tiap kaptap salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
 Indikasi :Meredakan rasa nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit
gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan rasa nyeri sesudah
operasi.
 Kontra indikasi :
1. Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
2. Penderita yang dengan asetosal mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan urtikaria.
3. Penderita dengan tukak lambung dan usus.
4. Penderita dengan ganguan ginjalyang berat.
 Cara penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (25-30oC) dan tempat kering serta terlindung
dari cahaya langsung.

b) PARACETAMOL
 Nama dagang:Sanmol (sanbe), pamol (interbat), panadol (glaxo)
 Komposisi : Tiap sendok the (5 ml) mengandung paracetamol 120 mg dan Tiap ablet
mengandung paracetamol 100 mg
 Indikasi:
1. Sebagai antipiretik/analgesic termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal
2. Sebagai analesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit
waktu haid dan sakit pada otot.
3. Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi
4. Kontra indikasi
5. Hipersensitif tehadap parasetamol dan deisiensi glucose-6- fosfat dehidrogenase. Tidak
boleh digunakan pada pendeita dengan gangguan fungsi hati.
 Cara penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

c) LIDOCAIN HCL
 Nama dagang: lidodex (bernofarma)
 Komposisi
1. Lidocain HCL 1% injeksi tiap ml mengandung 10 mg lidocain HCL.
2. Lidocain HCL 2% injeksi tiap ml mengandung 20 mg lidocain HCL.
3. Lidocain HCL 4% injeksi tiap ml mengandung 40 mg lidocain HCL.
 Indikasi : Local anesthica.
 Kontra indikasi : Hypotensi.
 Cara penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (25-30oC) dan tempat kering. Hindarkan dari
cahaya.

d) ASAM ASETILSALISILAT (ACETOSAL)


 Nama dagang: aspilet (medifarma), Farmasal (fahrenhed)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung asam asetilsalisilat 100 mg
 Indikasi : Untuk menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot
 Kontra indikasi
1. Penderita hipersensitif termasuk asma, penderita tukak lambung (maag), pernah atau
sering mengalami perdarahan di bawah kulit (konsultasikan dengan dokter)
2. Penderita hemophilia dan trombositopenia, karena dapat meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan.
3. Penderita yang sedang diterapi dengan antikoagulan (dikonsultasikan ke dokter),
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering (15-25oC).

e) NATRIUM DIKLOFENAK
 Nama dagang: voltadex (dexa medika), renadinac (fahrenhed)
 Komposisi
1. Tiap tablet salut enteric Natrium diklofenak 25 mg berisi natrium diklofenak 25 mg.
2. Tiap tablet salut enteric Natrium diklofenak 50 mg berisi natrium diklofenak 50 mg.
 Indikasi : Pengobatan jangka pendek untuk kondisi akut dan kronis pada gejala-gejala:
1. Rheumatoid atritis
2. Osteoarthritis
3. Ankilosing spondilitis
 Kontra indikasi
1. Tukak lambung dan perdarahan gastrointestinal
2. Hiersensitif terhadap diclofenac
3. Penderita asma, urtikaria dan rhinitis akut yang ditimbulkan oleh acetosal atau NASID
lain yang mempunyai aktivitas menghambas prostaglandin sintetase
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu kamar (suhu dibawah 30oC), hindarkan dari cahaya
dan kelembaban.

4) Obat pendarahan
a) METHYLEROMETRIN
 Nama dagang: bledsthop (Sanbe), methergin (novartis), pospargin (kalbe farma)
 Komposisi : Tiap tablet salut selaput : Methylergometrin hydrogen maleat setara dengan
methylergometrin maleat 0,125 mg
 Indikasi :
1. Penanganan aktif pada tahap 3 kelahiran
2. Perdarahan uterine yeng terjadi setelah persalinan plasenta, uterine atony.
3. Subinvolusi dari puerperal uterus, lochimetra
4. Perdarahan uterine karena aborsi
 Kontra indikasi
1. Tahap pertama dan kedua kelahiran bayi sebelum munculnya kepala
2. Inersia uterine primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, penyakit pembuluh darah
oklusif, sepsis dan hipersensitivitas, kerusakan fungsi hati dan ginjal
 Cara penyimpanan : Simpan pada suhu kamar (25-30oC) dan temat kering serta terhindar
cahaya langsung
.
b) TRANEXAMIC ACID
 Nama dagang: KALNEX (kalbe), plasminex (sanbe), transamin (otto)
 Komposisi:
 Tranexamic acid kapsul:
1. Setiap kapsul mengandung Tranexamic acid 250 mg
2. Tranexamic acid tablet:
3. Setiap tablet mengandung Tranexaic acid 500 mg
4. Tranexamic acid injeksi:
5. Setiap ml injeksi (10% w/v) mengandung Tranexamic acid 100 mg
6. Setiap ml injeksi (5% w/v) mengandung Tranexamic acid 50 mg
 Indikasi
1. Untuk fibrinolisis local seperti: epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks
2. Edema angioneurotik
3. Pedarahan abnormal sesudah operasi
4. Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemophilia
 Cara penyimpanan :Simpan dibawah suhu 30oC.

5) Obat System Endokrin


a) LEVONOGESTREL, ETHINYLESTRADIOL
 Nama dagang: planotab (triyasa), microgynon (schering)
 Komposisi
 Setiap blister tediri dari 28 tablet yang berisi:
1. 21 tablet kecil mengandung 0,15 mg Levonogestrel dan 0,003 mg Ethinylestradiol
2. 7 tablet inert yang lebih besar
 Indikasi : Kontasepsi oral
 Kontra indikasi :Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) tidak boleh digunakan jika terdapat
salah satu dari keadaan yang tercantum di bawah ini. Jika salah satu dari keadaan yang
tercantum terjadi untuk pertama kali sewaktu pemakain KOK, pemakaiannya harus segera
dihentikan.
1. Adanya atau riwayat trombotik/tromboembolik vena atau arteri yang pernah terjadi
(misalnya thrombosis vena dalam, embolisme paru-paru, infark, miokardial) atau
serangan pada pembuluh darah otak.
2. Adanya atau riwayat prodomi thrombosis (misalnya serangan iskemik sementara, angina
pectoris)
3. Riwayat migrant dengan gejala-gejala neurology fokal
4. Diabetes mellitus yang berkaitan dengan pembuluh darah
5. Adanya factor resiko yang hebat atau berganda pada thrombosis vena atau arteri mungkin
pula merupakan salah satu kontra indikasi
6. Pankreatis atau riwayat yang diasosiasikan dengan hipertrigliseridema yang parah
7. Adanya atau riwayat tumor hati (jinak atau ganas)
8. Adanya atau riwayat penyakit hati yang parah selama fungsi hati belum kembali normal
9. Diketahui atau dicurigai adanya keganasan yang dipengaruhi oleh hormone seks
(contohnya dari organ kelamin atau payudara)
10. Perdarahan vagina yang tidak didiagnosa
11. Adanya atau diperkirakan adanya kehamilan
12. Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau zat-zat tambahan
13. Riwayat herpes gestationis dan Sicle-cell anemia
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat sejuk (15-25oC) dan kering.

c) MEDROXYPROGESTERONE
 Nama dagang: depo progestin (harsen)
 Komposisi
1. Suspensi steril medroxy progesterone acetat dalam air
2. Tiap 3 ml mengandung: medroxy progesterone acetat 150 mg
3. Tiap 1 ml mengandung medroxy progesterone acetat 150 mg
 Indikasi : Depo progestin digunakan untuk kontrasepsi bila dengan cara lain seperti pil
oral/IUD tidak dapat dilakukan
 Kontra indikasi
1. Penderita yang peka terhadap Meedroxy progesterone acetate
2. Pendarahan di vagina yang tidak diketahui penyebabnya
3. Kelainan patologis payudara yang tidak diketahui penyebabnya
4. Pendarahan pada saluran kemih yang tidak diketahui penyebabnya
5. Kehamilan
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat yang sejuk (15-25oC) dan kering.

d) LYNESTRENOL
 Nama dagang: exluton 28 (organon)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung hynestrenol (suatu progesterone) 0,5 mg
 Indikasi : Kontrasepsi oral
 Kontra indikasi
1. Kehamilan
2. Penyakit hati berat atau riwayat ini jika hasil test fungsi hati gagal untuk kembali normal,
ikterus kolestatik riwayat ikterus kehamilan atau ikterus karena penggunaan steroid,
sindroma Rotor dan sindroma Dubin-Johnson
3. Perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa
4. Riwayat dari kehamilan yang tidak terdiagnosa
5. Riwayat dari kehamilan tuba atau salpingistis
6. Riwayat selama kehamilan atau sebelum menggunakan steroid dari pruritis berat atau
herpes gestationis
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat sejuk (15-25oC) dan kering.

e) PROGETERONE
 Nama dagang: cygest (Aventis)
 Komposisi : Cygest 200 mg: tiap pessary mengandung progesterone 200 mg dan Cygest 400
mg: tiap pessary mengandung progesterone 400 mg
 Indikasi
1. Pengobatan perdarahan uterus disfungsional (PUD) atau sebagai penyokong fase liteal
pada konsepsi
2. Pengobatan sindrom premenstrual
 Kontra indikasi : Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya
 Cara penyimpanan :Simpan di tempat yang sejuk dan kering, suhu di bawah 25oC.

f) NORETISTERONE
 Nama dagang : Primolut N (Shering)
 Komposisi : 1 tablet Primolut N mengandung Noretisteron 5 mg
 Indikasi : Perdarahan disfungsional, amenorea primer dan sekunder, sindroma pre-
menstruasi, mastopati siklik, pengaturan waktu menstruasi, endometriosis.
 Kontra indikasi
1. Primolut N sebaiknya tidak digunakan jika terdapat kondisi seperti yang tersebut dibawah
ini, hal ini berlaku juga untuk produk yang mengandung progesterone saja. Jika kondisi
dibawah ini timbul selama penggunaan Primolut N, penggunaan harus dihentikan
secepatnya, bila:
2. Diketahui atau diduga hamil
3. Menyusui
4. Proses tromboeboli
5. Diabetes melitus dengan keterlibatan vaskuler
6. Riwayat atau menderita penyakit hati yang parah selama nilai fungsi hati belum kembali
normal
7. Riwayat atau menderita tumor hati (ringan aatau akut)
8. Diketahui atau menderita keganasan yang tergantung pada hormon seks
9. Hipersensitifitas terhadap zat aktif atau zat tambahan lain
 Cara penyimpanan : Simpan semua obat dengan baik dan jauhkan dari jangkauan anak-anak
.
g) CLOMIFENE CITRAT
 Nama dagang : Provula (Dexa Medika), Profertil (Kalbe Farma), Fertin (Interbat)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung clomifine citrat 50 mg
 Indikasi : Infetrilitas pada wanita dan Menambah spermatogenesis pada penderita
oligosperma.
 Kontra indikasi
1. Penderita penyakit hati atau yang mempunyai latar belakang disfungsi hati, evaluasi
klinik fungsi hati harus selalu dilakukan sebelumm terapi.
2. Penderita yang mengalami pendarahan uterus abnormal dan tidak diketahui sumbernya.
3. Endometrial carcinoma, ovarium cyst
4. Uncontrolled thyroid atau adrenal dysfunction.
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu dibawah 25-30oC dan terlindung dari cahaya.

6) Obat Saluran Pencernaan


a) LOPERAMIDE
 Nama dagang : Lodia (Sanbe Farma), Imodium (Jahnson)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung Loperamida Hidroksida 2 mg
 Indikasi :Lodia diindikasikan untuk diare non spesifik akut dan kronik.
 Kontra indikasi
1. Pada anak-anak dibawah usia 12 tahun, wanita hamil dan menyusui
2. Pada penderita colitis akut karena dapat menyebabkan toksik megakolon
3. Pada keadaan dimana konstipasi harus dihindari dan pada penderita yang hipersensitif
terhadap laporamida
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering

b) CIMETIDIN
 Nama dagang : Corsamed (Corsa), Sanmetidin (Sanbe Farma), Ulsikur (Kalbe Farma)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung simetidin 200 mg
 Indikasi :Simetidin digunakan untuk penderita tukang lambung dan duodenun,
reflukesopagitis dan keadaan hipersekresi patologis, seperti sindroma Zollinger-Ellison.
 Kontra indikasi :Penderita yang hipersensitif.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

c) BISACODYL
 Nama dagang : Dulcolax (Boehringer)
 Komposisi :
1. 1 supositoria dewasa mengandung 10 mg Bisacodyl
2. 1 supositoria anak mengandung 5 mg Bisacodyl
3. Zat tambahan: Witepsol E76, Witesol W45
 Indikasi :Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi, Untuk persiapan diagnostic,
terapi sebelum dan sesudah operasi dan kondisi untuk mempercepat defekasi, Bisocadyl
harus digunakan dengan pengawasan medis.
 Kontra indikasi
1. Dulcolax dikontra indikasikan pada pasien ileus, obstruksi usus, yang baru mengalami
pembedahan dibagian perut seperti usus buntu, radang usus akut dan dehidrasi parah.
2. Dulcolax juga dikontra indikasikan pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap
bisocadyl atau komponen lain dalam produk.
 Cara penyipanan :Simpan pada suhu 15-25oC, simpan ditempat yang aman, jauhkan dari
jangkauan anak-anak.

d) RANITIDINE
 Nama dagang : Acran (Sanbe Farma), Anitid (Bernofarma), Rantin (Kalbe Farma), Radin
(Dexa Medika)
 Komposisi :
1. Tiap tablet salut mengandung ranitidin hidrolkorida setara dengan ranitidine base 150 mg
2. Tiap ml injeksi mengandung ranitidin hidrolkorida setara dengan ranitidine base 25 mg
 Indikasi :Ranitidine digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan duodenum akut, refluks
esophagus, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma Zollinger-
Ellison, hipersekresi pasca bedah.
 Kontra indikasi :Hipersensitif terhadap ranitidin.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
.
e) ALUMUNIUM HIDRIXIDE, MAGNESIUM CARBONAT, CALCIUM CARBONAT
 Nama dagang : Stomacain (Combifarma)
 Komposisi :Setiap tablet mengandung: alumunium hydroxide-magnesium carbonate-calcium
carbonate co-precipate 244 mg.
 Indikasi :Mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak
lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari, dengan gejala-gejala mual, nyeri lambung, nyeri
ulu hati, perasaan penuh pada lambung.
 Kontra indikasi :Penderita yang hipersensitivitas terhadap komponen obat ini, dan Pasien
dengan hipo atau hipertiroidisme, pasien dalam dialisis (untuk pengobatan jangka panjang
dapat menyebabkan enselopati atau penyakit tulang yang berhubungan dengan alumunium).
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat sejuk (15-25oC) dan kering.

7) Dermatologi
a) HYDROCORTISONE
 Nama dagang : Hydrocortisone (Kalbe Farma)
 Komposisi :Tiap gram krim mengandung hidrokartisone asetat 28 mg setara dengan
hidrokartisone 25 mg.
 Indikasi :Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi seperti eksim dan
alergi kulit seperti dermatitis atropic, dermatitis kontak, dermatitis alergic, pruritis anogenital
dan neuro dermatitis.
 Kontra indikasi
1. Penyakit kulit karena virus atau tuberculosis, akut rosasae, scabies, dermatitis perioral,
tinae, pemakaian lama atau daerah yang luas pada kehamilan.
2. Penderita yang hipersensitif
3. Herpes simplex, vaccinia dan varicella, infeksi jamur.
 Cara penyimpanan :Dalam wazdah tertutup rapat, ditempat sejuk.

b) KETOCONAZOLE
 Nama dagang : Mycoral (Kalbe Farma), Zoloral (Ika Pharmindo)
 Komposisi :Tiap gram krim mengandung ketoconazole 20 mg.
 Indikasi
1. Ketoconazole krim diindikasikan untuk pengobatan topikal pada infeksi kulit seperti:
tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis.
2. Infeksi kulit di atas yang disebabkan oleh Trichopyton mentagraphytes, Microsparum
canis dan Epidermophyton floccosum.
3. Juga untuk pengobatan kandidosis kutis dan tinea (Pitriasis) versikolor.
 Kontra indikasi :Pasien hipersensitif terhadap bahan-bahan dalam sediaan ini.
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu dibawah 30oC, terlindung dari cahaya.

8) Obat Saluran Pernafasan


a) DEXTROMETHORPHAN
 Nama dagang : Sanadryl DMP (Sanbe Farma)
 Komposisi :Tiap sendok teh (5 ml) mengandung dekstrometorfan hidrobromida 10 mg dan
Tiap tablet salut selaput mengandung dekstrometorfan hidrobromida 15 mg.
 Indikasi :Dekstrometorfan sangat efektif untuk pengobatan batuk kering yang kronis dan
batuk yang disebabkan iritasi tenggorokan dan bronkus.
 Kontra indikasi :Penderita yang mengalami kegagalan pernafasan , penyakit hati (liver
disease) dan penderita yang hipersensitif terhadap Dekstrometorfan.
 Cara penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Simpan ditempat
sejuk dan kering.

b) SALBUTAMOL
 Nama dagang : Lasal (Lapi), Ventolin (Galxo Smith Klim)
 Komposisi
1. Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 2 mg
2. Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 4 mg
 Indikasi :Untuk meringankan gejala sesak nafas pada penderita asma bronkhial, bronkhitis
kronis dan emfisema.
 Kontra indikasi :Penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol.
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat yang sejuk dan kering.
c) AMBROXOL
 Nama dagang : Epexol (Sanbe Farma)
 Komposisi :
1. Tablet: tiap tablet mengandung 30 mg ambroxol hidroksida.
2. Sirup: tiap sendok teh (5 ml) mengandung 15 mg ambroxol hidriksida
 Indiksi :Diindikasikan penyakit saluran pernapasan akut dan kronis yang disertai dengan
sekresi bronkial yang abnormal.,terutama pada serangan akut bronkitis kronis, asma bronkial,
bronkitis asmatik, pengobatan sebelum dan sesudah operasi serta pada perawatan intensif
untuk menghindari komplikasi paru-paru.
 Cara penyimpanan :Simpan ditempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

9) Obat Saluran Urogenital


a) OXYTOCIN
 Nama dagang : Induxin (Kalbe Farma), Syntocinon (Novartis)
 Komposisi :Tiap ml injeksi mengandung oxytocin sintetik 10 IU.
 Indikasi:
1. Antepartum
Oxytocin akan meningkatkan kontraksi uterus, agar proses persalinan dapat berjalan lebih
cepat untuk kepentingan ibu dan/atau fetus. Dapat digunakan untuk:
 Induksi persalinan
 Stimulasi atau memperkuat kontraksi persalinan, seperti pada inersia uteri.
 Terapi tambahan pada abortus inkomplit, ataupun abortus yang terjadi pada trimester II.
2. Post partum : Oxytocin dapat membantu menghasilkan kontraksi uterus pada kala III
persalinan, sehingga dapat mengontrol perdarahan postpartum.
 Kontra indikasi
1. Disproporsi sefalopelvik
2. Kelainan letak yang diperhatikan tidak dapat lahir spontan pervaginam, misalnya letak
lintang.
3. Pada kasus-kasus gawat, dimana lebih baik melakukan tindakan operasi secti secarea.
4. Gawat janin
5. Pemakaian terus menerus pada inersia uteri atau toksemia yang berat
6. Kontraksi hipertonus
7. Hipersensitif
8. Induksi persalinan dimana persalinan secara spontan pervaginam merupakan
kontraindikasi, seperti rupture tali pusat, plasenta previa totalis, vasa previa.
 Cara penyimpanan :Simpan dibawah suhu 25oC, jangan dibekukan.

10) Vitamin
a) ASAM FOLAT
 Nama dagang : Folacom (Combiphar), Folavit (Sanbe), Vomilat (Kalbe)
 Komposisi : Tiap tablet mengandung asam folat 1 mg.
 Indikasi : Asam folat berperan dalam pertumbuhan janin yang normal, serta membantu
memelihara kesehatan tubuh.
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

b) EXT. PLAENTAE, CYANOCOBALAMIN (TABLET SALUT GULA)


 Nama dagang : Moloco B12 (Darya)
 Komposisi : Tiap tablet salut gula mengandung:Ext. Pkacentae 15 mg dan Cyanocobalamin
20 mcg
 Dosis dan cara pemberian : 3 tablet perhari, 1 tablet setelah setiap makan utama
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu 25-30oC.

c) ZAT BESI
 Nama dagang : Maltofer (Combiphar), Ferrofort (Kalbe Farma)
 Komposisi :Setiap tablet kunyah mengandung 100 mg zat besi sebagai Kompleks Besi (III)-
Hidroksida Polimaltosa (KBP), siklamat, zat pengaroma dan zat tambahan untuk pencetakan
tablet.
 Indikasi
1. Untuk pengobatan pada defisiensi zat besi laten dan anemia (gejala defisiensi zat besi)
2. Terapi pencegahab defisiensi zat besi selama masa kehamilan
 Cara penyimpanan :Simpan didalam wadah aslinya pada suhu dibawah 25oC.

d) CALCIUM LACTATE
 Nama dagang : Licocalk (Berlico), Elkana (Sanbe Farma), Lycalvit (Interbat)
 Komposisi : Calcium lactate 500 mg
 Indikasi : Membantu memenuhi kebutuhan kalsium
 Kontra indikasi : Penderita dengan pengobatan glikosida jantung
 Cara kerja obat :Kalsium merupakan mineral yang dubutuhkan untuk metabolisme normal.
 Dosis dan cara pemberian : Dewasa: 3 kali sehari 1-2 tablet dan Anak-anak: 2-3 kali sehari 1
tablet
 Cara penyimpanan : Simpan ditempat sejuk (15-25oC)

e) DOCOSAHEXANOIC ACIS (DHA)


 Nama dagang : Inlacta DHA (Interbat), Osfit DHA (Kalbe Farma), Prolacta DHA (Novartis)
 Komposisi : Tiap softkapsul mengandung:DHA 225 mg, EPA 45 mg dan Vitamin E 5 mg
 Indiksi :Memelihara kesehatan wanita hamil, menyusui.
 Dosis dan cara pemberian :Sehari 1 kapsul lunak, diminum pagi hari.Dikonsumsi pada usia
kehamilan trimester III (usia kehamilan mulai 6 bulan) dimana terjadi pembentukan otak
janin, sampai dengan masa menyusui.
 Cara penyimpanan :Simpan pada suhu 15025oC, terlindung dari cahaya.

11) Permenkes No 900 Tahun 2002 Tentang Praktik Kebidanan


Menurut Permenkes No 900 tahun 2002 tentang praktik kebidanan, jenis obat-obatan yang
digunakan dalam praktik kebidanan adalah:
a) Roborantia
b) Vaksin :Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Macam-macam vaksin dan
fungsinya :
 Vaksin Hepatitis A Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit hepatitis A.
 Vaksin Hepatitis B Vaksin ini berguna untuk mrncegah penyakit Hepatitis B.
 Vaksin Polio Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit polio yang
menyebabkan kelumpuhan.
 Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit campak.
 Vaksin PCV ( Pneumococcal Conjugate Vaccine ) Vaksin ini berguna untuk melindungi
dari penyakit Invasive Pneumococcal Disease ( IPD )
 Vaksin Hibvaksin Vaksin ini berguna untuk melindungi dari serangan
meningitis,pneumonia, dan epiglotitis.
 Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
campak, gondongan, dan rubella ( campak Jerman).
 Vaksin Influenza Vaksin ini berguna untuk melindungi dari kemungkinan flu berat
( Virus Influenza ).
 Vaksin Varicella Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit cacar air.
 Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari virus
Human Papilloma ( penyebab kanker serviks ).
 Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit
TBC.
 Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
Difteri ( infeksi tenggorokan dan saluran pernafasan yang fatal ) , Pertusis ( batuk rejan)
dan Tetanus
 Vaksin Tifoid Vaksin jni berguna untuk melindugi dari penyakit tifus.
c) Syock Anafilaktik: Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai
oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan
tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen-
antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Obat-
obatan yang dapat mengawasi syock anafilaktik adalah :
 Adrenalin 1 : 1000
 Antihistamin
 Hidrokortison
 Aminophilin 240 mg/10 ml
 Dopamin
d) Sedativa :sedatif adalah jenis obat-obatan yang memberikan efek tidur dengan cara
memberikan rasa tenang kepada orang yang mengkonsumsinya.Jenis sadiva antara lain :
 Barbiturat seperti: amobarbital, pentobarbital, secobarbital, Phenobarbitol
 Benzodiazepin seperti : clonazepam, diazepam, estazolam, flunitrazepam,
lorazepam,midazolam, nitrazepam, oxazepam, triazolam, temazepam, chlordiazepoxide,
alprazolam
 Herbal sedatif seperti : ashwagandha, catnip, kava, mandrake, valerian
 Nonbenzodiazepin sedatif seperti : eszopiclone, zaleplon, zolpidem, zopiclone
 Antihistamin seperti : Diphenhydramine dan Dimenhydrinate
e) Antibiotika : adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi.Jenis ntibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia adalah
sebagai berikut:
 Penisilin (Penicillins) : Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang
merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi
 Sefalosporin (Cephalosporins) :Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan
mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi. Namun, antibiotik ini
mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin,
seperti meningitis, gonorrhea, dl
 Aminoglikosida (Aminoglycosides) : jenis antibiotik ini menghambat pembentukan
protein bakteri
 Makrolid (Macrolides) : Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya
diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin
 Sulfonamida (Sulfonamides) : Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun
sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal
 Fluoroquinolones : Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara
langsung menghentikan sintesis DNA bakteri
 Tetrasiklin (Tetracyclines) :Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan
untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan,
saluran kemih, dll.
 Polipeptida (Polypeptides) : Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama
digunakan pada permukaan kulit saja
f) Uterotonika :Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak
digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan
post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif
pada Kala persalinan. Macam-macam obat uterotonika :
 Alkaroit ergot
 Aksitosin
 Misoprostol/prostagladin
g) Antipiretika :Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Ada berbagai macam
obat antipiretika yakni :
 Obat-obatan antiradang nonsteroid, seperti ibuprofen, ketoprofen , nimesulide;
 Aspirin;
 Paracetamol;
 Metimazol
h) Koagulantia :Koagulansia merupakan zat atau obat untuk menghentikan pendarahan.
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Obat ini
berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan. Macam macam koagulantia, yakni :
 Anaroxil
 Adona AC
 Coagulen
 Transamin
 vitamin K
i) Anti Kejang : anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya
digunakan pada kasus- kasus kejang karena Epileptik. Beberapa Obat Golongan
Antikonvulsi/ Antiepilepsi :
 Golongan Hidantoin
 Golongan Barbiturat
 Golongan Oksazolidindion
 Folongan suksinimid
 Golongan Karbamazepin
 Golongan Benzodiazepin
j) Glyserin.
k) Cairan infuse.
l) Obat luka.
m) Cairan disenfektan (termasuk Chlorine) : hydrogen peroksida (H202), yodium tenture,
betadine, mercurochrome, kalium permaganat, NaCl.
n) Obat penanganan asphiksia pada bayi baru lahir.

2.6 Macam-macam cairan yang lazim digunakan dalam praktik kebidanan


a) Oralit
Indikasi : mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare, kolera.
Nama dagang : pedialyte, enalylte.
b) Infusan Otsu-NS
Indikasi : Untuk resusitasi, kehilangan NA misalnya diare, sindrom yang berkaitan dengan
kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar).
c) Otsu-RL
Indikasi : Resusitasi, suplai ion bikarbonat dan Asidosis metabolis
d) Otsu-D5
Komposisi : glukosa = 50gr/1/(5%), 100gr/1/(10%), 200gr/1/(20%).
Indikasi : Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25mg/100ml).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang
dalam takaran (dosis) yangtepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit atau gejala-gejalanya.
Perawat/bidan bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Caranya
adalah perawat/bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas
yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan
obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien. Perawat/bidan wajib membaca buku-buku referensi obat untuk
mendapatkan kejelasan mengenai efek terapeutik yang yang diharapkan, kontraindikasi, dosis,
efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan berat
(gram, milligram, mikrogram), isi (volume, liter & milliliter) atau unit (UI). Dosis obat
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat.
Prinsip Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury Pengobatan) yaitu Benar obat,
Benar pasien, Benar waktu, Benar dosis, Benar dokumentasi, Benar evaluasi, Benar prosedur,
Benar usia, Benar kadaluwarsa.

3.2 Saran
Mungkin dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Agar dalam penulisan laporan kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnson R. Taylor W. (2000). Skill For Midwifery Practice
2. Smith S. Duell D. (1985). Clinical Nursing Skill
3. Varney. (1997). Varney’s Midwifery
4. Hotma R. dkk. (2000). Pemeriksaan Fisik
5. Carcio H.A. (1999)., Advanced Health Assesment Of Woman
6. Maryunani, A. (2002). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
7. Hidayat, A. Aziz Aimul. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Penerbit
Salemba Medika, Jakarta Uliyah, M., dkk, (2012),Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I,
Surabaya, Health Book Publishing
8. https://www.academia.edu/11884357/obat-obat_dalam_kebidanan

Anda mungkin juga menyukai