Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“Persiapan dan Prosedur Pengambilan Spesimen Laboratorium”

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan


Dosen Pembimbing : Seri Wahyuni, SST.,M.Kes.

Disusun Oleh
Supiana Wilda

(PO62.24.2.19.229)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI DIII-KEBIDANAN
REGULER XXI-B
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Persiapan dan
Prosedur Pengambilan Spesimen” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas praktek Ibu Seri Wahyuni, SST.,M.Kes. pada mata kuliah
Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan. Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
ini.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam perbuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga laporan
pendahuluan yang berjudul “Persiapan dan Prosedur Pengambilan Spesimen” dapat
memberikan manfaat serta memberi informasi terhadap pembaca.

Palangkaraya, 18 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 2
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pemeriksaan Spesimen Darah..............................................................3
I. Pengertian Darah..........................................................................3
II. Tempat Pengambilan Darah Untuk Berbagai Macam Pemeriksaan
Laboratorium................................................................................3-4
III. Bentuk Pemeriksaan Dengan Spesimen Darah.............................5-8
IV. Persiapan Alat...............................................................................8
V. Prosedur Kerja..............................................................................8
VI. Volume Darah Yang Diambil.......................................................8-9
2.2 Pemeriksaan Spesimen Urine...............................................................9
I. Kegunaan......................................................................................9
II. Jenis Pemeriksaan.........................................................................9-10
III. Persiapan Alat.............................................................................10
IV. Prosedur Tindakan......................................................................10
2.3 Pemeriksaan Spesimen Feses.............................................................10
I. Pengertian Feses.........................................................................10
II. Tujuan Feses...............................................................................10
III. Pemeriksaan Tinja Untuk Pasien Dewasa..................................10
IV. Persiapan Alat Feses...................................................................11
V. Prosedur Tindakan Feses............................................................11
2.4 Pemeriksaan Sputum Tenggorokan....................................................12
I. Pengertian Sputum......................................................................12
II. Tujuan Sputum............................................................................12
III. Indikasi Sputum..........................................................................12
IV. Persiapan Alat Sputum................................................................12
V. Prosedur Tindakan......................................................................12
VI. Cara pengambilan sputum secara umum....................................12-13
VII. Cara membatukkan sputum........................................................13
2.5 Pemeriksaan Cairan Vagina...............................................................13
I. Persiapan Alat.............................................................................14
II. Prosedur tindakan.......................................................................14
BAB III PENUTUP.....................................................................................15
3.1 Kesimpulan.........................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat
patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan
anamnese guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna
menemukan mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara
pemeriksaan spesimen.
Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah: Cara Pengambilan,
Penyimpanan, Pengiriman specimen . Adapun tujuan dari pemahaman cara pengelolaan
spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat dalam
pemeriksaan secara makroskopis/mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu
pengiriman ke laboratorium. Salah satu hal paling penting yang mendasari cara pengelolaan
spesimen yaitu harus diperhatikan tujuan pengambilan spesimen. Spesimen diambil apakah
untuk pemeriksaan mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi. Hal ini harus
diperhatikan sebab prosedur pengelolaan spesimen pada setiap bidang pastilah berbeda.
Dalam laporan ini dipaparkan mulai dari cara bagaimana Persiapan dan Prosedur
Pengambilan Spesimen. Dimana, pada laporan ini ditekankan pada cara pengelolaan
specimen darah, urine, feses, sputum, dan cairan vagina.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Darah?
2. Bagaimana Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Urine?
3. Bagaimana Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Feses?
4. Bagaimana Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Sputum Tenggorokan?
5. Bagaimana Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Cairan Vagina?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Darah.
2. Untuk mengetahui Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Urine.
3. Untuk mengetahui Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Spesimen Feses.
4. Untuk mengetahui Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Sputum Tenggorokan.
5. Untuk mengetahui Persiapan dan Prosedur Pemeriksaan Cairan Vagina.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Spesimen Darah


I. Pengertian Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah
beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain: Albuminum,
asam urat, gula darah, hematocrit, haemoglobin, trombosit, kolestrol, dll.
II. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan specimen darah, darah yang diambil yaitu darah vena, kapiler, dan arteri.
a) Darah vena
Pemeriksaan darah vena biasanya diambil dari lipatan siku tangan dan dilakukan untuk
menentukan tes diagnostik.Pada orang dewasa biasanya diambil dari vena median cubiti.
Pada bayi, dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior.
Memberikan informasi sistem hematologi dan sistem tubuh yang lain. Berupa CBC
(Complete Blood Count), elektrolit serum, dan kimia darah. Penusukan vena kadang sulit,
karena beberapa hal. Kulit pada orang muda kadang sulit ditusuk karena tebal dan kuat.
Pada pasien lansia, vena cendrung ‘lari’ saat ditusuk dengan jarum atau adanya penebalan
dan pengerasan vena oleh adanya aterosklerosis.Pemeriksaan CBC digunakan tabung
EDTA.
Cara pengambilan darah vena:
 Ikatkan torniquet pada lipatan siku atas, kemudian tangan dikepal.
 Tentukan vena yang akan diambil darahnya.
 Aseptikkan tempat pengambilan dengan povidone iodium 10%, biarkan mengering,
lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Darah vena dipijat/dilonggarkan dengan tekanan ibu jari/telunjuk.
 Tusukkan jarum < 1,25 inch dengan posisi 15° dengan lengan tangan.
 Setelah tertusuk, jarum diturunkan ke posisi 30°
 Bila menggunakan syringe, sedot darah perlahan sampai pada volume darah yang
dibutuhkan.
 Bila menggunakan jarum tanpa spuit, biarkan darah langsung mengalir ke media.
(media transport/SPS 0,05% àmikrobiologi, antikoagulanàpatologi klinik, sediaan hapus
darahàparasitologi)
 Pengeluaran darah/punksià1 cc/menit.
 Lepaskan torniquet, kemudian tumpat daerah pengambilan darah dengan kapas
beralkohol 70%.
 Tarik jarum perlahan-lahan, kemudian lengan ditekuk/dilipat supaya darah berhenti
mengalir.
b) Darah kapiler
Digunakan pada pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan vena gagal.
Pada orang dewasa biasanya diambil pada ujung jari tangan/ kaki atau daun telinga
bagian bawah. Pada tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering, agar
tidak bercampur dengan alcohol. Digunakan dalam pengambilan sampel darah dengan
volume yang sedikit, biasanya untuk screening test.
Cara pengambilan darah kapiler:
 Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai mengering,
lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Sterilkan lanset dalam alkohol 95%
 Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusukkan arah tegak lurus
pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar bila yang akan diambil
spesimennya. Pada anak daun telinga tusukkan pinggirnya dan jangan sampai sisinya
mengeluarkan darah.
 Setelah penusukkan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan
biarkan sampai darah tidak keluar.
c) Darah arteri
Dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis Gas Darah Arteri) dan elektrolit.
AGDA dilakukan untuk mengetahui status respirasi atau status asam basa darah klien.
Area yang diambil adalah arteri radialis, brachialis atau femoralis. Berikan penekanan dan
waspadai adanya okulsi pada klien.Tanda okulsi arteri adalah kesemutan pada tangan,
tangan berwarna pucat dan tidak adanya denyut perifer. Karena digunakan dalam
pemeriksaan AGDA, prosedurnya adalah sebagai berikut:
 Tentukan daerah yang akan diambil darahnya
 Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai mengering,
lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Siapkan syringe dengan spuit yang telah dilumuri antikoagulan heparin.
 Tusukkan jarum tegak lurus, darah akan mengalir ke syringe.
 Kemudian, jarum dibengkokkan dan ditusuk dalam lilin.
III. Bentuk Pemeriksaan Dengan Spesimen Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah.
Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain:
 Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin amoniotransferase.
Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol
3. Hindari hemolysis
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesis
oleh hepar. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti
sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, anemia asam
folat, luka bakar, dan kehamilan. Terjadi peningkatan asam urat dapat diindikasikan
penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Pemeriksaan pada
bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh karena batu
atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis. Pada bilirubin indirect, pemeriksaan dapat
mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.(Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Estrogen
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause
dan pasca menopause, serta stres psikogenik. Peningkatan nilai estrogen dapat
menunjukkan indikasi adanya tumor ovarium, adanya kehamilan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gas Darah Arteri (GDA)
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan asam
basa yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan metabolik.
Cara:
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi
hipoglikemik.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan. (Musrifatul Uliyah,
A.Aziz Alimul Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Postprandial
          Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes
atau reaksi hipoglikemik. Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang.
2. Masukkan ke dalam tabung atau botol. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah
hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur perbandingan (dalam persen)
konsentrasi eritrosit dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya anemia,
kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B dan C. Apabila terjadi
peningkatan hematokrit dapat diindikasikan adanya dehidrasi, asidosis, trauma,
pembedahan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193-194)
 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang dikandung sel darah merah yang mampu mengikat
oksigen. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan
penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi,
penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung kongestif, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
 Trombosit
Trombosit merupakan sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi pendarahan.
Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang
berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan peningkatan
pembekuan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
 Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa tromboplastin
parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-APTT)
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit, memonitor terapi
heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali faktor VII dan VIII.
Cara:
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
5. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan kadar
elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum keratinin,
kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
IV. Persiapan alat
 Lanset darah atau jarum khusus
 Kapas alcohol
 Kapas kering
 Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
 Bengkok
 Hand scoon
 Perlak dan pengalas
V. Prosedur kerja
 Mendekatkan alat
 Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
 Memasang perlak dan pengalas
 Memakai hand scoon
 Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
 Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
 Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
 Merapikan alat
 Melepaskan hand scoon
VI.  Volume darah yang diambil:
 10-20 ml dewasa
 1-5 ml anak-anak
 1-3 ml bayi

2.2 Pemeriksaan Spesimen Urine


I. Kegunaan

 Menafsirkan proses-proses metabolise


 Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
II. Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan urin yang dilakukan yaitu urin bersih untuk urinalisis rutin, urin
tamping bersih atau pancar tengah untuk kultur dan specimen urin sewaktu untuk
pemeriksaan berbagai masalah kesehatan.
 Urine rutin (pagi)
Pada spesimen urin rutin, urin yang diambil adalah urin yang pertama dikeluarkan
sewaktu pasien bangun tidur dipagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi dan memiliki
pH yang lebih asam. Urin diperlukan umumnya 120 ml. Urin segera diambil karena kristal
urin dan eritrosit akan lisis jika dalam waktu lama.
 Urine sewaktu
Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (waktu 1 – 2 jam hingga
24 jam) bilamana diperlukan pemeriksaan. Urin kemudian dibekukan dan dimasukan
dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri. Pada wadah spesimen, diberi
label tanggal, waktu pemngambilan spesimen, dan urutan spesimen. Tujuan pengumpulan
spesimen urin sewaktu untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan
metabolism glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urin.
 Urin pancar tengah atau tamping-bersih
Digunakan untuk kultur urin menentukan adanya mikroorganisme yang menginfeksi
saluran kemih, tipe organisme dan antibiotic yang sensitive terhadap organisme tersebut.
Urin dimasukan ke dalam wadah tertutup dan steril.
   Cara:
 Pada klien wanita dilakukan pembersihan area perineuk dengan pembersiha
antiseptik.
 Pada klien pria dengan membersihkan meatus urinaria dan distal penis.
 Biarkan urin pertama terbuang lalu letakkan wadah pada urin tengah dan jangan
sampai menyentuh permukaan perineum.
 Urin yang dibutuhkan adalah 30 – 60 ml.
III. Persiapan Alat
 Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
 Wadah urine dengan tutupnya
 Hand scoon
 Kertas etiket
 Bengkok
 Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
IV. Prosedur Tindakan
 Mencuci tangan
 Mengisi formulir
 Memberi etiket pada wadah
 Memakai hand scoon
 Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
 Menyesuaikan data formulir dengan data pada tiket
 Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
 Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
 Membereskan dan merapikan alat
 Melepas hand scoon
 Mencuci tangan

2.3 Pemeriksaan Spesimen Feses


I. Pengertian Feses
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan tertentu.
II. Tujuan Feses
 Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Menggunakan
kertas guaiac.
 Mengetahui adanya gangguan pada gastrointestinal. Adanya lemak pada feses akibat
kerusakan pada intestinal.
 Mendeteksi telur dan parasite.
 Mendeteksi adanya virus dan bakteri dengan kultur (pembiakan).
III. Pemeriksaan Tinja Untuk Pasien Dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur
cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
IV. Persiapan Alat Feses
 Hand scoon bersih
 Vasseline
 Botol bersih dengan penutup
 Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
 Bengkok
 Perlak pengalas
 Tissue
 Tempat bahan pemeriksaan
 Sampiran
V. Prosedur Tindakan Feses
 Mendekatkan alat
 Memberitahu pasien
 Mencuci tangan
 Memasang perlak pengalas dan sampiran
 Melepas pakaian bawah pasien
 Mengatur posisi dorsal recumbent
 Memakan hand scoon
 Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian
diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
 Setelah dapat , dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
 Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
 Melepas hand scoon
 Merapikan pasien
 Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Gunakan
swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Untuk tes guaiac, pulaskan feses
pada kertas dan teteskan reagen ke pulasan tadi. Untuk hematest dengan memulaskan feses
pada kertas saring dan beri tablet pada tengah spesimen dan tambahkan air. Untuk hemoccult
dengan memulaskan feses diatas lingkaran dan teteskan reagen.

2.4 Pemeriksaan Sputum Tenggorokan


I. Pengertian Sputum
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
II. Tujuan Sputum
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme (seperti, tuberkulosis
pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis) yang ada dalam tubuh
pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
III. Indikasi Sputum
  Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
IV. Persiapan Alat Sputum
 Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
 Botol bersih dengan penutup
 Hand scoon
 Formulir dan etiket
 Perlak pengalas
 Bengkok
 Tissue
V. Prosedur Tindakan Sputum
 Menyiapkan alat
 Memberitahu pasien
 Mencuci tangan
 Mengatur posisi duduk
 Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
 Memakai hand scoon
 Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan
(sputum pot)
 Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
 Membersihkan mulut pasien
 Merapikan pasien dan alat
 Melepas hand scoon
 Mencuci tangan
VI. Cara pengambilan sputum secara umum:
 Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi.
 Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak
pada malam sebelum pengambilan sputum.
 Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang dibatukkan benar-
benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan
saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
 Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air
dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
 Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
VII. Cara Membatukkan Sputum:
 Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari
bronkus, trakea, mulut, wadah penampung.
 Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap
Medium).
 Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva,
maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
 Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti, butir keju,
darah dan unsur-unsur lain.
 Bila sputum susah keluaràlakukan perawatan mulut
 Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant)200 mg atau
dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
1. Aspirasi transtracheal
2. Bronchial lavage
3. Lung biopsy

2.5 Pemeriksaan Cairan Vagina


Pengeluaran cairan pervagina berupa keputihan. Keputihan adalah cairan yang keluar
dari vagina. Keputihan dapat timbul dari berbagai keadaan, yaitu secara normal atau
fisiologis dan secara patologis. Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi
akibat perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, stres, kehamilan, dan pemakaian
kontrasepsi. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi
medis tertentu dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi parasit, jamur, atau bakteri.
I. Persiapan Alat
 Kapas lidi steril
 Objek gelas
 Bengkok
 Sarung tangan Steril
 Spekulum
 Kain kassa, kapas sublimat
 Bengkok
 Perlak
II. Prosedur Tindakan
 Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan, dan meminta persetujuan pasien
 Mempersiapkan alat dan bahan, dan mendekatkan alat ke dekat pasien
 Memasang sampiran
 Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah (jaga
privacy pasien)
 Memasang pengalas dibawah bokong pasien
 Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
 Mencuci tangan
 Memakai sarung tangan
 Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
 Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai
kebutuhan
 Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
 Membuang kapas lidi pada bengkok
 Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan
ditutup
 Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
 Membereskan alat
 Melepas sarung tangan
 Mencuci tangan
 Melakukan dokumentasi tindakan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah
beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain: Albuminum,
asam urat, gula darah, hematocrit, haemoglobin, trombosit, kolestrol, dll.
Jenis pemeriksaan urin yang dilakukan yaitu urin bersih untuk urinalisis rutin, urin
tamping bersih atau pancar tengah untuk kultur dan specimen urin sewaktu untuk
pemeriksaan berbagai masalah kesehatan.
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Pengeluaran cairan pervagina berupa keputihan. Keputihan adalah cairan yang keluar
dari vagina. Keputihan dapat timbul dari berbagai keadaan, yaitu secara normal atau fisiologis
dan secara patologis. Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat
perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, stres, kehamilan, dan pemakaian kontrasepsi.
Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi medis tertentu
dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi parasit, jamur, atau bakteri.

3.2 SARAN
Mungkin dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Agar dalam penulisan laporan kedepannya bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Saryono & Widianti, Anggriyana Tri. (2011). Catatan Kuliah: Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM), Yogyakarta: Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul, dkk. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan,
Jakarta: Salemba Medika
Husada, Dian. (2011). Persiapan dan Pengambilan Specimen (21 Maret 2016)
Nurmaulidah, Tina Siti. (2012). Tentang Keperawatan: Spesimen (diakses pada 21 Maret
2016)
Dewi, Ulfi. (2014). Makalah Pengambilan Spesimen Dalam  (diakses pada 22 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai