Anda di halaman 1dari 56

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI

PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PANARUNG


KOTA PALANGKA RAYA

Proposal Laporan Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Dalam Mennyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Palangka Raya

OLEH
SUPIANA WILDA
NIM.PO.62.24.2.19.229

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI
PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PANARUNG
KOTA PALANGKA RAYA

Proposal Laporan Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Dalam Mennyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Palangka Raya

OLEH
SUPIANA WILDA
NIM.PO.62.24.2.19.229

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir


Oleh :
Supiana Wilda
(NIM: PO.62.24.2.19.229)

Dengan judul :
“GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI
PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PANARUNG
KOTA PALANGKA RAYA”

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal : 09 Maret 2022

Dewan Penguji

Ketua Penguji Anggota Penguji 1 Anggota Penguji 2

Irene Febriani,S.Kep.,MKM Herlinadiyaningsih,SST.,M.Kes Ina Indra Yanti,S.SiT.,MPH.


NIP. 19920223 201902 2 001 NIP. 19800807 200501 2 003 NIP. 19740911 199212 2 021

Mengetahui :

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan

Noordiati, SST.,MPH. Seri Wahyuni, SST.,M.Kes

NIP. 19800608 200112 2 002 NIP. 19801019 200212 2 002

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

“GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI


PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PANARUNG
KOTA PALANGKA RAYA”

Oleh :
Supiana Wilda
PO.62.24.2.19.229

Proposal Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk
diuji:
Hari/Tanggal : Rabu/09 Maret 2022
Waktu : 10.00 WIB - Selesai
Tempat : Puskesmas Panarung

Palangka raya, 09 Maret 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Herlinadiyaningsih,SST.,M.Kes Ina Indra Yanti,S.SiT.,MPH.

NIP. 19800807 200501 2 003 NIP. 19740911 199212 2 021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Supiana Wilda
NIM : PO.62.24.2.19.229
Program Studi : DIII Kebidanan
Institusi : Politeknik Kesehatan Palangkaraya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir / Karya Tulis Ilmiah
yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai
hasil tulisan atau pikiran saya sendiri yang berjudul

“GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MP-ASI


PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS PANARUNG
KOTA PALANGKA RAYA”

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Laporan Tugas
Akhir ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Palangka Raya, 09 Maret 2022


Pembuat Pernyataan,

Materai 10.000

Supiana Wilda

iii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Supiana Wilda

Tempat/Tanggal Lahir : Palangka Raya, 26 Desember 2001

Alamat : Tjilik Riwut Km. 4, Jl.Intan

Email : Supianawilda12@gmail.com

Status Keluarga : Anak Ke-1 dari 2 bersaudara

Riwayat Pendidikan

1. SD : SDN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur, lulus tahun 2013

2. SMP : MTsN Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur , lulus tahun 2016

3. SMA : MAN MODEL Kota Palangka Raya, lulus tahun 2019

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

memberikan kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Proposal yang berjudul “Gambaran

Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di

Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya”.

Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Palangka Raya. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

Penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari pihak, untuk itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Mars Khendra Kusfriyadi, STP,MPH. selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk belajar serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan

keahlian.

2. Ibu Noordiati,SST.,MPH. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Palangka Raya.

3. Ibu Seri Wahyuni, SST.,M.Kes. selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan

Politeknik Kesehatan Palangka Raya.

4. Ibu Herlinadiyaningsih, SST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga

Laporan Proposal Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar.

v
5. Ibu Ina Indra Yanti S.SiT.,MPH selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga

Laporan Proposal Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar.

6. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Supawarto dan Ibu Mardiana yang telah

memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang serta doa tulus yang tiada

terkira dalam setiap langkah kaki penulis.

7. Sahabat-sahabat sejak MTsN, MAN, teman-teman tongkrongan, kekasih saya

dan teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Palangka Raya yang menemani, memberi semangat saat merasa jenuh dan

tidak bersemangat saat dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut dalam

proses penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam usulan Laporan Proposal Tugas Akhir ini

masih jauh dari kesempurnaan hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan usulan Laporan Proposal

Tugas Akhir.

Palangka Raya, 09 Maret 2022

Supiana Wilda

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................iii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xi
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6
2.1 Konsep Pengetahuan...........................................................................................6
2.2 Konsep MP-ASI................................................................................................14
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian MP-ASI...................................25
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................33
2.5 Kerangka Konsep..............................................................................................34
BAB III....................................................................................................................35
KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN......................................35
3.1 Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian.........................................................35
3.2 Metode Penelitian..............................................................................................35
vii
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................36
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................38
3.5 Jenis dan Sumber Data......................................................................................40
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................................40
3.7 Analisis Data.....................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................42

viii
DAFTAR TABEL

Table 3.3 Definisi Operasional.......................................................................36

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................33

Gambar 2.2 Kerangka Konsep........................................................................34

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Persetujuan Sebagai Responden Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan Pendamping ASI (MPASI) yaitu makanan tambahan yang

diberikan untuk bayi atau balita yang masih menyusu pada ibunya. ASI

merupakan makanan utama dan pertama untuk bayi, setelah memasuki umur 6

bulan kebutuhan nutrisi bayi mulai bertambah, dan memerlukan makanan

pendamping ASI karena pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60%-

70% kebutuhan bayi (Sudaryanto, 2014).

Makanan Pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan (MP-

ASI dini) merupakan pemberian makanan / minuman selain air susu ibu (ASI)

yang diberikan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI dini

sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman.

Pemberian MP-ASI dini pada bayi usia dibawah 6 bulan di Indonesia menurut

Measure Demograpic and Health Survey (M. DHS) 2013, bayi yang mendapat

MP-ASI dini usia 0-1 bulan sebesar 49,3%, pada usia 2-3 bulan 51%, dan usia

4-5 bulan sebesar 73%. Menurut Kemenkes RI (2013) jenis makanan

prelakteal yang paling banyak diberikan kepada bayi baru lahir yaitu susu

formula sebesar (79,8%), madu (14,3%), dan air putih (13,2%). (Oktova,

2017)

Fakta yang masih sering kita temui di masyarakat adalah masih banyak

praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi yang berumur

kurang dari 6 bulan. Makanan pendamping air susu ibu adalah jenis makanan

yang dibuat secara khusus baik dari segi tekstur,rasa, bahan menyesuaikan dengan
1
2

kondisi saluran pencernaan bayi. Pemberian MPASI ini secara bertahap sehingga

saluran pencernaan bayi akan beradaptasi dengan jenis makanan yang semula

cair, lunak, lumat,padat(Bennu,2012). Pemberian MPASI diatur secara benar dan

tepat, baik secara tahapan waktu maupun kualitasnya. Sehingga tidak

menimbulkan risiko gangguan saluran pencernaan dan risiko alergi. Apabila

ditinjau dari aspek kesehatan, pemberian MPASI yang terlalu awal yaitu pada

bayi berumur kurang dari enam bulan sangat merugikan karena akan menurunkan

konsumsi bayi terhadap ASI dan menyebabkan gangguan pencernaan. Gangguan

pencernaan yang sering dialami bayi yang diberikan MPASI terlalu awal adalah

diare, karena usus bayi belum mampu mencerna makanan secara sempurna.

(Febri, 2009)

Apabila diberikan secara tepat maka makanan pendamping ASI sangat

bermanfaat bagi bayi, antara lain: mampu melengkapi kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan bayi karena setelah 6 bulan jumlah ASI tidak sebanding dengan

kebutuhan bayi , mampu mendukung proses adaptasi bayi untuk menerima

berbagai jenis makanan baik tekstur maupun rasa, mampu mendukung

kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan makanan, dan mampu

mendukung adaptasi bayi terhadap makanan yang mengandung sumber energi

tinggi (Maryanti, 2009). Pemberian MPASI dengan tepat dan benar akan

mendukung tumbuh kembang bayi baik kognitif psikomotorik dan menumbuhkan

kebiasaan makan yang baik (Muthmainnah,2010).

Banyak anak yang berada di negara berpenghasilan menengah

kebawah mengalami perlambatan pertumbuhan atau growth faltering ketika

mereka beralih dari ASI eksklusif ke Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
3

ASI). Hal ini seringkali terjadi karena tidak memadainya kualitas dan kuantitas

MPASI yang mereka terima.

Ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian

makanan tambahan pada bayi, faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan,

kesehatan dan pekerjaan ibu, petugas kesehatan dan sosial ekonomi.

Pengetahuan ibu yang merupakan orang terdekat dengan anak dalam

pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap

dan perilaku anak (Afrinis, Indrawati, & Farizah, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, bahwa hanya

sekitar 40% bayi yang diberikan ASI secara esklusif pada tahun 2016

sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapat MP-ASI saat usia kurang

dari 6 bulan, hal ini menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih

rendah sedangkan praktek pemberian MP-ASI di berbagai dunia masih tinggi.

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia untuk bayi kurang dari 6 bulan

berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2018 sebesar 35,01% sementara

target pemberian ASI eksklusif secara nasional sebesar 80% (Kemenkes RI,

2019).

Cakupan bayi usia 6-12 bulan Pada tahun 2021 di Puskesmas

Panarung yaitu bayi laki-laki berjumlah 265 orang dan bayi perempuan 227

orang dengan total 492 orang.(Data Profil Puskesmas Panarung)

Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan di Puskesmas Panarung sejak

Tahun 2020-2021 tidak aktif dilakukan penyuluhan tentang Pemberian MP-

ASI karena adanya Pendemi COVID-19.


4

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI

pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Panarung Kota

Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang, maka penulis

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :“ Bagaimana Gambaran

pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah Mengetahui gambaran

pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan

berdasarkan :

a. Mengetahui Usia ibu menyusui yang memberikan MP – ASI

b. Mengetahui Paritas pada ibu menyusui yang memberikan MP – ASI

c. Mengetahui Tingkat Pendidikan pada ibu menyusui yang

memberikan MP – ASI

d. Mengetahui Tingkat Pendapatan pada ibu menyusui yang

memberikan MP – ASI
5

e. Mengetahui sumber informasi pada ibu menyusui yang memberikan

MP – ASI

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata bagi

peneliti dalam proses penelitian. Dengan diadakannya penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk lebih memperhatikan

masalah ibu menyusui dalam memberikan MP-ASI.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai masukan atau informasi pelayanan kesehatan khususnya dalam

memberikan penyuluhan dan motivasi pada ibu menyusui untuk lebih

memperhatikan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayinya.

Serta meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan kualitas

pengetahuan petugas kesehatan lainnya khususnya tentang MP-ASI pada

bayi.

3. Institusi Pendidikan

Dari penelitian ini, penulis berharap hasilnya dapat digunakan sebagai

bahan masukan bagi mata kuliah Asuhan Kebidanan, khususnya materi

yang membahas tentang ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI pada

bayinya dan dapat menjadi sumber bagi penelitian berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour)

(Jumiati, 2018 dalam Elsa, 2020). Pengetahuan atau knowledge

adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya. Panca

indra manusia guna penginderan terhadap objek yakni pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu

peginderaan untuk menghasilkan pengetahun tersebut dipengerahui

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan

seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan

indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014 dalam Yohanes &

Sebastianus, 2021).

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Rosalia, (2021)

pengetahuan merupakan hasil “tahu’’ dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

6
7

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo dalam Yohanes & Sebastianus, (2018)

menyatakan bahwa pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mempunyai intensitas atau tingkattan yang berbeda. Secara garis

besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang

spesefik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau ransangan

yang telah diterima. Tahu disini merupakan tingkatan yang

paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur

orang yang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dapat

menyebutkan , menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sabagainya.

2) Memahami (comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu

terhadap ojek tersebut dan juga tidak sekedar menyebutkan,

tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secra benar

tentang objek yang diketahui orang yang telah memahami objek

dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,


8

menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi lain.

Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus,

metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam

menjabarkan atau memisahkan, lalu kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen dalam suatu objek atau

masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

telah sampai pada tingkat ini adalah jika orang tersebut dapat

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat bangan

(diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen pengetahun yang sudah dimiliknya. Dengan kata

lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi

yang sudah ada sebelumnya.

6) Evaluasi (Evaluation)
9

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman

yg berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa,

media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,

kerabat dekat dan sebagainya. Menurut (Notoatmodjo, 2003 dalam

Rosalia, 2021) cara memperoleh kebenaran pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1. Cara coba salah (Trial and Eror)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba

salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu

tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal,

ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip


10

orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya bak

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat

tradisonal melainkan pada masyarakat modern. Kebiasaan

seperti ini seolah diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalam pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode

ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini

mencakup tiga pokok:

1. Segala sesuatu yang positif yaitu gejala tertentu yang

muncul pada saat dilakukan pengamatan.


11

2. Segala sesuatu yang negatif yaitu gejala tertentu yang

tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu

gekjala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi

tertentu.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua

yaitu faktor internal dan eksternal, diantaranya (Notoadmojo, 2003

dalam Rosalia, 2021) :

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan

diluar sekolah (baik formal mau pun non formal),

berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah orang tersebut menerima suatu informasi.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan


12

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diprlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas

seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi

kehidupannya sehari-hari. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak

tantangan. Bekerja bagi orang-orang pada umumnya akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Jenis

pekerjaan dibagi menjadi pedagang, buruh/petani, PNS,

TNI/POLRI, pensiunan,wiraswasta.

3. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan

didalam penyelidikan epidemiologi angka-angka kesakitan

atau kematian di dalam hampir semua keadaan merupakan

hubungan dengan umur.

4. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh baik dalam pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan


13

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya

teknologi berimbas pada banyaknya media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

inovasi. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

sekelompok. Sosial Budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.5 Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) dalam Elsa, (2021) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh

pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh

pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.


14

2.2 Konsep MP-ASI

2.1.1 Pengertian MP-ASI

Makanan Pendamping ASI (MPASI) merupakan makanan

lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang

disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi

(Rizkia & Nurul, 2017). Makanan pengganti ASI (MP-ASI)

merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu

menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian

MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI

hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia

6-12 bulan. Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang

cukup jumlahnya dan baik gizinya. Oleh sebab itu pada usia 6 bulan

keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-

ASI (Mufida, 2015 dalam Dian, 2019). Pengetahuan tentang MP-

ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat

pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan/sosial budaya

(Safrina, 2015 dalam Frada & Kusumastuti, 2019).

Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah

makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan pada

balita usia 6-24 bulan. pada usia 6 bulan berat badan bayi akan

meningkat 2 sampai 3 kali berat badannya saat lahir. Selain itu pada

usia 6 bulan bayi normal memiliki aktivitas dengan adanya


15

pertambahan berat badan dan aktivitas bayi, konsumsi ASI saja

tidak akan mencukupi kebutuhan kalorinya. Untuk itu perlu

diberikan MP-ASI guna mencukupi kebutuhan kalori tersebut bayai

setelah 6 bulan (Evi, dkk., 2021).

2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

Tujuan MP-ASI untuk menambah energi dan zat gizi yang

diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi

secara terus menerus. Makanan pendamping ASI untuk bayi

sebaiknya memiliki beberapa kriteria antara lain, memiliki nilai

energi dan kandungan protein yang tinggi, memiliki nilai vitamin

dan mineral yang sesuai, dan dapat diterima oleh pencernaan

dengan baik. MP-ASI yang baik terbuat dari bahan makanan segar

seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur,

buah- buahan (Kawengia, 2016 dalam Frada & Kusumastuti,2019).

Pemberian MPASI menu 4 bintang bertujuan untuk mencukupi

kebutuhan gizi bayi, terutama zat besi, agar bayi mama terhindari

dari mal nutrisi, berat badan rendah atau stunting di kemudian hari

(WHO, 2014 dalam Frada & Kusumastuti,2019).

Tujuan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan

ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. ASI tetap harus

diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. ASI dapat

memenuhi kebutuhan gizi sebesar 70-80% kebutuhan bayi usia 6

bulan, sedangkan pada usia 6- 12 bulan ASI hanya dapat memenuhi


16

50% dari kebutuhan, sehingga dibutuhkan makanan atau minuman

yang mengandung zat gizi yang diberikan pada anak diatas usia 6

bulan sebagai makanan pelengkap ASI (Proverawati, 2012 dalam

Evi, dkk., 2021).

2.1.3 Syarat Pemberian MP-ASI

Pemberian MP ASI sebenarnya harus dilakukan pada bayi

yang telah berusia 6 bulan ke atas, apabila pemberian MP ASI

diberikan terlalu dini akan memicu penurunkan konsumsi dan

produksi ASI dan bayi dapat mengalami gangguan pencernaan

seperti diare dan juga dehidrasi. MPASI yang baik adalah kaya

energi, protein, mikronutrein, mudah dimakan anak, disukai anak

berasal dari bahan makanan lokal dan terjangkau. Zat besi dan

vitamin A telah mendorong WHO sebagai badan kesehatan dunia

untuk memperbaharui beberapa prinsip penting di tahun 2010.

Panduan pemberian makan bagi bayi dan anak yang dikenal dengan

prinsip AFATVAH (Age, Frequency, Amount, Texture, Variety,

Active/Responsive, Hygiene). Terdiri dari menu Tunggal dan 4

Bintang. Makanan 4 bintang dibuat dengan memasukan makanan-

makanan dari kategori makanan pokok, sayuran dan buah, kacang-

kacangan dan makanan hewani. Pemberian makanan yang kurang

tepat dapat menyebabkan terjadinya kekurangan gizi dan bila

berlebih akan terjadi kegemukan (Septiana 2009 dalam Frada &

Kusumastuti, 2019).
17

Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam proses

pemberian MPASI antara lain: umur bayi, jenis dan jumlah

makanan yang diberikan, waktu dan frekuensi pemberiannya,

kondisi kesehatan bayi dan berat badan bayi (Sibagariang, 2010

dalam Ika, 2018). Apabila diberikan secara tepat maka

sesungguhnya makanan pendamping ASI sangat bermanfaat bagi

bayi, antara lain: mampu melengkapi kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan bayi karena setelah enam bulan jumlah ASI tidak

sebanding dengan kebutuhan bayi , mampu mendukung proses

adaptasi bayi untuk menerima berbagai jenis makanan baik tekstur

maupun rasa, mampu mendukung kemampuan bayi untuk

mengunyah dan menelan makanan, dan mampu mendukung

adaptasi bayi terhadap makanan yang mengandung sumber energi

tinggi. Pemberian MPASI dengan tepat dan benar akan mendukung

tumbuh kembang bayi baik kognitif psikomotorik dan

menumbuhkan kebiasaan makan yang baik (Muthmainnah,2010

dalam Ika, 2018).

Kebersihan Makanan Pendamping ASI perlu mendapat

perhatian yang sungguh – sungguh. Makanan pendamping ASI

yang kurang bersih karena tercemar debu dan binatang – binatang

kecil (lalat, kecoa, semut, tikus), kurangnya kebersihan ibu, serta

kurangnya kebersihan peralatan yang dipakai seperti sendok,

mangkok, gelas, piring, dan sebagainya, dapat mengakibatkan diare


18

atau cacingan pada bayi /anak. Untuk mencegah terjadinya

pencemaran terhadap MPASI perlu diperhatikan hal – hal sebagai

berikut : makanan pendamping ASI harus disimpan dalam keadaan

bersih dan tertutup, alat – alat makan seperti piring, mangkok,

cangkir, dan sendok harus selalu dalam keadaan bersih, biasakanlah

mencuci tangan dengan sabun sebelum membuat MPASI dan saat

akan memberi makanan (Ika, 2018).

2.1.4 Cara Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI pada bayi dilakukan secara bertahap.

Pada 6 bulan, MP-ASI berupa makanan yang lembut seperti : bubur

saring, bubur susu, atau pure buah. Usia 7-9 bulan diberikan

makanan lunak dan sedikit bertekstur. Usia 9-12 bulan diberikan

makanan bertekstur semi padat seperti bubur tim atau makanan

yang dicincang. Usia 12-24 bulan lajutkan pemberian makanan semi

padat, seperti nasi tim dan makanan yang di cincang lainya namun

porsinya di tambahkan (Nababan, 2018).

Cara pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai akan

mempengaruhi keberhasilan ibu dalam memberikan MP-ASI

kepada bayinya. Pemberian MPASI dengan memperhatikan cara-

cara tertentu seperti memperhatikan kebersihan makanan serta

wadah yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan

bayi. Bila makanan yang diberikan kepada bayi serta wadah yang

digunakan ketika memberikan makanan tidak bersih, maka efek


19

utama yang dapat timbul pada bayi adalah diare, hal ini disebabkan

oleh bakteri dan virus yang mungkin terbawa pada makanan dan

wadah makanan yang digunakan (Dewi, 2016 dalam Frada &

Kusumastuti,2019).

Cara Pemberian MPASI yang baik antara lain: berikan

dalam bentuk cair dan bertahap menjadi lebih kental, bila bayi tidak

mau jangan dipaksa tetapi bias diganti jenis lainnya dan pada

kesempatan lain bias diulang pemberiannya, jangan memberikan

makanan pendamping dekat dengan waktu menyusui,berikan

makanan pendamping yang bervariasi supaya tidak sekaligus

memperkenalkan aneka jenis bahan makanan(Baskoro,2008 dalam

Ika, 2018).

2.1.5 Pola Pemberian MP-ASI

Tahapan pemberian MPASI bagi bayi umur 6-12 bulan

adalah Pemberian ASI diteruskan, diberikan dari kedua payudara

secara bergantian. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan

pendamping ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki

reflek mengunyah. Contoh makanan pendamping ASI berbentuk

halus antara lain : bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu,

pisang dan papaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali

salah satu jenis MP-ASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit

demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali

sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru


20

dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya. Perlu diingat tiap kali

berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan

seoptimal mungkin. MP-ASI berbentuk cairan diberikan dengan

sendok, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot. Penggunaan

botol dan dot berisiko selain dapat pula menyebabkan bayi/anak

mencret itu dapat mengakibatkan infeksi telinga. Memberikan MP-

ASI dengan botol dan dot anak sambil tiduran dapat menyebabkan

infeksi telinga tengah, apa bila MP-ASI masuk keruang tengah.

Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau

bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar,

sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa

makanan tersebut (Sibagariang, 2010 dalam Ika, 2018).

Apabila saluran pencernaan bayi sudah semakin kuat, maka

berikan MPASI lumat 2x/hari. Setiap kali makan, berikanlah MP-

ASI bayi dengan takaran paling sedikit sebagai berikut : pada umur

6 bulan-beri 6 sendok makan, umur 7 bulan-beri 7 sendok

makan,pada umur 8 bulan-beri 8 sendok makan,pada umur 9 bulan-

beri 9 sendok makan. Makanan bayi umur 9 – 12 bulan antara lain:

pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan

keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke

makanan keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur

secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan

makanan keluarga. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah


21

makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo,

buah, dan lain – lain. Usahakan agar makanan selingan dibuat

sendiri agar kebersihannya terjamin. Bayi perlu diperkenalkan

dengan beraneka ragam bahan makanan. Campurkanlah ke dalam

makanan lembek berbagai lauk pauk dan sayuran secara berganti –

ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan

berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian

hari (Sibagariang,2010 dalam Ika, 2018).

2.1.6 Keuntungan Memberikan Makanan Tambahan Setelah Usia

Bayi 6 Bulan

1) Kebutuhan energi bayi terpenuhi.

2) Bayi mendapatkan zat besi cukup

3) Kebutuhan makronutrien dan mikronutrien lainnya terpenuhi

sehingga mencegah bayi/anak berisiko menderita malnutrisi dan

defisiensi mikronutrien.

4) Perkembangan fungsi motorik oral bayi meningkat.

5) Bayi berpotensi menerima berbagai jenis makanan dan mudah

menerima rasa makanan baru di kemudian hari (Yohanes &

Sebastianus, 2021).
22

2.1.7 Akibat Memberikan Makanan Tambahan Terlalu Cepat

(Sebelum Usia 6 bulan)

Penelitian Bakri Akubor, PI. (2012) dalam Asri & Yayu,

(2019) mengenai penambahan makanan pada bayi 0-6 bulan, hal ini

sesuai dan berdampak pada kesehatan bayi termasuk pengaruh

kepercayaan dukungan keluarga. Hasil penelitian lain

mengungkapkan bahwa pemberian makanan sebelum usia 6 bulan

mengakibatkan penyakit infeksi dan gizi kurang/ tidak baik pada

bayi pada perkembangan tumbuhnya. Diperlukan upaya konferensif

dan pendekatan pada ibu dan keluarga termasuk sosialisasi

Peraturan Pemerintah nomor 69 1999 tentang pemberian MP-ASI

sebelum usia 6 bulan.

Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan

atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu

tanpa tambahan cairan lain, balk susu formula, made, air teh. Bayi

juga tidak diberi makanan padat lain seperti pisang dan nasi lumat,

bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain (Juwono, 2008 dalam

Rizkia & Nurul, 2017). Asupan makanan dan minuman selain ASI

yang diberikan kepada bayi sebelum usia 6 bulan juga dapat

mengakibatkan bayi sering sakit dan memicu timbulnya alergi

karena imunitas anak yang menurun. Makanan pendamping ASI

disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan bayi menurut

umur bayi apabila pemberian makanan tambahan diberikan kurang


23

dari 6 bulan mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan

bayi seperti penurunan berat badan balita, bayi menjadi mudah

terkena penyakit pada saluran pencernaan seperti bayi mudah diare

bahkan dapat meningkatkan angka kematian bayi (Istiany, 2013

dalam Frada & Kusumastuti, 2019).

Apabila bayi diberikan MPASI terlalu cepat misal pisang

atau nasi bisa menyebabkan gangguan usus, misal tersumbat atau

melintir. Dinding usus berisi jonjot – jonjot usus yang didalamnya

berisi enzim dengan fungsi mengolah makanan yang masuk ke

dalam saluran usus. Bayi umur 4 bulan masih sedikit enzimnya.

Maka makanan padat yang masuk tidak diolah, cuma memberi rasa

kenyang tetapi tidak diserap, karena enzim yang bertugas mencerna

masih kurang.Jika keadaannya parah, maka bisa terjadi perforasi

yaitu kebocoran usus. Selain itu dapat mengakibatkan munculnya

berbagai penyakit seperti gangguan menyusui, beban ginjal yang

terlalu berat dan mungkin gangguan terhadap selera makan

(Pudjiadi,2000 dalam Ika, 2018).

Apabila bayi diberikan susu formula secara salah , misal bayi

kurang dari enam bulan sudah diberi susu full cream maka bayi bisa

mengalami diare karena usus belum bisa mencerna kadar laktosa

yang terlalu tinggi. Apabila bayi sudah berumur lebih dari satu

tahun tetapi masih diberi susu formula yang diperuntukkan bagi

bayi baru lahir maka kandungan gizi yang terkandung pada susu
24

formula tersebut tidak akan mampu memenuhi kebutuhan bayi

tersebut. Resiko jangka pendek jika bayi mendapat MPASI terlalu

dini antara lain: gangguan menyusui. penurunan absorbsi besi dari

ASI, penyakit diare. Beberapa resiko jangka panjang dalam

pemberian pendamping ASI sejak dini antara lain : obesitas, beban

ginjal , arteriosklerosis, alergi terhadap makanan (Ika, 2018).

2.1.8 MP-ASI yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Menu MPASI yang dianjurkan yaitu MP-ASI 4 bintang

adalah makanan yang mengandung empat unsur gizi. Pertama

karbohidrat, yang bisa diperoleh dari beras merah, berah putih,

jagung dan ubi-ubian. Kedua protein, hewani yang bisa diperoleh

dari daging ayam, daging sapi, telur atau ikan. Ketiga protein nabati

yang bisa didapat dari kacang-kacangan seperti tempe, tahu, kacang

merah atau kacang polong. Dan keempat sayuran seperti bayam,

labu, brokoli, wortel dan lain-lain (WHO, 2014).

Makanan Pendamping ASI yang tidak dianjurkan antara lain:

makanan yang terlalu berlemak, makanan yang terlalu manis,

asin ,memakai banyak penyedap rasa, pewarna, pengawet. Selain

itu, makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam,buah – buahan

yang mengandung gas seperti durian, cimpedak. Sayuran

mengandung gas, kol, kembang kol,lobak karena kedua makanan

tersebut dapat membuat perut bayi kembung. Kacang tanah, dapat

menyebabkan alergi atau pembengkakan pada tenggorokan


25

sehingga bayi sulit bernafas. Kadangkala telur dapat memacu alergi.

Berikan secara bertahap dan dengan porsi kecil. Jika bayi alergi

segera hentikan. Susu sapi dan olahannya yang dapat membuat bayi

alergi atau lactoseintolerance (Fanny, 2012 dalam Ika, 2018).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian MP-ASI

2.1.1 Peran Ibu

Penelitian Dewi Nur Halima (2015) dalam Buyung, (2019),

bahwa peran yang dijalankan ibu rumah tangga:

1) sebagai teladan untuk gemar menabung;

2) sebagai pemenuh kebutuhan anak akan kebutuhan fisik dan

spiritual;

3) sebagai stimulus;

4) sebagai orangtua;

5) sebagai guru; dan

6) sebagai pengawas.

Sedangkan menurut Mutiara Safa (2017) dalam Buyung,

(2019), bahwa peran ibu dalam membentuk kepribadian anak yaitu;

1) memenuhi kebutuhan anak yaitu kebutuhan berupa fisik dan mental;

2) menyediakan lingkungan yang aman, lingkungan tempat tingggal

tidak bising, jauh dari pencemaran, dan jauh dari banjir;

3) melindungi dan mendidik anak, karena anak perlu dilindungi jika

ada sesuatu yang mengancamnya. Anak perlu dididik melalui


26

pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kebutuhan tingkat usia

anak;

4) memperkenalkan anak pada lingkungan. Anak harus dikenalkan

dengan lingkungan agar anak bisa bersosialisasi terhadap teman,

sekelompok orang, dan masyarakat;

5) menjadi contoh bagi anak. Ibu sebagai teladan anak, oleh karenanya

harus memberikan contoh kepada anak, baik perkataan, maupun

perbuatan;

6) memperkenalkan tanggung jawab kepada anak. Anak diberi

tanggung jawab seperti memberi tugas, agar dia memiliki tanggung

jawab;

7) membimbing, kemampuan anak masih sangat terbatas oleh karena

itu perlu dibimbing agar dia lebih mudah memahami, seperti

membimbing cara menghadap orang yang lebih tua dan

membimbing pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya;

8) mendukung dan memotivasi anak. Anak perlu didukung dan diberi

motivasi atau dorongan agar semangatnya lebih tinggi baik dalam

berpikir maupun dalam bekerja.

9) memperhatikan kemampuan sosial dan emosi anak. Andai anak

melakukan kegiatan sosial, maka perlu diperhatikan agar emosi

anak bisa stabil;

10) mendisplinkan anak dengan cara lembut. Alternatif dalam

keberhasilan yaitu harus menegakkan disiplin, oleh karenanya anak


27

harus diajarkan disiplin. Namun, cara mengajarnya jangan melalui

kekerasan;

11) menetapkan batas dan aturan, aturan membantu untuk mencapai

sesuatu. Tanpa ada aturan maka kesulitan melakukan evaluasi. Oleh

karena itu, anak perlu dikenakan dengan aturan;

12) mengembangkan kematangan pribadi anak, semakin dewasa

semakin dibutuhkan kematangan anak, oleh karenanya kematangan

anak perlu dikembangkan sejak usia dini; dan

13) menjaga kondisi fisik anak. Fisik sangat dibutuhkan oleh manusia,

karena fisik digunakan untuk bekerja, oleh karena itu fisik anak

harus dijaga dari usia dini agar tidak cacat dan selalu segar.

2.1.2 Usia Ibu

Usia atau umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang

mati. Usia dapat mempengaruhi cara berfikir, bertindak dan emosi

seseorang. Usia yang lebih dewasa umumnya memiliki emosi yang

lebih stabil dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Misalnya pada

ibu yang usianya terlalu muda ketika hamil bisa menyebabkan kondisi

fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu, hal ini dapat

mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak. (Chairani K, 2013)


28

2.1.3 Paritas

Paritas adalah jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya

anak kandung yang pernah dilahirkan dalam keadaan hidup oleh

seorang ibu pada saat pencacahan baik tinggal bersama-sama maupun

tinggal di tempat lain. (Tresia, 2006)

Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah

anak lahir hidup . Keluarga dikatakan sebagai keluarga kecil, jika

maksimal memiliki dua anak. Dengan demikian, pengkategorian

jumlah anak yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga

menginginkan sebanyak banyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika

keluarga menginginkan anak sebanyak tiga hingga lima anak; 3)

banyak, jika keluarga menginginkan sedikitnya memiliki enam anak

(BPS, 2011).

2.1.4 Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tak bisa

lepas dari kehidupan manusia. seperti yang telah dijabarkan di dalam

UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


29

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dalam Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 6 Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur

pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang

diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan

Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu

kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk .

Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah

Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan

Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan

tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal setelah

pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan akan memudahkan dalam

menyerap informasi termasuk informasi kesehatan dan lebih pandai

dalam menyelesaikan masalah. Tingkat pendidikan merupakan

Indikator pokok kualitas penduduk formal, semakin tinggi taraf


30

intelektualitas suatu daerah (Profil Kesehatan Kota Palangka Raya,

2017)

Tingkat pendidikan orangtua secara tidak langsung

mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak. Menurut Wardhani

dalam Nilawati (2013) pendidikan orangtua akan memberikan

pengaruh terhadap pola berpikir dan orientasi pendidikan yang

diberikan kepada anaknya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki

orangtua maka akan semakin memperluas dan melengkapi pola

berpikirnya dalam mendidik anaknya.

Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menerima

dan mendapatkan informasi melalui media-media. Manfaat dari

pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan mutu hidup

seseorang. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih sadar tentang

keunggulan ASI serta dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini dan

hal itu mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI dan MPASI

kepada bayinya. (Chairani K, 2014)


31

2.1.5 Tingkat Pendapatan orang tua

Status sosial ekonomi seseorang tentu mempunyai peranan

terhadap perkembangan anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai status

sosial ekonomi yang baik, tentu akan memberi perhatian yang baik pula

pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan akan memikirkan masa depan

anak-anaknya. Menurut (Sugihartono, 2015) menyatakan status sosial

ekonomi orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan

orang tua, penghasilan orang tua. Keluarga yang memiliki status sosial

ekonomi kurang mampu, akan cenderung untuk memikirkan bagaimana

pemenuhan kebutuhan pokok, sehingga perhatian untuk meningkatkan

pendidikan anak juga kurang. Berdasarkan penggolongannya, Rapunzel (2

017:26) membedakan pendapatan sebagai berikut:

1. Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa

dari hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tan

gga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan s

ehari-hari.

2. Pendapatan dari usaha sampingan adalah pendapatan tambahan ya

ng merupakan penerimaan lain dari luar aktivitas pokok atau peker

jaan pokok. Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsun

g dapat digunakan untuk menunjang atau menambah pendapatan p

okok.
32

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2003)

membedakan pendapatan menjadi 4 tingkatan yaitu sebagai berikut:

1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rat

a lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan.

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antar

a Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata anta

ra Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata 1.50

0.000,00 per bulan.


33

2.4 Kerangka Teori

Internal :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Paritas
5. Sumber Informasi
Pengetahuan Ibu Pada
Bayi Usia 6-12 Bulan
Tentang MP-ASI

Eksternal :

1. Lingkungan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Kerangka Teori dimodifikasi dari Notoadmojo (2012); Wawan dan Dewi (2015);

Saifuddin dkk (2012)


34

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Usia Ibu

Paritas Ibu

Tingkat pendidikan ibu Pengetahuan Ibu

Tingkat Pendapatan
Orang tua

Sumber Informasi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI

2.1.9
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Panarung Kota Palangka

Raya, Kalimantan Tengah dengan latar belakang Puskesmas Panarung

merupakan salah satu Puskesmas dalam 2 tahun terakhir tidak melakukan

penyuluhan secara aktif tentang pemberian MP-ASI karena adanya pendemi

COVID-19 di Kota Palangka Raya, pengambilan data primer dimulai pada

bulan Maret-April tahun 2022 setelah mendapatkan izin penelitian.

2. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang

mempunyai bayi usia 6-12 bulan telah memberikan makanan pendamping

pada bayinya di Puskesmas Panaraung.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan

cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam

penelitian kualitatif ( Sugiyono, 2018).

35
36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel terikat (dependent) yaitu pengetahuan tentang MP-ASI, dan

Variabel bebas (independent) yaitu Usia, Paritas, Tingkat pendidikan, Tingkat

Pendapatan Orang tua, Sumber Informasi.

2. Definisi Operasional

Table 3.3 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil pengukuran Skala
operasional pengukuran Ukur
Pengetahuan ibu Hasil penginderaan Kuesioner Wawancara 1.Tinggi=76-100% Ordinal
tentang MP-ASI atau hasil tahu 2.Cukup =56-75%
pada bayi usia 6- seseorang terhadap 3.Kurang= <56%.
12 bulan suatu objek melalui
panca indra ibu
tentang pemberian
MP-ASI pada bayi
usia 6-12 bulan
Usia ibu Lamanya seseorang Kuesioner Wawancara 1. < 20 thn Ordinal
hidup, yang
2. 20-35 thn
dihitung dari lahir
hingga saat 3. >35 thn
penelitian

Paritas Banyaknya Kuesioner Wawancara 1. < 2 orang Ordinal


hitungan anak yang
2. 3-4 orang
dilahirkan ibu
sesuai dengan saat 3. ≥ 5 orang
wawancara.
37

Tingkat Jenjang waktu Kuesioner Wawancara 1. Tidak tamat SD Ordinal


Pendidikan Ibu pendidikan yang
2. SD
telah ditempuh
dan mendapatkan 3. SMP
ijasa terakhir
4. SMA
Pendidikan orang
tua terdiri dari 5. PT
pendidikan ibu

Tingkatan Jumlah keuangan Kuesioner Wawancara 1. ≥Rp.3.500.000,00 pe Ordinal


pendapatan yang diperoleh r bulan
orang tua 2. Rp.2.500.000,00 s/d
Rp.3.500.000,00 per
bulan
3. Rp.1.500.000,00 s/d
Rp. 2.500.000,00 per
bulan
4. <Rp.1.500.000,00 pe
r bulan

Sumber Segala informasi Kuesioner Wawancara 1. Media Massa Nominal


Informasi yang didapat 2. Media Cetak
responden
berkaitan dengan
MP-ASI

1.
38

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah orang

tua (ibu) yang memiliki anak bayi dengan usia 6-12 bulan di kecamatan

Pahandut, kota Palangka Raya.

Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan tahun 2021 di Puskesmas

Panarung Kota Palangka Raya yaitu 492 bayi, jadi angka yang di dapatkan

sebagai sampel berjumlah 492 bayi yang berusia 6-12 bulan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Sugiyono 2017).

Pada penelitian ini akan diambil sampel responden, karena keterbatasan

waktu. Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan

rumus besar sampel dari Slovin, sebagai berikut :

Keterangan :

n : Besar sampel
39

N : Besar populasi

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan

Jika diketahui :

N = 492

d = 0,1

Maka besar sampel untuk penelitian berdasarkan rumus adalah

Jadi besar sampel berdasarkan rumus diatas adalah 83. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive

Sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Kemudian peneliti

menetapkan berdasarkan pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi

diambil menjadi sampel penelitan, sehingga teknik pengambilan secara

purposive ini didasarkan pada criteria inklusi sebagai berikut :

a. Ibu menyusui yang dijadikan responden berumur 17 tahun keatas.

b. Ibu sehat jasmani dan rohani

c. Ibu bisa membaca dan menulis


40

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan

kuesioner yang berisikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan ibu

menyusui tentang pemberian MP-ASI pada bayinya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung dari Puskesmas Panarung mengenai ibu menyusui yang telah

memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan


kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya atau metode wawancara dan
observasi (Sugiyono, 2018). Instrumen menggunakan kuesioner
pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan yang termasuk
skala Likert yang terdiri dari item favorable dan item unfavorable. Skala
dalam penelitian ini menggunakan empat pilihan respon, yaitu SS (sangat
sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Respon
dari item favorable akan memiliki bobot nilai empat untuk respon sangat
sesuai, tiga untuk respon sesuai, dua untuk respon tidak sesuai dan satu
untuk respon sangat tidak sesuai. Respon dari item unfavorable akan
memiliki bobot nilai satu untuk respon sangat sesuai, dua untuk respon
sesuai, tiga untuk respon tidak sesuai dan empat untuk respon sangat tidak
sesuai.
41

3.7 Analisis Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya akan dilakukan


analisis data. Data yang diambil kemudian diteliti secara univariat dan
bivariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual,
kemudian hasil penelitian disajikan dalam bentuk diagram atau tabel.
Dengan mengumpulkan data, mengelompokkan data, memasukkan data
dalam diagram yang berisi frekuensi dan kemudian dihitung distribusinya
dan dalam bentuk narasi. Menurut Notoadmodjo (2012) caranya yaitu
dengan membagikan frekuensi kejadian (f) dengan populasi (a) dan
dilakukan 100% dengan rumus sebagai berikut :

P= f/n X 100%
Ket :

P : Presentase skor pengetahuan

f : Jumlah jawaban yang benar

n : Jumlah pernyataan
DAFTAR PUSTAKA

Asri Masitha Arsyati1 , Yayu Tri Rahayu. 2019. Budaya Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp-Asi) Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Di Desa
Leuwibatu Rumpin. Hearty Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7 No.1 2019
February-Agustus, Hlm 9-17 .

Buyung Surahman. 2019. Peran Ibu Terhadap Masa Depan Anak. J U R N A L H


AWA

Dian Ayu Saputri. 2019. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Mpasi Pada Bayi
Usia 6-12 Bulan Di Puskemas Jimbaran Kabupaten Semarang Tahun 2019.
Program Studi D Iv Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi
Waluyo

Elsa Widyavihusna. 2021. Pengaruh Edukasi Gizi Dengan Aplikasi Whatsapp


Melalui Media Video Dan Ceramah Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pola
Pemberian Mp-Asi Pada Balita Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas Gunung
Alam Bengkulu Utara. Poltekkes Kemenkesbengkulu Program Studi Gizi
Dandietetika Program Sarjana Terapan Jurusan Gizi

Evi Novianti, Gusgus Gharaha Ramdhanie ,Dadang Purnama. 2021. Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp Asi) Dini –
Studi Literatur. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada :Jurnal Ilmu Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi Volume 21 Nomor 2 Agustus
2021

Frada Saputri , Kusumastuti. 2019. Penerapan Penyuluhan Tentang Mp Asi


Terhadap Praktek Pemberian Mp Asi 4 Bintang Pada Bayi Umur 6-12 Bulan
Di Bpm Jemanis Kabupaten Kebumen. The 10th University Research
Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Ika Tristanti. 2018. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Asi Bagi Bayi
Umur 6-12 Bulan Ditinjau Dari Karakteristik Ibu. Jurnal Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 66-74

Melati Artika Wulansari1*, Deni Artyas Dwi Astuti2 1Prodi DIII Kebidanan STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta 2Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta jasminetol@rocketmail.com, deniartyas@yahoo.com.
(The 7th University Research Colloqium 2018). Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi, 1-6.

42
43

Nababan Lolli. ( 2018 ). Pemberian Mp-Asi Dini Ditinjau Dari Pendidikan Dan
Pengetahuan Ibu. Bengkulu.

Oktova.2017. Determinan Yang Berhubungan Dengan Pemberian Mp-Asi Dini


Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Jurnal Kesehatan, Volume Viii, Nomor 1, April
2017

Rapunzel, M.B. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pada


Pemilik Warung Sembako di Kota Manado. Jurnal,
(https://ejournal.unsrat.ac.id)

Rosalia Yastika Tarigan. 2021. Literatur Review: Gambaran Pengetahuan Ibu


Tentang Pemberian Mp-Asi Yang Tepat Dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia 6 Bulan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Prodi D-Iii Jurusan
Keperawatan

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Yohanes Dion & Sebastianus Tahu. 2021. Analisis Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Pemberian Asi Dan Mp-Asi Pada Bayi Dan Balita Di Dusun 1 Dan
Dusun 2 Desa Oben – Kecamatan Nekamese – Kabupaten Kupang. Program
Studi Ners - Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa Kupang

Anda mungkin juga menyukai