TUGAS AKHIR
OLEH :
HELZA MUTIARAHMA
NIM : P032013411058
NIM : P032013411058
Judul Tugas Akhir : Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru
DOSEN PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuni-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lima Puluh Kota Pekanbaru”. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis
menghadapi beberapa kesulitan akan tetapi berkat bimbingan dan arahan serta
bantuan dari semua pihak, Tugas Akhir ini dapat terselesaikan pada waktu yang
tepat. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Husnan, S. Kp, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau.
2. Fitri, SP, MKM selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Riau.
3. Hesti Atasasih, SP, MKM selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam memberikan masukan dan saran dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Irma Susan Paramita, S.Gz, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Dewi Rahayu, SP, M.Si selaku penguji yang telah bersedia memberikan
segala arahan dan saran kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Riau yang telah mendidik dan memberikan ilmunya selama perkuliahan
dan seluruh staff yang telah membantu dalam pelayanan dan administrasi
sampai akhir proses pembuatan laporan Tugas Akhir.
7. Ayahanda Hendrianto dan Ibunda Idayenti juga kakak dan adik yang telah
mendoakan, memotivasi, menjadi penyemangat dan mendukung secara
moral maupun materil dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Semoga Allah
swt senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan, rahmat dan berkah
kepada mereka.
8. Teman-teman dan sahabat penulis yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis.
ii
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan Tugas Akhir ini yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Helza Mutiarahma
iii
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
TUGAS AKHIR, DESEMBER 2022
HELZA MUTIARAHMA
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA
STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMA PULUH KOTA
PEKANBARU
x + 30 halaman + 2 tabel + 2 gambar + 2 lampiran
ABSTRAK
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi di bawah
lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak
terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus
karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas
seseorang di masa depan. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian
stunting yaitu pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai stunting sangatlah
diperlukan bagi seorang ibu karena pengetahuan ibu mengenai stunting yang
kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting. Stunting perlu
dicegah dan ditangani sesegera mungkin karena menimbulkan berbagai dampak
yaitu menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik
sehingga berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan
tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Penelitian ini
bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif. Menggunakan
teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang ibu yang memiliki
balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang didapat dari data
karateristik ibu dan balita serta data pengetahuan ibu dan data sekunder yang
didapat dari gambaran umum Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Stunting, Balita
iv
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC OF INDONESIA
RIAU MINISTRY OF HEALTH POLYTECHNIC
DIPLOMA III NUTRITION STUDY PROGRAM
FINAL PROJECT, DECEMBER 2022
HELZA MUTIARAHMA
DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE OF MOTHERS WHO HAVE
STUNTING TODDLERS IN THE WORK AREA OF THE FIFTY CITY
PUSKESMAS PEKANBARU
ix + 30 pages + 2 tables + 2 pictures + 2 appendies
ABSTACT
Stunting is a condition of failure to thrive in children under five (for babies
under five years) which is caused by chronic malnutrition so that children are too
short for their age. Stunting experienced by children can be caused by not being
exposed to the period of the first 1000 days of life gets special attention because it
determines the level of physical growth, intelligence and productivity of a person
in the future. One ofFactors that can influence the incidence of stunting is mother's
knowledge. Knowledge about stunting is very necessary for a mother because a
mother's lack of knowledge about stunting can cause a child to be at risk of
experiencing stunting. Stunting needs to be prevented and treated as soon as
possible because it has various impacts, namely causing failure to thrive, obstacles
to cognitive and motor development that affect brain development and educational
success, and not optimal physical body size and metabolic disorders.This research
is quantitative using a descriptive research design.Using a total sampling
technique with a total sample of 60 mothers who have stunted toddlers in the
working area of the Lima Puluh Health Center, Pekanbaru City. The type of data
used in this study were primary data obtained from mother and toddler
characteristics data as well as mother's knowledge data and secondary data
obtained from an overview of the Lima Puluh Health Center in Pekanbaru City.
Keywords: Mother's Knowledge, Stunting, Toddlers
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTACT ................................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................5
2.1. Pengetahuan.............................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Pengetahuan. ................................................................... 5
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. ........................... 6
2.1.3. Jenis-Jenis Pengetahuan. ................................................................... 7
2.1.4. Kategori Pengetahuan. ...................................................................... 8
2.1.5. Cara Mengukur Pengetahuan ............................................................ 8
2.2. Stunting..................................................................................................... 9
2.2.1. Pengertian Stunting. .......................................................................... 9
2.2.2. Klasifikasi stunting............................................................................ 9
2.2.3. Penyebab Stunting. .......................................................................... 10
2.2.4. Faktor-faktor Risiko Stunting. ........................................................ 10
2.2.5. Dampak stunting. ............................................................................ 15
2.3. Konsep Ibu.............................................................................................. 16
2.3.1. Pengertian Ibu ................................................................................. 16
2.3.2. Peran Dan Fungsi Ibu ...................................................................... 16
2.4. Kerangka Teori Penelitian ...................................................................... 18
vi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...........19
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 19
3.2. Defenisi Operasional .............................................................................. 19
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................20
4.1. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 20
4.3. Populas dan Sampel................................................................................ 20
4.4. Pengumpulan Data.................................................................................. 20
4.4.1. Data Primer ..................................................................................... 20
4.4.2. Data Sekunder ................................................................................. 21
4.5. Tekni Pengolahan dan Analisa Data....................................................... 21
4.5.1. Pengolahan Data.............................................................................. 21
4.5.2. Analisa Univariat ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi di Indonesia terutama pada balita yang sekarang masih menjadi
permasalahan di antaranya masalah gizi kurang, gizi buruk serta Stunting. Stunting
atau biasa disebut dengan balita pendek merupakan indikasi buruknya status gizi
dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kejadian balita
pendek atau yang biasa dikenal dengan stunting, saat ini merupakan gizi yang
paling banyak dialami oleh balita di seluruh dunia. (BAPPEDA, 2021)
1
Kota Pekanbaru terdiri dari 15 Kecamatan dan 83 Kelurahan. Pemekaran
Kecamatan di Kota Pekanbaru mengakibatkan jumlah kecamatan yang semula
berjumlah 12 kecamatan menjadi 15 Kecamatan. Berdasarkan data e-PPGBM
Tahun 2021, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru didapatkan data bahwa
persentase kasus balita stunting tertinggi terdapat di Kecamatan Limapuluh
sebanyak 76 kasus (7,29%), Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 26 kasus (2%),
dan Kecamatan Rumbai Barat sebanyak 30 kasus (1,91%). Sedangkan persentase
stunting terendah terdapat di Kecamatan Kulim sebanyak 2 kasus (0,08%)
(BAPPEDA, 2021)
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
1.4.2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan atau sumber
informasi ilmu gizi anak terkait gambaran pengetahuan ibu tentang
stunting.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik tentang
stunting sehingga bisa melakukan penatalaksanaan pencegahan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi untuk peneliti
selanjutnya dengan memperhatikan sumber yang relevan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan.
5
tindakan yang berbeda atau lebih efektif dibandingkan seseorang yang tidak
memiliki pengetahuan. (Muliono, 2019)
6
a. Media cetak, seperti booklet, leaflet, poster, rubic, dan lain-lain.
b. Media elektronik, seperti televisi, radio, video, slide, dan lain-lain.
c. Non media, seperti dari keluarga, teman, dan lain-lain.
7
4) Pengetahuan ilmiah
Adalah pengetahuan yang menekankan evidensi, disusun dengan
cara sistematis memiliki metode dan juga prosedur. Pengetahuan ini
didapatkan dari observasi eksperimen dan klasifikasi serta
pengetahuan ini dapat di uji, dapat dibuktikan dan dapat pula di ikuti.
(Muliono, 2019)
8
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis
pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda. Nilai
nol jika responden menjawab salah dan nilai satu jika menjawab pertanyaan dengan
benar (Notoatmodjo, 2012).
2.2. Stunting
9
antropometri balita WHO 2005. Terdapat beberapa indikator dalam menentukan
status gizi seperti yang dijelaskan oleh Tabel (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Gemuk >2,0 SD
10
faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak, dapat disebabkan
oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Faktor langsung
a. Asupan gizi balita
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terdapat
di dalam makanan yang dikonsumsi. Asupan makan merupakan salah satu
faktor risiko stunting secara langsung. Asupan makan yang dikonsumsi
oleh anak usia 6-12 bulan terdiri dari ASI eksklusif dan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) (Makasudede, 2020).
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita
akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang
mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan
asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak
akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan
gagal tumbuh. Balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan
pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak mencukupi.
b. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung
stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi
tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk
keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang
gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi. Untuk itu penanganan
terhadap penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu
perbaikan gizi dengan diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan
kebutuhan anak balita.
Konsumsi diet yang cukup tidak menjamin pertumbuhan fisik yang
normal, karena kejadian penyakit lain, seperti infeksi akut atau kronis,
dapat mempengaruhi proses yang kompleks terhadap terjadinya atau
11
pemeliharaan defisit pertumbuhan anak (Anisa, 2012). Menurut Suiraoka
et al,.2011 hubungan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang
merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat. Penyakit infeksi
dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang dapat
mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi yang akibatnya dapat
menurunkan nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
pencernaan dan peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit
sehingga kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi.
c. Berat badan lahir
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat
badan lahir rendah akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan
perkembangannya serta kemungkinan terjadi kemunduran fungsi
intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan terjadi
hipotermia.
Berat bayi lahir rendah (BBLR) khususnya sangat terkait dengan
kematian janin, neonatal dan postnatal, mordibitas bayi dan anak, dan
pertumbuhan dan pengembangan jangka panjang. Anak yang BBLR
kedepannya akan memiliki ukuran antropometri yang kurang dimasa
dewasa. Bagi perempuan yang hanya dengan berat berat rendah memiliki
risiko untuk menjadi ibu yang stunted sehingga akan sedang melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang stunted tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang stunted
juga dan akan membentuk siklus sama sebelumnya (Lamid, 2015).
Growth faltering atau kegagalan pertumbuhan yang mengakibatkan
terjadinya stunting mempunyai konsekuensi yang serius kemudian hari.
Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi dewasa stunted dapat
mengakibatkan produksi kerja yang kurang sehingga berdampak terhadap
status ekonomi, sedangkan seorang anak perempuan yang mengalami
stunting layaknya akan menjadi seorang perempuan dewasa yang stunted
apabila kelak hamil akan lahir seorang bayi dengan berat badan bayi
rendah (Aswir & Misbah, 2018).
12
d. Genetik
Faktor genetik sangat berperan dalam mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Genetik atau keturunan
merupakan faktor yang tidak dapat untuk di rubah atau di modifikasi, ini
merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di
dalam sel telur yang telah dibuahi dapat di tentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.
2. Faktor tidak langsung
a. Ketersediaan pangan keluarga
Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian stunting,
ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang
digunakan untuk pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan
beberapa ciri rumah tangga dengan anak pendek.
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor –
faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk
produk nasional. Jumlah pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan
turut mempengaruhi status sosialnya dan gizi yang akan dikonsumsinya
(Aswir & Misbah, 2018)
b. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Sulaeman,
2014). Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan kejadian stunting. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang
memiliki pengetahuan baik akan lebih mampu memberikan pola asuh
yang baik meliputi pemberian ASI eksklusif dan MP- ASI, stimulasi
13
perkembangan, kebersihan dan sanitasi, serta perawatan kesehatan pada
anak (Astuti, 2018).
Berdasarkan pemaparan (Wawan dan Dewi, 2018), pengetahuan
yang didapatkan dengan sendirinya disebabkan akan faktor pendidikan.
Pengetahuan memiliki hubungan yang erat terhadap pendidikan, dimana
seseorang mempunyai pendidikan tinggi jadi seseorang semakin luas
pengetahuannya. Namun tidak berarti seseorang memiliki pendidikan
rendah maka pengetahuan yang dimiliki rendah juga. Pengetahuan
seseorang meningkat tidak hanya diperoleh dari pendidikan non-formal,
seseorang tersebut bisa mendapatkannya melalui non-formal.
Pengetahuan seseorang mengenai sebuah hal memiliki makna sebagai
aspek positif serta negatif. Kedua aspek memberi pengaruh terhadap
perilaku seseorang. Banyaknya aspek positif serta objek yang dimiliki,
semakin positif sikap yang dimiliki pada objek tersebut.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein di
bandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan pekerjaan berat
yang biasanya tidak biasa di lakukan oleh wanita. Tetapi dalam
kebutuhan zat besi, wanita jelas membutuhkan lebih banyak dari pada
pria.
d. Sanitasi lingkungan
Salah satu elemen penting untuk menunjang kesehatan manusia
adalah air bersih dan sanitasi yang baik. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi di
antaranya terlihat pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan yang
secara khusus berisiko terhadap penyakit bersumber air, seperti diare .
Penyakit diare yang di alami pada awal masa anak-anak dapat
memberikan konsekuensi jangka panjang terhadap tinggi badan.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga memiliki
akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi
syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tangki septik
14
atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) yang digunakan sendiri
atau bersama (Kemenkes, 2018).
2.2.5. Dampak stunting.
Dampak akibat stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal tidak
optimal, dan biaya kesehatan meningkat. Sedangkan, dampak jangka panjang dari
stunting yaitu postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa dimana lebih pendek
dibandingkan pada umumnya, risiko obesitas dan penyakit lainnya meningkat,
kesehatan reproduksi menurun, kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah
menjadi kurang optimal, dan produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak maksimal
(Kemenkes RI, 2018).
Anak yang menderita stunting dapat tumbuh dengan masalah
perkembangan kognitif. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dapat
mengindikasikan adanya gangguan pada organ‐organ tubuh, dimana salah satu
organ yang paling cepat mengalami kerusakan pada gangguan gizi adalah otak
(Picauly & Toy, 2013). Status gizi yang baik merupakan hal penting untuk
perkembangan dan kematangan neuron otak (Ernawati, et al, 2014). Kekurangan
gizi pada masa emas pertumbuhan anak dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf
pusat (SSP) dan pengembangan struktural SSP serta pengembangan sistem
neurotransmitter. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak
secara permanen (Mitra, 2015).
Salah satu dampak tidak terpenuhinya gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan anak adalah stunting. Dampak jangka panjang stunting adalah terjadinya
kependekan anak intergenerasi. Pada anak perempuan, dampaknya akan terlihat
ketika dewasa atau hamil. Perempuan yang stunting berisiko lebih tinggi
mengalami retardasi atau perlambatan pertumbuhan pada janinnya (intra uterine
growth retardation/IUGR) serta melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Tubuh yang pendek secara psikologis juga mempengaruhi selfesteem
seorang anak dalam kehidupan sosialnya, terutama saat menginjak remaja. Akibat
stunting tidak hanya kependekan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan sel
otak, sehingga kemampuan kognitif dan kecerdasaanya menurun. Reaksi
15
penyesuaian tubuh akibat kurangnya asupan gizi adalah peningkatan risiko penyakit
degeneratif, seperti obesitas, diabetes, dan jantung koroner pada usia dewasa. Jika
masalah stunting tidak diatasi, akan semakin banyak generasi muda Indonesia di
masa depan yang pendek bahkan tidak berkualitas (Nurbaiti, et al, 2014).
Stunting juga dapat membuat anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara, gangguan perkembangan, penurunan skor IQ, penurunan perkembangan
kognitif, gangguan pemusatan perhatian serta penurunan rasa percaya diri. Kondisi
gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, gangguan
terhadap perkembagan dan mengurangi kemampuan berfikir (Trisnawati et al.,
2016).
16
4. Fungsi psikologis : memberikan lingkungan yang mendukung fungsi
alamiah setiap individu, menawarkan perlindungan psikologis yang
optimal dan mendukung untuk membentuk hubungan dengan orang lain.
5. Fungsi sosial budaya dengan meneruskan nilai-nilai budaya, sosialisasi,
dan pembentukan norma-norma, tingkah laku pada tiap tahap
perkembangan anak serta kehidupan keluarga (Puspitasari, 2013)
17
2.4. Kerangka Teori Penelitian
18
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita stunting di
wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh yaitu sebanyak 60 balita stunting.
4.3.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Total sampling.
Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Puspitasari & Herdyan, 2020). Alasan mengambil total sampling
karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya ( Suryani, 2015:203). Sampel yang diambil dari penelitian ini
adalah 60 orang ibu yang memiliki balita stunting.
1. Data karakteristik ibu balita berisi nama, jenis kelamin, usia ibu dan balita,
pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan pendapatan yang diperoleh melalui
wawancara langsung kepada responden.
20
2. Data pengetahuan ibu balita yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang
dimodifikasi dari penelitian (Danilo Gomes de Arruda, 2021).
1. Editing
Pengecekan kelengkapan data pada data-data yang telah terkumpul. Bila
terdapat kesalahan atau kekurangan pengumpulan data maka dapat
dilengkapi dan diperbaiki
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka / bilangan. Kegunaan dari cooding adalah untuk mempermudah pada
saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan diisi dengan cara penyebaran kuesioner.
Jawaban yang benar akan diberi skor 1 sedangkan jawaban yang salah
diberikan skor 0. Setelah itu, dicari total nilai skor dari variabel
pengetahuan
P = a/b x 100%
Keterangan
P : persentase
a : jumlah pertanyaan yang dijawab benar
b : jumlah banyak soal
100% : konstanta
21
a) Baik, jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar
dengan skor jawaban 76-100%
b) Cukup, bila responden mampu menjawab pertanyaan dengan skor 56-
75%
c) Kurang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan skor
≤55%
(Notoadmodjo, 2012)
3. Entry Data
Memasukkan data dalam program computer untuk proses analisa data
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh penel.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Puspitasari, B., & Herdyan, E. (2020). Gambaran pengetahuan ibu balita usia 3-5
tahun tentang stunting. Jurnal Menara Medika, 3(1), 89–95.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.um
sb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2199&ved=2ahUKEwja66i_p
aDtAhU263MBHdUiAsUQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw0bUdEhasRIBe
0InxidlHJo
Nurbaiti, L., Adi, A. C., Devi, S. R., & Harthana, T. (2014). Kebiasaan makan
balita stunting pada masyarakat Suku Sasak: Tinjauan 1000 hari pertama
kehidupan (HPK). Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 27(2), 104-112.
Sulistianingsih, Apri, and Desi Ari Madi Yanti. "Kurangnya asupan makan
sebagai penyebab kejadian balita pendek (stunting)." Jurnal Dunia
Kesehatan 5.1 (2016): 77123.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Tinjauan Pustaka. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.
Suryani, Hendrayadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif : Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana.
24
Wahyuni, R. S. R. I. (2022). Gambaran pengetahuan ibu tentang stunting pada
ibu memiliki balita di wilayah upt puskesmas sitinjak tahun 2021.
Wulandini, P., Efni, M., & Marlita, L. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Yang
Memiliki Balita Tentang Stunting Di Puskesmas Rejosari Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru 2019. Collaborative Medical Journal (CMJ),
3(1), 8–14. https://doi.org/10.36341/cmj.v3i1.1113
25
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama :
Alamat :
NIM : P032013411058
Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi subjek
penelitian dan bersedian melakukan wawancara sesuai dengan data yang
diperlukan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Pekanbaru, ..............................2022
...............................
26
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
27
3. Yang dimaksud dengan ASI esklusif adalah …
a. Pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan
b. Pemberian ASI dengan susu formula sampai 6 bulan
c. Pemberian ASI dengan MPASI sejak usia 6 bulan
d. Pemberian susu formula selama 6 bulan
4. Faktor apakah yang mempengaruhi kejadian KLB pada stunting?
a. Faktor genetik
b. Faktor asupan makanan yang bergizi
c. Faktor kehamilan
d. Faktor pengetahuan ibu
5. Yang berperan dalam mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan anak disebut dengan faktor risiko dari ...
a. Asupan Gizi balita
b. BBLR
c. Penyakit infeksi
d. Genetik
6. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh
orang tua?
a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas
pola asuh
d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga
7. Dibawah ini merupakan manfaat dari ASI esklusif adalah …
a. Melindungi bayi terhadap infeksi
b. Biaya lebih murah dibanding dengan susu formula
c. Semua benar
d. Membantu proses bonding dengan ibu
8. Salah satu faktor risiko tidak langsung dari kejadian stunting yaitu ...
a. Penyakit infeksi
b. Genetik
c. Pengetahuan Ibu
27
d. Jenis kelamin
9. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh
orang tua?
a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas
pola asuh
d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga
10. Manakah pernyataan yang benar mengenai faktor resiko anak stunting?
a. Faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik
b. Faktor penyakit infeksi yang berulang
c. Faktor asupan yang bergizi harus cukup
d. Faktor air bersih yang cukup
11. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian stunting?
a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
b. Pemberian Makanan Pengganti Air Susu Ibu (MP-ASI)
c. Melakukan intervensi gizi spesifik
d. Melakukan intervensi gizi sensitif
12. Apa yang termasuk intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling pertama?
a. Akses Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
b. Akses sanitasi yang layak
c. Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)
d. Memberikan akses pelayanan KB
13. Manakah pernyataan yang benar tentang dampak stunting?
a. Anak stunting memiliki kemampuan belajar rendah
b. Anak stunting memiliki kemampuan konsentrasi rendah
c. Anak stunting memiliki IQ rendah
d. Anak stunting memiliki kemampuan berfikir rendah
28
14. Manakah pernyataan yang salah mengenai dampak dari anak stunting?
a. Pertumbuhan secara tidak optimal
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang baik
c. Perkembangan kognitif dan motorik terganggu
d. Anak stunting memiliki resiko penyakit tidak menular seperti DM,
hipertensi dan stroke
15. Manakah pertanyaan di bawah ini yang paling benar mengenai sistem imun
yang dimiliki anak stunting?
a. Anak stunting memiliki sistem imun yang lebih baik dari pada anak
yang tidak stunting
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan anak yang
tidak stunting
c. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan orang tuanya
d. Anak stunting memiliki sistem imun yang rentan terkena infeksi
dibandingkan dengan anak yang tidak stunting
16. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat
kematian dalam kondisi stunting?
a. Stunting menurunkan angka kematian
b. Stunting meningkatkan angka kematian
c. Stunting tidak menyebabkan kematian
d. Stunting tidak berhubungan dengan angka kematian
17. Yang merupakan dampak jangka panjang dari kejadian stunting yaitu ...
a. Kapasitas belajar saat masa sekolah menjadi kurang optimal
b. Peningkatan kejadian kesakitan
c. Peningkatan kejadian kematian
d. Biaya kesehatan meningkat
18. Salah satu cara yang dapat mencegah terjadinya stunting yaitu ...
a. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
b. Melindungi bayi terhadap infeksi
c. Pengetahuan ibu yang kurang
d. Menjaga kebersihan lingkungan rumah
29
19. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang
kurang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi yang
akibatnya ...
a. Menurunkan nafsu makan
b. Adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan
c. Peningkatan kebutuhan zat gizi
d. Semua benar
20. Rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang
digunakan harus memenuhi syarat kesehatan. Berikut yang bukan
merupakan syarat syaratnya adalah ...
a. Kloset menggunakan leher angsa,
b. Tempat pembuangan akhir langsung di alirkan ke got
c. Sistem Pengolahan Air Limbah digunakan sendiri
d. Jamban harus tertutup dinding dan atap
30