Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA

STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMA PULUH KOTA


PEKANBARU

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III


Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

OLEH :

HELZA MUTIARAHMA

NIM : P032013411058

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

Nama : Helza Mutiarahma

NIM : P032013411058

Program Studi : Diploma III Gizi

Judul Tugas Akhir : Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Gizi pada
Program Studi DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Riau

DOSEN PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Hesti Atasasih, SP, MKM Irma Susan Paramita, S.Gz, M.Kes

NIP : 197902162006042007 NIP : 199002262019022001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuni-Nya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lima Puluh Kota Pekanbaru”. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis
menghadapi beberapa kesulitan akan tetapi berkat bimbingan dan arahan serta
bantuan dari semua pihak, Tugas Akhir ini dapat terselesaikan pada waktu yang
tepat. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Husnan, S. Kp, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Riau.
2. Fitri, SP, MKM selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Riau.
3. Hesti Atasasih, SP, MKM selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam memberikan masukan dan saran dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Irma Susan Paramita, S.Gz, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Dewi Rahayu, SP, M.Si selaku penguji yang telah bersedia memberikan
segala arahan dan saran kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Riau yang telah mendidik dan memberikan ilmunya selama perkuliahan
dan seluruh staff yang telah membantu dalam pelayanan dan administrasi
sampai akhir proses pembuatan laporan Tugas Akhir.
7. Ayahanda Hendrianto dan Ibunda Idayenti juga kakak dan adik yang telah
mendoakan, memotivasi, menjadi penyemangat dan mendukung secara
moral maupun materil dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Semoga Allah
swt senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan, rahmat dan berkah
kepada mereka.
8. Teman-teman dan sahabat penulis yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis.

ii
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan Tugas Akhir ini yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Pekanbaru, 26 Desember 2022

Helza Mutiarahma

iii
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
TUGAS AKHIR, DESEMBER 2022
HELZA MUTIARAHMA
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA
STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMA PULUH KOTA
PEKANBARU
x + 30 halaman + 2 tabel + 2 gambar + 2 lampiran

ABSTRAK
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi di bawah
lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak
terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus
karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas
seseorang di masa depan. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian
stunting yaitu pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai stunting sangatlah
diperlukan bagi seorang ibu karena pengetahuan ibu mengenai stunting yang
kurang dapat menyebabkan anak berisiko mengalami stunting. Stunting perlu
dicegah dan ditangani sesegera mungkin karena menimbulkan berbagai dampak
yaitu menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik
sehingga berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan
tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Penelitian ini
bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif. Menggunakan
teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang ibu yang memiliki
balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang didapat dari data
karateristik ibu dan balita serta data pengetahuan ibu dan data sekunder yang
didapat dari gambaran umum Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru.
Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Stunting, Balita

iv
MINISTRY OF HEALTH REPUBLIC OF INDONESIA
RIAU MINISTRY OF HEALTH POLYTECHNIC
DIPLOMA III NUTRITION STUDY PROGRAM
FINAL PROJECT, DECEMBER 2022
HELZA MUTIARAHMA
DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE OF MOTHERS WHO HAVE
STUNTING TODDLERS IN THE WORK AREA OF THE FIFTY CITY
PUSKESMAS PEKANBARU
ix + 30 pages + 2 tables + 2 pictures + 2 appendies

ABSTACT
Stunting is a condition of failure to thrive in children under five (for babies
under five years) which is caused by chronic malnutrition so that children are too
short for their age. Stunting experienced by children can be caused by not being
exposed to the period of the first 1000 days of life gets special attention because it
determines the level of physical growth, intelligence and productivity of a person
in the future. One ofFactors that can influence the incidence of stunting is mother's
knowledge. Knowledge about stunting is very necessary for a mother because a
mother's lack of knowledge about stunting can cause a child to be at risk of
experiencing stunting. Stunting needs to be prevented and treated as soon as
possible because it has various impacts, namely causing failure to thrive, obstacles
to cognitive and motor development that affect brain development and educational
success, and not optimal physical body size and metabolic disorders.This research
is quantitative using a descriptive research design.Using a total sampling
technique with a total sample of 60 mothers who have stunted toddlers in the
working area of the Lima Puluh Health Center, Pekanbaru City. The type of data
used in this study were primary data obtained from mother and toddler
characteristics data as well as mother's knowledge data and secondary data
obtained from an overview of the Lima Puluh Health Center in Pekanbaru City.
Keywords: Mother's Knowledge, Stunting, Toddlers

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTACT ................................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................5
2.1. Pengetahuan.............................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Pengetahuan. ................................................................... 5
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. ........................... 6
2.1.3. Jenis-Jenis Pengetahuan. ................................................................... 7
2.1.4. Kategori Pengetahuan. ...................................................................... 8
2.1.5. Cara Mengukur Pengetahuan ............................................................ 8
2.2. Stunting..................................................................................................... 9
2.2.1. Pengertian Stunting. .......................................................................... 9
2.2.2. Klasifikasi stunting............................................................................ 9
2.2.3. Penyebab Stunting. .......................................................................... 10
2.2.4. Faktor-faktor Risiko Stunting. ........................................................ 10
2.2.5. Dampak stunting. ............................................................................ 15
2.3. Konsep Ibu.............................................................................................. 16
2.3.1. Pengertian Ibu ................................................................................. 16
2.3.2. Peran Dan Fungsi Ibu ...................................................................... 16
2.4. Kerangka Teori Penelitian ...................................................................... 18

vi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...........19
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 19
3.2. Defenisi Operasional .............................................................................. 19
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................20
4.1. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 20
4.3. Populas dan Sampel................................................................................ 20
4.4. Pengumpulan Data.................................................................................. 20
4.4.1. Data Primer ..................................................................................... 20
4.4.2. Data Sekunder ................................................................................. 21
4.5. Tekni Pengolahan dan Analisa Data....................................................... 21
4.5.1. Pengolahan Data.............................................................................. 21
4.5.2. Analisa Univariat ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Status Gizi ............................................................................ 10

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ............................................................................ 19

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Modifikasi kerangka teori “Logical framework of the Nutritional


Problem” Unicef (2013) dalam (Putri, 2019) ........................................................ 18

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual ....................................................................... 19

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .......................................... 26

Lampiran 2 lembar Kuesioner............................................................................... 27

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi di Indonesia terutama pada balita yang sekarang masih menjadi
permasalahan di antaranya masalah gizi kurang, gizi buruk serta Stunting. Stunting
atau biasa disebut dengan balita pendek merupakan indikasi buruknya status gizi
dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kejadian balita
pendek atau yang biasa dikenal dengan stunting, saat ini merupakan gizi yang
paling banyak dialami oleh balita di seluruh dunia. (BAPPEDA, 2021)

World Health Organization (WHO) mengestimasikan prevalensi balita kerdil


(stunting) di seluruh dunia sebesar 22 persen atau sebanyak 149,2 juta pada 2020.
Tren penurunan angka stunting dunia turut terdampak saat pandemi Berdasarkan
hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan
Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021
yaitu sebesar 24,4%, menurun sebesar 6,4% dari angka 30,8% pada tahun 2018.

Prevalensi stunting di Provinsi Riau berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun


2013 mencapai 36,6% dan mengalami penurunan menjadi 27,7% pada tahun 2018.
Menurut (SSGI, 2021) prevalensi stunting di Riau sebesar 22,3%. Walaupun
prevalensi di Riau ini sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi stunting secara
nasional tetapi masih belum memenuhi standar dari WHO (2015) yaitu batas
maksimal toleransinya di angka 20% atau seperlima dari jumlah total anak balita
yang sedang tumbuh. (Kosanke, 2019)

Prevalensi stunting pada balita (0-59 bulan) di Kota Pekanbaru berdasarkan


hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 34,7% dan mengalami penurunan di tahun 2018
menjadi 16%. Jika dilihat berdasarkan hasil SSGI tahun 2019, prevalensi stunting
di Kota Pekanbaru sebesar 18,58% dan pada tahun 2021 mengalami penurunan
mencapai 11,4%.

1
Kota Pekanbaru terdiri dari 15 Kecamatan dan 83 Kelurahan. Pemekaran
Kecamatan di Kota Pekanbaru mengakibatkan jumlah kecamatan yang semula
berjumlah 12 kecamatan menjadi 15 Kecamatan. Berdasarkan data e-PPGBM
Tahun 2021, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru didapatkan data bahwa
persentase kasus balita stunting tertinggi terdapat di Kecamatan Limapuluh
sebanyak 76 kasus (7,29%), Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 26 kasus (2%),
dan Kecamatan Rumbai Barat sebanyak 30 kasus (1,91%). Sedangkan persentase
stunting terendah terdapat di Kecamatan Kulim sebanyak 2 kasus (0,08%)
(BAPPEDA, 2021)

Faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting salah satunya yaitu


pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai stunting sangatlah diperlukan bagi
seorang ibu karena pengetahuan ibu mengenai stunting yang kurang dapat
menyebabkan anak berisiko mengalami stunting. Stunting perlu dicegah dan
ditangani sesegera mungkin karena menimbulkan berbagai dampak yaitu
menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik
sehingga berpengaruh pada perkembangan otak dan keberhasilan pendidikan, dan
tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolism. (Ramdhani et al.,
2020)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan


penelitian tentang “Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas peneliti ingin melihat “Bagaimana
Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Limapuluh?”

2
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Limapuluh
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini antara lain
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang memiliki balita stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
b. Untuk mengetahui faktor risiko asupan makan bagi ibu yang memiliki
balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
c. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit infeksi bagi ibu yang
memiliki balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
d. Untuk mengetahui faktor risiko genetik bagi ibu yang memiliki balita
stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
e. Untuk mengetahui faktor risiko ketahanan pangan bagi ibu yang
memiliki balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
f. Untuk mengetahui pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
g. Untuk mengetahui faktor risiko jenis kelamin bagi ibu yang memiliki
balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.
h. Untuk mengetahui faktor risiko kesehatan lingkungan bagi ibu yang
memiliki balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Limapuluh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi literatur dan
wawasan bagi tenaga pengajar, mahasiswa, ataupun peneliti selanjutnya
terkait stunting.

3
1.4.2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan atau sumber
informasi ilmu gizi anak terkait gambaran pengetahuan ibu tentang
stunting.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik tentang
stunting sehingga bisa melakukan penatalaksanaan pencegahan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi untuk peneliti
selanjutnya dengan memperhatikan sumber yang relevan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan.

2.1.1. Pengertian Pengetahuan.


Pengetahuan yaitu hasil tahu yang terjadi sesudah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindaraan tersebut bisa terjadi melalui 5
panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
juga peraba. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui proses
belajar dengan membutuhkan bantuan misalnya orang yang lebih ahli dalam suatu
hal, buku dan lain-lainnya. Pengetahuan bisa diperoleh melalui pengalaman diri
sendiri maupun orang lain. Namun tidak semua pengalaman pribadi bisa membuat
seseorang menarik suatu kesimpulan dengan benar, sehingga perlu berpikir secara
kritis dan juga logis. Maka dari itu, pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan
sebuah tindakan. (Saadah et al., 2020)

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat


hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas
pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif
terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).

Pengetahuan bisa disebut sebagai kesan yang terdapat didalam pikiran


sebagai hasil dari penggunaan panca indra manusia. Pengetahuan adalah bagian dari
sebuah jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul didalam kehidupan yang
meliputi keseluruhan pemikiran, ide gagasan, konsep serta pemahaman. Selain itu,
ada yang menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan suatu informasi yang bisa
mengubah seseorang dan hal ini bisa menjadi dasar untuk bertindak. Sehingga
pengetahuan mampu memberikan kemampuan seseorang untuk mengambil sebuah

5
tindakan yang berbeda atau lebih efektif dibandingkan seseorang yang tidak
memiliki pengetahuan. (Muliono, 2019)

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut
Notoatmodjo (2018) (dalam Wahyuni, 2022) yaitu :
1. Umur
Umur adalah umur responden menurut tahun terakhir. Umur sangat
erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin
bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.
2. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka diharapkan stok modal
manusia (pengetahuan, ketrampilan) akan semakin baik. Pendidikan secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok masyarakat sehingga mereka memperoleh
tujuan yang diharapkan.
3. Pekerjaan
Kegiatan atau usaha yang dilakukan ibu setiap hari berdasarkan
tempat dia bekerja yang memungkinkan ibu hamil memperoleh informasi
tentang tanda- tanda persalinan. Pekerjaan sangat mempengaruhi ibu yang
memiliki pekerjaan diluar rumah lebih cepat dan mudah mendapatkan
informasi dari luar.
4. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu.
5. Sumber informasi
Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk
yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa
bagi kepuasan saat ini atau kepuasan mendatang, informasi yang datang dari
pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan, seperti :

6
a. Media cetak, seperti booklet, leaflet, poster, rubic, dan lain-lain.
b. Media elektronik, seperti televisi, radio, video, slide, dan lain-lain.
c. Non media, seperti dari keluarga, teman, dan lain-lain.

Faktor-faktor dari pengetahuan meliputi, umur seseorang, sebab


umur seseorang dapat sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
seseorang, kemudian pendidikan, pendidikan yang semakin tinggi
diharapkan dapat menjadi modal manusia (pengetahuan) akan semakin baik.
Selanjutnya adalah pekerjaan dan pengalaman, semakin banyak orang
bekerja pasti akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih
banyak dan luas dari pada orang yang tidak bekerja.

Lalu yang terakhir adalah sumber informasi, pengetahuan dapat


diperoleh dari berbagai sumber informasi apapun, bukan hanya di lembaga
pendidikan saja, tapi pengetahuan juga dapat diperoleh dari media cetak,
media elektronik, bahkan termasuk keluarga dan teman-teman.

2.1.3. Jenis-Jenis Pengetahuan.


Berikut beberapa jenis pengetahuan yang perlu diketahui yaitu (Suparyanto
dan Rosad (2015, 2020) :
1) Pengetahuan biasa (common sense)
Merupakan pengetahuan berdasarkan aktivitas kesadaran (akal
sehat) baik dalam menyerap maupun memahami suatu objek serta
mampu menyimpulkan dan memutuskan secara langsung terhadap
objek yang telah ia ketahui.
2) Pengetahuan agama
Merupakan pengetahuan yang berisi keyakinan, kepercayaan yang
diperoleh dari wahyu yang telah diberikan oleh Tuhan. Pengetahuan
ini bersifat mutlak dan wajib di ikuti oleh penganutnya.
3) Pengetahuan filsafat
Merupakan pengetahuan tentang spekulatif dan diperoleh dari hasil
perenungan yang mendalam. Pengetahuan ini juga merupakan
landasan pengetahuan ilmiah yang bisa menjadi tumpuan dasar
berbagai persoalan yang tidak dapat di selesaikan oleh disiplin ilmu.

7
4) Pengetahuan ilmiah
Adalah pengetahuan yang menekankan evidensi, disusun dengan
cara sistematis memiliki metode dan juga prosedur. Pengetahuan ini
didapatkan dari observasi eksperimen dan klasifikasi serta
pengetahuan ini dapat di uji, dapat dibuktikan dan dapat pula di ikuti.
(Muliono, 2019)

2.1.4. Kategori Pengetahuan.


Menurut Arikunto 2006 yang dikutip dari jurnal milik (Niam et al., 2018),
katerogi pegetahuan yaitu:

1. Tingkat pengetahuan baik


Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana
seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan
dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76 – 100%
pengetahuan.
2. Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana
seseorang masih kurang mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi. Tingkat pengetahuan sedang jika seseorang
mempunyai 56 – 75% pengetahuan.
3. Tingkat pengetahuan kurang
Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana
seseorang kurang mampu mengetahui, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang
mempunyai < 56% pengetahuan.

2.1.5. Cara Mengukur Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden Angket yaitu kuesioner (daftar pertanyaan/pernyataan) yang langsung
diisi oleh responden Pertanyaan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

8
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis
pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda. Nilai
nol jika responden menjawab salah dan nilai satu jika menjawab pertanyaan dengan
benar (Notoatmodjo, 2012).

2.2. Stunting

2.2.1. Pengertian Stunting.


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (Bagi bayi di bawah
lima tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa
awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stunting baru nampak setelah bayi
berusia 2 tahun. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak
terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan mendapat perhatian khusus
karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas
seseorang di masa depan. Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode
emas yang dimulai 1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan
tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang
diterima bayi saat didalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka
panjang terhadap kehidupan saat dewasa. Hal ini dapat terlampau maka akan
terhindar dari terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi yang kurang
(Yuliana & Hakim, 2019).
Stunting adalah suatu kondisi status gizi kurang yang bersifat kronik pada
masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Dikatakan oleh WHO
stunting dikondisikan dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U)
kurang dari -2 standar deviasi (SD). Stunting (balita pendek) ketika usia balita pada
umumnya sering tidak disadari oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan
berdampak pada kemampuan kognitif dan produktivitas jangka panjang, bahkan
bisa berdampak pada kematian (Margawati & Astuti, 2018).

2.2.2. Klasifikasi stunting.


Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi
badan (TB). Pada penilaian status gizi balita, angka berat badan dan tinggi badan
setiap balita dikonversikan ke dalam nilai standar (Z-score) menggunakan baku

9
antropometri balita WHO 2005. Terdapat beberapa indikator dalam menentukan
status gizi seperti yang dijelaskan oleh Tabel (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Tabel 2.1. Indikator Status Gizi

Indikator Status Gizi Z-Score

Sangat Pendek <-3,0 SD

Pendek -3,0 SD s/d <-2,0 SD


TB/U
Normal ≥-2,0 SD s/d 2 SD

Gemuk >2,0 SD

Sumber (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

2.2.3. Penyebab Stunting.


Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan tidak
seimbang berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan air), riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
riwayat penyakit, praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan,
serta setelah ibu melahirkan. pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, tidak
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) (Yuliana & Hakim, 2019).
Masalah gizi pada balita dapat muncul karena beberapa faktor yaitu
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Masalah gizi
berawal dari kekurangan nutrient yang spesifik atau karena diet yang tidak adekuat
atau karena komposisi proporsi makanan yang dikonsumsi tidak tepat. Penyebab
langsung yaitu asupan makan yang kurang dan penyakit infeksi yang diderita balita.
Penyebab tidak langsung diantaranya pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola
asuh, pelayanan kesehatan, dan lainnya (Sulistianingsih & Yanti, 2016)

2.2.4. Faktor-faktor Risiko Stunting.


Menurut Bappenas (2013) Kejadian stunting pada anak merupakan suatu
proses kumulatif menurut beberapa penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa
kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak
dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Banyak

10
faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak, dapat disebabkan
oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Faktor langsung
a. Asupan gizi balita
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terdapat
di dalam makanan yang dikonsumsi. Asupan makan merupakan salah satu
faktor risiko stunting secara langsung. Asupan makan yang dikonsumsi
oleh anak usia 6-12 bulan terdiri dari ASI eksklusif dan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) (Makasudede, 2020).
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita
akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang
mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan
asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan
perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak
akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan
gagal tumbuh. Balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan
pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak mencukupi.
b. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung
stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi
tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk
keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang
gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi. Untuk itu penanganan
terhadap penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu
perbaikan gizi dengan diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan
kebutuhan anak balita.
Konsumsi diet yang cukup tidak menjamin pertumbuhan fisik yang
normal, karena kejadian penyakit lain, seperti infeksi akut atau kronis,
dapat mempengaruhi proses yang kompleks terhadap terjadinya atau

11
pemeliharaan defisit pertumbuhan anak (Anisa, 2012). Menurut Suiraoka
et al,.2011 hubungan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang
merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat. Penyakit infeksi
dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang dapat
mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi yang akibatnya dapat
menurunkan nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
pencernaan dan peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit
sehingga kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi.
c. Berat badan lahir
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat
badan lahir rendah akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan
perkembangannya serta kemungkinan terjadi kemunduran fungsi
intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan terjadi
hipotermia.
Berat bayi lahir rendah (BBLR) khususnya sangat terkait dengan
kematian janin, neonatal dan postnatal, mordibitas bayi dan anak, dan
pertumbuhan dan pengembangan jangka panjang. Anak yang BBLR
kedepannya akan memiliki ukuran antropometri yang kurang dimasa
dewasa. Bagi perempuan yang hanya dengan berat berat rendah memiliki
risiko untuk menjadi ibu yang stunted sehingga akan sedang melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang stunted tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang stunted
juga dan akan membentuk siklus sama sebelumnya (Lamid, 2015).
Growth faltering atau kegagalan pertumbuhan yang mengakibatkan
terjadinya stunting mempunyai konsekuensi yang serius kemudian hari.
Seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi dewasa stunted dapat
mengakibatkan produksi kerja yang kurang sehingga berdampak terhadap
status ekonomi, sedangkan seorang anak perempuan yang mengalami
stunting layaknya akan menjadi seorang perempuan dewasa yang stunted
apabila kelak hamil akan lahir seorang bayi dengan berat badan bayi
rendah (Aswir & Misbah, 2018).

12
d. Genetik
Faktor genetik sangat berperan dalam mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Genetik atau keturunan
merupakan faktor yang tidak dapat untuk di rubah atau di modifikasi, ini
merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses
tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di
dalam sel telur yang telah dibuahi dapat di tentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.
2. Faktor tidak langsung
a. Ketersediaan pangan keluarga
Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian stunting,
ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan
keluarga, pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang
digunakan untuk pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan
beberapa ciri rumah tangga dengan anak pendek.
Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor –
faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk
produk nasional. Jumlah pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan
turut mempengaruhi status sosialnya dan gizi yang akan dikonsumsinya
(Aswir & Misbah, 2018)
b. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Sulaeman,
2014). Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan kejadian stunting. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang
memiliki pengetahuan baik akan lebih mampu memberikan pola asuh
yang baik meliputi pemberian ASI eksklusif dan MP- ASI, stimulasi

13
perkembangan, kebersihan dan sanitasi, serta perawatan kesehatan pada
anak (Astuti, 2018).
Berdasarkan pemaparan (Wawan dan Dewi, 2018), pengetahuan
yang didapatkan dengan sendirinya disebabkan akan faktor pendidikan.
Pengetahuan memiliki hubungan yang erat terhadap pendidikan, dimana
seseorang mempunyai pendidikan tinggi jadi seseorang semakin luas
pengetahuannya. Namun tidak berarti seseorang memiliki pendidikan
rendah maka pengetahuan yang dimiliki rendah juga. Pengetahuan
seseorang meningkat tidak hanya diperoleh dari pendidikan non-formal,
seseorang tersebut bisa mendapatkannya melalui non-formal.
Pengetahuan seseorang mengenai sebuah hal memiliki makna sebagai
aspek positif serta negatif. Kedua aspek memberi pengaruh terhadap
perilaku seseorang. Banyaknya aspek positif serta objek yang dimiliki,
semakin positif sikap yang dimiliki pada objek tersebut.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein di
bandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan pekerjaan berat
yang biasanya tidak biasa di lakukan oleh wanita. Tetapi dalam
kebutuhan zat besi, wanita jelas membutuhkan lebih banyak dari pada
pria.
d. Sanitasi lingkungan
Salah satu elemen penting untuk menunjang kesehatan manusia
adalah air bersih dan sanitasi yang baik. Dampak kesehatan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi di
antaranya terlihat pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan yang
secara khusus berisiko terhadap penyakit bersumber air, seperti diare .
Penyakit diare yang di alami pada awal masa anak-anak dapat
memberikan konsekuensi jangka panjang terhadap tinggi badan.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga memiliki
akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi
syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tangki septik

14
atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) yang digunakan sendiri
atau bersama (Kemenkes, 2018).
2.2.5. Dampak stunting.
Dampak akibat stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat menyebabkan peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal tidak
optimal, dan biaya kesehatan meningkat. Sedangkan, dampak jangka panjang dari
stunting yaitu postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa dimana lebih pendek
dibandingkan pada umumnya, risiko obesitas dan penyakit lainnya meningkat,
kesehatan reproduksi menurun, kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah
menjadi kurang optimal, dan produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak maksimal
(Kemenkes RI, 2018).
Anak yang menderita stunting dapat tumbuh dengan masalah
perkembangan kognitif. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dapat
mengindikasikan adanya gangguan pada organ‐organ tubuh, dimana salah satu
organ yang paling cepat mengalami kerusakan pada gangguan gizi adalah otak
(Picauly & Toy, 2013). Status gizi yang baik merupakan hal penting untuk
perkembangan dan kematangan neuron otak (Ernawati, et al, 2014). Kekurangan
gizi pada masa emas pertumbuhan anak dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf
pusat (SSP) dan pengembangan struktural SSP serta pengembangan sistem
neurotransmitter. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak
secara permanen (Mitra, 2015).
Salah satu dampak tidak terpenuhinya gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan anak adalah stunting. Dampak jangka panjang stunting adalah terjadinya
kependekan anak intergenerasi. Pada anak perempuan, dampaknya akan terlihat
ketika dewasa atau hamil. Perempuan yang stunting berisiko lebih tinggi
mengalami retardasi atau perlambatan pertumbuhan pada janinnya (intra uterine
growth retardation/IUGR) serta melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Tubuh yang pendek secara psikologis juga mempengaruhi selfesteem
seorang anak dalam kehidupan sosialnya, terutama saat menginjak remaja. Akibat
stunting tidak hanya kependekan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan sel
otak, sehingga kemampuan kognitif dan kecerdasaanya menurun. Reaksi

15
penyesuaian tubuh akibat kurangnya asupan gizi adalah peningkatan risiko penyakit
degeneratif, seperti obesitas, diabetes, dan jantung koroner pada usia dewasa. Jika
masalah stunting tidak diatasi, akan semakin banyak generasi muda Indonesia di
masa depan yang pendek bahkan tidak berkualitas (Nurbaiti, et al, 2014).
Stunting juga dapat membuat anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara, gangguan perkembangan, penurunan skor IQ, penurunan perkembangan
kognitif, gangguan pemusatan perhatian serta penurunan rasa percaya diri. Kondisi
gizi kurang dapat menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, gangguan
terhadap perkembagan dan mengurangi kemampuan berfikir (Trisnawati et al.,
2016).

2.3. Konsep Ibu

2.3.1. Pengertian Ibu


Ibu adalah posisi sebagai istri, pemimpin, dan pemberi asuhan kesehatan.
Ibu adalah sebutan untuk seorang perempuan yang telah menikah dan melahirkan,
sebutan wanita yang telah bersuami (Danilo Gomes de Arruda, 2021).

2.3.2. Peran Dan Fungsi Ibu


Ibu sebagai istri, ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan dalam
mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, melindungi dan
sebagai salah satu kelompok dalam peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu ibu berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya. Seorang ibu bersama keluarga mempunyai peran dan
fungsi-fungsinya sebagai berikut :

1. Fungsi fisiologis : berperan dalam reproduksi, pengasuh anak pemberian


makanan, pemelihara kesehatan dan rekreasi.
2. Fungsi ekonomi : menyediakan cukup untuk mendukung fungsi lainya,
menentukan alokasi sumber dana, menjamin keamanan vital keluarga.
3. Fungsi pendidik :mengajarkan ketrampilan, tingkah laku, dan pengetahuan
berdasarkanfungsi lainnya.

16
4. Fungsi psikologis : memberikan lingkungan yang mendukung fungsi
alamiah setiap individu, menawarkan perlindungan psikologis yang
optimal dan mendukung untuk membentuk hubungan dengan orang lain.
5. Fungsi sosial budaya dengan meneruskan nilai-nilai budaya, sosialisasi,
dan pembentukan norma-norma, tingkah laku pada tiap tahap
perkembangan anak serta kehidupan keluarga (Puspitasari, 2013)

17
2.4. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2. 1. Modifikasi kerangka teori “Logical framework of the Nutritional


Problem” Unicef (2013) dalam (Putri, 2019)

18
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel dependent Variabel independent


Pengetahuan ibu Stunting
balita
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

3.2. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian adalah:

Tabel 3.1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Alat Skala Kriteria


Operasional Ukur Ukur
Pengetahuan Pengetahuan yang Kuesioner Ordinal 1. Baik (76-100%)
ibu balita dimaksud pada 2. Cukup (56-75%)
penelitian ini adalah
3. Kurang (≤55%)
segala sesuatu yang
diketahui oleh (Notoadmodjo, 2012)
responden tentang
stunting dalam
menjawab
pertanyaan yang
terdapat dalam
kuesioner
Stunting Hasil Pengukuran Mengutip Ordinal 1) Stunting bila Z
TB dan umur anak hasil dari score <-2
yang telah di aplikasi
2) Normal bila Z score
tentukan dengan ePPGM
aplikasi ePPGM ≥ -2,0 SD s/d 2 SD
(Kementerian Kesehatan
RI, 2011)

19
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang bertujuan untuk memaparkan peristiwa penting yang terjadi
pada masa kini (Wulandini et al., 2020). Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang stunting pada balita di puskesmas lima
puluh.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April di wilayah kerja
Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Dengan jumlah balita yang mengalami
stunting yaitu sebanyak 60 balita..

4.3. Populas dan Sampel

4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita stunting di
wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh yaitu sebanyak 60 balita stunting.

4.3.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Total sampling.
Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Puspitasari & Herdyan, 2020). Alasan mengambil total sampling
karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian semuanya ( Suryani, 2015:203). Sampel yang diambil dari penelitian ini
adalah 60 orang ibu yang memiliki balita stunting.

4.4. Pengumpulan Data


4.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner :

1. Data karakteristik ibu balita berisi nama, jenis kelamin, usia ibu dan balita,
pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan pendapatan yang diperoleh melalui
wawancara langsung kepada responden.

20
2. Data pengetahuan ibu balita yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang
dimodifikasi dari penelitian (Danilo Gomes de Arruda, 2021).

4.4.2. Data Sekunder


Data sekunder didapat dari gambaran umum Puskesmas Limapuluh Kota
Pekanbaru.

4.5. Tekni Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1. Pengolahan Data


Dalam pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2017) dilakukan dengan
empat langkah yaitu sebagai berikut :

1. Editing
Pengecekan kelengkapan data pada data-data yang telah terkumpul. Bila
terdapat kesalahan atau kekurangan pengumpulan data maka dapat
dilengkapi dan diperbaiki
2. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka / bilangan. Kegunaan dari cooding adalah untuk mempermudah pada
saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan diisi dengan cara penyebaran kuesioner.
Jawaban yang benar akan diberi skor 1 sedangkan jawaban yang salah
diberikan skor 0. Setelah itu, dicari total nilai skor dari variabel
pengetahuan
P = a/b x 100%

Keterangan
P : persentase
a : jumlah pertanyaan yang dijawab benar
b : jumlah banyak soal
100% : konstanta

21
a) Baik, jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar
dengan skor jawaban 76-100%
b) Cukup, bila responden mampu menjawab pertanyaan dengan skor 56-
75%
c) Kurang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan skor
≤55%
(Notoadmodjo, 2012)
3. Entry Data
Memasukkan data dalam program computer untuk proses analisa data
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh penel.

4.5.2. Analisa Univariat


Analisis univariat merupakan proses pengumpulan data awal masih acak
dan abstrak, kemudian data diolah menjadi informasi yang informatif. Analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari setiap variabel (Jenita, 2016).
Variabel untuk Analisa univariat yaitu ordinal yang menghasilkan
presentase dari setiap variabel. Adapun variabel yang di analisis adalah
pengetahuan ibu tentang stunting pada balita, Hasil distribusi frekuensi dari setiap
variabel yang di teliti.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti,S., (2018). Upaya Promotif Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu


Balitatentang Pencegahan Stunting Dengan Media Intergrating Card Di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(6),466-469.

BAPPEDA, P. (2021). Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Kota Pekanbaru.


Pekanbaru: https://bappeda.pekanbaru.go.id/artikel/hasil-analisis-pengukuran-
data-stunting-kota-pekanbaru.html.

Aswir, & Misbah, H. (2018). Landasan Teori. Photosynthetica, 2(1), 1–13.

Danilo Gomes de Arruda. (2021). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Stunting


Pada Balita Di Desa Idannotae Kecamatan Guning Sitoli Idanoi Kota
Gunung Sitoli. 6.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. In Kementerian Kesehatan RI (Vol. 95, Issue 4,
pp. 458–465).

Kosanke, R. M. (2019). Gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang


stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Mondokan Sragen. 2015, 1–5.

Makasudede, Y. (2020). Bab 2 tinjauan pustaka. 2012, 8–45.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.


Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014 Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.


Jakarta.

23
Puspitasari, B., & Herdyan, E. (2020). Gambaran pengetahuan ibu balita usia 3-5
tahun tentang stunting. Jurnal Menara Medika, 3(1), 89–95.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.um
sb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2199&ved=2ahUKEwja66i_p
aDtAhU263MBHdUiAsUQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw0bUdEhasRIBe
0InxidlHJo

Nurbaiti, L., Adi, A. C., Devi, S. R., & Harthana, T. (2014). Kebiasaan makan
balita stunting pada masyarakat Suku Sasak: Tinjauan 1000 hari pertama
kehidupan (HPK). Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 27(2), 104-112.

Putri, V. M. R. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Dengan


Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Samaenre Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Provinsi
Sulawesi Selatan. Universitas Hasanuddin, 1, 105–112.

Ramdhani, A., Handayani, H., & Setiawan, A. (2020). Hubungan Pengetahuan


Ibu Dengan Kejadian Stunting. Semnas Lppm, ISBN: 978-, 28–35.

SSGI. (2021). Survei Status Gizi Indonesia. Buana Ilmu, 2(1).


https://doi.org/10.36805/bi.v2i1.301

Sulistianingsih, Apri, and Desi Ari Madi Yanti. "Kurangnya asupan makan
sebagai penyebab kejadian balita pendek (stunting)." Jurnal Dunia
Kesehatan 5.1 (2016): 77123.

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Tinjauan Pustaka. Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5(3), 248–253.

Suryani, Hendrayadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif : Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana.

Trisnawati, M., Pontang, G. S., & Mulyasari, I. (2016). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Desa Kidang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tangah. Jurnal
Gizi Dan Kesehatan, 8(19), 113-124

24
Wahyuni, R. S. R. I. (2022). Gambaran pengetahuan ibu tentang stunting pada
ibu memiliki balita di wilayah upt puskesmas sitinjak tahun 2021.

Wulandini, P., Efni, M., & Marlita, L. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Yang
Memiliki Balita Tentang Stunting Di Puskesmas Rejosari Kecamatan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru 2019. Collaborative Medical Journal (CMJ),
3(1), 8–14. https://doi.org/10.36341/cmj.v3i1.1113

25
LAMPIRAN

Lampiran 1

PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami


penelitian yang dilakukan dengan judul :

Gambaran Pengetahuan Ibu yang Memiliki Balita Stunting Di Wilayah Kerja


Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru.

Yang dibuat oleh :

Nama : Helza Mutiarahma

NIM : P032013411058

Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi subjek
penelitian dan bersedian melakukan wawancara sesuai dengan data yang
diperlukan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Pekanbaru, ..............................2022

...............................

26
Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

I. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


a) Istilah data identitas dengan benar
b) Untuk menjamin keakuratan data mohon pernyataan ini di isi
dengan jujur sesuai dengan kenyataan
c) Berilah check list (√) pada jawaban yang di anggap benar
d) Informasi yang di berikan responden akan di jaga kerahasiaannya

II. IDENTITAS RESPONDEN


1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan Ibu :
5. Pekerjaan :
6. Pendapatan :

III. PENGETAHUAN RESPONDEN


1. Yang dimaksud dengan anak stunting adalah ….
a. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada awal masa kehamilan
b. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena faktor kemiskinan
c. Keadaan gagal tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama
kehidupan
d. Keadaan gagal tumbuh kembang anak karena anak mengalami infeksi
2. Stunting adalah penyakit gagal tumbuh kembang. Apa penyebab hal
tersebut?
a. Kekurangan gizi secara kronik yang dipengaruhi oleh masalah
ekonomi keluarga
b. Masalah yang bisa menjadi gizi buruk
c. Kurangnya karbohidrat dalam tubuh anak
d. Anak dengan garis kurang dari -2 standar deviasi WHO

27
3. Yang dimaksud dengan ASI esklusif adalah …
a. Pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan
b. Pemberian ASI dengan susu formula sampai 6 bulan
c. Pemberian ASI dengan MPASI sejak usia 6 bulan
d. Pemberian susu formula selama 6 bulan
4. Faktor apakah yang mempengaruhi kejadian KLB pada stunting?
a. Faktor genetik
b. Faktor asupan makanan yang bergizi
c. Faktor kehamilan
d. Faktor pengetahuan ibu
5. Yang berperan dalam mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan anak disebut dengan faktor risiko dari ...
a. Asupan Gizi balita
b. BBLR
c. Penyakit infeksi
d. Genetik
6. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh
orang tua?
a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas
pola asuh
d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga
7. Dibawah ini merupakan manfaat dari ASI esklusif adalah …
a. Melindungi bayi terhadap infeksi
b. Biaya lebih murah dibanding dengan susu formula
c. Semua benar
d. Membantu proses bonding dengan ibu
8. Salah satu faktor risiko tidak langsung dari kejadian stunting yaitu ...
a. Penyakit infeksi
b. Genetik
c. Pengetahuan Ibu

27
d. Jenis kelamin
9. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pola asuh
orang tua?
a. Banyaknya informasi dari internet berpengaruh pada pola asuh
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
c. Pengalaman orang tua dalam mengasuh anak mempengaruhi kualitas
pola asuh
d. Mengikuti adat istiadat dalma suatu keluarga
10. Manakah pernyataan yang benar mengenai faktor resiko anak stunting?
a. Faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik
b. Faktor penyakit infeksi yang berulang
c. Faktor asupan yang bergizi harus cukup
d. Faktor air bersih yang cukup
11. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian stunting?
a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
b. Pemberian Makanan Pengganti Air Susu Ibu (MP-ASI)
c. Melakukan intervensi gizi spesifik
d. Melakukan intervensi gizi sensitif
12. Apa yang termasuk intervensi sensitif dalam peningkatan akses dan
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan yang paling pertama?
a. Akses Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
b. Akses sanitasi yang layak
c. Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)
d. Memberikan akses pelayanan KB
13. Manakah pernyataan yang benar tentang dampak stunting?
a. Anak stunting memiliki kemampuan belajar rendah
b. Anak stunting memiliki kemampuan konsentrasi rendah
c. Anak stunting memiliki IQ rendah
d. Anak stunting memiliki kemampuan berfikir rendah

28
14. Manakah pernyataan yang salah mengenai dampak dari anak stunting?
a. Pertumbuhan secara tidak optimal
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang baik
c. Perkembangan kognitif dan motorik terganggu
d. Anak stunting memiliki resiko penyakit tidak menular seperti DM,
hipertensi dan stroke
15. Manakah pertanyaan di bawah ini yang paling benar mengenai sistem imun
yang dimiliki anak stunting?
a. Anak stunting memiliki sistem imun yang lebih baik dari pada anak
yang tidak stunting
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan anak yang
tidak stunting
c. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan orang tuanya
d. Anak stunting memiliki sistem imun yang rentan terkena infeksi
dibandingkan dengan anak yang tidak stunting
16. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat
kematian dalam kondisi stunting?
a. Stunting menurunkan angka kematian
b. Stunting meningkatkan angka kematian
c. Stunting tidak menyebabkan kematian
d. Stunting tidak berhubungan dengan angka kematian
17. Yang merupakan dampak jangka panjang dari kejadian stunting yaitu ...
a. Kapasitas belajar saat masa sekolah menjadi kurang optimal
b. Peningkatan kejadian kesakitan
c. Peningkatan kejadian kematian
d. Biaya kesehatan meningkat
18. Salah satu cara yang dapat mencegah terjadinya stunting yaitu ...
a. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
b. Melindungi bayi terhadap infeksi
c. Pengetahuan ibu yang kurang
d. Menjaga kebersihan lingkungan rumah

29
19. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang
kurang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi yang
akibatnya ...
a. Menurunkan nafsu makan
b. Adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan
c. Peningkatan kebutuhan zat gizi
d. Semua benar
20. Rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang
digunakan harus memenuhi syarat kesehatan. Berikut yang bukan
merupakan syarat syaratnya adalah ...
a. Kloset menggunakan leher angsa,
b. Tempat pembuangan akhir langsung di alirkan ke got
c. Sistem Pengolahan Air Limbah digunakan sendiri
d. Jamban harus tertutup dinding dan atap

30

Anda mungkin juga menyukai