Disusun Oleh:
dr. INDRA PRATAMA
Pendamping:
dr. ELPI AMELIA PUTRI
AssalamualaikumWr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya Mini Project (MiniPro) mengenai “Upaya Peningkatan
Pengetahuan Kader Posyandu Mengenai Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ukui Tahun 2023” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Rasulallah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir
zaman. Aamiin Yarabbal ‘alamin.
Dengan disusunnya laporan ini penulis harap akan membawa manfaat baik
bagi penulis sebagai penyusun maupun bagi semua pembaca yang membaca
laporan yang penulis susun ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan laporan ini, terutama kepada pendamping Puskesmas Ukui , dr. Elpi
Amelia Putri atas bimbingannya, serta saran-saran yang telah beliau berikan dan
tak lupa kepada teman–teman satu kelompok atas kerjasamanya.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penguraian maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi perbaikan laporan ini. Akhir kata, semoga
laporan ini dapat diterima dan dapat bermanfaat.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program Internsip
Dokter Indonesia yang telah diperesentasikan dihadapan dokter
pembimbing, Kepala Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan
Pelalawan, 2023
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
4.2 Pembahasan...............................................................................................................
5.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
pada intervensi gizi spesifik. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan
berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa.2
Stunting dapat disebabkan salah satunya oleh kurangnya tingkat pengetahuan orang
tua serta kader posyandu yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan terhadap ibu
dan anak.11 Kader posyandu secara teknis bertugas untuk mendata balita, melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan balita serta mencatatnya secara berkala dalam
kartu menuju sehat (KMS). Tingkat pengetahuan kader yang kurang dapat menyebabkan
12
interpretasi status gizi yang salah dan dapat berakibat pula pada kesalahan dalam mengambil
keputusan dan penanganan masalah tersebut.11
6
2) Mengajarkan kader mengenai pemeriksaan deteksi dini stunting
3) Meminta kader mempraktekkan pengetahuan yang telah diterima.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi Stunting
Stunting merupakan salah satu bentuk malnutrisi tipe gizi kurang, disamping
underweight dan wasting. Stunting didefinisikan sebagai persentase anak yang tinggi badan
menurut usia berada di bawah -2 SD untuk ringan (pendek) dan di bawah -3 SD untuk berat
(sangat pendek) berdasarkan standar pertumbuhan anak WHO untuk usia dan jenis kelamin
yang sama.8 Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya dibanding tinggi anak pada umumnya.1,3
2.1.2 Epidemiologi
Secara global, sebanyak 149,2 juta (22%) anak dibawah 5 tahun mengalami stunting
dan lebih dari setengahnya berasal dari Asia (53%) sedangkan lebih dari sepertiganya
(41%) tinggal di Afrika. Asia Tenggara menempati posisi ke-2 stunting terbanyak
setelah Asia Selatan. Indonesia salah satu negara bagian Asia Tenggara.5
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).
Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2020 yaitu sebesar 31,8%, yang disebut sebagai
predikat very high (sangat tinggi) berdasarkan data UNICEF/WHO/WB.5
Anak balita stunting di Indonesia tahun 2018 sebesar 30,8%, yang berarti terjadi
penurunan dibandingkan tahun 2013 (37,2%) dan 2010 (35,6%) berdasarkan data
Riskesdas.7
8
Gambar 1. Prevalensi Balita Stunting di Indonesia Tahun
2007-2018
40
35
30
18.8 18
25 18.5 11.5
20
%
15
10 18 17.1 19.2 19.3
5
0
2007 2010 2013 2018
Prevalensi Provinsi Riau prevalensi Stunting dari 36,8% pada tahun 2013 menurun
menjadi 27,4% pada tahun 2018, dengan penurunan sebesar 9,4% selama 5 tahun.6
kabupaten pelalawan jumlah anak yang stunting didapatkan 255 anak yang pendek dan
59 yang sangat pendek yangmana kecamatan ukui didapatkan 10 yang pendek dan 0
yang sangat pendek.
9
makanan pendamping ASI (MP-ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas,
kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan.9
Menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM
kwashiorkor.
Ibu dan Anak (2015), menyatakan bahwa klasifikasi status gizi balita menurut BB/U
a. Ketentuan Umum
10
1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan
untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin. Penggunaan dacin
penimbangan, yaitu :
c. Langkah 3 Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang
d. Langkah 4 Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang
kantong plastik.
g. Langkah 7 Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul
geser.
i. Langkah 9 Geserlah bandul keangka 0 (nol). Letakkan batang dacin dalam tali
pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan (Supariasa, 2013 ).
2. Ukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang
diukur terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur berdiri, maka asil
3. Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak diatas 24 bulan yang di ukur
berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang maka hasil pengukuranya
4. Kejadian stunting dikategorikan dalam ukuran pendek (stunted) dan sangat pendek
(severely stunted).
2.1.5 Penatalaksanaan
Upaya Pencegahan
1) Ibu Hamil – Bersalin – Ibu Menyusui – Anak usia 0-23 bulan
Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.
Ibu Hamil – Bersalin
Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM) untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis;
Pemberian suplementasi zat besi, asam folat, kalsium bagi ibu hamil;
12
Mengatasi kekurangan iodium;
Pembatasan konsumsi kafein selama hamil;
Deteksi dini penyakit (penyakit menular seperti ibu dengan HIV dan penyakit tidak
menular);
Pemberantasan kecacingan;
Pencegahan dan penatalaksanaan klinis malaria;
Penyuluhan dan pelayanan KB.
Ibu Menyusui & Anak usia 0-6 bulan
Promosi dan edukasi inisiasi menyusui dini disertai dengan pemberian ASI jolong/
kolostrum;
Promosi dan edukasi pemberian ASI eksklusif
Pemberian konseling/ edukasi gizi selama menyusui
Pencegahan, deteksi, tatalaksana klinis, dan dukungan gizi bagi ibu dan anak
dengan HIV.
Ibu Menyusui & Anak usia 7-23 bulan
Promosi dan edukasi pemberian ASI lanjut disertai MP-ASI yang sesuai
Penanggulangan infeksi kecacingan pada ibu dan anak .
Pemberian suplementasi zink pada anak
Fortifikasi zat besi ke dalam makanan / suplementasi zat gizi mikro e.g. zat besi
Pencegahan dan penatalaksanaan klinis malaria pada ibu dan anak
Pemberian imunisasi lengkap pada anak
Pencegahan dan pengobatan diare pada anak
Implementasi prinsip rumah sakit ramah anak
Implementasi prinsip manajemen terpadu balita sakit/MTBS
Suplementasi vitamin A pada anak usia 6-59 bulan
Penatalaksanaan malnutrisi akut parah pada anak
Pemantauan tumbuh kembang anak.10
2) Balita
Pemantauan pertumbuhan balita;
Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;
Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
13
3) Anak Usia Sekolah
Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.
4) Remaja
Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba; dan
Pendidikan kesehatan reproduksi.
5) Dewasa Muda
Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.9
2.1.6 Dampak
Dampak stunting dibagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.
a) Dampak jangka pendek
Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal; dan
Peningkatan biaya kesehatan.
b) Dampak jangka panjang
Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya);
Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit tidak menular (hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, kanker, dll);
Menurunnya kesehatan reproduksi;
Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah; dan
Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.9
14
2.1.7 Pola Asuh
Dalam tumbuh kembang anak, peran ibu sangat dominan untuk mengasuh dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas. Pola
asuh ibu memiliki peran dalam kejadian stunting pada balita karena asupan makanan
pada balita yang diatur oleh ibunya. Ibu yang pola asuh baik akan cenderung memiliki
balita dengan status gizi yang lebih baik daripada ibu yang pola asuh kurang.
Faktor pola asuh yang tidak baik dalam keluarga merupakan salah satu
penyebab timbulnya permasalahan gizi. Pola asuh meliputi kemampuan keluarga
untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan
fisik,mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam keluarga. 2 Menurut
penelitian Rahmayana, dkk (2014) pola asuh didalam keluarga berupa praktik
pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ hygiene, sanitasi
lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian stunting anak usia 24 – 59 bulan.8
IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau
perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu. Pemberian ASI Eksklusif
bertujuan untuk: a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif
sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya; b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan c. meningkatkan peran dan dukungan
keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI
Eksklusif.
Ketentuan dari WHO/UNICEF mengharuskan bayi usia 6-23 bulan
mendapatkan MPASI yang adekuat dengan ketentuan dapat menerima minimal 4 atau
15
lebih dari 7 jenis makanan (serealia/umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan
susu, telur, sumber protein lainnya, sayur dan buah kaya vitamin A, sayur dan buah
lainnya-Minimum Dietary Diversity/MMD).
Di samping itu, yang diperhatikan juga adalah bayi harus memenuhi ketentuan
Minimum Meal Frequency (MMF), yaitu bayi 6-23 bulan yang diberi atau tidak diberi
ASI, dan sudah mendapat MP-ASI (makanan lunak/ makanan padat, termasuk
pemberian susu yang tidak mendapat ASI) harus diberikan makanan pendamping
dengan frekuesi sebagai berikut:
a) Untuk bayi yang diberi ASI:
Umur 6-8 bulan: 2x/ hari atau lebih;
Umur 9-23 bulan: 3x/ hari atau lebih.
b) Untuk bayi 6-23 bulan yang tidak diberi ASI: 4x/ hari atau lebih
Lebih lanjut, ketentuan MP-ASI untuk bayi 6-23 bulan, harus memenuhi
Minimum Acceptable Diet (MAD), yaitu gabungan dari pemenuhan MMD dan MMF.
Namun, kenyataannya hanya 36,6% anak 6-23 bulan yang asupannya mencapai pola
konsumsi yang memenuhi diet yang dapat diterima (minimal acceptable diet/MAD).9
masyarakat tersebut mau dan mampu bekerjasama dalam setiap kegiatan masyarakat
secara sukarela.16 Kegiatan bulanan di posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan
untuk memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS), memberikan konseling gizi, serta memberikan pelayanan gizi dan
d. Memiliki minat dan bersedia menjadi kader, bekerja secara sukarela, dan
16
e. Memiliki kemampuan dan waktu luang .
b. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain untuk
melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal masalah dan
potensi
17
memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka
posyandu.
pelaksanaan kegiatan.
1. Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan
5 meja meliputi :
nama balita padda KMS dan secarik kertas yang disalipkan pada KMS
dan mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada
b) Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil
tersebut.
sasaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah kader-kader yang ada di desa Tri Mulya Jaya
kecamatan Ukui.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kader yang hadir di posyandu
desaTri Mulya Jaya kecamatan Ukui dan memberikan persetujuam dan bersedia
mengisi kuisoner.
Inklusi
19
Kader yang bersedia mengisi kuesioner.
Ekslusi
Kader yang tidak bersedia mengisi kuesioner.
Cara kerja dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer. Data
primer adalah data yang dihasilkan secara langsung dari responden dengan
membagikan dan meminta responden untuk mengisi kuisioner agar mendapatkan
jawaban dari pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat didalam kuisioner dibuat untuk menilai tingkat pengetahuan pasien tentang
stunting.
Jenis daftar pertanyaan kuesioner untuk menggali pengetahuan tersebut adalah
dalam bentuk pertanyaan tertutup (menggunakan pertanyaan pilihan jawaban benar
atau salah) untuk memudahkan mentabulasi data atau mengolah data. Instrument
yang digunakan berupa kuisioner dengan 12 pertanyaan. Bila jawaban responden
benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0.
1. Baik : jika jawaban yang benar 9 - 12
2. Cukup : jika jawaban yag benar antara 5 - 8
3. Kurang : jika jawaban yang benar 0 - 4
Semua data yang diperoleh, dicatat, diolah secara manual lalu disusun ke
dalam tabel sesuai dengan peneliti.
20
membawa anaknya ke posyandu dalam pengawasan peneliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kader
Karakteristik N (%)
Usia
18-40 tahun 8 67
41-60 tahun 4 33
>60 tahun 0 0
Pendidikan
Dasar (SD SMP) 7 58
Menegah (SMA/SMK) 4 33
Tinggi (PT) 1 8
Lama
menjabat
≤3 tahun 6 50
>3 tahun 6 50
21
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa karakteristik responden, berdasarkan usia
paling banyak ada pada kelompok usia 18-40 tahun sebesar 67%, dengan pendidikan
paling banyak pada tingkat pendidikan dasar sebesar 58%, dan berdasarkan lamanya
menjadi kader >3tahun 50% dan <- 3 tahun 50%.
Pre Test
Tingkat N %
Pengetahuan
Baik 8 66,66
Cukup 2 16,66
Kurang 2 16,66
Total 12 100.0
Berdasarkan tabel menunjukan tingkat pengetahuan kader sebelum dilakukan
pelatihan pengetahuan responden yang baik yaitu 67%, cukup, 17 % dan kurang 17%.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Kader
Hasil penelitian pada tabel 1 berdasarkan karakteristik usia mayoritas
responden berada di usia 18-40 tahun sebesar 67%. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang pada orang yang belum
dewasa. Hal ini, berkaitan dengan banyaknya pengalaman dan informasi yang telah
diperoleh seseorang serta kematangan jiwanya. Dengan bertambahnya umur,
perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan akan menyebabkan berbagai
gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi kader dalam melaksanakan tugasnya
guna mendeteksi dini stunting pada balita di posyandu. 20
Untuk tingkat pendidikan kader pada hasil penelitian ini, paling banyak berada
di tingkat pendidikan dasar sebesar 58%. Pendidikan yang rendah sangat
mempengaruhi daya tangkap seseorang terhadap informasi yang diterimannya.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam suatu aktivitas. Makin
22
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, demikian juga sebaliknya semakin
rendah pendidikan semakin susah dalam menerima informasi.19
Pelatihan merupakan salah satu cara yang sangatlah berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan. kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya
pemahaman terhadap tugas kader.13
23
Bila anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang maka hasil pengukuranya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
Pada pemriksaan tinggi badan selama ini kader hanya memeriksa tinggi
badan 3 bulan sekali bukan sebulan sekali yang mana dapat mempengaruhi deteksi
dini stunting karena tidak dapat mengetahui keadaan gizi kronis dengan tinggi badan
yang pendek setiap bulan. Setelah diberikan penyuluhan ini kader diwajibkan untuk
memeriksa tinggi badan setiap bulan setiap kali posyandu diadakan.
Para kader diajarkan mengisi kurva WHO dikarenakan kader belum pernah
mengisi kurva WHO sebelumnya dan pengisian KMS yang lengkap dan bernar
karena para kader masih banyak yang belum mengisi lengkap data berupa gizi anak
tiap bulan yang mana mempengaruhi dalam mendeteksi dini stunting pada anak.
pada pelakasanaan kegiatan langsung di monitor oleh peneliti agar pelaksanaan
berjalan dengan baik.
Setelah diajarkan cara pemeriksaan praktek yang telah dilakukan sudah
berjalan baik kader-kader sudah dapat memeriksa dan menilai anak-anak di
posyandu dengan benar. Upaya ini harus dilakukan berkelanjutan dan evaluasi
mengenai pemeriksaan dini stunting para kader posyandu setiap bulan oleh tim
puskesmas agar kegiatan yang dilakukan tidak salah dan dapat mengeahui gizi dan
tinggi anak dalam upaya pencegahan stunting. Kader posyandu merupakan
penggerak utama seluruh kegiatan yang dilaksanakan di posyandu. Keberadaan kader
penting dan strategis, ketika pelayanan yang diberikan mendapat simpati dari
masyarakat akan menimbulkan implikasi positif terhadap kepedulian dan partisipasi
masyarakat. Kader diharapkan berperan aktif dalam kegiatan promotif dan preventif
serta mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat.
24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kader posyandu dalam
mendeteksi dini stunting di wilayah kerja Puskesmas Ukui tahun 2023, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1) Usia kader posyandu Tri Mulya Jaya paling banyak pada kelompok usia 18-40
tahun, Pendidikan paling banyak pada tingkat pendidikan dasar dan
berdasarkan lamanya menjadi kader sama lebih dan kurang 3 tahun.
2) Kader posyandu di desa Tri Mulya Jaya mayoritas memiliki pengetahuan yang
baik mengenai stunting berdasarkan kuesioner yang diberikan.
3) berdasarkan pemeriksaan terhadap balita mengenai tinggi badan, kader masih
belum mengetahui cara pemeriksaan yang baik dan benar serta tidak diperiksa
setiap bulan.
4) berdasarkan hasil pemeriksaan di posyandu kader hanya mengetahui cara
mengisi KMS dan tidak mengetahui cara penggunaan kurva WHO untuk
mendeteksi dini stunting.
5) berdasarkan pemeriksaan untuk mendiagnosis stunting tidak dapat dilakukan
karena pemeriksaan tinggi badan hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi kader
Pemeriksaan anak dan balita seharusnya menyeluruh dalam segala aspek
meliputi berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala anak. Pemeriksaaan pun harus
dilaksanakan setiap bulan agar kader mengetahui tinggi badan dan berat badan anak
sehingga dapat mendeteksi dini anak yang stunting. Diharapkan kader-kader juga
dapat memberika edukasi kepada ibu-ibu untuk memenuhi keberagaman makanan
agar tercapai komponen gizi seimbang serta dapat aktif mengikuti kegiatan posyandu
untuk memantau tumbuh & kembang anak.
25
5.2.2 Bagi Puskesmas Ukui
Edukasi yang berkesinambungan perlu diberikan kepada kader-kader yang
aktif di posyandu untuk meningkatkan pengetahuan kader mengenai stunting dan
pentingnya memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan untuk gizi anak sehingga
dapat menurunkan angka kejadian stunting. Mempublikasikan iklan layanan
masyarakat mengenai faktor risiko kejadian stunting. Sasaran sosialisasi dapat digapai
dari semua kalangan bahkan sejak remaja. Melakukan kerja sama lintas sektor dalam
meningkatkan program kesehatan Ibu dan Anak dalam mencegah terjadinya stunting.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi., 2018. Buku Saku Desa
dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Kementerian Desa
2. Kemenkes RI., 2018. Warta Kesmas Edisi 02: Cegah Stunting Itu Penting. Jakarta: Kemenkes RI
3. TNP2K., 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta:
TNP2K
4. Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, dkk., 2015. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan
Solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes
5. UNICEF/WHO/WB., 2021. Levels and trends in child malnutrition, 2021 edition. Geneva: WHO
6. Kemenkes RI., 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes
7. Kemenkes RI., 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018 provinsi Riau. Jakarta: Lembaga Penerbit
Balitbangkes
8. Soliman A, Sanctis VD, Ahemd S, et.al., 2021. Early and Long-term Consequences of Nutritional
Stunting: From Childhood to Adulthood, 92 (1) [e-journal]. Di akses di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7975963/
9. Buletin Jendela, 2018. Topik Utama: Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI
10. TNP2K., 2018. Gerakan Nasional Pencegahan Stunting dan Kerjasama Kemitraan Multi Sektor.
Jakarta: TNP2K
11. Khatimah H., Abbas HH., Mahmud NU., dkk., 2020. Karakteristik Kejadian Stunting di Wilayah
Kecamatan Mariso Kota Makassar, 01(02): 141-147 [window of public health journal]. Di akses
di http://repository.umi.ac.id/251/1/KARAKTERISTIK%20STUNTING%20DI
%20KECAMATAN%20MARISO.pdf
12. Setyawati VAV., 2018. Kajian Stunting Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Semarang
[urecol]. Di akses di http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/273/269
13. Colti S, Elviera G (2017) Analisis Kualitas Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal
Kemas 10 (1) : 14 -20
14. Hani (2012) Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.
27
15. Fretty, H., Misnaniarti, M., & Flora, R. (2020). Hubungan Lama Kerja Menjadi Kader, Sikap Dan
Pengetahuan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Kota Palembang. Jurnal'Aisyiyah Medika, 5(2).
16. Kementrian Kesehatan RI. (2017). Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. In Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
kader kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan kader kesehatan.
17. Sengkey, S. W. (2015). Analisis Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado.
Jikmu, 5(5).
18. Adistie, F., Maryam, N. N. A., & Lumbantobing, V. B. M. (2017). Pengetahuan Kader Kesehatan
Tentang Deteksi Dini Gizi Buruk Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parigi
Kabupaten Pangandaran. Dharmakarya, 6(3).
19. Siti Najmatul (2016) Hubungan pengetahuan dengan keterampilan kader dalam melakukan
pengukuran antropometri pada balita di wilayah kerja puskesmas kelayan timur. Akbid Sri
Mulya:Banjarmasin.
20. Yurinta, N. A. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Peran Kader Terhadap Partisipasi Ibu
Balita Dalam Kegiatan Posyandu Balita Desa Randualas Kecamatan Kare Kabupaten Madiun
(Doctoral dissertation, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun).
21. Niken, L. T. (2018). Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 24-59 Bulan Di Desa Karangrejek Wonosari Gunung Kidul. Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
22. Notoatmodjo, S. (2017). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
28
Lampiran 1
Dokumentasi
29
30
31
Lampiran 2
Kepada:
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
di- Desa Tri Mulya Jaya
Kecamatan Ukui
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah dokter internship puskesmas ukui.
Nama : Indra Pratama
Akan melakukan penelitian tentang “ Upaya Peningkatan Pengetahuan
Kader Posyandu Mengenai Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Ukui Tahun
2023 hubungan tingkat pengetahuan kader posyandu dengan kemampuan deteksi
dini stunting di desa slateng kabupaten jember ” maka saya mengharapkan bantuan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan responden
pada penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i bersifat bebas artinya tanpa adanya sanksi
apapun. Semua informasi dan data pribadi Bapak/Ibu/Saudara/i atas penelitian ini
tetap dirahasiakan oleh peneliti.
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia menjadi responden dalam penelitian kami
mohon untuk menandatangani formulir persetujuan menjadi peserta penelitian.
Demikian permohonan saya, atas kerjasama dan perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.
Ukui
Peneliti
32
Lampiran 3
Ukui,
Responden
33
Lampiran 4
BAGIAN A
Kuesioner Demografi
A. Data Umum
Jawablah daftar pertanyaan berikut ini dengan menuliskan tanda checklist ( √ )
pada kotak dan mengisi pada isian titik – titik yang telah disediakan :
1. Inisial Nama :
2. Umur (tahun) :
B. Data Khusus
1. Kuisioner pengetahuan kader
34
KUISIONER PENGETAHUAN KADER
Petunjuk pengsian :
Soal
1. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama adalah salah satu penyebab
stunting,apakah pernyataan tersebut benar?
a. Benar
b. Salah
2. Salah Salah satu gejala stunting yaitu anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
a. Benar
b. Salah
3. An. A pada bulan ke 5 datang ke posyandu dengan hasil pengisian grafik KMS sejajar
dengan bulan sebelumnya setelah itu pada bulan ke 6 An. A datang lagi dengan hasil
pengisian KMS sejajar dengan bulan sebelumnya dan grafik pertumbuhan anak berada
di garis hijau muda apakah anak ini sudah dikatakan stunting?
a. Ya
b. Tidak
4. Pengisian grafik KMS dikatakan naik apabila grafik BB mengikuti garis pertumbuhan
a. Benar
b. Salah
5. Pada garis pertumbuhan dikatakan T3 atau turun jika penimbang terjadi penurunan BB
a. Benar
b. Salah
35
6. Gangguan perkembangan akibat gizi kronis,gangguan perkembangan kognitif dan
motoric ataupun system kekebalan tubuh adalah dampak dari stunting
a. Benar
b. Salah
7. Pada An. A yang mengikuti posyandu dan hasil dari pengisian KMS adalah grafik
pertumbuhan anak di KMS berada di area warna kuning hal ini menunjukkan bahwa
An. A …….
a. Mengalami kurang gizi ringan
b. Mengalami kurang gizi berat
8. Cara membaca BB balita dengan melihat angka di ujung bandul geser
a. Benar
b. Salah
9. Anak usia 2 tahun/lebih di ukur TB nya secara?
a. Berdiri
b. Terlentang
10. Di dalam KMS, istilah naik atau tidak naik berat badan anak dilambangkan dengan
huruf N dan T. N yaitu untuk berat badan naik dan T untuk berat badan tidak naik”
apakah pernyataan tersebut sesuai ?
a. Benar
b. Salah
11. Microtoise digunkan untuk mengukur tinggi badan anak usia di atas 2 tahun dengan
cara berdiri
a. Benar
b. Salah
12. Pada saat menimbang BB sebaiknya aksesoris anak di lepas seperti topi dll
a. Benar
b. Salah
36
37