SKRIPSI
Disusun Oleh:
ADE NORMA
NIM: 2016032001
STIKes Faletehan
STIKes FALETEHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ADE NORMA
NIM: 2016032001
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Ade Norma
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Serang
Tanggal : 20 Mei 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
(Wiwik )
NIK 01.12.172
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadiratAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Kesehatan Masyarakat dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegemukan Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon Tahun 2018”.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah dibimbing dengan baik oleh para dosen
pembimbing dan mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
sebagai bentuk rasa syukur, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Andiko Nugraha Kusuma, SKM., M.KM, selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang.
2. Ibu Hj. Titin Nasiatin, SH., MKM, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Masyarakat dan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan Serang.
3. Bapak Fauzul Hayat, SKM,MKM, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKes Faletehan Serang.
4. Ibu Dini Daningrum, SKM., MKM, selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan masukan untuk terselesaikan laporan ini.
5. Pihak Seksi Kesga Bidang Kesmas Dinas Kesehatan kota Cilegon yang telah
memfasilitasi penulis sehingga dapat melaksankan Praktikum Kesehtan
Masyarakat.
6. Seluruh staff dan Dosen PSKM yang memberikan motivasi dan bantuannya
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan doa, dukungan
moril dan materi.
8. Suami dan anakku yang telah sabar dan setia mendampingiku. Semoga kita
selalu bersama sampai di akhirat kelak. Amin.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran guna perbaikan laporan ini di masa yang akan datang.
Sebagai sivitas akademik STIKes Faletehan, saya yang bertanda tangan dibawah
ini :
beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini STIKes
Faletehan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak
Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.
Dibuat di : Serang
Pada Tanggal : 20 Mei 2018
Yang menyatakan
(Ade Norma)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
LEMBAR PERSETUJUAN v
KATA PENGANTAR vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Ruang Lingkup Penelitian 7
STIKes Faletehan
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2006). Kekurangan atau kelebihan zat gizi
dalam tubuh akan mempengaruhi status gizi yang pada akhirnya menyebabkan
masalah gizi (Riyadi, 2003).
Status gizi lebih merupakan kondisi dimana berat badan melebihi standar berat
badan normal. Gizi lebih dapat terjadi pada semua lapisan umur, dari mulai
bayi, balita, anak-anak, orang dewasa, dan lansia. Persatuan ahli gizi Rumah
Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM), mengatakan gizi lebih yang dapat
menyebabkan kegemukan dibagi dua yaitu berat badan overweight yang
berarti berat badan lebih dari 10-20% dari berat badan ideal, dan obesitas yaitu
kondisi tubuh memiliki berat badan lebih 20% berat badan ideal (Rimbawan
dan Siagian, 2004).
STIKes Faletehan
kategori daerah perkotaan adalah di Puskesmas Citangkil yaitu 1,3% dari
jumlah penduduk balita yang ada di Kecamatan Cilegon di tahun 2017.
STIKes Faletehan
Sedangkan hasil penelitian di Provinsi Sumatera Selatan (Musadat, 2013),
faktor yang mempengaruhi kegemukan adalah jenis kelamin, umur,genetik
orang tua (IMT Ayah), aktifitas fisik, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan
makanan berlemak, konsumsi energi, dan konsumsi protein.
Dampak buruk yang bisa saja terjadi saat anak sudah terkena obesitas
antaralain; Masalah jantung, gangguan saluran pernapasan dan diabetes.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi gemuk, oleh karena itu,
perlu diteliti lebih jauh tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil, Kota
Cilegon.
B. Rumusan Masalah
Masalah kegemukan pada usia dini, harus menjadi perhatian serius, mengingat
prevalensi kegemukan pada usia dini cukup tinggi. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2010 prevalensi kegemukan sebesar 14,0% dan meningkat dari
12,2% pada tahun 2007. Di Banten hasil Pemantauan Status Gizi di tahun
2017 prevalensi kegemukan pada balita (indeks status gizi berdasarkan
BB/TB) sebesar 0,7% sedangkan hasil Pemantauan Status Gizi di tahun 2018
STIKes Faletehan
prevalensi kegemukan pada balita (indeks status gizi berdasarkan BB/TB)
sebesar 1,3%.
Kondisi kegemukan pada usia dini akan dibawa sampai dewasa, yang
berdampak terhadap peningkatan resiko penyakit degeneratif. Meningkatnya
status sosial ekonomi masyarakat saat ini, ditambah lagi dengan gaya hidup
yang kurang baik, seperti banyak tawaran makanan siap saji,dan kurangnya
aktifitas fisik cenderung meningkatkan kejadian gizi lebih.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
STIKes Faletehan
c. Untuk mengetahui gambaran aktifitas fisik anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Citangkil, Kota Cilegon tahun 2018.
d. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan makan (konsumsi buah&
sayur, konsumsi makanan berlemak, dankonsumsi makanan/minuman
manis) anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon
tahun 2018.
e. Untuk mengetahui karakteristik keluarga (pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, dan jumlah anggota keluarga) di wilayah kerja Puskesmas
Citangkil Kota Cilegon tahun 2018.
f. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik anak balita (jenis
kelamin, umur, dan berat badan lahir) dengan kegemukan pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon tahun 2018.
g. Untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik anak balita dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil
Kota Cilegon tahun 2018.
h. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan anak balita
(frekuensi makan sayur & buah, makanan berlemak, dan
makanan/minuman manis) dengan kegemukan pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon tahun 2018.
i. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, dan jumlah anggota keluarga) dengan kegemukan
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon
tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
STIKes Faletehan
2. Bagi STIKes Faletehan
3. Bagi peneliti
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bidang gizi masyarakat dimana
penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil tahun
2018, mengingat prevalensi kegemukan di kecamatan Citangkil yaitu 1,3%
dari jumlah penduduk balita yang ada di kecamatan Citangkil yang mana
merupakan urutan ke-1 untuk kategori daerah perkotaan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari-Maret tahun 2018.
STIKes Faletehan
protein), aktifitas fisik, kebiasaan makan anak balita (konsumsi buah dan
sayur, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi makanan/minuman manis),
karakteristik orang tua (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah
anggota rumah tangga) sebagai variabel independen.
Untuk variabel konsumsi gizi (asupan energi dan asupan protein) ditentukan
dengan recall 1x24 jam, variabel karakteristik anak (umur, jenis kelamin
balita, dan berat badan lahir) ditentukan dengan observasi/pengambilan data
dari Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku
KIA). Sedangkan variabel lainnya, aktifitas fisik, kebiasaan makan anak balita
(konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi
makanan/minuman manis), karakteristik orang tua (tingkat pendidikan ibu,
status pekerjaan ibu, jumlah anggota rumah tangga) ditentukan melalui
wawancara menggunakan kuesioner.
STIKes Faletehan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Balita
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun sehingga bagi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan
ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia dibawah satu tahun
berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, maka anak dibawah satu tahun
tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun
dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusui sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita
merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai
konsumen aktif (Uripi, 2004).
Usia balita adalah periode penting dalam proses tumbuh kembang anak yang
merupakan pertumbuhan dasar anak. Pada usia balita, perkembangan
kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosi, dan inteligensi
anak berjalan sangat cepat. Hal tersebut merupakan landasan bagi
perkembangan anak berikutnya. Balita termasuk ke dalam kelompok usia yang
berisiko tinggi terhadap penyakit. Kekurangan ataupun kelebihan zat gizi pada
balita dapat mempengaruhi status gizi dan status kesehatannya. Pemenuhan
kebutuhan zat gizi pada balita memang sangat penting untuk menunjang
proses tumbuh kembang (Febry &Marendra, 2008).
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1-3
tahun (batita) dan anak usia prasekolah (4-5 tahun) (Uripi, 2004). Anak usia 1-
3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa
yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya
lebih besar.Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
B. Status Gizi
Menurut Almatsier (2006), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Kekurangan atau
kelebihan zat gizi dalam tubuh akan mempengaruhi status gizi yang pada
akhirnya menyebabkan masalah gizi.
Status gizi lebih merupakan kondisi dimana berat badan melebihi standar
berat badan normal.Gizi lebih dapat terjadi pada semua lapisan umur,
darimulai bayi, balita, anak-anak, orang dewasa, dan lansia. Persatuan ahli
gizi rumah sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM), mengatakan gizi lebih
yang dapat menyebabkan kegemukan dibagi dua yaitu berat badan
overweight yang berarti berat badan lebih dari 10-20% dari berat badan
STIKes Faletehan
ideal, dan obesitas yaitu kondisi tubuh memiliki berat badan lebih 20%
berat badan ideal.Overweight adalah kondisi berat badan melebihi berat
normal, sedang obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan akibat
tertimbunnya lemak, pada pria 20% sedang pada wanita 25% (Rimbawan
& Siagian, 2004).
Penilaian status gizi secara garis besar dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
penilaian status gizi secara langsung yang terdiri dari: antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik, dan penilaian status gizi secara tidak langsung
dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor
ekologi (Supariasa, dkk,2004).
Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak
balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status
gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam
penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara
pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri (Supariasa, dkk, 2004).
STIKes Faletehan
spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.Kesalahan yang
terjadi pada saat pengukuran (Supariasa, dkk,2004).
Indeks berat badan menurut umur (BB/U) mencerminkan status gizi saat
ini, karena berat badan menggambarkan massa tubuh (otot dan lemak)
yang sensitif terhadap perubahan yang mendadak, seperti infeksi otot dan
tidak cukup makan. Berat badan merupakan indikator yang sangat labil.
Indeks ini dapat digunakan untuk mendeteksi underweight dan overweight
(Supariasa, dkk,2004).
Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) mencerminkan status gizi masa
lalu, karena pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap
masalah kurang gizi dalam waktu pendek.Defisit TB/U menunjukkan
ketidakcukupan gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka
panjang.Stunting merefleksikan proses kegagalan untuk mencapai
pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan
yang subnormal (Supariasa, dkk, 2004).
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini, karena pada keadaan normal
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Wasting secara luas digunakan untuk
menjelaskan proses yang mengarah pada terjadinya kehilangan berat
badan, sebagai konsekuensi dari kelaparan akut dan atau penyakit berat
(Supariasa, dkk, 2004).
Penentuan status gizi dengan caraZ-skor lebih akurat. Karena hasil hitung
telah dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan
untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri. Di Indonesia
ketentuan umum penggunaan standar antropometri WHO 2005 telah
tetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan(Kepmenkes)
nomor:1995/Menkes/SK/XII/2010tanggal:30 Desember 2010, dimana
telah ditentukan kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan
indeks BB/U, (PB/TB)/U, BB/(PB/TB) yaitu sebagai berikut :
STIKes Faletehan
Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks BB/U, (PB/TB)/U, BB/(PB/TB)
Kategori status Ambang batas
Indeks
gizi (Z-score)
Gizi Buruk < -3 SD
Berat badan menurut umur
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
(BB/U)
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Gizi Lebih > 2 SD
Panjang badan menurut umur Sangat Pendek < -3 SD
(PB/U) atau tinggi badan Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
menurut umur (TB/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak umur 0-60 bulan Tinggi > 2 SD
Berat badan menurut panjang Sangat Kurus < -3 SD
badan/tinggi badan Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
(BB/(PB/TB)) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gemuk > 2 SD
Sumber: Kepmenkes nomor:1995/Menkes/SK/XII/2010
STIKes Faletehan
hubungan nyata antara umur dan jenis kelamin dengan kegemukan
anak 6-14 tahun.
Berat lahir adalah berat yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir. Berat badan lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori
(Sylviati, 2008) yaitu:
c. Konsumsi gizi
STIKes Faletehan
diperlukan untuk pertumbuhan normal tergantung dari kualitas zat gizi
yang dimakan, bagaimana zat gizi diserap, dan penggunaan oleh tubuh
itu sendiri (Pudjiadi, 2003).
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Gizi 2014 Bagi Orang Indonesia
Berat Tinggi Energi Protein
Kelompok Umur badan Badan (Kkal) (g)
(Kg) (cm)
1-3 th 13 91 1125 26
4-6 th 19 112 1600 35
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG), LIPI, 2014
STIKes Faletehan
1) Kurang : Asupan/konsumsi zat gizi <80% dari AKG.
2) Cukup : Asupan/konsumsi zat gizi 80-110% dari AKG.
3) Lebih : Asupan/konsumsi zat gizi > 110% dari AKG.
Hasil penelitian Musadat (2010) menunjukkan bahwa proporsi anak
gemuk, mengkonsumsi energi dan protein dalam kategori lebih adalah
lebih banyak dibandingkan konsumsi energi dan proteinnya kategori
cukup, dan menyatakan bahwa ada hubungan nyata antara konsumsi
energi perkapita dengan kegemukan anak. Hal serupa juga didapatkan
dari penelitian Fitri (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara asupan energi dan protein
dengan stunting indeks status gizi TB/U.
d. Aktifitas Fisik
STIKes Faletehan
televisi, hingga video game dibandingkan bermain diluar. Anak-anak
dibawah usia delapan tahun menghabiskan waktu rata-rata 2,5 jam
untuk menonton televisi, dan anak yang berusia diatas delapan tahun
menghabiskan 4,5 jam didepan telivisi atau video game. Anak-anak
yang menonton televisi lebih dari empat jam sehari, lebih mudah
menjadi gemuk daripada anak yang menonton televisi dua jam sehari
atau kurang. Penelitian di Amerika pada anak-anak oleh (Hidayati,
dkk,2006), menunjukkan bahwa anak dengan lama waktu menonton
televisi 5 jam per hari, memiliki risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih
besar dari pada anak dengan lama waktu menonton 2 jam per hari.
Sedangkan menurut Chaput, dkk (2006) dalam Musadat (2010)
menyatakan bahwa selain aktifitas menonton TV, jumlah tidur juga
berhubungan dengan kegemukan. Anak dengan tidur lebih sedikit
beresiko lebih tinggi untuk mengalami kegemukan.
STIKes Faletehan
Kategori aktifitas fisik anak balita adalah sebagai berikut:
e. Kebiasaan Makan
STIKes Faletehan
1) Konsumsi Buah dan Sayur.
Selain itu juga menurut Dr. Hendarwan Nadesul, Sayur dan buah
merupakan sumber serat terbesar sehingga konsumsi sayur dan
buah identik dengan pemenuhan akan konsumsi serat meskipun
bukan hanya terdapat pada sayur dan buah. Dalam sehari balita
membutuhkan serat kisaran 9 gram, secara kasar jika ditukar dalam
ukuran rumah tangga dalam sehari kisaran ¾ gelas sayur dan buah.
STIKes Faletehan
3) Konsumsi Makanan/Minuman Manis.
4) Konsumsi Jeroan
STIKes Faletehan
kebiasaanmakan makanan berlemak, berhubungannyata dengan
kegemukan pada anak.
f. Kakateristik keluarga
1) Pendidikan ibu
STIKes Faletehan
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuangizi
yang mereka peroleh (Depkes RI, 2004).
2) Pekerjaan ibu
Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang
lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya. Pada
umumnya di daerahpedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan
diasuh oleh kakaknya atau sanaksaudaranya sehingga pengawasan
terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaikjika orang tua
tidak bekerja (Sediaoetama, 2008).
STIKes Faletehan
mengungkapkan hal yang sama bahwa ibu yang bekerja memiliki
waktu yang sedikituntuk memasak makanan bagi keluarga
sehingga konsumsi makanan siap saji dalamkeluarga tinggi.
STIKes Faletehan
ada hubungan secara statistik antara jumlah anggota rumah tangga
dengan stunting yang diukur berdasarkan indeks status gizi TB/U.
g. Genetik
h. Status kesehatan
STIKes Faletehan
mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga
mempengaruhi status gizi (Suhardjo, 2003).
STIKes Faletehan
C. Kerangka Teori
Kebiasaan Makan
Anak
- Frekuensi makan
sayuran
- Frekuensi makan Kegemu
buah-buahan kan Aktifitas
- Frekuensi Fisik
makan/minuman Anak
manis
Status Genetika
Kesehatan
Gambar 2.1: Kerangka Teori modifikasi dari: Heird (2002), Gilman (2001), Simon (2008)
dalam Fitriani (2012)
STIKes Faletehan
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERSIONAL DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel
Independen
Karakteristik Anak
- Jenis Kelamin
- Umur
Variabel
Dependen
Kebiasaan Makan
Anak
- Konsumsi buah
dan sayuran Kegemu
- Konsumsi kan pada
makanan/ Balita
minuman manis
Karakteristik
Keluarga
- Pendidikan
Ibu/Ayah
- Pekerjaan
Ibu/Ayah
- Jumlah Anggota Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
Keluarga
28
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Dependen
1. Kegemukan Adalah jika status gizi anak balita - Berat badan : Berat badan : 1. Gemuk, jika Ordinal
pada balita sesuai kelompok umur dan jenis Timbangan injak Menimbang indek BB/TB >+2SD
kelamin berdasarkan indeks digital (seca) Standar WHO 2005
BB/(PB/TB) berada dalam dengan ketelitian Tinggi Badan : 2. Tidak Gemuk, jika
kategori gemuk atau lebih dari 0.1 kg. Mengukur indek BB/TB ≤2SD
+2SD nilai rerata standar WHO - Tinggi badan : Standar WHO 2005
2005. Microtoice
dengan ketelitian
0.1 cm.
Variabel Independen
1. Umur Lamanya anak hidup sejak lahir Kuesioner Observasi/Pengambi 1. 36-59 Bulan Ordinal
hingga saat berlangsung lan data dari KMS 2. 24-35 Bulan
penelitian yang dihitung dalam atau Buku KIA.
satuan bulan dan dihitung bulan
penuh.
2. Jenis Perbedaan sex pada balita yang Kuesioner Observasi/Pengambi 1. Laki-laki Ordinal
Kelamin didapat sejak lahir. lan data dari KMS 2. Perempuan
atau Buku KIA.
3 Berat Badan Berat yang ditimbang dalam Kuesioner Observasi/Pengambi 1. Beresiko, jika Berat Ordinal
STIKes Faletehan
Lahir waktu 1 jam pertama setelah lan data dari KMS Badan Lahir > 4000gr
lahir. atau Buku KIA. dan <2500gr.
2. Tidak beresiko, jika
Berat Badan Lahir
2500-4000gr.
4 Konsumsi Energi yang dikonsumsi oleh Formrecall Wawancara dengan 1. Lebih, jika konsumsi Ordinal
energi anak balita dalam waktu 1 hari mengumpulkan data energi>110 % AKG.
konsumsi melalui 2. Cukup, jika konsumsi
recall 24 jam energi ≤110% AKG.
5 Konsumsi Protein yang dikonsumsi oleh Formrecall Wawancara dengan 1. Lebih, jika konsumsi Ordinal
protein anak balita dalam waktu 1 hari mengumpulkan data protein >110 % AKG.
konsumsi melalui 2. Cukup, jika konsumsi
recall 24 jam protein ≤110% AKG.
6 Aktifitas Kebiasaan anak sehari-hari dalam Kuesioner Wawancara 1. Kurang, jika Ordinal
fisik anak melakukan aktifitas fisik/gerakan melakukan aktifitas
balita tubuh yang dihasilkan oleh otot- fisik < 3 jam dalam
otot rangka yang dihasilkan sehari.
sebagai suatu pengeluaran tenaga, 2. Cukup, jika melakukan
misalnya bersepeda, berguling dll aktifitas fisik ≥ 3 jam
dalam sehari
7 Kebiasaan Kebiasaan makan buah dan sayur Kuesioner Wawancara 1. Kurang, jika konsumsi Ordinal
konsumsi pada sampel yang dinilai adalah buah dan sayur <5hari
buah dan berdasarkan frekuensi dan porsinya dalam seminggu.
sayur selama satu minggu. Dimana dalam 2. Cukup, jika konsumsi
1 hari membutuhkan 1 porsi atau buah dan sayur ≥ 5-
setara dengan ¾ gelas buah dan 7hari dalam seminggu.
sayur
STIKes Faletehan
8 Kebiasaan Kebiasaan seseorang Kuesioner Wawancara 1. Sering, jika konsumsi Ordinal
konsumsi makanmakanan yang banyak makanan
makanan mengandung lemak seperti, gulai berlemak>3hari
berlemak kambing, gulaibabat, ayam perminggu
dengan kulit, daging olahan, 2. Jarang, jika konsumsi
jajanan gorengan, dll dinilai makanan berlemak ≤3
berdasarkan frekuensinya dalam hari Perminggu.
satu hari, satu minggudan satu
bulan.
9 Kebiasaan Kebiasaan seseorang makan Kuesioner Wawancara 1. Sering, jika konsumsi Ordinal
konsumsi makanan yang manis seperti makanan manis >3hari
makanan/ syrup, aneka roti, sereal manis, perminggu
minuman aneka krim, mayones, dll dinilai 2. Jarang, jika konsumsi
manis berdasarkan frekuensinya dalam makanan manis ≤3 hari
satu hari, satu minggudan satu Perminggu.
bulan.
10 Pendidikan Jenjang pendidikan formal Kuesioner Wawancara 1. Rendah, jika Ordinal
Ibu tertinggi yang ditamatkan oleh mempunyai pendidikan
Ibu. ≤ Sekolah Menengah
Pertama
2. Tinggi, jika mempunyai
pendidikan > Sekolah
Menengah Pertama
(program wajib belajar
12 tahun)
11 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukanoleh ibu Kuesioner Wawancara 1. Bekerja Ordinal
Ibu untukmenghasilkan uang. 2. Tidak bekerja
STIKes Faletehan
12 Jumlah Merupakan jumlah anggota Kuesioner Wawancara 1. Keluarga besar, jika Ordinal
Anggota keluarga yang masih hidup, baik jumlah anggota
Keluarga kandung maupun bukan keluarga> 4 orang.
kandung/anggota keluarga lain 2. Keluarga kecil, jika
yang tinggal menetap bersama jumlah anggota ≤ 4
dalam satu rumah dan makannya orang.
berasal dari satu dapur.
STIKes Faletehan
32
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara anak balita jenis kelamin anak balita dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota
Cilegon tahun 2018.
2. Ada hubungan antara anak balita umur anak balita dengan kegemukan
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon tahun
2018.
3. Ada hubungan berat badan lahir anak balita dengan kegemukan pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon tahun 2018.
4. Ada hubungan antara konsumsi energi anak balita dengan kegemukan
pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
5. Ada hubungan antara konsumsi gizi protein anak balita dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota
Cilegon.
6. Ada hubungan antara aktifitas fisik anak balita dengan kegemukan pada
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
7. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi buah dan sayuran pada anak
balita dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Citangkil Kota Cilegon.
8. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan berlemak pada anak
balita dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Citangkil Kota Cilegon.
9. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan/minuman manis
dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil
Kota Cilegon.
10. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kegemukan pada anak balita
di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
11. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan kegemukan pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon
12. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kegemukan pada
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.
STIKes Faletehan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang tercatat di Kecamatan
Citangkil, Kota Cilegon. Di Kota Cilegon pada tahun 2018 jumlah populasi
jumlah balita secara estimasi berdasarkan data dari BPS kota Cilegon adalah
47.958 jiwa sedangkan populasi balita di Wilayah kerja Puskesmas Citangkil
adalah 5.170 jiwa yang tersebar dalam 5 Kelurahan yaitu:
33
STIKes Faletehan
34
Keterangan :
n = besar sampel.
= tingkat kepercayaan uji α =5%; Z-score = 1,96
= tingkat kekuatan uji (power test) β = 20%; Z-score = 0,84
P =
P1 = Proporsi responden yang mengalami kegemukan/obesitas pada
kelompok yang beresiko.
P2 = Proporsi responden yang mengalami kegemukan/obesitas pada
kelompok yang tidak beresiko.
Tabel 4.1
Perhitungan besar sampel
Variabel Variabel ∑
P1 P2 Sumber
independen dependen sampel
Jenis
0.370 0.099 38 Rahmawati, 2009
Kelamin
Status
pekerjaan Kegemukan 0.170 0.417 53 Widhuri, 2007
ibu /Obesitas
Pendidikan
0.371 0.143 57 Prihatini, 2006
ibu
Aktifitas
0.099 0.0068 92 Musadat, 2010
fisik
STIKes Faletehan
35
Dalam penelitian ini sampel diambil dari balita yang datang dan di timbang di
posyandu wilayah kerja Puskesmas Citangkil. Adapun sampel yang diambil
harus memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Balita tersebut termasuk kedalam wilayah kerja Puskesmas Citangkil,
Kota Cilegon.
2. Masih memiliki orang tua (kandung maupun angkat).
3. Balita usia 24-59 Bulan.
4. Balita dalam keadaan sehat (tidak sedang sakit).
5. Memiliki KMS/Buku KIA.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah balita usia 0-23 bulan.
1. Sumber Data
b. Form Food Recall makanan 1x24 jam untuk variabel konsumsi gizi
anak balita (konsumsi energi dan protein).
STIKes Faletehan
36
b. Observasi
c. Pengukuran
E. Manajemen Data
STIKes Faletehan
37
F. Pengolahan
Adapun rumus dari uji Kai Kuadrat (Chi Square) ini adalah:
STIKes Faletehan
38
df = (k-1)(b-1)
Keterangan :
χ2 = Chi Square
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi (harapan)
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
Hasil akhir untuk mengetahui uji statistik ini adalah untuk mengetahui
apakah keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima (gagal ditolak). Dengan
ketentuan apabila nilai p≤alpha (0,05) maka Ho ditolak artinya ada
hubungan yang bermakna antar variabel dengan variabel independen,
namun bila nilai p>alpha maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antar variabel independen dengan variabel independen.
STIKes Faletehan
BAB V
HASIL PENELITIAN
Puskesmas Citangkil merupakan salah satu dari 8 Puskesmas yang ada di Kota
Cilegon, yang terletak di Kelurahan Kebonsari Kecamatan Citangkil, tetapi
mempunyai wilayah kerja di Kecamatan Citangkil.
Tabel 5.1
Jumlah RW dan RT Menurut Kelurahan Tahun 2018
No Nama Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT
1 Ciwaduk 9 26
2 Ciwedus 6 33
3 Bendungan 6 19
4 Ketileng 4 15
5 Bagendung 5 12
Jumlah 30 105
Sumber: Profil Puskesmas Citangkil2018
39
STIKes Faletehan
40
Upaya kesehatan wajib terdiri dari enam pokok program yang dikenal dengan
basic six yaitu:
1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
3. Gizi.
4. Keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak.
5. Pemberantasan penyakit menular.
6. Pengobatan.
1. Upaya laboratorium.
2. Upaya pencatatan dan pelaporan dengan SIMPUS (sistim informasi dan
manajemen puskesmas).
B. Analisis Univariat
STIKes Faletehan
41
Gambaran kegemukan pada anak balita dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Status KegemukanAnak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Status Kegemukan Frekuensi Persentase %
Gemuk 44 44,0%
Tidak Gemuk 56 56,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
2. Gambaran karakteristik anak balita (jenis kelamin, umur, dan berat badan
lahir) di wilayah kerja Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
Karakteristik anak balita terdiri dari jenis kelamin, umur, dan berat badan
lahir. Gambaran sebarankarakteristik anak balita adalah sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
b. Umur
STIKes Faletehan
42
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Anak Balita Menurut Kategori Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Umur Frekuensi Persentase %
36-59 bulan 60 60,0%
24-35 bulan 40 40,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
3. Gambaran konsumsi gizi (energi dan protein) anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
a. Konsumsi energi
Gambaran konsumsi energi anak balita dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
STIKes Faletehan
43
Tabel 5.6
Distribusi Konsumsi Energi Anak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Kategori Konsumsi Energi Frekuensi Persentase %
Lebih 43 43,0%
Cukup 57 57,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
b. Konsumsi protein
Tabel 5.7
Distribusi Konsumsi Protein Anak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Konsumsi Protein Frekuensi Persentase %
Lebih 25 25,0%
Cukup 75 75,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
STIKes Faletehan
44
STIKes Faletehan
45
Tabel 5.10
Distribusi Kebiasaan Anak Balita Konsumsi Makanan Berlemak
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Kebiasaan Konsumsi Makanan Frekuensi Persentase %
Berlemak
Sering (≥3 hari/minggu) 67 67,0%
Jarang (<3 hari/minggu) 33 33,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
STIKes Faletehan
46
a. Pendidikan ibu
Tabel 5.12
Distribusi Karakteristik Keluarga Kategori Pendidikan Ibu
Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase %
Rendah (≤ SMP) 39 39,0%
Tinggi (> SMP) 61 61,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
b. Pekerjaan ibu
STIKes Faletehan
47
Tabel 5.14
Distribusi Karakteristik Keluarga Kategori Jumlah Anggota
Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas CitangkilTahun 2018
Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase %
Kecil (≤ 4 orang) 11 11,0%
Besar (> 4 orang) 89 89,0%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer 2018
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan karakteristik anak balita (jenis kelamin, umur, dan berat badan
lahir) dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
STIKes Faletehan
48
Tabel 5.16
HubunganAntara Umur Dengan Kegemukan Pada Anak Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Umur Gemuk Tidak Gemuk Total Nilai P
31 29 60
36-59 Bulan
(51,7%) (48,3%) (100%)
13 27 40
24-35 Bulan 0,092
(32,5%) (67,5%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.16, diperoleh dari 60 anak balita yang berumur 36-
59 bulan yang mengalami kegemukan sebanyak 31 anak balita (51,7%)
dan tidak mengalami kegemukan sebanyak 29 anak balita
(48,3%).Sedangkan dari 40 anak balita yang berumur 24-35 bulan
yang mengalami kegemukan yaitu sebanyak 13 anak balita (32,5%)
dan yang tidak mengalami kegemukan sebanyak 27 anak balita
(67,5%).
STIKes Faletehan
49
STIKes Faletehan
50
Tabel 5.18
HubunganAntara Konsumsi Energi Dengan Kegemukan Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Nilai
Konsumsi Energi Gemuk Tidak Total OR
P
Gemuk
36 7 43
Lebih 31,500
(83,7%) (16,3%) (100%)
0,000 (10,466-
8 49 57
Cukup 94,806)
(15,8%) (84,2%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR=31,500 yang artinya anak
balitayang mengkonsumsi energi dalam kategori lebih mempunyai
peluang 31,500 kali menjadi gemuk dibanding anak balita yang
mengkonsumsi energi dalam kategori cukup.
STIKes Faletehan
51
Tabel 5.19
HubunganAntara Konsumsi Protein Dengan Kegemukan Pada
Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Konsumsi Nilai
Gemuk Tidak Total OR
Protein P
Gemuk
21 4 25
Lebih 11,870
(84,0%) (16,0%) (100%)
0,000 (3,660-
23 52 75
Cukup 38,494)
(30,7%) (69,3%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR=11,870 yang artinya anak
balitayang mengkonsumsi protein dalam kategori lebih mempunyai
peluang 11,870 kali menjadi gemuk dibanding anak balita yang
mengkonsumsi protein dalam kategori cukup
STIKes Faletehan
52
Hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kegemukan pada anak
balita adalah sebagai berikut:
Tabel 5.20
HubunganAntara AktifitasFisik Dengan Kegemukan Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Aktifitas
Gemuk Tidak Total Nilai P
Fisik
Gemuk
11 10 21
Kurang
(52,4%) (47,6) (100%)
0,533
33 46 79
Cukup
(41,8%) (58,2%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Dari analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
p=0,533 maka dapat disimpulkan secara statistis pada α 5% tidak ada
hubungan yang signifikan antara umur dengan kegemukan pada anak
balita (nilai p>0,05).
STIKes Faletehan
53
STIKes Faletehan
54
Tabel 5.22
HubunganAntara Kebiasaan Konsumsi Makanan Berlemak
Dengan Kegemukan Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas CilegonTahun 2018
Kebiasan Status Kegemukan
Konsumsi Gemuk Tidak Nilai OR
Total
Makanan Gemuk P
Berlemak
Sering (≥ 3 38 29 67
5,897
hari/minggu) (56,7%) (37,5%) (100%)
0,001 (2,152-
Jarang <3 6 27 33
16,157)
hari/minggu) (18,2%) (81,8%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR= 5,897 yang artinya anak
balitayang mempunyai kebiasaan konsumsi makanan berlemak dalam
kategori sering mempunyai peluang 5,897 kali menjadi gemuk
dibanding anak balita mempunyai kebiasaan konsumis makanan
berlemak dalam kategori jarang.
STIKes Faletehan
55
Tabel 5.23
HubunganKebiasaan Konsumsi Makanan/Minuman Manis
Dengan Kegemukan Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas CilegonTahun 2018
Status
Kebiasan
Kegemukan Nilai OR
Konsumsi Makan/ Total
Gemuk Tidak P
Minuman Manis
Gemuk
44 46 90
Sering (≥ 3
(48,9%) (51,1% (100%)
hari/minggu)
) -
Jarang <3 0 10 10
0,002
hari/minggu) (0%) (100%) (100%)
44 56 100
Total (44,0%) (56,0% (100%)
)
Sumber: Data primer 2018
STIKes Faletehan
56
Tabel 5.24
HubunganAntara Pendidikan Ibu Dengan Kegemukan Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Pendidikan
Gemuk Tidak Total Nilai P
Ibu
Gemuk
Rendah 14 25 39
(≤SMP) (35,9%) (64,1%) (100%)
0,272
Tinggi 30 31 61
(>SMP) (49,2%) (50,8%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
STIKes Faletehan
57
Tabel 5.25
HubunganAntara Pekerjaan Ibu Dengan Kegemukan Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun 2018
Status Kegemukan
Pekerjaan
Gemuk Tidak Total Nilai P
Ibu
Gemuk
12 8 20
Bekerja
(60,0%) (40,0%) (100%)
0,174
32 48 80
Tidak bekerja
(40,0%) (60,0%) (100%)
44 56 100
Total
(44,0%) (56,0%) (100%)
Sumber: Data primer 2018
Tabel 5.26
Hubungan Antara Jumlah Anggota Keluarga Dengan Kegemukan
Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas CilegonTahun
2018
Status Kegemukan
Jumlah Anggota
Gemuk Tidak Total Nilai P
Keluarga
Gemuk
Kecil (≤ 4 orang) 5 (45,5%) 6 (54,5%) 11 (100%) 1,000
STIKes Faletehan
58
STIKes Faletehan
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
Pada penelitian terkait oleh Rahmawati (2009) pada anak usia sekolah
dasar (8-12 tahun) dengan indikator IMT, proporsi status kegemukan
sebesar 39,0%, dan yang tidak mengalami kegemukan yaitu sebesar
61,0%. Sedangkan penelitian Musadat (2010) pada anak usia 6-14 tahun
dengan indikator BB/TB, proporsi kegemukan sebesar 12,7% dan yang
tidak mengalami kegemukan sebesar 87,3%.
59
STIKes Faletehan
60
Pada hasil penelitian ini pada kelompok usia 24-35 bulan memiliki berat
badan rata-rata 13,9 Kg, sedangkan padakelompok usia 36-59 bulan
memiliki berat badanrata-rata 19,8 Kg. Berat badan anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Citangkillebih berat jika dibandingkan dengan rata-rata
berat badan orang Indonesia pada kelompok masing-masing umur. Rata-
rata berat badan orang Indonesia pada usia 24-35 bulan adalah 12 Kg,
sedangkan usia 36-59 bulan adalah 17 Kg.
Disisi lain hasil penelitian ini pada kelompok usia 24-35 bulan memiliki
tinggi badan rata-rata 86,74 cm, sedangkan pada usia 36-59 bulan
memiliki tinggi badan 99,9 cm. dimana tinggi badan anak balita di wilayah
kerja Puskesmas Citangkillebih pendek jika dibandingkan dengan rata-rata
tinggi badan orang Indonesia pada golongan masing-masing umur, dimana
rata-rata tinggi badan orang Indonesia pada usia 24-35 bulan adalah 90,0
cm, sedangkan usia 36-59 bulan adalah 110,0 cm.
STIKes Faletehan
61
2. Gambaran karakteristik anak balita (jenis kelamin, umur, dan berat badan
lahir) di wilayah kerja Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
a. Jenis kelamin
b. Umur
STIKes Faletehan
62
Hasil penelitian yang melibatkan balita usia 12-59 bulan oleh Fitri
(2012) mengenai stunting proporsi umur balita terbanyak terdapat pada
kelompok umur 12-36 bulan (53.3%) dibandingkan balita pada
kelompok umur 37-59 bulan (46.7%).
Pada anak balita diusia 36-59 bulan anak merupakan konsumen aktif
pada usia tersebut anak balita sudah bisa memilih makanan yang
disukai berbeda dengan anak usia 24-35 bulan rata-rata anak usia
tersebut masih mengandalkan makanan yang disediakan oleh orang tua
atau keluarganya.
Masalah kegemukan dapat berawal dari masa bayi dimana berat badan
lahir juga mencerminkan kualitas pemeliharaan kesehatan mencakup
pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu selama kehamilannya.
Kategori berat badan lahir dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori
beresiko jika berat badan lahir <2500 gram atau >4000 gram,
sedangakan kategori tidak beresiko jika berat badan lahir 2500-4000
gram.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian terkait
berat badan lahir terhadap kegemukan oleh Fitriarni (2012)
menunjukkan bahwa berat lahir anak usia 6-23 bulan sebagian besar
adalah normal (91,3%),sedangkan untuk anak yang berat lahirnya
besar sebanyak 7,4% dan untuk berat lahir rendah sebesar 1,3%. Rata-
rata berat lahir adalah 3194,38 gram dengan standar deviasi ±479,94
STIKes Faletehan
63
gram. Beratlahir terendah adalah 1000 gram dan tertinggi adalah 5500
gram.
3. Gambaran konsumsi gizi (energi dan protein) anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
a. Konsumsi energi
STIKes Faletehan
64
b. Konsumsi protein
STIKes Faletehan
65
lebih, tetapi bila konsumsi energi tergolong lebih belum tentu konsumsi
proteinnya lebih.Hal ini disebabkan karena protein hanya menyumbang 4
kkal dalam 1 gram protein.
STIKes Faletehan
66
Dalam penelitian ini rata-rata anak balita usia 24-35 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Citangkilmelakukan aktifitas sebesar2,70 jam dengan standar
deviasi ±0,33 jam. Lama aktifitas terendah adalah 1 jam dan tertinggi
adalah 3 jam, sedangkan aktifitas fisik lebih dari 3 jam pada anak balita
usia 24-35 bulan sebanyak 10,5%.
Pada anak balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Citangkil
rata-rata melakukan aktifitas sebesar2,89 jam dengan standar deviasi ±0,62
jam. Lama aktifitas terendah adalah 1 jam dan tertinggi adalah 3 jam,
sedangkan pada anak balita usia 36-59 bulan sebanyak 32,7%.
Berdasarkan wawancara aktifitas fisik anak balita pada usia 24-35 bulan
paling banyak dilakukan pada pagi menjelang siang sekitar pukul 10.00
hingga 11.30 siang, sedangkan aktifitas anak balita usia 36-59 bulan di
wilayah kecamatan Cilegon paling banyak dilakukan pada sore hari sekitar
pukul 04.00 sore hingga 05.30 sore saat bermain dengan teman
sebayanya.
STIKes Faletehan
67
STIKes Faletehan
68
buah adalah 5,87 hari/minggu dengan standar deviasi ±1,76 hari. Dari
hasil recall 24 jam anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Citangkilpaling banyak di konsumsi adalah jeruk, apel, pisang dan
papaya.
Dari hasil wawancara juga didapat bahwa anak balita usia 24-35
bulandi wilayah kerja Puskesmas Citangkilmengkonsumsi sayur rata-
rata sebanyak3,28 hari/minggu dengan standar deviasi ±0,95 hari.
Sedangkan pada usia 36-59 bulan rata-rata memiliki kebiasaan makan
sayuradalah 3,92 hari/minggu dengan standar deviasi ±0,99
hari.Olahan sayuran paling banyak yang disediakan orang tua adalah
sayur sop, bayam dan soto ayam.
STIKes Faletehan
69
anak cepat kenyang. Perlu diketahui tepung terigu dalam 5 sdm atau 50
gram mengandung 175 kkal, 40 gram KH, sedangkan minyak kelapa
dalam 1 sdt mengandung 50 kkal, 5 gram lemak.
STIKes Faletehan
70
Karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan
jumlah anggotakeluarga.
a. Pendidikan ibu
STIKes Faletehan
71
Berdasarkan tabel 5.13, sebagian besar ibu balita tidak bekerja yaitu
sebanyak 80.0%, sedangkan 20,0% ibu balita yang bekerja. Penelitian
serupa dilakukan oleh Rahmawati (2009) menyatakan proporsi anak
balita dengan ibu bekerja adalah sebesar 49,12%, sedangkan 50,9%
tidak bekerja. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fitriani (2012)
menyatakan bahwa proporsi balita dengan ibu bekerja sebesar 45,4%
sedangkan pada balita dengan ibu tidak bekerja sebesar 54,6%.
STIKes Faletehan
72
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara karakteristik anak balita (jenis kelamin, umur, dan berat
badan lahir) dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja
Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
Dari hasi penelitian ini proporsi kejadian kegemukan pada anak balita
laki-laki yaitu 48,9% lebih tinggi jika dibandingkanpada anak balita
perempuan yang mengalami kegemukan yaitu sebanyak 40,0%. Hasil
STIKes Faletehan
73
STIKes Faletehan
74
STIKes Faletehan
75
STIKes Faletehan
76
2. Hubungan antara konsumsi gizi (energi dan protein) anak balita dengan
kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Cilegon, Kota
Cilegon tahun 2018
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Musadat (2010), Padmiari
dan Hadi (2003), bahwa obesitas pada kasus disebabkan konsumsi
energi yang tinggi.Hasil serupa dengan indikator status gizi yang
berbeda yaitu TB/U dikemukakan oleh Fitri (2012), Simanjuntak
(2011) bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi
dengan kejadian stunting pada balita.
Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR=31,500 yang artinya anak
balitayang mengkonsumsi energi dalam kategori lebih (>110 AKG)
mempunyai peluang 31,5kali menjadi gemuk dibanding anak balita
yang mengkonsumsi energi dalam kategori (≤110 AKG). Konsumsi
energi lebih dari kebutuhan akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak,
konsumsi yang berlebih dari waktu ke waktu akan terakumulasi
sehingga terjadi penimbunan lemak sehingga terjadilah kegemukan.
STIKes Faletehan
77
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Musadat (2010), Padmiari
dan Hadi (2003), bahwa obesitas pada kasus disebabkan konsumsi
protein yang tinggi.Hasil serupa dengan indikator status gizi yang
berbeda yaitu TB/U dikemukakan oleh Fitri (2012), Simanjuntak
(2011) bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi protein
dengan kejadian stunting pada balita.
STIKes Faletehan
78
Sumber energi dapat berasal darinasi, bubur nasi mie, roti tawar dan lain-
lain.Sedangkan sumber protein dapat berasal dari telur, ikan, daging ati
ayam/sapi, tahu tempe dan kacang-kacangan. Kemudahan tersebut
menjadikan gambaran bahwa anggota keluarga termasuk anak-anak dapat
mengkonsumsi sumber energi dan proteindalam jumlah cukup bahkan
lebih (Hardinsyah dan Tambunan 2004).
STIKes Faletehan
79
3. Hubungan antara aktifitas fisik anak balita dengan kegemukan pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas Cilegon, Kota Cilegon tahun 2018
Hasil uji statistik pada α5% menyimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dengan kegemukan pada anak balita.Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dharmawan (2001)dan Rijanti
(2002) yang juga tidak menemukan adanya hubungan antara aktifitas fisik
anak dengan kejadian obesitas.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Musadat
(2010), Kusumajaya(2007), Daryono (2003) yang menyatakan bahwa ada
hubungan nyata antara aktifitas fisik dengan kejadian
kegemukan.Ketidaksamaan hasil penelitian ini dikarenakan sampel anak-
anak dan dewasa.
Pada anak balita masih sulit untuk menilai kecukupan aktifitas fisiknya
atau mengelompokan aktifitasnya dan memang belum ada penelitian yang
membuktikan secara pasti berapa banyak aktifitas fisik yang diperlukan
untuk mencegah kegemukan pada anak balita. Namun, waktu 3 jam setiap
hari dianggap cukup untuk kebugaran dan kesehatan.
STIKes Faletehan
80
STIKes Faletehan
81
STIKes Faletehan
82
Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR= 5,897 yang artinya anak
balitayang mempunyai kebiasaan makan makanan berlemak dalam
kategori sering mempunyai peluang 5,897 kali menjadi gemuk
dibanding anak balita mempunyai kebiasaan makan makanan berlemak
dalam kategori jarang.
STIKes Faletehan
83
STIKes Faletehan
84
Di zaman modern saat ini banyak wanita yang bekerja baik itu
termasuk kedalam pekerjaan terampil maupun yang tidak terampil.
Kondisi saat ini, dalamsatu keluarga ibu yang bekerja merupakan suatu
kebutuhan untuk menopangperekonomian keluarga. Banyak alasan
yang menyebabkan ibu harus bekerjadiantaranya untuk kebutuhan
hidup sehari-hari, untuk biaya sekolah anak, dll.
STIKes Faletehan
85
STIKes Faletehan
86
STIKes Faletehan
87
STIKes Faletehan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
F. Kesimpulan
87
STIKes Faletehan
88
13. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara jenis
kelamin dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
14. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara umur
dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
15. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara berat
badan lahir dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja
Puskesmas CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
16. Secara statistik pada α5% ada hubungan bermakna antara konsumsi energi
dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
17. Secara statistik pada α5% ada hubungan bermakna antara konsumsi
protein dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
18. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara aktifitas
fisik dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
STIKes Faletehan
89
19. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan
makan buah dan sayur dengan kegemukan pada anak balita di wilayah
kerja Puskesmas CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
20. Secara statistik pada α5% ada hubungan bermakna antara kebiasaan
konsumsi makanan berlemak dengan kegemukan pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
21. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan
mengkonsumsi makanan/minuman manis dengan kegemukan pada anak
balita di wilayah kerja Puskesmas CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
22. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan
ibu balita dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
23. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan
ibu balita dengan kegemukan pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
24. Secara statistik pada α5% tidak ada hubungan bermakna antara jumlah
anggota keluarga balita dengan kegemukan pada anak balita di wilayah
kerja Puskesmas CitangkilKota Cilegon tahun 2018.
G. Saran
STIKes Faletehan
90
c. Terus mengadakan pendidikan gizi untuk orang tua balita baik di kelas
ibu balita maupun di posyandu sehingga dapat
meningkatkanpengetahuan orang tua tentang gizi.
d. Pengadaan poster dampak dari kegemukan sebagai media penyuluhan
di lapangan (posyandu, poskesdas, polindes).
a. Bagi orang tua baik yang bekerja maupun tidak bekerja sebaiknya
untuk lebih memperhatikan pola makan anak-anaknya dengan
memberikan makanan dengan menu gizi yang seimbang.
b. Orang tua lebih memperhatikan waktu tidur anak sehingga tidak terlalu
lama atau kurang dan tidak mengganggu aktifitasnya sehari-hari.
c. Memperhatikan aktifitas anaknya sehingga energi yang ada di
dalamtubuhnya dapat digunakan dengan baik dan benar.
STIKes Faletehan
DAFTAR REFERENSI
Abdiana, 2010. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Almatsier, S, 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anggraeni, 2007. In In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Awwal et al (2004). In: Fitri, 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan
Terjadinya Stunting Pada Balita (12–59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data
Riskesdas 2010). [Tesis]. Jakarta:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, 21.
Bray GA, Nielsen SJ, Pokin BM. 2004. In: Musadat, A. 2010. Analisis Faktor-
Faktor Yang MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-14 Tahun di
Provinsi Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana,Institut
Pertanian Bogor, 12.
Badan Pusat Statistik (BPS). In: Musadat, A. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi
Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana,Institut Pertanian
Bogor, 30.
Castillon et al. 2007. Intake of fried is assosiated with obesity in the cohort
ofSpanish adults from the European prospective investigation into cancer
andnutrition dalam AJCN [terhubung berkala]. www.pediatrik.com
Diaksespada 23 Juni 2018.
91
STIKes Faletehan
92
Damanik, Sylviati M, 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa
Gestasi. In: Sholeh Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, 12.
Dianah, 2011. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
STIKes Faletehan
93
Fitri, 2012.Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada Balita
(12–59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
STIKes Faletehan
94
Kusumaningrum, 2011. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Padmiari & Hadi, 2003. In: Musadat, A. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi
Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana,Institut Pertanian
Bogor.
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Khusus Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
STIKes Faletehan
95
Riyanti, 2002. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Rizqiya, 2009. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Sediaoetama, AD, 2008.Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta:
PT. Dian Rakyat.
Simanjuntak, 2011. In: Fitri, 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan
Terjadinya Stunting Pada Balita (12–59 Bulan) di Sumatera (Analisis Data
Riskesdas 2010). [Tesis]. Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
STIKes Faletehan
96
Supariasa, IDN, dkk, 2004. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Supriyatna, 2004. In: Fitriarni. 2012. Hubungan Konsumsi Asi Eksklusif dan
FaktorLainnya Dengan Kejadian Kegemukan Pada AnakUsia 6-23 Bulan di
Indonesia Tahun 2010(Analisis Data RISKESDAS 2010) [Tesis].
Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Thorpe et al. 2004. Chilhood obesity in New York City elementary schoolstudent.
The American Journal of Public Health94(9):1496-1500 [21Desember 2009].
In: Musadat, Anwar. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi
Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana,Institut Pertanian
Bogor, 2.
UNDP. Indonesia Human Development Report. 2003. In: Musadat, Anwar. 2010.
Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-
14 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca
Sarjana,Institut Pertanian Bogor, 1.
UNDP. Indonesia Human Development Report. 2004. In: Musadat, Anwar. 2010.
Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKegemukan Pada Anak Usia 6-
14 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor, 1.
STIKes Faletehan
97
STIKes Faletehan