Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

KONTRASEPSI/KELUARGA BERENCANA (KB)

A. DEFINISI
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsiyang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

B. BERBAGAI CARA KONTRASEPSI


Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi
moderen (metode efektif).:
1. Cara Kontrasepsi Sederhana : Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi
tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontarsepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan
dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontarsepsi dengan alat/obat
dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly, atau tablet
berbusa (vaginal tablet).
2. Cara Kontrasepsi Moderen/Metode Efektif : Cara kontrasepsi ini dibedakan atas
kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat
dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan norplant.
Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan
operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi (sterilisasi pada pria).

C. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
1. Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada
puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar.
Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.

2. Pantang Berkala (Sistem Kalender)


Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa subur. Cara ini
kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu,
kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.

3. Kondom/Diafragma
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang sudah populer di masyarakat.
Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk
menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah
dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
termasuk HIV/AIDS.

LP KELUARGA BERENCANA
Kelebihan Kondom
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di apotek, toko obat, atau supermarket
dengan harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang bisa
memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan aroma, serta
tidak berserakan dan mudah dibuang. Sedangkan diafragma adalah kondom yang digunakan pada
wanita, namun kenyataannya kurang populer di masyarakat.

4. Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa


Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam liang vagina 10 menit
sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga
membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas
pada vagina dan terlalu banyak cairan sehingga pria kurang puas.

5. Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara
yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui
bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan
sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah
kehamilan yang lain.
Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu
kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang
ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi wanita-wanita
yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya,
cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan
tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya,
beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada
tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil
tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk
menggunakan pil itu secara jangka panjang.
hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5—6 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin
pada sisa siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil
gabungan, berkisar antara 98—99%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan
dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil berturutan
dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar
dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan efek-efek sampingan yang
ditimbulkan oleh estrogen.

3. Pil khusus–Progestin (pilmini).


Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan,
terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga

LP KELUARGA BERENCANA
mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan
dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.

Kontra Indikasi Pemakaian Pil.


Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh darah,
kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas, eksim,
dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).

Efek Samping Pemakaian Pil.


Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak
hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala,
dan penambahan berat badan.

6. AKDR (AlatKontrasepsiDalamRahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi
yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang
menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun,
ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon
pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKDR di Indonesia


1. a. Copper-T :AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik.
1. b. Copper-7 :AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm 2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus
pada jenis Coper-T.

2. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap
yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm 2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran
multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini

3. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk
meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda
menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe
D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral

LP KELUARGA BERENCANA
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastik.

Pemasangan AKDR
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka
dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan
AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

Kontra indikasi pemasangan AKDR


- Belum pernah melahirkan
- Adanya perkiraan hamil
- Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti : perdarahan yang tidak normal dari alat
kamaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.

Keluhan-keluhan pemakai AKDR


Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa
juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan
berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan. Pengaruh
lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih
sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1–2 hari.
Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang
rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi
rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian
obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat
timbul selama pemakaian AKDR.
Ekspulsi
Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering dialami pemakai AKDR, yaitu AKDR
keluar dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu
kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim
(cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.

Lama Pemakaian AKDR


Sampai berapa lama AKDR dapat dipakai? Hal ini sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya, AKDR ini
dapat terus dipakai selama pemakai merasa cocok dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang
mengandung tembaga, hanya mampu berfungsi selama 2–5 tahun, tergantung daya dan luas
permukaan tembaganya. Setelah itu harus diganti dengan yang baru.

7. Suntikan

LP KELUARGA BERENCANA
Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan
jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisiDepo Medorxi Progesterone
Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang dalam
atau pada pangkal lengan (deltoid).
 Carapemakaian
o Cara ini baik untuk wanita yang menyusui dan dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan
pertama dapat diberikan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan
setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya.
 Kontraindikasi
Kontrasepsi suntikan tidak diperbolehkan untuk wanita yang menderita penyakit jantung,
hipertensi, hepatitis, kencing manis, paru-paru, dan kelainan darah.
 Efek samping kontrasepsi suntikan
`- Tidak datang haid (amenorrhoe)
- Perdarahan yang mengganggu
- Lain-lain : Sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat, kenaikan BB,
hiperpigmentasi.

8. Norplant/Susuk
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu
5 tahun. Norplant dipasang di bawah kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri
dari enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing-masing
kapsul mengandung progestin levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil
KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul diambil dari
lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-
garis. ( The Boston’s Book Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992)
Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah satu-satunya merek implant yang saat
ini beredar di Indonesia. Oleh karena itu, sering juga digunakan untuk menyebut implant. Di beberapa
daerah, implant biasa disebut dengan susuk.
Indonesia merupakan negara pemula dalam penerimaan norplant yang dimulai pada 1987.
Sebagai negara pelopor, Indonesia belum mempunyai referensi mengenai efek samping dan
permasalahan yang muncul sebagai akibat pemakaian norplant. Pada 1993, pemakai norplant di
Indonesia tercatat sejumlah 800.000 orang.

 Efektivitas Norplant.
 Efektivitas norplant cukup tinggi. Tingkat kehamilan yang ditimbulkan pada tahun
pertama adalah 0,2%, pada tahun kedua 0,5%, pada tahun ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun keempat.
Secara keseluruhan, tingkat kehamilan yang mungkin ditimbulkan dalam jangka waktu lima tahun
pemakaian adalah 3,9 persen. Wanita dengan berat badan lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko
kegagalan yang lebih tinggi sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).

o Yang Tidak Diperbolehkan Menggunakan Norplant.


Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant adalah mereka yang menderita
penyakit diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, migrain, epilepsi, benjolan pada payudara,

LP KELUARGA BERENCANA
depresi mental, kencing batu, penyakit jantung, atau ginjal. (The Boston Women’s Book Collective,
1992)
Pemasangan Norplant
Pemasangan norplant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri wanita
(lengan kanan bagi yang kidal), agar tidak mengganggu kegiatan. Norplant dapat dipasang pada waktu
menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan
dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka
bekas pemasangan harus dijaga agar tetap bersih, kering, dan tidak boleh kena air selama 5 hari.
Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu, setahun sekali
selama pemakaian dan setelah 5 tahun norplant harus diambil/dilepas.
Kelebihan Dan Kekurangan Norplant
Kelebihan norplant adalah masa pakainya cukup lama, tidak terpengaruh faktor lupa
sebagaimana kontrasepsi pil/suntik, dan tidak mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan
kekurangannya adalah bahwa pemasangan hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih
dan kadang-kadang menimbulkan efek samping, misalnya spotting atau menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, kadang-kadang juga menimbulkan berat badan bertambah.

9. Tubektomi(SterilisasipadaWanita).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak
diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan
sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada
wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang
sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus
dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri.
Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.

D. Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur


1. Umur ibu kurang dari 20 tahun:
 Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.
 Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi
bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
 Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
 Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
2. Umur ibu antara 20–30 tahun
 Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
 Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan
utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.

LP KELUARGA BERENCANA
3. Umur ibu di atas 30 tahun
 Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa
merupakan pilihan kedua.
 Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat dipakai
dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah.
 Beberapa Metode Kontasepsi Baru
Dengan adanya metode kontrasepsi yang baru, berarti pula memberikan lebih banyak pilihan,
dapat membantu mengatasi beberapa kendala pemakaian kontrasepsi. Meskipun demikian,
pengembangan kontrasepsi baru untuk menambah yang sudah ada sangat terasa kurang membawa
perubahan yang positif dan inovatif. Beberapa metode yang sedang diuji klinik antara lain:
1. Cincin kontraseps : Cincin ini dimasukkan ke dalam vagina, bentuknya seperti kue
donat, dan mengandung steroid, yaitu progestin atau progestin ditambah estrogen, yang
dilepas ke dalam aliran darah. Cincin kontrasepsi mengandung dosis hormon yang lebih
rendah dibanding dengan kontrasepsi oral. Wanita dapat memasukkan dan mengeluarkan
cincin ini sendiri.
2. Vaksin Anti Fertilitas Reversibel : Vaksin ini menyebabkan antibodi berinteraksi
dengan human chrrionic gonadotropin (HCG), suatu hormon yang memelihara kehamilan.
Tanpa HCG, lapisan uterus lepas dengan membawa telur yang sudah dibuahi sehingga terjadi
menstruasi.
3. Norplant II : Norplant II memiliki kelebihan dibanding dengan norplant yang ada
sekarang, karena norplant II hanya memerlukan dua implantasi subdermal. Dengan demikian,
lebih mudah memasukkan dan mengeluarkannya.
4. Suntikan
Kontrasepsi ini menggunakan mikrosfero atau mikrokapsul. Injeksi terbuat dari satu atau
lebih hormon di dalam kapsul yang dapat dibiodegrasi, yang melepaskan hormon dan
menghambat ovulasi. Satu suntikan dapat melindungi satu, tiga, atau enam bulan, tergantung
dari jenis komposisi kimianya.
5. Implantasi Transdermal : Implantasi transdermal menyebabkan pelepasan
kontrasepsi steroid yang lambat dan teratur ke aliran darah melalui kulit. Wanita dapat
menempatkan implant tersebut pada tubuh dan melepaskannya sesuai keinginan. Pada salah
satu jenis implantasi transdermal, seorang wanita menggunakan tiga implantasi selama tiga
minggu. Setiap implantasi efektif selama tujuh hari. Pada minggu berikutnya, digunakan
implantasi plasebo sehingga terjadi menstruasi.
6. IUD bentuk T yang baru : IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi
yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi.
Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenore.
7. Kondom Wanita : Kondom ini dikendalikan oleh wanita dan mengurangi risiko
terkena penyakit menular seksual. Dari uji klinik menunjukkan bahwa kelicinan, kebocoran,
kerusakan, dan hambatan efektivitasnya lebih baik dibandingkan kondom pria.

LP KELUARGA BERENCANA
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M.I.(2000) Perawatan Maternitas dan Ginekolog. Yayasan Ikatan Alumni


Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung.2000.

Moctar, Rustam, (1998), Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetri


Patologi, Edisi 2, EGC; Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, (2001), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin


Obstetri Ginekologi dan KB, EGC; Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa ( 1997) Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga,Jakarta ; Yayasan Biana


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

LP KELUARGA BERENCANA
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIAL PADA ANAK

A.DEFINISI PENYAKIT

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon
secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial
dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas), inflamasi dan peningkatan
sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan (iman somantri, 2008)
Asma bronchial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kepekaan
saluran nafas terhadap berbagai rangsang dari luar (debu,serbuk, bunga, udara dingin, makanan, dan
lain-lain) yang menyebabkan penyempitan saluran nafas yang meluas dan dapat sembuh spontan
atau dengan
pengobatan.

B.MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan Gejala :


 .Dyspnea parah dengan ekspirasi memanjang
 Auskultasi :Wheezing, ronchi kering musikal, ronchi basah sedang
 Batuk kering ( tidak produktif)
 Penggunaan obat bantu nafas
 Sianosis, takikardi, gelisah dan pulsus parodoksus
 Hiperkapnia, orthopnea
 Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barrel chest ) akibat ekshalasi yang sulit
karena udema bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur
 Anoreksia
 Diaphoresis

C. PATOFISIOLOGI

LP KELUARGA BERENCANA
 Asma pada anak terjadi karena adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau alergen, otot-otot bronkhus menjadi spasme dan zat antibody
tubuh muncul (imunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE dimunculkan pada
reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat
mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
 Respon asthma terjadi dalam 3 tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan broncho
konstriksi ( 1-2 jam); tahap delayed dimana brokho konstriksi dapat berulang dalam 4 -6 jam dan
terus-menerus 2-5 jam lebih lama; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiper
responsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
 Ashtma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
 Selama serangan astmatik, bronciolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini
menyebabkan lumen nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan napas dan
dapat menimbulkan distres pernafasan.
 Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada
jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan
nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi
penurunan PO2 (hipoxia). Selama serangan asmatik, CO2 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama expirasi, dan menyebabkan asidosis respiratorik dan hiperkapnea.
Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan
pernafasan( tachipnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan
kadar CO2 dalam darah( hipokapnea).

D.KOMPLIKASI
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
# cronik persisten bronchitis
# Bronchiolitis
# Pnemonia
# Emfisema

E. ETIOLOGI
1.Faktor ekstrinsik : Reaksi antigen – antibodi; karena inhalsi alergen ( debu, serbuk-serbuk, bulu
Binatang )
2.Faktor intrinsik; -infeksi : para influenza virus, pneumonia, mikoplasma ,

LP KELUARGA BERENCANA
-fisik ; cuaca dingin, perubahan temperatur.
-Iritan; kimia, polusi udara( CO, asap rokok, parfum).
-Emosional ; takut, cemas,dan tegang.
- Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
 Foto Rontgen
 Pemeriksaan fungsi paru ; menurunyya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi
 Pulse oximetri
 Analisa gas darah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN FARMAKOLOGI

1.Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan penggunaanobat-obatan asma
dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan.
Penggolongan obat-obatan asma, sebagai berikut :
a.Obat-obatan anti peradangan (preventer)
Usaha pengendalian dalam jangka panjang, mencegah dan mengurangi peradangan, pembengkakan
saluran nafas dan produksi lendir.
b.Obat-obat pelega gejala jangka panjang Contoh : salmoterol, teofilin, salbutamol
c.Obat-obat kortikosteroid oral
Berfungsi mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma. Dibutuhkan
6-8 jam agar obat bekerja, Contoh : prednisone, prednisolone, metilprednisolone, deksametason

2.Alat-alat hirup
Alat hirup disebut juga inhaler puffer adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar
obat-obatan ke saluran pernafasan atau paru-paru. Alat ini disebut dosis terukur karena memang
menghantar suatu jumlah obat yang konsisten terukur dengan setiap semprotan.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

LP KELUARGA BERENCANA
Pentalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma adalah sebagai berikut :
memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan), pemberian cairan,fisioterapy, dan pemberian O2 bila
perlu.

1.Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernafasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya
pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur
5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orangtua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktifitas fisik dan stres. Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi
75% pada umur sebelum 3 tahun. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi
saluran pernapasan yang persisten dan hampir semua terdapat mengi.
b. Keluhan Utama
Batuk-batuk dan sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, Bersin, pilek, suara mengi dan sesak nafas
d. Riwayat penyakit dahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungannya dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor
yang lain
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat dirumah,bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa. Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma
g. Riwayat tumbuh kembang

h.Riwayat Nutrisi
i.Dampak Hospitalisasi
j. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem

2. Diagnosa Keperawatan dan intervensi

LP KELUARGA BERENCANA
Diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien asma bronchial menurut
Doengoes, M. E (2000, hal 156-163) adalah sebagai berikut :

a. Takefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret,


bronkospasme, sekresi tertahan, tebal, kelemahan.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan.
Kriteria hasil : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.

Intervensi/Rasional.

1.Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah (bronkitis) : bunyi
napas redup dengan ekspirasi mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma berat).
2.Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/adanya dproses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3.Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu.
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi, reaksi alergi.
4.Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan
gravitasi.
5.Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
6.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
7. Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek, basah.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan.
8.Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat.

LP KELUARGA BERENCANA
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi


jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah,
ketidakmampuan membuang secret.
Tujuan : tanda-tanda vital normal. Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja distre pernapasan.

Intervensi/Rasional

1.Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.


Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan kronisnya proses penyakit.
2.tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas,
dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhanindividu.
Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk
menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3.Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun
telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
4.Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan napas kecil.
5.Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan.
Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara atau konsolidasi. Palpasi
fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada opengumpulan cairan atau udara terjebak.
6.Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan.
Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia, GDA memburuk
disertai bingung.
7.Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien
atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut.
Rasional : selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan
aktivitas.
8.Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung.
Rasional : takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia
dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

LP KELUARGA BERENCANA
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek samping
obat, anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan.
Tujuan : berat badan dalam rentang normal. Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup. Kriteria
hasil: menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Menunjukkan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi/Rasional :

1.Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan
dan ukur tubuh.
Rasional : pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum,, dan
obat.
2.Auskultasi bunyi usus.
Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi.
3.Berikan perawatan oral aktifitas, dan hipoksemia.
Rasional : rasa tak enak, baud an penampilan adalah pencegah utama nafsu makan dan dapat
membuat mual dan muntah istirahat semalam 1 jam sebelum makan.
4.Hindari makanan penghasil gas dan minum karbonat.
Rasional : dapat menghasilkan dispense abdomen yang menggangu napas abdomen dan gerakan
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
5.Hindari makan yang sangat panas atau sangat dingin. Rasional : timbang berat badan sesuai
indikasi.
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evauasi
keadekuatan rencana nutrisi.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan utama, tidak


adekuatnya imunitas.
Tujuan : mengerti pemahamn penyebab/factor resiko infeksi, melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.

Intervensi/Rasional

LP KELUARGA BERENCANA
1.Awasi suhu.
Rasional : demam dapat terjadi karena dan/atau dehidrasi.
2.Kaji pentingnya latihan jalan napas, abtuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan adekuat.
Rasional : aktifitas ini meningkatkan pengeluaran secret untuk menurnukan resiko terjadinya infeksi
peru.
3.Observasi warna, karakter, bau sputum.
Rasional : secret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. dapat menunjukan
dan
4.Bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum. Rasional : mencegah penyebaran pathogen
melalu cairan.
5. Awasi pengungjung berikan masker sesuai dengan indikasi.
Rasional : menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius.
6.Dorong keseimbangan antara aktifitas dengan istirahat.
Rasional : menurut konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi.
7.Diskusikan kebutuhan masukan aktivitas nutrisi adekuat.
Rasional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi.

e. Kurang pengetahuan, kondisitindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak


mengenal sumber informasi.
Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria hasil : menyatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi/Rasional

1. Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan.
Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana
pengobatan.
2.Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : napas
bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol dispnea, altihan kondisi umu
meningkat toleransi akitivtas.

LP KELUARGA BERENCANA
3.Diskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional : pasien ini
sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hamper sama dan
potensial interaksi obat.
4.Tinjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5
menit, bersihkan inhalel.
Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. System alat untuk
mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu.
5. Anjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter
mengobati kondisi pernapasan.
Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative ini.
6.Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
Rasional : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut.
7. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernapasan aktif.
Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas.
8. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering, angin, lingkungan
dengan suhu ekstrem serbuk.
Rasional : factor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan
jalan napas.
10.Kaji efek bahaya meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang
terdekat.
Rasional : penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan PPOM.
11.Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk
mencegah kelemahan.
Rasional : mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/keputusan
informasi untuk menurunkan dispnea.
12. Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic, foto dada periodic.
Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan
kebutuhan dan dapat membantu mencegah komplikasi.
13. Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan.
Rasional : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan komplikasi lanjut.
14.Anjurkan pasien terdekat dalam penggunaan oksigen aman.
Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai
dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka.
15.Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail
dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut. Rasional :
memberikan kelanjutan perawatan, dapat membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.

LP KELUARGA BERENCANA
I. PERENCANAAN PEMULANGAN

1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom


2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah
3. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya
4. Jelaskan tanda-tanda bahaya yang muncul
5. Ajaarkan penggunaan nebulizer
6. Keluarga perlu memahami pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian
7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stres
8. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas
9. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat

LP KELUARGA BERENCANA
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003).Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ayres, Jon. (2003).Asma. Jakarta: PT Dian Rakyat

Bull, Eleanor & David Price. (2007).Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga

Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Hartanti, Vien. (2003).Jadi Dokter di Rumah Sendiri dengan Terapi Herbal dan Pijat
.Jakarta: Pustaka Anggrek

Herdinsibuae, W dkk. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta

Mansjoer, Arif dkk. (2008).Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. (2008)

.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba
MedikaWidjadja, Rafelina. (2009).

Penyakit Kronis: Tindakan, Pencegahan, & Pengobatan secara Medis maupun Tradisional
. Jakarta: Bee Media Indonesia.

“Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication.


Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000)

LP KELUARGA BERENCANA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian anak-anak merupakan
masalah serius bagi kita semua, tak hanya di Indonesia namun di seluruh penjuru dunia. Oleh karena
itu masalah ini turut dimasukkan dalam poin keempat MDGs atau yang kita tahu sebagai Millennium
Development Goals. MDG’s pertama kali dicetuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York tahun 2000. Saat itu Pemerintah Indonesia bersama-sama dengan 189
negara lain, berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan
menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan
komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDGs),
sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
(UNICEF,2012) Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang sebenarnya dapat dicegah dan
diobati antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi serta seringkali kombinasi
beberapa penyakit (Soenarto, 2009). Hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah
dalam keterampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan, dan praktek di keluarga dan komunitas.
Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit,
memperbaiki gizi, memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain, dan
memperbaiki dukungan psikososial (Soenarto, 2009). Berdasarkan alasan tersebut, muncullah
program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam
bahasa Inggrisnya yaitu Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan
kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun
penanganan balita sakit tersebut, dan konseling yang diberikan (Surjono et al.; Wijaya, 2009; Depkes
RI, 2008) Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,
pengobatan, konseling, perawatan di rumah, dan kapan kembali untuk tindak lanjut. Sasaran MTBS

LP KELUARGA BERENCANA
adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari
sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Kelompok usia 1 hari
sampai 2 bulan disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).MTBS telah digunakan dilebih
dari 100 negara dan terbukti dapat: 1. Menurunkan angka kematian balita. 2. Memperbaiki status gizi.
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan. 5.
Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. PENDEKATAN “MTBSâ€
Menentukan Tindakan Pengobatan Perlu dirujuk Pengobatan Spesifik Perawatan di rumah Tanda
Bahaya Umum Gejala Utama Status Gizi Status Imunisasi Masalah LainPenilaian yang terfokus
KlasifikasiPengobatan Konseling & Tindak Lanjut Konseling Tindak Lanjut Dengan pendekatan MTBS
yang ada diharapkan kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan dan menjadi
tujuan diadakannya kegiatan MTBS dan dapat menurunkan angka kematian anak. Tiga komponen
khas tersebut adalah : · Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani
pasien apabila sudah dilatih). · Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS). · Memperbaiki praktek keluarga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan). (Wijaya,2009;Depkes
RI,2008) B. Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini
adalah diharapkan mahasiswa: 1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan
pedoman MTBS. 2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan
pedoman MTBS. 3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO
2005 dan memeriksa adanya penyakit penyerta. 4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan
berdasarkan klasifikasi balita sakit pada pedoman MTBS. 5. Mampu melakukan pendampingan
konseling balita sakit berdasarkan pedoman MTBS berupa perawatan di rumah. 6. Mampu
melakukan pendampingan konseling berupa kapan kembali untuk tindak lanjut. BAB II KEGIATAN
YANG DILAKUKAN A. Kegiatan Pra-Lapangan Sebelum melaksanakan kegiatan di lapangan, terlebih
dahulu mahasiswa mengikuti kuliah pengantar kegiatan Field Lab. Kuliah pengantar ini sedikit
memberikan gambaran teoritis mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), diantaranya
mengenai klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit serta
konseling yang akan diberikan. Setelah mengikuti kuliah pengantar, mahasiswa juga mengikuti
kegiatan Pre-test tertulis dari bagian Field Lab yang bertempat di FK UNS. Pre-test ini dilaksanakan
untuk menguji seberapa jauh materi yang telah dipahami oleh mahasiswa. Pada hari Rabu tanggal 11
Maret 2015 perwakilan kelompok kami melakukan survey ke Puskesmas Prambanan. Kami disambut
baik oleh Kepala Puskesmas dan Instruktur. Dalam kegiatan ini kami mengantarkan surat dari kantor
Field Lab UNS kemudian kami diberi pengarahan mengenai perencanaan dan persiapan
pelaksanaan kegiatan pada minggu berikutnya oleh pihak puskesmas. B. Kegiatan Lapangan Hari
Pertama (Rabu, 18 Maret 2015) Kegiatan hari pertama dilaksanakan hari Rabu tanggal 18 Maret
2015. Kami berangkat sekitar pukul 06.00 WIB dan setibanya disana sekitar pukul 08.00 WIB.
Sesampanya di Puskemas, Kepala Puskesmas dan Instruktur memberikan pengarahan mengenai
materi MTBS dan kegiatan apa saja yang harus kami lakukan pada hari tersebut. Kami diberikan form
MTBS dan diajarkan cara melakukan anamnesis terhadap balita yang sakit serta pendampingnya.
Pada saat itu kami mendapatkan 6 pasien anak, selain melakukan anamnesis kami juga mengamati
dan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda vital, pemeriksaan penunjang, dan tata laksana yang
dilakukan Puskesmas Prambanan kepada pasien tersebut. Pengisian form MTBS kami lakukan dari
jam 08.00 hingga jam 11.00. C. Kegiatan Lapangan Hari Kedua (Rabu,25 Maret 2015) Pada hari
kedua kami ditunjukkan video tatalaksana manajemen balita sakit dari pukul 08.00-09.00 oleh pihak
puskesmas. Setelah itu kami mengunjungi poli KIA untuk melakukan anamnesis pada 3 pasien anak
dan mengisi form MTBS. Pukul 11.00 kami diberi kesempatan oleh Puskesmas Prambanan untuk
mengamati balita gizi buruk. Kami menuju Desa Sengon untuk menemui dan mengamati serta
mengajukan beberapa pertanyaan kepada salah satu balita gizi buruk. D. Kegiatan Lapangan Hari
Ketiga (Rabu, 8 April 2015) Pada pertemuan ketiga, kami melakukan presentasi dan menyerahkan
laporan kegiatan Field Lab MTBS di Puskesmas Prambanan, Klaten. Kami menerima segala kritik
atau saran dari Kepala Puskesmas dan Instruktur atas laporan yang telah kami buat. Setelah

LP KELUARGA BERENCANA
semuanya selesai, kami pun mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang terkait
baik dari Puskesmas Prambanan, Klaten serta Fakultas Kedokteran UNS Surakarta atas kelancaran
program Field Lab Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur
Kerja 1. Melakukan pengamatan pelaksanaan MTBS di Puskesmas Prambanan. 2. Melakukan
penilaian anak balita sakit berdasarkan keluhan dan pemeriksaan sesuai bagan MTBS. 3.
Menentukan klasifikasi penyakit sesuai bagan MTBS. 4. Menentukan penanganan / tindakan masalah
berdasarkan bagan MTBS. 5. Memberikan konseling perawatan di rumah berdasarkan bagan MTBS.
6. Memberikan konseling tentang perawatan tindak lanjut berdasar bagan MTBS. 7. Menilai status
gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan WHO 2005 dan memeriksa adanya penyakit
penyerta. 8. Melakukan pengisian form MTBS dari Puskesmas Prambanan. B. Kegiatan MTBS
Pendekatan MTBS terdiri dari beberapa langkah yaitu, penilaian terfokus, klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian
terfokus terdiri dari petunjuk dan langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaaan fisik pada
balita sakit. (Surjono et al.,1998) Penilaian terfokus a. Tanda bahaya umum Tanda bahaya umum
yang diperhatikan pada saat MTBS meliputi 3 hal yaitu: · Apakah anak bisa minum/menyusu? ·
Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? · Apakah anak menderita kejang? · Apakah anak
letargis atau tidak sadar? Anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan segera dan
serius. b. Gejala utama Gejala utama adalah keluhan yang membawa pasien datang kepada tim
medis untuk diperiksakan. Jika didapatkan keluhan utama maka kita melakukan penilaian lebih lanjut
mengenai gejala lain yang berhubungan dengan gejala utama kemudian mengklasifikasikan penyakit
anak berdasarkan gejala yang ditemukan. c. Status gizi Status gizi balita menurut WHO adalah
mencocokkan umur anak (bulan) dengan berat atau tinggi badan standar pada tabel WHO-NCHS
(World Health Organization-National Center for Health Statistic). Menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsa, MS
cara menghitung status gizi balita adalah dengan menimbang berat badan menurut umur (BB/U),
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan mengukur tinggi badan menurut umur (TB/U).
Hasilnya dikelompokkan dalam normal, kurus/ underweight dan gemuk/ overweight. d. Status
Imunisasi Pada alur pendekatan MTBS, dinilai pula status imunisasi pada balita. Para petugas
kesehatan telah mengakui manfaat dari program upaya preventif/ pencegahan, contohnya adalah
program imunisasi. Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan konsep promosi kesehatan
yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan kesejahteraan anak daripada hanya penanganan
pada saat ada masalah. e. Masalah Lain Setelah memeriksa adanya tanda bahaya umum,
menanyakan keluhan utama, memeriksa status gizi, status imunisasi, dan pemberian vitamin A, harus
ditanyakan adakah masalah atau keluhan-keluhan lain yang dialami balita. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya keluhan atau masalah yang belum ditanyakan petugas atau belum disebutkan
oleh ibu atau pengantar pasien. Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari
seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain
agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Koseling
merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan
masalah individu secara pribadi konseling dalam alur MTBS. Pemberian konseling menjadi
keunggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan selain/sebelum dari MTBS. Materi yang
diberikan ketika konseling meliputi kepatuhan meminum obat, cara meminum obat, menasihati cara
pemberian makanan sesuai umur, memberi nasihat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan
harus kembali segera. C. Pembahasan Hasil Kegiatan KASUS 1 Tanggal kunjungan : 25 Maret 2015
Kunjungan ke : 1 Nama anak : Aulia Jenis kelamin : perempuan Umur : 48 bulan (4 tahun) Berat
badan : 17,5 kg PB/TB : 96,5 cm Suhu badan : 39,30 C Keluhan utama : Panas, batuk, pilek 3 hari
Pembahasan: Tanda bahaya seperti tidak bisa minum/menyusu, memuntahkan semua makanan,
kejang, dan letargis atau tidak sadar tidak didapatkan pada pasien Aulia. Jika terdapat tanda bahaya
maka akan digunakan untuk mengklasifikasikan pada keluhan selanjutnya serta menjadi indikasi
rujukan. Pasien mengalami batuk berdahak sudah tiga hari, dengan disertai sukar bernapas, tidak
didapatkan adanya stridor dan retraksi dinding dada. Pada hitungan napas didapatkan 43 kali per
menit, yang berarti napas pasien tergolong napas cepat. Keluhan diare tidak didapatkan. Jika
didapatkan, anak dinilai apakah letargis, rewel, dan adakah mata cekung. Jika terdapat diare, berikan

LP KELUARGA BERENCANA
minum; apakah pasien anak susah minum atau tidak. Selain itu dilakukan uji cubit perut untuk menilai
turgor, dikatakan baik jika kembali dalam waktu kurang dari 2 detik. Apabila anak mengalami diare
lakukan klasifikasi : ringan/tanpa dehidrasi, sedang, atau berat, diare persisten, atau desentri serta
melakukan tatalaksana sesuai kasus. Aulia mengalami demam selama 3 hari. Suhu badan anak
ketika diperiksa dengan termometer menunjukkan angka 39,3O C. Pada anak tidak didapatkan resiko
adanya Malaria, tidak pernah mendapat obat anti malaria, dan tidak bepergian ke tempat dengan
resiko malaria. Tidak ada tanda kaku kuduk. Tanda Campak pada anak negatif, tidak ditemukan
adanya ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh. Apabila anak mengalami campak saat ini atau
dalam 3 bulan terakhir maka perlu diidentifikasi adanya luka di mulut, nanah pada mata dan
kekeruhan pada kornea. Demam pada anak belum masuk dalam klasifikasi demam berdarah sebab
pada anak tidak didapatkan riwayat demam tinggi tiba-tiba, perdarahan gusi dan hidung, riwayat
muntah, berak berwarna hitam, nyeri ulu hati, anak gelisah, tanda-tanda syok (ujung ekstremitas
dingin dan nadi lemah/tidak teraba), serta bintik perdarahan di kulit. Maka pada anak Aulia didapatkan
klasifikasi Demam mungkin Bukan DBD. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium pada pasien,
dan didapatkan leukosit dengan jumlah 12.300/mm3 dengan rentang normal 3200 – 10.000/mm3.
Kenaikan leukosit ini berarti menunjukkan adanya infeksi. Pemeriksaan masalah telinga tidak
didapatkan adanya infeksi telinga. Pemeriksaan ini meliputi nyeri telinga, nanah/cairan keluar dari
telinga, dan pembengkakan di belakang telinga. Pemeriksaan status gizi dilakukan dengan
membandingkan BB dan TB, lalu dicocokkan dengan tabel status gizi menurut WHO. Pasien anak
Aulia dalam status gizi normal, dimana pada tabel anak Aulia dalam range warna hijau yakni dengan
nilai antara -2SD sampai +2SD. Pada Ibu diberikan edukasi mengenai : (1) Pemberian makanan 3
kali sehari, dengan porsi 1/3 sampai ½ porsi dewasa dengan memenuhi kriteria minimal 4 sehat, (2)
Pemberian makanan selingan kaya gizi dalam 2 kali sehari diantara waktu makan. Dan juga dilakukan
penimbangan teratur setiap bulan untuk memantau status gizi anak. Pemeriksaan tambahan hanya
dilakukan jika anak kurus atau anemia dengan umur < 2 tahun, yaitu dengan menanyakan riwayat
pemberian ASI dan nutrisi. Ditanyakan mengenai riwayat ibu menyusui anak apakah rutin, dalam satu
hari berapa kali, menyusui pada malam hari, riwayat pemberian makanan selain ASI (jika iya,
ditanyakan jenisnya apa, berapa kali sehari, dan alat yang digunakan untuk memberi makan). Jika
anak kurus ditanyakan mengenai pemberian makanan/minuman pada anak, apakah anak mendapat
makanan sendiri, siapa yang memberikan makan dan bagaimana caranya, serta apakah selama sakit
adanya perubahan pemberian makan. Tatalaksana pada pasien yaitu: (1) Ibu perlu melakukan
bujukan kepada anak lebih giat agar anak tetap mendapatkan nutrisi, jika perlu temani anak ketika
akan makan sampai benar-benar selesai makan, (2) Beri makan yang disukai anak dengan tetap
memperhatikan gizinya, (3) Porsi makan harus tercukupi, dan (4) Dapat dilakukan variasi makanan
agar anak tidak bosan. Pada pemeriksaan anemia tidak didapatkan karena pada pasien tidak ada
tanda anemia yaitu pucat (agak pucat atau sangat pucat) pada telapak tangan dan pembengkakan
pada kedua kaki. Jika ada, klasifikasikan dalam anemia atau anemia berat serta memberikan
tatalaksana sesuai klasifikasi. Status imunisasi pada pasien Aulia lengkap sesuai jadwal. Dikarenakan
sudah lengkap, tidak dilakukan pemberian imunisasi pada saat kunjungan. Imunisasi yang dinilai
meliputi BCG, HB-0, HB-1-3, DPT-1-3, Campak, Polio-1-4. Pasien tidak diberikan vitamin A saat
kunjungan walaupun pada usia pasien ini (4 tahun) masih membutuhkan dikarenakan kedatangan
tidak pada jadwal pemberian vitamin A yaitu pada bulan Februari dan Agustus serta tidak ditemukan
adanya tanda campak, sehingga anak tidak diberikan vitamin A. Vitamin A akan berfungsi salah
satunya untuk tatalaksana campak. Masalah lain tidak didapatkan pada pasien anak Aulia. Kunjungan
ulang dilakukan 2 hari lagi apabila anak masih demam dan 5 hari lagi apabila anak masih batuk. Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan laboratorium pada pasien ini diagnosis mengarah pada pneumonia
dikarenakan terdapat tanda-tanda pneumonia (napas cepat, bukan karena menangis) dan adanya
kenaikan jumlah leukosit. Konseling dan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien yaitu: 1.
Pemberian antiobiotik yang sesuai. 2. Pemberian pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
3. Jika batuk lebih dari 3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan. 4. Nasihati kapan kembali segera
5. Kunjungan ulang 2 hari Di puskesmas prambanan, tatalaksana yang diberikan untuk Aulia sendiri
adalah antibiotik (kotrimoksazol), penurun demam (parasetamol), dan CTM untuk pelega tenggorokan
dan pilek. Selain itu pasien juga dinasihatkan untuk kembali 2 hari lagi ketika obat sudah habis.

LP KELUARGA BERENCANA
Sebagai tambahan untuk edukasi pada Ibu dapat disarankan memberi minum anak yang banyak,
mengompres dengan air hangat, dan Ibu harus kembali 2 hari lagi jika anak masih demam. Hal ini
sudah sesuai dengan tindakan/ pengobatan pada bagan MTBS. . KASUS 2 Tanggal kunjungan : 25
Maret 2015 Kunjungan ke : 1 Nama anak : Deva Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 44 bulan (3tahun 8
bulan) Berat badan : 17 kg PB/TB : 77,5 cm Suhu badan : 36,40 C RR : 29x/ menit Keluhan utama :
Gatal diseluruh tubuh sejak tadi malam Pembahasan : Pada pasien tidak ditemukan tanda bahaya
seperti tidak bisa minum, memuntahkan semua makanan, kejang, dan letargis. Apabila terdapat tanda
bahaya seperti yang tersebut diatas maka perlu penanganan segera sehingga apabila perlu rujukan
tidak akan terlambat. Pasien anak Deva datang dengan keluhan gatal seluruh tubuh. Pada kulit
badan pasien terlihat adanya benjolan tipis eritematosa dan papula. Menurut ibu, anak mulai
mengalami gatal-gatal pada saat malam sehari sebelumnya. Riwayat alergi pada pasien disangkal
oleh orang tua. Orang tua mengatakan bahwa gejala pada pasien tidak dipicu oleh suatu kondisi
tertentu. Kemungkinan diagnosis kerja pada anak yaitu urtikaria. Biasanya pasien dengan urtikaria
akan mengalami siklus itch-scratch cycle, yaitu perasaan gatal hingga menyebabkan rasa ingin
menggaruk dan kemudian akan menyebabkan rasa gatal semakin parah. Berikut klasifikasi urtikaria
berdasarkan waktunya: 1. Akut (sampai 6 bulan secara terus-menerus) 2. Kronis (lebih dari 6 bulan
secara terus-menerus) 3. Episodik (akut intermiten atau rekuren) Pada pasien kadang kala urtikaria
ini dapat menimbulkan angioedema disertai pembengkakan bibir, lidah, kelopak mata, dan laring.
Angioedema merupakan suatu keadaan darurat medis. Bila muncul reaksi berat seperti bengkak
pada wajah, mulut dan lidah, sesak nafas, sulit menelan, nyeri perut, muntah, diare, lemah, pusing
segera datang ke unit gawat darurat. Keluhan batuk tidak didapatkan. Jika didapatkan, tanyakan
sudah berapa lama anak mengalami batuk tersebut dan berdahak atau tidak. Pada hitung nafas tidak
didapatkan nafas cepat, yaitu didapatkan hasil 29x/ menit, yang apabila terdapat batuk dengan nafas
cepat dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia. Hasil pemeriksaan pada anak tidak didapatkan
tarikan dinding dada maupun stridor, yang apabila ditemukan bersama batuk dan nafas cepat dapat
diklasifikasikan sebagai pneumonia berat. Keluhan diare tidak didapatkan. Jika didapatkan, anak
dinilai apakah letargis, rewel, mata cekung. Jika terdapat diare, berikan minum; apakah pasien anak
susah minum atau tidak. Selain itu dilakukan uji cubit perut untuk menilai turgor, dikatakan baik jika
kembali dalam waktu kurang dari 2 detik. Apabila anak mengalami diare lakukan klasifikasi :
ringan/tanpa dehidrasi, sedang, atau berat, diare persisten, atau desentri; dan melakukan tatalaksana
sesuai kasus. Anak tidak mengalami demam baik saat pertama terjadi gatal di seluruh tubuh maupun
ketika di periksa di puskesmas menggunakan termometer. Pada anak tidak didapatkan resiko adanya
Malaria, tidak pernah mendapat obat anti malaria, dan tidak bepergian ke tempat dengan resiko
malaria. Tidak ada tanda kaku kuduk dan pilek. Tidak ada riwayat campak, bukan tinggal didaerah
risiko campak, dan tanda campak pada anak negatif, yang berupa tidak ditemukan adanya ruam
kemerahan di kulit yang menyeluruh. Apabila anak mengalami campak saat ini atau dalam 3 bulan
terakhir maka perlu diidentifikasi adanya luka di mulut, nanah pada mata dan kekeruhan pada kornea.
Pemeriksaan masalah telinga tidak didapatkan adanya infeksi telinga. Pemeriksaan ini meliputi nyeri
telinga, nanah/cairan keluar dari telinga, dan pembengkakan di belakang telinga. Pemeriksaan status
gizi dilakukan dengan membandingkan BB dan TB, lalu dicocokkan dengan tabel status gizi menurut
WHO. Pasien anak Deva dalam status gizi terkesan normal. Pada Ibu diberikan edukasi mengenai :
(1) Pemberian makanan 3 kali sehari, dengan porsi 1/3 sampai ½ porsi dewasa dengan memenuhi
kriteria minimal 4 sehat, (2) Pemberian makanan selingan kaya gizi dalam 2 kali sehari diantara waktu
makan. Pemeriksaan tambahan hanya dilakukan jika anak kurus atau anemia dengan umur < 2
tahun, yaitu dengan menanyakan riwayat pemberian ASI dan nutrisi. Ditanyakan mengenai riwayat
ibu menyusui anak apakah rutin, dalam satu hari berapa kali, menyusui pada malam hari, riwayat
pemberian makanan selain ASI (jika iya, ditanyakan jenisnya apa, berapa kali sehari, dan alat yang
digunakan untuk memberi makan). Jika anak kurus ditanyakan mengenai pemberian
makanan/minuman pada anak, apakah anak mendapat makanan sendiri, siapa yang memberikan
makan dan bagaimana caranya, serta apakah selama sakit adanya perubahan pemberian makan.
Tatalaksana pada pasien yaitu: (1) Ibu perlu melakukan bujukan kepada anak lebih giat agar anak
tetap mendapatkan nutrisi, jika perlu temani anak ketika akan makan sampai benar-benar selesai
makan, (2) Beri makan yang disukai anak dengan tetap memperhatikan gizinya, (3) Porsi makan

LP KELUARGA BERENCANA
harus tercukupi, dan (4) Dapat dilakukan variasi makanan agar anak tidak bosan. Pada pemeriksaan
anemia tidak didapatkan karena pada pasien tidak ada tanda anemia yaitu pucat (agak pucat atau
sangat pucat) pada kedua telapak tangannya. Tidak terdapat pembengkakan di kedua kaki pasien.
Jika ada, klasifikasikan dalam anemia atau anemia berat serta memberikan tatalaksana sesuai
klasifikasi. Status imunisasi tidak dapat ditentukan, karena setalah di periksa dibagian rekam medis,
pasien tinggal di wilayah Wonoboyo, yang terletak diluar wilayah kerja puskesmas Prambanan.
Pasien tidak diberikan vitamin A saat kunjungan. Jadwal pemberian vitamin A adalah bulan Februari
dan Agustus, sehingga anak tidak diberikan vitamin A. Vitamin A akan berfungsi salah satunya untuk
tatalaksana campak. Penanganan yang diberikan dari pihak puskesmas : 1. Memberikan CTM,
Deksametason, dan bedak salisilat 2. Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk membersihkan
tempat tidur pasien secara rutin. KASUS 3 Tanggal kunjungan : 11 Maret 2015 – 17 Maret 2015
Kunjungan ke : - (Rawat Inap) Nama anak : Sarwanto Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 3 Tahun 11
Bulan Berat badan : 9,6 kg (keluar) PB/TB : (tidak mengukur) Nadi : 88 kali Keluhan : Dehidrasi
Diagnosis masuk : Dehidrasi pada Gizi buruk Diagnosis keluar : Gizi Buruk tipe Marasmik Keluhan
Penyerta : - Pemeriksaan Lab : Darah dan Elektrolit darah Pembahasan : Tanda bahaya seperti tidak
bisa minum/menyusu, memuntahkan semua makanan, kejang, dan letargis atau tidak sadar tidak
didapatkan pada pasien Sarwanto. Jika terdapat tanda bahaya, maka akan digunakan untuk
mengklasifikasikan pada keluhan selanjutnya serta menjadi indikasi rujukan. Hasil pemeriksaan
status gizi yang didapatkan dari rumah sakit tempat pasien menjalani rawat inap menunjukkan bahwa
pasien anak Sarwanto tergolong berstatus gizi buruk. Dalam MTBS masuk dalam penilaian BB/(TB) <
-3 SD. Dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan lab darah dan elektrolit darah.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Cotrimoksazol, Besi, dan Asam Folat, serta Zinc, juga
diberikan formula 75 serta dilakukan diet F100/3 jam. Disamping itu, konseling pada ibu yakni perlu
melakukan bujukan kepada anak lebih giat supaya anak mendapatkan nutrisi yang cukup, jika perlu
temani anak ketika mau makan sampai benar-benar selesai makan; beri makan yang disukai anak
dengan tetap memperhatikan gizinya; porsi makan harus tercukupi; dan dapat dilakukan variasi
makanan agar anak tidak bosan. Masalah lain tidak didapatkan pada pasien anak Sarwanto.
Kunjungan kembali harus segera dilakukan ke Instalasi Gawat Darurat bila terjadi demam tinggi,
sesak nafas, dan anak tidak mau makan. D. Kendala dan Solusi 1. Kendala Dalam pelaksanaan
kegiatan MTBS di Puskesmas Prambanan kami mengalami beberapa kendala antara lain : a) Kami
mengalami kesulitan dalam menggunakan alat pengukur tinggi badan sehingga hasil pengukuran
tidak akurat khususnya pada kasus anak Deva. Pada kasus Deva pengukuran secara klinis terkesan
normal, tetapi secara antropometris tidak akurat karena kesalahan pengukuran dari mahasiswa. b)
Kurangnya persiapan alat vital sign seperti pengukur suhu tubuh, stetoskop, tensimeter oleh
mahasiswa menjadikan kegiatan MTBS kurang efektif dan efisien dalam segi waktu. c) Terdapat
beberapa pasien anak yang kurang kooperatif sehingga kami mengalami kesulitan dalam melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2. Solusi Untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan MTBS ,
diharapkan : a) Mahasiswa sebaiknya mempelajari terlebih dahulu tentang cara penggunaan berbagai
alat pengukur tinggi badan sehingga saat pelaksanaan MTBS kami dapat melakukan pengukuran
dengan tepat dan akurat. b) Mahasiswa sebaiknya mempersiapkan alat vital sign terlebih dahulu
sehingga tidak memerlukan waktu lebih lama dalam menilai vital sign pasien anak. c) Sebaiknya
mahasiswa dapat mengkondisikan kenyamanan pasien sehingga pasien dapat kooperatif dan
pelaksanaan MTBS dapat dilakukan dengan optimal BAB IV PENUTUP A. Simpulan MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita yang
datang ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif, promotif,
preventif, dan rehabilitatif. Program MTBS di Puskesmas Prambanan, Kabupaten Klaten sudah
terlaksana dengan baik dan sesuai alur atau bagan MTBS. Pelaksanaan kegiatan field lab kelompok
kami dengan topik Keterampilan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Prambanan,
Kabupaten Klaten secara keseluruhan telah terlaksana dengan baik dan lancar, meliputi pengarahan
dan pembekalan materi, pembelajaran MTBS di poli KIA, presentasi dan pembuatan laporan. B.
Saran Pelaksanaan program MTBS di wilayah Puskesmas Prambanan, Kabupaten Klaten diharapkan
dapat dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi dengan cara menambah kemampuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus melalui pelatihan MTBS yang efektif dan

LP KELUARGA BERENCANA
efisien, serta meningkatkan kualitas sarana dan prasarana program MTBS agar pelayanan kesehatan
dapat berlangsung lebih baik dan lancar. Selain itu juga perlu meningkatkan promosi kesehatan balita
agar masyarakat tidak ragu untuk memeriksakan anak balitanya sedini mungkin ke poli KIA di
puskesmas. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri
mengenai program MTBS agar dapat menerapkan pengetahuan tersebut kelak dan turut mendukung
keberhasilan MTBS dalam meningkatkan derajat kesehatan anak khususnya balita. Sebaiknya
mahasiswa membekali diri dengan peralatan pemeriksaan tanda vital agar pelaksanaan MTBS
kedepannya lebih berjalan lancar. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Soenarto, Yati. MTBS: Strategi untuk
Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak. Disampaikan pada Simposium Pediatri TEMILNAS 2009.
Surakarta, 1 Agustus 2009. Surjono, Achmad. Endang, D.L. Alan, R. Tumbelaka. Et al. 1998. Studi
Pengembangan Puskesmas Model Dalam Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Tim Field Lab FK UNS. 2015. Ketrampilan : Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Surakarta: FK
UNS. www.unicef.org/Indonesia/id/media_21393.html. Sekitar 35 juta balita Masih Berisiko Jika Target
Angka Kematian Anak Tidak Tercapai. 2012. diakses pada April 2015. LAMPIRAN FORM MTBS
KASUS 1 : AULIA FORM MTBS KASUS 2 : DEVA REKAM MEDIS KASUS 3 : SARWANTO
Anamnesis Pasien Konseling Pemeriksaan tanda vital pasien Kegiatan MTBS di Puskesmas
Prambanan Kunjungan terhadap pasien gizi buruk 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, mengenai
klasifikasi
penyakit, status gizi,status imunisasi, penanganan balita sakit beserta
pemberian
konseling (Wijaya, 2009). Salah satu komponen dalam keluhan utama
atau

LP KELUARGA BERENCANA
pemeriksaan dalam melakukan pendekatan MTBS adalah melakukan
penilaian
apakah anak menderita batuk (Modul Field Lab).
Refleks batuk merupakan refleks pertahanan tubuh yang berfungsi untuk
membersihkan jalan napas dari benda asing dengan menggunakan tekanan
tinggi
(Price, 2005). Fungsi kedua batuk adalah sebagai gejala yang
mengindikasikan
adanya gangguan / kelainan / penyakit di system respiratorik umumnya
(Setyanto,
2004).
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas
dan mortalitas pada anak (Nasution dkk, 2009). Oleh karena itu screening
adanya
infeksi saluran nafas dengan gejala terutama batuk sangat penting dilakukan
pada
balita.
B. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada topik keterampilan MTBS ini adalah
diharapkan
mahasiswa :
1. Mampu melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan
pedoman
MTBS.
2. Mampu menentukan klasifikasi masalah balita sakit dengan menggunakan
pedoman MTBS.
3. Mampu menilai status gizi balita (klinis dan antropometris) menurut aturan
WHO (2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta.
4. Mampu melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan klasifikasi balita
sakit pada pedoman MTBS.
5. Mampu melakukan pendampingan konseling balita sakit berdasarkan
pedoman MTBS berupa perawatan di rumah dan pemberian nasehat berupa
kapan kembali untuk tindak lanjut.

BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
A. Hari I
1. Kegiatan : Pengarahan dan pembekalan mengenai
MTBS, pembagian kelompokserta survey lokasi
pelaksanaan pembelajaran FL MTBS.
2. Waktu pelaksanaan : Rabu, 13 Maret 2013 (08.00-12.00 WIB).
3. Tempat pelaksanaan :
a. Puskesmas Tanon I.
b. PKD Desa Jono.
c. PKD Desa Kecik.
d. PKD Desa Pengkol.
4. Pelaksana : Kelompok FL 17 (B7)
5. Deskripsi kegiatan :
a. Pengarahan dan pembekalan mengenai program
MTBS di Puskesmas Tanon oleh Kepala Puskesmas
yang kemudian dilanjutkan oleh instruktur

LP KELUARGA BERENCANA
lapangan. Kegiatan ini juga disertai diskusi dan
tanya jawab mengenai program MTBS serta
rencana pelaksanaan kegiatan MTBS pada hari II.
b. 10 anggota kelompok FL 17 dibagi menjadi 4
kelompok sesuai dengan 4 tempat pelaksanaan
kegiatan MTBS dengan rincian 2 orang di
Puskesmas Tanon I, 2 orang di PKD Desa Jono, 3
orang orang di PKD Desa Kecik dan 3 orang di
PKD Desa Pengkol.

Hari II
1. Kegiatan : Pelaksanaan kegiatan MTBS.
2. Waktu pelaksanaan : Rabu, 20 Maret 2013 (08.30-12.30 WIB)
3. Tempat pelaksanaan : Poliklinik Kesehatan Desa Sari Husada Desa Kecik
4. Pelaksana : Kelompok MTBS PKD Sari Husada Desa Kecik :
a. Anindita Putri Hapsari
b. Biltinova Arum Miranti
c. Rizky Mas’ah
5. Deskripsi kegiatan :
a. Melakukan penilaian balita sakit yang datang ke
PKD Desa Kecik dengan menggunakan pedoman
MTBS dan mengisikannya pada form MTBS.
b. Menentukan klasifikasi masalah balita sakit.
c. Menilai status gizi balita menurut aturan WHO
(2005) dan memeriksa adanya penyakit penyerta.
d. Melakukan dan menyarankan tindakan berdasarkan
klasifikasi balita sakit. Khusus untuk pengobatan,
dilakukan oleh ibu bidan PKD Kecik.
e. Melakukan pendampingan konseling balita sakit
berupa perawatan di rumah dan pemberian nasehat
kapan kembali untuk tindak lanjut.

BAB III
PEMBAHASAN
Untuk kegiatan Field Lab MTBS di Puskesmas Tanon I saya mendapat
kesempatan melakukan kegiatan MTBS di salah satu Pos Kesehatan Desa
yaitu PKD Sari Husada Desa Kecik pada tanggal 20 Maret 2013. Disana saya
hanya berkesempatan memeriksa satu anak balita yang berusia 3
tahun

LP KELUARGA BERENCANA
bernama Nadia. Karena anak berusia 3 tahun maka saya menggunakan form
tatalaksana MTBS dari puskesmas untuk balita sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Dari hasil dilakukan anamnesis dan pemeriksaan didapatkan hasil
sebagi berikut,
a. Data Awal
1) Nama Anak : Nadia
2) Umur : 3 tahun
3) Berat badan : 10,5 kg
4) Panjang badan : 87,5 cm
5) Suhu tubuh : 36,5
o
C
6) Keluhan utama : BATUK
7) Tanggal kunjungan : 20 Maret 2013 (kunjungan pertama)
b. Tanda-tanda bahaya umum : TIDAK ADA
c. Batuk : YA
1) Frekuensi napas (RR) 28 kali/menit à frekuensi napas normal (rujukan :
RR usia 12 bulan - < 5 tahun : <40 kali/menit).
5
2) Tarikan dinding dada : TIDAK ADA
3) Stridor : TIDAK ADA
d. Diare : TIDAK
e. Demam : TIDAK
f. Masalah telinga : TIDAK ADA
g. Status gizi : GIZI BAIK
h. Anemia : TIDAK
i. Status imunisasi : lengkap sesuai umur (3 tahun)
j. Pemberian vitamin A : SUDAH (terakhir bulan Februari 2013 anak
mendapat tablet vit.A yang berwarna merah 200.000 IU)
k. Masalah/keluhan lain : PILEK, gigi berlubang, sariawan
l. Pemberian makanan anak :
1) Anak termasuk anak yang mengalami susah makan dalam kesehariannya.
Selama anak sakit nafsu makan juga menurun.
2) Anak suka mengkonsumsi makanan ringan (snack) yang mengandung
penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna.
3) Anak memiliki alergi terhadap telur.
Keluhan batuk sudah dirasakan pasien selama 2 hari dengan demam
pada hari pertama batuk yang sudah sembuh ketika pasien datang. Batuk yang
dirasakan pasien kemungkinan karena pasien sering mengkonsumsi makanan
ringan (snack) yang banyak mengandung bahan penyedap,pengawet maupun
pewarna yang dapat memberikan reaksi peradangan pada saluran nafas. Selain
itu juga dapat berefek pada penurunan nafsu makan anak, karena anak akan
lebih senang mengkonsumsi makanan ringan dari pada makan nasi.
Obat yang diberikan oleh ibu bidan untuk batuk pasien yaitu
kotrimoksazol dan GG dengan pereda rasa gatal digunakan CTM sebenarnya

untuk tatalaksana pada pasien sedikit kurang sesuai dengan panduan program
MTBS yaitu untuk anak dengan keluhan batuk tanpa pneumonia
cukup
diberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan bahan yang aman
yaitu kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan anjuran
kunjungan ulang 5 hari apabila tidak ada perbaikan. Untuk sariawan pasien
tidak mendapat tatalaksana.
Konseling yang diberikan kepada ibu pasien adalah bahwa makanan

LP KELUARGA BERENCANA
yang baik dan aman adalah makanan segar, bervariasi, tidak menggunakan
penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. Makanan yang
mengandung penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna harap
dihindarkan dari anak karena dapat menurunkan nafsu makan anak terhadap
makanan olahan ibu dan menyebabkan gangguan saluran pernafasan

BAB IV
PENUTUP
Simpulan
1. Untuk tatalaksana keluhan batuk pasien yang diberikan oleh ibu bidan
kurang sesuai dengan pedoman MTBS yang untuk kasus batuk tanpa
pneumonia sebenarnya hanya cukup diberikan pelega tenggorokan dan
pereda batuk dengan bahan yang aman yang dianjurkan pedoman
MTBS yaitu kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis
dan anjuran kunjungan ulang 5 hari apabila tidak ada perbaikan

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia, dkk. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Nasution, kholisah , dkk.2009. Sari Pediatri : Infeksi Saluran Napas Akut pada
Balita di Daerah Urban Jakarta. Vol. 11, No. 4
Setyanto, Darmawan B. 2004. sari Pediatri : Batuk Kronik pada Anak: masalah
dan
tata laksana. Vol. 6, No. 2
Wijaya, Awi M. 2009. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Diunduh dari :
http://infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=37:manajemen-terpadu-balita-sakit-
mtbs&catid=27 : helath-programs&itemid=44
(diakses 1 maret 2010)

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa.
Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit,
lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh
(suhu rektal di atas 38
o
C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab

LP KELUARGA BERENCANA
demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas
disusul infeksi
saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang . Kejang lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada
perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral
yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden
kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83
orang
dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien
kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data
di
atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama
adanya cacat
baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan
dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang
tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan
bangkitan
kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan
kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif
dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai
satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas
asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas
kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan
harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses
penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang Demam di
Ruang
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.
B. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dan untuk bisa
memfokuskan masalahnya, maka hanya dibatasi pada masalah kejang pada
bayi.

LP KELUARGA BERENCANA
C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kejang pada bayi ?
2. Berapakah jumlah insiden kejang pada bayi ?
3. Bagaimanakah patofosiologi kejang pada bayi ?
4. Sebutkan Jenis-Jenis Kejang pada bayi ?
5. Apa saja Manifestasi Klinik kejang pada bayi?
6. Apa saja Komplikasi kejang pada bayi ?
7. Apa saja Uji Laboratorium dan Diagnostik yang dilakukan pada bayi kejang?
8. Bagaimana tindakan pengobatan kejang pada bayi dengan
menggunakanmanagement terpadu balita sakit ( MTBS )?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
 Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari
daerah spesifik korteks serebri, atau umumnya melibatkan kedua hemisfer
otak. Manifestasi jenis ini bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.
(nirwanatjeh, 2008)
 Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkron
pada sekelompok sel neuron otak. (Ngastiyah,1997)
2. Insidens
Sedikitnya kejang terjadi sebanyak 3% sampai 5% dari semua anak-anak sampai
usia 5 tahun, kebanyakan terjadi karena demam.
3. Patofosiologi
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yasm
didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-
paru dan diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah
glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO
2
dan air. Sel dikelilingi
oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan
luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilaalui
dengan mudah oleh ion kalium (K
+
) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na
+
) dan
elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (Cl
-
). Akibat konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
sdiluar sel, maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran
ini
diperlukan energi dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat
pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :

LP KELUARGA BERENCANA
1. perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler
2. rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh
karena itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik.
Lepas muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang.
4. Etiologi kejang digolongkan :
1. Intrakranial
 Gangguan metabolik
 Hiperglikemi
 Hipokalsemia
 Hipomagnesium
 Gangguan elektrolit
2. toksik
 Intoksikasi anastesi
 Drug withdrawal (penghentian obat)
3. Kelainan diturunkan
 gangguan metabolisme
 kekurangan peridoxin
 Kernikterus
a. Ekstrakanial
 Asfiksia
 Trauma ( perdarahan )
 Infeksi - bakteri dan virus
 Kelainan
b. Idiopatik 5. Jenis Kejang
a. Kejang Parsial
a) Kejang Parsial Sederhana : Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup
satu atau lebih hal berikut ini:
 Tanda-tanda motoris kedutaan→ pada wajah. Tangan, atau salah satu
sisi tubuh : umumnya gerakan kejang yang sama.

 kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir


dan hipoglikemi
 kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)
 kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetik

 Tanda atau gejala otonomik muntah→ berkeringan, muka merah,


dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus -mendengar musik,→
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikik dejavu, rasa takut, sisi panoramic. →

LP KELUARGA BERENCANA
b) Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks.
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan
bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada
tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku.

b. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)


a) Kejang Absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.

Ditandai dengan tatapan


terpaku yang umumnya
berlangsung kurang
dari 15 detik.
 Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
berkonsentrasi penuh.
 Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh
dengan sendirinya pada usia 18 tahun.

b) Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi mendadak
Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik,
berupa kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam
kelompok.
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat
c) Kejang Tonik-Klonik
 Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung kurang dari 1
menit.
 Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.
 Tidak adan respirasi dan sianosis
 Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah.
 letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical

d) Kejang Atonik
 Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah.
 Singkat, dan terjadi tampa peringatan.

LP KELUARGA BERENCANA
e) Status Epileptikus
 Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
 Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
 Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
 memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera.

6. Manifestasi Klinik
a. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan
kejang-kejang selama 5 menit .
b. bola mata berbalik ke atas
c. gigi terkatup
d. muntah
e. tak jarang Bayi berhenti napas sejenak.
f. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
g. pada kasus berat, Bayi kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu
kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
h. Kadang disertai peningkatan suhu tubuh
7. Komplikasi
a. Pnemonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
d. Cacat fisik atau kelumpuhan
e. Kematian
f. Kepayahan
g. Hipertensi
h. Tekanan intra kranial
i. Cidera
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan
neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti
berikut :
a. usahakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang
multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya
menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
b. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan
hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil
terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan
terjadinya perdarahan intraventikular.
c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan
oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau
fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat
anestesi pada ibu.
d. Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial
yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
e. Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina atau
subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma subdural.
Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi
sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena
yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
f. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan
subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.

LP KELUARGA BERENCANA
g. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan
bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
9. Uji Laboratorium dan Diagnostik
a. Elektroensefalogram (EEG) dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan→
focus dan kejang.
 Diagnosis epilepsy tidak hanya tergantung pada temuan EEG yang
abnormal
 Tidur lebih disukai selama EEG, meskipun sedasi dengan pemantauan
mungkin dindakasikan
b. Pemindaian CT menggunakan kajian sinar-X yang masih lebih sensitive dan→
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. MRI ( Magnetic Resonance imaging) menghasilkan bayangan dengan→
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan
daerah-daerah otak (regio fossa posterior dan regio sella) yang tidak terlihat
jelas apabila menggunakan pemindaian CT.
d. PET (Pemindaian positron emission temography) untuk mengevaluasi kejang→
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolic,
atau aliran darah dalam otak (mencakup suntikan radioisotop secara IV).
e. Potensial yang membangkitkan digunakan untuk menentukan integritas jalur→
sensoris dalam otak (respons yang tidak ada atau tertunda atau
mengindikasikan keadaan yang patologik).
f. Uji laboratorium berdasarkan riwayat anak dan hasil pemeriksaan.→
 Punksi lumbal untuk menganalisis cairan serebrospinal terutama dipakai→
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi.
 Hitung daerah lengkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab;→
dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat mengevaluasi
haematokit dan jumlah trombosit.
 Panel elektrolit serum elektrolit, Ca total, dan magnesium serum→
seringkali diperiksa pada saat pertama kali terjadi kejang, dan pada anak
yang berusia kurang dari 3 bulan, dengan penyebab elektrolit dan
metabolic lebih lazim ditemuai (uji glukosa darah dapat bermamfaat pada
bayi atau anak kecil dengan kejang yang berkepanjangan untuk
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia).
 Skrining toksisk dari serum dan urin digunakan untuk menyingkirkan→
kemungkinan keracunan.
 Pemantauan kadar obat antiepileptik digunakan pada fase awal→
penatalaksanaan dan jika kepatuhan pasien diragukan.

LP KELUARGA BERENCANA
LP KELUARGA BERENCANA
Tanyakan pada ibu mengenai masalah anaknya
Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah
tersebut ?
Pada setiap kunjungan pertama dilakukan penilaian pada bayi muda sesuai
dengan bagan
Jika kunjungan ulang, lakukan penilaian secara lengkap, sedangkan untuk
klasifikasi
dari kunjungan pertama dilakukan pelayanan tindak lanjut
TANYA :
 Apakah ada
riwyat
kejang ?
LIHAT, DENGAR, RABA
Adakah tanda/gejala kejang
berikut
 Tremor dengana atau tanpa
kesadaran menurun ?
 Menangis melengking tiba-
tiba?
 Gerakan yang tidak
terkendali pada mulut, mata,
atau anggota gerak ?
 Mulut mecucu

Kaku sseluruh badan dengan
atau tanparangsangan
Klasifikasikan
Kejang
Klasifikasikan
Kejang
Jika bayi kejang :
Bebaskan jalan nafas dan
berikan oksigen (jika ada)
Tangani kejang dengan obat anti
kejang
Jika kejang berulang lihat bagian
menangani kejang dengan
obat anti kejang
Jika hanya riwayat kejang atau tremor
tanpa kesadaran menurun, idak perlu
diberi obat anti kejang
Cegah agar gula darah tidk menurun
Nasehati ibu agar bayi tetap hangat
selama dalm perjalanan
Jika ditemukan tersangka tetanus beri
obat anti kejang Diazepam dan dosis
pertama antibiotik intramuskular
penisilin prokain (PP)
RUJUK SEGERA
CATATAN
Jika ditemukan tersangka tetanus
neonatorum , lihat pedoman eliminasi
tetanus neonatorum
Jika bayi kejang :

LP KELUARGA BERENCANA
Bebaskan jalan nafas dan
berikan oksigen (jika ada)
Tangani kejang dengan obat anti
kejang
Jika kejang berulang lihat bagian
menangani kejang dengan
obat anti kejang
Jika hanya riwayat kejang atau tremor
tanpa kesadaran menurun, idak perlu
diberi obat anti kejang
Cegah agar gula darah tidk menurun
Nasehati ibu agar bayi tetap hangat
selama dalm perjalanan
Jika ditemukan tersangka tetanus beri
obat anti kejang Diazepam dan dosis
pertama antibiotik intramuskular
penisilin prokain (PP)
RUJUK SEGERA
CATATAN
Jika ditemukan tersangka tetanus
neonatorum , lihat pedoman eliminasi
tetanus neonatorum
TANDA/GEJAL
A
MEMERIKSA
KEJANG
Ada riwayat kejang
ATAU
Ada tanda / gejala
kejang
Tremor dengan
atau tanpa
kesadaran
menurun
ATAU
Menangis
melengking
tiba-tiba ATAU
Gerakan yang
tidak terkendali
pada mulut,
mata, atau
anggota gerak
ATAU
Mulut mecucu,
ATAU
Kaku sseluruh
badan dengan
atau tanpa
rangsangan
Ada riwayat kejang
ATAU
Ada tanda / gejala
kejang

LP KELUARGA BERENCANA
Tremor dengan
atau tanpa
kesadaran
menurun
ATAU
Menangis
melengking
tiba-tiba ATAU
Gerakan yang
tidak terkendali
pada mulut,
mata, atau
anggota gerak
ATAU
Mulut mecucu,
ATAU
Kaku sseluruh
badan dengan
atau tanpa
rangsangan
K
E
J
A
N
G
K
E
J
A
N
G
KLASIFI
KASI
TINDAKAN/PENGOBATAN
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang,
henti nafas, segera lakukan tindakan/pengobatan
sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK
SEGERA
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang,
henti nafas, segera lakukan tindakan/pengobatan
sebelum melakukan penilaian yang lain dan RUJUK
SEGERA
PENILAIAN, KLASIFIKASI, DAN TINDAKAN/PENGOBATAN BAYI MUDA
UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

Jika bayi kejang :


Bebaskan jalan nafas dan
berikan oksigen (jika ada)
Tangani kejang dengan obat anti
kejang
Jika kejang berulang lihat bagian
menangani kejang dengan

LP KELUARGA BERENCANA
obat anti kejang
Jika hanya riwayat kejang atau tremor
tanpa kesadaran menurun, idak perlu
diberi obat anti kejang
Cegah agar gula darah tidk menurun
Nasehati ibu agar bayi tetap hangat
selama dalm perjalanan
Jika ditemukan tersangka tetanus beri
obat anti kejang Diazepam dan dosis
pertama antibiotik intramuskular
penisilin prokain (PP)
RUJUK SEGERA
CATATAN
Jika ditemukan tersangka tetanus
neonatorum , lihat pedoman eliminasi
tetanus neonatorum
Jika bayi kejang :
Bebaskan jalan nafas dan
berikan oksigen (jika ada)
Tangani kejang dengan obat anti
kejang
Jika kejang berulang lihat bagian
menangani kejang dengan
obat anti kejang
Jika hanya riwayat kejang atau tremor
tanpa kesadaran menurun, idak perlu
diberi obat anti kejang
Cegah agar gula darah tidk menurun
Nasehati ibu agar bayi tetap hangat
selama dalm perjalanan
Jika ditemukan tersangka tetanus beri
obat anti kejang Diazepam dan dosis
pertama antibiotik intramuskular
penisilin prokain (PP)
RUJUK SEGERA
CATATAN
Jika ditemukan tersangka tetanus
neonatorum , lihat pedoman eliminasi
tetanus neonatorum
Ada riwayat kejang
ATAU
Ada tanda / gejala
kejang
Tremor dengan
atau tanpa
kesadaran
menurun
ATAU
Menangis
melengking
tiba-tiba ATAU
Gerakan yang
tidak terkendali
pada mulut,

LP KELUARGA BERENCANA
mata, atau
anggota gerak
ATAU
Mulut mecucu,
ATAU
Kaku sseluruh
badan dengan
atau tanpa
rangsangan
Ada riwayat kejang
ATAU
Ada tanda / gejala
kejang
Tremor dengan
atau tanpa
kesadaran
menurun
ATAU
Menangis
melengking
tiba-tiba ATAU
Gerakan yang
tidak terkendali
pada mulut,
mata, atau
anggota gerak
ATAU
Mulut mecucu,
ATAU
Kaku sseluruh
badan dengan
atau tanpa
rangsangan
10. TINDAKAN/PENGOBATAN
a. TANYA: adakah riwayat kejang?
Ajukan pertnyaan ini pada ibu. Riwayat kejang pada episode sakit ini, kadang
sulit diketahui. Jika ibu mengatakan bayinya kejang atau ada gerakan yang
tidak biasa, pikirkan kemungkinan bayi kejang. Istilah lokal yang mudah
dimengerti ibu seperti “setep”
LIHAT: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun?
Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang konstan. Tremor disertai
kesadaran menurun, kemungkinan bayi kejang. Tremor tanpa kesadaran
menurun biasanya disebabkan oleh kadar gula darah turun. Kesadaran
menurun dapat dinilai pada saat membuka pakaian bayi. Jika bayi sadar , ia
akan bangun ketika saudara membuka pakaiannya. Jika bayi tidak sadar, ia
tidak dapat dibangunkan atau tidak bereaksi ketika disentuh.
DENGAR: apakah bayi menangis melengking tiba-tiba?
Bayi menangis tiba-tiba dengan nada tinggi/ melengking dan terus
menerus menunjukan ada proses tekanan intra kranial yang meninggi atau
kerusakan susunan saraf pusat lainya.
LIHAT : apakah ada gerakan yang tidak terkendali?
Gerakan tidak terkendali dapat berupa gerakan berulang-ulang pada
mulut seperti menguap, mengunyah atau menghisap, pada mata seperti kelopak
mata berkedip-kedip, adanya gerakan cepat bola mata, mata mendelik (melihat

LP KELUARGA BERENCANA
ke atas terus) atau bola mata berputar-putar dan pada anggota gerak misalnya
kaki seperti mengayuh sepeda, tangan seperti petinju atau gerakan tangan dan
atau kaki berulang-ulang satu sisi. Pada bayi normal kadang ditemukan
gerakan tidak terkendali, namun gerakan tersebut berhenti jika disentuh atau di
elus-elus, sedangkan pada kejang gerakan tersebut tetap ada.
LIHAT : apakah mulut bayi mencucu?

Mulut yang mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup
khas pada tetanus neonatriun.
LIHAT DAN RABA : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa
rangsangan?
Disebut kejang tonik ika seluruh tubuh bayi terlihat kaku
disertai fase lemas yang bergantian. Kejang tonik terlihat jika ada rangsangan
sentuhan, cahaya atau suara. Kejang seperti ini biasanya pada bayi tetanus
SYARAT RUJUKAN
 suhu >38
0
C
 denyut jantung ≥ 100 per menit
 tidak ada tanda dehidrasi berat
b. MEMBEBASKAN JALAN NAFAS DAN MEMBERIKAN OKSIGEN (JIKA
ADA)
Jika saudara menemukan penderita dalam keadaan KEJANG, GANGGUAN
NAFAS, MENGKIN INFEKSI BAKTERI SISTEMIK yang memerlukan
tindakan pembebasan jalan nafas dan pemberian oksigen, lakukan hal berikut
 Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu diganjal dengan
gulungan kain.
 Bersihkan jalan nafas dengan mengunakan alat penghisap lendir.
 Jika mungkin berikan oksigen dengan kateter nasal atau nasal prong dengan
kecepatan 2 liter per menit.
c. MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG

LP KELUARGA BERENCANA
Jika saudara menemukan bayi dalam keadaan kejang, bersihkan jalan nafas dan
berikan oksigen ( jika ada ), selanjutnya berikan obat anti kejang dan rujuk
segera
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan obat anti kejang :
Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
Obat anti kejang

LP KELUARGA BERENCANA
diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml
Jika kejang muncul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian Fenobarbital
1 kali dengan dosis yang sama, minimal selang waktu 15 menit
Jika diduga tetanus neonatorum berikan Diazepam
Fenobarbital
100 mg/2 ml (dalam ampul 2 ml)
Diberikan secara intramuskular
Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2
ml (dalam ampul 2 ml)
diberikanperrektal
Dosis : 30 mg = 0,6 ml
 Berat < 2500 gram berikan 0,25 ml
 Berat ≥ 2500 gram diberikan 0,5 ml

d. MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN


 Jika bayi masih bisa menetek ibu diminta untuk terus meneteki bayinya
 Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih bisa menelan beri ASI peras
dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. Berikan kira-
kira 50 ml sebelum dirujuk. Jika tidak memungkinkan berikan air gula
atau susu pengganti.
 Jika bayi tidak bisa menelan, berikan 50 ml ASI peras, susupengganti atau
air gula melalui lambung kecuali bayi dengan klasifikasi gangguan saluran
cerna
 Jika bayi dengan klasifikasi gangguan saluran cerna jika memeungkinkan
berikan infus dekstrosa 5% sesuai dengan berat dan umur kemudian rujuk
segera.
CARA MEMBUAT GULA :
Larutkan gula sebanyak 2 sendok teh ( 10 gram ) kedalam 1 gelas berisi air
matang sebanyak 200 ml, aduk sampai rata.

LP KELUARGA BERENCANA
]
CARA MEMBERI INFUS DEKSTROSA 5%
Jika bayi diklasifikasikan sebagai gangguan saluran cerna atau bayi tidak bisa
menelan dan ditempat tidak tersedia fasilitas pipa lambung, cegah agar gula
darah tidak turun dengan memberikan infus dekstrosa 5%.

LP KELUARGA BERENCANA
LP KELUARGA BERENCANA
Umur Jumlah cairan / kgBB/hari
1 ml = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
1-7 hari
80 ml
8-14
150 ml
≥ 15 hari
200
Jika gagal pasang infus, coba sekalilagi
Jika 2 kali pemasangan infus gagal, RUJUK SEGERA
e. CARA MENGHANGATKAN TUBUH BAYI SEGERA
Bayi dengan HIPOTERMIA BERAT, HIPOTERMIA SEDANG, harus segera
dihangakan sebelum dirujuk. Caranya sebagai berikut :
 Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan handuk atau kain kering.
Ganti pakaian, selmut/kain basah dengan yang kering.
 Hangatkan tubuh bayi dengan metode kangoro atau menggunakan cahaya
lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm, sampai suhu normal dan
pertahankan suhu tubuh bayi
 Bungkus bayi dengan kainkering dan hangat, beri tutup kepala. Jaga bayi
tetap hangat. Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari jendela
atau pintu
 Pada bayi dengan hipotermia berat : jika dalam satu jam suhu tubuh < 26
0
C,
rujuk segera dengan metode kanguru.
 Pada bayi dengan hipotermia sedang jika dalam 2 jam suhu tubuh < 36,5
0
C,
rujuk segera dengan metode kanguru
METODE KANGURU
 \Bayi telanjang dada(hanya menggunakan popok, topi. Kaus tangan, kaus
kaki diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisi tegak atau
diagonal.)tubuh bayi menempel atau kontak langsung dengan ibu

LP KELUARGA BERENCANA
 Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan nafas. Kepala menoleh kesamping dibawah dagu ibu
(ekstensi ringan).
 Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak” kemudian
“fiksasi” dengan selendang.
 Supaya hangat, ibu mengenakan pakaian atau blus longgar sehingga bayi
berada dalam satu pakaian ibu. Jika perlu gunkan selimut.
 Selaian ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metoda kangguru
f. MEMBERI ANTIBIOTIK INTRAMUSKULAR
beri dosis awal antibiotik intramuskular untuk bayi dengan klasifikasi
KEJANG tersangka Tetanus Neonatorum, gangguan nafas, mungkin infeksi
bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal nerat dan rujuk segera ke rumah
sakit
Untuk Semua Klasifikasi Yang Membutuhkan Antibiotik Intramuskular
Antibiotik Intramuskular Pilihan Pertama : Ampisilin
Antibiotik Intramuskular Pilihan Kedua : Penisilin Prokain

LP KELUARGA BERENCANA
Berat Badan
(Gram)
Ampisilin
Dosis : 100 mg/kgBB/24 jam
Tambahkan 1,5 ml aqua steril ke botol
0,5 g (200 mg/ml)
Penisilin Prokain
Dosis : 50.000 Unit/kgBB/24
Jam
Tambahkan 9 ml aquadest ke
dalam bool 3 gram (3.000.000
unit) menjadi 10 ml dengan
300.000 unit/ml
1000 - < 2000
0,5 ml 0,3 ml
2000 - < 3000
0,6 ml 0,4 ml
3000 - < 4000
0,8 ml 0,5 ml
4000 - < 5000
1,0 ml 0,7 ml
Diberikan dengan semprit 1 ml.
Jika ditemukan tersangka tetanus neonatorum, langsung bei dosis pertama
antibiotik intramuskular penisilin prokain.
11. TATALAKSANA KEJANG
1. Lindungin anak dari cidera
o Jangan coba merestrein anak.
o Jika anak berdiri atau duduk sehingga dapat kemungkinan jatuh, turunkan anak
tersebut agar tidak jatuh.
o Jangan memasukkan benda apapun kedalam mulut anak.

LP KELUARGA BERENCANA
o Longgarkan pakaian bila ketat.
o Cegah anak agar tidak terpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang mungkin
terbentur olah anak dan singkirkan semua benda tajam dari darah tersebut.
o Miringkan badan anak untuk menfasilitasi bersihan jalan napas dari secret.

2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktivitas kejang untuk


membantu diagnosis
atau pengkajian respons pengobatan.
o Waktu awitan dan kejadian pemicu.
o Aura (semacam peringatan akan terjadinya kejang).
o Jenis kejang atau deskripsi gerakan motoris dan tingkat kesadaran.
o Lamanya kejang.
o Intervensi selama kejang (Pemberian obat atau tindakan keselamatan).
o Fase Postical.
o Tanda-tanda vital.

Status Epileptikus
o Stabilkan kepatenan jalan napas:.lakukan pengisapan bila perlu.
o Beri tambahan oksigen 100 % melebihi masker.
o Siapkan jalur IV untuk pemberian terapi anti konvulsan atau obat lain; pada
pemberian lorazepam, diazepam, fenitoin, atau fenobarbital, bersiaplah terhadap
kemungkinan timbulnya depresi pernapasan dan penatalaksanaan jalan napas
jika
perlu.
o Pantau tanda-tanda vital.

Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah


o Beri penjelasan mengenai kejang dan jelaskan jika ada pemahaman yang
salah.
o Tekankan pentingnya minum obat secara teratur dan pemeriksaan tidak lanjut
pada
dokter untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan dan efek samping
sekecil
apapun.
o Tuliskan bagi keluarga langkah-langkah penatalaksanaan bila kejang timbul
dan
kapan keluarga harus meminta bantuan perawatan bila darurat.
o Beri pedoman antisipatif sehubungan dengan keamanan.
 4.1. Sediakan gelang khusus yang menandakan kewaspadaan medis.
 4.2. Keamanan air—berenang hanya kawalan ketat seseorang kompoten
(mengetahui tentang pertolongan penyelematan).
 4.3. Hindari tempat-tempat tinggi yang tidak terlendungi.
 4.4. Kemungkinan larangan menjalankan mesin-mesin tertentu, alat-alat
panas, atau mobil.
o Bantu dalam proses pemahaman agar terbentuk konsep diri yang sehat.
o Rujuk ke Yayasan Epilepsi Indonesia untuk mendapatkan keterangan dan
dukungan.
o Rujuk anak dan keluarga untuk dukungan dan konseling, bila perlu.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik
serebral

LP KELUARGA BERENCANA
yang berlebihan.
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti nafas, segera
lakukan
tindakan/pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan rujuk segera.
Lihat, dengar,
dan raba adakah tanda/gejala kejang berikut : tremor dengan atau tanpa
kesadaran menurun,
menangis melengking tiba-tiba, gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata,
atau anggota
gerak, mulut mencucu, dan kaku seluruh badan atau tanpa rangsangan.
Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bayi kejang antara
lain
membebaskan jalan nafas dan memberikan oksigen, menangani kejang dengan
obat anti
kejang, mencegah agar gula darah tidak turun, menghangatkan tubuh bayi
dengan segera, dan
memberikan antibiotik intramuskular.
A. Saran
Untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering, tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam
mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada
keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai
satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas
asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas
kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan
harga diri
yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses
penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wordpress.com/tag/kejang/
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1682709-kejang-pada-bayi/
http://jovandc.multiply.com/journal/item/36/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEJANG_PA
D
A_ANAK
http://kautsarku.wordpress.com/2009/08/11/mengatasi-kejang-pada-bayi-dan-
balita/
http://www.irwanashari.com/2009/04/kejang.html
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

LP KELUARGA BERENCANA
LAPORAN KASUS MTBS

I. Biodata Klien
A. Identitas Klien
1. Nama : An. N
2. Umur : 3,2 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Babakan Negla RT/RW : 04/03 Cimahi tengah
B. Identitas Orang Tua
1. Nama : Tn. H
2. Umur : 32 tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Hubungan dengan Klien : Ayah Klien

II. Riwayat Singkat Klien


Tn. H datang membawa anaknya ke Puskesmas Cimahi tengah karena sudah dua hari ini
anaknya mengeluh demam, batuk dan pilek. Keluhan demam sudah dirasakan klien sejak
kemarin dan belum mendapatkan pengobatan. Keluarga hanya memberikan kompres saja
dan memberikan anak banyak minum. Menurut ayahnya, anak mengalami demam yang naik
turun disertai batuk dan pilek. Karena kondisi anak semakin lemah, akhirnya keluarga
membawa anak ke Puskesmas. Saat dikaji tanggal 23 september di Poli anak Puskesmas

LP KELUARGA BERENCANA
Cimahi tengah, anak tampak lemah dengan suhu tubuh yang sudah menurun yaitu 36 0C,
agak pucat, napas cepat dengan frekuensi respirasi rate 41x/mnt, tidak ada tarikan dinding
dada, berat badan 14 kg dan tinggi badan 91,5 cm. Dari perhitungan status gizi, anak
termasuk kedalam berat badan yang normal. Keluarga juga mengatakan bahwa anaknya
sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap dan dalam 6 bulan terakhir belum pernah
mendapatkan obat cacing

III. Hasil Penilaian MTBS ( Formulir Terlampir )


IV. Identifikasi Masalah yang Timbul Terkait Asuhan Keperawatan yang Dilakukan dan Solusi
yang Diberikan
Dari hasil wawancara dan hasil pemeriksaan sesuai dengan format MTBS pada klien
didapatkan keterangan sebagai berikut :
a. Saat ini anak tidak ada tanda – tanda bahaya umum seperti : tak bisa minum, memuntahkan
semuanya, kejang serta letargis atau tidak sadar
b. Saat wawancara dengan keluarga, didapatkan keterangan bahwa anak batuk sudah dua
hari. Hasil observasi pada klien diperoleh RR: 41x/mnt, napas cepat, tidak ada tarikan
dinding dada.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa anak saat ini
menderita pneumonia.
Adapun tindakan yang dilakukan pada klien yaitu :
1. Memberikan kotrimoksazol sirup 2 x 1 ( 7,5 ml ) selama 3 hari
2. Memberikan pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman dengan pemberian jeruk
nipis : kecap ( 1 = 1 )
3. Memberikan penjelasan pada keluarga jika batuk > 3 minggu untuk dilakukan pemeriksaan
lanjutan
4. Menasihati keluarga agar kembali ke puskesmas 2 hari berikutnya
c. Karena klien tinggal di Cimahi sebagai daerah dengan resiko malaria rendah, adanya pilek
serta ada penyebab lain dari demamnya yaitu karena pneumonia.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa anak saat ini
menderita demam mungkin bukan malaria.
Mengingat saat ini suhu tubuh pasien 36 0C, maka pemberian paracetamol tidak diberikan.
Hanya saja keluarga diminta untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam.
Selain itu, menasihati keluarga jika demam tiap hari selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan

LP KELUARGA BERENCANA
d. Dari hasil wawancara dengan keluarga, dikatakan bahwa anak mengalami demam sudah
dua hari. Saat diwawancara, keluarga mengatakan bahwa anaknya mengalami demam yang
naik turun, tidak ada muntah, tidak ada perdarahan di hidung dan gusi, tidak ada nyeri ulu
hati. Saat dikaji, tidak ada petekie.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa anak saat ini
menderita demam mungkin bukan DBD.
Adapun tindakan yang diberikan yaitu :
1. Menasihati keluarga jika anaknya demam tinggi dengan suhu ≥ 38,5 0 C agar diberikan
parasetamol.
2. Menganjurkan keluarga agar melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
e. Saat di observasi telapak tangan anak agak pucat, sehingga dapat diklasifikasikan anak
menderita anemia
Tindakan yang diberikan yaitu :
1. Memberikan zat besi 1 x 1 ( 1 sendok takar ) selama 4 minggu
2. Memberikan obat cacing pirantel pamoat 125 mg 1 x 1 ( 1 ½ )
3. Menjelaskan pada keluarga agar melakukan kunjungan ulang 4 minggu dari sekarang
f. Karena saat ini klien juga mengalami pilek, maka keluarga dianjurkan untuk memberikan
klien banyak minum serta menghindari makanan atau minuman yang dingin

LP KELUARGA BERENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK M.
DENGAN THALASEMIA DI RUANG MANGGIS
RS. Dr.ADJIDARMO LEBAK TAHUN 2016

DISUSUN OLEH :

NAMA : MURNIDAR WARUWU


NIM : 21216059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016

LP KELUARGA BERENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. L DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI YRM DHIRA
SUMANTRI WINTOHA SERANG
TAHUN 2016

DISUSUN OLEH :

NAMA : MURNIDAR WARUWU


NIM : 21216059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016

LP KELUARGA BERENCANA
LP KELUARGA BERENCANA

Anda mungkin juga menyukai