GIZI MASYARAKAT
KEURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)
Dosen Pengampu:
Deddi Haryono S.K.M., M.giz
Penyusun:
1. Devi Ade Putri 201503061
2. Dyanda Pramana Putri 201503062
3. Safira Khairizqi Aulia 201503090
4. Satriapinasty N 201503091
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Kekurangan Energi Protein (KEP) ini sebagai tugas mata kuliah Gizi
Masyarakat.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya dan semaksimal
mungkin.Namun tentunya sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan.Harapan kami, semoga ias menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik dari sebelumnya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Deddi Haryono.,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan ilmu
kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya dan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tak lupa juga
kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................
i
Kata Pengantar...........................................................................................................
ii
Daftar Isi.....................................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)
.................................................................................................................
3
2.2 Etiologi Kurang Energi Protein
.................................................................................................................
4
2.3 Penyebab Kekurangan Energi Protein ( KEP )
.................................................................................................................
6
2.4 Jenis-jenis Kekurangan Energi Protein
3
.................................................................................................................
8
2.5 Klasifikasi Kurang Energi Protein
.................................................................................................................
11
2.6 Gejala Klinis Balita KEP berat/Gizi buruk
.................................................................................................................
12
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurang Energi Protein
.................................................................................................................
13
2.8 Upaya Dalam Menanggulangi KEP
.................................................................................................................
16
2.9 Contoh Kasus Kurang Energi Protein (KEP)
.................................................................................................................
18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA 20
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh
akan kalori, protein atau keduanya, tidak tercukupi dengan diet. Kedua bentuk
defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan
ketimbang yang lain. Sindrom kwashiorkor terjelma manakala defisiensi lebih
menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika terjadi
kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-
kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang
lebih dominan.
Kekurangan energi protein dikelompokkan menjadi KEP primer dan
sekunder.Ketiadaan pangan melatarbelakangi KEP primer yang mengakibatkan
berkurangnya asupan. Penyakit yang mengakibatkan pengurangan asupan,
gangguan serapan dan utilisasi pangan, serta peningkatan kebutuhan (dan/atau
kehilangan) akan zat gizi dikategorikan sebagai KEP sekunder.
Keparahan KEP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, atau
terlambat tumbuh, sampai ke sindrom klinis yang nyata, dan tidak jarang
berkaitan dengan defisiensi vitamin, serta mineral. Setidaknya, ada 4 faktor yang
melatarbelakangi KEP, yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan.
Kemiskinan, salah satu determinan social-ekonomi, merupakan akar dari
ketiadaanpangan, tempat tinggal yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta
ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan.
Penyakit infeksi berpotensi sebagai penyokong atau pembangkit
KEP.Penyakit diare, campak, dan infeksi saluran napas kerap menghilangkan
napsu makan.Penyakit saluran pencernaan yang sebagian muncul dalam bentuk
muntahdan gangguan penyerapan, menyebabkan kehilangan zat-zat gizi dalam
jumlah besar. Percepatan proses katabolisme meningkatkan kebutuhan sekaligus
menambah kehilangan zat-zat gizi.
Kekurangan Energi Protein sesungguhnya berpeluang menyerang siapa
saja terutama bayi dan anak yang tengah bertumbuh-kembang.Marasmus sering
menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor
1
cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Jika dialami oleh anak
yang berumur lebih tua, kondisi tersebut biasanya ringan karena mereka pada
umumnya telah pandai mencari makan sendiri. Remaja, dewasa muda
(utamanya pria), wanita tidak hamil dan tidak menyusui, memiliki angka
prevalensi paling rendah.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP
atau gizi buruk pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala
sakit. Masih seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila
diamati dengan seksama badannya mulai kurus. Sedangkan bagi KEP yang
tingkat berat yang disertai dengan gejala klinis disebut marasmus atau
kwashiorkor, dimasyarakat lebih dikenal sebagai busung lapar.
Jika kondisi KEP cukup berat dikenal dengan istilah marasmus dan
kwashiorkor, masing-masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor
dan marasmik ditengah-tengahnya.Pada semua derajat maupun tipe KEP ini
terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-gejala klinis maupun
biokimiawi yang khas bagi tipenya.Klasifikasi KEP digunakan untuk
menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat beratnya
3
KEP, hingga dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah
tersebut (Pudjiadi, 2005).
sangat banyak sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kausa
pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih.
ini, antara lain yaitu faktor diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi,
kemiskinan, dan lain-lain. Peran diet menurut konsep klasik terdiri dari dua
konsep. Pertama yaitu diet yang mengandung cukup energi, tetapi kurang
konsep yang kedua adalah diet kurang energi walaupun zat gizi (esensial)
berdasarkan agama, tetapi ada juga pantangan yang berdasarkan tradisi yang
maka akan sulit untuk diatasi. Jika pantangan berdasarkan pada kebiasaan atau
tradisi, maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan dengan terus-
4
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam tata buku pedoman Tata
Laksana KEP pada anak di puskesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan
gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus.Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
yang tidak terpelihara kebersihannya serta susu buatan yang terlalu encer dan
protein dan kalori pada makanan anak menjadi rendah. Keadaan perumahan
dan lingkungan yang kurang sehat juga dapat menyebabkan penyajian yang
cairan tubuh dan zat-zat gizi sehingga anak menjadi kurus serta turun berat
badannya.
Kwashiorkor dapat ditemukan pada anak-anak yang setelah mendapatkan
ASI dalam jangka waktu lama, kemudian disapih dan langsung diberikan
makan seperti anggota keluarga yang lain. Makanan yang diberikan pada
umumnya rendah protein. Kebiasaan makan yang kurang baik dan diperkuat
5
laki yang lebih tua dapat menyebabkan terjadinya kwashiorkor. Selain itu
tingkat pendidikan orang tua yang rendah dapat juga mengakibatkan terjadinya
yang rendah.
Menurut Ngastiyah, 1997 faktor-faktor penyebab kurang energi protein
1.Primer
c) Kemiskinan
2. Sekunder
struktur saluran).
b) Gangguan psikologis.
KEP tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.
Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare
atau demam, akhirnya akan menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak
yang makanannya tidak cukup (jumlah dan mutunya) maka daya tahan
6
infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita
7
a. Kwashiorkor
gizi yang sering terjadi di negara berkembang atau pada daerah yang
penurunan massa otot, diare, lemah lesu, perut buncit, bengkak pada
tungkai, perubahan warna rambut, dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui
yang kurang dan hal ini mengakibatkan terjadinya diare pada anak-anak
8
kwashiorkor merupakan suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan
kematian oleh karena itu usaha promotif dan preventif adalah yang utama.
merupakan sumber energi yang utama selain lemak (10% asupan), dan
protein (12%).
b. Marasmus
ini acapkali ditemukan dan angka kejadiannya mencapai 49% pada kurang
tinggi.
Adanya kondisi fisik yang tidak baik merupakan salah satu faktor
lama di rumah sakit. Anak akan tampak lesu dan tidak bersemangat, diare
dapat dilakukan melalui pengukuran tebal lipat lemak pada lengan atas,
9
perut.Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena rata-rata anak berusia
di bawah 5 tahun memiliki tebal lipat lemak pada lengan atas yang tidak
jauh berbeda.
kolesterol anak yang menderita marasmus lebih tinggi daripada anak yang
menderita kwashiorkor. Alasan mengapa hal ini dapat terjadi masih belum
dengan segera.
c. Marasmus kwashiorkor
ini disebabkan oleh asupan makanan bergizi yang tidak adekuat atau
tidak dapat diserap dan digunakan oleh tubuh selain adanya keadaan
10
2.5 Klasifikasi Kurang Energi Protein
a. Indeks BB/U
b. Indeks TB/U
c. Indeks BB/TB
a. Antara -2SD sampai +2SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan
11
b. Antara -2SD sampai -3SD atau antara +2SD sampai +3SD memiliki
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat
a. Kwashiokor
(dorsum pedis )
6. Pembesaran hati
atau duduk
12
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
b. Marasmus
3. Cengeng rewel
5. Perut cekung
6. Iga gambang
berpendapatan rendah.Hal ini disebabkan oleh daya beli keluarga yang rendah.
Masalah komsumsi pangan, rata- rata komsumsi energi dan protein secara
nasional meningkat dengan tajam. Pada tahun 1984 rata rata komsumsi
13
energy perkapita 1798 kalori,meningkat menjadi 1905 kalori pada tahun 1990
dan menjadi 1962 kalori pada tahun 1995. Sedangkan dalam kurun waktu
yang sama rata rata komsumsi protein meningkat menjadi dari 43,3
b) Pendidikan
kuat terhadap kelangsungan anak dan bayinya. Pada masyarakat dengan rata
rata pendidikan rendah menunjukan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan
Ibu yang pendidikan tinggi akan memilih jenis dan jumlah makanan untuk
factor selera oleh karena itu ibu rumah tangga pada umumnya yang m engatur
lebih baik akan kesehatan gizi dengan menangkap informasi dan menafsirkan
ibu akan lebih banyak memperoleh informasi serta lebih tanggap terhadap
14
dalam menentukan pemberian makanan bagi balita yang ada dirumah tangga
c) Pekerjaan
Anak nelayan tradisional mempunyai resiko menjadi kurang gizi tiga kali
lebih besar dibanding pada anak peternak, petani pemilik lahan, ataupun
anak mereka untuk menderita kurang gizi, resiko kurang gizi pada anak
nelayan tradisional tiga kali lebih besar dibanding anak nelayan yang punya
perahu bermotor. Efek ganda ( interaksi ) dari berbagai faktor sosial ekonomi
dalam menyebabkan jatuhnya seorang anak pada keadaan kurang gizi perlu
diperhitungkan.
orang dewasa adalah tersedianya air bersih dan sanitasi yang aman. Semua ini
sangat membantu bagi eman sipasi kaum wanita dari beban kerja berat yang
mempunyai dampak yang merusak terhadap anak anak, terutama anak- anak
jika sepertiga dari anak- anak didunia ketiga tetap tidak menikmati sarana
15
Berdasarkan pengalaman pada dasa warsa yang lalu,termasuk inovasi yang
dan murah untuk menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang aman
menyediakan air minum yang amam dan sarana pembuangan kotoran manusia
Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau
dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan
lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan
berikut :
pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus
16
yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya.
1. Jangka pendek
2. Jangkah menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
3. Jangkah panjang
17
2.9 Contoh Kasus Kekurangan Energi Protein
2.10
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari
dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG). Penyebab Kekurangan Energi Protein ( KEP ) ada
dua yaitu: Penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi.
Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan tingkat keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Jenis-
jenis Kekurangan Energi Protein : Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmus
kwashiorkor. Faktor-faktor yang meempengaruhi Kurang Energi Protein :
Pendapatan keluarga perkapita, pendidikan, pekerjaan, serta keadaan sanitasi
lingkungan.
3.2 Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati.Istilah ini sudah sangat lumrah
di kalangan kita.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya KEP, maka yang
harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat
kedepannya. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah
terserang penyakit.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2009. Buku ajar ilmu gizi dari gizi dalam daur kehidupan. Jakarta; buku
kedokteran EGC.
Artonang evawani. 2004. Kurang energi protein. Medan; USU digital library.
Edwin, saputra suriadi. 2009. kejadian KEP. fkm UI Jakarta.
Suprianta.Akses 31 maret 2013.www.slideshare.net.
Syafiq, ahmad. 2011. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta; rajawali pers.
http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2014/09/makalah-kep-kekurangan-energi
protein.html.
https://m.tempo.co/read/news/2010/10/23/180286746/balita-kekurangan-energi-
protein-di-jember-tertinggi-di-jawa-timur
20