Anda di halaman 1dari 29

MINI PROJECT

PENGARUH PENYULUHAN GIZI SEIMBANG DAN PHBS, SERTA


PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
TERHADAP PREVALENSI GIZI BURUK DAN GIZI KURANG PADA
BALITA DI KECAMATAN CILACAP UTARA

Disusun oleh:
dr. Felicia Saraswati Estiningrum
Pembimbing:
dr. Retno Purwati Rahayu

UPTD PUSKESMAS CILACAP UTARA I


PERIODE NOVEMBER 2021 – MEI 2022
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PROVINSI JAWA TENGAH
PERIODE NOVEMBER 2021 – NOVEMBER 2022
 Prevalensi balita dengan gizi buruk dan gizi
kurang di Kecamatan Cilacap Utara periode
LATAR Februari 2022 adalah 6 (0.18%) balita dengan
BELAKANG gizi buruk dan 92 (2.90%) balita dengan gizi
kurang, dari total 3.167 balita di Kecamatan
Cilacap Utara
 Berapa prevalensi balita dengan gizi buruk dan
gizi kurang di Kecamatan Cilacap Utara periode
November 2021-Maret 2022?
 Bagaimana pengaruh penyuluhan gizi seimbang
MASALAH
dan PHBS, serta PMT terhadap prevalensi gizi
buruk dan gizi kurang pada balita di Kecamatan
Cilacap Utara?
 Gizi kurang = kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein,
karbonhidrat, lemak (makro) dan mikro
 Gizi buruk = gizi kurang dalam jangka waktu lama (BB/TB <-3 SD)
a. Marasmus, adalah suatu bentuk malnutrisi kurang
energi-protein yang berat.

TINJAUAN b. Kwashiorkor, adalah salah satu bentuk malnutrisi

PUSTAKA yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein


yang berat dengan asupan karbohidrat yang
normal atau tinggi.
c. Marasmik-kwashiorkor, adalah bentuk malnutrisi
gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Penyebab Langsung

1. Konsumsi Pangan

Penyebab Jumlah dan ragam makanan yang dikonsumsi

2. Infeksi Penyakit

Mempengaruhi metabolisme pemanfaatan energi pada tubuh 


Faktor Tidak Langsung

1. Pendidikan

Pengetahuan sangat erat kaitannya, semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui semakin
menumbuhkan sikap positif

2. Lingkungan

Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai
rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga
Penyebab 3. Tingkat Pendapatan

Menentukan bahan makanan yang dibeli, menentukan kualitas dan kuantitas makanan

4. Pengetahuan Gizi

Kepandaian dalam memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam
mengolah bahan makanan. Mempengaruhi perilaku ibu dalam memilih dan meberikan makanan.
Perilaku ibu yang masih rendah dapat di sebabkan karna kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi dan kurangya kemampuan dalam menerapkan kehidupan sehari-hari.
 Surveilans gizi = proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus menerus baik
situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan, analisis dan pengkajian
data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk pengambilan tindakan sebagai
respon segera

 Saat ini masalah gizi (“malnutrition”) bukan hanya masalah kekurangan gizi (“undernutrition”)
tetapi sudah terjadi juga masalah kelebihan gizi (“overnutrition”) atau dikenal dengan istilah
masalah gizi ganda (“double burden”)
Surveilans  Potensi masalah akan lebih cepat diketahui, dan upaya penanggulangan masalah gizi dapat

Gizi dilakukan lebih dini, sehingga dampak yang lebih buruk dapat dicegah

 Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dan Puskesmas selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) wajib melaksanakan surveilans gizi

 Pelaksanaan surveilans gizi di Indonesia sampai dengan saat ini belum berjalan optimal karena
belum semua petugas baik di provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas diberikan pembekalan
dalam pelaksanaannya sehingga perlu diselenggarakan pelatihan surveilans gizi bagi petugas
gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
     
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas Z- Score
Berat badan menurut umur (BB/U) Gizi Buruk <-3SD
anak umur 0-60 bulan Gizi Kurang -3 SD sampai
dengan <-2 SD
  Gizi Baik -2 SD sampai
dengan 2 SD
  Gizi Lebih >2 SD
Tinggi badan menurut umur (TB/U) Sangat Pendek <-3SD
anak umur 0-60 bulan Pendek -3 SD sampai
dengan <-2 SD
  Normal -2 SD sampai
dengan 2 SD

TINJAUAN  
Berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) anak umur 0- 60 bulan
Tinggi
Sangat Kurus
>2 SD
<-3SD

PUSTAKA
Kurus -3 SD sampai
dengan <-2 SD
  Normal -2 SD sampai
dengan 2 SD
  Gemuk >2 SD
  Sangat Kurus <-3SD
Indeks massa tubuh menurut umur Kurus -3 SD sampai
(IMT/U) anak umur 5- 18 tahun dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai
dengan 1 SD
  Gemuk >1 SD sampai
dengan 2 SD
  Obesitas >2 SD
 Jenis: Deskriptif
 Lokasi: Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Utara 1
 Waktu: 7 Februari - 18 Februari 2022
 Subjek dan Populasi: Balita di Cilacap Utara periode Maret 2021 -
Februari 2022
METODE  Sampel: Balita yang dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan di Posyandu Balita, serta balita dengan gizi kurang yang
dilakukan home visit
 Teknik dan Instrumen: Pemantauan dan pengukuran langsung,
serta data Surveilans Gizi di Puskesmas Cilacap Utara 1 periode
Maret 2021 sampai Februari 2022
 Pengukuran tinggi badan dan berat badan secara serentak di 3
Kelurahan Cilacap Utara yakni Mertasinga, Kebon Manis, dan
Gumilir

 Home visit ke beberapa rumah dengan balita dengan gizi kurang


HASIL (Edukasi dan Pemeriksaan Fisik)

 KMS: gizi kurang

 Riwayat diare atau ISPA. Balita dengan ISPA sudah mendapat


pengobatan, dan sedang dalam pengobatan. Masih terdapat
rhonki pada paru balita dengan riwayat infeksi pernapasan
 Respon yang cukup sesuai usia, kekuatan fisik juga baik
sesuai usia

 Ibu: diedukasi tata cara pemberian makanan pendamping


ASI, diberikan PMT dan pemanfaatan PMT, menstimulasi
balita, balita sering dijemur, dan tidak sering terpapar unggas
di sekitar rumah
HASIL
 Pemeriksaan sumber air
Prevalensi Balita dengan Gizi Buruk dan Gizi Kurang di Kecamatan
Cilacap Utara Periode November 2021-Maret 2022

Gizi Buruk Gizi Kurang


NOV 5 (0.16%) 140 (4.59%)
HASIL DEC 5 (0.16%) 140 (4.59%)
JAN 5 (0.15%) 109 (3.34%)
FEB 6 (0.18%) 92 (2.90%)
MAR 6 (0.18%) 92 (2.90%)
Penyebab Langsung Prevalensi
Riwayat BBLR 3
Riwayat ISPA 10
Imunisasi Lengkap 48

Imunisasi Tidak Lengkap 5


ASI Eksklusif 8
Tidak ASI Eksklusif 45

Faktor yang MP-ASI Dini (3-6 bulan)


MP ASI Sesuai Jadwal
45
8
Mempengaruhi Frekuensi dan Jenis Makanan
2x sehari, lauk 2x seminggu, jarang mengkonsumsi sayur, tidak ada selingan di
antara pemberian makanan

(Maret 2021) Penyebab Tidak Langsung


Pendidikan Orangtua D3/S1
SMA
SMP
SD
Pekerjaan Orangtua PNS
Swasta
Wiraswasta
Buruh

Lingkungan Tempat Tinggal 35 rumah balita dikelilingi kandang ternak, 35 orangtua balita merokok
Penyebab Langsung Prevalensi
Riwayat BBLR 1
Riwayat ISPA 5
Imunisasi Lengkap 25

Imunisasi Tidak Lengkap 5


ASI Eksklusif 5
Tidak ASI Eksklusif 25

MP-ASI Dini (3-6 bulan) 25

Faktor yang MP ASI Sesuai Jadwal 5

Mempengaruhi 2x sehari, lauk 2x seminggu, jarang mengkonsumsi sayur, tidak ada selingan di antara
Frekuensi dan Jenis Makanan pemberian makanan

(Februari 2022)
Penyebab Tidak Langsung

Pendidikan Orangtua D3/S1


SMA
SMP
SD
Pekerjaan Orangtua PNS
Swasta
Wiraswasta

Buruh

Lingkungan Tempat Tinggal 30 rumah balita dikelilingi kandang ternak, 30 orangtua balita merokok
Maret 2021 Prevalensi

Gizi Buruk 3
Gizi Kurang 50
Pengaruh
Penyuluhan Gizi
Seimbang dan Februari 2022 Prevalensi
PHBS, serta PMT
Gizi Buruk 2
Gizi Kurang 30
 Manfaat Surveilans Gizi: Persentase balita dengan gizi buruk dan
sangat pendek mengalami penurunan. PSG 2015 menyebut 3,8%
Balita mengalami gizi buruk. Angka ini turun dari tahun
sebelumnya yakni 4,7%

 Kejadian infeksi dan pendapatan orangtua tidak berhubungan


PEMBAHASAN
dengan status gizi pada beberapa penelitian

 Sikap ibu terhadap makanan terbukti berpengaruh terhadap


kejadian gizi kurang dan gizi buruk (OR 6,98). Sikap terhadap
makanan berarti juga berkaitan dengan kebiasaan makan,
kebudayaan masyarakat, kepercayaan dan pemilihan makanan
 Pemilahan bahan makanan, tersedianya jumlah dan
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidaktahuan
ibu dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama
untuk anak balita, sehingga zat-zat gizi dalam kualitas dan
kuantitas tidak cukup
PEMBAHASAN
 Sanitasi lingkungan buruk terbukti sebagai faktor risiko kejadian
gizi kurang dan gizi buruk pada balita dengan (OR 5,03). Sanitasi
lingkungan erat kaitannya dengan ketersedian air bersih,
ketersedian jamban, jenis lantai rumah, serta kebersihan
peralatan makanan, kebersihan rumah, pencahayaan, ventilasi.
 Penurunan angka gizi buruk pada balita dari 3 balita (Maret 2021)
menjadi 2 balita (Februari 2022).

 Penurunan angka gizi kurang pada balita dari 50 balita (Maret


KESIMPULAN 2021) menjadi 30 balita (Februari 2022).
&
 Kerja sama antara Puskesmas, Kader, dan orangtua balita secara
SARAN
berkala untuk mengurangi angka gizi buruk dan gizi kurang di
Cilacap Utara; promosi kesehatan sampai kuratif (gizi dan tumbuh
kembang), seperti secara rutin melakukan home visit atau
penyuluhan di Puskesmas
1. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2012) Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi ke-7. Jakarta : Rajawali Pers

2. Saputra, Wiko. (2012) Faktor Demografi dan Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Tanjung Biru Research Institude Vol:2. Nomor :12 Desember 2012: 95-101

3. Supariasa, Bakri, Ibnu Fajar. (2005) Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

4. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021

5. Almatsier, Sunita.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2004 Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010

6. Almatsier, S. Penuntun Diet edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007 Arisman M. 2008. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan.Penerbit Buku Kedokteran
(EGC) Damanik, M, R., Ekawati, I., dan Hariyadi, D., Analisis Pengaruh Ibu Pendidika Ibu Terhadap Status Gizi Balita Di Provinsi Kalimantan Barat, jurnal gizi dan pangan,
Vol. 5 (2) Pp. 69-77. 2010.

DAFTAR
7. Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. PT. Raja Grafindo: Persada Jakarta. Hardinsyah dan Supariasa, I.D.N. 2016. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. ECG.
Jakarta. Mardalena, I., Dasar-dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan: Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 2017

PUSTAKA
8. Nurcahyo, K. dan Briawan, D., Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi dan Status Gizi Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk, jurnal gizi dan pangan, Vol. 5 (3): Pp. 164-170.
2010.

9. Lutviana, E.,Budiono, I. Prevalensi dan Determinan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2010;5(2):138-144.Available From
http://Journal.unnes.ac.id/index.php/kemas.

10. Faktor resiko Kejadian Gizi buruk pada balita yang dirawat di RSUD dr. Karyadi Semarang. Semarang: FK UNDIP. Riset kesehatan dasat (Riskesdas) 2018. Pedoman
Pewawacara Petugas Pengumpulan Data. Jakarta: Badan Ltbangkes, Depkes RI, 2018 Supariasa, I. D. N., Bakri, B., dan Fajar, I., Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta 2002.

11. Soedikiman (2013).Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta: Departemen pendidikan Nasinonal Tejasari. Nilai-nilai Gizi Pangan..Penerbit Graha Ilmu.. Yogyakarta. 2005 UNICEF.
The State Of The World’s Children 2016. Available from https://www.uniicef.org/sowc2016/diakses

12. Gizi reproduksi (99-100) Wawan (2010). Hubungan factor social ekonomi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di Yokyakarta. Program gizi kesehatan falkutas kedokteran
universitas gajah mada Wiardani, N, hadi, H & Huriyati, E. 2007.

13. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Pola Makan dan Obesitas sebagai factor resiko diabetes Melitus tipe 2 Di 40 Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Yogyakarta. Program Studi Ilmu gizi
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Gambar 1: Pengkukuran Tinggi Badan dan Gambar 2: Pemberian PMT pada
Berat Badan Serentak di 3 Kelurahan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang
Gambar 3: Penyuluhan Gizi Gambar 3: Pemeriksaan Fisik Balita
Seimbang dan PHBS pada rumah
dengan Balita Gizi Kurang
Click icon to add picture

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai