Anda di halaman 1dari 48

BED SIDE TEACHING

TETANUS

PEMBIMBING:
dr. Roberto Soehartono

OLEH :
Felicia Saraswati
1765050407
CASE
Seorang anak perempuan umur 6 tahun datang ke Rumah Sakit karena dirujuk dari
Puskesmas dengan keluhan sering mengalami kekakuan otot yang bersifat hilang
timbul bila disentuh. Pada saat terjadi kekakuan otot pasien selalu menangis dan
tampak kesakitan. Pasien sudah mengalami kesulitan makan sejak 5 hari yang lalu,
dan saat ini mulut sulit dibuka. Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan cairan
berbau dari telinga kiri yang hilang timbul terutama saat batu dan pilek. Riwayat
Imunisas DTP hanya 1 kali saat usia 2 bulan. Pada saat diperiksa pasien beberapa
kali mengalami kekakuan otot.
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Lengkap : An. A
Tanggal Lahir : 8 September 2014
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Cawang
Tanggal Datang : 29 September 2020
IDENTITAS ORANG TUA/WALI
AYAH IBU
Nama : Tn. B Nama : Ny. W
Tanggal Lahir : 8 November 1988 Tanggal Lahir : 12 Juli 1990
Usia : 31 tahun Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat: Cawang Alamat: Cawang
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan : Rp. 3.500.000,-

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung


RIWAYAT KEHAMILAN
Perawatan Antenatal :

Trimester I 1 kali/bulan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati


Trimester II 1 kali/bulan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Trimester III 2 kali/bulan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Penyakit kehamilan : Disangkal oleh ibu pasien


RIWAYAT KELAHIRAN
Riwayat Kelahiran

Tempat lahir : Rumah Bersalin (Puskesmas Kecamatan Kramat Jati)


Penolong persalinan: Dokter
Cara persalinan : Persalinan normal
Penyulit :-
Masa gestasi : Cukup bulan (37 minggu)

Keadaan Bayi : Bayi perempuan lahir dengan BBL 3 kg, PBL pasien 50 cm, LK pasien 35
cm, saat lahir bayi langsung menangis, tidak pucat/biru/ikterik/kejang. Nilai APGAR 9/10. Tidak
ada kelainan bawaan.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Gigi pertama : 6 bulan

Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Menulis : 4 tahun
Membaca : 4 tahun

Kesan : Tahapan perkembangan sesuai usia menurut Milestones


RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 0 bulan - - - - -
DTP 2 bulan - - - - -

POLIO 0 bulan 2 bulan - - - -

Campak 9 bulan - - - - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan - - - -

MMR - - - - - -

Kesan: Imunisasi tidak lengkap menurut IDAI 2014


RIWAYAT MAKANAN
USIA JENIS MAKANAN
0 – 5 bulan • Asi tiap 2 jam
• Asi
6 – 8 bulan • Susu formula 3x sehari
• Bubur saring halus 4x sehari
8 – 10 bulan • Susu formula 3x sehari
• Nasi tim 3x sehari (nasi, daging ayam suir)
10 bulan – 1 tahun • Susu formula 3x sehari
• Bubur kasar 3x sehari (nasi, daging ayam suwir, sayur sop)

1 tahun – 5 tahun • Susu formula


• Nasi, 2 potong daging, sayur sop

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan tahapan usia


RIWAYAT PENYAKIT YANG
DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Peny. Jantung -

Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -


Demam berdarah - Kejang demam - Peny. Darah -

Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -

Otitis Media 5 tahun Morbili - Tuberkulosis -


Parotitis - Operasi - Asma -
RIWAYAT DAN DATA KELUARGA
Lahir
No Tanggal Lahir Jenis Kelamin Hidup Abortus Mati (sebab) Keterangan Kesehatan
Mati

1 8 September 2014 Perempuan  Hidup - - - Sakit

Keterangan Ayah/Wali Ibu/Wali

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 26 tahun 24 tahun

Keadaan kesehatan Sehat Sehat


DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah: pribadi
Keadaan rumah : ukuran +/- 90 m2
dinding terbuat dari tembok permanen
atap terbuat dari genteng
ventilasi baik, 1 kamar 2 jendela
jarak septic tank ke sumber air bersih +/- 10
meter
Keadaan Lingkungan: berupa perumahan padat penduduk
ada tempat pembuangan sampah
jarak samping rumah antar tetangga dekat
ANAMNESIS

Keluhan Utama : kekakuan otot yang hilang timbul bila disentuh sejak 2
hari SMRS

Keluhan Tambahan : mulut sulit dibuka dan kesulitan saat makan sejak 5
hari SMRS.
ANAMNESIS

Pasien ♀ 6 tahun dirujuk dari Puskesmas Onset: > 5 hari lalu, selang waktu antara
dengan keluhan sering mengalami kekakuan trismus dengan kejang menyeluruh?
(menentukan prognosis)
otot yang bersifat hilang timbul bila
disentuh. Pada saat terjadi kekakuan otot Lokasi: pada otot-otot tertentu atau seluruh
pasien selalu menangis dan tampak tubuh?
kesakitan. Pasien sudah mengalami Kualitas: kaku otot dipicu sinar, suara
kesulitan makan sejak 5 hari yang lalu, dan dan sentuhan
saat ini mulut sulit dibuka. Kronologi: riwayat OMA, riwayat
Sejak usia 5 tahun pasien sering memiliki luka yang kotor (terjatuh atau
tertusuk), riwayat luka bakar, riwayat
mengeluarkan cairan berbau dari telinga kiri karies gigi yang lama, riwayat imunisasi
yang hilang timbul terutama saat batu dan DTP, riwayat digigit binatang
pilek. Riwayat Imunisas DTP hanya 1 kali
saat usia 2 bulan. Pada saat diperiksa pasien Keluhan tambahan: sulit menelan? sulit
bernapas?
beberapa kali mengalami kekakuan otot.
Riwayat Penyakit Dulu
Sejak usia 5 tahun sering mengeluarkan cairan berbau dari telinga kiri yang hilang timbul
terutama saat batuk dan pilek

Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan yang sama

Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat, susu sapi, dan makanan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tanda Vital
Tensi : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 90 kali / menit (Regular, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi nafas : 30 kali / menit (Regular, kedalaman cukup)
Suhu : 37 C (axilla)
  Antropometri
Data
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Berat Badan Ideal (BB/U) : 20 kg
Indeks Massa Tubuh : 16,63 kg/M2

X100% = X100% = 110%


X100% = X100% = 100%
X100% = X100% = 110%

BB/U : 110% Normal


TB/U : 100% Normal
BB/TB : 110% Normal
STATUS GENERALIS
Kepala Mulut
Mulut : trismus 1 cm (+), sianosis sirkum oral (-), mukosa bibir
kering (-)
Bentuk : Normocephali
Gigi : sulit dinilai
Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
Lidah : sulit dinilai
Wajah : rhisus sardonicus (+)
Tonsil : sulit dinilai
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Mata cekung (-/-), edem
palpebra -/- Faring : sulit dinilai
Telinga : Leher : Kelenjar Getah Bening retroauricula, infraauricula,
 Auricula dextra : bengkak (-), hiperemis (-), sikatrik (-), liang telinga submandibular, submentalis, coli anterior et posterior tidak teraba
lapang, membran timpani utuh, reflex cahaya (+) membesar. Nyeri tekan (-)
 Auricula sinistra : bengkak (-), hiperemis (-), sikatrik (-), liang telinga
lapang, membran timpani perforasi, secret mukopurulen (+)

Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-), pernafasan
cuping hidung (-)
Thoraks Jantung
Inspeksi : Dinding thoraks Diameter laterolateral >
anteroposterior  Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Paru  Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS IV
 Inspeksi : Pergerakan dinding thorax simetris, linea midclavicularis sinistra
retraksi sela iga (-) Perkusi : batas jantung kanan di linea
 Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri parasternalis dextra ICS IV, batas jantung kiri di linea
 Perkusi : Sonor / Sonor midclavicula sinistra ICS IV
 Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler,  Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) murmur (-), gallop (-)
Abdomen Anus dan rektum: Tidak ada kelainan
Inspeksi : Perut tampak seperti busur Genitalia : Tidak ada kelainan
(opistotonus)
Ekstremitas
Auskultasi : Bising Usus (+)
Atas dan bawah : Akral hangat, CRT < 2”,
Perkusi : Timpani edema -/-, spastik (+)
Palpasi : keras
STATUS NEUROLOGIS

Rangsang Meningen
Kaku kuduk :+
Brudzinski I :-/-
Brudzinski II : - / -
Brudzinski III : Tidak dilakukan
Brudzinski IV : Tidak dilakukan
Kernig : >135 ˚ / >135 ˚
Laseque : > 70˚ / > 70˚
 
Pemeriksaan Refleks
Refleks fisiologis : Biceps +/+, Triceps +/+, KPR +/+, APR +/+

Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-Oppenheim -/-, Gordon -/-, Schaffer
-/-, Rossolimo -/-MendelBechtrew -/-, Hoffman-Tromner -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 12 g/dL 10,5 - 18 g/dl
Leukosit 12 ribu/µL 4,0 - 12,0 ribu/ µL
Hematokrit 34% 32 - 52%
Trombosit 300 x 103/µL 150.000-400.000/ µL
RESUME
Pasien perempuan usia 6 tahun datang ke rumah sakit karena dirujuk dari puskesmas dengan keluhan
sering mengalami kekakuan otot yang bersifat hilang timbul bila disentuh. Pada saat terjadi kekakuan
otot pasien selalu menangis dan tampak kesakitan. Pasien sudah mengalami kesulitan makan sejak 5
hari lalu dan saat ini mulut sulit dibuka. Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan cairan berbau
dari telinga kiri yang hilang timbul terutama saat batuk dan pilek. Riwayat imunisasi DPT hanya 1 kali
saat berusia 2 bulan. Pada saat pemeriksaan pasien beberapa kali kekakuan otot.

Riwayat penyakit dahulu: infeksi telinga berulang sejak 1 tahun lalu


Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Lab
TTV : stabil - Hb: 17%
Wajah : tampak rhesus sardonicus - Leukosit : 12000
dengan trismus 1 cm - Ht : 34%
Kaku kuduk (+) - Trombosit : 300.000
Tampak krusta kekuningan pada
auricula sinistra dengan membrane
timpani tidak intak
Palpasi abdomen teraba keras
Ektremitas atas dan bawah tampak
kaku
Diagnosis Kerja
-Tetanus Generalis
-OMSK AS
Diagnosis Banding
-Rabies (trismus, kejang, hidrofobia)
-Keracunan strychnine (terlalu banyak minum tonikum, kejang tonik,
jarang trismus)
-Hipokalsemia (spasme laring dan karpopedal trismus negatif)
-Epilepsi (bentuk kejang: umum)
Pemeriksaan Anjuran
-Elektrolit
-EEG
TATALAKSANA
• Rawat inap
• Konsul dr. spesialis THT
• Diet : - kalori : 90 x 20 kg = 1800 kkal
- karbohidrat : 60% x 1800 = 1080 kkal
- protein : 20% x 1800 = 360 gram
- lemak : 20% x 1800 kg = 360 ml
TATALAKSANA
Mm/ Kebutuhan cairan:
• IVFD: KAEN 3B 20 tpm (makro) 100ccx10kg = 1.000cc
50ccx10kg = 500cc
• ATS 50.000 IM (skin test)
20ccx2kg = 40cc
• ATS 50.000 IV
Total = 1.540cc/24jam
• Metronidazol Tetesan per menit = 1.540/3x24 = 21.3tpm
o Inisial 15mgx22kg = 330mg (IV) (makro)
o Dilanjutkan 30mgx22kg = 660mg/6jam
(IV) selama 7 hari Dosis Diazepam rumatan: 0.2mgx22kg = 4.4mg
• Diazepam 10mg (supp)
• Dilanjutkan 0.04-0.2 mg/kg (IV) tiap 2-
4jam (tidak lebih dari 0.6 mg/kg dalam 8
jam) = 4mg/4jam (IV)
EDUKASI
Anak harus istirahat di ruangan •Muntah terus menerus
yang tenang •Tangan dan kaki dingin
Cukup minum (air putih, susu, jus) •Anak gelisah/rewel
Pantau frekuensi dan warna BAK •Sesak nafas
anak tiap 4-6 jam •Tidak BAK >4-6 jam
Pasien harus segera di bawa ke RS •Kejang
bila ditemukan
•Suhu turun namun keadaan anak
memburuk
•Nyeri perut hebat
PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanationam : bonam
TETANUS

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI TETANUS
Penyakit paralitik dan spastik akut yang disebabkan neurotoksin bakteri
Clostridium tetani
Gejala awal : nuchal rigidity (kaku kuduk) dan dysphagia sebelum risus
sardonicus (kekakuan otot wajah dan rahang)
Tetany : carpopedal spasm

Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
EPIDEMIOLOGI
Kematian 300.000 bayi setiap tahun di dunia, sekitar 80% kematian hanya
dalam 12 negara tropis Asia dan Afrika. Hal ini terjadi pada bayi dengan ibu
yang tidak diimunisasi.

Sekitar 20% anak-anak di Amerika Serikat usia 10-16 tahun memiliki


proteksi yang kurang di tingkat antibodi (tidak diimunisasi karena orangtua
keberatan)

Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
KLASIFIKASI
1. Tetanus lokal : Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot di
sekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.
2. Tetanus sefalik : Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang
disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus
sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan
prognosisnya biasanya buruk.
3. Tetanus generalisata : Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah
menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang
umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan
kesadaran yang tetap baik.
4. Tetanus neonatorum : Disebabkan adanya infeksi tali pusat. Gejala yang sering timbul adalah
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme.

Weinstein L. Tetanus. N Engl J Med. 1973 Dec 13. 289 (24):1293-6.


Tiwari TSP. Manual for the Surveillance of Vaccine-Preventable Diseases. Chapter 16: Tetanus. Centers for Disease Control and Prevention. Available at 
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/surv-manual/chpt16-tetanus.html.
ETIOLOGI: CLOSTRIDIUM
TETANI
Clostridium tetani : motil, gram-positif, anaerob obligat, membentuk spora
Habitat alami : tanah, debu, dan berbagai saluran pencernaan hewan
C. tetani membentuk spora ujung, bentuk : stik drum / raket tenis secara mikroskopis
Spora tetanus dapat bertahan hidup di air mendidih, sedangkan sel vegetatif dapat
mati dengan antibiotik, panas, dan disinfektan standar.
Dosis letal Tetanospasmin bagi manusia : 10−5 mg / kg.

Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
PATOFISIOLOGI
Spora membutuhkan kondisi anaerob yang spesifik (seperti luka dengan
oksidasi yang rendah; jaringan mati/rusak, benda asing, infeksi aktif)
Spora melepaskan toksin:
Tetanolysin - hemolysin (reaksi patologis tidak dikenali)
Tetanospasmin - manifestasi klinis tetanus

Sanford JP. Tetanus--forgotten but not gone. N Engl J Med. 1995 Mar 23. 332(12):812-3. 
Yeh FL, Dong M, Yao J, Tepp WH, Lin G, et al. 2010 SV2 Mediates Entry of Tetanus Neurotoxin into Central Neurons. PLoS Pathog 6(11): e1001207. doi:10.1371/journal.ppat.1001207. PLoS
Pathogens [serial online]. 11/10/2010;6(11):e1001207. Available at http://www.plospathogens.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.ppat.1001207.
Rantai toksin memasuki neuron motorik, bergerak secara retrograde dari tempat yang terkontaminasi
ke medulla spinalis dalam 2-14 hari (umumnya : 7 – 14 hari)

Di medulla spinalis: toksin membelah protein synaptobrevin  vesikel yang mengandung GABA
dan glisin tidak dilepaskan  hilangnya inhibisi sentral (neuron motorik dan otonom)  hiperaktif
otonom dan kontraksi otot yang tidak terkontrol (kejang)

Tetanus lokal terjadi ketika hanya saraf yang memasok otot yang terkena yang terlibat. Tetanus
umum terjadi ketika racun yang dilepaskan di luka menyebar melalui sirkulasi limfatik/darah ke
beberapa terminal saraf. Blood brain barrier mencegah masuknya toksin langsung ke SSP.

Sanford JP. Tetanus--forgotten but not gone. N Engl J Med. 1995 Mar 23. 332(12):812-3. 
Yeh FL, Dong M, Yao J, Tepp WH, Lin G, et al. 2010 SV2 Mediates Entry of Tetanus Neurotoxin into Central Neurons. PLoS Pathog 6(11): e1001207. doi:10.1371/journal.ppat.1001207. PLoS
Pathogens [serial online]. 11/10/2010;6(11):e1001207. Available at http://www.plospathogens.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.ppat.1001207.
MANIFESTASI KLINIS
Kekakuan/Rigiditas:
M. Masseter → trismus / lockjaw (kesulitan membuka mulut)
Otot-otot wajah → risus sardonicus / sardonic smile
Otot-otot leher → retraksi pada kepala dan tekanan occiput pada tempat tidur
Otot-otot faring → dysphagia
Otot dada → gangguan pernapasan
Otot-otot abdomen → board like rigidity
Otot-otot punggung → opisthotonos (fleksi dan adduksi lengan, kepalan tangan,
dan ekstensi ekstremitas bawah)

Weinstein L. Tetanus. N Engl J Med. 1973 Dec 13. 289 (24):1293-6.


Tiwari TSP. Manual for the Surveillance of Vaccine-Preventable Diseases. Chapter 16: Tetanus. Centers for Disease Control and Prevention. Available at 
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/surv-manual/chpt16-tetanus.html.
Kekakuan otot (generalized) sebagai respon terhadap rangsangan : kebisingan,
sentuhan, visual dan emosi
Sensorik: merasakan nyeri hebat
Kejang tonik : dapat menyebabkan patah tulang, ruptur tendon, dan gagal napas akut
Napas menjadi dangkal dan irregular → hipoksia, sianosis dan hiperkapnia →
kerusakan otak dan kematian

Kekakuan otot disebabkan oleh disfungsi hambatan : neuron motorik alfa pada otot
yang terkena
Tetanus cephalic jarang terjadi (biasanya terjadi setelah trauma kepala / otitis media).
Pasien dengan bentuk ini datang dengan kelumpuhan saraf kranial

Weinstein L. Tetanus. N Engl J Med. 1973 Dec 13. 289 (24):1293-6.


Tiwari TSP. Manual for the Surveillance of Vaccine-Preventable Diseases. Chapter 16: Tetanus. Centers for Disease Control and Prevention. Available at 
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/surv-manual/chpt16-tetanus.html.
Gangguan Sistem Otonom

Peningkatan aktivitas simpatis :


 Sinus takikardi
 Berkeringat
 Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

Peningkatan aktivitas parasimpatis :


 Salivasi yang berlebihan (akumulasi saliva → aspirasi)
 Peningkatan tonus vagal

Weinstein L. Tetanus. N Engl J Med. 1973 Dec 13. 289 (24):1293-6.


Tiwari TSP. Manual for the Surveillance of Vaccine-Preventable Diseases. Chapter 16: Tetanus. Centers for Disease Control and Prevention. Available at 
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/surv-manual/chpt16-tetanus.html.
DIAGNOSIS
 Diagnosis tetanus dapat ditegakkan secara klinis
 Hasil pemeriksaan laboratorium rutin biasanya normal (leukositosis dapat
terjadi akibat infeksi bakteri sekunder)
 Kadar enzim otot serum (misalnya kreatin kinase, aldolase) dapat
meningkat
 C. tetani tidak selalu terlihat pada pewarnaan Gram dari specimen luka

Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W., n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
Apte NM, Karnad DR. Short report: the spatula test: a simple bedside test to diagnose tetanus. Am J Trop Med Hyg. 1995 Oct. 53(4):386-7. 
PENATALAKSANAAN
Umum:
Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan pemberian ASI atau susu
formula (bila terdapat spasme otot: NGT/IV)
Dirawat dalam suasana yang tenang
Menjaga saluran nafas tetap bebas
Suplementasi O2 bila perlu
Konsul dr. gigi / spesialis THT

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
ANTIKONVULSAN
Tetanus neonatorum
Diazepam 45-60 mg/24 jam (syringe pump) atau dibagi dalam 12 dosis
antikonvulsan
Tetanus anak
Diazepam 0,1-0,3 mg/ kgbb interval 2-4 jam sesuai gejala klinis
Kejang harus dihentikan dengan pemberian diazepam 5mg per rectal untuk BB<10
kg dan 10mg BB≥10 kg atau diazepam intravena 0,3 mg/kgbb/kali
Setelah kejang berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan
sesuai keadaan klinis pasien
Bila dosis diazepam maksimal telah tercapai namun anak masih kejang / spasme
laring, pertimbangkan perawatan intensif

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
KHUSUS
ATS pada tetanus neonatorum: 10.000 IU (setengahnya diberikan IM, bila
toleransi baik sisanya diberikan IV pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune
globin): 550 IU dosis tunggal (IM)
ATS pada tetanus anak: 100.000 IU (setengahnya diberikan IM, bila toleransi
baik sisanya diberikan IV pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune globin):
3000 - 6000 IU dosis tunggal IM
Sebelum pemberian ATS harus dilakukan tes sensitivitas

50.000
50.000 IU
IU (IV)
(IM)

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
ANTIBIOTIK
Lini pertama: Metronidazole iv/oral dengan dosis inisial 15mg/kgbb
dilanjutkan 30 mg/kg BB/hari setiap 6 jam oral atau IV selama 7 – 10 hari
Lini kedua: Penicillin Prokain 50.000 - 100.000 U/kg BB/hari IV setiap 6
jam selama 7-10 hari. Bila alergi penisilin dapat di berikan Tetrasiklin 50
mg/kgBB/hari bila lebih dari 8 tahun

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
PROGNOSIS
Prognosis tetanus ditentukan :
1) Masa inkubasi Makin pendek masa inkubasi dan
2) Period of onset period of onset prognosis makin buruk

3) Jenis luka
4) Keadaan status imunitas pasien

Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.

Anda mungkin juga menyukai