TETANUS
PEMBIMBING:
dr. Roberto Soehartono
OLEH :
Felicia Saraswati
1765050407
CASE
Seorang anak perempuan umur 6 tahun datang ke Rumah Sakit karena dirujuk dari
Puskesmas dengan keluhan sering mengalami kekakuan otot yang bersifat hilang
timbul bila disentuh. Pada saat terjadi kekakuan otot pasien selalu menangis dan
tampak kesakitan. Pasien sudah mengalami kesulitan makan sejak 5 hari yang lalu,
dan saat ini mulut sulit dibuka. Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan cairan
berbau dari telinga kiri yang hilang timbul terutama saat batu dan pilek. Riwayat
Imunisas DTP hanya 1 kali saat usia 2 bulan. Pada saat diperiksa pasien beberapa
kali mengalami kekakuan otot.
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Lengkap : An. A
Tanggal Lahir : 8 September 2014
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Cawang
Tanggal Datang : 29 September 2020
IDENTITAS ORANG TUA/WALI
AYAH IBU
Nama : Tn. B Nama : Ny. W
Tanggal Lahir : 8 November 1988 Tanggal Lahir : 12 Juli 1990
Usia : 31 tahun Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat: Cawang Alamat: Cawang
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : IRT
Penghasilan : Rp. 3.500.000,-
Keadaan Bayi : Bayi perempuan lahir dengan BBL 3 kg, PBL pasien 50 cm, LK pasien 35
cm, saat lahir bayi langsung menangis, tidak pucat/biru/ikterik/kejang. Nilai APGAR 9/10. Tidak
ada kelainan bawaan.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Menulis : 4 tahun
Membaca : 4 tahun
BCG 0 bulan - - - - -
DTP 2 bulan - - - - -
Campak 9 bulan - - - - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan - - - -
MMR - - - - - -
Perkawinan ke 1 1
Keluhan Utama : kekakuan otot yang hilang timbul bila disentuh sejak 2
hari SMRS
Keluhan Tambahan : mulut sulit dibuka dan kesulitan saat makan sejak 5
hari SMRS.
ANAMNESIS
Pasien ♀ 6 tahun dirujuk dari Puskesmas Onset: > 5 hari lalu, selang waktu antara
dengan keluhan sering mengalami kekakuan trismus dengan kejang menyeluruh?
(menentukan prognosis)
otot yang bersifat hilang timbul bila
disentuh. Pada saat terjadi kekakuan otot Lokasi: pada otot-otot tertentu atau seluruh
pasien selalu menangis dan tampak tubuh?
kesakitan. Pasien sudah mengalami Kualitas: kaku otot dipicu sinar, suara
kesulitan makan sejak 5 hari yang lalu, dan dan sentuhan
saat ini mulut sulit dibuka. Kronologi: riwayat OMA, riwayat
Sejak usia 5 tahun pasien sering memiliki luka yang kotor (terjatuh atau
tertusuk), riwayat luka bakar, riwayat
mengeluarkan cairan berbau dari telinga kiri karies gigi yang lama, riwayat imunisasi
yang hilang timbul terutama saat batu dan DTP, riwayat digigit binatang
pilek. Riwayat Imunisas DTP hanya 1 kali
saat usia 2 bulan. Pada saat diperiksa pasien Keluhan tambahan: sulit menelan? sulit
bernapas?
beberapa kali mengalami kekakuan otot.
Riwayat Penyakit Dulu
Sejak usia 5 tahun sering mengeluarkan cairan berbau dari telinga kiri yang hilang timbul
terutama saat batuk dan pilek
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat, susu sapi, dan makanan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tanda Vital
Tensi : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 90 kali / menit (Regular, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi nafas : 30 kali / menit (Regular, kedalaman cukup)
Suhu : 37 C (axilla)
Antropometri
Data
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Berat Badan Ideal (BB/U) : 20 kg
Indeks Massa Tubuh : 16,63 kg/M2
Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-), pernafasan
cuping hidung (-)
Thoraks Jantung
Inspeksi : Dinding thoraks Diameter laterolateral >
anteroposterior Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Paru Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS IV
Inspeksi : Pergerakan dinding thorax simetris, linea midclavicularis sinistra
retraksi sela iga (-) Perkusi : batas jantung kanan di linea
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri parasternalis dextra ICS IV, batas jantung kiri di linea
Perkusi : Sonor / Sonor midclavicula sinistra ICS IV
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) murmur (-), gallop (-)
Abdomen Anus dan rektum: Tidak ada kelainan
Inspeksi : Perut tampak seperti busur Genitalia : Tidak ada kelainan
(opistotonus)
Ekstremitas
Auskultasi : Bising Usus (+)
Atas dan bawah : Akral hangat, CRT < 2”,
Perkusi : Timpani edema -/-, spastik (+)
Palpasi : keras
STATUS NEUROLOGIS
Rangsang Meningen
Kaku kuduk :+
Brudzinski I :-/-
Brudzinski II : - / -
Brudzinski III : Tidak dilakukan
Brudzinski IV : Tidak dilakukan
Kernig : >135 ˚ / >135 ˚
Laseque : > 70˚ / > 70˚
Pemeriksaan Refleks
Refleks fisiologis : Biceps +/+, Triceps +/+, KPR +/+, APR +/+
Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-Oppenheim -/-, Gordon -/-, Schaffer
-/-, Rossolimo -/-MendelBechtrew -/-, Hoffman-Tromner -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI TETANUS
Penyakit paralitik dan spastik akut yang disebabkan neurotoksin bakteri
Clostridium tetani
Gejala awal : nuchal rigidity (kaku kuduk) dan dysphagia sebelum risus
sardonicus (kekakuan otot wajah dan rahang)
Tetany : carpopedal spasm
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
EPIDEMIOLOGI
Kematian 300.000 bayi setiap tahun di dunia, sekitar 80% kematian hanya
dalam 12 negara tropis Asia dan Afrika. Hal ini terjadi pada bayi dengan ibu
yang tidak diimunisasi.
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
KLASIFIKASI
1. Tetanus lokal : Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot di
sekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.
2. Tetanus sefalik : Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang
disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus
sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan
prognosisnya biasanya buruk.
3. Tetanus generalisata : Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah
menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang
umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan
kesadaran yang tetap baik.
4. Tetanus neonatorum : Disebabkan adanya infeksi tali pusat. Gejala yang sering timbul adalah
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme.
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W.,
n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
PATOFISIOLOGI
Spora membutuhkan kondisi anaerob yang spesifik (seperti luka dengan
oksidasi yang rendah; jaringan mati/rusak, benda asing, infeksi aktif)
Spora melepaskan toksin:
Tetanolysin - hemolysin (reaksi patologis tidak dikenali)
Tetanospasmin - manifestasi klinis tetanus
Sanford JP. Tetanus--forgotten but not gone. N Engl J Med. 1995 Mar 23. 332(12):812-3.
Yeh FL, Dong M, Yao J, Tepp WH, Lin G, et al. 2010 SV2 Mediates Entry of Tetanus Neurotoxin into Central Neurons. PLoS Pathog 6(11): e1001207. doi:10.1371/journal.ppat.1001207. PLoS
Pathogens [serial online]. 11/10/2010;6(11):e1001207. Available at http://www.plospathogens.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.ppat.1001207.
Rantai toksin memasuki neuron motorik, bergerak secara retrograde dari tempat yang terkontaminasi
ke medulla spinalis dalam 2-14 hari (umumnya : 7 – 14 hari)
Di medulla spinalis: toksin membelah protein synaptobrevin vesikel yang mengandung GABA
dan glisin tidak dilepaskan hilangnya inhibisi sentral (neuron motorik dan otonom) hiperaktif
otonom dan kontraksi otot yang tidak terkontrol (kejang)
Tetanus lokal terjadi ketika hanya saraf yang memasok otot yang terkena yang terlibat. Tetanus
umum terjadi ketika racun yang dilepaskan di luka menyebar melalui sirkulasi limfatik/darah ke
beberapa terminal saraf. Blood brain barrier mencegah masuknya toksin langsung ke SSP.
Sanford JP. Tetanus--forgotten but not gone. N Engl J Med. 1995 Mar 23. 332(12):812-3.
Yeh FL, Dong M, Yao J, Tepp WH, Lin G, et al. 2010 SV2 Mediates Entry of Tetanus Neurotoxin into Central Neurons. PLoS Pathog 6(11): e1001207. doi:10.1371/journal.ppat.1001207. PLoS
Pathogens [serial online]. 11/10/2010;6(11):e1001207. Available at http://www.plospathogens.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.ppat.1001207.
MANIFESTASI KLINIS
Kekakuan/Rigiditas:
M. Masseter → trismus / lockjaw (kesulitan membuka mulut)
Otot-otot wajah → risus sardonicus / sardonic smile
Otot-otot leher → retraksi pada kepala dan tekanan occiput pada tempat tidur
Otot-otot faring → dysphagia
Otot dada → gangguan pernapasan
Otot-otot abdomen → board like rigidity
Otot-otot punggung → opisthotonos (fleksi dan adduksi lengan, kepalan tangan,
dan ekstensi ekstremitas bawah)
Kekakuan otot disebabkan oleh disfungsi hambatan : neuron motorik alfa pada otot
yang terkena
Tetanus cephalic jarang terjadi (biasanya terjadi setelah trauma kepala / otitis media).
Pasien dengan bentuk ini datang dengan kelumpuhan saraf kranial
Behrman, R., Kliegman, R., Schor, N., St. Geme, J., Stanton, B. and Nelson, W., n.d. Nelson Textbook Of Pediatrics. 20th ed. pp.1432-1434.
Apte NM, Karnad DR. Short report: the spatula test: a simple bedside test to diagnose tetanus. Am J Trop Med Hyg. 1995 Oct. 53(4):386-7.
PENATALAKSANAAN
Umum:
Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan pemberian ASI atau susu
formula (bila terdapat spasme otot: NGT/IV)
Dirawat dalam suasana yang tenang
Menjaga saluran nafas tetap bebas
Suplementasi O2 bila perlu
Konsul dr. gigi / spesialis THT
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
ANTIKONVULSAN
Tetanus neonatorum
Diazepam 45-60 mg/24 jam (syringe pump) atau dibagi dalam 12 dosis
antikonvulsan
Tetanus anak
Diazepam 0,1-0,3 mg/ kgbb interval 2-4 jam sesuai gejala klinis
Kejang harus dihentikan dengan pemberian diazepam 5mg per rectal untuk BB<10
kg dan 10mg BB≥10 kg atau diazepam intravena 0,3 mg/kgbb/kali
Setelah kejang berhenti, pemberian diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan
sesuai keadaan klinis pasien
Bila dosis diazepam maksimal telah tercapai namun anak masih kejang / spasme
laring, pertimbangkan perawatan intensif
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
KHUSUS
ATS pada tetanus neonatorum: 10.000 IU (setengahnya diberikan IM, bila
toleransi baik sisanya diberikan IV pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune
globin): 550 IU dosis tunggal (IM)
ATS pada tetanus anak: 100.000 IU (setengahnya diberikan IM, bila toleransi
baik sisanya diberikan IV pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune globin):
3000 - 6000 IU dosis tunggal IM
Sebelum pemberian ATS harus dilakukan tes sensitivitas
50.000
50.000 IU
IU (IV)
(IM)
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
ANTIBIOTIK
Lini pertama: Metronidazole iv/oral dengan dosis inisial 15mg/kgbb
dilanjutkan 30 mg/kg BB/hari setiap 6 jam oral atau IV selama 7 – 10 hari
Lini kedua: Penicillin Prokain 50.000 - 100.000 U/kg BB/hari IV setiap 6
jam selama 7-10 hari. Bila alergi penisilin dapat di berikan Tetrasiklin 50
mg/kgBB/hari bila lebih dari 8 tahun
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.
PROGNOSIS
Prognosis tetanus ditentukan :
1) Masa inkubasi Makin pendek masa inkubasi dan
2) Period of onset period of onset prognosis makin buruk
3) Jenis luka
4) Keadaan status imunitas pasien
Soedarmo, et.al., 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. pp. 322-9.