Anda di halaman 1dari 41

ANTI ANEMIA

GRACIA CHRISTIANINGTIAS ; FELICIA SARASWATI ; MERIEN STEPHANIE ;


RHINZA SEPUTRA ; REGINA LASNIROHA
Click icon to add picture

ERITROPOESIS
Click icon to add picture

ERITROPOESIS
DEFINISI ANEMIA

 Keadaan menurunnya jumlah eritrosit yang beredar  tidak mampu menjalankan

tugasnya sebagai pembawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.

 WHO :  Anemia merupakan keadaan dimana Hb (hemoglobin) <13 g/dl untuk laki-laki

dan <12 g/dl untuk wanita


KLASIFIKASI ANEMIA

Berdasarkan gambaran morfologi

Berdasarkan etiopatogenesis

Berdasarkan derajat keparahan


KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN GAMBARAN MORFOLOGI

ANEMIA

Hapusan darah tepi + index eritrosit


(MCV, MCH, MCHC)

MCV MCH MCHC

Mikrositik Normositik Makrositik Hipokrom Normokrom


Anemia Hipokromik Mikrositer

• MCV < 78 fl ; MCHC <32 g/dl

Anemia Normokromik Normositer

• MCV 78 – 100 fl ; MCHC 32 – 36


g/dl

Anemia Makrositer

• MCV > 100 fl


KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN ETIOPATOLOGI

A. Gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang


1. Kekurangan bahan esensial pembentuk 3. Kerusakan sumsum tulang
eritrosit
a. Hipoplasia  Anemia aplastik
a. Anemia defisiensi besi
b. Infiltrasi  Anemia mieloptisik
b. Anemia defisiensi asam folat
4. Gangguan eritropoetin
c. Anemia defisiensi vitamin B12
a. Anemia pada CKD
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN ETIOPATOLOGI

B. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular 2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

a. Gangguan membran eritrosit (membranopati) a. Anemia hemolitik autoimun

b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : b. Anemia hemolitik mikroangiopatik


anemia akibat defisiensi G6PD

c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) :


thalassemia dan hemoglobinopati struktural
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN ETIOPATOLOGI

B. Anemia akibat hemoragi


1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN DERAJAT
KEPARAHAN
DIAGNOSIS ANEMIA

Gejala umum anemia

Anamnesis

Pemeriksaan Sistem
Sistem saraf Epitel
fisik kardiovaskular

Pemeriksaan
penunjang Lesu, cepat lelah,
Sakit kepala, pusing,
telinga mendenging, Pucat pada kulit dan
palpitasi, takikardia,
mata berkunang – mukosa, elastisitas
sesak napas saat
kunang, kelemahan kulit turun
beraktivitas
otot, akral dingin
DIAGNOSIS ANEMIA

Gejala khas
anemia

Anemia defisiensi Anemia


Anemia hemolitik Anemia aplastik
besi megaloblastik

Disfagia, atrofi
papil lidah, Glositis, Ikterus,
Perdarahan, tanda
stomatitis peripheral splenomegali,
infeksi
angularis, neuropathy hepatomegali
koilonikia
Hb

Pemeriksaan
Index eritrosit
penyaring
Pemeriksaan khusus

Hapusan darah
tepi

Hitung leukosit
Anemia def. besi Anemia megaloblastik Anemia hemolitik Anemia aplastic

Trombosit
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Darah Seri
penunjang
Anemia Hitung
retikulosit Serum iron, TIBC,
Filat serum, vit. B12
saturasi transferrin, Bilirubin serum, tes
serum, tes supresi
protoporfirin eritrosit, Coomb, elektroforesis Biopsi sumsum tulang
deoksiuridin, tes
Laju endap feritin serum, reseptor hemoglobin
schilling
darah tranferin

Pemeriksaan
Keadaan sistem
Sumsum
hematopoesis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tulang

Pemeriksaan
ANEMIA
Serum Iron
Khusus
Anemia
Hipokromik
Mikrositer

Serum Iron
(SI)

Menurun Normal

TIBC ↓ ;
TIBC ↑ ;
Feritin normal Feritin normal
Feritin ↓
/↑

SI Sutul Hb Sutul : Ring


SI Sutul ↓
normal elektroforesis Sideroblastik

Anemia Hb A2 ↑
Anemia Anemia
Penyakit
Defisiensi Fe HbF ↑ sideroblastik
Kronik

Thalassemia β
PERBEDAAN ANEMIA DEFISIENSI BESI, PENYAKIT KRONIS,
THALASEMIA, DAN SIDEROBLASTIK

Defisiensi besi Penyakit kronis Thalasemia Sideroblastik


Derajat Ringan-berat Ringan Ringan Ringan-berat
MCV ↓ ↓ ↓ ↓ - normal
MCH ↓ ↓ ↓ ↓ -normal
Serum besi ↓ <30 ↓<50 ↑ ↑
TIBC ↑ >360 ↓ <300 Normal Normal
Saturasi ferritin ↓ ↓ ↑ ↑
Ferritin serum ↓ <20μg/dl Normal 20-200μg/dl ↑ >50μg/dl ↑ >50μg/dl
Elektroforesis Hb Normal Normal HbA2 meningkat Normal
Anemia
Normokromik
Normositer

Retikulosit

Meningkat Normal / ↓

Riwayat perdarahan
Hemolitik (+) BMA
akut

Malignansi
Coomb test Hipoplastik Infiltrasi Normal
hematologi

Lihat faal : hepar,


Coomb test (-) Coomb test (+) Anemia aplastik Sel – sel tumor ginjal, penyakit
kronis

Riwayat keluarga
Anemia Anemia pada :
(+), enzimopati, AIHA (Autoimmune
mikroangipati, obat Anemia Mieloptisik CKD, penyakit
membranopati Hemolytic Anemia)
parasit hepar
,hemoglobinopati
Anemia
Makrositer

Retikulosit

Meningkat Normal / ↓

Defisiensi asam
Post perdarahan
folat/ B12 BMA
akut
dalam terapi

Non
Megaloblastik
megaloblastik

B12 serum ↓ Asam folat ↓ Faal hepar ↓ Faal tiroid Diplastik

Anemia
Anemia Anemia pada Anemia pada Sind.
defisiensi asam
defisiensi B12 liver disease hipotiroid Mielodisplastik
folat
PENATALAKSANAAN

Non -
Farmakoterapi Farmakoterapi
NON FARMAKOTERAPI
Makanan Mengandung Fe
Kadar Tinggi Kadar Sedang Kadar Rendah
(5 mg/100 g) (1-5 mg/dl) (<1 mg/ dl)

• Hati • Daging • Susu


• Jantung • Ikan • Produk susu
• Kuning telur • Unggas • Sayuran kurang hijau
• Ragi • Sayuran hijau
• Kerang • Biji-bijian
• Kacang-kacangan
FARMAKOTERAPI

Zat Besi (Fe) Vit B12 Asam Folat Eritropoietin

Piridoksin Riboflavin Kobal Tembaga


ZAT BESI (FE)

1. Indikasi
Pencegahan & pengobatan anemia defisiensi Fe
2. Mekanisme Kerja
↑ besi serum pada penyimpanan besi di hepar & sumsum tulang

Kebutuhan Besi

• Laki-laki dewasa 10mg/hari


• Wanita 12 mg/hari
• Wanita hamil ditambah asupan 5 mg/hari
FARMAKOKINETIK

Absorpsi Distribusi Metabolisme & Ekskresi

 Melalui saluran  Fe dalam darah akan diikat oleh  Fe mengikat suatu protein yang disebut
cerna (duodenum & transferin (siderofilin) kemudian apoferitin dan membentuk feritin. Fe
jejunum proksimal) diangkut ke beberapa jaringan terutama disimpan pada sel mukosa usus halus
ke sumsum tulang dan dalam sel retikuloendotelial (di
hati, limpa, sumsum tulang)
 ±0,5-1 mg / hari, melalui sel epitel
kulit, keringat, urin, feses.
4. Efek samping

 IM
 Oral
 Reaksi Sistemik (0,5-0,8% kasus)
 Mual & Nyeri lambung (±7-20%)
 Sakit kepala, nyeri otot dan sendi,
 Konstipasi (±10%)
takikardi, flushing, mual&muntah,
 Diare (±5%) dan kolik
demam, menggigil.
SEDIAAN DAN DOSIS

Dosis Lazim untuk


Elemen Besi Tiap
Preparat Tablet Dewasa
Tablet
(Tablet/ hari)

Fero sulfat (hidrat) 325 mg 65 mg 3-4

Fero glukonat 325 mg 36 mg 3-4

200 mg 66 mg 3-4
Fero fumarat
325 mg 106 mg 2-3
SEDIAAN PARENTERAL

Elemen Besi Tiap


Preparat Dosis Total
Sediaan

50 mg Fe/ ml (larutan 250 mg Fe untuk tiap


Iron-dextran (imferon)
5%) gr kekurangan Hb

Iron-sucrose

Iron sodium gluconate


VITAMIN B12 (SIANOKOBALAMIN)

1. Indikasi
Anemia pernisiosa Addison, anemia megaloblastik makrositik lainnya

2. Mekanisme Kerja
Sintesis DNA dan eritropoiesis yang efektif
FARMAKOKINETIK

Absorpsi Distribusi Metabolisme & Ekskresi

 Kadar plasma mencapai  Hampir semua Vit B12 dalam  Dalam hepar
puncak dalam waktu 1 jam darah terikat dengan protein sianokobalamin dan
(pemberian IM) plasma. hidroksokobalamin diubah
menjadi koenzim B12
 Absorpsi per oral berlangsung  Vit B12 yang terikat pada
lambat di ileum mencapai transkobalamin II diangkut ke  Ekskresi melalui saluran
kadar puncak dalam 8-12 jam berbagai jaringan, terutama hati empedu

 Kadar normal B12 dalam plasma


200-900 pg/ml dengan simpanan
1-10 mg dalam hepar
VITAMIN B12 (SIANOKOBALAMIN)
4. Efek Samping
Gatal, demam, menggigil, kemerahan pada muka
5. Sediaan
a. Oral (Tablet B12)
b. Injeksi :
 Larutan sianokobalamin 10-1000 ug /ml
 Larutan ekstrak hati dalam air
 Suntikan depot vitamin B12

6. Dosis
 Terapi awal : 100 ug/ hari (5-10 hari)
 Terapi penunjang : 100-200 ug/ bulan
ASAM FOLAT

1. Indikasi
- Pencegahan dan pengobatan defisiensi folat
Kebutuhan Folat rata-rata 50
- Anemia megaloblastik makrositik µg/hari

2. Mekanisme Kerja
Mensintesis DNA dan eritropoesis
FARMAKOKINETIK

Absorpsi Distribusi Ekskresi

 Pemberian oral, absorpsi as.  Merata ke semua sel jaringan dan  Melalui ginjal, sebagian
Folat baik, di 1/3 proksimal terjadi penumpukkan dalam cairan besar dalam bentuk
usus halus serebrospinal metabolit
ASAM FOLAT

4. Rute Pemberian
Oral
5. Dosis
 Initial dose : 0,5-1 mg (10 hari)
 Maintenance dose : 0,1-0,5 mg
 Ibu hamil : 500 µg/hari
6. Sediaan
 Asam folat tab : 0,4; 0,8; 1 mg
 Inj Asam Folat : 5 mg/ml
ERITROPOIETIN

1. Indikasi
Anemia pada gagal ginjal kronik

2. Mekanisme Kerja
Menstimulasi stem cell di sumsum tulang untuk membelah dan mereproduksi sel darah
merah
FARMAKODINAMIK FARMAKOKINETIK

 Eritropoietin, berinteraksi dengan reseptor  Masa paruh eritropoietin pada pasien gagal
pada permukaan sel induk SDM, ginjal kronik sekitar 4-13 jam
menstimulasi proliferasi dan diferensiasi
eritroid.  Tidak dikeluarkan melalui dialisis

 Menginduksi pelepasan retikulosit dari


sumsum tulang

 Kadar eritropoietin <20 IU/L


 Kadar eritropoietin 100-500 IU/L (kondisi
anemia berat)
4. Rute Pemberian
Parenteral

5. Dosis
 Ht 35%  50-150 IU/KgBB (IV/SC) (3 kali seminggu)

6. Efek Samping
 Memperberat hipertensi (20-30% pasien) akibat peningkatan Ht yang terlalu cepat
PIRIDOKSIN (VITAMIN B6)
1. Indikasi
Defisiensi piridoksin
a. Anemia Mikrositik Hipokromik
b. Anemia Normoblastik Sideroakrestik (jumlah Fe Non Hemoglobin yang banyak dalam prekusor
Eritrosit)
c. Anemia Megaloblastik
2. Mekanisme Kerja
Berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan Hemoglobin
3. Farmakokinetik
Diabsorbsi melalui saluran cerna. Diekskresi melalui urin, terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan
piridoksal
4. Kebutuhan Per Hari
2 mg/100 mg protein

5. Efek Samping
Piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik/ sindrom neuropati

6. Sediaan
Tablet Piridoksin Hcl : 10 mg
Injeksi : 100 mg/ml
RIBOFLAVIN (VITAMIN B2)

1. Indikasi
Pencegahan dan terapi defisiensi B2 3. Farmakokinetik
 Anemia normokromik-normositik [pure red- Pemberian secara oral atau parenteral akan
cell aplasia] diabsorbsi dengan baik dan didistribusi secara
 Malnutrisi protein kalori merata keseluruh jaringan dan di ekskresikan
melaluimurin dalam bentuk urin
 Faktor defisiensi Fe
4. Dosis
 Penyakit Infeksi
5-10 mg/ hari (oral/ IM)
2. Kebutuhan tiap individu akan riboflavin
berbanding lurus dengan energi yang
digunakan, minimum 0,3 mg/1000 kkal
KOBAL

1. Indikasi
Pasien anemia refrakter (Talasemia, Infeksi kronik, Penyakit ginjal)
2. Mekanisme Kerja
Meningkatkan Hematokrit, Hemoglobin, Eritrosit
 Kobal merangsang pembentukan eritropoeitin yang berguna untuk meningkatkan ambilan Fe oleh
sumsum tulang.
 Kobal menyebabkan hipoksia intrasel sehingga merangsang pembentukan eritrosil.

3. Efek Samping
Erupsi kulit, Tinitus , Struma, Tuli, sianosis, penurunan kesadaran, malaise, angina, anoreksia, mual-
muntah
TEMBAGA

 Tembaga dan Fe terdapat dalam sitokrom oksidase ada sangkut paut dalam metabolisme
Cu & Fe.
 Defisiensi Cu  absorpsi Fe berkurang.

Anda mungkin juga menyukai