Naskah:
Subdit. Statistik Kesehatan dan Perumahan, Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat,
Badan Pusat Statistik
Gambar Kulit:
Subdit. Statistik Kesehatan dan Perumahan, Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat,
Badan Pusat Statistik
Diterbitkan oleh:
©Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia
Dicetak oleh:
Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia
Dr. Suhariyanto
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan IKPS ini sebagai bahan evaluasi berbagai kebijakan
terkait penanganan stunting di Indonesia.
Sumber data yang digunakan pada penghitungan IKPS berasal dari data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret tahun 2017. Data Susenas Maret 2017
digunakan karena indikator-indikator penyusun IKPS dapat dihasilkan dari Susenas
Maret 2017.
Ketidakcukupan
Proporsi rumah tangga yang
Konsumsi Pangan Susenas Maret 2017,
4 mengalami ketidakcukupan
(Prevalence of setiap tahun
konsumsi pangan (%)
Undernourisment - PoU)
D3 Akses Pangan
D4 Perumahan
Proporsi rumah tangga yang
Susenas Maret 2017,
6 Akses Air Minum Layak memiliki akses terhadap sumber
setiap tahun
air minum layak (%)
Proporsi rumah tangga yang
Susenas Maret 2017,
7 Akses Sanitasi Layak memiliki akses terhadap sanitasi
setiap tahun
layak (%)
D5 Perlindungan Sosial
Proporsi anak umur 0-17 tahun Susenas Maret 2017,
8 Akta Kelahiran
yang memiliki Akta kelahiran (%) setiap tahun
Anak dikatakan menerima imunisasi lengkap apabila telah menerima 1 (satu) kali
imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG), 3 (tiga) kali imunisasi Diphteria Pertusis
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain kecuali obat, vitamin, dan mineral.
3. Proporsi Anak Umur 6-23 Bulan yang Diberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI)
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
kepada bayi yang berusia 6 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.
6. Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum
Layak
Akses air minum layak adalah air minum yang terlindung meliputi air ledeng
(keran), penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air
kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata
air tidak terlindung. Akses air minum layak juga memerhatikan sumber kedua
yaitu air yang digunakan untuk memasak/mandi/cuci/dll. Definisi tersebut
merupakan pendekatan untuk mengukur pencapaian target global, memberikan
akses air minum universal dan layak yang aman dan terjangkau bagi semua pada
tahun 2030.
2. Pembobotan Indikator
Dalam menghitung domain dan skor akhir indeks, pembobotan dilakukan untuk
masing-masing indikator agar dapat menunjukkan tingkat kepentingan secara
relatif (kontribusi relatif) terhadap capaian hasil (indeks) dengan menggunakan
metode yang tersedia.
1. Domain Kesehatan
Bali 73,08
DI Yogyakarta 67,59
Gorontalo 66,06
Jawa Tengah 65,73
Kep Bangka Belitung 63,95
Kalimantan Selatan 62,85
Nusa Tenggara Timur 61,33
Nusa Tenggara Barat 60,69
Kalimantan Utara 58,87
Sulawesi Tenggara 58,47
Jawa Timur 57,78
Sulawesi Tengah 56,41
Kepulauan Riau 56,15
Kalimantan Timur 54,97
Sulawesi Selatan 53,05
Lampung 52,94
Sulawesi Utara 52,72
Bengkulu 51,99
DKI Jakarta 51,95
Kalimantan Tengah 50,89
INDONESIA 50,31
Sumatera Selatan 50,12
Sulawesi Barat 49,98
Jambi 47,91
Jawa Barat 45,11
Kalimantan Barat 43,71
Maluku 41,99
Sumatera Barat 38,44
Papua Barat 38,35
Maluku Utara 37,08
Riau 35,45
Sumatera Utara 33,80
Banten 33,56
Aceh 27,58
Papua 27,51
0 25 50 75 100
Gambar 3.1 Proporsi Anak 12-23 Bulan yang Mendapatkan Imunisasi Lengkap
Menurut Provinsi Tahun 2017
2. Domain Nutrisi
DI Yogyakarta 73,04
Bengkulu 71,15
Jawa Tengah 68,18
Sulawesi Barat 67,33
Nusa Tenggara Barat 67,18
Kalimantan Utara 66,04
Maluku Utara 64,24
Kalimantan Timur 63,03
Sulawesi Selatan 61,09
Bali 59,41
Papua 59,27
Sumatera Selatan 58,35
Nusa Tenggara Timur 58,14
Jawa Barat 56,61
INDONESIA 55,96
Sumatera Barat 54,85
Kepulauan Riau 54,67
Papua Barat 54,24
Lampung 54,03
Jambi 53,54
Kalimantan Selatan 53,32
Kalimantan Tengah 52,74
Sulawesi Tengah 52,27
Banten 52,11
Jawa Timur 51,77
Maluku 51,00
Sumatera Utara 50,86
DKI Jakarta 50,65
Aceh 49,83
Kalimantan Barat 46,07
Sulawesi Utara 44,48
Riau 43,10
Kep Bangka Belitung 42,20
Sulawesi Tenggara 41,63
Gorontalo 24,96
0 25 50 75 100
Gambar 3.2 Proporsi Anak 0-5 Bulan yang Diberikan ASI Eksklusif Menurut Provinsi
Tahun 2017
0 25 50 75 100
Gambar 3.3 Proporsi Anak 6-23 Bulan yang Diberikan MP-ASI Menurut Provinsi
Tahun 2017
0 25 50 75 100
Domain nutrisi disusun atas tiga indikator yaitu proporsi anak 0-5 bulan yang
diberikan ASI Eksklusif, proporsi anak 6-23 bulan yang diberikan MP-ASI dan
proporsi rumah tangga yang mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan. Capaian
ketiga indikator penyusun tersebut masing-masing sebesar 55,96 persen, 71,54
persen dan 8,26 persen untuk rata-rata nasional. Untuk capaian pemberian ASI
Eksklusif pada anak usia 0-5 bulan masih terdapat 20 provinsi yang berada di bawah
rata-rata nasional. Sedangkan pada indikator terkait pemberian MP-ASI masih ada
19 provinsi yang berada di bawah rata-rata nasional. Sementara untuk indikator
ketidakcukupan konsumsi pangan, terdapat 21 provinsi yang berada di atas rata-
rata nasional.
0 25 50 75 100
Gambar 3.5 Proporsi Rumah Tangga yang Mengalami Kerawanan Pangan Tingkat
Sedang dan Berat Menurut Provinsi Tahun 2017
Bali 90,85
DKI Jakarta 88,93
Kepulauan Riau 83,95
Kalimantan Utara 83,78
Kalimantan Timur 82,75
Sulawesi Tenggara 79,83
DI Yogyakarta 77,19
Sulawesi Selatan 76,34
Jawa Tengah 76,09
Jawa Timur 75,54
Riau 75,12
Gorontalo 75,00
Sulawesi Utara 73,29
Papua Barat 73,12
INDONESIA 72,04
Jawa Barat 70,50
Nusa Tenggara Barat 70,48
Sumatera Utara 70,07
Sumatera Barat 68,83
Kalimantan Barat 68,77
Maluku 68,34
Kep Bangka Belitung 68,14
Sulawesi Tengah 67,10
Banten 66,11
Maluku Utara 65,73
Jambi 65,73
Nusa Tenggara Timur 65,20
Aceh 64,85
Sumatera Selatan 64,02
Kalimantan Tengah 63,90
Sulawesi Barat 60,66
Kalimantan Selatan 60,62
Papua 59,09
Lampung 53,79
Bengkulu 43,83
0 25 50 75 100
Gambar 3.6 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air
Minum Layak Menurut Provinsi Tahun 2017
0 25 50 75 100
Gambar 3.7 Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi Layak
Menurut Provinsi Tahun 2017
Pada domain perumahan terdapat dua indikator penyusun yaitu indikator akses air
minum layak dan akses sanitasi layak. Pada indikator akses air minum layak,
sebanyak 20 provinsi masih berada di bawah rata-rata nasional. Sementara pada
indikator akses sanitasi layak, 19 provinsi capaiannya masih terdapat di bawah rata-
rata nasional.
DI Yogyakarta 97,29
DKI Jakarta 96,97
Kepulauan Riau 94,40
Kep Bangka Belitung 94,35
Jawa Tengah 94,28
Kalimantan Timur 92,30
Jambi 91,02
Kalimantan Utara 90,89
Gorontalo 89,61
Bengkulu 89,14
Aceh 87,83
Kalimantan Selatan 87,64
Sumatera Selatan 87,57
Bali 87,45
Jawa Timur 87,10
Sulawesi Utara 86,56
Lampung 86,49
Sulawesi Selatan 86,06
Sulawesi Barat 84,41
INDONESIA 83,33
Kalimantan Tengah 82,58
Kalimantan Barat 81,77
Jawa Barat 80,85
Sulawesi Tenggara 80,31
Sumatera Barat 80,07
Riau 77,31
Banten 77,29
Maluku Utara 76,18
Maluku 75,72
Nusa Tenggara Barat 74,66
Sumatera Utara 71,78
Sulawesi Tengah 71,53
Papua Barat 70,65
Nusa Tenggara Timur 56,65
Papua 44,50
0 25 50 75 100
Gambar 3.8 Proporsi Anak Umur 0-17 Tahun yang Memiliki Akta Kelahiran
Menurut Provinsi Tahun 2017
75 60
50
90 76,67
Perlindungan Sosial Nutrisi
25
75
Indeks pada domain kesehatan diperoleh sebesar 60, domain nutrisi sebesar
76,67, domain akses pangan sebesar 80, domain perumahan sebesar 75 dan
domain perlindungan sosial sebesar 90. Terlihat bahwa domain kesehatan
memiliki indeks paling rendah dibanding dengan dimensi-dimensi lainnya.
Komponen penyusun domain kesehatan adalah imunisasi lengkap pada anak
12-23 bulan dengan capaian pada tahun 2017 sebesar 50,31 persen.
0 25 50 75 100
4.1 Kesimpulan
• IKPS disusun berdasarkan framework World Bank yang terdiri atas 5 domain
yaitu kesehatan, nutrisi, akses pangan, perumahan dan perlindungan sosial.
• Indeks pada domain kesehatan diperoleh sebesar 60, domain nutrisi sebesar
76,67, domain akses pangan sebesar 80, domain perumahan sebesar 75 dan
domain perlindungan sosial sebesar 90. Berdasarkan domain IKPS, maka
dapat ditelusuri domain yang membutuhkan perhatian seperti pada domain
kesehatan yang memiliki indeks paling rendah dibandingkan domain
lainnya. Meskipun indeks pada domain kesehatan memiliki nilai paling
rendah, domain lainnya juga masih perlu ditingkatkan capaiannya.
• Hasil dari penghitungan IKPS tahun 2017 sebesar 76,33 dengan indeks
tertinggi berada di Provinsi Bali dan terendah berada di Provinsi Papua.
4.2 Saran
• Penyusunan IKPS saat ini adalah inisiasi awal yang memotret pengukuran
penanganan stunting dalam bentuk indeks dengan prosedur metodologi
tertentu. Untuk tahapan selanjutnya perlu diupayakan penyempurnaan
metodologi agar menjadi sebuah standar baku dalam pengukuran capaian
penanganan stunting.
• Pada pengembangan IKPS tahun berikutnya diharapkan bisa menggunakan
data yang tepat sehingga dapat mendekatkan konsep IKPS dengan fakta
penjelasnya. Pada saat yang sama, domain dan indikator yang ada akan terus
disempurnakan.
• Indikator-indikator yang digunakan saat ini masih berdasarkan pada
ketersediaan data. Pada masa yang akan datang diharapkan penghitungan
indeks terkait stunting dapat mencakup domain dan indikator-indikator baru
yang relevansinya kuat dan bersentuhan langsung dengan program