Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK

KEJADIAN STUNTING ,WASTING DAN UNDERWEIGHT PADA


BALITA DI POSYANDU WURING TENGAH, WOLOMARANG,
ALOK BARAT, KABUPATEN SIKKA, NTT

TIM PENGUSUL

NUR ASIAH, SKM, M.Kes (0313077403)


ALIB BIRWIN, SKM, M.Epid (0309087101)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 400/F.03.08/2018


Nilai Kontrak : Rp. 15.000.000

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2018
IDENTITAS DAN URAIAN PENELITIAN

Judul penelitian :
Kejadian Stunting, Wasting Dan Underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring
Tengah Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur
1. Tim Peneliti

No Nama Jabatan Bidang Instasi Asal Alokasi


Keahlian waktu
(Jam/Minggu)
1. Nur Asiah, Ketua Kesehatan FIKES 9 jam /
SKM, Masyarakat UHAMKA minggu
M.Kes
2. Alib Anggota Epidemiologi FIKES 9 jam /
Birwin, UHAMKA minggu
SKM,
M.Kes

2. Objek penelitian :AnakBalita yang ada di Posyandu Wuring tengah, Kel.


Wolomarang, Alok Barat
3. Masa pelaksanaan Mulai :
Mulai : Bulan :September Tahun : 2018
Berakhir : Bulan : Januari Tahun : 2019
4. Usulan biaya Internal UHAMKA
Rp. 15.000.000
5. Lokasi penelitian : Kel. Wolomarang, Alok Barat Kabupaten Sikka NTT.
6. Instansi lain yang terlibat :Posyandu Wuring Tengah
7. Temuan yang ditargetkan : mendapatkan gambaran status gizi balita di posyandu
wuring barat dengan melihat kejadian stunting, wasting dan underweight anak
balita.
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu
Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
meningkatkan Satus Gizi balita dan untuk perbaikan regulasi pada variable yang
berhubungan yang efektif untuk meningkatkan Status Gizi.
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran Arkesmas dan Argiva jurnal lokal ber-ISSN.
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Halaman Pengesahan ii
Identitas dan Uraian Umum iii
Daftar Isi iv
Ringkasan Proposal v
Bab I.Pendahuluan
1.1. Latar belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Kegiatan 3
1.4. Urgensi Penelitian 3

BAB II. Tinjauan Pustaka


2.1. State of the art 6
1.2. Status Gizi 7
1.3. Balita 9
1.4. Faktor yang mempengaruhi ststus gizi 10
2.4.1 Pengetahuan Gizi 11
2.4.2 Pendidikan Ibu 12
2.4.3 Pekerjaan ibu 12
2.4.4 Riwayat Kesehatan Balita 13
2.5. Pemanfaatan Posyandu 13
2.6. Kebiasaan makan ikan 14
2.7. KErangka Konsep 15
2.8. Road Map 16
BAB III. Metode Penelitian
3.1. Alur Penelitian 17
3.2. Jenis Desain penelitian 17
3.3. Tempat dan waktu penelitian 17
3.4. Populasi dan sampel penelitian 17
3.5. Jenis dan cara pengumpulan data 18
3.6. Pengolahan Data 18
3.7. Analisa Data 18
BAB IV. HAsil dan Pembahasan
4.1. Gambaran Stunting 19
4.2. Gambaran angka kejadian stunting 19
4.3. Gambaran status gizi berdasarkan IMT/U 20
4.4. Gambaran Status Gizi berdsasarkan Indeks 22
BB/U
BAB V. Keseimpulan dan Saran 25
BAB VI. Luaran Peneltian 27
Daftar Pustaka
Lampiran
ABSTRAK

Latar Belakang: Persoalan gizi pada balita masih menjadi permasalahan yang sangat
serius pada beberapa daerah di Indonesia salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasil
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa Provinsi NTT merupakan daerah dengan prevalensi stunting
tertinggi di Indonesia.( Profil Kesehatan NTT, 2015). Balita yang mengalami stunting di Provinsi
NTT 58.4 %, sedangkan di tingkat nasional mengalami 35.6 %.Prevalensi balita gizi buruk di NTT
pada tahun 2010 sebesar 9.0%. Sedangkan rerata nasional pada tahun yang sama masing-masing
sebesar 4.9%..Prevalensi berat-kurang ( underweight) pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri
dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. NTT adalah provinsi memiliki prevalensi
gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar 33,1 persen.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita. Kejadian
Stunting Dan Gizi Buruk Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
Metode: penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain yang digunakan adalah cross
sectional,.Populasi penelitian ini adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan
Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. Sampel seluruh populasi menjadi sampel.,
Tehnik pengambilan sample adalah total sampling.
Hasil: balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U adalah
48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita dengan kategori
pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD)
sebanyak 14.4%. kejadianstunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%. balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD )
berdasarkan indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %, sedangkan balita dengan
kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Keadaan non wasting pada anak balita di Posyandu
Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% . Staus gizi baik
berdasarkan indeks BB/U pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang,
Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita yang berstatus gizi underweight
yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi kurang 23.4%.
Kesimpulan: Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa status gizi
balita Di Posyandu Wuring Tengah berdasarkan IMT/U dan status gizi balita berdasarkan keadaan
stunting balita mempunya angka kejadian diatas angka nasional hal ini tentu saja harus mendapat
perhatian serius dari semua pihak. Karena status gizi yang buruk dan keadaan balita yang stunting
dapat berpengaruh pada kesehatan dan kapasitas kecerdasan balita selanjutnya. Jika tidak ada
intervensi sesegera mungkin dan setepat mungkin berdasarkan permasalahan yang ada di daerah
tersebut akan sangat merugikan kualitas generasi penerus bangsa. Saran kepada pihak puskesmas
agar memberikan edukasi kepada ibu balita di posyandu Wuring Tengah tentang apa itu status gizi
balita dan tumbuh kembang balita.. Bagi keluarga diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam
menjaga asupan gizi balitanya serta bagi peneliti diharapkan dapat meneliti factor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi status gizi balita.

Kata kunci: Stunting, Wasting, Underweight, status gizi


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.LATARBELAKANG

Sumberdaya manusia yang berkualitas, disediakan melalui pembangunan


dengan porsi yang berimbang dan berkesinambungan dari aspek pendidikan,
kesehatan dan ekonomi.
Dari aspek kesehatan, faktor kecukupan unsur-unsur gizi dalam pangan
yang dikonsumsi merupakan faktor yang sangat penting.Mulai dari saat kehamilan,
karena sekitar 80 persen otak manusia mulai dibentuk selama periode kehamilan
dan dua tahun pertama kehidupan (1000 hari pertama kehidupan).Jika selama
periode ini, ibu hamil dan anak tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai,
akan berdampak pada status gizi anak yang akan dilahirkan dan selanjutnya status
gizi anak yang rendah akan mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia.
(Peraturan Gubernur NTT, tahun2012).
Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama
masa balita akan menjadi dasar kesehatan. Pengaturan makanan yang seimbang
menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan anak,
melindungi anak dari penyakit infeksi serta membantu perkembangan mental dan
kemampuan belajarnya (Thompson,2003).
Balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu
kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada
saat yang sama mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat.
Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat
menyebabkan meningkatnya angka kematian balita ( Soegeng, 2004). Prevalensi
gizi kurang di Provinsi NTT sebesar 20.4% pada tahun 2010, sedangkan rerata
nasional pada tahun yang sama adalah sebesar 13 persen (Riskesdas 2007).
Kondisi tersebut menempatkan NTT pada urutan ke 33 dari 33 provinsi yang ada
di Indonesia.
Prevalensi balita gizi buruk di NTT pada tahun 2010 sebesar 9.0%.
Sedangkan rerata nasional pada tahun yang sama masing-masing sebesar 4.9%.
Kondisi tersebut menempatkan NTT pada urutan ke 31 dari 33 provinsi yang ada
di Indonesia. 5 (lima) kabupaten masih memiliki prevalensi gizi buruk di atas
prevalensi provinsi, yaitu: TTS (13.3%), Manggarai (12%), Rote Ndao (11.6%),
Sumba Timur (10.3%) dan Ende (11.1%), sementara 11 kabupaten lainnya sudah
berada di bawah prevalensi provinsi, yaitu: Sumba Barat, Kabupaten Kupang,
TTU, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ngada, Kota Kupang dan
Manggarai Barat.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Permasalahan gizi bagi balita merupakan fokus utama pembangunan yang


sedang dilaksanakan pemerintah Provinsi NTT.Selain permasalahan gizi kurang
dan gizi buruk, yang perlu juga mendapatkan perhatian serius adalah pertumbuhan
terhambat (stunting), yakni tinggi badan tidak sesuai umur pada balita.Hasil
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting di Provinsi
NTT 58.4 persen, sedangkan di tingkat nasional mengalami 35.6 persen.Persentase
Balita yang mengalami stunting tersebut di atas menempatkan Provinsi NTT pada
peringkat tertinggi di tingkat nasional pada tahun 2010.( Profil Kesehatan NTT,
2015).
NTT adalah salah satu provinsiyang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang
(BB/U) sebesar 33,1%, diatas angka prevalensi nasional 19,6%. Untuk Prevalensi
Stunting (pendek) pada tahun 2013 masih menempati posisi yang sama yaitu
provinsi dengan prevalensi pendek paling tinggi diantara provinsi lain di
Indonesia. Untuk prevalensi kurus (BB/TB) NTT masuk dalam 5 provinsi tertinggi
prevalensi kurusnya dibandingkan prevalensi nasional 37,2%. (riskesdas 2013).
Hal ini tentunya menjadi perhatian kita karena Gizi kurang yang terjadi pada
anak-anak, dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan
rendahnya tingkat kecerdasan anak.Konsekuensi membiarkan anak-anak tersebut
menderita kurang gizi berarti “mempersiapkan” sebagian mereka menjadi generasi
yang hilang karena terbentuknya potensi intelektual dan produktivitas yang tidak
mampu menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Belum
diketahuinya gambaran status gizi balita di Posyandu Wuring Tengah membuat
peneliti ingin mengetahui Keadaan Stunting, Wasting dan underweight pada balita
di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat Kab.Sikka.
1.3.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum
Diketahuinya kejadian Stunting, Wasting dan underweightpada balita di
Posyandu Wuring Tengah,Kelurahan Wolomarang, Kecamatan ALok Barat
Kab. Sikka NTT.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan Stunting pada balita, di
Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat
Kab.Sikka.
b. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan Wasting pada balita, di
Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat
Kab.Sikka.
c. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan underweight pada
balita, di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok
Barat Kab.Sikka

1.4. URGENSI PENELITIAN


Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian untuk melihat
gambaran status gizi balita, keadaan stunting, wasting dan under weightpada balita, ,
di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat Kab.Sikka.
1. Balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu
kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan
pada saat yang sama mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat
pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat
menyebabkan meningkatnya angka kematian balita ( Soegeng, 2004). Masalah
status gizi yang dialami oleh anak akan mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak normal,
tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas, dan terhambatnya
pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).
2. Laporan Riskesdas 2013, NTT adalah salah satu provinsi yang memiliki
prevalensi gizi buruk-kurang (BB/U) sebesar 33,1%, diatas angka prevalensi
nasional 19,6%. Untuk Prevalensi Stunting (pendek) pada tahun 2013 masih
menempati posisi yang sama yaitu provinsi dengan prevalensi pendek paling
tinggi diantara provinsi lain di Indonesiayaitu 52,8% dibanding angka stunting
nasional 37,2%. Untuk prevalensi kurus (BB/TB) NTT masuk dalam 5 provinsi
tertinggi yaitu 33.1% dibandingkan angka prevalensi nasional 19.6%. (riskesdas
2013).
3. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara
10.0-14.0%. dan kritis bila ≥ 15.0%. (WHO, 2010) dan Masalah kesehatan
masyarakat dianggap berat jika prevalensi pendek sebesar 30--39% (WHO, 2010).
4. Anak balita adalah sumber daya manusia yang kelak akan menjadi generasi
penerus bangsa. Untuk menyediakan sumberdaya manusia yang berkualitas,
pembangunan dari aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi harus mendapatkan
porsi yang berimbang dan berkesinambungan. Dari aspek ekonomi, faktor
ketersediaan pangan, kemampuan akses keluarga terhadap pangan, dan keamanan
pangan merupakan faktor yang ikut berkontribusi dalam pembentukan sumber
daya manusia.
Dari aspek kesehatan, faktor kecukupan unsur-unsur gizi dalam pangan yang
dikonsumsi merupakan faktor yang sangat penting. Selain itu pola asupan gizi
pada siklus kehidupan manusia, terutama pada saat kehamilan menjadi tahapan
penting yang harus diperhatikan, karena sekitar 80 persen otak manusia mulai
dibentuk selama periode kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan (1000 hari
pertama kehidupan). Apabila selama periode ini, ibu hamil dan anak tidak
mendapatkan asupan gizi yang memadai, akan berdampak pada status gizi anak
yang akan dilahirkan dan selanjutnya status gizi anak yang rendah akan
mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia. (Peraturan Gubernur NTT,
tahun2012).
Dari aspek pendidikan, tingkat pengetahuan keluarga tentang pola konsumsi dan
gizi berimbang, pemahaman tentang ketersediaan pangan dan informasi harga
pasar merupakan faktor yang ikut mempengaruhi asupan gizi yang akan diterima
oleh anggota keluarga terutama kelompok rentan yaitu ibu hamil, ibu menyusui,
bayi dan balita. (Peraturan Gubernur NTT, tahun 2012).
5. Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama masa
balita akan menjadi dasar kesehatan. Pengaturan makanan yang seimbang
menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energy, pertumbuhan anak,
melindungi anak dari penyakit infeksi serta membantu perkembangan mental dan
kemampuan belajarnya (Thompson,2003).
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1. State Of The Art

1. Hasil penelitian Aridiyah, Rohmawati, Ririanty tahun 2014 mengenai Faktor-


faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah
Pedesaan dan Perkotaan di Kabupaten Jember, diketahui Puskesmas Kalisat
merupakan puskesmas dengan jumlah anak balita stunting tertinggi di daerah
pedesaan yaitu sebesar 67%. Selain itu, untuk daerah perkotaan jumlah anak
balita stunting tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Patrang sebanyak
27,27% . Menurut WHO, apabila masalah stunting di atas 20% maka
merupakan masalah kesehatan masyarakat
2. Hasil penelitian Nasikhah, Roudhotun dan Margawati, Ani tahun 2012
mengenai faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24 – 36 bulan di
kecamatan semarang timur terdapat 34,45 % balita stunting dimana 64,5%
berjenis kelamin perempuan.
3. Hasil penelitian Oktarina dan Sudiarti tahun 2013 mengenai faktor risiko
stunting pada balita (24—59 bulan) di Sumatera, diperoleh hasil prevalensi
balita stunting 44.1%.
4. Hasil penelitian Meilyasari, Friska and Isnawati, Muflihah (2014)mengenai
faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 12 bulan di desa purwokerto
kecamatan patebon, kabupaten kendaldidapatkan prevalensi stunting pada balita
di kabupaten kendal mencapai 42% dengan kejadian tertinggi di kecamatan
patebon (38,7%).
5. Hasil penelitian Rizki Karunia Illahi tahun 2015 pada penelitian yang berjudul
Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Lahir, Dan Panjang Lahir Dengan
Kejadian Stunting Balita 24-59 Bulan Di Bangkalanmenunjukkan bahwa
prevalensi stunting balita di Desa Ujung Piring Tahun 2016 sebesar 29%,
sebagian besar responden memiliki pendapatan di bawah upah minimum
Kabupaten Bangkalan, sebagian besar balita memiliki berat lahir normal,
sebagian besar balita memiliki panjang lahir normal.
2.2. Status Gizi
Definisi Status Gizi
Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi
antara makanan, tubuh manusia, dan lingkungan hidup manusia.Suhardjo (2003)
menyatakan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan dan penggunaan makanan. Supariasa et al (2002), status gizi merupakan
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
status tubuh yang berhubungan dengan gizi dalam bentuk variable tertentu. Jadi intinya
terdapat suatu variable yang diukur (misalnya: berat badan dan tinggi badan) yang dapat
digolongkan ke dalam kategori gizi tertentu (misalnya: baik, kurang, dan buruk).
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi
lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
gizi (status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari
perkembangan status gizi anak (Depkes RI 2002). Status gizi menjadi indikator ketiga
dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi
yang baik juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas
dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko
terjadinya masalah kesehatan.Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.
Masalah gizi utama di Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu gizi kurang
(undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).Gizi kurang terjadi karena kekurangan
konsumsi pangan secara relative dan absolut pada periode tertentu sehingga zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi secara
umum akan menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga,
pertahanan tubuh, perkembangan struktur dan fungsi otak, dan perilaku yang negative
(Almatsier, 2009). Sedangkan gizi lebih merupakan keadaan dimana tubuh seseorang
mendapatkan kelebihan zat gizi dalam periode tertentu (Supariasa, 2012).seseorang
mengalami kegemukan bahkan obesitas dan selanjutnya akan memiliki risiko yang tinggi
akan penyakit-penyakit degenerative, seperti hipertensi, diabetes, jantung coroner, dan
lain-lain (Almatsier, 2009).
2.3.Status gizi anak balita
Cara penilaian status gizi anak balita Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur,
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan
timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur
menggunakan alat ukur panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB
anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan
BB/TB. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari masing-
masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut
:
a. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U :
Gizi buruk : Zscore < -3,0
Gizi kurang : Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
Gizi baik : Zscore ≥ -2,0
b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U:
Sangat pendek : Zscore <-3,0 Pendek : : Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0
Normal : Zscore ≤-2,0
c. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:
Sangat kurus : Zscore < -3,0 Kurus : Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
Normal : Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
Gemuk : Zscore > 2,0
d. Klasifikasi status gizi berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB:
Pendek-kurus : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
Pendek-normal : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
Pendek-gemuk : Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0 TB
Normal-kurus : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0 TB
Normal-normal : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0 TB
Normal-gemuk : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0
Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:
Berdasarkan indikator BB/U:
Prevalensi gizi buruk : (∑ Balita gizi buruk/ ∑Balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang : (∑ Balita gizi kurang/ ∑Balita) x 100%
Prevalensi gizi baik : (∑ Balita gizi baik/∑Balita) x 100%
Berdasarkan indikator TB/U
Prevalensi sangat pendek : (∑ Balita sangat pendek/ ∑Balita) x 100%
Prevalensi pendek : (∑ Balita pendek/∑ Balita) x 100%
Prevalensi normal : (∑ Balita normal/∑Balita) x 100%
Berdasarkan indikator BB/TB:
Prevalensi sangat kurus : (∑ Balita sangat kurus/∑ Balita) x 100%
Prevalensi kurus : (∑ Balita kurus/∑ Balita) x 100%
Prevalensi normal : (∑ Balita normal/∑ Balita) x 100%
Prevalensi gemuk : (∑ Balita gemuk/∑ Balita) x 100%
Berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB
Prevalensi pendek-kurus : (∑ Balita pendek-kurus/ ∑ Balita) x 100%
Prevalensi pendek-normal : (∑ Balita pendek-normal/∑ Balita) x 100% Prevalensi
pendek-gemuk : (∑ Balita pendek-gemuk/∑ Balita) x 100%
Prevalensi TB normal-kurus : (∑ Balita normal-kurus/∑ Balita) x 100% Prevalensi TB
normal-normal : (∑ Balita normal-normal/∑ Balita) x 100%
Prevalensi TB normal-gemuk : (∑ Balita normal-gemuk/∑ Balita) x 100%

2.4.Balita

Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia
1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air, dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan
lain masih terbatas. Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris 2006).
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi 2004).
Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia prasekolah anak menjadi
konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini
anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase
gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada
masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang
mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan pada masa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan
dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relatif lebih banyak mengalami gangguan status
gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS 1999).

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan
telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab
timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan Soekirman dalam materi aksi pangan dan gizi nasional
(Depkes RI 2000) penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit.Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena
sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pula anak
yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah
terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-
sama merupakan penyebab kurang gizi.Menurut Prasetyawati (2012) bahwa
kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi.Zat-
zat yang terkandung dalam makanan yang masuk dalam tubuh sangat
mempengaruhi kesehatan. Menurut Menkes (2011), faktor yang cukup dominan
yang menyebabkan keadaan gizi kurang meningkat ialah perilaku memilih dan
memberikan makanan yang tidak tepat kepada anggota keluarga termasuk anak-
anak
2. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya.Pola pengasuhan adalah
kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian, dan dukungan
terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental, dan sosial.Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya
air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga.Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan
ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan
pelayanan yang ada.Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan
pangan, harga pangan, daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan. (Sibarani 2016)
2.5.1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan


kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam
memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).
Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu
yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan,
sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang
diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992).
Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan
jumlah makanan yang dikonsumsi.Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu
dimiliki oleh semua orang dalam pemilihan makanan jajanan.Terdapat hubungan
yang nyata antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita melalui
pengukuran BB/U pada kedua wilayah posyandu pada selang kepercayaan 95%
berdasarkan hasil uji korelasi Chi-square, (Sibarani,2016).
2.5.2. Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Menurut Salimar et al (2009), keluarga dengan ibu berpendidikan lebih tinggi (≥
SLTA) mempunyai peluang 1.405 kali memiliki anak balita dengan total asupan
energi yang cukup dibandingkan dengan ibu berpendidikan rendah (< SLTA).
HAsil penelitian Sibarani, 2016 hasil uji korelasi Chi-square menunjukkan terdapat
hubungan yang nyata antara pendidikan ibu dengan status gizi balita melalui
pengukuran BB/U di kedua wilayah posyandu pada selang kepercayaan 95%. Hasil
penelitian Tuankotta (2012), menunjukkan adanya hubungan berbeda secara
bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kecukupan total asupan energi pada
anak usia 24-59 bulan, dimana terdapat peluang anak dari ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi sebesar 1.968 kali terhadap kecukupan total asupan energi
dibandingkan anak dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Dengan kata lain
anak dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi berpeluang lebih besar untuk
mendapatkan kecukupan total asupan energi dibandingkan anak dari ibu dengan
tingkat pendidikan rendah.
2.5.3. Pekerjaan ibu
Hasil penelitian Zahroh (2012) pada wilayah kerja puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan gizi ibu tentang gizi buruk adalah pendidikan (p=0.000; r=0.761),
umur (p=0.024; r=0.254), pekerjaan (p=0.000; r= -0.436), pendapatan (p=0.004;
r=0.323), sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk adalah pengalaman (p=0.343). Mamabolo et al. (2005)
menyatakan ibu yang bekerja erat kaitannya dengan pemberian pola asuh
anak.Kejadian stunting anak mengalami peningkatan pada ibu yang bekerja.Ibu
yang banyak bekerja di luar rumah akansemakin sedikit memberikan perhatian
kepada anak dibandingkan ibu rumah tangga atau tidak bekerja.
Menurut Aditianti (2010), status pekerjaan orang tua mempengaruhi pola
pengasuhan. Pada orang tua yang bekerja, khususnya ibu, dapat menyebabkan
alokasi waktu untuk anak lebih sedikit dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Ibu
yang bekerja di luar rumah dapat menyebabkan anak tidak terawat, sebab anak
balita sangat bergantung pada pengasuhannya atau anggota keluarga yang lain.
Selain itu, ibu yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki waktu yang lebih
terbatas untuk melaksanakan tugas rumah tangga dibandingkan ibu yang tidak
bekerja, oleh karena itu pola pengasuhan anak akan berpengaruh dan pada akhirnya
pertumbuhan dan perkembangan anak juga akan terganggu

2.5.4. Riwayat Kesehatan Balita


Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2012 mencatat bahwa ada sekitar
7.213 balita di Banten yang mengalami gizi buruk dan 53.680 balita lainnya
mengalami kekurangan gizi (Dinkes Banten 2013). Balita yang mengalami
kekurangan gizi di Banten menyebar di empat kabupaten dan empat kota. Salah
satunya Kota Tangerang Selatan dengan jumlah balita gizi kurang sekitar 3.363
balita (Dinkes Banten 2013).Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah status kesehatan balita.Status kesehatan balita dipengaruhi
terutama oleh kejadian penyakit infeksi. Infeksi terutama diare, dikenal sebagai
penyebab utama rendahnya nafsu makan pada anak dan kurang berfungsinya proses
pencernaan zat-zat gizi dan metabolisme (Husaini 2006).
Penelitian Jayani tentang hubungan penyakit infeksi dengan status gizi pada
balita didapatkan nilai p value= 0,01 (p< 0,05) berarti ada hubungan yang bermakna
antara penyakit infeksi dengan status gizi pada balita Hasil penelitian yang telah
diperoleh hampir sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Melisa
Oktarina (2013) di Kelurahan Cupak wilayah kerja Puskesmas Pauh Padang,
dimana didapatkan hasil (55,5%) anak balita yang memiliki riwayat penyakit
infeksi yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak anak balita yang
yang memiliki status gizi kurang baik dilatarbelakangi oleh riwayat penyakit
infeksi yang pernah balita alami. Sehingga menunjukkan bahwa adanya pengaruh
dari riwayat penyait infeksi akan kejadian status gizi kurang pada balita .
2.5. PEmanfaatan Posyandu
Pemantauan Status Gizi balita dapat dilakukan dari data rutin yang masuk
dari kegiatan Posyandu.Upaya penurunan angka kejadian penyakit bayi dan balita
dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan
penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu.
Saat ini pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan berbasis
masyarakat. Kegiatan posyandu antara lain berupa kegiatan imunisasi,
penimbangan, pemberian makanan tambahan serta penyuluhan gizi dan kesehatan.
Oleh karena itu upaya ibu balita untuk membawa ke ke posyandu merupakan suatu
aktifitas yang positif agar kesadaran untuk membawa ke tempat pelayanan
kesehatan dapat mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan balita.Namun
demikian upaya pelayanan kesehatan harus disertai dengan upaya perbaikan sanitasi
lingkungan agar kesehatan balita tidak terganggu.Pada kegiatan Riskesdas telah
dilakukan pengambilan data status gizi balita secara menyeluruh di wilayah
Indonesia.Data yang lengkap dibutuhkan untuk sebuah perencanaan kesehatan.
Berdasarkan analisis data riskesdas pada 70210 rumahtangga sampel diperoleh
informasi bahwa Dari hasil analisis data riskesdas diperoleh informasi bahwa
rumahtangga balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lebih
banyak balita yang status gizi baik berdasarkan BB/U berbeda nyata dengan
rumahtangga balita yang tidak pernah ke pos pelayanan terpadu (P <0.004). Begitu
pula berdasarkan BB/TB diperoleh informasi bahwa rumahtangga balita yang
memanfaatkan posyandu lebih banyak yang tidak kurus dibandingkan dengan
rumahtangga balita yang tidak pernah ke posyandu (P < 0.01). Sedangkan
berdasarkan TB/U tidak ada hubungan yang nyata (P=0.11), (Hidayat , T.S ;2012)
2.7. Kebiasaan Makan Ikan
Ikan adalah makanan yang rendah kalori, berprotein tinggi yang baik untuk
otak.Semua manfaat tersebut berasal dari asam omega tiga lemak tak jenuh ganda,
populer disebut sebagai omega tiga, yang banyak terdapat dalam minyak ikan.
Disamping itu juga, manfaat mengkonsumsi ikan sendiri akan membantu mencegah
penyakit jantung, mengurangi risiko Alzheimer, memperbaiki kesehatan kulit dan
rambut, menghilangkan depresi, meningkatkan perkembangan otak, menambah
dosis vitamin D, serta akan memperkuat sperma.Mengkonsumsi ikan yang banyak
akan membantu tumbuh kembang anak dan membuat anak lebih pintar.Ikan
dianggap mampu mencerdaskan otak anak, meski ada juga mitos-mitos yang
mengatakan ketika dalam masa kehamilan tidak boleh makan ikan.Padahal
sebenarnya ikan itu baik untuk semua kalangan.
2.6.KerangkaKonsep
Hubungan antara pengetahuan gizi pada ibu, pemanfaatan posyandu,
riwayat kesehatan balita terhadap status gizi diduga dipengaruhi oleh karakteristik
anak dan karakteristik keluarga.Karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin,
berat badan dan tinggi badan.Besarnya keluarga dapat berpengaruh pada distribusi
pangan bagi anggota keluarga dan jumlah pangan yang tersedia dalam sebuah
keluarga yang besar terkadang hanya dapat mencukupi setengah kebutuhan
keluarga, sehingga tidak mampu mencegah terjadinya gangguan gizi pada salah
satu anggota keluarga (Suhardjo 1989).

Pengetahuan gizi ibu

Pekerjaan ibu

Pendapatan keluarga STATUS GIZI


(IMT/U), TB/U, BB/U, BB/TB

Pemanfaatan posyandu

Riwayat kesakitan

Gambar 1 KerangkaKonsep Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi balita


2.6.Road Map Penelitian

Adapun peta penelitian ini:

Deskripsi Deskripsi Analisis factor-


faktor yang Pengemban
status gizi status gizi Pembuatan gan model
pada balita di berhubungan
pada balita media edukasi pendidikan
dengan stunting
Daerah di Daerah Gizi
perkotaan, Pesisir(2018
pada Balita gizi (2022)
(2019) balita(2020)
pedesaan )
(2014-2016)

Advokasi model
pendidikan gizi
integrasi dengan
program atau
kegiatan sekolah
(2025)
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian

Mulai
Pengumpulan
data Primer dan Pengolahan
sekunder data
Studi Literatur dan
studi lapangan
Populasi Analisa data dan
dan sampel hubungan variabel
Rumusan Masalah dan
tujuan penelitian dan
urgensi penelitian Desain Hasil dan
Penelitian pembahasan

Metode Penelitian,
kuesioner Kesimpulan
Selesai dan saran

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan
desain yang digunakan adalah cross sectional, yaitu pengambilan data yang berkaitan
dengan variabel dependen dan independen dilakukan sekali waktu pada saat yang
bersamaan.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan bulan
Januari tahun 2019, Penelitian dilakukan di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan
Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Balita Penelitian dilakukan pada balita di Posyandu
Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT.
Sampel seluruh populasi menjadi sampel., Tehnik pengambilan sample adalah total
sampling.Sampel yang diambiladalah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi.
3.5. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, meliputi :


a. Data karakteristik individu, nama, umur yang dicatat pada kartu posyandu balita
b. Data antropometri balita meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui
pengukuran secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan
yaitu dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 Kg dan tinggi badan
dengan alat pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm.
3.6. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program perangkat lunak statistic
dimana data yang dikumpulkan akan diolah secara deskriptif. Langkah-langkah pengolahan
data dengan computer adalah sebagai berikut :
1. Coding
Suatu kegiatan pemberian kode-kode pada seluruh variabel dalam kuesioner agar
mempermudah dalam proses olah data. Coding dapat dilakukan pada saat sebelum
atau setelah pengumpulan data dilaksanakan (Budiarto, 2002).
2. Editing
Proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengkoreksi apakah data yang dikumpulkan terdapat kesalahan atau tidak.Proses
editing sebaiknya dilakukan pada saat pengumpul data masih berada dilapangan,
agar jika ditemukan data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri dan
dikonfirmasi kembali kepada responden (Budiarto, 2002).
3. Processing
Merupakan pemrosesan data agar dapat dianalisis. Data di input kedalam computer
untuk diproses dan di entri menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution). Kegiatan ini dilakukan setelah proses coding dan editing
dilakukan oleh peneliti (Hastono, 2010). Dalam kegiatan ini, biasanya peneliti
dibantu oleh beberapa orang yang sudah dilatih terlebih dahulu.
4. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan lembar data yang sudah di entri apakah terdapat
kesalahan dalam entry data atau tidak (Hastono, 2010).
3.7. Analisis Data
Analisa data univariate dengan melihat distribusi frekuensi.Untuk mengolah status
gizi menggunakan software WHO Anthropometri.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN STUNTING
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring
Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT.dengan
mengukur Tinggi Badan (TB ) dan umur (U) anak balita, diperoleh data gambaran stunting
anak dengan lebih dulu mengolahnya dengan menggunakan WHO Antropometri. Hasil
data stunting anak dapat dilihat pada tabel 4.1.
Gambaran Angka Kejadian Stunting
Berdasarkan pengukuran TB/ U balita diperoleh data status gizi balita sebagai berikut
seperti pada tabel 1
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Cumulative
Variabel Stunting Jumlah Percent Percent
Sangat Pendek <-3 SD 13 14.4 14.4
Pendek -3 SD s/d <-2 SD 20 22.2 36.7
Normal <-2 SD s/d 2 SD 44 48.9 85.6
Tinggi > 2 SD 13 14.4 100.0

Total 90 100.0

Tabel 4.1 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka
NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U
adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita
dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan
kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%. Selanjutnya Balita dengan status gizi (<-2 SD)
dikategorikan balita Stunting (pendek dan sangat pendek). Balita dengan status gizi -2 SD
s/d >2 berdasarkan TB/U dikategorikan non stunting (normal dan tinggi). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
Variabel stunting Frequency Valid Percent Percent
Non Stunting 57 63.3 63.3
Stunting 33 36.7 100.0
Total 90 100.0

Tabel 4.2 menunjukkan kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring
tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7% .
Angka ini lebih rendah dibanding data Riskesdas (2013) prevalensi pendek secara
nasional pada balita adalah 37,2%. Untuk angka sangat pendek sebesar 14.4% juga
dibawah angka nasional yaitu, 18% dan pendek 22.2 %, lebih tinggi dari angka nasional
19,2%. Namun angka stunting di posyandu Wuring Tengah ini lebih besar dari angka
stunting nasional berdasarkan riskesdas 2018 yaitu sebesar 30.8%. dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang berat. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat
jika prevalensi pendek sebesar 30--39% (WHO, 2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya kronis sebagai akibat darikeadaan yang berlangsung lama. Misalnya:
kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik
dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkananak menjadi pendek. (Riskesdas,2013)
Gambaran Status Gizi berdasarkan IMT/U
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah,
Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT dengan mengukur
Tinggi Badan (TB ), Berat badan (BB) dan umur (U) anak balita, didapat gambaran status
gizi balita berdasarkan IMT/U sebagaimana tertera pada table 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
IMT/U Frequency Percent Percent
Sangat Kurus <-3 SD 16 17.8 17.8
Kurus -3 SD s/d <-2 SD 10 11.1 28.9
Normal <-2 SD s/d 2 SD 60 66.7 95.6
Gemuk > 2 SD 4 4.4 100.0
90 100.0
Total
Tabel 4.3 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,
Kab, Sikka NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD )
berdasarkan indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3
SD) sebanyak 17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1
%, sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Selanjutnya
Balita dengan status gizi (<-2 SD) dikategorikan balita dengan wasting (kurus, dan
sangat kurus). Balita dengan status gizi -2 SD s/d > +2 berdasarkan IMT/U
dikategorikan non wasting. Hal ini dapat dilihat pada tabel.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Wasting berdasarkan Indeks IMT/U pada
Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Cumulative
Status Gizi IMT/U Frequency Percent Percent
Non wasting 64 71.1 63.3
Tidak normal 26 28.9 100.0

Total 90 100.0

Tabel 4.4 menunjukkan keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring
tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding
balita yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3
SD s/d <-2 SD 11.1% . Hal ini tentu menunjukkan masih adanya masalah kesehatan
masyarakat yang cukup serius yaitu 28.9% karena secara nasional prevalensi kurus pada
anak balita masih 12,1 persen. (riskesdas.2013). Masalah kesehatan masyarakat sudah
dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0- 14,0 persen, dan dianggap kritis bila
≥15,0 persen (WHO 2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Bark dalam
Riskesdas,2013).
Gambaran Status Gizi berdasarkan indeks BB/U
Dari hasil penelitian dengan mengukur Berat Badan (BB ) dan umur (U) anak balita,yang
dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT didapat gambaran status gizi anak seperti terlihat
pada tabel 4.5, berikut ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks BB/U pada Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,
Kab, Sikka NTT
Status Gizi BB/U Frequency Valid Percent Cumulative
Percent
Gizi Buruk <-3 SD 11 12.2 12.2
Gizi Kurang -3 SD s/d <-2 SD 21 23.4 35.6
Gizi Baik ≥ -2SD
58 64.4 100.0
Total 90 100.0

Tabel 4.5 menunjukkan status gizi balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD)
berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD)
sebanyak 12.2%, balita dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak
23.4%, sedangkan balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi
<-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang
(underweight). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Underweight (Berat-kurang)
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Underweight/ Frequency Percent Cumulative


Berat-kurang Percent
Baik 58 64.4 64.4
Berat-kurang 32 35.6 100.0

Total 90 100.0

Tabel 6 menunjukkan status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah,
kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi
kurang 23.4%. Namun angka ini jauh diatas angka nasional, prevalensi berat-kurang pada
tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi
kurang.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi
secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya
kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). (Riskesdas, 2013)
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah.
Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah
minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
(WHO, 2012).
Berbagai penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi buruk pada balita seperti penelitian Rahayu
dan Khairiyati (2014) di Banjar Baru menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting balita. Pendidikan ibu yang lebih
tinggi cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat status gizi anak. Hasil penelitian di
Nepal menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga merupakan faktor risiko
stunting (Tiwari, dkk 2014). Skor indeks kesejahteraan rumah tangga yang lebih tinggi
berhubungan signifikan dengan peningkatan proteksi kejadian stunting. Hasil penelitian
Ernawati, dkk. (2013), di Bogor menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
kelompok bayi yang memiliki panjang badan lahir normal dan kelompok bayi yang
memiliki panjang badan lahir pendek dengan kejadian stunting. Ada banyak factor yang
diduga berhubungan dengan stunting baik factor langsung maupun tidak langsung..
Karenanya penelitian lebih lanjut sangat disarankan dengan melibatkan jumlah sampel
yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk dasar intervensi berbagai pihak karena dampak
status gizi buruk dan stunting pada balita sangat merugikan sebagai generasi penerus
bangsa.
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, dibidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan
kapasitas belajar, dan dibidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas
kerja. Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2
tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti
sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan
genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak
ketika dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya
probabilitas untuk menjadi miskin.
Sangat lemahnya Intervensi masalah gizi pada balita oleh pemerintah untuk
masalah kemiskinan terutama pada komunitas perkotaan, komunitas perikanan
dankomunitas pertanian tradisional sehingga menimbulkan masalah balita gizi buruk dan
gizi kurang. Kehilangan IQ sampai 22 juta poin merupakan dampak dari gizi buruk .
Kekurangan gizi pada usia dini diawal daur kehidupan terbukti memberikan dampak yang
berat. Semakin dini seorang anak menderita gizi kurang, semakin besar risiko untuk
mengalami prestasi belajar yang rendah. Risiko prestasi verbal yang rendah pada anak usia
baduta dengan gizi kurang dan setelah baduta adalah 6,5 dan 5 kali lebih tinggi daripada
anak dengan gizi baik. Risiko prestasi numerik yang rendah pada anak dengan gizi kurang
ketika usia baduta dan setelah baduta 25 dan 15 kali lebih besar daripada yang gizi baik.
Prestasi verbal sangat berfluktuasi sesuai dengan status gizi individu sepanjang hayat.
Sebaliknya, prestasi numerik, terlihat hanya dipengaruhi oleh status gizi pada usia balita.
Gizi yang baik pada anak baduta dan pasca baduta dapat mencegah prestasi belajar yang
rendah 44% dan 30%, tetapi untuk potensi belajar numerik, masing-masing dapat
mencegah 80% dan 63%. Skor verbal sangat dipengaruhi oleh kondisi atau fluktuasi status
gizi pada daur kehidupan, tetapi skor numerik hanya dipengaruhi status gizi individu pada
5 tahun pertama kehidupan (Darsono, Hartanto dan Kodim, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT, adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak
14.4%, balita dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %,
sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%.
2. Kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%
3. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %,
sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%.
4. Keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita yang
non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3 SD
s/d <-2 SD 11.1%
5. Balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD) berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%.
balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD) sebanyak 12.2%, balita dengan kategori
gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 23.4%, sedangkan balita dengan kategori
gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi <-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan
BB/U dikategorikan gizi berat-kurang (underweight).
6. Status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan
gizi kurang 23.4%.
7. Status gizi balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat,
Sikka berdasarkan TB/U, IMT/U dan BB/U masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
SARAN
Mengingat dampak stunting, wasting dan underweight yang sangat buruk pada
kesehatan dan kecerdasan balita yang berpengaruh pada kualitas generasi penerus
bangsa (lost generation) maka disarankan adanya perhatian yang penuh terhadap hal
ini. Perlu kerjasama berbagai pihak mengingat multifactor penyebab masalah ini.
Sangat disarankan adanya penelitian lanjutan mengenai factor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap kejadian stunting, wasting dan underweight. Sehingga dapat
dirumuskan program intervensi yang efektif dan efisien.
BAB VI
LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai pada penelitian ini adalah Penyaji pada seminar nasional
Kolokium dan hasil penelitian dan pengabdian Masyarakat, di Aula FEB UHAMKA
dan artikel yang akan diterbitkan pada Prosiding Lemlitbang UHAMKA. (draft
artikel terlampir).
DAFTAR PUSTAKA

Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015. Available from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2520/2029. Diakses pada 15
September 2017
Darsono Dj, Hartanto dan Kodim, (2012). Pengaruh Status Gizi Anak Usia di Bawah Lima
Tahun terhadap Nilai Belajar Verbal dan Numerik. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia: Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015
www.depkes.go.id [20 Desember 2012]
Epridawati, DD. 2012. Hubungan Pengetahuan tentang. Gizi dengan Status Gizi Siswa
SMP diKecamatan Kerjo Kabupaten.Karanganyar.Jurnal UMS
Ernawati, F., Rosmalina, Y., Permanasari, Y. (2013). Pengaruh asupan protein ibu hamil
dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak usia 12 bulan di
Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 36(1), 1-11. Diakses dari:
http://ejournal.litbang.depkes. go.id/index.php/pgm/article/view/3388
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasaranan Indonesia. Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papar Sinar. Pratiwi
A. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat terhadap Status Kesehatan Mahasiswa [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Kementrian Kesehatan RI. Infodatin: Situasi Balita Pendek. 2016. Available from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
pendek-2016.pdf. Diakses pada 27 Juli 2017
Nasikhah, R dan Margawati, A. (2012). Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-
36 bulan di Kecamatan Semarang Timur. Journal of Nutrition College,1(1). Diakses
dari http:// www.ejournal-s1.undip.ac.id
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
Sibarani, 2016. Hubungan Karakteristik Ibu Dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi
Anak Batita Umur 1-3 Tahun Di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun
2016 Skripsi,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan
Soegeng, S. Ann, L., 2004. Kesehatan dan Gizi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Soekirman. 2001. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Solihin P. 2005.Ilmu Gizi pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suhardjo. (2003). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahayu, A., Khairiyati, L. (2014). Risiko pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada
anak 6-23 bulan. Penel Gizi Makan, 37(2), 129-136. Diakses dari:
http://ejournal.litbang.depkes. go.id/index.php/pgm/article/view/4016/3833
Referensi dan citasi ditulis mengikuti APA 6th Edition (American Psychological
Association) (http://owl.english.purdue.edu/owl/resource/560/02/).
Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
Tiwari, R., Ausman, L.M., dan Agho, K.E. (2014). Determinant of stunting and severe
stunting among under fi ves: Evidence from The 2011 Nepal Demographic and
Health Survey. BMC Pediatric, 14(239), 1-15. DOI: 10.1186
WHO. (2010). Interpretation guide Nutrition Landscape Information System (NLIS)
country profi le indicators. Geneva: WHO Press.

WHO. (2012). Interpretation guide Nutrition Landscape Information System (NLIS)


country profi le indicators. Geneva: WHO Press.
Lampiran 1 Draft Artikel

KEJADIAN STUNTING ,WASTING DAN UNDERWEIGHT PADA


BALITA DI POSYANDU WURING TENGAH, WOLOMARANG, ALOK
BARAT, KABUPATEN SIKKA, NTT

Nur Asiah1 Erwin Prasetyo, ST, MPd2 Alib Birwin3


1, 3
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
2
IKIP Muhammadiyah Maumere
nur_asiah@uhamka.ac.id
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

ABSTRAK

Latar Belakang: Persoalan gizi pada balita masih menjadi permasalahan yang sangat
serius pada beberapa daerah di Indonesia salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi NTT merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.( Riskesdas
2013). Balita yang mengalami stunting di Provinsi NTT 58.4 %, sedangkan di tingkat nasional
mengalami 35.6 %.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran status gizi balita. Kejadian Stunting, wasting and
underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka, NTT
Metode: penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional,. Populasi
adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT. Sampel seluruh populasi menjadi sampel., Tehnik pengambilan sample adalah total
sampling.
Hasil: kejadian stunting pada anak balita sebesar 36,7%. Keadaan non wasting pada anak
balita sebesar 71.1% . Status gizi baik berdasarkan indeks BB/U pada anak balita sebesar 64.4%
lebih banyak dibanding balita yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi
buruk 12.2% dan gizi kurang 23.4%.
Kesimpulan: Keadaan stunting balita mempunya angka kejadian diatas angka nasional hal
ini tentu saja harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Karena balita yang stunting dapat
berpengaruh pada kesehatan dan kapasitas kecerdasan balita selanjutnya. Jika tidak ada intervensi
akan sangat merugikan kualitas generasi penerus bangsa. Saran kepada pihak puskesmas agar
memberikan edukasi kepada ibu balita. Bagi keluarga diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam
menjaga asupan gizi balitanya.

Kata kunci: Stunting, Wasting, Underweight, status gizi


ABSTRACK

Background: The issue of nutrition in children under five is still a very serious problem in several
regions in Indonesia, one of which is East Nusa Tenggara (NTT). NTT Province is the region with
the highest stunting prevalence in Indonesia (Riskesdas 2013). Toddlers who experience stunting in
NTT Province 58.4%, while at the national level there are 35.6%.
Objective: To describe the nutritional status of children under five. Stunting, wasting and
underweight events in toddlers at Wuring Tengah Posyandu in Wolomarang Village, West Alok
District, Sikka District, NTT
Method: descriptive quantitative research with cross sectional design. The population is toddlers in
Central Wuring Posyandu, Wolomarang Village, West Alok District, Kab, Sikka NTT. Samples of
the entire population are sampled. The sampling technique is total sampling.
Results: the incidence of stunting in children under five was 36.7%. The condition of non-wasting
in children under five is 71.1%. Good nutritional status based on the BB / U index in children under
five is 64.4% more than under-fives with underweight nutrition status which is 35.6% which
consists of malnutrition 12.2% and malnutrition 23.4%.
Conclusion: the stunting condition of toddlers has an incidence rate above the national figure, of
course, this should receive serious attention from all parties. Because toddlers who are stunting can
affect the health and intelligence capacity of the toddler next. If there is no intervention it will be
very detrimental to the quality of the nation's next generation. Suggestions to the puskesmas to
provide education to mothers of children under five. For families, they are expected to play an
active role in maintaining their children's nutritional intake.

Keywords: Stunting, Wasting, Underweight, nutritional status

PENDAHULUAN
Status gizi merupakan salah satu penentu sumber daya manusia yang berkualitas,
Status gizi saat balita sangat menentukan kualitas generasi penerus bangsa. Status gizi
balita ditentukan oleh faktor kecukupan unsur-unsur gizi dalam pangan yang diterimanya.
Balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi (vulnerable group),
yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, pada saat yang
sama balita sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat (growt spurt).
Akibatnya jika balita kurang gizi tentu akan menghambat pertumbuhannya bahkan gagal
tumbuh (growth faltering). Dan tidak hanya itu balita akan rentan terhadap penyakit
infeksi dan dapat menyebabkan kematian balita ( Soegeng, 2004). Prevalensi gizi kurang
di Provinsi NTT sebesar 20.4% pada tahun 2010, sedangkan rerata nasional pada tahun
yang sama adalah sebesar 13 persen (Riskesdas 2007). Prevalensi balita gizi buruk di NTT
pada tahun 2010 sebesar 9.0%. Sedangkan rerata nasional pada tahun yang sama masing-
masing sebesar 4.9%.. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita yang mengalami
stunting di Provinsi NTT 58.4 persen, sedangkan di tingkat nasional mengalami 35.6
persen.Persentase Balita yang mengalami stunting tersebut di atas menempatkan Provinsi
NTT pada peringkat tertinggi di tingkat nasional pada tahun 2010.( Profil Kesehatan NTT,
2015).
NTT adalah salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang
(BB/U) sebesar 33,1%, diatas angka prevalensi nasional 19,6%. Untuk Prevalensi Stunting
(pendek) pada tahun 2013 masih menempati posisi yang sama yaitu provinsi dengan
prevalensi pendek paling tinggi diantara provinsi lain di Indonesia. Untuk prevalensi kurus
(BB/TB) NTT masuk dalam 5 provinsi tertinggi prevalensi kurusnya dibandingkan
prevalensi nasional 37,2%. (riskesdas 2013). Dari latar belakang tersebut peneliti ingin
mengetahui bagaimana gambaran kejadian stunting, Wasting dan Underwieght berdasarkan
indeks massa tubuh pada balita di Posyandu Wuring Tengah, Alok Barat, SIkka, NTT.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain yang
digunakan adalah cross sectional. Variabel yang diteliti adalah stunting, wasting dan
underweight menurut indeks TB/U; IMT/U; dan BB/U. data diambil dari pengukuran
balita dan dicatat pada KMS balita dan diolah dengan WHO antropometri 2012. Populasi
penelitian ini adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. Sampel penelitian adalah seluruh populasi,
Tehnik pengambilan sample adalah total sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring
Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT diperoleh data
gambaran status gizi berdasarkan beberapa Indeks.
Gambaran Angka Kejadian Stunting
Berdasarkan pengukuran TB/ U balita diperoleh data status gizi balita sebagai berikut seperti
pada tabel 1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak
Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Ju Cumulat
Variabel Stunting mlah Percent ive Percent
Sangat Pendek <-3 SD 13 14.4 14.4
Pendek -3 SD s/d <-2
20 22.2 36.7
SD
Normal <-2 SD s/d 2 44 48.9 85.6
SD
Tinggi > 2 SD 13 14.4 100.0

Total 90 100.0

Tabel 1 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka
NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U
adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita
dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan
kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%. Selanjutnya Balita dengan status gizi (<-2 SD)
dikategorikan balita Stunting (pendek dan sangat pendek). Balita dengan status gizi -2 SD
s/d >2 berdasarkan TB/U dikategorikan non stunting (normal dan tinggi). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Anak Balita


di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Freq Valid Cumulati
Variabel stunting uency Percent ve Percent
Non Stunting 57 63.3 63.3
Stunting 33 36.7 100.0
Total 90 100.0

Tabel 2 menunjukkan kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring


tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7% .
Angka ini lebih rendah dibanding data Riskesdas (2013) prevalensi pendek secara
nasional pada balita adalah 37,2%. Untuk angka sangat pendek sebesar 14.4% juga
dibawah angka nasional yaitu, 18% dan pendek 22.2 %, lebih tinggi dari angka nasional
19,2%. Namun angka stunting di posyandu Wuring Tengah ini lebih besar dari angka
stunting nasional berdasarkan riskesdas 2018 yaitu sebesar 30.8%. dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang berat. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat
jika prevalensi pendek sebesar 30--39% (WHO, 2010). Indikator status gizi berdasarkan
indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat
darikeadaan yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan
pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkananak menjadi pendek. (Riskesdas,2013).
Gambaran Status Gizi berdasarkan IMT/U
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah,
Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT dengan mengukur
Tinggi Badan (TB ), Berat badan (BB) dan umur (U) anak balita, didapat gambaran status
gizi balita berdasarkan IMT/U sebagaimana tertera pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak
Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Fre Perc Cumulati
IMT/U quency ent ve Percent
Sangat Kurus <-3 SD 16 17.8 17.8
Kurus -3 SD s/d <-2 SD 10 11.1 28.9
Normal <-2 SD s/d 2
60 66.7 95.6
SD
Gemuk > 2 SD 4 4.4 100.0

Total 90 100.0

Tabel 3 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan
indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %, sedangkan
balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Selanjutnya Balita dengan
status gizi (<-2 SD) dikategorikan balita dengan wasting (kurus, dan sangat kurus).
Balita dengan status gizi -2 SD s/d > +2 berdasarkan IMT/U dikategorikan non
wasting. Hal ini dapat dilihat pada tabel.4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Wasting berdasarkan Indeks IMT/U
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Freq Perce Cumulati


Status Gizi IMT/U uency nt ve Percent
Non wasting 64 71.1 63.3
Tidak normal 26 28.9 100.0

Total 90 100.0

T
abel 4 menunjukkan keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah,
kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita
yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3 SD s/d
<-2 SD 11.1% . Hal ini tentu menunjukkan masih adanya masalah kesehatan masyarakat
yang cukup serius yaitu 28.9% karena secara nasional prevalensi kurus pada anak balita
masih 12,1 persen. (riskesdas.2013). Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius
bila prevalensi kurus antara 10,0- 14,0 persen, dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen (WHO
2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Bark dalam
Riskesdas,2013).

Gambaran Status Gizi berdasarkan indeks BB/U


Dari hasil penelitian dengan mengukur Berat Badan (BB ) dan umur (U) anak balita,yang
dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. didapat gambaran status gizi anak seperti terlihat
pada tabel 5
Tabel 5. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks BB/U pada Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,
Kab, Sikka NTT
Status Gizi BB/U Fre Valid Cumula
quency Percent tive Percent
Gizi Buruk <-3 SD 11 12.2 12.2
Gizi Kurang -3 SD s/d
21 23.4 35.6
<-2 SD
Gizi Baik ≥ -2SD
58 64.4 100.0

Total 90 100.0

Tabel 5 menunjukkan status gizi balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD)
berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD)
sebanyak 12.2%, balita dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak
23.4%, sedangkan balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi
<-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang
(underweight). Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Underweight (Berat-kurang)
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT

Underweight/ Freq Perce Cumulati


Berat-kurang uency nt ve Percent
Baik 58 64.4 64.4
Berat-kurang 32 35.6 100.0

T Total 90 100.0

abel 6
menunjukkan status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita yang
berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi kurang
23.4%. Namun angka ini jauh diatas angka nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun
2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi
secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya
kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). (Riskesdas, 2013)
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah.
Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah
minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
(WHO, 2012).
Berbagai penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi buruk pada balita seperti penelitian Rahayu
dan Khairiyati (2014) di Banjar Baru menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting balita. Pendidikan ibu yang lebih
tinggi cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat status gizi anak. Hasil penelitian di
Nepal menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga merupakan faktor risiko
stunting (Tiwari, dkk 2014). Skor indeks kesejahteraan rumah tangga yang lebih tinggi
berhubungan signifikan dengan peningkatan proteksi kejadian stunting. Hasil penelitian
Ernawati, dkk. (2013), di Bogor menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
kelompok bayi yang memiliki panjang badan lahir normal dan kelompok bayi yang
memiliki panjang badan lahir pendek dengan kejadian stunting. Ada banyak factor yang
diduga berhubungan dengan stunting baik factor langsung maupun tidak langsung..
Karenanya penelitian lebih lanjut sangat disarankan dengan melibatkan jumlah sampel
yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk dasar intervensi berbagai pihak karena dampak
status gizi buruk dan stunting pada balita sangat merugikan sebagai generasi penerus
bangsa.
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan
kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas
kerja. Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2
tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti
sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan
genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak
ketika dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya
probabilitas untuk menjadi miskin
KESIMPULAN
1. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat, Kab, Sikka NTT, adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-
3 SD) sebanyak 14.4%, balita dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD)
sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak
14.4%.
2. Kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%
3. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks IMT/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat, Kab, Sikka NTT adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3
SD) sebanyak 17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD)
sebanyak 11.1 %, sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak
4.4%.
4. Keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita
yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus
-3 SD s/d <-2 SD 11.1%
5. Balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD) berdasarkan indeks BB/U adalah
64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD) sebanyak 12.2%, balita
dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 23.4%, sedangkan
balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi <-3 dan -3
s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang (underweight).
6. Status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2%
dan gizi kurang 23.4%.
7. Status gizi balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok
Barat, Sikka berdasarkan TB/U, IMT/U dan BB/U masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat.

REKOMENDASI
Mengingat dampak stunting, wasting dan underweight yang sangat buruk pada
kesehatan dan kecerdasan balita yang berpengaruh pada kualitas generasi penerus bangsa
(lost generation) maka disarankan adanya perhatian yang penuh terhadap hal ini. Perlu
kerjasama berbagai pihak mengingat multifactor penyebab masalah ini. Sangat disarankan
adanya penelitian lanjutan mengenai factor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian stunting, wasting dan underweight. Sehingga dapat dirumuskan program
intervensi yang efektif dan efisien.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah,syukur pada Allah SWT yang telah memberi segala kemudahan kepada
penulis. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini, antara lain : Rektor UHAMKA, Lemlitbang UHAMKA,
Dosen-dosen UHAMKA tim penelitian Maumere, Pimpinan FIKES dan Prodi Kesmas
UHAMKA, Dosen dan mahasiswa IKIP Muhammadiyah Maumere, dan para kader
posyandu Wuring Tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka.
REFERENSI
Deni & Dwiriani MC. 2009.Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik,Konsumsi Snack dan
Pangan Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di Bogor yang berstatus Gizi
Normal dan Gemuk. Jurnal gizi dan pangan, 4 (2), 92-97
Departemen Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015 www.depkes.go.id [20
Desember 2012]
Ernawati, F., Rosmalina, Y., Permanasari, Y. (2013). Pengaruh asupan protein ibu hamil
dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak usia 12
bulan di Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 36(1), 1-11.
Diakses dari: http://ejournal.litbang.depkes.
go.id/index.php/pgm/article/view/3388.
Rahayu, A., Khairiyati, L. (2014). Risiko pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada
anak 6-23 bulan. Penel Gizi Makan, 37(2), 129-136. Diakses dari:
http://ejournal.litbang.depkes. go.id/index.php/pgm/article/view/4016/3833
Referensi dan citasi ditulis mengikuti APA 6th Edition (American Psychological
Association) (http://owl.english.purdue.edu/owl/resource/560/02/).
Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
Tiwari, R., Ausman, L.M., dan Agho, K.E. (2014). Determinant of stunting and severe
stunting among under fi ves: Evidence from The 2011 Nepal Demographic and
Health Survey. BMC Pediatric, 14(239), 1-15. DOI: 10.1186
WHO. (2010). Interpretation guide Nutrition Landscape Information System (NLIS)
country profi le indicators. Geneva: WHO Press.

WHO. (2012). Interpretation guide Nutrition Landscape Information System (NLIS)


country profi le indicators. Geneva: WHO Press.
SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR.
HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : lemlit@uhamka.ac.id
LAPORAN KERJA
PENELITIAN

NIDN :0309087101

NAMA LENGKAP : ALIB BIRWIN SKM., M.Epid.

FAKULTAS/PROGRAM STUDI :Ilmu Kesehatan/S1 Kesehatan


Masyarakat

JABATAN AKADEMIS :Asisten Ahli

PANGKAT/GOL RUANG :Pangkat Penata Muda Tingkat I, III/b

No. Tahun Judul Lokasi

Penelitian Mandiri Jumlah: 0

No. Judul Buku

Jenis Luaran: Buku/Bahan Ajar Jumlah: 0

No. Judul Penulis Publikasi Jurnal

Jenis Luaran: Publikasi Jurnal Jumlah: 0

No. Nama Dosen Judul Makalah Penyelenggara

Jenis Luaran: Forum Ilmiah Jumlah: 0

No. Nama Dosen Judul HKI

Jenis Luaran: Hak Cipta Jumlah: 0


Jenis Luaran: Luaran Lainnya Jumlah:

No. Luaran Deskripsi Singkat

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pelaporan kinerja penelitian dosen Universitas
Muhammadiyah Prof DR HAMKA.

Jakarta, 06 Juli 2018


Pembuat Kinerja Penelitian

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 06-07-2018 Halaman 1 dari 2


SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR.
HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : lemlit@uhamka.ac.id
ALIB BIRWIN SKM., M.Epid.
Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 06-07-2018 Halaman 2 dari 2
SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR.
HAMKA
Tlp. 021-8416624,LAPORAN KERJA
87781809; Fax. 021-87781809; Email : lemlit@uhamka.ac.id
PENELITIAN

NIDN :0313077403

NAMA LENGKAP : NUR ASIAH SKM, M.Kes

FAKULTAS/PROGRAM STUDI :Ilmu Kesehatan/S1 Kesehatan


Masyarakat

JABATAN AKADEMIS :Asisten Ahli

PANGKAT/GOL RUANG :Pangkat Penata, III/c

Penelitian Mandiri Jumlah: 2

N Tahun Judul Lokasi


o.
1 2016 Analisis Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi Umur Cianjur Jawa Barat
6–
24 Bulan dan Karateristik Serta Pengetahuan Ibu
Tentang Pemberian Asi Eksklusif di Desa
Sukasarna
Kecamatan Karang Tengah Cianjur, Jawa Barat
Anggaran: Rp. 0,-
Sumber Dana:

2 2016 Analisis Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan KArang Tengah Cianjur Jawa
Ibu Barat
dengan Pemberian Asi Eksklusif di 7 Desa di
Kecamatan Karang Tengah, Cianjur, Jawa Barat,
2015
Anggaran: Rp. 0,-
Sumber Dana:

No. Judul Buku

Jenis Luaran: Buku/Bahan Ajar Jumlah: 0

No. Judul Penulis Publikasi Jurnal

Jenis Luaran: Publikasi Jurnal Jumlah: 0


Jenis Luaran: Forum Ilmiah Jumlah: 0

No. Nama Dosen Judul Makalah Penyelenggara

No. Nama Dosen Judul HKI

Jenis Luaran: Hak Cipta Jumlah: 0

No. Luaran Deskripsi Singkat

Jenis Luaran: Luaran Lainnya Jumlah:

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 06-07-2018 Halaman 1 dari 2


SIMAKIP
Sistem Informasi Manajemen & Kinerja Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan - Universitas Muhammadiyah Prof DR.
HAMKA
Tlp. 021-8416624, 87781809; Fax. 021-87781809; Email : lemlit@uhamka.ac.id

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pelaporan kinerja penelitian dosen
Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA.

Jakarta, 06 Juli 2018


Pembuat Kinerja
Penelitian

NUR ASIAH SKM, M.Kes

Hak Cipta © http://simakip.uhamka.ac.id Tanggal Download: 06-07-2018 Halaman 2 dari 2


Lampiran Surat Pernyataan Ketua Peneliti

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Hj. Nur Asiahh, SKM, M.Kes
NIDN : 0309087101
Pangkat/Gol/ : Penata/III C
JabatanFungsional : Lektor
Alamat : Jl. Sayuti no.14 Rawasari, Jakarta Pusat

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul Kejadian
Stunting, Wasting Dan Underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah
Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timuryang diusulkan dalam skim Penelitian Pengembangan Iptek (PPI)) tahun anggaran
2018 - 2019 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/ sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas Universitas.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 20 Desember 2018


Yangmenyatakan,
Ketua Tim peneliti

Hj. Nur Asiah, SKM, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai