TIM PENGUSUL
Judul penelitian :
Kejadian Stunting, Wasting Dan Underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring
Tengah Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka,
Nusa Tenggara Timur
1. Tim Peneliti
Latar Belakang: Persoalan gizi pada balita masih menjadi permasalahan yang sangat
serius pada beberapa daerah di Indonesia salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasil
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa Provinsi NTT merupakan daerah dengan prevalensi stunting
tertinggi di Indonesia.( Profil Kesehatan NTT, 2015). Balita yang mengalami stunting di Provinsi
NTT 58.4 %, sedangkan di tingkat nasional mengalami 35.6 %.Prevalensi balita gizi buruk di NTT
pada tahun 2010 sebesar 9.0%. Sedangkan rerata nasional pada tahun yang sama masing-masing
sebesar 4.9%..Prevalensi berat-kurang ( underweight) pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri
dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. NTT adalah provinsi memiliki prevalensi
gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar 33,1 persen.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita. Kejadian
Stunting Dan Gizi Buruk Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur
Metode: penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain yang digunakan adalah cross
sectional,.Populasi penelitian ini adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan
Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. Sampel seluruh populasi menjadi sampel.,
Tehnik pengambilan sample adalah total sampling.
Hasil: balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U adalah
48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita dengan kategori
pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD)
sebanyak 14.4%. kejadianstunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%. balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD )
berdasarkan indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %, sedangkan balita dengan
kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Keadaan non wasting pada anak balita di Posyandu
Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% . Staus gizi baik
berdasarkan indeks BB/U pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang,
Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita yang berstatus gizi underweight
yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi kurang 23.4%.
Kesimpulan: Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa status gizi
balita Di Posyandu Wuring Tengah berdasarkan IMT/U dan status gizi balita berdasarkan keadaan
stunting balita mempunya angka kejadian diatas angka nasional hal ini tentu saja harus mendapat
perhatian serius dari semua pihak. Karena status gizi yang buruk dan keadaan balita yang stunting
dapat berpengaruh pada kesehatan dan kapasitas kecerdasan balita selanjutnya. Jika tidak ada
intervensi sesegera mungkin dan setepat mungkin berdasarkan permasalahan yang ada di daerah
tersebut akan sangat merugikan kualitas generasi penerus bangsa. Saran kepada pihak puskesmas
agar memberikan edukasi kepada ibu balita di posyandu Wuring Tengah tentang apa itu status gizi
balita dan tumbuh kembang balita.. Bagi keluarga diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam
menjaga asupan gizi balitanya serta bagi peneliti diharapkan dapat meneliti factor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
1.1.LATARBELAKANG
1.2.RUMUSAN MASALAH
Tujuan Umum
Diketahuinya kejadian Stunting, Wasting dan underweightpada balita di
Posyandu Wuring Tengah,Kelurahan Wolomarang, Kecamatan ALok Barat
Kab. Sikka NTT.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan Stunting pada balita, di
Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat
Kab.Sikka.
b. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan Wasting pada balita, di
Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok Barat
Kab.Sikka.
c. Diketahuinya gambaran Status Gizi Balita, keadaan underweight pada
balita, di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang Kec. Alok
Barat Kab.Sikka
2.4.Balita
Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia
1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air, dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan
lain masih terbatas. Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris 2006).
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi 2004).
Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia prasekolah anak menjadi
konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini
anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase
gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada
masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang
mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan pada masa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan
dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relatif lebih banyak mengalami gangguan status
gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS 1999).
Pekerjaan ibu
Pemanfaatan posyandu
Riwayat kesakitan
Advokasi model
pendidikan gizi
integrasi dengan
program atau
kegiatan sekolah
(2025)
BAB 3
METODE PENELITIAN
Mulai
Pengumpulan
data Primer dan Pengolahan
sekunder data
Studi Literatur dan
studi lapangan
Populasi Analisa data dan
dan sampel hubungan variabel
Rumusan Masalah dan
tujuan penelitian dan
urgensi penelitian Desain Hasil dan
Penelitian pembahasan
Metode Penelitian,
kuesioner Kesimpulan
Selesai dan saran
A. GAMBARAN STUNTING
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring
Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT.dengan
mengukur Tinggi Badan (TB ) dan umur (U) anak balita, diperoleh data gambaran stunting
anak dengan lebih dulu mengolahnya dengan menggunakan WHO Antropometri. Hasil
data stunting anak dapat dilihat pada tabel 4.1.
Gambaran Angka Kejadian Stunting
Berdasarkan pengukuran TB/ U balita diperoleh data status gizi balita sebagai berikut
seperti pada tabel 1
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
Variabel Stunting Jumlah Percent Percent
Sangat Pendek <-3 SD 13 14.4 14.4
Pendek -3 SD s/d <-2 SD 20 22.2 36.7
Normal <-2 SD s/d 2 SD 44 48.9 85.6
Tinggi > 2 SD 13 14.4 100.0
Total 90 100.0
Tabel 4.1 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka
NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U
adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita
dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan
kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%. Selanjutnya Balita dengan status gizi (<-2 SD)
dikategorikan balita Stunting (pendek dan sangat pendek). Balita dengan status gizi -2 SD
s/d >2 berdasarkan TB/U dikategorikan non stunting (normal dan tinggi). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
Variabel stunting Frequency Valid Percent Percent
Non Stunting 57 63.3 63.3
Stunting 33 36.7 100.0
Total 90 100.0
Tabel 4.2 menunjukkan kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring
tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7% .
Angka ini lebih rendah dibanding data Riskesdas (2013) prevalensi pendek secara
nasional pada balita adalah 37,2%. Untuk angka sangat pendek sebesar 14.4% juga
dibawah angka nasional yaitu, 18% dan pendek 22.2 %, lebih tinggi dari angka nasional
19,2%. Namun angka stunting di posyandu Wuring Tengah ini lebih besar dari angka
stunting nasional berdasarkan riskesdas 2018 yaitu sebesar 30.8%. dan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang berat. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat
jika prevalensi pendek sebesar 30--39% (WHO, 2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya kronis sebagai akibat darikeadaan yang berlangsung lama. Misalnya:
kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik
dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkananak menjadi pendek. (Riskesdas,2013)
Gambaran Status Gizi berdasarkan IMT/U
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada balita di Posyandu Wuring Tengah,
Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT dengan mengukur
Tinggi Badan (TB ), Berat badan (BB) dan umur (U) anak balita, didapat gambaran status
gizi balita berdasarkan IMT/U sebagaimana tertera pada table 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
IMT/U Frequency Percent Percent
Sangat Kurus <-3 SD 16 17.8 17.8
Kurus -3 SD s/d <-2 SD 10 11.1 28.9
Normal <-2 SD s/d 2 SD 60 66.7 95.6
Gemuk > 2 SD 4 4.4 100.0
90 100.0
Total
Tabel 4.3 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,
Kab, Sikka NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD )
berdasarkan indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3
SD) sebanyak 17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1
%, sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Selanjutnya
Balita dengan status gizi (<-2 SD) dikategorikan balita dengan wasting (kurus, dan
sangat kurus). Balita dengan status gizi -2 SD s/d > +2 berdasarkan IMT/U
dikategorikan non wasting. Hal ini dapat dilihat pada tabel.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Wasting berdasarkan Indeks IMT/U pada
Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Cumulative
Status Gizi IMT/U Frequency Percent Percent
Non wasting 64 71.1 63.3
Tidak normal 26 28.9 100.0
Total 90 100.0
Tabel 4.4 menunjukkan keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring
tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding
balita yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3
SD s/d <-2 SD 11.1% . Hal ini tentu menunjukkan masih adanya masalah kesehatan
masyarakat yang cukup serius yaitu 28.9% karena secara nasional prevalensi kurus pada
anak balita masih 12,1 persen. (riskesdas.2013). Masalah kesehatan masyarakat sudah
dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0- 14,0 persen, dan dianggap kritis bila
≥15,0 persen (WHO 2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Bark dalam
Riskesdas,2013).
Gambaran Status Gizi berdasarkan indeks BB/U
Dari hasil penelitian dengan mengukur Berat Badan (BB ) dan umur (U) anak balita,yang
dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT didapat gambaran status gizi anak seperti terlihat
pada tabel 4.5, berikut ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks BB/U pada Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,
Kab, Sikka NTT
Status Gizi BB/U Frequency Valid Percent Cumulative
Percent
Gizi Buruk <-3 SD 11 12.2 12.2
Gizi Kurang -3 SD s/d <-2 SD 21 23.4 35.6
Gizi Baik ≥ -2SD
58 64.4 100.0
Total 90 100.0
Tabel 4.5 menunjukkan status gizi balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD)
berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD)
sebanyak 12.2%, balita dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak
23.4%, sedangkan balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi
<-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang
(underweight). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Underweight (Berat-kurang)
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Total 90 100.0
Tabel 6 menunjukkan status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah,
kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi
kurang 23.4%. Namun angka ini jauh diatas angka nasional, prevalensi berat-kurang pada
tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi
kurang.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi
secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya
kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). (Riskesdas, 2013)
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah.
Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah
minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
(WHO, 2012).
Berbagai penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi buruk pada balita seperti penelitian Rahayu
dan Khairiyati (2014) di Banjar Baru menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting balita. Pendidikan ibu yang lebih
tinggi cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat status gizi anak. Hasil penelitian di
Nepal menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga merupakan faktor risiko
stunting (Tiwari, dkk 2014). Skor indeks kesejahteraan rumah tangga yang lebih tinggi
berhubungan signifikan dengan peningkatan proteksi kejadian stunting. Hasil penelitian
Ernawati, dkk. (2013), di Bogor menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
kelompok bayi yang memiliki panjang badan lahir normal dan kelompok bayi yang
memiliki panjang badan lahir pendek dengan kejadian stunting. Ada banyak factor yang
diduga berhubungan dengan stunting baik factor langsung maupun tidak langsung..
Karenanya penelitian lebih lanjut sangat disarankan dengan melibatkan jumlah sampel
yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk dasar intervensi berbagai pihak karena dampak
status gizi buruk dan stunting pada balita sangat merugikan sebagai generasi penerus
bangsa.
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, dibidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan
kapasitas belajar, dan dibidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas
kerja. Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2
tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti
sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan
genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak
ketika dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya
probabilitas untuk menjadi miskin.
Sangat lemahnya Intervensi masalah gizi pada balita oleh pemerintah untuk
masalah kemiskinan terutama pada komunitas perkotaan, komunitas perikanan
dankomunitas pertanian tradisional sehingga menimbulkan masalah balita gizi buruk dan
gizi kurang. Kehilangan IQ sampai 22 juta poin merupakan dampak dari gizi buruk .
Kekurangan gizi pada usia dini diawal daur kehidupan terbukti memberikan dampak yang
berat. Semakin dini seorang anak menderita gizi kurang, semakin besar risiko untuk
mengalami prestasi belajar yang rendah. Risiko prestasi verbal yang rendah pada anak usia
baduta dengan gizi kurang dan setelah baduta adalah 6,5 dan 5 kali lebih tinggi daripada
anak dengan gizi baik. Risiko prestasi numerik yang rendah pada anak dengan gizi kurang
ketika usia baduta dan setelah baduta 25 dan 15 kali lebih besar daripada yang gizi baik.
Prestasi verbal sangat berfluktuasi sesuai dengan status gizi individu sepanjang hayat.
Sebaliknya, prestasi numerik, terlihat hanya dipengaruhi oleh status gizi pada usia balita.
Gizi yang baik pada anak baduta dan pasca baduta dapat mencegah prestasi belajar yang
rendah 44% dan 30%, tetapi untuk potensi belajar numerik, masing-masing dapat
mencegah 80% dan 63%. Skor verbal sangat dipengaruhi oleh kondisi atau fluktuasi status
gizi pada daur kehidupan, tetapi skor numerik hanya dipengaruhi status gizi individu pada
5 tahun pertama kehidupan (Darsono, Hartanto dan Kodim, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT, adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak
14.4%, balita dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %,
sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%.
2. Kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%
3. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %,
sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%.
4. Keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita yang
non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3 SD
s/d <-2 SD 11.1%
5. Balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD) berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%.
balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD) sebanyak 12.2%, balita dengan kategori
gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 23.4%, sedangkan balita dengan kategori
gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi <-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan
BB/U dikategorikan gizi berat-kurang (underweight).
6. Status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan
gizi kurang 23.4%.
7. Status gizi balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat,
Sikka berdasarkan TB/U, IMT/U dan BB/U masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
SARAN
Mengingat dampak stunting, wasting dan underweight yang sangat buruk pada
kesehatan dan kecerdasan balita yang berpengaruh pada kualitas generasi penerus
bangsa (lost generation) maka disarankan adanya perhatian yang penuh terhadap hal
ini. Perlu kerjasama berbagai pihak mengingat multifactor penyebab masalah ini.
Sangat disarankan adanya penelitian lanjutan mengenai factor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap kejadian stunting, wasting dan underweight. Sehingga dapat
dirumuskan program intervensi yang efektif dan efisien.
BAB VI
LUARAN YANG DICAPAI
Luaran yang dicapai pada penelitian ini adalah Penyaji pada seminar nasional
Kolokium dan hasil penelitian dan pengabdian Masyarakat, di Aula FEB UHAMKA
dan artikel yang akan diterbitkan pada Prosiding Lemlitbang UHAMKA. (draft
artikel terlampir).
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Latar Belakang: Persoalan gizi pada balita masih menjadi permasalahan yang sangat
serius pada beberapa daerah di Indonesia salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi NTT merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.( Riskesdas
2013). Balita yang mengalami stunting di Provinsi NTT 58.4 %, sedangkan di tingkat nasional
mengalami 35.6 %.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran status gizi balita. Kejadian Stunting, wasting and
underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat Kabupaten Sikka, NTT
Metode: penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional,. Populasi
adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT. Sampel seluruh populasi menjadi sampel., Tehnik pengambilan sample adalah total
sampling.
Hasil: kejadian stunting pada anak balita sebesar 36,7%. Keadaan non wasting pada anak
balita sebesar 71.1% . Status gizi baik berdasarkan indeks BB/U pada anak balita sebesar 64.4%
lebih banyak dibanding balita yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi
buruk 12.2% dan gizi kurang 23.4%.
Kesimpulan: Keadaan stunting balita mempunya angka kejadian diatas angka nasional hal
ini tentu saja harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Karena balita yang stunting dapat
berpengaruh pada kesehatan dan kapasitas kecerdasan balita selanjutnya. Jika tidak ada intervensi
akan sangat merugikan kualitas generasi penerus bangsa. Saran kepada pihak puskesmas agar
memberikan edukasi kepada ibu balita. Bagi keluarga diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam
menjaga asupan gizi balitanya.
Background: The issue of nutrition in children under five is still a very serious problem in several
regions in Indonesia, one of which is East Nusa Tenggara (NTT). NTT Province is the region with
the highest stunting prevalence in Indonesia (Riskesdas 2013). Toddlers who experience stunting in
NTT Province 58.4%, while at the national level there are 35.6%.
Objective: To describe the nutritional status of children under five. Stunting, wasting and
underweight events in toddlers at Wuring Tengah Posyandu in Wolomarang Village, West Alok
District, Sikka District, NTT
Method: descriptive quantitative research with cross sectional design. The population is toddlers in
Central Wuring Posyandu, Wolomarang Village, West Alok District, Kab, Sikka NTT. Samples of
the entire population are sampled. The sampling technique is total sampling.
Results: the incidence of stunting in children under five was 36.7%. The condition of non-wasting
in children under five is 71.1%. Good nutritional status based on the BB / U index in children under
five is 64.4% more than under-fives with underweight nutrition status which is 35.6% which
consists of malnutrition 12.2% and malnutrition 23.4%.
Conclusion: the stunting condition of toddlers has an incidence rate above the national figure, of
course, this should receive serious attention from all parties. Because toddlers who are stunting can
affect the health and intelligence capacity of the toddler next. If there is no intervention it will be
very detrimental to the quality of the nation's next generation. Suggestions to the puskesmas to
provide education to mothers of children under five. For families, they are expected to play an
active role in maintaining their children's nutritional intake.
PENDAHULUAN
Status gizi merupakan salah satu penentu sumber daya manusia yang berkualitas,
Status gizi saat balita sangat menentukan kualitas generasi penerus bangsa. Status gizi
balita ditentukan oleh faktor kecukupan unsur-unsur gizi dalam pangan yang diterimanya.
Balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi (vulnerable group),
yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, pada saat yang
sama balita sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat (growt spurt).
Akibatnya jika balita kurang gizi tentu akan menghambat pertumbuhannya bahkan gagal
tumbuh (growth faltering). Dan tidak hanya itu balita akan rentan terhadap penyakit
infeksi dan dapat menyebabkan kematian balita ( Soegeng, 2004). Prevalensi gizi kurang
di Provinsi NTT sebesar 20.4% pada tahun 2010, sedangkan rerata nasional pada tahun
yang sama adalah sebesar 13 persen (Riskesdas 2007). Prevalensi balita gizi buruk di NTT
pada tahun 2010 sebesar 9.0%. Sedangkan rerata nasional pada tahun yang sama masing-
masing sebesar 4.9%.. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa balita yang mengalami
stunting di Provinsi NTT 58.4 persen, sedangkan di tingkat nasional mengalami 35.6
persen.Persentase Balita yang mengalami stunting tersebut di atas menempatkan Provinsi
NTT pada peringkat tertinggi di tingkat nasional pada tahun 2010.( Profil Kesehatan NTT,
2015).
NTT adalah salah satu provinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang
(BB/U) sebesar 33,1%, diatas angka prevalensi nasional 19,6%. Untuk Prevalensi Stunting
(pendek) pada tahun 2013 masih menempati posisi yang sama yaitu provinsi dengan
prevalensi pendek paling tinggi diantara provinsi lain di Indonesia. Untuk prevalensi kurus
(BB/TB) NTT masuk dalam 5 provinsi tertinggi prevalensi kurusnya dibandingkan
prevalensi nasional 37,2%. (riskesdas 2013). Dari latar belakang tersebut peneliti ingin
mengetahui bagaimana gambaran kejadian stunting, Wasting dan Underwieght berdasarkan
indeks massa tubuh pada balita di Posyandu Wuring Tengah, Alok Barat, SIkka, NTT.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan desain yang
digunakan adalah cross sectional. Variabel yang diteliti adalah stunting, wasting dan
underweight menurut indeks TB/U; IMT/U; dan BB/U. data diambil dari pengukuran
balita dan dicatat pada KMS balita dan diolah dengan WHO antropometri 2012. Populasi
penelitian ini adalah balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT. Sampel penelitian adalah seluruh populasi,
Tehnik pengambilan sample adalah total sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak-anak balita di Posyandu Wuring
Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT diperoleh data
gambaran status gizi berdasarkan beberapa Indeks.
Gambaran Angka Kejadian Stunting
Berdasarkan pengukuran TB/ U balita diperoleh data status gizi balita sebagai berikut seperti
pada tabel 1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak
Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Ju Cumulat
Variabel Stunting mlah Percent ive Percent
Sangat Pendek <-3 SD 13 14.4 14.4
Pendek -3 SD s/d <-2
20 22.2 36.7
SD
Normal <-2 SD s/d 2 44 48.9 85.6
SD
Tinggi > 2 SD 13 14.4 100.0
Total 90 100.0
Tabel 1 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks TB/U pada Anak Balita di
Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka
NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U
adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-3 SD) sebanyak 14.4%, balita
dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan
kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak 14.4%. Selanjutnya Balita dengan status gizi (<-2 SD)
dikategorikan balita Stunting (pendek dan sangat pendek). Balita dengan status gizi -2 SD
s/d >2 berdasarkan TB/U dikategorikan non stunting (normal dan tinggi). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 2.
Total 90 100.0
Tabel 3 menunjukkan status gizi berdasarkan indeks IMT/U pada Anak Balita
di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kab,
Sikka NTT, dimana balita dengan status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan
indeks IMT/U adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3 SD) sebanyak
17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 11.1 %, sedangkan
balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak 4.4%. Selanjutnya Balita dengan
status gizi (<-2 SD) dikategorikan balita dengan wasting (kurus, dan sangat kurus).
Balita dengan status gizi -2 SD s/d > +2 berdasarkan IMT/U dikategorikan non
wasting. Hal ini dapat dilihat pada tabel.4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Wasting berdasarkan Indeks IMT/U
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
Total 90 100.0
T
abel 4 menunjukkan keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah,
kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita
yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus -3 SD s/d
<-2 SD 11.1% . Hal ini tentu menunjukkan masih adanya masalah kesehatan masyarakat
yang cukup serius yaitu 28.9% karena secara nasional prevalensi kurus pada anak balita
masih 12,1 persen. (riskesdas.2013). Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius
bila prevalensi kurus antara 10,0- 14,0 persen, dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen (WHO
2010).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi
yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
(singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk
identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat
pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Bark dalam
Riskesdas,2013).
Total 90 100.0
Tabel 5 menunjukkan status gizi balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD)
berdasarkan indeks BB/U adalah 64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD)
sebanyak 12.2%, balita dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak
23.4%, sedangkan balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi
<-3 dan -3 s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang
(underweight). Hal ini dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Underweight (Berat-kurang)
pada Anak Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang,
Kecamatan Alok Barat, Kab, Sikka NTT
T Total 90 100.0
abel 6
menunjukkan status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita yang
berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2% dan gizi kurang
23.4%. Namun angka ini jauh diatas angka nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun
2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang.
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi
secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya
kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.
Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). (Riskesdas, 2013)
Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu rendah.
Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah
minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
(WHO, 2012).
Berbagai penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi buruk pada balita seperti penelitian Rahayu
dan Khairiyati (2014) di Banjar Baru menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting balita. Pendidikan ibu yang lebih
tinggi cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat status gizi anak. Hasil penelitian di
Nepal menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga merupakan faktor risiko
stunting (Tiwari, dkk 2014). Skor indeks kesejahteraan rumah tangga yang lebih tinggi
berhubungan signifikan dengan peningkatan proteksi kejadian stunting. Hasil penelitian
Ernawati, dkk. (2013), di Bogor menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara
kelompok bayi yang memiliki panjang badan lahir normal dan kelompok bayi yang
memiliki panjang badan lahir pendek dengan kejadian stunting. Ada banyak factor yang
diduga berhubungan dengan stunting baik factor langsung maupun tidak langsung..
Karenanya penelitian lebih lanjut sangat disarankan dengan melibatkan jumlah sampel
yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk dasar intervensi berbagai pihak karena dampak
status gizi buruk dan stunting pada balita sangat merugikan sebagai generasi penerus
bangsa.
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan
kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas
kerja. Menurut penelitian Hoddinott et al. (2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2
tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti
sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan
genggaman tangan sebesar 22%. Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak
ketika dewasa berupa pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya
probabilitas untuk menjadi miskin
KESIMPULAN
1. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks TB/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat, Kab, Sikka NTT, adalah 48.9%. balita dengan kategori sangat pendek (<-
3 SD) sebanyak 14.4%, balita dengan kategori pendek ( -3 SD s/d <-2 SD)
sebanyak 22.2 %, sedangkan balita dengan kategori tinggi (> 2 SD) sebanyak
14.4%.
2. Kejadian stunting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 36,7%
3. Status gizi normal (-2 SD s/d 2 SD ) berdasarkan indeks IMT/U pada Anak
Balita di Posyandu Wuring Tengah, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok
Barat, Kab, Sikka NTT adalah 66.7%. balita dengan kategori sangat kurus (<-3
SD) sebanyak 17.8%, balita dengan kategori kurus ( -3 SD s/d <-2 SD)
sebanyak 11.1 %, sedangkan balita dengan kategori gemuk (> 2 SD) sebanyak
4.4%.
4. Keadaan wasting pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 71.1% lebih banyak dibanding balita
yang non wasting yaitu 28.9% dengan rincian sangat kurus <-3SD 17.8%, kurus
-3 SD s/d <-2 SD 11.1%
5. Balita dengan status gizi baik ( ≥ -2SD) berdasarkan indeks BB/U adalah
64.4%. balita dengan kategori gizi buruk (<-3 SD) sebanyak 12.2%, balita
dengan kategori gizi kurang ( -3 SD s/d <-2 SD) sebanyak 23.4%, sedangkan
balita dengan kategori gizi baik (≥ - 2 SD). Balita dengan status gizi <-3 dan -3
s/d <-2 SD berdasarkan BB/U dikategorikan gizi berat-kurang (underweight).
6. Status gizi baik pada anak balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan
Wolomarang, Alok Barat, Sikka sebesar 64.4% lebih banyak dibanding balita
yang berstatus gizi underweight yaitu 35.6% yang terdiri dari gizi buruk 12.2%
dan gizi kurang 23.4%.
7. Status gizi balita di Posyandu Wuring tengah, kelurahan Wolomarang, Alok
Barat, Sikka berdasarkan TB/U, IMT/U dan BB/U masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat.
REKOMENDASI
Mengingat dampak stunting, wasting dan underweight yang sangat buruk pada
kesehatan dan kecerdasan balita yang berpengaruh pada kualitas generasi penerus bangsa
(lost generation) maka disarankan adanya perhatian yang penuh terhadap hal ini. Perlu
kerjasama berbagai pihak mengingat multifactor penyebab masalah ini. Sangat disarankan
adanya penelitian lanjutan mengenai factor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian stunting, wasting dan underweight. Sehingga dapat dirumuskan program
intervensi yang efektif dan efisien.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah,syukur pada Allah SWT yang telah memberi segala kemudahan kepada
penulis. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini, antara lain : Rektor UHAMKA, Lemlitbang UHAMKA,
Dosen-dosen UHAMKA tim penelitian Maumere, Pimpinan FIKES dan Prodi Kesmas
UHAMKA, Dosen dan mahasiswa IKIP Muhammadiyah Maumere, dan para kader
posyandu Wuring Tengah, kelurahan Wolomarang, Alok Barat, Sikka.
REFERENSI
Deni & Dwiriani MC. 2009.Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik,Konsumsi Snack dan
Pangan Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di Bogor yang berstatus Gizi
Normal dan Gemuk. Jurnal gizi dan pangan, 4 (2), 92-97
Departemen Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015 www.depkes.go.id [20
Desember 2012]
Ernawati, F., Rosmalina, Y., Permanasari, Y. (2013). Pengaruh asupan protein ibu hamil
dan panjang badan bayi lahir terhadap kejadian stunting pada anak usia 12
bulan di Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 36(1), 1-11.
Diakses dari: http://ejournal.litbang.depkes.
go.id/index.php/pgm/article/view/3388.
Rahayu, A., Khairiyati, L. (2014). Risiko pendidikan ibu terhadap kejadian stunting pada
anak 6-23 bulan. Penel Gizi Makan, 37(2), 129-136. Diakses dari:
http://ejournal.litbang.depkes. go.id/index.php/pgm/article/view/4016/3833
Referensi dan citasi ditulis mengikuti APA 6th Edition (American Psychological
Association) (http://owl.english.purdue.edu/owl/resource/560/02/).
Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia.
Tiwari, R., Ausman, L.M., dan Agho, K.E. (2014). Determinant of stunting and severe
stunting among under fi ves: Evidence from The 2011 Nepal Demographic and
Health Survey. BMC Pediatric, 14(239), 1-15. DOI: 10.1186
WHO. (2010). Interpretation guide Nutrition Landscape Information System (NLIS)
country profi le indicators. Geneva: WHO Press.
NIDN :0309087101
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pelaporan kinerja penelitian dosen Universitas
Muhammadiyah Prof DR HAMKA.
NIDN :0313077403
2 2016 Analisis Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan KArang Tengah Cianjur Jawa
Ibu Barat
dengan Pemberian Asi Eksklusif di 7 Desa di
Kecamatan Karang Tengah, Cianjur, Jawa Barat,
2015
Anggaran: Rp. 0,-
Sumber Dana:
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pelaporan kinerja penelitian dosen
Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA.
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul Kejadian
Stunting, Wasting Dan Underweight Pada Balita Di Posyandu Wuring Tengah
Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timuryang diusulkan dalam skim Penelitian Pengembangan Iptek (PPI)) tahun anggaran
2018 - 2019 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/ sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas Universitas.