PENCERNAANN
PENYT,RAPAN &
DETOKSIKASI
zN Gtzt
..
dr. Fadil Oenzil, Dipl.,App. Nutr. PhD.
r'
i.
FAKULTAS KEDoKTERAN r, i.. ,r '
;
HI S
PRAKATA
Tujuan buku ini adalah sebagai bahan bacaan dalam bidang Gastroentero-
logi, terutama Biokimia, Gizi, dan Fisiologi. Di samping itu, sebagai bahan
bacaan tambahan pada Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Penyakit Dalam,
yang berkaitan den gan Gastroenterologi.
Sasaran terutama mahasiswa Fakultas Kedokteran atau bidang ilnlu ter-
kait seperti Akademi Gizi, dan Perguruan Tinggi dalam bidang Kesehatan
atau pun Keperawatan.
Buku ini terdiri dari 5 bab, masing-masing dimulai dengan sasaran
belajar pada bab tersebut.
Penulis buku ini adalah alumni Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang 1978, selanjutnya pada tahun 1980 sampai 1981 meng-
ikuti program Diploma in Applied Nutrition di SEAMEO TROPMED
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sejak 1984 sampai dengan
awal tahun 1990, mengikuti program Pasca Sarjana 53 di Universitas
Deakin, Victoria, Australia dalam bidang Biochentical Nutrition.
Penulis pernah rnengikuti pelatihan dan penctilian di Universitas
Monash, Australia (1990), Universitas Harvard, A. S. (1992), dan Univer-
sitas Kedokteran Aichi, Jepang 1992.
Sejak tahun 1976 sampai saat sekarang penulis adalah dosen di l:rrkul-
tas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Padang,
Penulis.
PRAKATA:,,,i
Bab I PENCERNAAN:Z^NI SIZIDALAM MAKANAN 1
Bab 3 HOR\,IONS'ALURANPENCERNIAI 44
INDEKS , ,.
73
Bab 1
Pendahuluan
Pada bab ini, mula-mula akan dibahas jenis-jenis zat gizi yang terdapat di
dalam makanan sehari-hari. Selanjutnya dibahas mengenai liur mulut ten-
tang komposisinya, faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi serta fungsi
liur mulut dalam pencernaan zat gizi. Mulut sebagai tempat pertama pen-
cernaan bahan makanan, selanjutnya setelah melalui esofagus, makanan
akan memasuki lambung.
Dalam bab ini dijelaskan juga mengenai komposisi getah lambung,
cara pembentukan asam lambung (HCl), faktor-faktor yang mempengaruhi
sekresi getah lambung, fungsi getah lambung, dan enzimnya. Juga dijelas-
kan mengenai kelainan-kelainan sekresi HCI lambung, dan getah lambung.
Tentang pankreas, dan empedu dijelaskan mengenai komposisinya,
faktor-faktor yang mengaktifkan enzim pankreas dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sekresi empedu. Dibahas juga mengenai fungsi getah pan-
kreas, dan fungsi empedu.
Usus adalah bagian terpanjang saluran pencernaan, dan juga sebagai
tempat penyerapan. Pada bab ini dijelaskan mengenai komposisi getah
usus, serta fungsinya.
Akhirnya jelaslah hasil akhir pencernaan zat gizi yang berasal dari karbo-
hidrat, lemak, protein, maupun nukleoprotein kemudian diserap oleh usus.
Makanil.berserct
Air
Eirergi
r Energl.:tcrUg (kJ/g)
!
3
a-
Pencemaan Zal Gizi Dalam Makanan
Stingter esotagus
bawah .-
Bulbusduodenum
Duodenum
,
,, Antrum
t
t
t
t
Stingter
pilorus Mukosa kelenjar
pilorus
Pepsin
Berfungsi untuk koagulasi susu, penting pada proses pencernaan pada bayi
karena mencegah lewatnya susu secara cepat melalui lambung. Dengan
adanya kalsium, maka rennin akan merubah kasein susu menjadi paraka-
sein secara irueversible. Selanjutnya parakasein akan dipecah oleh pepsin.
Rennin tidak ditemukan pada orang dewasa.
Lipase
Cairan lambung
Sel oksintik
(lumen)
coz + Hto )
karbonik anhidrase
Gambar 1.2. Sumber H+ adalah hasil pemecahan HzCOr oleh karbonik anhidrase.
HzCOt ini dibentuk dari HzO dhn COz. Sekresi tf ke dalam lumen merupakan
proses aktif melalui membran dengan bantuan K?AT" ase. HCOr- mengalir dari
dalam sel oksintik ke plasma sebagai pengganti ion Cl- yang memasuki sel dari
plasma akibat sekresi H+ ke dalam lumen. Sekresi H+ ke dalam lumen diganti oleh
K+ ke dalam sel.
llmu Gizi:'Penemaan;. Fenydiapdn &..Delol6iliad Zat Gizi
a. Fase Sefaliki'
Rangsangah darl'daldnirtitak, termi3rik'di sini: bau, rasa; iirobes mb.
ngunyah, dan menelan makanan akan menimbulkan impuls melalui
!n:g\yqf,vagus ke lambu-ng. Pada bagian korpus lambung, impuls ini
dlDrEaabrtr{
d{bo*ii.
{/rt?."F.f
\ gcrd alf,o
vlgua
nf,L[-.r J'
il
, I ::: I j1.,r
'rl l.rit ,! :t1,,::.,,,.i
Gambar 13. Faktor utama yang mengendalikan sekresi getah lamb\lgg.:,i , ,
Pencernaan Zal Gizi Dalam Makanan
b. Fase Gaster:
Makanan di dalam lambung merangsang sekresi lambung melalui 3
cara:
o Peregangan lambung merangsang sekresi getah lambung mela-
lui nervus vagus.
O Peregangan lambung juga merangsang sekresi getah lambung
secara refleks lokal. Pada manusia sangat sedikit menghasilkan
gastnn.
o Peptida dan asam amino sebagai hasil pencernaan protein bila
berkontak dengan mukosa pilorus, akan merangsang pembebas-
an gastrin (Gambar 1.4.). Gastrin dibebaskan ke dalam darah,
dan lumen lambung. Pembebasan gastrin ini dihambat bila isi
antrum bersifat asam.
c. Fase Intestinalis:
Khime pada bagian proksimal usus halus merangsang secara lambat
sekresi asam lambung. Sebagai mediator, gastrin yang dihasilkan
oleh mukosa duodenum, dan proksimal jejunum (Gambar 1.5.).
Obat-obat yang merangsang sekresi lambung:
D Obat-obat gastrtn-Uke
o Obat-obatkholinergik.
Bila diberikan secara suntikan akan merangsang sekresi HCl,
pepsinogen, dan mukus.
o Obat-obathistaminergik.
Bila diberikan secara suntikan akan sangat merangsang sekresi
HCl, dan sedikit sekresi pepsinogen. Sel oksintik mukosa lam-
bung mengandung cadangan histamin. Bila mukosa lambung
rusak, maka histamin akan dibebaskan, dan selilnjutnya merang-
sang sekresi asam.
.ii ,; i: I ,1;r. , i l, t
',,1i
JUMLAH SEKRESI
ASAM/IOO KALC|RI
DAGING SAPI YANGIi.tJ
QIMAI{AN =,10Q ,, ..r
,t : ^
4 9 ilA,ij; 16.i,m A
PROTEIN, gram/l00kalod tr; ,i,".;
disekfesi a-
rrt6kdran
m
t€fhiiddp
pi
kemudian dihubungkan dengan kaq$ngA4:pr-gpUr -{4gi;g;sapirtorsebu[ Jurnlfih
asam yang disekresikan akibat pemberian makanan-(100 kalori) dihubungkan de-
ngan kandungan protein makAnan tersebut. (Sumbed: Ddvenp<tit 1984).
,'lt),] 1"';"' : fl: I
50
40
KEASAMAN 30
mN
20
to
o
PH
MAKANAN
12 SIANG
Gambar 1.5. Keasaman isi lambung manusia yang dinyatakan dalam milinormal
dan dalam pH. Pada jam 12 siang, hanya sedikit cairan asam di dalam lai,nbung.
Sesudah makan siang dengan ikan, kentang, wortel, buah-buahan,custard, dan teh,
keasaman lambung masih sangat rendah. Keasaman secara pelan meningkat karena
asam disekresikan sebagai respons terhadap makanan dan pengosongan lambung.
Keasaman menurun sekali lagi pada saat roti, dan butter dimakan, ketika minum
teh sore hari. (Sumber: Davenport, H.W. 1984).
t"t:*g:l.pl_CJ.sekresi.dengan:
""" _F
* tii"
"
ui5'fti?t'' sdierti' ciiiittdinc,*VitniiiditiQ ; ;&an famotidine.
Reseptor H2 ntik.
* "Muskarinik
i
* Penghambat )i*"i":
o raeningkatkirn mekanisme
i'll
r$m' ".',,,
,iprostaglandin seperti ana-
ogPGB 2:(enprostil).
* Obat sitoproteksi dan proteksi lokal: sucralfate dan bismuth
a. ini tebal-
ukus dan
dan pep-
tensial
luka.
listrik
membran mukosa. Pada mukosa lambung normal akan terjadi per-
gantian sel epitel petiap 2-3 hari.
A^lirar darah mukosc (mikrq$irkulasd! Fenurqnan pedusi,,.dar,ah
fnemogan g poranan. pentin g dalam, patofrsiologi ulkue akihat utress
pada syok, sepsi's;rdan'lain.'lain,'Pada oFang tua dongan ulkus lam-
bung betsaniaan dengin arteriosklerosis dan:arofi ntuhbga akan
d. rrru jdan
duodenum berfungsi sebagai sit
Pencernaan Zal Gizi Dalam Makanan 13
PEPSINOGEN + PEPSIN
PROTEIN
PLASMA
PERDARAHAN
INTERSTISIAL
HISTAMIN
Gambar 1.6. Patofisiologi akibat terjadinya difusi balik asam melalui barrier mu-
kosa lambung yang rusak.
Jurnlah anion dalam cairan pankreas sama derigan kaiion. Pada saat
sekresi pankreas .rneningkat dan bertambahnya bikarbonat keluar dari
pankrrcas, maka khlorida menurun. Fgngsi cairan ini untuk menetralkan
asam lambung yan! memasuki duodenum. Perangsang utama sekresi caii-
an pankreas ini adalah hormon sekretin dan CCK-IZ. Hasil pencernaan
lemak, dan protein di dalam duodenum juga merangsang sekresi pankreas
melalui refleks kholinergik dgngan cabang,,nervus vagus. Asam di dalam
duodenum merangsang sekresi sek etin dari mukosa duodenum. Sedang-
kan hasil pencernaan lemak, dan protein berkontak dengan mukosa due-
denum yang terjadi bersamaan dengan asam lambung memaguki duode-
num. Akibatnya kedua hormon sekretin, dan CCK-PZ dibebaskan pada
waktu yang samq dan bekerja bersama-sama merarigsang'sekresi cairan
pankreas.
,,
Enzim-enzim Pankreas . ,, i
'Proteolitik
a. enzim: tripsirj, hhimonipsin, dan elastase, suatu endo-
' 'peptidase; yang akan memecah pfotein, dan polipeptida rrenjadi
-_l
cr
/L
112
108
o
il
Rr-C o-c -H
I
H2C-O
Gambar 1.8. Tempat aktihtas hidrolisis oleh fosfolipase pada substrat fosfolipid.
(Sumber: Mayes P. A., 1988).
1.4.2. Empedu
Faso ber.lt
Fafd boraft
'Fs6
66r}dbl
ateu mlrry.k
Fme b€talr
LEMAKBII-AYER
B
L POSOM
E
I
,I ,;n,
I'
c. Lesitin.
d. Kolesterol, bersama-sama lesitin dan asam empedu':'qehf,gAi hahah
utama misel. Kemungkinan dalam bentuk mikrokristal dalam em-
pedu hati.
e. ?igryen pr.rlpqdu: bilifDbiqlerFoqyugasi dengqp qsam,gluf,uronat.
f. Protein :i . , , ;,,,rr rr
g. Senyawa hasil metabolisme dan disgktesikarr olgh'bali, g-eperti obat
yang.didetoksifikasi.
Pencemaan Zal Gizi Dalam
Makanan 19
Triasitgltsorot
tt
rAsil
Kilonik@
r-?ffi-f
l@usl
Asi I
:l 6rH; -os
B. Fungsi empedu:
a. Emulsifikasi: garam empedu mempunyai
kesanggupan menurunkan
tegangan permukaan, Kesaaggupan
iyu' aupu, mengemulsikan le-
mak di dalam usus aun ."tui_,itti*'u,rL
yang tidak ,*u, ,".ur., arau penyabunan
eganyu dalam usus merupakan
*ll1_ui,untuk p"n""rnuun
tambahan yang penting "mpeOu
dan penyerapan vitamir ya,,, tan penyerapan lemak,
rlr"il'"ilio t"rn"t, seperti A, D, E,
26 llmu Gizi: peircernaan;,penycrapah & Detoftsil(asi zat cnzi
-{p
H rtT-cHa-c-a GLISIN pKoi37
HoR
r{-ors-cH2-sqo- rluRtT dr.?r.S
t'
ASAM KOI-AI (Asam Empedu.prim€r)
't
tidak ada OH pada atom C 1
tidak ada OH pada atom C 7
tidak ada OH pada atom C 7
n
,
glisin
stanta
mber:
.;
c. Ekskresi
asam'empedu, dan
racun, pigmen em-
baga, seng, dan air
Pencernaan Zal Gizi Dalam Makanan
t*
\v
zo
40'%
/a
"t
60 -g.,
100
r00 80 60 40 20 0
\<-Garam empedu (dalam %) -----------{
Gambar 1.12. Gambaran mengenai tiga komponen utama empedu (garam empedu,
fosfatidil kolin, dan kolesterol) pada koordinat segi tiga. Tiap komponen dinyata-
kan dalam persentase "mol" garam empedu total, fosfatidil kolin, dan kolesterol.
Garis ABC merupakan kelaruten maksimum kolesterol pada beberapa macam
garam empedu dan fosfatidil kolin. Titik P melukiskan komposisi normal empedu
yang mengandung 5 Vo kolesterol, l5 7o fosfatidil kolin, dan 80 Vo garam empedu,
komposisi ini terletak pada daerah fase tunggal cairan misel. Bila komposisi em-
pedu di atas garis ABC, menggambarkan bahwa kolesterol dalam bentuk sangat
jenuh atau presipitasi. (Sumber: Mayes, P.A., 1988).
C. Sirkulasi Enierohbpatik
Walaupun hasil pencernaan lemak termasuk kolesterol diserap pada
lfi) cm proksimal usus halus, asarn. ompedu primer dan sekunder di-
serap harnpir'semuanya pad.4 ileu{; kernudian kefnbdli ke hati melalui
sirkulasi p6rtal lebih kurang 98-99'Vo dari asam empedu yang disekre-
sikan ke dalarn usi.rs. tlal ini dlsebbt sirkulasi enterohepatik (Gambar
r.13.).
Sebagiap kecil gar4rr-r,gqrpedq (lebih ku4a.ng 500 mdharj) f,qluq,ppep-
,: lui feses. Walaupun jurnlah ini,sangat kecil, namun,m-ergpakan jalan
untuk pembuangan, koleskirol. Fada sirkulasi enterohepatik garam em-
'r pedu tftip hari,(ebih kurang 3 - 5 g) dapat mengalir 6 - l0 kali, dan
sejumlah kecil kbtuar melalui feses.
a
Pencernaan Zal Gizi Dalam Makanan 23
Penyerapan aKif
Na+, Cl-, dan HCG-.
peny€rapan pasit
H20
-
Penyerafan pasif asam
empedu dekonjugasi,
dan asam empedu
koniugat lak leflbnisasi
Metodc
Pengaktifan, dan
SumbcrSehruidon KondisiOptimum Hasil Akhir atau
RangsengSekrcsi Emim Pengaktifan Subetmt Fungsi
Kclcqiar liu: Mensekrqsi Amilase lon khlorida penting. Pati, Malaose lambah
saliva sebagai respons re- liur pH 6,6-6,8 Glikogen l:6 glukosida
fleks terhadap adanya (oligosakarida)
mkmm dalam rcngga tambah maltotriosa
mulul
Kelenjar lingualis Lipase Rentang pH:2,0-7,5 Ikatan ester Asam lemak
lingualis optimum:4,G4,5 prirer ranlai lambah 1,2-
pendek pada diasilglisercl
.rz-J
Pendahuluan
Pada Bab ini dijelaskan cara dan kecepatan penyerapan hasil pencernaan
karbohidrat, lemak, protein, dan nukleoprotein makanan. Selanjutnya di-
jelaskan cuua penyerapan vitamin, baik vitamin yang larut dalam lemak,
maupun vitamin yang larut dalam air. Terakhir, penjelasan mengenai cara
penyerapan beberapa air, elektrolit, dan mineral.
, l"' r
|.-----r
''l' p.'':1ir.'Pu*t9,f:;l',t ;1 ;';
fl
otor | *nr, ,ru#"or*u
"Eqh;ql,*l^*,.
rl
s&et iffi,F",,b' er&*"@s''
7,.,i,J.,.Tn
? "
! :t .I
-,,,,F.,
' :ir',
t
'r---GLUI{oSAi
1
-i I I
i MALrosA
_____J
! I
unlrornrcise
!L _:-_:3*_ I
- ____J
iTAN c-i,4
Gnmbar 2.1. Susunan pati (siarch).pembatran ofefr aniifasb lanrc"i t"r:iii p"au
Fruktosa
-r'
\
Nil
r.darNa* Rendah
Dipertahankan oleh
Pengeluaran Na*
Gambar 2.2. Skema yang menggambarkan penyerapan glukosa oleh sel epitel usus
bersamaan dengan pengangkutan Na+, dan terjadinya selisih elektrokimia Na+.
(Sumber: Davenport, H. W., 1984).
Fruktosa dan gula lain yang diserap secara tidak aktif tidak mem-
pengaruhi penyerapan aktif glukosa, dan galaktosa tersebut. Penyerapan
aktif glukosa dihambat oleh 2,4-dinitrofenol, florizin, dan glikosida oubain
jantung. Florizin bekerja sebagai penghambat kompetitif pada glucose-
spesific sire pengemban dalam brush border. Oubainkemungkinan mem-
pengaruhi penyerapan glukosa dengan menghambat pada aktifitas Na*, K+
pada ATP-ase sehingga akibatnya memblok pengangkutan Na yang ber-
hubungan dengan glukosa.
Lemak yang..sudah
lemak bebas" {p2 mo
lurnen'usus, kedudian
I rrr i
Trigliserida,Rantaifiedang ,. , , -i,;
,., ,,
i. j ia .
Emulsttikasi
Penyerapan asam
lemak bebas, dan
2-monogliserida
Pembuluh limf€
ltl-
Gllserct, asam
t
^ro"*Vr^,"n
R€sintesis
triglis€rda,
dan fosfotlpid
Lesitin
plasma. Jumlatr protein lain yang diserap tidak bemrti, tetapi reaksi alergi
dalam menyerap protein merupakan dasar tentadg kepekaan terhddap'
makanan.
Fetus mammalia termasuk manusia tidak dapat mensintesis antibodinya
sendiri, tetapi imunitas pasif pada waktu lahir berasal dari antibcidillbu
plasenta. n dicerna
sebagai Ad4 tiga
I ..
bahwa antara l0O dan 250 gram sel mukosa tertumpah ke dalam
lumen setiap hari. Jumlah ini sama dengan l0 gram atau lebih pro-
tein yang harus dicerna, dan diserap.
c. Pada keadaan normal, sejumlah kecil protein plasma tertumpah ke
dalam saluran pencernaan setiap hari. Jumlah albumin yang hilang
melalui jalan ini lebih kurang I - 4 g setiap hari. Protein plasma
akan dicerna bersamaan dengan protein lain, hasil pencernaan asam
amino kembali ke hati untuk digunakan sebagai resintesa protein
plasma. Pada kehilangan protein yang berat dengan kesanggupan
sintesis oleh hati tidak sanggup dalam mempertahankan kadar pro-
tein plasma yang normal, sehingga akibatnya kadar albumin plasma
sangat menurun.
Pepsinogen dirubah menjadi bentuk aktif pepsin oleh asam dan pepsin
itu sendiri. Karena isi lambung menjadi asam hanya sesusdah pencernaan
mulai berjalan.
Enzim proteolitik disekresikan oleh cairan pankreas dalam bentuk
prekursor tak aktif. Enzim tersebut diaktifkan di dalam lumen oleh entero-
kinase, dan tripsin. Tripsin hanya menghidrolisis ikatan peptida pada fraksi
karbonilnya yaitu lisin atau arginin. Sehingga sebagai hasil pencernaan
tripsin berupa polipeptida dengan bermacam-macam panjangnya. Kimo-
tripsin bersifat kurang spesifik.
Aminopeptidase dan karboksipeptidase membebaskan asam amino da-
ri ujung rantai polipeptida. Enzim pankreas tidak menghidrolisis dipeptida.
Dalam 15 menit sesudah protein dikosongkan dari lambung sebanyak
30 - 50 Vo dipecah menjadi peptida kecil, dan asam amino. Walaupun hi-
drolisis di dalam lumen terjadi cepat, tetapi pencernaan sempurna 50 g
protein terjadi sampai 4 - 6 jam di sepanjang usus halus.
Hidrolisa protein sempurna tidak perlu untuk penyerapannya, karena
polipeptida kecil seperti asam amino tunggal diserap oleh sel pada pun-
cak villi usus. Polipeptida mengandung dua atau tiga asam amino diserap
lebih cepat dari asam amino bebasnya. Penyerapan dipeptida dan tripep-
tida tidak membutuhkan Na+. Beberapa polipeptida dihidrolisis menjadi
asam amino oleh peptidase pada brush border dan selanjutnya asam amino
bebas ditranspor ke dalam sel. Polipeptida yang lain memasuki sel dalam
keadaan utuh, dan kemudian dihidrolisis oleh peptidase di dalam sitosol.
Asam amino bebas diserap paling sedikit dengan tiga sistem pengang-
kutan aktif:
a. Asam amino netral diserap oleh suatu sistem pengangkutan, akibar
nya asam amino tersebut bersaing satu sama lain.
34 lhu Gizi: Pencemaan, Penyerapan & Detoksikasi Zal Gizl
b. Asam amino basa dibawa oleh sistem kedua dengan kecepatan lebih
lambat.
c. Sistem pengangkutan ketiga untuk prolin, dan hidroksiprolin.
Nukteoprotein Makanan
NUKIEASEPANKFEAS, HIDFOLISISDAI.AMLUMEN
DAN MUKOSA IIIITESTINUM PON-IN DA
I PENYERAPAN MELALUI
1ANTIN, ASAM URAT
DIFUSI ATAU TBANSPOR
ot
Gambar 24. Pencemaan dan penyerapan nukleoprotein. (Sumber Davenport' H. W. 1982). C'I
36 llmu Glzi: Percsmaan; Perryerapan & Detoksikasi Zaf Gizl
Berat molekul (MW = molecular weight) vitamin yang larut dalam air
berkisar antara yang 122 (nikotinamida), dan 1355 (sianokobalamin).
Molekul terkecil dapat diserap secara difusi pasif melalui pori berisi air
pada membran mukosa. Asam askorbat (vitamin C) diserap seperti heksosa
dengan proses yang membutuhkan Na+. Vitamin dengan berat molekul
antara, diserap secara sistem pengangkutan aktif. Penyerapan tiamin dan
tiamin pirofosfat akan jenuh pada kadar vitamin 1,5 pM, bila kadar lebih
tinggi lagi, maka penyerapan terjadi secara difusi. Walaupun tiamin dan
tiamin pirofosfat diserap ke dalam sel epitel, tetapi hanya tiamin bebas
dialirkan ke dalam darah.
Asam folat biasanya berkonyugasi dengan asam glutamat sehingga
sebelurn diserap secara aktif dihidrolisa lebih dahulu menjadi monogluca-
mil folat. Vitamin Brz (sianokobalamin) mempunyai berat molekul 1355,
sedangkan konyugasi vitamin B12, berat molekulnya menjadi lebih besar.
Akibatnya vitamin Btz terlampau besar untuk diserap secara difusi. Mu-
kosa lambung mensekresikan suatu mukoprotein yaitu faktor intrinsik yang
akan bergabung dengan sianokobalamin pada bagian pangkal usus halus.
Pada saat perjalanan kompleks sianokobalamin, dan faktor intrinsik
menuju ileum terminalis, akan diserang oleh bakteri atau parasit usus.
Kompleks sianokobalamin, dan faktor intrinsik ini melekat pad'a reseptor
spesifik sel epitel ileum terminal, dan selanjutnya diserap secara pinosito-
sis kemudian terus ke darah dengan pembawa.
Vitamin Brz dibutuhkan dalam mikrogram untuk pematangan eritrosit.
Pada orang dengan atrofi mukosa lambung tidak dapat mensekresikan fak-
tor intrinsik sehingga penyerapan vitamin Btz tidak terjadi dan dapat
menimbulkan anemia pernisiosa.
Penyerapan faktor intrinsik dengan sianokobalamin hanya terjadi di
dalam ileum terminalis. Pada penderita yang telah mengalarni pengangkat-
an ileum terminalis, maka anemia pernisiosa berkembang sesudah 4 tahun
operasi, pada saat tersebut, cadangan vitamin Btz di dalam hati sudah
habis. Beberapa vitamin seperti tiamin, dan vitamin K disintesa oleh mi-
kroflora, yang hidup di dalam saluran pencernaan.
Jalur
palasduldr
Nact I nro
itermukaan Lurnen
Ir I+
Tekanan Osmotk
Tinggl
Ruang
lntot5€lular I
Pelallhan
Perm€aliilltas Osmo0k
Rendah
untuk NaCl
I
Sodlklt
Hlponodk
Mombran
Basalls' -r
lGpllei
Gambar 2.5. Mekanisme pengangfuan Na dan cairan melalui lapisan sel gdtel
pada mukosa uzus halus. Pada sel epitcl usus, pompa Na,dan Cl tidak berhubung-
an. Perbedaan tekanan osmotik antara; menlbryn lateral set da111 menyebabkan
pengaliran air, (Sumbw Davenport, H. W., 1984).
Cara Penyerapan Bahan Makanan 39
Heo Hasil
{ Bersih (netto)
Gambar 2.6. Penyerapan air dan Na oleh usus halus dengan pengaliran dua arah.
(Sumber: Davenport, H. W., 1984),
40 llmu Gizi: Perrcomaan, Penyerapan & Detoksikasl 7A' GA
MVpryeslum (Mg)
Bila inagrresiun terdapat dalam makan pagi, maka penyerapan mulai se'
sudah l jaln terus selama 8 - 12 jam,lalu berhenti. Penyerapan terjadi'di
sepanjang usus halus, cara penyerap&n s€cara aktif. Pada pendirrita kega-
galan ginjal menahun, maka penyerapan:Mg ini saligat berkurarg.
Fosfat
Fosfat juga diserap di sepanjang usus halus, cam p€nyerapan,fosfat ini
aktifdan pasif.
dalam plasma diatur oleh kebutuhan tubuh. Bila tubuh membutuhkan ting-
gi besi seperti pada kehamilan atau setelah perdarahan, maka banyak besi
di dalam sel mukosa pindah ke plasma. Di dalam plasma besi ini akan di-
bawa oleh.transferin globulin. Sedangkan bila kebutuhan kurang, maka
sejumlalr kecil besi yang pindah dari sel mukosa ke dalam plasma, selan-
jutnya besi dalam plasma tersebut keluar bersama tinja. Proses penyerapan
besi disimpulkan pada Gambar 2.7.
Kira-kira 4O Vo tembaga (Cu) berasal dari makanan akan diserap di da-
lam lambung dan duodenum. Tembaga disekresikan melalui empedu dan
kemudian keluar melalui tinja. Jadi jumlah Cu pada orang sehat diatur
melalui sekresi empedu yang sama dengan penyerapannya.
Gambar 2.7. Penyerapan dan'ekskresi besi di dalam usus halus. (Sumber: Daven-
port, H.W., 1982).
Bab'0
HORMON SALURAN PENCERNAAN
Pendahuluan
Pada Bab ini dijelaskan macan-macam h6rmon yang mempengaruhi kerja
saluran pencernaan.
Kegunaan honnon saluran pencernaan ini meliputi:
3.1. Orientasi
Pengetahuan endokrinologi dimulai dengan ditemukannya hormon saluran
cerna. Pada tahun l9(2, Bayliss, dan Starling menduga batrwa sekretin di-
lepas dari bagian mukosa proksimal usus akibat admya rangsangan. Bay-
liss, dan Starling adalah oiang-orang pertama yang menggunakan istilatt
hormon, dan seloetin adalah hormon pertama yang diketalui fungsinya"
Ada tiea macarn tromron saluran termasuk di
silu (CCL-Uqtau CKK), dart se-
treq!. Fungsi utama ketiga hornon ini dijelaskan pada Tabel 3.1.
Khime di dalam duodenum yang nrengandung hasil pencernaan lemak
dan protein akan menyebabkan korttralcsi kantong empedu melalui media-
tor hornon cMcrynktnk. Sedangkan sekresi enzim pankroas akibat ada-
nya hasil pencernaan protein di dalam duodenum melalui mediator hor-
mon pancreozymin-CCK ini dilepas ke dalam sirkulasi dari sel mukosa
duodenum dan jejunum.
Hormon Saluran Pencemaan ,45
Tabcl 3.1. Pengaruh Gastrin, CCK, dan Sekretin pada Saluran Pencernaan'
GASTRIN
Meningkatkan tekanan istirahat pada sfingter esofagus inferior
PENTING: Merangsang sekresi asam oleh sel oksintik yang selanjutnya me-
rangsang sekresi pepsinogen oleh sel chiefmelalui refleks lokal
PENTING: Meningkatkan motilitas antrum gaster
Sedikit merangsang sekresi enzim dan bikarbonat oleh pankreas,
kontraksi kandung empedu
PENTING: Mempunyai efek trofik pada mukosa gaster
KOLESISTOKININ
Sedikit merangsang sekresi asam lambung
PENTING: Secara kompetitif menghambat sekresi asam yang dirangsang
oleh gastrin
PENTING: Kuat merangsang sekresi enzim oleh pankreas
Sedikit merangsang sekresi bikarbonat oleh pankreas, walaupun
demikian
PENTING: Kuat meningkatkan efek sekretin dalam merangsang sekresi
bikarbonat oleh pankreas
PENTING: Kuat merangsang kontraksi kandung empedu
Merangsang sekresi dan motilitas duodenum
Memperlambat pengosongan lambun g
PENTING: Mempunyai kerja trofik pada pankreas
SEKRETIN
Merangsang sekresi pepsinogen
PENTING: Merangsang sekresi bikarbonat oleh pankreas, dan hati; sinergis-
tik dengan CCK
PENTING: Menghambat sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin
PENTING: Menghambat motilitas gaster dan duodenum
Menghambat sfi ngter esofagus inferior
Mempunyai efek metabolik mirip dengan glukagon
*
Sumber: Davenport, H. W., 1987.
a antrum akan
n). Sedargkan
glukosa dan lemak mempunyai sedikit tema\..
Peningkatan,im kalsium plasma,akan melepaskan gastrin. Bila me-
minum suiu, maka susu nrerangsang sekresi asam,lambung. Dengan
demikian susu tidak dapat dlminum pada pasien dengan gastric
ulcer. Begitujuga kopi,dapat rner'angsang sekresi asam lambung.
Alkohol sebagai perangsang cekresi gastrin. Peregangan lambung
juga perangsang sekresi 'asarn,larnbung melalui refleks lokal, dan
vagal.
sel saraf, maka hormon peptida saluran pencernaan (seperti gastrin dan
YIP lVaso Intestinal Peptidel) dapat dijumpai juga dalam otak.
Beberapa peptida sudah diisolasikan dari jaringan saluran pencernaan
dan strukturnya sebagian sudah jelas, maka secara umum disebfi candi-
date ho rmo ne. Tabel 3.2. rnerupakan beberapa candidate hormone saluran
pencernaanyang sudah diketahui asal dan fungsinya.
Pendahuluan '
'r a. Laktosa bukan merupakan substrat yang baik untuk bakteri, se-
hingga menurunnya risiko infeksi di dalam susu,'dan kelenjar susu.
b. Adanya kerja bifidogenik oleh laaobacillus bifidus.
c. Merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.
Kelainan Pencemaan, dan Penyerapan 49
Aktifitas Laktase
Aktifitas p-glikosidase (termasuk di sini, laktase dan sellobiose) berkem-
bang lebih lambat pada kehidupan intra-uterindibandingkan dengan di-
sakaridase. Laktase ini mencapai jumlah maksimum pada saat akhir keha-
milan normal. Pada kelahiran prematur maka perkembangan aktifitas gli-
kosidase terjadi sangat cepat, tidak bergantung dari asupan susu. Sesudah
masa bayi, aktifitas laktase menurun sedikit, tetapi tingkat aktifitas laktase
tersebut cukup untuk penggunaan normal laktosa di dalam bahan makanan
seperti susu. Aktifitas laktase sedikit rendah pada bagian awal duodenum,
dibandingkan dengan bagian distal duodenum dan selanjutnya aktif di
sepanjang usus halus. Disakaridase ditemukan padabrushborder sel epitel
mukosa usus sehingga enzim ini dapat terganggu pada kerusakan mukosa
tersebut. Aktifitas laktase dirangsang oleh adanya laktosa sebagai substrat.
)rr'
Trbel 41. hevdensi Deficiensi l:fnre pada e€b€raps Populas-i di Euhia
Aussalia(Kulithtih) ro% .
l.Bayi prematur
Z. Pasci-infetsi dan'irifestasi
-'Gastoenteritis rlrkut
- Giardiasis :r r"
- Salrnonelosi3
- Escherichiacoli
- lnfestasicacing
3. Kekurangan krlori prorcin (KIG)
4. Pasca.opctasi gastrointestinal padabayi
5. Obat-obat seperti: Neomycin, Antineoplasma
6, Gluen sewitive cnteropatlry
Kelainan Pencemaan, dan Penyerapan 51
a\ 'aa
?.i ,tt
a
:.;.\ I lro
rr..i lf
[eldca a
i.,
-t
ll
i':
. tl Bal<bd
.ti' (flora normal
set€mpat)
t?
t
.1 t
l.a
t.-
ttt
Asah organik '.
I
+
Air Peningkatan
dan , osmoladtas
elektrolit
I
iil I
al.
:t i/ + I
1l
ft leses
Volume
rn€nlngkal
Motllbs kolon
nienlngkat !rl
ir
:J.i t:r
i;(
.'.!.J
i'.'l
?l./
Diare air
ta
,!
.t?'
(lelbsa ++, pH < 6) ('ii
lt
..:',
l.
rt at
'.li
:i.:
Grnbrr 41. Prtofisiologi dare atut pa{a malabsorpci laktosa di usus halus.
Kelainan Pencemaan, dan Penyerapan 63
bas gluten untuk seumur hidup. Ada biberapa teori mengenai patogenesis
kerusakan mukosa akibat gluten ini. Teorinya antara lain karena:adanya
defisiensi enzim yang menyebabkan hasil delradasi gluten,yang toksik
berkumpul, dan merusak sel epitel. Teori kedua mengenai adanya reseptor
pada permukaan'yAng mengikat gluten pada sel permukaan selungga dapat
mematikan sgl, Teopi ketiga melyat4lan tentang fakpor imunitas, karena
antibodi antigluten dibuat di dalam 4uk-osa. Studi ggnetik memperlihatkah
bahwa a{a pola dalam suatu keluarga geqgpn.penyakit ini.,
Nama lain penyakit ini: idiopathic $teatorrhea, celiac djseas,e. nontropi-
cal sprue. Secara mode,rn penyakit ini lebih spesifik diberi nama gluten-
s e ns itive e nte ro p athy. Gl uten-sensitive enteropathy secara titinit t**pn-
INTOLEMNSI LAKTOSA
At
egaga an
Pada morfologi usus halus ditemukan banyak infiltrasi sel plasma, dan lim-
fosit di dalam lamina propria, di samping meningkatnya limfosit intra-epi-
tel, yang merupakan gambaran adanya peranan sistem imunitas. Penderita
penyakit yang sedang aktif, akan mengalami peninggian imunoglobulin A
serum, dan berkurangnya imunoglobulin M. Keadaan abnormal ini akan
mereda pada pemberian diet bebas gluten. Kortikosteroid dapat memper-
baiki akibat toksik gluten itu.
Studigenetik
Insidensi gluten-sensitive enteropathy terjadi dalam keluarga tertentu.
Hipotisis mengenai patogenesis gluten-sensitive enteropathy dijelaskan
berikut ini. Protein permukaan pada sel penderita ini mempunyai dua
macam gen, yaitu histocompatibility antigen gene, dan B-cell gluten sensi-
tive enteropathy associated gene. Kemungkinan timbulnya kedua gen ini
pada seseorang adalah hasil pembentukan kompleks reseptor pada sel
epitel tempat gluten dapat terikat. Sebagai akibat dari ikatan ini, gluten
menjadi imunogenik sehingga menghasilkan antibodi antigluten, limfosit,
dan limfokin. Semua produk imunitas ini akan kembali ke sel epitel dan
dapat menimbulkan kerusakan sel. Penting dicatat bahwa sel epitel pada
penderita gluten-sensitive enteropathy ini menjadi sasaran spesifik untuk
lisis imunitas oleh bermacam-macam sistem efektor tersebut.
Bab 5
Pendahuluan
Dalam Bab ini dijelaskan peragian'ktubohidrat di dalam usus dengan ter-
ttntuknya asarh.leinak rantai pehdek. Selanjutnya tentang peranan asailr
leArak rantai pendek juga dijelaskan. Pada Bab ini dijelaskan juga teirtang
pembusukan di dalam kolon. Komposisi'tinja pada keadaan fisiologlk, dan
patologik (diare). Keadaan konslipasi dijelaskan'secara rnendalam di iam-
ping perrjelasan tenlang auto.intoksikasi. Bab ini'dirikhiri dengan steator-
rhea (emak di dalam tinja).
\z
MEMASUKI
USUS Pati Selulosa Hemiselulosa
BESAR
PROSES
AKHIR Asetat Hidrogen
Propionat Metana
autiratl\.- Karbondioksida
HASIL
AKHIR
Diabsorbsi oleh KeluAr ke feses Keluar melalui udara
usus halus dan pernapasan setelah
dimetabolisasikan
absorPsi
Pemberian diet tinggi protein pada pasien dengan penyakit hati lanjut
atau pasien dengan perdarahan di dalam saluran pencernaan kemungkinan
menimbulkan terjadinya intoksfuasi amonia. Dalam keadaan ini neomisin
juga dapat menolong. Aktifitas bakteri usus ini mensintesis beberapa vita-
min terutama vitamin K dan Btz, serta kemungkinan beberapa golongan
vitamin B kompleks.
5.5. Diare
Diare berarti keluarnya tinda lebih dari 500 ml/hari (pada orang Barat).
Kejadian ini disebabkan oleh kemampuan penyerapan oleh kolon yang
tidak rnencukupi, dibandingkan dengan tairan yang datangldari usus halus,
atau dapatjuga karona kurangnya kemampuan penyerapan oleh kolon.
Toksil V. cholerae menyebabkan mukosa jejunum, dan ileum mencu-
ra{tkan sejumlah besar larutan isotonis Nq K, Cl; Aan bikarbonat ke dal3m
tT?J:tl*:idari
usus juga terjadi biraisi ileum dicurahkan ke dalam
kolon denlin volume normal titipi mengandung batran yang merubah
.fungsi kolon. Sebagai contoh tinja yang sangat encer sesudah makan mag-
nesium sufat. Magnesium sulfat adalatr suatu senyawa yang bersifat aktif
osmcitik, dan penyerapanqya jelek sekali baik di kolon maupun di usus
halus.
Pada penderita dpfisiensi enzim oligosakaridase terdapat kegagalan
mencerna, dan menyerap sebagian karbohidrat sehinfga terjadi diare, yang
disebabkan oleh hasil fermentasi bersifat asam.
Karena asam,empedu diserap dengan cara aktif, dan pasif di usus halus,
dan ktrrarig'datl 5 % rnemasuki kolon. Jadi umumnya kemb'ali memasuki
siklus enterohepatik. Sinrcsis di dalam hati berusaha supaya jumlah ca.
dangan asam empedu ini selalu konstan. Jika sejamlah 2O % zsatn empodu
bercdar gagal diserap oleh usus halus, maka sintesis di dalam hati masih
sanggup mempqrtalrankSn cadangan asam empedu sekitar nilai normal.
Mikro-organisme Di Dalam Usus Besar 6it
:i
P enatal aks anaan Kon sW i
-,:
.i l.'i 1,..r. ll.i,.,:.. t(.t'" r.i':.. ,,li
{j,.,.
Makananlyang :tidak tcukup &ahan pon-absoriahle.mqfpakan pmdiBpo,,
sisi toqiadinya konstipasi idiopatik; namun eansit ineldui usus halus
biasanya normal, rwalaupun terjadi penumpukan tinj4: yan
bagian reservoir, dalam hal ini caecum, dankolon i sigrno
Mikro-organisme Di Dalam Usus Besar 67
Penumpukan Refium
Keadaan ini timbul pada usia tua, dan sering bersamaan dengan banyaknya
tinja cair di samping tinja yang keras. Akibatnya terjadi konstipasi atau
pada orang tua merupakan presipitasi untuk retensi urin. Penyakit organik
fisik lain berkaitan dengan keadaan ini, saat rektum tidak sensitif terhadap
Peregangan.
Penatalaf,sanaan terutama untuk pengosongan bahaq, tinja yang ter-
tahan itu, pemakaian osmotik purgatif, enema, dan kadang-kadang pengo-
songan secara manual dibutuhkan. Pengobatan ditujukan untuk memper-
tahankan tinja yang lunak dengan pemberian makanan tinggi serat, peng-
obatan dengan laksatif, dan stimulan purgatif.
Penumpukan Sigmoid
Keadaan ini timbul pada usia lebih muda, terutama wanita. Pada peme-
riksaan ternyata rektum kosong, tetapi pada sigmoidoskopi terlihat tinja
menumpuk dalam kolon sigmoid. Penyebabnya tidak begitu jelas. Tinja
menumpuk dalam kolon bagian kanan, dan kiri, tetapi barium enema tidak
menolong. Pada sebagian pasien, akan disertai dengan proktitis idiopatik,
sehingga pengobatan proktitis ini akan memperbaiki konstipasi. Peng-
obatan umumnya sulit, dan sering gagal dengan bulklaksatif .
Umumnya transit lambat, dan tinja keras, Pada pemberian bahan seperti
metil selulosa, dan cukup asupan cairan, maka akan dihasilkan tinja yang
lunak. Peregangan rekgrm, atau ketidakpekaan dapat diusahakan pada
pasien, supaya secara teratur setiap pagi mengadakan defekasi, dan me-
rasakan adanya sensasi peregangan rektum. Pada tingkat permulaan kontak
laksatif supositoria mungkin dapat menolong.
6E llmu, Gizi: Peftcemaan, Penyerqpan & P6toksikasi Zat Gizi
5.7. Autointoksikasi
Tinja yang tertatran dapat bersifat racun,,karena.-toksinnya diserag dar,ir
tinja yang tertahan di dalam kolon. Pada orang dengan hati nonnali rnaka
autointoksikaci tidak terjadi. Beberapi hasil-pencJrnaan di A^lrrt u*.,.
halus, dan kolon merupakan toksin. lferrhaguk,toksin ini adalah,histurilr,,
terbentuk
toksik ini
ar:,toksik
Amonia juga dihasilkan di dalam salurair. peribernaan, yang selanjutnya di-
rubah menjadi urea di dalam hati. Pada kepdaan nonnal,, aliran .darah
dalam hati dapat membersihkan amonia tenebut (Gambm 5.2.). ;Amoida
- +
Darah sistemik
Urca
Nikogen tinja
Pada keadaan normal ditemukan kurang dari 6 gram lemak di Aalam Hnja
tiap hari, jumlah legrak.di dalam tinja ini tidak,tergantun! pada .;"1 diel
., 11
Tabel 5.1. Kelainan pada pencernaan dan penyeiapan lelnak penyeb4b sicatarlua
Defisiensi bikarboriat -
Penyaki t pankreatik atau
relatif atau absolut hipersekresi gastrik
Lemak dalam tinja normal juga berasal dari sel bakteri. Jika terjadi
kelainan pada pencernaan, dan penyerapan lemak, maka lemak terbuang
melalui tinja. Kelebihan lemak di dalam tinja disebut steatorrhea, bila dite-
mukan lebih dari 6 gram lemak di dalam tinja setiap hari. Pada steatoruhea
jumlah lemak di dalam tinja berbeda dengan lemak makanan. Umumnya
lemak tinja dalam bentuk asam lemak bebas, karena trigliserida dalam
makanan dihidrolisa, dan gliserol diserap. Asam lemak rantai pendek, dan
asam lemak rantai sedang juga diserap sehingga tidak ditemukan di dalam
tinja. Bentuk lemak abnormal dapat ditemukan. Bakteri usus menambah-
kan gugus hidroksil pada ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh. Salah
satu asam lemak terbentuk adalah asam risinoleat, yang ikut berperan seba-
gai penyebab diare pada steatorrhea. Kelainan pada pencernaan, dan
penyerapan lemak, sebagai penyebab steato rrhea terlihat pada tabel 5. I .
BAHANBACAAN LANJUTAN .
Bagian Gizi R.S Dr Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(1980). Penuntun diit. Ed 2. hlm I l7 (Penerbit P. T. Gramedia Jakarta).
Davenport, H. W. (1976): A digest of digestion. (Year Book Medical Publishers,
Inc.: Chicago, A. S.)
Davenport, H. W. (1982): Physiology of the digestive tract. Ed. 5. (Year Book
Medical Publishers, Inc.: Chicago, A. S.)
Davidson, G. P. (1984): Lactase deficiency: Diagnosis and management. The
Medical Journal of Australia, hlm.442-44.
Davidson, S., Passmore, R., Brock, J. F., dan Truswell, A. S. (1979): Human Nutri-
tion and Dietetics. Ed. 7. (Wilture Enterprise Ltd.: Hong Kong)
Falchuk, Z. M. (1979): Update on gluten-sensitive enteropathy. The American
Journal of Medicine. Vol. 67, hlm. 1085-1096.
Jones, P. F., Brunt, P. W., dan Mowat, N. A. G. (1985): Integrated clinical science:
Gastro-enterology. (Heinemann Medical Books Ltd: London) I,
Langman, M. J. S. (1982): A concise textbook of gastroenterology. Frl. 2. Hlm.
84-151. (Churchill Livingstone: Melboume) \-
Lightwood, R., dan Reber, H. A. (1977):-Ilicropuncture study of )irncreatic
secretion in the cat. Gastroenterolo gy 72,61) -
\-/^,
Enema fosfat 68 Glukosa 27-28, 38,4E
Energ 2 Gfuten-scrttitivc cntcrqotlry 54, 5657
Entarnoeba histolytica 65
Enterokinase 3l H
Escherichiacoli 64
HCOr-o
Ethanol-lactose test 5 3
Hemeoksidasc42
Erudative dbnlpea63
Hemisclulosa 6l
Hidrogen sulfida 58
F Hi&olasc4
Histamin 9, 13
Faktor intrinsik 37
Hydrogcn breath test 53
Fase
- gaster 9
- intestinalis 9
I
- sefalik 8 ICA 4
Feedback control 22 Inbora ertor mctabolism 56
Feni42 Intoleransi laktosa 49, 5 I
Florizin 29 i, I ntrac tab tre peptic ulc e r 6
Fosfat 41142 initable bowel syrdromc 64,66
Fosfatase Z
Fosfatidil kolin 60 K
Fosfolipase 24,31
Fosfolipase Az 15, l7 x10
Fosfolipid l5 Kalori 3
Fruktosa 29 Kalsium 4l-42,48,62
Ka6ohidrat l-3,n,58
Karboksipeptidase I 5, 3 I
G Kelenjar oksintik 5
Kelenjarpilorus 5
Galaktosa ZT -28, 38, 48, 53
Khime53
Garam empedu15,22
Khimotripsin 14-15
Gastrin 9,44-47
Kolesterol 18,20
Getah lambung
-, €kskresi 20
-, penghambatan l0
-, kelaruan 20
-, hormon l0 Kolesterol esterase l7
--, muskarinik bloker 12 Kolik 65
--, obat l0
Kolipase 15-16
--, Hz bloker 12 Konstipasi 65
--, penghambat pompa poton 12
- intermitten ringan 67
--,sitoproteksi l2 - kronis 66
-, refleks l0
Glikogen 27
Glikosida oubain 29 L
Gliserin 68 Laktase 49
Glukagon45 Lacobrcihusbifi&s 4E
lndeks
N S
T U
Tembaga42-43 Ulkus 12
Tepung gandum 54 Urease 68
Tinja6l
Tiosianat 4
Y
Tirotoksikosrs 64
Toksin V, cholerae 62 Vaso Intestitul Peptide 47
Triasilgliserol 7, 16 Vitamin l-2,34,37
Trigliserida 30 -Btz37
Tripsin 14-15,31 - D4l
Triptofan 60 -K34,37
T[berkulosis 65
Perkembangan mutakhir dalam dunia ilmu gizi di lndonesia
banyak menEikuti perkembangan dan kemajuan ilmu gizi di luar
negeri. Dalam hal ini, sebagai ilmu yang mandiri, banyak kaitan
dengan ilmu-ilmu kedokteran dasar dikembangkan juga secara
mandiri.
Biokimia gizi termasuk hasil perpaduan yang mendasarkan
pada usaha tersebut di atas. Karena itu, dalam banyak hal
biokimia dasar saja tidak begitu memenuhi kebutuhan akan
pemahaman masalah biokimia dalam ilmu gizi, jadi buku ini
bedungsi penting dalam membantu para mahasiswa akademi
gizi, mahasiswa fakultas kedokteran yang mendalami ilmu gizi,
mahasiswa pascasarjana di bidang gizi, dan mahasiswa pro-
gram keperawatan.
Dalam berbagai segi, buku ini juga memberikan masukan
yang penting bagi residen penyakit dalam yang berminat
memahami masalah farmakokinetik obat, dan kelainan saluran
cerna yang terkait zal gizi.
l
UPT.Perpustakaan UMM \
illlilillillllillllllllllllllllllllllll