Anda di halaman 1dari 169

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

R
G1P0A0 DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HAURWANGI
KABUPATEN CIANJUR

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan

pendidikan D-III Kebidanan di Jurusan Kebidanan Bandung

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun oleh :

Kardita Rida Prasetyaningrum


NIM P17324118025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2021
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R
G1P0A0 DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HAURWANGI
KABUPATEN CIANJUR

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan

pendidikan D-III Kebidanan di Jurusan Kebidanan Bandung

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun oleh :

Kardita Rida Prasetyaningrum


NIM P17324118025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2021

1
2
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Tugas Akhir dengan judul

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R


G1P0A0 DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HAURWANGI
KABUPATEN CIANJUR”

Disusun Oleh :

Kardita Rida Prasetyaningrum

NIM P17324118025

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Tugas Akhir Program studi D-III Kebidanan Jurusan Kebidanan Bandung
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Pembimbing

Dewi Purwannigsih, SST,. M. Kes

NIP. 196705271988012001

2
3
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R


G1P0A0 DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HAURWANGI
KABUPATEN CIANJUR

Disusun Oleh :

Kardita Rida Pasetyaningrum

NIM P17324118025

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji


Pada Tanggal 21 Juni 2021
Penguji I Penguji II

Bd. Ferina, SST,. M. Keb Bd. Santi Sofiyanti, S. Keb,. M. Kes,. AIFO
NIP : 198102282002122001 NIP : 198301042003122002

Pembimbing

Dewi Purwannigsih, SST,. M. Kes

NIP. 196705271988012001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Bandung
Poltekkes Kemenkes Bandung

Yulinda SST., MPH


NIP 197507162002122001

3
4
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Kardita Rida Prasetyaningrum

NIM : P17324118025

Program studi : Kebidanan

Angkatan : 2018

Jenjang : DIII

Menyatakan bahwa saya tidak akan melakukan plagiat dalam penulisan


laporan tugas akhir yang berjudul :

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R G1P0A0


DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN PADA IBU
HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HAURWANGI
KABUPATEN CIANJUR”
Apabila suatu saat saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Juni 2021

Penulis

Kardita Rida Prasetyaningrum

NIM P17324118025

4
5

RIWAYAT HIDUP

Nama : Kardita Rida Prasetyaningrum

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 28 November 2000

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Parahyangan Kencana Blok F7 no.10 RT. 01 RW.

14 Desa Bandasari Kel. Ciluncat Kec. Cangkuang,

Soreang Kab. Bandung

E-mail : karditarida@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

- TK Al-Fajar (2005)

- SD Angkasa 3 Bandung (2006-2012)

- SMPN 40 Bandung (2012-2015)

- SMAN 9 Bandung (2015-2016)

- SMAN 1 Soreang (2016 - 2018)

- D III Kebidanan Bandung (2018 - 2021)

5
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, serta karunia yang tak terhingga, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. R G1P0A0 Dengan Penerapan Protokol Kesehatan Pada
Ibu Hamil Di Masa Pandemi Di Wilayah Kerja Puskesmas Haurwangi Kabupaten
Cianjur” dengan baik dan tepat waktu.
Tugas akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar ahli madya kebidanan di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Bandung.

Dalam menyusun laporan ini penulis telah banyak mendapat bimbingan


dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung.
2. Ibu Yulinda, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Bandung Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung.
3. Ibu Dian Nur Hadianti, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Jurusan
Kebidanan Bandung Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bandung.
4. Ibu Dewi Purwannigsih, SST,. M. Kes selaku dosen pembimbing yang
telah memberi bimbingan dan arahan serta motivasi tugas akhir ini dapat
terwujud.
5. Pimpinan Puskesmas Haurwangi beserta pegawai yang telah memberi ijin
dan membantu penyelesaian tugas akhir ini.
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materiil, serta kasih sayang yang tiada terkira.
7. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Bandung yang telah memberikan dukungan baik

6
7

berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam penyusunan Tugas


Akhir ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis ungkapkan satu persatu,
yang ikut andil dalam terwujudnya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini.Demikian laporan tugas akhir ini penulis susun,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Demikian laporan tugas akhir ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Bandung, Juni 2021


Penulis

Kardita Rida Prasetyaningrum


NIM P17324118025

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ii


LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Laporan Kasus 4
D. Manfaat Laporan Kasus 5
E. Keaslian Laporan Kasus 6
BAB II 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Konsep Dasar Kehamilan 7
B. Konsep Dasar Persalinan 25
C. Konsep Dasar Nifas 38
D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 49
E. Standar Pelayanan Kebidanan 60
F. Kewenangan Bidan 64
G. Kerangka Konsep 67
H. Kerangka Berpikir/Pemecahan Masalah 68
BAB III 69
METODOLOGI 69
A. Jenis Laporan 69

8
9

B. Lokasi dan Waktu 69


C. Subyek Laporan Kasus 69
D. Instrumen Laporan Kasus 69
E. Teknik Pengumpulan Data 70
F. Alat dan Bahan 70
G. Etika Penelitian 71
H. Triangulasi Data 72
BAB IV 73
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN 73
A. Gambaran Lokasi 73
B. Tinjauan Pustaka 73
C. Pembahasan 132
BAB V 144
SIMPULAN DAN SARAN 144
A. Kesimpulan 144
B. Saran 144
DAFTAR PUSTAKA 146

9
10

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri menurut Leopold....................................................8


Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri dengan penambahan 3 jari......................................8

Tabel 2.3 Anjuran pertambahan berat badan ibu hamil menurut


IMT...................12

Tabel 2.4 Jadwal kontak antenatal care 15

Tabel 2.5 Fokus Asuhan ANC 22

Tabel 2.6 Perubahan berat uterus pada masa nifas 38

Tabel 2.7 Pelayanan Pasca Salin Berdasarkan Zona 132

10
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Klien xv

Lampiran 2 Lembar Partograf xvi

Lampiran 3 Dokumentasi xviii

11
12

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG
TUGAS AKHIR, 2021

KARDITA RIDA PRASETYANINGRUM


P17324118025

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R


G1P0A0 DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN
PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HAURWANGI KABUPATEN CIANJUR

ABSTRAK

xiv + V BAB + 167 halaman + 7 tabel + 3 lampiran

Situasi pandemi COVID-19 masih terus melanda mulai dari penghujung


tahun 2019 hingga pertengahan bulan tahun 2021. Ibu hamil, ibu nifas, dan bayi
baru lahir termasuk dalam kelompok yang rentan terinfeksi COVID-19 sehingga
Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam lingkup kesehatan ibu dan anak harus terus
berupaya untuk beradaptasi memberikan pelayanan secara komprehensif dan
berkesinambungan dari kehamilan, persalinan, nifas hingga bayi baru lahir di
masa pandemi ini.
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini yaitu
studi kasus yang dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni 2021 di Kabupaten
Cianjur dengan melibatkan seorang ibu hamil dengan usia kehamilan 39 minggu
yang diberikan asuhan secara komprehensif hingga bayi baru lahir berdasarkan
manajemen kebidanan
Ditemukan beberapa masalah selama asuhan komprehensif, yaitu pada
masa kehamilan klien mengalami ketidaknyamanan fisiologis pada trimester III
berupa nyeri perut bagian bawah. Pada persalinan terdapat laserasi perineum
derajat dua. Pada masa nifas klien mengalami kesulitan dalam menyusui. Pada
bayi baru lahir tidak ditemukan penyulit atau masalah.

Kata kunci : Asuhan komprehensif


Referensi : 29 jurnal + 20 buku

12
13

BANDUNG HEALTH POLYTEHCNIC MINISTRY OF HEALTH


BANDUNG MIDWIFERY STUDI PROGRAM
SCIENTIFIC PAPER, 2021

KARDITA RIDA PRASETYANINGRUM


P17324118025

COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE OF MRS. R G1P0A0 WITH


IMPLEMENTATION OF HEALTH PROTOCOL FOR PREGNANT
WOMEN IN PANDEMIC ERA AT HAURWANGI PUBLIC HEALTH
WORK AREA CENTER, CIANJUR REGENCY 2021

ABSTRACT

xiv + V chapter + 167 pages + 7 tables + 3 attachment

The COVID-19 pandemic situation continues to hit starting from the end
of 2019 until the middle of 2021. Pregnant women, postpartum mothers, and
newborns are included in the group that is vulnerable to being infected with
COVID-19 so that Midwives as health workers in the scope of maternal and child
health must continue to strive to adapt to provide comprehensive and sustainable
services from pregnancy, childbirth, postpartum to newborns during this
pandemic.

The method used in the preparation of this final report is a case study
conducted from May to June 2021 in Cianjur Regency by involving a pregnant
woman with a gestational age of 39 weeks who was given comprehensive care to
newborns based on midwifery management.

Several problems were found during comprehensive care, namely


during pregnancy the client experienced physiological discomfort in the third
trimester in the form of lower abdominal pain. At delivery there was a second-
degree perineal laceration. During the puerperium the client has difficulty
breastfeeding. In newborns, there are no complications or problems.

Keywords : Comprehensive care


Reference : 29 journal + 20 book

13
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi COVID-19 menjadi tantangan bagi sistem-sistem kesehatan di

seluruh dunia. Peningkatan pesat kebutuhan akan perawatan bagi orang

dengan COVID-19 semakin diperparah dengan rasa takut, misinformasi,

dan pembatasan gerak orang dan pasokan yang mengganggu pemberian

layanan kesehatan garis depan bagi semua orang. (WHO, 2020)

Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan

kebijakan untuk mengatasi permasalahan pandemik ini. Salah satu langkah

awal yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan

social distancing untuk masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus

mata rantai penularan pandemi COVID-19 karena langkah tersebut

mengharuskan masyarakat menjaga jarak aman dengan manusia lainnya

minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain serta

menghindari pertemuan massal (Buana D.R, 2020). Namun, pada

kenyataannya langkah-langkah tersebut tidak disikapi dengan baik oleh

masyarakat, sehingga jumlah kasus terus meningkat.

Berdasarkan data COVID-19 yang diperoleh di Kabupaten Cianjur per

tanggal 15 April 2021, diantaranya terdapat 3 kasus terkonfirmasi, 3

sembuh, 4 dalam masa isolasi, 8 kasus meninggal, dan 9 lainnya

terkonfirmasi positif dengan alamat KTP luar Cianjur.


2

Pada data perkembangan terbaru di wilayah Cianjur per tanggal 14 Juni

2021, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 berjumlah 5958 kasus, 5249

kasus sembuh, 156 meninggal, dan 135 kasus terkonfirmasi positif

berdomisili di luar Cianjur.

Wanita hamil merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan

kesehatan khususnya penyakit infeksi dikarenakan adanya perubahan

fisiologi tubuh dan mekanisme respon imun di dalam tubuhnya. (Nurdianto,

2020)

Data mengenai COVID-19 dalam kehamilan cukup terbatas, tetapi

penelitian hingga saat ini tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko

penyakit parah pada akhir kehamilan atau risiko besar pada bayi baru lahir.

(Nicholas, 2020)

Namun yang perlu dipahami bahwa, COVID-19 yang terjadi pada ibu

hamil mungkin berpengaruh terhadap kadar oksigen dan respon imun ibu

yang mempengaruhi keadaan janin. (Martina, 2020)

Maka dari itu, ibu hamil disaat pandemi tetap perlu disiplin mematuhi

protokol kesehatan 5M. 5M tersebut diantaranya memakai masker, menjaga

jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

(Kemenkes, 2020)

Penggunaan masker dalam upaya mencegah penularan COVID-19

sangat diperlukan. Penelitian tentang influenza, penyakit serupa influenza

dan COVID-19 pada manusia memberi bukti bahwa penggunaan masker


3

medis dapat mencegah penyebaran percikan yang dapat menyebabkan

infeksi dari orang yang terinfeksi ke orang lain dan kemungkinan

kontaminasi lingkungan akibat percikan ini. Namun, penggunaan masker

saja tidak cukup memberikan tingkat perlindungan yang memadai, dan

harus dilakukan juga langkah-langkah lain. Terlepas dari apakah masker

digunakan atau tidak, kepatuhan maksimal dalam menjaga kebersihan

tangan dan langkah-langkah PPI lainnya sangat penting untuk mencegah

penularan COVID-19 dari orang ke orang. (WHO, 2020)

Layanan kebidanan didasarkan pada pemenuhan kebutuan perempuan,

memberikan rasa nyaman dan bersikap yang baik serta kemampuan

komunikasi yang baik. Pentingnya mendengarkan dari pihak perempuan

memungkinkan dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan. (Dewi,

2017)

Seorang perempuan harus mendapatkan akses pelayanan kesehatan

yang dibutuhkannya dengan terus terhubung dengan bidan atau tenaga

kesehatan lainnya. Continuity of care atau asuhan yang berkelanjutan adalah

pelayanan berkesinambungan dalam kebidanan pada perempuan sepanjang

masa kehamilan, kelahiran, serta masa postpartum.

Asuhan yang berkelanjutan mempunyai tujuan untuk menjamin

kesehatan ibu, mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan

bayi baru lahir, menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-

hak reproduksi, mempertahankan dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu


4

dan bayi baru lahir yang bermutu, aman dan bermanfaat sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Kemenkes RI, 2014)

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang mendampingi perempuan

melewati tahapan-tahapan alamiah di kehidupannya. Meskipun proses yang

alamiah, bukan berarti semua itu tidak memiliki resiko. Oleh karena itu

asuhan yang berkelanjutan diharapkan dapat mendeteksi lebih dini masalah-

masalah kesehatannya atau bahkan mencegah terjadinya komplikasi

kesehatan ibu dan anak tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan Penerapan

Protokol Kesehatan Pada Ibu Hamil di Masa Pandemi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R dengan Penerapan

Protokol Kesehatan Pada Ibu Hamil di Masa Pandemi?

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R

G1P0A0 Dengan Penerapan Protokol Kesehatan Pada Ibu Hamil Di

Masa Pandemi Di Wilayah Kerja Puskesmas Haurwangi Kabupaten

Cianjur sesuai kewenangan dan standar pelayanan kebidanan dengan

pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus
5

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan dengan penerapan

protokol kesehatan di masa pandemi sesuai kewenangan bidan dan

manajemen kebidanan.

b. Mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan penerapan

protokol kesehatan di masa pandemi sesuai kewenangan bidan dan

manajemen kebidanan.

c. Mampu melakukan asuhan kebidanan nifas dan menyusui dengan

penerapan protokol kesehatan di masa pandemi sesuai kewenangan

bidan dan manajemen kebidanan.

d. Mampu melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan

penerapan protokol kesehatan di masa pandemi sesuai kewenangan

bidan dan manajemen kebidanan.

e. Mampu menganalisis kesenjangan teori dan praktik dalam

memberikan asuhan.

D. Manfaat Laporan Kasus

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pemahaman dan pembelajaran mengenai asuhan

kebidanan secara komprehensif sebagai salah satu upaya

meningkatkan kesehatan ibu dan anak di praktik sesungguhnya.

2. Bagi Institusi

Dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa D III Kebidanan sebagai sarana

pembelajaran asuhan kebidanan komprehensif.

3. Bagi Profesi
6

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

asuhan kebidanan di masa pandemi.

E. Keaslian Laporan Kasus

Tugas akhir dengan judul “Ny. R G1P0A0 Dengan Penerapan

Protokol Kesehatan Pada Ibu Hamil Di Masa Pandemi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Haurwangi Kabupaten Cianjur” merupakan asuhan yang telah

dilakukan langsung secara murni ditempat, waktu dan pasien yang tertera

tidak ada rekayasa apapun didalam laporan ini. Adapun sumber yang

digunakan dalam tugas akhir ini telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan normalakan berlangsung dalam waktu 40 minggu bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. (Walyani, 2015)

2. Perubahan Anatomi Dan Fisiologis Pada Trimester III

a. Uterus

Kehamilan merangsang pertumbuhan uterus yang sangat

cepat disebabkan oleh hipertrofi serat-serat otot. Berat uterus

meningkat dari 70 g menjadi kira-kira 1100 g saat cukup bulan.

Volume totalnya rata-rata 5 L. Fundus uteri, yang sebelumnya

berbentuk cembung yang datar di antara tempat insersi tuba, kini

berbentuk kubah. (Varney, 2012)

Pada usia kehamilan 20-34 minggu, tinggi fundus uteri

diukur yang dalam satuan sentimeter (cm) berkorelasi positif

dengan usia kehamilan dalam minggu. Pengukuran TFU bertujuan

untuk memantau perkembangan janin seperti pertumbuhan janin

terhambat atau makrosomia, dan volume cairan amnion.

Pengukuran TFU dengan palpasi abdomen merupakan prosedur


8

rutin yang dilakukan pada kunjungan antenatal. Pengukuran TFU

dapat dipengaruhi oleh derajat obesitas dan susunan jaringan lemak

subkutan. (Simanjuntak & Simanjuntak, 2020)

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri menurut Leopold

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uterus


(Minggu)
(TFU)

22 – 28 Minggu 24 – 24 cm di atas simfisis

28 Minggu 26,7 cm di atas simfisis

30 Minggu 29,5 – 30 cm di atas simfisis

32 Minggu 29,5 – 30 cm di atas simfisis

34 Minggu 31 cm di atas simfisis

36 Minggu 32 cm di atas simfisis

38 Minggu 33 cm di atas simfisis

40 Minggu 37,7 cm di atas simfisis

mSumber : Sari, Anggita dkk (2015)

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri dengan penambahan 3 jari

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uterus


(Minggu)
(TFU)

12 Minggu 3 Jari diatas simfisis


9

16 Minggu Pertengahan pusat – simfisis

20 Minggu 3 Jari dibawah pusat

24 Minggu Setinggi pusat

28 Minggu 3 Jari diatas pusat

32 Minggu Pertengahan pusat – Prosesus xiphoidus (PX)

36 Minggu 3 Jari dibawah prosesus xiphoideus (PX)

40 Minggu Pertengahan pusat – Prosesus xiphoidus (PX)

a.

b. Ovarium

Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada

wanita hamil. Struktur ini berfungsi maksimal selama 6 sampai 7

minggu pertama kehamilan-4 sampai 5 minggu pasca ovulasi dan

setelah itu tidak banyak berkontribusi dalam produksi progesteron.

(Cunningham, 2012)

c. Vagina dan Perineum

Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan

hiperemia pada bagian kulit dan otot di perineum dan vulva,

disertai perlunakan jaringan ikat di bawahnya. Meningkatnya

vaskularitas sangat memengaruhi vagina dan menyebabkan

wamanya menjadi keunguan (tanda Chadwick). Adapun dinding


10

vagina mengalami perubahan mencolok sebagai persiapan untuk

meregang saat persalinan dan pelahiran. (Cunningham, 2012)

d. Payudara

Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering

merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua,

payudara membesar dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah

kulit. Puting menjadi jauh lebih besar, berwama lebih gelap, dan

lebih tegak. Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut

pada puting sering menyebabkan keluamya cairan kental

kekuningan (kolostrum). Selama bulan-bulan tersebut, areola

menjadi lebih lebar dan lebih gelap. Di areola tersebar sejumlah

tonjolan kecil, kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea

hipertrofik. Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan, dapat

terbentuk stria seperti yang terjadi di abdomen. (Cunningham,

2012)

e. Perubahan Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan untuk dapat

mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh-kembang

janin dapat sesuai dengan kebutuhannya.

Jantung mengalami perubahan letak akibat terdesak oleh

diafragma. Sehingga bentuk jantung sedikit melebar, yang

berakibat detak jantung ibu hamil meningkat sekitar 10

detak/menit.
11

Tingkat curah jantung pun meningkat dari 4,5 liter/menit

menjadi 6 liter/menit. Pembagian darah curah jantung terbagi ke

ginjal 20%, otak 10%, jantung 5%, kulit 10%, uterus pada trimester

I sebanyak 3% dan trimester III sebanyak 17%, serta mamae pada

trimester I sekitar 1% dan trimester III sekitar 2%. Semua

perubahan curah jantung itu membuat beban kerja jantung sangat

meningkat.

Adapun tekanan darah mengalami peningkatan yang

disebabkan oleh penekanan pembuluh darah vena pelvis dan vena

cava inferior oleh pembesaran uterus. Akibatnya terjadi edema

tungkai bawah karena perbedaan tekanan darah ekstremitas bawah

pada kehamilan aterm. (Cunningham, 2012)

f. Perubahan pada ginjal

Perubahan progesteron selama kehamilan yang

menyebabkan vasodilatasi perifer pembuluh darah terjadi pula

vasodilatasi pada saluran kemih. Peningkatan volume darah serta

plasma dan vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan

peningkatan aliran darah ke seluruh organ termasuk ginjal

meningkat sebesar 60-70%. (Johariyah, 2012)

g. Perubahan pada pencernaan

Perubahan perasaan mual dan muntah yang berlangsung

sampai minggu ke-14 sampai 16 sejak terlambat sekitar 2 minggu,

disebut emesis gravidarum.


12

Proses mual dan muntah dapat berlangsung cukup berat

sehingga menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari yang kini

disebut hipermesis gravidarum.

Gangguan mual dan muntah pada pagi hari, tetapi tidak

menimbulkan gangguan disebut morning sickness.

Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus

tergeser oleh uterus yang terus membesar. Pirosis (heartburn)

sering dijumpai pada kehamilan dan kemungkinan besar

disebabkan oleh refluks sekresi asam ke esofagus bawah.

Hemoroid cukup sering terjadi selama kehamilan. Kelainan ini

terutama disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan di

vena-vena di bawah uterus yang membesar. (Cunningham, 2012)

h. Perubahan berat badan

Kenaikan berat badan pada ibu hamil berpengaruh pada

berat badan bayi. wanita yang beresiko melahirkan bayi dengan

berat badan rendah (<2500 gram) adalah wanita yang mengalami

kenaikan berat badan kurang dari 8 kg dan mereka yang berat

badannya 50 kg atau kurang. (Levano, 2003). Kenaikan berat

badan yang ideal untuk ibu hamil sekitar 9-16 kg (Manuaba, 2007).

Berikut tabel pertambahan berat badan yang dianjurkan

untuk wanita ketika akan hamil :

Tabel 2.3 Anjuran pertambahan berat badan ibu hamil


menurut IMT
IMT Pra hamil
13

Pertambahan total yang


dianjurkan

Pon Kilogram

Rendah (IMT < 19,8) 28-40 12,5-18

Normal (IMT 19,8-26) 25-35 11,5-16

Tinggi ( IMT > 26-29) 15-25 7-11,5

Obesitas (IMT >29) <15 <7

(Sumber : Levano, 2003)

3. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

a. Oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk

dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang

meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan

berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru olehkarena

selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus mencukupi

kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–kadang merasakan sakit

kepala, pusing ketika berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini

disebabkan karena kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian

tersebut hendaknya ibu hamil menghindari tempat kerumunan

banyak orang. Untuk memenuhi kecukupan O2 yang meningkat,

supaya melakukan jalan–jalan dipagi hari, duduk–duduk di bawah

pohon yang rindang, berada di ruang yang ventilasinya cukup.


14

b. Nutrisi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa

hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar

dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB

bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa

Tubuh) / BMI (Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung

dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dalam m)2

misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB

150 cm maka IMT 50/(1,5)2 = 22.22 (termasuk normal).

c. Personal hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi,

karena badan yang kotor yang banyak mengandung kuman-kuman.

d. Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama

tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini :

1) Sering abortus dan kelahiran premature

2) Perdarahan pervaginam

3) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan

4) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intra uteri.

e. Nutrisi
15

Kebutuhan nutrisi selama kehamilan harus diperhatikan

untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu dan janin. Berdasarkan

rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, ibu hamil

Trimester III membutuhkan sekitar 2.550 Kal. Tambahan energi

yang dianjurkan sebesar 300 kkal, karbohidrat 40 g, protein 20 g,

lemak total 10 g. Energi yang ditambahkan umumnya berasal dari

zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein dan lemak.

f. Pakaian

Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian

yang longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang

menekan bagian perut atau pergelangan tangan karena akan

mengganggu sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering

dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat

menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan

yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga

payudara yang makin berkembang.

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju

hendaknya yang longgar dan mudah dipakai serta bahan yang

mudah menyerap keringat.

g. Eliminasi

Trimester I : Frekuensi BAK meningkat karena kandung

kencing tertekan oleh pembesaran uterus, BAB

normal konstitensi lunak


16

Trimester II : Frekuensi BAK normal kembali karena uterus

telah keluar dari rongga panggul.

Trimester III : Frekuensi BAK meningkat karena penurunan

kepala ke PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering

obstipasi (sembelit) karena hormone progesteron

meningkat.

h. Senam hamil

Latihan fisik selama kehamilan dapat dila-kukan dengan

senam hamil dan yoga. Latihan fisik yang dilakukan secara berkala

mampu mengeluarkan hormon endorfin dan enkefalin yang akan

menghambat rangsang nyeri akibat ketidaknyamanan selama

kehamilan dan persiapan persalinan. Selain itu latihan senam hamil

dapat menurunkan kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

(Hidayati, 2019)

4. Jadwal Pemeriksaan ANC

Tabel 2.4 Jadwal kontak antenatal care

Kontak antenatal care yang dianjurkan


Trimester kehamilan
WHO

Trimester I Kontak ke-1 : hingga 12 minggu

Kontak ke- 2 : 20 minggu


Trimester II
Kontak ke-3 : 26 minggu

Trimester III Kontak ke-4 : 30 minggu

Kontak ke-5 : 34 minggu

Kontak ke-6 : 36 minggu


17

Kontak ke-7 : 38 minggu

Kontak ke-8 : 40 minggu

(Sumber : WHO, 2016)

5. Tanda Bahaya Pada Kehamilan

Menurut Kurniarum tahun 2016, terdapat 6 tanda bahaya pada

kehamilan, diantaranya :

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan

(perdarahan merah, banyak atau perdarahan dengan nyeri),

kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik. Perdarahan

tidak normal pada kehamilan lanjut (perdarahan merah, banyak,

kadang –kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri) bisa berarti

plasenta previa atau solusio plasenta.

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah

gejala pre eklampsia.

c. Penglihatan kabur

Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan

tidak mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi

kalau perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur

atau berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre

eklampsia.

d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan


18

Hampir separuh ibu hamil mengalami bengkak normal pada

kaki yang biasanya muncul pada sore hari danbiasanya hilang

setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat

menunjukkan tanda bahaya apabila muncul pada muka dan tangan

dan tidak hilang setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik lain.

Hal ini dapat merupakan tanda anemia, gagal jantung atau pre

eklampsia.

e. Gerakan janin tidak terasa

Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5

atau sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi

tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit

3 x dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa

jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik.

f. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak ada hubungan dengan persalinan

adalah tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri yang

hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini

kemungkinan karena appendisitis, kehamilan ektopik, abortus,

penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantung empedu,

abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih dll.

6. Persiapan Persalinan

Dalam buku KIA (2020) disebutkan tentang persiapan persalinan,

yaitu :
19

a. Tanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan

b. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat pemeriksaan kehamilan

c. Persiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan

dan biaya lainnya

d. Siapkan Kartu Jaminan Kesehatan Nasional

e. Untuk memperoleh kartu JKN, daftarkan diri anda ke kantor BPJS

Kesehatan setempat, atau tanyakan ke petugas Puskesmas

f.Rencanakan melahirkan ditolong oleh dokter atau bidan di fasilitas

kesehatan

g. Siapkan KTP, Kartu keluarga, dan keperluan lain untuk ibu dan

bayi yang akan dilahirkan

h. Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang

sama dan bersedia menjadi pendonor jika diperlukan.

i.Suami, keluarga dan masyarakat, menyiapkan kendaraan jika

sewaktu-waktu diperlukan

j.Pastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan

dalam stiker P4K dan sudah ditempatkan di depan rumah ibu hamil

k. Rencanakan ikut Keluarga Berencana (KB) setelah bersalin.

Tanyakan ke petugas kesehatan tentang cara ber-KB.

7. Standar Minimal Asuhan Pada Kehamilan

Dalam memberikan pelayanan kehamilan, bidan harus

menerapkan standar minimal asuhan 10 T yang meliputi :

a. Timbang berat badan tinggi badan


20

Berat badan ibu hamil harus bertambah sesuai umur

kehamilan, kenaikan berat badan yang normal akan menghasilkan

anak yang normal. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami

kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Pada trimester ketiga

kenaikan berat badan mencapai kira-kira 6 kg yaitu diperkirakan

90% kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti

pertumbuhan janin, plasenta, dan bertambahnya cairan amnion.

(ekowati, 2020)

b. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Pengukuran LILA pada ibu hamil berkaitan dengan

kekurangan energi kronik (KEK). KEK merupakan masalah yang

sering terjadi pada ibu hamil. LLA < 23,5 cm harus mendapatkan

penanganan agar tidak terjadi komplikasi pada janin. Gizi kurang

pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu,

seperti anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah

secara normal serta terkena penyakit infeksi. Ibu yang mengalami

KEK akan lebih berisiko melahirkan BBLR. (Rukmana &

Kartasurya, 2014)

c. Tekanan darah

Tekanan darah dalam batas normal, yaitu 100/70-130/90

mmHg. Wanita yang tekanan darahnya sedikit meningkat di awal

pertengahan kehamilan mungkin mengalami hipertensi kronis atau

jika wanita nulipara dengan sistolik > 120 mmHg, berisiko

mengalami preeklampsia.
21

d. Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simfisis dapat

memberikan informasi yang bermanfaat tentang besarnya bayi

yang berada dalam kandungan. Pada usia antara 20-21 minggu

kehamilan, tinggi fundus uteri dalam centimeter (cm) sama dengan

usia kehamilan dalam minggu. Tinggi fundus uteri yang tidak

sesuai dengan usia kehamilan sangat menjurus kepada keadaan

pertumbuhan janin yang terhambat. Pengukuran tinggi fundus uteri

secara tepat dilakukan lebih objektif dengan skala centimeter.

Tinggi fundus uteri mempunyai hubungan dengan berat badan bayi

dan merefleksikan pertumbuhan janin serta ukuran fetus lebih

akurat. (Aghadiati, 2019)

e. Temukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Kesejahteraan janin merupakan kondisi dimana janin

dalam keadaan sejahtera yang diukur berdasarkan denyut jantung

dan gerakan janin. Kondisi kesejahteraan janin dapat dilihat dari

variasi perubahan denyut jantung serta gerakan pada janin.

Tindakan pemantauan terhadap kesejahteraan janin dilakukan agar

dampak negatif yang kemungkinan terjadi dapat diantisipasi lebih

awal. (Hodijah, Ningsih, & Zulfa, 2018)

f. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan

tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang

diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam


22

folat 0,25 mg. Program tersebut bertujuan mencegah dan

menangani masalah anemia pada ibu hamil. (Susiloningtyas, 2020)

g. Pemberian imunisasi TT

Imunisasi merupakan salah satu solusiuntuk mencegah

terjadi tetanus Neonatorum (TN). Ibu hamil penting mendapat

imunisasi untuk mencegah terjadi Tetanus pada ibu dan bayinya.

Karena dengan melaksanakan imunisasipada ibu saat kehamilan,

molekul imunoglobulin akan disalurkan dari ibukepada bayi

melalui plasenta sebagaikekebalan pasif untuk bayi. (Maulida,

2012)

h. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

Pelayanan ANC sesuai dengan kebijakan program

pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yang didalamnya

terdapat pemeriksaan Hb, pemeriksaan protein urine atas indikasi

dan pemeriksaan reduksi urine atas indikasi. Pemeriksaan kadar

haemoglobin (Hb) dilakukan untuk memastikan kadar Hb ibu

hamil berada di atas 10. Jika kadar Hb ibu hamil berada di bawah

10 maka perkembangan janin akan terganggu dan dapat

menyebabkan risiko perdarahan pada ibu saat persalinan nanti.

Urine reduksiadalah pemeriksaan uji laboratorium untuk

mengetahui kadar gula pada pasien. Protein urine merupakan

pemeriksaan uji laboratrium untuk mengetahui adanya protein

didalam urine. (Mustika & Puspitaningrum, 2017)

i. Tatalaksana kasus
23

Pengobatan diberikan apabila ibu mempunyai masalah

kesehatan saat hamil.

j. Temu wicara (konseling)

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, persalinan, pencegahan kelainan bawaan, perawatan

bayi baru lahir, KB dan imunisasi pada bayi.

8. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan

jika ada keluhan, penyakit, atau gangguan kehamilan seperti anjuran

WHO (2016) bahwa ibu hamil kontak sebanyak 8 kali, diantaranya :

Tabel 2.5 Fokus Asuhan ANC

Frekuensi Usia
Fokus asuhan yang diberikan
Kunjungan Kehamilan

Konseling kebutuhan nutrisi,


pemberian tablet Fe (30-60 mg) ;
untuk ibu hamil dengan anemia
mendapat (120 mg), asam folat
Trimester I (0,4 mg) dan (2,8 mg) untuk ibu
1 kali (hingga usia hamil dengan anemia, pemberian
kehamlan 12 kalsium (1,5 – 2 gr) untuk
minggu) mencegah pre-eklamsi,
pemeriksaan darah rutin,
pemberian imunisasi TT,
pengukuran tinggi fundus,
menganjurkan USG

2 kali Trimester II
(usia kehamilan Konseling kebutuhan nutrisi,
20 minggu dan pemberian tablet Fe dan asam
26 minggu) folat, pemeriksaan hemoglobin
24

pada usia kehamilan 26 minggu


(bagi ibu hamil dengan anemia),
pemeriksaan tunggi fundus,
menganjurkan USG (untuk
meningkatkan deteksi dini
adanya kelainan pada janin atau
kehamilan kembar)

Konseling kebutuhan nutrisi,


pemberian tablet Fe dan asam
folat, pemeriksaan hemoglobin
4 kali Trimester III
pada usia kehamilan 34 minggu
(bagi ibu hamil dengan anemia),
pemeriksaan tinggi fundus

1 kali Kunjungan dilakukan bila bayi


(kembali 41 minggu belum lahir saat usia kehamilan
kunjungan) 41 minggu.

9. Protokol Kesehatan selama masa pandemi COVID-19

Pencegahan umum yang dapat dilakukan Ibu hamil menurut buku

pedoman bagi ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir selama social

distancing diantaranya :

a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20

detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya

mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci

tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air

Kecil (BAK), dan sebelum makan.


25

b) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang

belum dicuci.

c) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

d) Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit

atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak

beraktivitas di luar.

e) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.

Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada

tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk.

f) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan

benda yang sering disentuh.

g) Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan

penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.

Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk

melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai

dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus

dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan

lainnya.

h) Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi

keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan

pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti

hand hygiene dan perilaku hidup sehat.

i) Cara penggunaan masker medis yang efektif :


26

- Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,

kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah

antara masker dan wajah.

- Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

- Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan

menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan

bagian dalam).

- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah

digunakan, segera cuci tangan.

- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti

masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.

- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.

- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan

sampah medis sesuai SOP.

- Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan

(Kemenkes RI, 2020)

B. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya

terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit atau tanpa bantuan. (Johariyah, 2012)

2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


27

a. Power

1) Usaha mengedan

2) Palpasi kontraksi uterus (kontrol tiap 10 menit )

- Frekuensi

- Lamanya

- Kekuatan

b. Passage

1) Periksa nadi dan tekanan darah selama 30 menit.

2) Respons keseluruhan pada kala II:

- Keadaan dehidrasi

- Perubahan sikap/perilaku

- Tingkat tenaga (yang memiliki)

c. Passanger

1) Periksa detak jantung janin setiap 15 menit atau lebih sering

dilakukan dengan makin dekatnya kelahiran

2) Penurunan presentasi dan perubahan posisi

3) Warna cairan tertentu.

d. Penolong

Penolong persalinan harus dibekali kemampuan skill dan

kesiapan dalam menghadapi proses persalinan, ini bertujuan untuk

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi

pada ibu dan janin.

e. Psikologis
28

Faktor psikologis ibu bersalin tergantung pada dukungan dari

orang terdekat dalam kehidupan ibu, pengalaman pada bayi

sebelumnya, kebiasaan adat, serta emosi dan persiapan intelektual

ibu untuk menghadapi persalinan.

3. Jenis Persalinan

a. Persalinan Spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri

b. Persalinan Buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c. Persalinan Anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari

luar dengan jalan rangsangan. (Johariyah, 2012)

4. Tanda – Tanda Persalinan

a. Kontraksi uterus

Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan

teratur dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan

perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10

menit).

Berbagai faktor psikososial menunjukkan pengaruhnya

pada persepsi nyeri ibu dan kemampuan untuk mengatasinya.

Nyeri bersifat sangat subjektif, hal ini dikarenakan manusia

adalah pribadi yang unik, setiap orang mengamati, mengalami,


29

dan menanggapi rasa nyeri dengan caranya sendiri. Ketika ibu

mengalami stres, takut atau terkejut, sistem simpatis dan

parasimpatis terpicu. Kecemasan yang berlebih juga

meningkatkan kadar katekolamin dalam darah yang berakibat

meningkatkan aliran darah menuju pelvik dan peningkatan

ketegangan pada otot.Tubuh meresponsnya dengan penyempitan

dan menghambat aliran darah serta oksigen sehinggaberdampak

pada kerja otot rahim. Otot-otot bawah rahim yang sehausnya

bekerja melemas dan membuka malah kaku sehingga bayi tidak

dapat turun ke jalan lahir, hal ini menimbulkan nyeri hebat yang

dirasakan ibu. (Ayu & Supliyani, 2017)

b. Cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.

c. Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan :

1) Pelunakan serviks

2) Penipisan dan pembukaan serviks

d. Dapat disertai ketuban pecah (Johariyah, 2012)

5. Mekanisme Persalinan

Perubahan-perubahan posisi kepala janin terhadap segmen panggul

inilah disebut “mekanisme persalinan”. Gerakan-gerakan kardinal pada

persalinan diantaranya :

a. Engagement (Fiksasi)

Engagement ialah masuknya kepala dengan lingkaran

terbesar (diameter biparietal) melalui PAP. Pada primigravida

kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu.


30

Engagement lengkap kerap terjadi bila kepala sudah mencapai

Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat

berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah sudah terfiksasi

di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut

fiksasi.

Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis

akan tetapp berada di tengah yang disebut Synclitimus. Tetapi

kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau

kebelakang yang disebut Asynclitimus. Asynclitimus dibagi dua

jenis :

1) Asynclitimus anterior : sutura sagitalis bergeser mendekati

promotorium

2) Asynclitimus posterior : sutura sagitalis mendekati simfisis

b. Descent (Penurunan)

Descent ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam

panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan : tekanan

air ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin,

kontraksi otot-otot abdomen, dan ekstensi badan janin.

c. Fleksi

Begitu penurunan menemukan tahanan dari pinggir PAP,

servik, dinding panggul/dasar panggul, maka akan terjadilah fleksi

sehingga UUK jelas lebih rendah dari UUB.

d. Putaran Paksi Dalam (Rotasi Internal)


31

Putaran paksi dalam adalah gerakan pemutaran kepala

dengan suatu cara yang secara perlahan menggerakan oksiput dari

posisi asalnya ke anterior menuju simpisis pubis atau kepala

posterior menuju lubang sakrum.

Putaran paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu

bersamaan dengan majunya kepala. Putaran paksi dalam terjadi

setelah kepala sampai di Hodge III atau setelah kepala sampai

didasar panggul.

e. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala yang telah fleksi

penuh sampai di dalam panggul (vulva), terjadi ekstensi atau

defleksi dari kepala sehingga dasar oksiput langsung menempel

pada margo inferior simphisis pubis. Hal ini terjadi karena pintu ke

luar vulva mengarah keatas dan kedepan. Ekstensi harus terjadi

sebelum kepala melewati vulva.

f. Putaran Paksi Luar (Rotasi Eksternal)

Putaran paksi luar yaitu berputarnya kepala menyesuaikan

kembali dengan sumbu badan (arah sesuai dengan punggung bayi)

g. Ekspulsi

Lahirnya seluruh badan bayi.

6. Tahapan Persalinan

Tahap-tahap persalinan dibagi menjadi 4 kala :

a. Kala I
32

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung dari

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus teratur dan meningkat (frekuensi dan

kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap.

Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :

1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga

8 jam. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara

20-30 detik.

2) Fase Aktif

Dibagi 3 sub fase :

a) Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3

cm menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi : Pembukaan menjadi lambat.

Dalam waktu 2 jam pembukaan 9

cm menjadi lengkap.
33

Pada fase aktif, frekuensi dam lama kontraksi uterus

akan meningkat secara bertahap. Kontraksi dianggap

adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.

Rasa nyeri pada persalinan ini terjadi karena adanya

kontraksi dari otot-otot rahim yang mengakibatkan

peregangan dan pelebaran mulut rahim sehingga

mendorong bayi untuk keluar.

Dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm, akan

terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara

atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada

multipara. (Johariyah, 2012)

b. Kala II (Kala Pengeluaran)

Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai

dengan lahirnya bayi. Gejala dan tanda dari kala II persalinan

diantaranya :

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ibu mengatakan ingin mengeran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.
34

4) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan

atau vagina.

5) Perineum menonjol

6) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

7) Tanda pasti kala II : Pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina.

(Johariyah, 2012)

Lamanya persalinan spontan kala II pada ibu primipara dapat

mempengaruhi nilai Apgar Score. Hal ini di karenakan teknik

mengejan yang salah dapat menyebabkan ibu kelelahan dan

kompresi otot abdomen dapat mengganggu sirkulasi janin dalam

memperoleh oksigen dari plasenta. Proses transisi dan kala II

cenderung mennganggu fisik serta emosional bagi ibu. Kala II <

30 menit akan membuat persalinan menjadi aman bagi ibu dan

bayi. (Halimatussakdiah, 2017)

c. Kala III (Kala Uri)

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.


35

4) Terjadi perdarahan. (Johariyah, 2012)

Manajemen Aktif Kala III terdiri dari 3 langkah utama :

1) Pemberian suntik oksitosin

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

3) Masase fundus uteri selama 15 detik (WHO, 2013)

d. Kala IV (Kala Observasi)

Persalinan kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam

setelah bayi lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan post partum.

Observasi yang dilakukan :

1) Tingkat kesadaran ibu

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan

pernafasan.

3) Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri Luka (TFU)

4) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak

melebihi 400 sampai 500 cc. (Johariyah, 2012)

Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan

vagina dan rektum. Derajat luka jahitan perineum terdiri dari 4

tingkat sebagai berikut :

1) Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir

vagina dengan atau tanpa atau mnegenai kulit

perineum sedikit.
36

2) Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain

mengenai selaput lendir vagina juga mengenai

muskulus perinei transversalis, tapi tidak

mengenai sfingter ani

3) Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh

perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani

4) Tingkat IV : Robekan pada mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perineum , otot sfingter ani,

dinding depan rectum (Wahyuningsih, 2018)

7. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Berdasarkan Jejaring Nasional Pendidikan Kesehatan

(JNPK) pada tahun 2017, asuhan kebidanan pada persalinan terdiri

dari :

a. Asuhan pada Kala I

Tujuan asuhan persalinan kala I adalah untuk menyiapkan

kelahiran bayi seoptimal mungkin sehingga persalinan berjalan

dengan baik dan lancar tanpa ada komplikasi, ibu dan bayi selamat

dan sehat. Adapun asuhan persalinan kala I meliputi :

1) Pengkajian

Tujuan dari pengkajian adalah mengumpulkan informasi

tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan.

Informasi ini akan digunakan dalam proses membuat

keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan

mengembangkan rencana asuhan perawatan yang sesuai.


37

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan

ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin

3) Pemeriksaan abdomen

Adapun tujuan pemeriksaan abdomen pada kala I adalah ;

menentukan tinggi fundus uteri (TFU), memantu kontraksi

uterus, memantau denyut jantung janin (DJJ), menentukan

presentasi, menentukan penurunan bagian terbawah janin

4) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan dilatasi

serviks, penipisan serviks, kondisi ketuban, presentasi janin,

penurunan dan bagian-bagian janin.

5) Pencatatan dengan patograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I

persalinan dan informasi untuk membuatkeputusan klinik

a) Informasi tentang ibu meliputi ; nama pasien, riwayat

kehaamilan, riwayat persalinan, nomor register pasien,

tanggal dan waktu kedatangan mulai di rawat, waktu pecah

ketuban.

b) Kesehatan dan kenyamanan janin, hasil pemeriksaan DJJ,

warna dan adanya air ketuban setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam, molase atau penyusupan tulang kepala

janin.
38

c) Kemajuan persalinan ; pembukaan serviks, pencatatan

penurunan bagian terbawah atau persentasi janin.

d) Pencatatan jam dan waktu meliputi; waktunya mulai fase

aktif, waktu aktual saat pemeriksaan, kontraksi uetrus, obat-

obatan dan cairan IV yang diberikan.

e) Kesehatan dan kenyamanan ibu meliputi; nadi, suhu tubuh,

tekanan darah, volume urine, protein dan aseton urine.

f) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya, dengan

mencatat semua asuhan lain meliputi; jumlah cairan per

oral, kemungkinan penyulit serta tanda bahaya dan upaya

rujukan

b. Asuhan pada Kala II

Asuhan persalinan pada kala II menurut JNPK-KR (2017)

meliputi :

1) Pengkajian

Pengkajian dan pemeriksaan fisik dilakukan pada kala II untuk

mengetahui apakah sudah masuk kala II dan apakah ada

komplikasi yang mengindikasikan untuk merujuk.

2) Interpretasi data dasar, melakukan indentifiksi masalah atau

diagnosa berdasarkan data yang terkumpul dan interpretasi

data yang benar.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penangananya
39

4) Menerapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik oleh

bidan maupun dokter dan atau melakukan konsultasi,

kolaborasi dengan tenanaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

c. Asuhan pada Kala III

Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin kala III

adalah; palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua,

menilai bayi baru lahir (BBL) apakah stabil, jika tidak rawat segera.

d. Asuhan pada Kala IV

Asuhan kebidanan pada kala IV yaitu :

1) Lakukan massase uterus untuk merangsang kontraksi uterus

agar dapat berkontraksi dengan baik

2) Evaluasi tinggi fundus uteridengan meletakkan jari tangan

secara melintang dengan pusat sebagai patokan

3) Memperkirakan kehilangan darah

4) Periksa kemungkinan adanya robekan (lasersi dan epsiotomi)

perineum

5) Evaluasi keadaan umum ibu

6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan

kala II di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan

diberikan atau sesudah penilaian dilakukan.

C. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Masa Nifas


40

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2015)

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Involusi

Involusi merupakan proses kembalinya uterus pada ukuran,

tonus, dan posisi sebelum hamil. Setelah lahirnya plasenta, uterus

akan segera berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah yang

terbuka di tempat insersi plasenta.

Tabel 2.6 Perubahan berat uterus pada masa nifas

Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu Pertengahan 500 gram 7,5 cm


1) pusat dan
simfisis

14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm


(minggu 2)

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

(Sumber : Baston , 2011)

b. Lochea

1) Lochea Rubra
41

Timbul pada hari 1-2 hari postpartum, terdiri dari darah segar

bercampur sisa-sisa selaput, sel-sel desidua, sisa-sisa vekniks

kaseosa, lanugo dan mekoneum.

2) Lochea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 postpartum,

karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.

3) Lochea Serosa

Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1

minggu postpartum.

4) Lochea Alba

Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan

cairan putih. (Maritalia, 2017)

c. Luka Perineum

Perineum cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai

mengering dan mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah

menutup dengan baik disertai adanya jaringan parut. Sedangkan luka

perineum yang dikatakan lambat sembuh apabila luka pada hari ke-3

belum mengering dan belum menutup akan tetapi baru hari ke-7 luka

mulai menutup. Dalam kategori cepat-lambat kesembuhan luka ini

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proses penyembuhan

luka berlangsung selama 6-7 hari. (Rosalina & Titi Istiqomah, 2017)

d. Perubahan sistem Pencernaan


42

Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun.

Namun faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

e. Perubahan sistem Perkemihan

Pasca persalinan terdapat peningkatan kapasitas kandung

kemih, pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang

terjadi selama proses melahirkan. Kandung kemih biasanya akan

pulih dalam waktu 5-7 hari pasca melahirkan, sedangkan saluran

kemih secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 2-8 minggu

tergantung pada keadaan umum ibu atau status ibu sebelum

persalinan, lamanya kala II yang dilalui, besarnya tekanan kepala

janin saat intrapartum. (Wahyuningsih, 2018)

f. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah akan kembali pada kisaran normal dalam

waktu 24 jam setelah persalinan. Frekuesi pernapasan relatif tidak

mengalami perubahan pada masa postpartum, berkisar pada

frekuensi pernapasan orang dewasa 12-16 kali permenit.

3. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Ibu postpartum akan mengalami adaptasi setelah melahirkan dan

harus memenuhi kebutuhannya untuk mengembalikan kondisinya

seperti semula.

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat-zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan.

1) Persiapan produksi ASI,


43

2) Bervariasi dan seimbang,

3) Terpenuhi kebutuhan karbohidrat,

4) Protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk mengatasi anemia,

5) Cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi.

Ibu yang berada dalam masa nifas dan menyusui membutuhkan

kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700 kalori pada 6

bulan pertama untuk memberikan ASI Eksklusif dan 500 kalori pada

bulan ke tujuh dan selanjutnya.

Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan

menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi

masih tetap diminum untuk mencegah anemia, minimal sampai 40

hari post partum. Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan untuk

mempercepat penyembuhan pasca salin dan mentransfernya ke bayi

melalui ASI. (Maritalia, 2017)

b. Ambulasi

Ibu yang melahirkan secara normal, biasanya sudah

diperbolehkan ke kamar mandi dengan dibantu, satu atau dua jam

setelah melahirkan. Namun sebelumnya ibu diminta untuk

melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai

sederhana dengan cara mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur.

Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Diawali dengan

gerakan miring ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. (Maritalia,

2017)

c. Eliminasi
44

Ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6-8 jam pertama.

Pengeluaran urin masih tetap dipantau dan diharapkan setiap kali

berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150 ml.

Pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama 2

jam, setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali

pada jam berikutnya. Pemantauan urin dilakukan untuk memastikan

kandung kemih tetap kosong sehingga uterus dapat berkontraksi

dengan baik. (Maritalia, 2017)

d. Personal Hygiene

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan

tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang

dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan diri

adalah sebagai berikut :

1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari.

2) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.

3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.

4) Melakukan perawatan perineum.

5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari (Nugroho, 2014)

e. Istirahat

Seorang ibu biasanya mengalami sulit tidur karena adanya

perasaan ambivalensi tentang kemampuan merawat bayinya. Ibu

akan mengalami gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah,

ibu harus bangun malam untuk meneteki bayinya, mengganti popok


45

dsb. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan. Ibu dapat mulai melakukan kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, dan ibu pergunakan waktu istirahat dengan

tidur di siang hari. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan,

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya. (Wahyuningsih, 2018)

f. Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat melakukan simulasi

dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina, apabila

sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk melakukan

hubungan suami istri. Meskipun secara psikologis ibu perlu

beradaptasi terhadap berbagai perubahan postpartum, mungkin ada

rasa ragu, takut dan ketidaknyamanan yang perlu difasilitasi pada

ibu. Bidan bisa memfasilitasi proses konseling yang efektif, terjaga

privasi ibu dan nyaman tentang seksual sesuai kebutuhan dan

kekhawatiran ibu. (Wahyuningsih, 2018)

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan

gejala-gejala perubahan psikologis, demikian juga pada masa menyusui.

Sehingga proses perubahan psikologis pada ibu postpartum ini

sebenarnya peristiwa yang normal (fisiologis).


46

a. Periode Taking In

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibupasif

terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi

yang baik. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain,

mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.

Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya.

Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika

melahirkan secara berulang-ulang. Diperlukan lingkungan yang

kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan

keadaan tubuhnya seperti sediakala. Nafsu makan bertambah

sehingga dibutuhkanpeningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan

menandakan ketidaknormalan proses pemulihan

b. Periode Taking Hold

Periode ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.Pada fase ini

ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi.

Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh

karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang

terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima

berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan

begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode

ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan

buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah

posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi

diri dan bayinya.


47

c. Periode Letting Go

Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Secara umum

fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.Ibu menerima tanggung

jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untukmerawat bayi meningkat.

Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan

bayinya, keadaan ini disebut baby blues.

5. Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut Kurniarum, tanda bahaya pada masa nifas terdiri dari :

a. Perdarahan postpartum

b. Infeksi pada masa postpartum

c. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

d. Sub involusi uterus (pengecilan uterus yang terganggu)

e. Nyeri pada perut dan pelvis

f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik dan

penglihatan kabur

g. Suhu tubuh ibu >38 ̊C

h. Payudara yang merubah menjadi merah, panas dan terasa sakit

i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

j. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun

ekstremitas

k. Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih

6. Komplikasi Masa Nifas

a. Perdarahan Postpartum
48

Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan postpartum adalah

perdarahan melebihi 500-600 ml yang terjadi setelah bayi lahir.

Kehilangan darah pasca persalinan seringkali diperhitungkan secara

lebih rendah dengan perbedaan 30-50%. Kehilangan darah setelah

persalinan per vaginam rata-rata 500 ml, dengan 5% ibu mengalami

perdarahan > 1000 ml. Sedangkan kehilangan darah pasca persalinan

dengan bedah sesar rata-rata 1000 ml.

b. Infeksi masa nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.

Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca

pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.

Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi

cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa

nyeri pada payudara atau adanya disuria.

7. Proses Laktasi dan Menyusui

Setelah lahir bayi mempunyai nalurinya sendiri untuk mencari

payudara ibu melalui aroma tubuh ibu yang sangat familiar di

ingatannya. Dalam proses adaptasi tersebut terdapat pula beberapa

refleks alami bayi yang berkaitan dengan usahanya untuk menyusui :

a. Refleks mencari (rooting reflex)

Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada


49

bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting

susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan

kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.

b. Refleks menghisap (sucking reflex)

Bayi baru lahir utamanya menggunakan tongue stripping yaitu

suatu gerakan menyerupai ombak untuk mengosongkan ASI dari

payudara (tekanan positif). Gerakan peristaltik dari lidah ini bergerak

dari bagian anterior mulut ke arah posterior dan berlawanan dengan

gerakan atas-bawah pada bayi-bayi yang mendapatkan susu formula.

Peran tekanan positif yang digunakan oleh reflek penyemprotan ASI

dan tekanan negatif di dalam mulut bayi ketika pengisapan terjadi

karena terciptanya keadaan vakuum di mulut. (Wahyuningsih, 2018)

c. Refleks menelan (swallowing reflex)

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan

lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di

belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-

langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara

berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus

laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu,

selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-

langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu.

8. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

a. Kunjungan Nifas

1) Kunjungan I (6-8 jam nifas)


50

a) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Mengejarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi

g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka

bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru

lahir dalam keadaan baik.

2) Kunjungan II (6 hari post partum)

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

c) Memastikan ibu mendapat makanan istirahat yang cukup

d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup

cairan

e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui

f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir


51

3) Kunjungan III (2 minggu post partum)

a) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan

yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum

4) Kunjungan IV (6 minggu post partum)

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas

b) Memberikan konseling KB secara dini (Kemenkes RI,

2013)

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami

proses kelahiran, berusia 0 -28 hari, BBL memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi

BBL utuk dapat hidup dengan baik. (Rahardjo & Marmi, 2012)

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Tando (2016), kesehatan bayi baru lahir dapat terlihat

dari beberapa ciri berikut :

a. Berat badan 2.500 – 4.000 gram

b. Panjang badan 48 – 52

c. Lingkar dada 30 – 38

d. Lingkar kepala 33 – 35

e. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

f. Pernapasan ±40 – 60 kali/menit


52

g. Kulit kemerahan menahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genitalia : pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah

ada

k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Refleks moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik

m. Refleks grasp atau menggenggam sudah baik

n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

3. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

Dalam awal kehidupan bayi membutuhkan perawatan yang

perlu diperhatikan selama masa adaptasinya dengan lingkungan

sekitar dan pada perubahan fungsi organ tubuhnya.

a. Merawat tali pusat

Cara merawat tali pusat diantaranya menjaga agar luka

tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau

tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di bagian bawah tali

pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air

bersih yang mengalir dan sabun, segera keringkan dengan kain

kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan
53

kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu

dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, karena akan

mneyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan

kematian neonatal. (Sinta dkk, 2016)

b. Menjaga kehangatan

1) Keringkan bayi secara seksama

2) Lakukan IMD

3) Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat

4) Tutupi kepala bayi

5) Anjurkan ibu memeluk dan memandikan bayi

6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

c. Memberi vitamin K

Untuk mencegah terjadinya pendarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di

beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari dan bayi

beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1

mg.

d. Memberi obat tetes mata atau salep mata

Untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama

persalinan, yaitu pemberian obta mata eritromisin 0.5% atau

tetrasiklin 1% sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam

setelah bayi lahir. (Sinta, Andriani, Yulizawati, & Insani, 2019)

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


54

Segera setelah bayi lahir setelah tali pusat dipotong

letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit ke kulit

biarkan selama 1 jam /lebih sampai bayi menyusu sendiri,

selimuti dan beri topi.

Menurut Prawirohardjo, (2013) dalam buku Sinta dkk

(2019) manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi

pernapasan, mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan

dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk

bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi

juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih

cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru

lahir. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang

sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.

4. Perubahan-Perubahan Pada Bayi Baru Lahir

a. Perubahan sistem pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30

detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat

aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yangdibantu oleh

beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru

lahir berkisar 30-60 kali/menit. (Sondakh, 2016)

b. Perubahan peredaran darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru

untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui

tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.


55

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan

darah pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Ingat hukum yang

menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah yang

mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan

tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen

menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara

mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah

aliran darah.

c. Perubahan sistem pencernaan

Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung belum

sempurna sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan

bayi muda.

d. Penyesuaian termal atau pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu, sehingga akan

mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu

tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 C dan 37 ̊

C.

e. Sistem gastrointestinal

Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung belum

sempurna sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan

bayi muda. kapasitas lambung akan bertambah bersamaan dengan

tambah umur. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak


56

mampu melindungi diri dari zat berbahaya, kolon bayi baru lahir

kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding dewasa

sehingga bahaya diare menjadi serius pada bayi baru lahir.

f. Kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang

sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

5. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

a. Napas : Kurang 40 kali/menit atau lebih dari 60

kali/menit

b. Warna kulit : Bayi pucat/biru pada tubuh

c. Kejang : Ada, mata mendelik, tangan bergerak seperti

menari, menangis melengking, tiba-tiba badan kaku,

mulut mecucu

d. Aktivitas : Menangis terus, bayi lemas tidak bergerak

e. Minum ASI : Tidak mau minum atau memuntahkan semuanya

f. Hisapan Bayi: Hisapan lemah

g. Kuning pada bayi : Ada, muncul <24 jam pertama atau

menetap setelah 2 minggu, bilirubin >15

mg/dl.

h. Buang air kecil : Air seni pekat dan sedikit (BAK <6 kali

/hari)

i. Buang air besar : Sangat encer/tidak bisa bang air besar

lebih dari 3 hari (adanya perubahan


57

konsistensi dan frekuensi buang air

besar)

j. Suhu tubuh : Panas seluruh tubuh/dingin seluruh tubuh

k. Tali pusat : Merah dipinggir tali pusat/bernanah/berbau

l. Mata : Merah menetap, bernanah, ada kotoran

m. Bercak putih di mulut : Ada

n. Kulit : Ada bintil berair dan kemerahan

6. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga

bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera

mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam

atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

b. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada

di mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga

dilakukanse kaligus dengan penilaian APGAR skor menit

pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera

dibersihkan.

c. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan

menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus.

Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan

membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah


58

dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untukmenunggu 2

menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan punggung

tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi

mencari putting ibunya yang berbau sama.

d. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan

antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor

menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah

sebagai berikut :

1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat

dipotong (oksotosin IU intramuscular)

2) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam

DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik

jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi

tali pusat kea rah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat

dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2

dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan

yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut

dengan menggunakan gunting DTT (steril)

4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,

kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.


59

5) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%

6) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi

menyusui dini.

e. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6

bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping

ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat

dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi

baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi

selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan

menemukan putting dan mulai menyusui.

f. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang

pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam

lahir, dan jenis kelamin.

g. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan

darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir

beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya

perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR

diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg

dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri.

Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum

pemberian imunisasi Hepatitis B.


60

h. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam

setelah lahir.

i. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2

jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular.

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

j. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui

apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera

serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan

dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari

kepala hingga jari kaki). Diantaranya :

1) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal

hepatoma.

2) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva,

dan tanda-tanda infeksi.

3) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,

labiopalatoskisis dan reflex isap.

4) Telinga : pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan

bentuk telinga.

5) Leher : pemeriksaan terhadap serumen atau simetris.


61

6) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada

tidaknya retraksi.

7) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran

hati, limpa, tumor).

8) Tali pusat : pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah

pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat

atau selangkangan.

9) Alat kelamin : untuk laki-laki, apakah testis berada dalam

skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina

berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora.

10) Anus : tidak terdapat atresia anik.

11) Ekstremitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili.

(Sondakh, 2016)

7. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir

Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015)

adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh

tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode

0 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

a. Kunjungan neonatus ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah

lahir, dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan

aktif atau tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan,

lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B,

perawatan tali pusat dan pencegahan kehilangan panas bayi.


62

b. Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3

sampai hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan

perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene,

pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya.

Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8

sampai hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan

dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya. Pelayanan

kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015) adalah pelayanan

kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan

kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan

28 hari setelah lahir.

E. Standar Pelayanan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan,

perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

Standar Asuhan Kebidanan mengacu kepada Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang

Standar Asuhan Kebidanan, isinya sebagai berikut.

1. Standar I : pengkajian.

a. Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.


63

b. Kriteria pengkajian.

1) Data tepat, akurat dan lengkap.

2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2. Standar II: Perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan.

a. Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan.

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

3. Standar III: Perencanaan.

a. Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan.

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

secara komprehensif.

2) Melibatkan klien/pasien dan/atau keluarga.


64

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya

klien/keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumber daya serta fasilitas yang ada.

4. Standar IV: Implementasi.

a. Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

b. Kriteria implementasi.

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spiritualkultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari

klien dan/atau keluarganya (informed consent).

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

5) Menjaga privasi klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.
65

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. Standar V: Evaluasi.

a. Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

b. Kriteria Evaluasi.

1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan/atau keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

6. Standar VI: Pencatatan asuhan kebidanan.

a. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan.


66

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien/buku KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan.

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan

F. Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan merupakan aspek hukum dan perundangan yang

mengatur tugas pokok dan kompetensi bidan. Kewenangan bidan adalah

suatu acuan bidan dalam bertindak. Fungsi kewenangan ini adalah untuk

menunjukan tugas dan kewajiban yang diberikan kepada bidan.

Kewenagan bidan berdasarkan peraturan yang terkait dan berlaku serta

yang utama mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun

2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan yang tertauang

dalam pasal 18-21. Berikut wewenang bidan dalam proses kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.


67

1. Kewenangan bidan dalam kehamilan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 yang

tertuang dalam pasal 19 bidan mempunyai kewenangan dalam

memberi pelayanan pada masa pra hamil dan hamil adalah konseling

dan penyuluhan, antenatal dalam kehamilan normal, penanganan

kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet

tambah darah pada ibu hamil, bimbingan pada kelompok ibu hamil,

pemberian surat keterangan kehamilan.

2. Kewenangan bidan dalam persalinan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 yang

tertuang dalam pasal 19 bidan mempunyai kewenangan dalam

memberi pelayanan persalinan normal dengan wewenang melakukan

episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan

kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian

uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum,

penyuluhan dan konseling, pemberian surat keterangan lahir.

3. Kewenangan bidan dalam nifas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 yang

tertuang dalam pasal 19 bidan mempunyai kewenangan dalam

memberi pelayanan pada ibu nifas dan menyusui. Pelayanan yang

diberikan adalah penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan

perujukan, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas,

memfasilitasi/membimbing inisiasi menyusu dini dan promosi air susu


68

ibu eksklusif, pemberian uterotonika pada postpartum, penyuluhan

dan konseling.

4. Kewenangan bidan pada bayi baru lahir

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 yang

tertuang dalam pasal 20 bidan mempunyai kewenangan dalam

memberi pelayanan kepada bayi baru lahir. pelayanan yang diebrikan

yaitu pelayanan neonatal esensial meliputi inisiasi menyusui dini,

pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1,

pemberian imunisasi HB0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk

kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu

ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Pelayanan lain yang dapat diberikan yaitu penanganan

kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan meliputi penanganan

awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas, ventilasi

tekanan positif, dan/atau kompresi jantung. Penangaan

kegawatdaruratan yang kedua yaitu penanganan awal hipotermia pada

bayi baru lahir dengan BBLR melalui penggunaan selimut atau

fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi dengan metode

kangguru. Penanganan kegawatdaruratan yang ketiga yaitu

penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau

povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering

dan penanganan yang terakhir adalah membersihkan dan pemberian

salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi gonore.


69

Pelayanan lain yang dapat diberikan adalah pemantauan tumbuh

kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan

tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP).

Pelayanan yang terakhir yang bisa diberikan bidan adalah

Konseling dan penyuluhan meliputi pemberian Komunikasi, Informasi

dan Edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir,

pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, pola hidup bersih dan

sehat, dan tumbuh kembang.

G. Kerangka Konsep

Asuhan Asuhan Asuhan Asuhan Bayi


Kehamilan Persalinan Nifas Baru Lahir

Ibu dan bayi sehat


Penerapan protokol
kesehatan pada ibu
hamil

Menurunnya angka
kesakitan ibu hamil
karena COVID-19

H. Kerangka Berpikir/Pemecahan Masalah

SUBJEKTIF
Pengumpulan /
Pengkajian data
dasar OBJEKTIF
70
71

BAB III
Identifikasi
masalah / METODOLOGI
interpretasi data
ANALISA
A. Jenis Laporan
Identifikasi
masalah /
Jenis laporan Jenis laporan kasus yang digunakan adalah studi
interpretasi data
Asuhan Kebidanan
kasus (case study) yaitu dengan cara memberikanKomprehensif
asuhan kebidanan
Menetapkan
secara komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan
kebutuhan
segera
bayi baru lahir sesuai standar asuhan kebidanan.
Membuat
rencana asuhan
B. Lokasi dan Waktu
komprehensif
PENATALAKSANAAN
Asuhan kebidanan komprehensif ini dilaksanakan di rumah klien
Implementasi
dan asuhan
rencana Posyandu yang terletak di desa Sagatan, Kecamatan Haurwangi,
komprehensif
Kabupaten Cianjur. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan April sampai

denganasuhan
Evaluasi Juni 2021.
komprehensif

C. Subyek Laporan Kasus

Karakter subjek dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut : Ny.

R usia 22 tahun dengan diagnosis awal G1 P 0 A0 gravida 39 minggu 3 hari

janin tunggal hidup, presentasi kepala, dengan keadaan baik.

D. Instrumen Laporan Kasus

Instrumen yang digunakan dalam laporan kasus ini terdiri dari sebagai

berikut :

1. Dokumentasi asuhan Kehamilan

2. Dokumentasi asuhan Persalinan

3. Partograf
72

4. Lembar Observasi

5. Dokumentasi asuhan Nifas

6. Dokumentasi asuhan Bayi Baru Lahir

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan

kepada klien untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan

pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

perencanaan KB.

2. Data Sekunder

Data Sekunder didapatkan dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), kohort ibu dan rekam medis.

F. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah:

1. Alat Perlindungan Diri (APD)

2. Set pemeriksaan fisik

3. Set pemeriksaan laboratorium sederhana

4. Set pemeriksaan kehamilan

5. Set persalinan

6. Set pemeriksaan nifas

7. Set perawatan payudara

8. Set pemeriksaan bayi baru lahir


73

G. Etika Penelitian

Aspek etik dalam tugas akhir ini sangat diperhatikan mengingat

subjek penelitian adalah manusia. Kemungkinan responden mengalami

ketidaknyamanan karena waktu yang diperlukan untuk memberikan

asuhan yang cukup lama. Peneliti berupaya memegang teguh etika

penelitian dan sikap ilmiah sehingga dapat meninimalkan kerugian dan

mengoptimalkan manfaat penelitian dan responden.

Setiap penelitian kesehatan yang mengikut sertakan relawan

manusia sebagai subjek penelitian wajib didasarkan pada tiga prinsip etik

(kaidah dasar moral). Secara universal, ketiga prinsip tersebut telah

disepakati dan diakui sebagai prinsip etik umum penelitian kesehatan yang

memiliki kekuatan moral, sehingga suatu penelitian dapat dipertanggung

jawabkan baik menurut pandangan etik maupun hukum.

Tiga prinsip etik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Respect for persons (other), bertujuan untuk memberikan

penghormatan pada harkat dan martabat manusia sebagai pribadi

(personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih

sekaligus bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Secara

mendasar bertujuan menghormati otonomi untuk mengambil

keputusan mandiri (self determination) dan melindungi kelompok-

kelompok dependet (tergantung) atau rentan (vulnerable) dari kerugian

atau penyalahgunaan (harm and abuse).


74

2. Beneficence & Non Maleficence, prinsip berbuat baik dengan

memberikan manfaat yang maksimal dan risiko atau kerugian yang

minimal agar subjek penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan

memberikan perlindungan terhadap tindakan penyalahgunaan. Syarat

dari prinsip ini yaitu risiko penelitian harus wajar (reasonable)

dibanding manfaat yang diharapkan, desain penelitian harus memenuhi

persyaratan ilmiah (scientifically sound), para peneliti mampu

melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga kesejahteraan

subjek penelitian dan diikuti prinsip do no harm (non maleficence-

tidak merugikan), yang menentang segala tindakan yang dengan

sengaja merugikan subjek peneltian.

3. Justice (keadilan), prinsip ini mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan

moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya.

H. Triangulasi Data

Triangulasi data dalam laporan ini dilakukan untuk mencari

kebenaran informasi data sebagai bahan untuk melengkapi Laporan Tugas

Akhir. Pegambilan data dilakukan dengan cara wawancara langsung

dengan subjek dan diperkuat dengan observasi yaitu pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi kebeneran data. Selain itu,

kebenaran data diperkuat dengan melihat catatan medis yang ada yaitu

buku KIA.
75

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi

Penulis melakukan asuhan komprehensif di wilayah kerja

Puskesmas Haurwangi, tepatnya di Desa Cipeuyeum, Kecamatan

Haurwangi, Kabupaten, Cianjur.

Fasilitas yang terdapat di Puskesmas Haurwangi termasuk

memadai dengan adanya pelayanan PONED dan KIA. Ruang PONED

terdiri dari 6 ruangan, yaitu ruang VK (bersalin), ruang nifas, ruang obat,

ruang dokter, ruang desinfektan dan ruang jaga. Ruang KIA terdiri dari

pelayanan KB, prakonsepsi, ibu hamil, MTBS dan MTBM.

B. Tinjauan Pustaka

1. Dokumentasi Asuhan Kehamilan Pertama

Kunjungan Asuhan Kehamilan Pertama

Hari/Tanggal : Senin, 26 April 2021

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Posyandu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

1. Data Subjektif

1) Identitas Pasien
76

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. R

Usia : 22 tahun Usia : 28 tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

No. Telp : 081223104739

Alamat : Kp. Sagatan 1/4 Desa Ramasari no. 65 Kec.

Haurwangi Kab. Cianjur

2) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya

3) Riwayat Menstruasi

a) Siklus : 28 hari

b) Lamanya : 5-6 hari

c) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari

d) Dismenore : Tidak ada

e) Teratur tiap bulan : Teratur

4) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) GPA : G 1 P 0 A0

b) Usia Kehamilan : 39 minggu 3 hari

c) HPHT : 23 – 07 – 2020

d) TP : 30 – 04 – 2021

e) Riwayat ANC : di Bidan, Posyandu, rutin


77

f) Imunisasi TT : TT2

g) Keluhan-keluhan pada : TM 1 : Tidak ada

TM 2 : Tidak ada

TM 3 : Tidak ada

h) Pergerakan Janin 24 jam terakhir : Aktif, 12 kali

i) Obat yang dikonsumsi : Tablet Fe

5) Pola Sehari-hari

a) Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan porsi sedang. Jenis

makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, sayur serta daging-

dagingan, terkadang mengonsumsi buah. Tidak ada

pantangan dalam makan.

b) Hidrasi

Ibu mengatakan minum 9-10 gelas sehari dengan air putih.

c) Eliminasi

Ibu mengatakan BAK ±4-5 kali sehari, tidak ada keluhan.

BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan.

d) Istirahat

Ibu mengatakan sulit tidur sehingga biasa beristirahat pada

pukul 12 malam. Kadang tidur siang ±2 jam sehari.

e) Aktivitas

Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah dibantu oleh

mamah.

f) Hygiene
78

Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, dan mengganti pakaian

2 kali sehari.

6) Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

7) Riwayat Kesehatan Ibu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit turunan

seperti Diabetes Melitus, gastritis, epilepsi, hipertensi, TBC,

penyakit jantung, anemia, dan asma. Tidak pernah menderita

penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS dan sifilis.

8) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan di keluarganya tidak pernah menderita

penyakit gastritis, epilepsi, hipertensi, TBC, diabetes melitus,

penyakit jantung, dan asma.

9) Persiapan Persalinan

a) Perlengkapan ibu dan bayi : Sudah disiapkan

b) Transportasi : Ambulans desa

c) Dana : Pribadi, sudah disiapkan

d) Kelengkapan surat : Sudah disiapkan

e) Pendonor : Belum ada

f) Pendamping persalinan : Orang tua

10) Data Psikososial

a) Kehamilan ini : Direncanakan

b) Perasaan tentang Kehamilan ini : Ibu dan keluarga

mendukung kehamilan
79

ini, ibu merasa khawatir

untuk menghadapi

persalinan.

c) Pengambil keputusan : Mamah

d) Status Pernikahan : Menikah resmi, 1 kali

2. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 80 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,0 ̊C

3) Antropometri

48
BB Sebelum hamil : 48 kg IMT : 2 = 20,8 (Normal)
1,52

BB Sesudah hamil : 69 kg

Tinggi badan : 152 cm

Lila : 23,5 (Normal)

4) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata
80

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan

Vena Jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan

vena jugularis

d) Payudara

Simetris, Putting susu menonjol, tidak ada pengeluaran ASI,

tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, ada striae gravidarum

Palpasi : TFU : 33 cm

Leopold I : teraba bagian lunak, bulat,

tidak melenting (bokong)

Leopold II : teraba tahanan keras

memanjang di bagian kiri

ibu, dan bagian-bagian kecil

di bagian kanan ibu

Leopold III : teraba bagian lunak, bulat,

melenting, sudah masuk PAP

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 4/5

DJJ : 140x/menit, regular


81

TBBJ : 3,255 gram

f) Ekstremitas Atas

Edema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

g) Ekstremitas Bawah

Edema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Refleks Patella : Kanan (+) / Kiri (+)

h) Genitalia : Tidak terlihat edema, tidak ada

pembesaran pada kelenjar bartholin, tidak

ada pembesaran pada kelenjar skene.

i) Anus : Tidak ada hemoroid

5) Pemeriksaan Lab

Hb : 12 gr/dL

Protein Urin : Negatif

Glukosa Urin : Negatif

3. Analisis

G1 P 0 A0 usia kehamilan 39 minggu 3 hari, janin tunggal hidup

intrauterine, presentasi kepala

Masalah : Ibu merasa khawatir menghadapi persalinan


82

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Menjelaskan pada ibu untuk berfikiran positif agar lebih rileks

menjelang proses persalinan

E : Ibu mengerti dan akan mencoba untuk rileks

3) Memberikan konseling mengenai kebutuhan istirahat pada Ibu

Ev : Ibu memahami dan bersedia untuk lebih banyak

beristirahat di malam hari

4) Mengapresiasi dan memotivasi untuk ibu mengonsumsi tablet

Fe 1 tablet sehari. Serta memberitahu cara meminum tablet Fe

yang benar.

E : Ibu mengerti

5) Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan

Ev : Ibu mengerti mengenai persiapan persalinan dan ibu sudah

mempersiapkannya

6) Memberitahu ibu mengenai tanda-tanda persalinan

Ev : Ibu memahami mengenai tanda-tanda persalinan

7) Memberikan konseling mengenai tanda bahaya kehamilan pada

Trimester III

Ev : Ibu memahami tanda bahaya kehamilan pada Trimester III

8) Melakukan senam hamil

Ev : Ibu bersedia untuk melakukan senam hamil

9) Melakukan informed consent untuk kunjungan rumah


83

E : Ibu bersedia

10) Mengingatkan ibu untuk menerapkan protokol kesehatan 5M

Ev : Ibu mengerti dan bersedia

11) Melakukan pendokumentasian

Ev : Hasil pemeriksaan telah dicatat

2. Dokumentasi Asuhan Kehamilan Kedua

Hari/Tanggal : 3 Mei 2021

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Kunjungan secara luring di rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

a. Data Subjektif

1) Alasan Kunjungan

Untuk memeriksakan kondisi kehamilan Ibu

2) Keluhan utama

Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

3) Riwayat Kehamilan Utama

a) Usia kehamilan : 40 minggu 3 hari

b) Tafsiran persalinan : 30 – 04 – 2021

4) Aktifitas sehari-hari

a) Nutrisi : Makan 3x sehari dengan porsi sedang, jenis

makanan yang dikonsumsi yaitu nasi,


84

daging, sayuran dan buah. Tidak ada

pantangan makan.

b) Hidrasi : Minum air putih ± 10 gelas/hari

c) Istirahat : Tidur malam ± 6 jam, tidur siang ± 2

jam/hari.

d) Eliminasi : BAK ±10 kali/hari warnanya jernih, tidak

ada keluhan BAB ±1 kali/hari konsistensi

lunak, tidak ada keluhan.

e) Kebiasaan : Ibu mengkonsumsi tablet Fe rutin setiap

hari, dikonsumsi pada malam hari sebelum

tidur 1 tablet dengan air putih.

5) Data psikososial

Ibu mengatakan tidak khawatir akan kehamilan dan

persalinannya, suami dan keluarga mendukung dan selalu

memberi motivasi kepada ibu.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 110/90 mmHg

b) Nadi : 23 x/menit

c) Respirasi : 83x/menit
85

d) Suhu : 36,0 ̊C

3) Antropometri

BB Saat ini : 70 kg

4) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan

Vena Jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan

vena jugularis

d) Payudara

Simetris, Putting susu menonjol, tidak ada pengeluaran ASI,

tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, ada striae

gravidarum

Palpasi : TFU : 34 cm

Leopold I : teraba bagian lunak, bulat,

tidak melenting
86

Leopold II : teraba tahanan keras

memanjang di perut bagian

kiri ibu, dan bagian-bagian

kecil di perut bagian kanan

ibu

Leopold III : teraba bagian lunak, bulat,

melenting, sudah masuk PAP

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 3/5

DJJ : 132x/menit, reguler

TBBJ : (33-12) x 155 = 3,255 gram

f) Ekstremitas Atas

Edema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

g) Ekstremitas Bawah

Edema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Refleks Patella : Kanan (+) / Kiri (+)

5) Pemeriksaan Lab

Hb : 12,2 gr/dL

c. Analisis

G1 P 0 A0 usia kehamilan 40 minggu 3 hari, Janin tunggal hidup,

presentasi kepala
87

Masalah : Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Menjelaskan pada Ibu penyebab ketidaknyamanan nyeri perut

bagian bawah yang dialaminya akibat kondisi rahim yang

meregang selama kehamilan trimester III sehingga membuat

otot-otot perut disekitarnya terasa nyeri.

Ev : Ibu mengerti kondisi yang terjadi pada tubuhnya

3) Memberitahu ibu cara mengurangi nyeri perut bagian bawahnya

dengan cara menekuk lutut ke arah abdomen, mandi air hangat,

dan mengganjal bagian samping perut ibu ketika tidur posisi

miring kiri.

Ev : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4) Menganjurkan ibu untuk banyak berjalan kaki

Ev : Ibu mengerti dan mau melakukannya

5) Mengingatkan kembali tanda bahaya kehamilan pada Trimester

III

Ev : Ibu mengerti dan mampu menyebutkan kembali tanda-

tanda bahaya pada kehamilan trimester III

6) Memberitahu Ibu mengenai tanda-tanda persalinan

Ev : Ibu mengerti dan mampu menyebutkan kembali tanda-

tanda persalinan
88

7) Mengingatkan Ibu untuk meringkas perlengkapan persalinan

dalam satu tas

Ev : Ibu sudah melakukannya

8) Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila

ada keluhan untuk segera datang ke fasilitas kesehatan

Ev : Ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang

9) Mengingatkan ibu untuk menerapkan protokol kesehatan 5M

Ev : Ibu mengerti dan bersedia

10) Melakukan pendokumentasian

Ev : Hasil pemeriksaan telah dicatat

3. Dokumentasi Asuhan Persalinan

Kala I Fase Laten

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : PMB Bd. G

Pengkaji : Bidan G

a. Data Subjektif

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan merasakan mules-mules sejak pukul 05.30

WIB, belum keluar lendir darah, pergerakan janin masih

dirasakan oleh ibu.


89

2) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) GPA : G 1 P 0 A0

b) Usia Kehamilan : 41 minggu

c) HPHT : 23 – 07 – 2020

d) TP : 30 – 04 – 2021

e) Pergerakan Janin 24 jam terakhir : Aktif

3) Aktivitas terakhir

a) Nutrisi

Terakhir makan jam 09.00 WIB, dengan nasi kuning

b) Hidrasi

Sebelum berangkat ke PMB pukul 09.30 WIB dengan

segelas air putih

c) Eliminasi

Sudah BAK pukul 07.00 WIB, belum BAB

d) Istirahat

Ibu tidur kurang lebih 7 jam tadi malam.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 83 x/menit
90

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,0 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening.

d) Payudara

Simetris, Putting susu menonjol, tidak ada pengeluaran ASI,

tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi

Palpasi : TFU : 32 cm

Leopold I : teraba bagian lunak, bulat,

tidak melenting

Leopold II : teraba tahanan keras

memanjang di bagian kanan

ibu, dan bagian-bagian kecil

di bagian kiri ibu


91

Leopold III : teraba bagian lunak, bulat,

melenting, sudah masuk PAP

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 4/5

DJJ : 130x/menit, regular

Kontraksi : 2x/10’ 30”, kurang kuat

f) Ekstremitas : Tidak ada edema pada kaki, varises (-/-),

refleks patella (+/+)

g) Genitalia

V/V : t.a.k

Portio : tebal, lunak

Pembukaan : 1 cm

Ketuban : (+)

Presentasi : Kepala

Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan

Penurunan : Hodge II

Molase :0

Bagian-bagian lain : tidak ada

c. Analisis

G1 P 0 A0 Parturien aterm kala I fase laten, janin tunggal hidup

d. Penatalaksanaan
92

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Mengajarkan ibu teknik relaksasi nafas dalam

Ev : Ibu dapat mempraktekannya kembali

3) Memberikan dukungan psikologis pada ibu

Ev : Ibu terlihat senang dan optimis untuk menghadapi

persalinannya

4) Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil

Ev : Ibu bersedia untuk melakukannya

5) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

Ev : Ibu bersedia untuk makan dan minum saat dirumah

6) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan keinginan BAK

Ev : Ibu mengerti

7) Menganjurkan ibu untuk pulang ke rumah terlebih dahulu, dan

kembali ketika keluar lendir darah dari vagina, keluar air-air,

dan mules yang dirasakan semakin sering dan kuat.

Ev : Ibu mengerti dan bersedia

Kala I Fase Aktif

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021

Waktu : 17.00 WIB

Tempat : PMB Bd. G

Pengkaji : Bidan G
93

a. Data Subjektif

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan sudah keluar lendir darah, mules yang

dirasakan semakin sering dan kuat menjalar ke bagian pinggang.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 83 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,8 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi

Palpasi : DJJ : 130x/menit, regular

Kontraksi : 3x/10’ 40”, kuat

b) Genitalia

V/V : terdapat lendir campur darah

Portio : tipis, lunak

Pembukaan : 5 cm

Ketuban : (+)
94

Presentasi : Kepala

Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan

Penurunan : Hodge II

Molase :0

Bagian-bagian lain : tidak ada

c. Analisis

G1 P 0 A0 Parturien aterm kala I fase aktif, janin tunggal hidup

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Mengajarkan ibu teknik relaksasi nafas dalam

Ev : Ibu bersedia melakukannya dan terlihat lebih rileks

3) Mengajurkan ibu untuk tidur posisi miring kiri

Ev : Ibu bersedia untuk tidur miring kiri

4) Memberikan dukungan psikologis pada ibu

Ev : Ibu terlihat lebih tenang

5) Menganjurkan ibu untuk minum teh manis

Ev : Ibu bersedia untuk minum the manis

6) Mempersiapkan alat, obat dan perlengkapan persalinan

Ev : Semua alat, obat dan perlengkapan persalinan sudah

tersedia

7) Melakukan pemantauan persalinan


95

Ev : Hasil terlampir di lembar patograf

KALA II

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021

Waktu : 21.30 WIB

Pengkaji : Bidan G

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak tahan ingin mengedan dan mulesnya

terasa semakin kuat.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen

1) DJJ : 135 x/menit, regular

2) Kontraksi : 5x/10’ 50”, kuat

b) Genitalia

1) Terdapat tekanan pada anus dan perineum menonjol

2) Portio : tidak teraba

3) Pembukaan : 10 cm

4) Ketuban : (-), pecah spontan, cairan jernih

5) Penurunan : Station +1
96

6) Molase : tidak ada

7) Bagian-bagian lain : tidak ada

c. Analisis

G1P0A0 Inpartu kala II, janin tunggal hidup

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memastikan pertolongan persalinan lengkap yaitu partus set,

APD, obat-obatan esensial, resusitasi set, dan hecting set.

Ev : Alat dan obat-obatan sudah siap. APD, obat-obatan, hecting

set sudah siap

3) Mengenakan alat perlindungan diri (APD)

Ev : APD telah dikenakan

4) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

Ev : Ibu sudah dalam posisi yang nyaman

5) Menganjurkan suami untuk memberi ibu minum

Ev : Ibu sudah minum segelas teh manis

6) Mengajarkan ibu teknik meneran yang efektif ketika timbul his

Ev : Ibu dapat mempraktikannya dengan benar

7) Memimpin persalinan
97

Ev : Bayi lahir spontan pada tanggal 07 Mei 2021, pukul 22.00

WIB, tidak ada lilitan tali pusat, jenis kelamin perempuan,

menangis kuat, tonus otot aktif dan warna kulit kemerahan.

8) Mengeringkan bayi

Ev : bayi telah dikeringkan diatas perut ibu

9) Memotong tali pusat

E : Tali pusat telah di potong sekitar 3 cm dari pusat bayi

10) Memfasilitasi inisiasi menyusui dini selama 1 jam.

E : Bayi terlihat nyaman diatas perut ibu.

Kala III

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021

Waktu : 22.00 WIB

Pengkaji : Bidan G

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa lelah setelah melahirkan bayinya

dan masih terasa mulas.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen
98

Palpasi : Janin kedua : Tidak ada

Kandung kemih : Tidak teraba

Kontraksi uterus : Baik, keras

c. Analisis

P1A0 Kala III

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Melakukan informed consent bahwa akan diberikan suntik

oksitosin secara intramuskular.

Ev : Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan

3) Menyuntikan oksitosin 10 IU secara intramuskular di 1/3 paha

atas bagian distal lateral.

Ev : Oksitosin sudah diberikan pada pukul 22.00 WIB

4) Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta

Ev : terlihat pemanjangan tali pusat, semburan darah tiba-tiba

dan uterus menjadi globuler

5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) dengan

tangan kanan, tangan kiri melakukan gerakan dorso kranial.

Ev : Terlihat tali pusat memanjang

6) Melahirkan plasenta

Ev : plasenta lahir spontan pukul 22.10 WIB

7) Melakukan masase uterus selama 15 detik


99

Ev : Uterus berkontraksi dengan keras

8) Memeriksa kelengkapan plasenta

Ev : Plasenta lahir lengkap

Kala IV

Hari/Tanggal : Jumat, 7 Mei 2021

Waktu : 22.15 WIB

Pengkaji : Bidan G

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa mulas dan lemas.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 110/90 mmHg

b) Nadi : 85 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,5 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen

1) TFU : 2 jari dibawah pusat

2) Kontraksi : Keras
100

3) Kandung kemih : Kosong

b) Genitalia

Terdapat laserasi dibagian mukosa vagina, otot dan kulit

perineum. Perdarahan aktif ±50 cc.

c. Analisis

P1A0 kala IV dengan laserasi perineum derajat II

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Melakukan informed consent kepada ibu untuk dilakukan

penjahitan

Ev : Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan

3) Menyiapkan hecting set untuk penjahitan perineum.

Ev : Hecting set telah siap

4) Melakukan penjahitan pada bagian mukosa vagina, otot

perineum dan kulit perineum secara jelujur dan subkutikuler.

Ev : Luka tertutup dan perdarahan berhenti

5) Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum

Ev : Ibu sudah minum segelas air putih

6) Membersihkan ibu dan tempat tidur

Ev : Ibu dapat mempraktikannya dengan benar

7) Melakukan dekontaminasi dan sterilisasi alat


101

Ev : Alat sudah kembali steril

8) Menjelaskan dan mengajarkan ibu teknik masase uterus

Ev : Ibu mengerti dan mampu melakukannya

9) Melakukan obesrvasi kala IV

Ev : Hasil tercatat di patograf

4. Dokumentasi Asuhan Nifas

a. Kunjungan I (6 Jam)

Hari/Tanggal : Jumat, 8 Mei 2021

Waktu : 04.00 WIB

Tempat : PMB Bd. G

Pengkaji : Bidan G

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan merasa ngilu pada luka jahitannya dan

belum berani ke kamar mandi.

2) Psikososial

Ibu dan keluarga merasa sangat bahagia atas kelahiran

bayinya serta selalu mendampingi Ibu.

3) Riwayat Persalinan

Ibu melahirkan tanggal 07 Mei 2021, bayi lahir spontan

pukul 22.00 WIB, persalinan ditolong oleh bidan, tidak ada

komplikasi pada ibu dan bayi.


102

4) Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu terakhir makan pukul 22.30 dengan nasi goreng, porsi

sedang

b) Hidrasi

Ibu sudah minum air putih terakhir pukul 23.00 WIB,

kurang lebih sebanyak 600 cc.

c) Eliminasi

Ibu belum berani BAK karena merasa ngilu di bagian luka

jahitan, dan belum ada keinginan BAB.

d) Istirahat

Ibu mengatakan semalam dirinya tidak dapat tidur, namun

Ibu tetap mengistirahatkan diri di atas tempat tidur.

e) Mobilisasi

Ibu sudah mampu duduk, tidur miring ke kanan dan ke kiri,

namun belum berani untuk berjalan karena takut sakit pada

luka jahitannya.

f) Hygiene

Ibu belum mengganti pembalutnya.

g) Laktasi

Ibu sudah mencoba menyusui bayinya, namun ASI baru

keluar sedikit

OBJEKTIF
103

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 85 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,2 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema, tidak pucat

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening.

d) Payudara

Bersih, simetris, Putting susu menonjol, pengeluaran ASI

masih sedikit, tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Abdomen

1) TFU : 2 jari dibawah pusat

2) Kontraksi Uterus : Baik

3) Kandung Kemih : Kosong


104

f) Ekstremitas : Tidak ada edema pada kaki, varises (-/-),

g) Genitalia

1) Perdarahan : ±80 cc

2) Lochea : Rubra

3) Tidak ada tanda infeksi, tidak ada hematum dan

pembengkakan pada luka jahitan

ANALISIS

P1 A 0 Postpartum 6 jam

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memberitahu ibu untuk tidak khawatir pada nyeri jahitannya,

menganjurkan ibu untuk duduk dalam posisi yang nyaman dan

tidak perlu takut untuk BAK selama ibu tetap menjaga

kebersihan pada area genitalia.

Ev : Ibu mengerti dan rasa khawatirnya berkurang

3) Memberitahu ibu cara merawat luka jahitan perineum

Ev : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini

Ev : Ibu bersedia
105

5) Memberikan konseling mengenai kebutuhan mengkonsumsi

makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat,

protein, sayur dan buah.

Ev : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

6) Memberikan konseling mengenai kebutuhan hidrasi yang cukup

pada ibu nifas

E : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

7) Memberikan konseling mengenai kebutuhan istirahat yang

cukup selama masa nifas

E : Ibu mengerti

8) Memberitahu ibu teknik menyusui yang baik dan benar

E : Ibu mengerti dan dapat mempraktekan ulang

9) Memberitahu ibu tanda bahaya nifas dan bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti

10) Memberikan tablet Fe 1 x 60 mg, paracetamol 1 x 500 mg/hari,

2 butir vitamin A dan amoxilin tablet 1 x 500 mg.

Ev : Ibu menerima dan bersedia mengkonsumsinya

b. Kunjungan II (7 Hari)

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Mei 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum


106

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan bayi sering tertidur dan ASI yang keluar

sedikit.

2) Psikososial

Keluarga selalu mendukung dan membantu ibu untuk merawat

bayinya.

3) Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 sampai 4 kali sehari dengan nasi,

sayur, dan lauk pauk seperti ayam, ikan, tahu, tempe dan

lain-lain. Tidak ada pantangan dalam makan.

b) Hidrasi

Ibu mengatakan minum kurang lebih 12 gelas sehari.

c) Eliminasi

Ibu mengatakan BAK ±7-8x sehari, tidak ada keluhan. Ibu

mengatakan BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan.

d) Istirahat

Ibu mengatakan tidur malam ± 6 jam sering terbangun

untuk menyusui bayinya. Tidur siang kadang-kadang ± 2

jam ketika bayi tidur.

e) Aktivitas

Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga dibantu

oleh orang tua.


107

f) Hygiene

Ibu mengatakan mandi sehari 2x, dan mengganti pembalut

4x dalam sehari.

g) Laktasi

Ibu sering menyusui bayinya, namun bayi sering susah

dibangunkan ketika tidur. Frekuensi menyusui ± 9-10 kali

sehari.

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 85 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,5 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher
108

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening.

d) Payudara

Bersih, simetris, Putting susu menonjol, pengeluaran ASI

masih sedikit, tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Abdomen

TFU : Pertengahan simfisis dan pusat

Kontraksi uterus : Baik

Kandung Kemih : Kosong

f) Ekstremitas

Tidak ada edema pada kaki, varises (-/-), refleks patella

(+/+)

g) Genitalia

Kebersihan baik. Luka jahitan baik, tidak ada tanda infeksi

dan tidak ada hematom. Lochea sanguinolenta ± 50 cc.

4) Pemeriksaan Penunjang

Kadar Hb : 13 gr/dL

ANALISIS

P1 A 0 Postpartum 7 hari

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan


109

2) Menganjurkan ibu untuk membangunkan bayinya setiap 2 jam

sekali, dan tetap menyusui bayinya secara sering agar produksi

ASI meningkat.

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

3) Memberikan support dan pujian pada ibu agar menyusui

bayinya secara eksklusif

Ev : Kekhawatiran ibu terlihat berkurang

4) Mengajarkan teknik menyusui yang baik dan benar

Ev : Ibu mampu menyusui bayinya dengan baik terlihat bayi

yang tenang saat disusui

5) Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat pada siang hari

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

6) Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan area genital.

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

7) Memberikan konseling cara merawat bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti

8) Memberitahu pada ibu jadwal home visit selanjutnya

Ev : Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah

c. Kunjungan III (14 Hari)

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Mei 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum


110

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

2) Psikososial

Ibu mengatakan masih belajar mencoba merawat bayinya

seorang diri. Keluarga dan suami selalu mendukung ibu.

3) Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 – 4 kali sehari, dengan porsi

besar. Ibu biasa makan dengan nasi, lauk pauk, sayur,

terkadang buah dan suka mengkonsumsi camilan.

b) Hidrasi

Ibu mengatakan minum 10 – 12 gelas air putih sehari.

c) Eliminasi

Ibu mengatakan BAK 7 – 8 kali sehari, tidak ada keluhan.

BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan.

d) Istirahat

Ibu mengatakan tidur malam ± 6 jam, dan kadang tidur

siang ketika bayi sedang tertidur

e) Aktivitas

Ibu mengatakan sedikit kelelahan mengurus pekerjaan

rumah.

f) Laktasi
111

Ibu mengatakan menyusui setiap 2 jam sekali pada siang

hari dan pada malam hari saat bayi terbangun saja. Saat

malam hari produksi ASI sedikit.

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg

b) Nadi : 85 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,5 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening.

d) Payudara
112

Bersih, simetris, Putting susu menonjol, pengeluaran ASI

banyak, tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Genitalia

1) Lochea : Alba

ANALISIS

P1 A 0 Postpartum 14 hari

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memberi apresiasi pada ibu karena telah dapat merawat bayinya

dengan baik

Ev : Ibu terlihat senang

3) Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif untuk bayinya

hingga berusia 6 bulan

E : Ibu mengerti

4) Konseling mengenai teknik dan posisi menyusui yang baik dan

benar.

E : Ibu mengerti dan mempraktekkan ulang

5) Mengapresiasi pola makan ibu yang sudah baik, dan

mengingatkan kembali kebutuhan nutrisi yang seimbang.

E : Ibu mengerti
113

6) Mengingatkan ibu mengenai kebutuhan istirahat, dan jika lelah

ibu dapat meminta bantuan keluarga untuk mengurus pekerjaan

rumah

Ev : Ibu mengerti

7) Memberikan konseling tentang cara merawat bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

d. Kunjungan IV (29 Hari)

Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Juni 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

2) Psikososial

Ibu mengatakan mulai terbiasa merawat bayinya seorang diri

dan terkadang dibantu oleh orang tua. Orang terdekat dan

keluarga banyak memberikan dukungan pada ibu.

3) Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 – 4 kali sehari, porsi makannya

bertambah dan tidak ada pantangan. Ibu biasa makan


114

dengan nasi, lauk pauk, sayur, terkadang buah dan suka

mengkonsumsi camilan.

b) Hidrasi

Ibu mengatakan minum 10 – 12 gelas air putih sehari.

c) Eliminasi

Ibu mengatakan BAK 7 – 8 kali sehari, tidak ada keluhan.

BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan.

d) Istirahat

Ibu mengatakan tidur malam ± 6 jam, dan kadang tidur

siang ketika bayi sedang tertidur

e) Aktivitas

Ibu mengatakan sedikit kelelahan mengurus pekerjaan

rumah.

f) Laktasi

Ibu mengatakan produksi ASI nya meningkat, menyusui

setiap 2 jam sekali pada siang hari dan pada malam hari saat

bayi terbangun saja.

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital


115

a) Tekanan darah : 130/90 mmHg

b) Nadi : 85 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,5 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada edema

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah

bening.

d) Payudara

Bersih, simetris, Putting susu menonjol, pengeluaran ASI

banyak, tidak ada rasa nyeri, tidak ada benjolan

e) Genitalia

1) Lochea : Alba

ANALISIS

P1 A 0 Postpartum 29 hari

PENATALAKSANAAN
116

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu

Ev : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memberi apresiasi pada ibu karena telah dapat merawat bayinya

dengan baik

Ev : Ibu terlihat senang

3) Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif untuk bayinya

hingga berusia 6 bulan

E : Ibu mengerti

4) Mengingatkan ibu mengenai kebutuhan istirahat, dan jika lelah

ibu dapat meminta bantuan keluarga untuk mengurus pekerjaan

rumah

Ev : Ibu mengerti

e. Kunjungan V (40 Hari)

Hari/Tanggal : Rabu, 16 Juni 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Secara daring (via video call)

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

2) Pengkajian Data KB
117

Ibu mengatakan dirinya sudah mendapatkan pelayanan KB

dua hari yang lalu (14 Juni 2021) di PMB Bd. G. Suami

mendukung keputusan ibu.

3) Pengkajian Nifas Saat Ini

a) Nutrisi

Ibu makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk

pauk dalam porsi besar.

b) Hidrasi

Ibu minum air putih >12 gelas sehari

c) Eliminasi

Ibu mengatakan BAK ±5 kali sehari, tidak ada keluhan.

BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan.

d) Istirahat

Ibu mengatakan tidur malam ± 6 jam, dan tidur siang ±1

jam

e) Aktivitas

Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga

seperti biasa dibantu oleh orang tua.

f) Personal Hygiene

Ibu mandi 2x sehari, sudah tidak menggunakan pembalut.

g) Laktasi

Ibu mengatakan produksi ASI pada payudara kanan dan kiri

lancar, bayi menyusu dengan durasi ±15 menit setiap 2 jam.

4) Riwayat Psikososial
118

Ibu mengatakan merasa senang selama merawat bayinya, suami

dan keluarga membantu ibu.

OBJEKTIF

Tidak dilakukan. Pemberian asuhan dilaksanakan secara daring.

ANALISIS

P1 A 0 post partum hari ke-40

PENATALAKSANAAN

1) Mengapresiasi dan mengingatkan ibu untuk selalu menjaga

asupan nutrisi yang bergizi selama masa nifas

Ev : Ibu mengerti dan bersedia memperhatikan asupan

makanannya.

2) Mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif untuk bayinya

hingga berusia 6 bulan

E : Ibu mengerti

3) Memberikan informasi kepada ibu mengenai efek samping KB

suntik 3 bulan

Ev : Ibu mengerti

4) Mengingatkan ibu jadwal kunjungan KB selanjutnya

Ev : Ibu mengetahui jadwal kunjungan ulangnya tanggal 14

Agustus 2021
119

5) Menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan apabila

ada keluhan.

Ev : Ibu mengerti dan bersedia

5. Dokumentasi Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Kunjungan I (6 Jam)

Hari/Tanggal : Jumat, 8 Mei 2021

Waktu : 04.00 WIB

Tempat : PMB Bd. G

Pengkaji : Bidan G

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2) Identitas Bayi

a) Nama : Bayi Ny. R

b) Tanggal/jam lahir : 7 Mei 2021 / 22.00 WIB

c) Usia : 6 jam

d) Jenis kelamin : Perempuan

e) Anak ke : 1 (Satu)

3) Identitas orang tua

a) Jenis kelamin : Ny. R / Tn. R

b) Usia : 22 tahun / 28 tahun

4) Eliminasi
120

a) BAK : Bayi sudah BAK

b) BAB : Bayi sudah BAB

5) Faktor lingkungan

Ibu mengatakan rumahnya tidak terkena polusi asap dari jalan

raya dan pabrik. Ada akses air bersih, terdapat ventilasi udara,

pencahayaan baik dan cahaya matahari dapat masuk ke rumah.

6) Faktor maternal dan neonatal

a) HPHT : 23 – 07 – 2020

b) TP : 30 – 04 – 2021

c) UK : 41 minggu

d) Bayi lahir spontan, ditolong oleh bidan dan tidak ada

komplikasi

7) Faktor sosial

a) Tempat tinggal : Ibu tinggal bersama suami dan

anaknya

b) Dukungan keluarga : Keluarga mendukung penuh

kelahiran bayi pertama ibu.

c) Perawatan Bayi : Ibu akan merawat bayinya sendiri

dibantu oleh orang tua

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik

Tonus otot : baik


121

2) Tanda- tanda Vital

a) BJA : 140 x/menit

b) Pernafasan : 40 x/menit

c) Suhu : 36,7 ̊C

3) Antropometri

a) Lingkar kepala : 33 cm

b) Lingkar dada : 33 cm

c) BB : 3200 gram

d) PB : 50 cm

4) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bersih, ubun-ubun besar tidak ada cekungan, tidak ada

penonjolan dan pembengkakan

b) Kulit

Kulit badan berwarna kemerahan

c) Wajah

Tidak ada oedema, tidak pucat, simetris, warna kemerahan

d) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

e) Telinga

Simetris, tidak ada serumen yang keluar

f) Hidung

Tidak ada benjolan, tidak ada sekret


122

g) Mulut

Tidak ada bibir sumbing (labioskizis dan labiopalatoskizis)

h) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

i) Dada

Simetris, tidak ada kelainan

j) Tali Pusat

Masih basah, tidak terlihat tanda perdarahan dan infeksi

k) Punggung

Tidak ada spina bifida

l) Ekstremitas

Jumlah jari lengkap dan warna kulit merah muda

m) Genitalia

Labia mayora menutupi labia minora, vagina berlubang

n) Anus

Anus berlubang, belum keluar mekonium

5) Refleks

a) Refleks Moro : (+)

b) Refleks Grasping : (+)

c) Refleks Sucking : (+)

d) Refleks Rooting : (+)

e) Refleks Walking : (+)

f) Refleks Tonic Neck : (+)


123

ANALISIS

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 6 jam

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bayinya pada ibu dan keluarga

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga untuk

dilakukan imunisasi HB0

Ev : Ibu dan keluarga menyetujui

3) Melakukan penyuntikan imunisasi HB0 secara intra muscular

di paha anterolateral bayi bagian kanan pukul 04.30 WIB,

Ev : HB0 telah disuntikan

4) Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian dan

membedongnya

Ev : Bayi terjaga kehangatannya

5) Memberitahu ibu cara merawat tali pusat untuk tetap bersih,

kering dan terbuka.

E : Ibu mengerti cara merawat tali pusat

6) Memfasilitasi bayi untuk menyusu kepada ibunya

Ev : Bayi dapat menyusu kepada ibunya

b. Kunjungan II (7 Hari)

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Mei 2021


124

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2) Pola Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya hanya mengkonsumsi ASI,

bayi menyusu sehari ± 2 – 3 jam sekali dengan durasi 10

menit, ibu menyusui pada payudara kiri saja.

b) Eliminasi

Ibu mengatakan bayi BAK sehari ±8 – 9x dan BAB

sehari 2 – 3 x sehari.

c) Istirahat

Ibu mengatakan bayinya tidur ±16 jam sehari dan

sulit dibangunkan apabila waktunya untuk menyusui.

d) Personal Hygiene

Bayi mandi 1x sehari pagi dan diseka 1x pada sore hari

menggunakan air hangat.

OBJEKTIF

1) Kesadaran : Composmentis
125

2) Tanda- tanda Vital

a) BJA : 130 x/menit

b) Pernafasan : 42 x/menit

c) Suhu : 36,7 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada oedema, tidak pucat, simetris

b) Mata

Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada

pengeluaran cairan maupun nanah.

c) Dada

Simetris, tidak ada kelainan

d) Abdomen

Tali pusat sudah puput, keadaan bersih dan kering, tidak ada

tanda infeksi dan tidak ada perdarahan.

e) Genitalia

Keadaan bersih, tidak ada keluhan

f) Anus

Keadaan bersih

6) Refleks

a) Refleks Moro : (+)

b) Refleks Grasping : (+)

c) Refleks Sucking : (+)

d) Refleks Rooting : (+)


126

e) Refleks Walking : (+)

f) Refleks Tonic Neck : (+)

ANALISIS

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 7 hari

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bayinya pada ibu dan keluarga

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat dan

rutin menyusui dalam 2-3 jam sekali bergantian pada kedua

payudara. Lalu memotivasi apabila bayinya sedang tidur pun

tetap dibangunkan karena sudah masuk waktu kebutuhannya

untuk menyusu

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

3) KIE tatalaksana perah ASI

Ev : Ibu mengerti dan bersedia untuk mencobanya

4) KIE cara perawatan bayi

Ev : Ibu mengerti

5) Memfasilitasi bayi untuk menyusu kepada ibunya

Ev : Bayi dapat menyusu kepada ibunya

6) Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali


127

c. Kunjungan III (14 Hari)

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Mei 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

Pengkaji : Kardita Rida Prasetyaningrum

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2) Pola Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya hanya mengkonsumsi ASI,

bayi menyusu sehari ±12x dengan durasi 10 menit sekali

menyusu, ibu menyusui pada payudara kanan dan kiri.

b) Eliminasi

Ibu mengatakan bayi BAK sehari ±8-9x dan BAB

sehari 4x. Tidak ada keluhan.

c) Istirahat

Ibu mengatakan bayinya tidur ±16 jam sehari dan sudah

tidak sulit saat dibangunkan.

OBJEKTIF

1) Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital


128

a) BJA : 132 x/menit

b) Pernafasan : 42 x/menit

c) Suhu : 36,8 ̊C

3) Antropometri

a) Berat badan : 3500 gram

b) Panjang badan : 51 cm

4) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada oedema, tidak pucat, simetris

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

c) Dada

Simetris, tidak ada kelainan

d) Abdomen

Sudah puput, keadaan bersih, tidak ada tanda infeksi dan

tidak ada perdarahan.

e) Genitalia

Keadaan bersih, tidak ada keluhan

f) Anus

Keadaan bersih

ANALISIS

Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan usia 14 hari


129

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bayinya pada ibu dan keluarga

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memberikan pujian pada ibu karena dapat merawat bayinya

dengan baik.

Ev : Ibu terlihat senang

3) Memberi motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya secara

eksklusif selama 6 bulan

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

4) Mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi pada bayinya

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

5) Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti

d. Kunjungan IV (29 Hari)

Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Juni 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ibu

SUBJEKTIF

1) Alasan Kunjungan / Keluhan

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2) Pola Aktivitas
130

a) Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya hanya mengkonsumsi ASI,

bayi menyusu sehari ±12x dengan durasi 10 menit sekali

menyusu, ibu menyusui pada payudara kanan dan kiri.

b) Eliminasi

Ibu mengatakan bayi BAK sehari ±8-9x dan BAB

sehari 2 – 3 x sehari. Tidak ada keluhan.

c) Hygiene

Bayi dimandikan pada pagi hari dan sore hari.

d) Istirahat

Ibu mengatakan bayinya tidur ±16 jam sehari dan sudah

tidak sulit saat dibangunkan.

OBJEKTIF

1) Kesadaran : Composmentis

2) Tanda- tanda Vital

a) BJA : 138 x/menit

b) Pernafasan : 42 x/menit

c) Suhu : 36,8 ̊C

3) Pemeriksaan Fisik

a) Wajah

Tidak ada oedema, tidak pucat, simetris

b) Mata

Konjungtiva : Merah muda


131

Sklera : Putih

c) Dada

Simetris, tidak ada kelainan

d) Abdomen

Bekas tali pusat bersih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi

e) Genitalia

Keadaan bersih, tidak ada pengeluaran cairan ataupun

nanah

ANALISIS

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 29 hari

PENATALAKSANAAN

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bayinya pada ibu dan keluarga

Ev : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan

2) Memberikan apresiasi pada ibu karena dapat merawat bayinya

dengan baik.

Ev : Ibu terlihat senang

3) Memberi motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya secara

eksklusif selama 6 bulan

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

4) Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian dan

membedongnya

Ev : Bayi terjaga kehangatannya


132

5) Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya imunisasi BCG di

Posyandu.

Ev : Ibu bersedia

6) Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir

Ev : Ibu mengerti

e. Kunjungan V (40 Hari)

Hari/Tanggal : Rabu, 16 Juni 2021

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Secara daring melalui video call

SUBJEKTIF

1) Keluhan

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2) Pola Aktivitas

a) Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya hanya mengkonsumsi ASI,

bayi menyusu sehari ±12x dengan durasi 10 menit, ibu

menyusui bayinya pada payudara kanan dan kiri.

b) Eliminasi

Ibu mengatakan bayi BAK sehari ±8-9x dan BAB

sehari 2 – 3 x sehari. Tidak ada keluhan.

c) Hygiene

Bayi dimandikan pada pagi hari dan sore hari.


133

d) Istirahat

Ibu mengatakan bayinya tidur ±16 jam sehari dan sudah

tidak sulit saat dibangunkan.

OBJEKTIF

Tidak dilakukan dikarenakan pemberian asuhan dilakukan secara

daring.

ANALISIS

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 40 hari

PENATALAKSANAAN

1) Memberikan apresiasi pada ibu karena dapat merawat bayinya

dengan baik.

Ev : Ibu terlihat senang

2) Memberi motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya secara

eksklusif selama 6 bulan

Ev : Ibu mengerti dan akan melakukannya

3) Mengingatkan jadwal imunisasi selanjutnya yaitu DPT 1 dan

Polio II satu bulan dari imunisasi sebelumnya yaitu pada tanggal

5 Juli 2021.

Ev : Ibu mengetahui jadwal imunisasi selanjutnya dan bersedia

membawa bayinya imunisasi

4) Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir


134

Ev : Ibu mengerti

C. Pembahasan

1. Asuhan Antenatal

Dalam laporan tugas akhir ini, penulis mengambil pasien Ny. R

yang berusia 22 tahun, hamil anak pertama, dengan usia kehamilan 39

minggu 4 hari. Kunjungan pertama dan kedua pada pasien Ny. R

dilaksanakan di Posyandu pada tanggal 26 April 2021. Sebelum

melakukan pemeriksaan, penulis dan klien tetap menerapkan protokol

kesehatan yang diantaranya memakai masker, menjaga jarak, mencuci

tangan, menghindari kerumunan, dan menganjurkan klien untu

mengurangi mobilitas atau disingkat 5M sesuai anjuran Kemenkes RI

tahun 2021.

Pemeriksaan umum kehamilan dilakukan secara lengkap sesuai

dengan rangkaian standar pelayanan yaitu 10T (Timbang berat badan dan

ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, ukur LILA, ukur tinggi

fundus uteri, periksa denyut jantung janin, menentukan presentasi,

imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes laboratorium, dan KIE efektif).

Namun penulis hanya melakukan pemeriksaan lab berupa kadar Hb,

protein urin dan glukosa urin pada kunjungan pertama saja. Didapatkan

kadar Hb klien sebesar 12 gr/dL yang merupakan batas standar kadar Hb

untuk Ibu hamil, diketahui klien rutin meminum tablet Fe satu butir

setiap malam. Pada pemeriksaan protein urin dan glukosa urin

didapatkan hasil negatif.


135

Senam hamil dilakukan sekali pada kunjungan pertama, menurut

Ulfah H tahun 2019 senam hamil mempunyai manfaat untuk melatih otot

yang akan membantu dalam proses persalinan. Selain itu terdapat teknik

pernafasan yang dapat membantu menstabilkan emosi.

Pada pemeriksaan tinggi fundus uteri di kunjungan pertama, hasil

pemeriksaan dan teori sudah sesuai yaitu 33 cm untuk usia kehamilan 39

– 40 minggu. Pada kunjungan kedua usia kehamilan klien mencapai 40

minggu dan hasil pengukuran TFU adalah 34 cm, jika ditilik hal tersebut

merupakan kesenjangan dengan teori yang mana pengukuran TFU

menurut Leopold adalah 37,7 cm untuk usia kehamilan 40 minggu.

Keluhan yang disampaikan klien pada pertemuan pertama ialah

rasa khawatir dalam menghadapi persalinan. Seperti yang dijelaskan

Puwantari dan Marwati jika kecemasan dapat timbul ketika individu

menghadapi pengalamana-pengalaman baru. Ibu hamil yang pertama kali

hamil akan lebih merasa cemas dibandingkan dengan ibu hamil yang

sudah pernah melahirkan. Hal ini didasarkan bahwa cemas dapat timbul

ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti

memulai pekerjaan baru, atau melahirkan bayi. Selain itu ketidaktahuan

ibu akan kondisi bayi yang dikandungnya ikut memperbesar tingkat

kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan. Ibu takut kalau-kalau bayi

yang akan dilahirkannya cacat atau bernasib buruk. Penulis menangani

kecemasan klien dengan menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan

sehingga klien mengetahui kondisi kesehatan diri dan janinnya baik-baik


136

saja. Selain itu penuli menganjurkan klien untuk rileks dan berfikir

positif.

Pada kunjungan ANC pertama, berdasarkan hasil pengkajian

didapatkan klien terbiasa tidur larut malam dengan lama 6 jam, dan klien

jarang tidur siang karena harus beraktivitas mengerjakan pekerjaan

rumah. Menurut teori Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas

fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Wanita hamil dianjurkan

untuk merencanakan istirahat yang teratur karena dapat meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan

pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama kurang lebih 8 jam

dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam.

Pada kunjungan ANC kedua, berdasarkan hasil anamnesa, klien

mengeluhkan jika dirinya sering merasa nyeri pada perut bagian bawah.

Menanggapi keluhan tersebut penulis memberikan pengertian pada ibu

jika nyeri yang dialami merupakan perubahan fisiologis pada kehamilan

trimester III yang mana ukuran rahim membesar dan membuat otot-otot

perut terasa nyeri. Untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut ibu

dapat mengatasinya dengan cara menekuk lutut kearah perut, mandi air

hangat, dan mengganjal bagian samping perut dengan bantal ketika tidur

posisi miring kiri. (Tyastuti, 2016)

2. Asuhan Intranatal

a. Kala I
137

Pada pukul 10.00 WIB tanggal 7 Mei 2021 klien datang ke

PMB Bd. G karena merasakan kontraksi yang teratur sejak pukul

05.30 WIB namun belum mendapati adanya pengeluaran lendir

darah dari vagina.

Pada pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum klien

dalam keadaan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal dan pada

pemeriksaan genitalia belum terdapat pengeluaran lendir darah,

pembukaan serviks 1 cm, dan kondisi ketuban utuh. Berdasarkan

data tersebut maka klien sedang dalam kondisi kala I fase laten

persalinan. Mengetahui hasil pemeriksaan tersebut, klien

memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Penulis menyarankan

pada klien untuk berjalan kecil-kecil dan beraktivitas ringan saja

dirumah. Apabila sudah mendapati lendir darah maka klien dapat

kembali ke klinik.

Pada pukul 17.00 WIB tanggal 7 Mei 2021, klien kembali

ke klinik dengan keluhan frekuensi mules yang dirasakan semakin

sering dan kuat disertai dengan keluarnya lendir darah dari vagina.

Pada saat pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 5 cm. Yang

berarti klien sedang dalam tahapan kala I fase aktif persalinan.

Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala 1

fase aktif sangat penting, karena Kondisi nyeri yang tidak terkelola

dengan baik akan menimbulkan berbagai efek bagi ibu maupun

janin. Untuk meredakan nyeri yang dialami, bidan menuntun ibu

untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam.


138

Relaksasi pernafasan dalam adalah relaksasi dengan

menggunakan nafas yang pelan dan dalam, teknik relaksasi nafas

dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal

ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan

nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Tujuan relaksasi

pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan tegangan

otot, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress baik stress

fisik emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri (mengontrol atau

mengurangi nyeri) dan menurunkan kecemasan. (Nur & Putri, 2019)

Kala I klien tidak terjadi kesenjangan karena fase laten

berlangsung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam, hal ini sesuai

dengan teori yang ada yaitu berlangsungnya kala I fase laten tidak

melebihi 7 – 8 jam dan fase aktif tidak melebihi 6 jam.

Pada penelitian, pasien persalinan normal kala 1 fase laten

intensitas nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi pernafasan rata-

rata mengalami nyeri berat dan ketika diberikan teknik relaksasi

pernafasan nyeri yang dirasakan ibu terasa lebih ringan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara signifikan antara

tingkat nyeri pada pasien persalinan normal kala 1 fase laten

sebelum diberikan teknik relaksasi pernafasan dan sesudah diberikan

teknik relaksasi pernafasan.


139

b. Kala II

Pada pukul 21.30 WIB klien mengatakan sudah merasakan

keinginan mengeran saat kontraksi, terdapat tekanan pada anus,

vulva membuka, perineum menonjol, dan sudah keluar air-air yang

tidak dapat ditahan. Setelah menentukan posisi yang nyaman, klien

dipimpin untuk mengeran. Kala II berlangsung selama 30 menit.

c. Kala III

Pada asuhan kala III tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

pelaksanaan, lamanya kala III berlangsung selama 5 menit dengan

menerapkan MAK III sesuai dengan rekomendasi WHO.

d. Kala IV

Pada hasil pemeriksaan kala IV, terdapat robekan jalan lahir pada

bagian mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum yang

menunjukkan klien mengalami laserasi perineum derajat II sehingga

perlu dilakukan penjahitan. Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi

adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan

mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (Johatiyah & Ningrum,

2012).

3. Asuhan Postnatal

Asuhan yang diberikan pada nifas 6 jam berupa mengkaji keluhan

ibu yang merasa takut untuk mobilisasi karena ngilu di area luka jahitan

perineum. Berdasarkan penelitian Novita dkk (2020) bahwa mobilisasi


140

dini secara bertahap sangat berguna dalam proses penyembuhan luka

jahitan perineum. Selain itu mobilisasi dini membuat sistem organ usus

dan kandung kencing juga menjadi lebih baik.

Kondisi produksi ASI yang sedikit seperti yang dialami Ny. R

dikutip dari Proverawati (2010) menyatakan bahwa jumlah persalinan

yang pernah dialami ibu memberikan pengalaman dalam memberikan

ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga

tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI. Pada ibu yang baru

pertama kali melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali melahirkan anak

seringkali menemukan masalah dalam memberikan ASI.

Terjadi kesenjangan dalam pemberian obat sebelum klien pulang,

yaitu pemberian antibiotik dengan merek dagang Amoxicillin. Dalam

standar asuhan kebidanan pada masa nifas tidak terdapat panduan yang

menganjurkan pemberian rutin antibiotik untuk setiap ibu nifas.

Pemberian antibiotik harus dipertimbangkan apabila klien dalam keadaan

berpotensi mengalami infeksi.

Pada kunjungan II, klien mengeluhkan jika produksi ASI nya masih

sedikit karena frekuensi menyusui bayi yang jarang. Frekuensi menyusui

menjadi salah satu cara menigkatkan produksi ASI seperti pernyataan

Susanti (2012) yang mengatakan jika hisapan bayi dapat merangsang

kelenjar-kelenjar di sekitar areola untuk mensekresi hormon oksitosin

yang dapat mendorong ASI keluar lancar. Sebaliknya, ibu yang jarang

menyusui bayinya maka pengeluaran ASI-nya tidak lancar.


141

Kondisi luka jahitan klien sudah kering, klien mengatakan selalu

menjaga kebersihan luka jahitan dengan membersihkannya dengan sabun

ketika mandi, aktif bergerak, mengkonsumsi makanan yang tinggi

protein seperti ayam, telur, dan daging-dagingan untuk membantu

pemulihan luka.

Pada kunjungan III, didapatkan produksi ASI dan intensitas menyusu

bayi meningkat karena bayi sudah tidak sering tertidur.

Pada kunjungan IV Ibu sudah mendapatkan suntik KB progestin.

Pada kunjungam V yang dilakukan secara daring, Ibu dalam keadaan

baik dan tidak ada keluhan.

4. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Perawatan neonatal esensial dilakukan untuk menunjang kesehatan

bayi baru lahir. Pada awal kelahiran hingga satu jam pertama bayi Ny. R

dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau proses meletakkan bayi

baru lahir pada dada atau perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari

sendiri sumber air susu ibu atau ASI dan mulai menyusu. Bayi akan

mendapatkan kekebalan tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu karena dapat

membantu mempercepat proses pemulihan pasca persalinan. Dalam 1

jam kehidupan pertama bayi dilahirkan ke dunia, bayi dipastikan untuk

mendapatkan kesempatan melakukan IMD sesuai anjuran dari Kemenkes

pada tahun 2017.

Bayi baru lahir harus diberikan salep mata tetrasiklin 1% sebagai

langkah pencegahan infeksi mata pada satu jam pertama kelahiran. Lalu
142

memberikan suntik vitamin K dosis 1 mg untuk mencegah perdarahan

bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh

sebagian bayi baru lahir.

Pemberian imunisasi HB-0 diberikan pada 6 jam setelah kelahiran

bayi. Imunisasi ini sangat penting untuk mencegah bayi tertular penyakit

hepatitis. Manfaat Imunisasi Hepatitis B akan meningkat jika diberikan

sejak dini, biasanya pada usia bayi 0 sampai 7 hari dengan cara

disuntikan secara intramuscular.

Penulis mengajarkan pada klien cara merawat tali pusat bayi yaitu

dengan prinsip bersih, kering dan terbuka. Ini sesuai dengan himbauan

cara perawatan tali pusat menurut JNPK-KR Depkes dan Kemenkes RI,

yaitu :

1. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat.

2. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan,

tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat

basah/lembab

3. Lipat popok di bawah puntung tali pusat

4. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT

dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

Pada kunjungan kedua, bayi memiliki kebiasaan tertidur terutama

pada siang hari dan sulit dibangunkan. Meskipun telah dicoba

menggelitiki bagian-bagian tubuhnya bayi sering sekali enggan bangun


143

sehingga frekuensi menyusu berkurang yang berakibat pada produksi

ASI yang berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut penulis menganjurkan

ibu agar tetap membangunkan bayinya setiap 2 hingga 3 jam sekali untuk

menyusu.

Pada kunjungan ketiga bayi dalam kondisi baik, frekuensi

menyusui bayi semakin meningkat hingga kurang lebih 12 kali sehari,

dan bayi sudah tidak sulit dbangunkan. Hasil penimbangan berat badan

3500 gram dan panjang badan 51 cm.

Pada kunjungan keempat, bayi tidak ada keluhan. Bayi berencana

diimunisasi BCG di Posyandu esok harinya. Untuk mengurangi angka

kematian dan kesakitan pada tuberkulosis, vaksinasi BCG dimasukkan

kedalam imunisasi wajib bagi anak Indonesia. Vaksinasi BCG ini

mengandung Baccile Calmette Guerin yang dibuat dari bibit penyakit

hidup yang dilemahkan. Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang

diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit Tuberkulosis,

berasal dari strain bovinum M. Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin

yang mengandung sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi

meninggalkan tanda bekas luka yang nyata, biasanya di lengan atas

dan memberikan kekebalan selama 3-6 tahun terhadap infeksi primer

dan efektif untuk rata-rata 70% bayi yang diimunisasi .

Pada kunjungan kelima yang dilaksanakan secara video call. Bayi

dalam kondisi baik dan tidak ada keluhan. Asuhan yang diberikan ialah

memotivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif selama 6 bulan. Proses


144

pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0–6

bulan disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi

tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh

ibu yaitu ASI.


145

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan komprehensif dari masa kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. R, penulis dapat

mengambil kesimpulan :

1. Pada asuhan kehamilan Ny. R, penulis selalu mematuhi protokol

kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19.

2. Penulis melakukan asuhan kehamilan pada Ny. R dimulai dari usia

kehamilan 39 minggu hingga usia kehamilan 41 minggu. Masalah

yang ditemukan adalah nyeri perut bagian bawah yang dapat teratasi

setelah dilakukan asuhan.

3. Asuhan persalinan Ny. R berlangsung normal tanpa ada penyulit, lalu

terdapat laserasi derajat II yang teratasi dengan baik.

4. Asuhan bayi baru lahir Ny. R berlangsung normal. Pertumbuhan dan

perkembangan bayi berlangsung normal.

5. Pada asuhan nifas ditemukan masalah yaitu kurangnya istirahat ibu,

kekhawatiran pada luka jahitannya dan produksi ASI yang sedikit.

Masalah tersebut dapat teratasi dan terdapat perubahan setelah

dilakukan asuhan.
146

B. Saran

1. Bagi Institusi

Diharapkan institusi memberi waktu yang cukup untuk melakukan

asuhan secara komprehensif sehingga asuhan yang diberikan dapat

optimal.

2. Bagi Klien

Diharapkan klien dapat menerapkan asuhan yang telah diberikan

dalam merencanakan kehamilan selanjutnya agar senantiasa sehat dan

lancar.

3. Bagi Penulis

Diharapkan dengan adanya Asuhan Kebidanan Komprehensif

penulis dapat lebih baik lagi dalam memberikan asuhan continuity yang

berkualitas pada klien.


147

DAFTAR PUSTAKA

Aghadiati, F. (2019). HUBUNGAN ASUPAN GIZI, TINGGI FUNDUS UTERI


DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN BERAT BAYI LAHIR. SCIENTIA
JOURNAL VOL 8 NO 1

Ayu, N. G., & Supliyani, E. (2017). KARAKTERISTIK IBU BERSALIN


KAITANNYA DENGAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA 1
DI KOTA BOGOR. JURNAL KEBIDANAN Vol 3, No 4, Oktober, 204-
210.

Cunningham. (2012). Obtetri Williams. Jakarta: EGC.

Damayanti, I. P. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan


Ketidaknyamanan Sering BAK. Lembaga Penelitian dan Penerbitan Hasil
Penelitian Ensiklopedia, 185-190.

Ekowati, D. (2020). Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III berhubungan
dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Paleran Kecamatan Umbulsari
Kabupaten Jember. Jurnal MID-Z (Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah
Kebidanan Vol 3 No 2, November 2020, 48 - 53.

Fitriani, L. (2018). Efektivitas Senam Hamil dan Yoga Hamil Terhadap


Penurunan Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas
Pekkabata. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 72-80.

Halimatussakdiah. (2017). LAMANYA PERSALINAN KALA I DAN II PADA


IBU MULTIPARA DENGAN APGAR SCORE BAYI BARU LAHIR.
Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, 6-12.

Hatini, E. E. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Palangka Raya: Wineka


Media.

Hermawan, A. (2017). Gambaran Pilihan Persalinan Oleh Tenaga Non


Kesehatan/Tanpa Pertolongan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
89-102.

Hidayati, U. (2019). SENAM HAMIL UNTUK MASA KEHAMILAN DAN


PERSIAPAN PERSALINAN. PLACENTUM Jurnal Ilmiah Kesehatan
dan Aplikasinya,Vol. 7(2), 12.
148

Hodijah, S., Ningsih, F. B., & Zulfa, M. (2018). erbedaan Posisi Berbaring dan
Miring terhadap Pungtum Maksimum Denyut Jantung Janin (DJJ)
Primigravida. Vol.8. No.2, Juni 2018.

Husin, F. (2015). Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

Icesmi, S. (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Resiko


Tinggi. Makassar: Nuha Medika.

Jamil, S. N., Sukma, F., & Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

JNPK-KR. (2017). Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Depkes RI.

Johatiyah, & Ningrum, E. W. (2012). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi


Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media.

Katiandagho, N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Angka


Kejadian Asfiksia Neonatorum. Jurnal Ilmiah Bidan, 28-38.

Kemenkes. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi


Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir
Selama Social Distancing. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

KEMENKESRI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

KNEPK, K. N. (2011). Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan .

Levano, d. (2003). Obstetri Wiliams panduan ringkas : Edisi 21. Bandung : EGC .

Lindy, R. N. (2016). Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Hamil


Tentang Cara Pencegaham Hemoroid Di BPM Choirul Mala Palembang.
Palembang: STIKES Siti Khadijah Palembang.

Lusiana El Sinta, F. A. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,


Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedika Pustaka.
149

Manik, C. V. (2017). Hubungan Senam Hamil dengan Kram Kaki Pada Ibu Hamil
Trimeter III Di RSIA Kirana Sepanjang Sidoarjo. Proceeding Of CSW
Candle, 148-163.

Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Marmi, & K, R. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Maulida, S. W. (2012). FAKTOR–FAKTOR MEMPENGARUHI CAKUPAN


IMUNISASITETANUS TOKSOIDPADA IBU HAMIL DIWILAYAH
KERJAPUSKESMASMEUTULANG KECAMATAN PANTON
REUKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Mintarsih, S. (2008). BERAT BADAN DAN NUTRISI PADA WANITA


HAMIL. Muhammadiyah Surakarta.

Mustika, D. N., & Puspitaningrum, D. (2017). PEMERIKSAAN KADAR


HEMOGLOBIN DAN URINEPADA IBU HAMIL DI
LABORATORIUM KESEHATAN TERPADU UNIMUS. Jurnal
Unimus.

Ningsih, D. A. (2017). Continuity Of Care Kebidanan. Jurnal Ilmiah Kebidanan


Oksitosin, 67-77.

Novianty, A. (2017). Konsep Kebidanan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Nur, H. A., & Putri, I. S. (2019). Gambaran Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Pada Pasien Dengan Nyeri Persalinan Kala I. Jurnal Profesi
Keperawatan Vol. 6 No. 1.

Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Purwanto, T. S. (2018). Modul Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.


Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Renityas, N. N. (2017). Efektivitas Acuyoga Terhadap Keluhan Insomnia Pada


Ibu Hamil Trimester III Di Masyarakat Agriculture Tradisional di Wilayah
Kerja Puskesmas Ngancar Kabupaten Kediri. Jurnal Ners dan Kebidanan,
98-103.
150

Rosalina, S., & Titi Istiqomah, S. B. (2017). HUBUNGAN ASUPAN KALORI


DAN PROTEIN IBU NIFAS DENGAN LAMA PENYEMBUHAN
LUKA PERINEUM DI PUSKESMAS BALOWERTI KOTA KEDIRI
INDONESIA. JURNAL EDUMidwifery, Vol. 1, No. 2.

Rukiah, A. Y. (2013). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta: Trans Info


Media.

Rukmana, S. C., & Kartasurya, M. I. (2014). HUBUNGAN ASUPAN GIZI DAN


STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN BERAT
BADAN LAHIR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SURUH
KABUPATEN SEMARANG. Journal of Nutrition College, Volume 3,
Nomor 1,, 193.

Sari, & Anggrita. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Bogor: In Media.

Sawitry. (2020). Manfaat Rendaman Air Hangat dan Garam Dalam Menurunkan
Derajat Edema Kaki Ibu Hamil Trimester III. Jurnal SMART Kebidanan,
76-81.

Setiyani, A. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI.

Simanjuntak, L., & Simanjuntak, P. A. (2020). Perbandingan Rumus Johnson dan


Rumus Risanto dalam menentukan Taksiran Berat Janin pada Ibu Hamil
dengan Berat Badan Berlebih. NJM Vol 5, No 2, 2020.

Sinta, L. E., Andriani, F., Yulizawati, & Insani, A. A. (2019). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedika
Pustaka.

Sondakh, J. J. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Malang: Penerbit Erlangga.

Suarayasa, K. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Sulistyawati, A. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:


Perpustakaan Nasional.

Surmarmi, S. (2017). Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan dan Pendekatan


Continuum Of Care Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu. The
Indonesian Journal of Public Health, 129-141.

Susiana, S. (2019). Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya


Penangannya. Info Singkat, 13-18.
151

Susiloningtyas, I. (2020). PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM


KEHAMILAN. Jurnal UNISSULA.

Tando. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta:
EGC.

Tyastuti, S. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: PPSDM Kemenkes


RI.

Vidia, A. (2016). Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta: Trans Info Media.

Wahyuningsih, H. P. (2018). Asuhan Kebidanan Dan Nifas Menyusui. Jakarta:


Kemenkes RI.

Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru


Proses.

WHO. (2016). WHO recommendations on antenatal care for a positive


pregnancy experience. United Kingdom: WHO.

WHO. (2018). WHO Recommendations Inptrapartum Care Of A Positive


Childbirth Experience. United Kingdom: WHO.

Widyasari, S. (2017). Upaya Penangan Masalah Konstipasi Ibu Hamil Trimester


III. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yuliana, Y. (2018). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang


Keputihan Pada Masa Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancasan
Kota Bogor. Repositori Institusi Poltekkes Kemenkes Bandung.
15

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Klien


16

Lampiran 2 Partograf
17
18

Lampiran 4 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai