Anda di halaman 1dari 90

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY.

G1 P0 A0
GRAVIDA 36-37 MINGGU DI BPM BIDAN NURUL RETNOWATI TRIANA,
Amd.Keb KECAMATAN BALEENDAH

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Menyelesaikan Salah Satu Tugas Dalam Kegiatan Praktik


Kebidanan II (PK II) Pada Program Studi Vokasi DIII Kebidanan Universitas
‘Aisyiyah Bandung

Disusun oleh :

TIKEU NUR FAJARWATI TRIANA

PROGRAM STUDI VOKASI DIII KEBIDANAN


UNIVERTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN 2020
PROGRAM STUDI VOKASI DIII
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
BANDUNG

Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 06 Bandung


Telp. 022.7301745 Fax : 022.7305269 Email :
Mwac.aisyiyahbdg@yahoo.com

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. S G1 P0 A0


GRAVIDA 36-37 MINGGU DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI
NURUL RETNOWATI TRIANA Amd.Keb

Nama : Tikeu Nur Fajarwati Triana

NIM : 202018037

Bandung, Maret 2021


Menyetujui

Pembimbing institusi Pembimbing lahan

Mulyanti SST., M.Keb Nurul Retnowati Triana, Amd.Keb


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Studi Kasus


yang berjudul :
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. N G1P0A0 GRAVIDA 36-37
MINGGU DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI NURUL RETNOWATI TRIANA,
Amd.Keb
Disusun oleh :
TIKEU NURFAJARWATI TRIANA
202018037

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji seminar Hasil


Laporan Studi Kasus Program Studi Vokasi Diploma III Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk diterima

Bandung,
Maret 2021
Menyetujui

Penguji I Penguji I

Mulyanti SST., M.Keb


Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Vokasi Diploma III Kebidanan

Universitas Aisyiyah Bandung

Mulyanti SST., M.Keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Asuhan
Kebidanan Antenatal pada Ny. S G1 P0 A0 Gravida 36-37 minggu di BPM Bidan
Nurul Retnowati Triana, Amd.Keb kecamatan Baleendah. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada junjunan Nabi besar Muhammas SAW, dan juga
kepada keluarganya, para sahabatnya, para umatnya termasuk kita semua yang ada di
dalamnya, Aamiin.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kebidanan II.
Dalam penulisan laporan ini penulis tidak lepas dari bimbingan, dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun spiritual dari awal hingga
terselesaikannya penulisan laporan ini. Dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Yth:

1. Tia Setiawati, S.Kp.,Ners M.Kep., Sp.Kep.An selaku Rektor


Universitas ‘Aisyiyah Bandung
2. Mulyanti, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
3. Imas Masdinarsyah, S.ST,M.Tr.Keb selaku Koordinator PKK II
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
4. Mulyanti SST., M.Keb selaku Pembimbing Institusi Universitas
‘Aisyiyah Bandung
5. selaku penguji Institusi Unive rsitas ‘Aisyiyah Bandung
6. Nurul Retnowati Triana Amd. Keb selaku pembimbing lahan di BPM
Bidan Nurul Retnowati Triana, Amd. Keb
7. Para Bidan yang selalu memberi ilmu dan bimbingan kepada penulis

i
8. Ny. S beserta keluarga yang telah bekerjasama dengan baik selama
berlangsungnya asuhan yang saya berikan
9. Kepada orang tua, keluarga, dan orang terdekat yang tiada hentinya
memberikan dukungan baik moril, materil maupun sprilitual sehingga
hal itmenjadi kekuatan untuk saya menjalankan Praktik Kebidanan.
10. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan atri kebersamaan,
suka dan duka selama berlangsungnya perkuliahan dan PK II

Akhir kata penulis ucapkan semoga Allah senantiasa melimpahkan karunianya dan
membalas amal serta kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesikan laporan ini. Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan
pengetahuan serta bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................2

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................2

PENDAHULUAN.........................................................................................................2

A. Latar Belakang..........................................................................................................2

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3

C. Manfaat Penulis........................................................................................................4

D. Tahapan Kegiatan.....................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6

A.Definisi Kehamilan....................................................................................................6

B. Perubahan pada Masa Kehamilan.............................................................................7

C. Perubahan Psikologis Trimester III........................................................................10

D. Ketidaknyamanan Trimester III.............................................................................12

E. Tanda Bahaya Trimester III....................................................................................18

F. Nutrisi pada Ibu Hamil.............................................................................................30

G. Kunjungan ANC.....................................................................................................32

H. Asuhan Antenatal....................................................................................................45

iii
BAB III........................................................................................................................49

TIJAUAN KASUS......................................................................................................49

BAB IV........................................................................................................................59

PEMBAHASAN..........................................................................................................59

A. Simpulan.................................................................................................................63

B. Saran.......................................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................64

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang normal alamiah. Perubahan-


perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat
fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya asuhan yang diberikan adalah
asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat
medis yang tidak terbukti manfaatnya.

Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan. Sangat


penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional,
sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan
terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka
karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.( Kuswanti,Ina.2014)

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum


waktunya melahirkan/ sebelum inpartu , pada pembukaan <3 cm pada
primipara dan <5cm pada multipara. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan(Nugroho, 2013: 113).
KPD biasanya terjadi pada usia kehamilan yang sangat awal yaitu usia
kehamilan sebelum 28 minggu atau pada trimester ketiga (Antara 28 minggu
hingga 34 minggu), hal ini biasanya di sebabkan apabila leher rahim tertutup
atau melebar.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada KPD adalah
paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek, indeksi,
serviks yang inkompeten, trauma, gemeli, hidromnion, kelainan letak,
alkohol, dan merokok (Nugrahini, :2017).
Komplikasi yang bisa di sebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi masa
nifas, meningkatkan operatf obstetric (khususnya SC), morbiditas, mortalitas
maternal. Sedangkan pada janin KPD dapat menyebabkan prematuritas
(sindrom distress pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan pada
neonatal, perdarahan intraventikuler, gangguan otak, dan resiko cerebral
palsy, anemia, skor APGAR rendah, ensefelopati,cerebral palsy, perdarahan
intracranial,gagal ginjal, distress pernafasan). Dan oligohidromnion (sindrom
defornits janin, hipolapsia paru, deformitas ekstrimitas dan pertumbuhan janin
terhembat), morbiditas dan mortalitas perinatal(Marni dkk,2016:105-106).
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indicator di
salah satu Negara. Angka kematian ibu dan bayi yang kini masih tinggi, salah
satu upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu dengan cara memberikan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas yang belum
terlaksanakan.( Depkes)
Target dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang diadopsi dari
target Sustain Development Goals (SDG’s) adalah tahun 2030 AKI Indonesia
mencapai 70 per 100.000 KH, AKB menjadi 25 per 1000 KH dan AKN
menjadi 12 per 1000 KH. Diproyeksikan jika tidak ada terobosan baru pada
tahun 2030 AKI Indonesia masih mencapai 212 per 100.000 KH, dan AKN
masih 18 per 1000 KH.
Jumlah kasus kematian Bayi di indonesia turun dari 33.278 / 1000
kelahiran hidu, di tahun 2015 menjadi 32.007 / 1000 kelahiran hidup,pada
tahun 2016 dan di tahun 2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus / kelahiran
hidup.

Demikian pula dengan angka kematian Ibu turun dari 4.999 / 100.000
kelahira hidup, tahun 2015 menjadi 4912 / 100.000 kelahira hidup, di tahun

2
2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus / 100.000 kelahiran
hidup.

Indonesia termasuk negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI)


tertinggi di Asia dan merupakan peringkat ke-3 tertinggi di Asia Tenggara.
Tahun 2007 AKI Indonesia 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH),
meningkat menjadi 346 dan 359 per 100.000 KH tahun 2010 dan 2012. AKI
terakhir dari data Survai Antar Sensus (SUPAS) tahun 2014 sebesar 305 per
100.000 KH. Angka Kematian Neonatus (AKN) menurun menjadi 26,6 per
1000 KH (2015) dari sebelumnya 40 per 1000 KH pada tahun 2012. Angka
kematian Bayi (AKB) menjadi 22,2 per 1000 KH pada tahun 2015 dari 32 per
1000 KH pada tahun 2012.(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017,
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2017).

Sedangkan bagi provinsi Jawa Barat sendiri berdasarkan data profil


kesehatan Jawa Barat tahun 2015 didapatkan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) menurun dari 359 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 306 per
100.000 kelahiran hidup. Demekian pula dengan menurunnya Angka
kematian Bayi (AKB) dari 32 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1.000
kelahiran hidup. hal ini membuat perhatian untuk meningkatkan pelayanan
fasilitas kesehatan bagi Dinas Kesehatan Jawa Barat terhadap kematian ibu
dan kematian bayi agar tetap menurun.

Kematian ibu dikelompokkan menjadi dua (2), yaitu :

1. Kematian sebagai akibat langsung kasus kebidanan dan

2. Kematian sebagai akibat tidak langsung kasus kebidanan yang


disebabkan penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau penyakit yang
timbul selama kehamilan dan bukan akibat langsung kasus kebidanan,
tetapi diperberat oleh pengaruh fisiologi kehamilan. Kematian wanita

3
hamil akibat kecelakaan (misalnya kecelakaan mobil) tidak
digolongkan sebagai kematian ibu.
Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan (30%) hipertensi
dalam kehamilan (25%) infeksi (6%) dan lainnya (39%). Resiko ini semakin
tinggi dengan adanya tiga faktor keterlambatan, yaitu terlambat mengambil
keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya),
terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat darurat dan terlambat
memperoleh pelayanan yang memadai dari petugas kesehatan. (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016)
Sementara 26.6% penyebab kematian neonatal umur 0-6 hari berupa IUFD
(Intra Uterine Fetal Death), BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) menyebabkan
kematian sebesar 21,3%, dan gangguan pernafasan sebesar 28,3%.(Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)

Peran dan fungsi bidan yaitu sebagai pelaksana, sebagai pengelola,


sebagai pendidik dan sebagai peneliti. Dalam keempat peran dan fungsi bidan
didalamnya terdapat bidan sebagai pendeteksi dini masalah pada kehamilan
agar ibu hamil jika mengalami keluhan dapat diatasi sesuai kebutuhannya.

Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai
derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karen itu pemerintah sangat menekankan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program
kesehatan. Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber
daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat
tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan
merupakan ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan yang
berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Dengan peran
yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa
meningkatkan kompentensinya melalui pemahaman mengenai asuhan

4
kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi.
(Sulistyawati, Ari.2016)

Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan


seniyang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan ,nifas dan
menyusui masa interval dan pengaturan kesuburan,klimakterium dan
menopause,bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia serta
memberikan bantuan atau dukungan pada pereampuan, keluarga dan
komunitas (Megasari,et al,2019). Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi
dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan
kepada klien yang mempun yai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan
ibu di masa hamil,persalinan, nifas,bayi setelah lahir,serta keluarga berencana.

Berdasarkan uraian data tersebut penulis sebagai calon bidan harus


mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny. S
G1P0A0 Gravida 36-37 Minggu di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Nurul
Retnowati Triana, Amd.Keb Kecamatan Baleendah Kab. Bandung

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan atau pentalaksanaan Asuhan Kebidanan
Antenatal pada Ny. S G1P0A0 Gravida 36-37 minggu di Di BPM Bidan
Nurul Retnowati Triana, Amd.Keb Kecamatan Baleendah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan antenatal pada Ny. S G 1P0 A0
Gravida 36-37 minggu Di BPM Bidan Nurul Retnowati Triana, Amd.Keb
kecamatan baleendah

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. S

5
b. Dapat melakukan pengkajian dan data objektif pada Ny. S
c. Dapat menegakkan analisa data pada Ny. S
d. Dapat memberikan penatalaksanaan pada Ny. S
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan yang telah dilakukan
pada Ny. S

D. Manfaat Penulis

1. Bagi Penulis
Sebagai media pembelajaran dalam mengimplemantasikan ilmu
pengetahuan yang didapatkan diperkuliahan dan mengaplikasikan secara
nyata, langsung dan berkesinambungan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil secara optimal dan maksimal.

2. Bagi Lahan Praktek/ Di BPM Bidan Nurul Retnowati Triana,


Amd.Keb Kecamatan Baleendah Kab. Bandung
Sebagai bahan masukan yang positif dalam melakukan Evaluasi
mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan khususnya asuhan pada ibu
hamil
3. Bagi Institusi Program Studi DIII Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah
Bandung
Sebagai bahan penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan praktik
kebidanan dalam asuhan kebidanan kehamilan fisiologis

E. Tahapan Kegiatan
Hari/tanggal Kegiatan Keterangan
7 Maret 2021 Melakukan asuhan kebidanan BPM Bidan
kehamilan pada Ny. S Nurul Retnowati
Triana,
Amd.Keb
Maret 2021 Menyusun laporan studi kasus BPM Bidan

6
Nurul Retnowati
Triana, Amd.
Keb
22 Maret 2021 Konsultasi 1 laporan studi kasus BPM Bidan
kepada pembimbing lahan Nurul Retnowati
Triana, Amd.
Keb
22 Maret 2021 Konsultasi 2 laporan studi kasus Melalui email
kepada pembimbing institusi
melalui email
Maret 2021 Konsultasi 3 laporan studi kasus Melalui ms
kepada pembimbing institusi teams
Maret 2021 Konsultasi 4 laporan studi kasus BPM Bidan
kepada pembimbing lahan Nurul Retnowati
Triana, Amd.
Keb

7
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang
didalam rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat
masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari
ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi
43 minggu (Kuswanti, 2014). Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional) kehamilan adalah proses yang diawali dengan
keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan
sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.
Proses kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi dan zat gizi.
Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin dan juga kebutuhan ibu sendiri. Ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan intake zt gizi pada masa kehamilan akan meningkatkan
resiko kesakitan pada ibu hamil ataupun janin (Kementrian Kesehatan
RI,2013)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo.2013)
Kehamilan merupakan fase yang cukup penting dalam kehidupan
manusia. Beberapa wanita pasti mendambakan kehamilan dan kehadiran"buah
hati" yang akan menciptakan keharmonisan keluarga.
B. Perubahan pada Masa Kehamilan
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita. Khususnya
pada alat genitalia eksterna dan interna serta pada payudara (mammae). Dalam
hal ini hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron mempunyai
peranan penting. Perubahan yang terdapat pada ibu hamil antara lain terdapat
pada uterus, serviks uteri, vagina dan vulva, ovarium, payudara, serta semua
sistem tubuh.

1. Uterus
Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat di palpasi di bagian
tengah antara umbilikus dan sternum. Pada usia kehamilan 38 minggu,
uterus sejajar dengan sternum. Tuba uterin tampak agak terdorog ke dalam
diatas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot segmen
atas rahim semakin meningkat. Oleh karena itu, segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang jika terjadi
bersamaan dengan pembuka serviks dan pelunakan jaringan dasar pelvis,
akan menyebabkan presentasi janin memulai penurunannya ke dalam
pelvis bagian atas. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tinggi fundus yang
disebut dengan lightening, yang mengurangi tekanan pada bagian atas
abdomen. Peningkatan berat uterus 1.000 gram dan peningkatan ukuran
uterus 30x22,5x20cm.
2. Serviks Uteri
Serviks akan mengalami pelunakan atau pematangan secara bertahap
akibat bertambahnya aktivitas uterus selama kehamilan, dan akan
mengalami dilatasi sampai pada kehamilan trimester ketiga. Sebagian
dilatasi ostium eksternal dapat dideteksi secara klinis dari usia 24 minggu,
dan pada sepertiga primigravida, ostium internal akan terbuka pada minggu
ke 32 enzim kolagenase dan prostaglandin berperan dalam pematangan
serviks.
3. Vagina dan vulva
Pada kehamilan trimester tiga kadang terjadi peningkatan rabas
vagina. Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.

6
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan
lebih cair.
4. Mammae
Pada ibu hamil trimester tiga, terkadang keluar rembesan cairan
bewarna kekuningan dari payudara ibu yang disebut dengan kolostrum.
Hal ini tidak berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara sedang
menyiapkan ASI untuk menyusui bayi nantinya. Progesteron
menyebabkan puting jadi lebih menonjol dan dapat digerakan.
5. Sistem Kardiovaskular
Kondisi tubuh dapat berdampak besar pada tekanan darah. Posisi
telentang dapat menurunkan curah jantung hingga 25%. Kompensi vena
cava inferior oleh uterus yang membesar selama trimester ketiga
mengakibatkan menurunnya aliran baik vena. Situasi uteroplasenta
menerima proporsi curah jantung yang terbesar, dengan aliran darah
meningkan dari 1 – 2 % pada trimester pertama hingga 17% pada
kehamilan cukup bulan. Hal ini diwujudkan dalam peningkatan aliran
darah maternal ke dasar plasenta kira – kira 500 ml/menit pada
kehamilan cukup bulan. Aliran darah kedalam kapiler membran mukosa
dan kulit juga mengalami peningkatan, terutama pada tangan dan kaki.
Hal ini membantu menghilangkan kelebihan panas akibat peningkatan
metabolisme dan kerja kardiorespiratorius selama kehamilan.
Vasodilatasi perifer yang terkait merupakan penyebab mengapa ibu
hamil merasa kepanasan dan berkeringat setiap saat. Volume plasma,
yang berkaitan dengan peningkatan volume darah, meningkat hingga
50% selama kehamilan. Peningkatan volume darah dan aliran darah
selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang
mengakibatkan vena menonjol yang disebut varises. Pada akhir
kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggil yang

7
akan memperburuk varises. Munculnya varises pada saat hamil
dipengaruhi adanya faktor keturunan.
6. Sistem Respirasi
Perubahan hormonal pada trimester tiga yang mempengaruhi
aliran darah ke paru – paru mengakibatkan banyak ibu hami akan merasa
susah berbafas. Ini juga di dukung oleh adanya tekanan rahim yang
membesar yang dapat menekan diafragma. Akibat pembesaran uterus,
diafragma terdorong keatas sebanyak 4 cm, dan tulang iga juga bergeser
ke atas. Bentuk dada berubah karena tiap – tiap diameter anteroposterior
dan transversal bertambah sekitar 2 cm, mengakibatkan ekspansi lingkar
dada hinnga 5 – 7 cm, iga bagian bawah melebar. Akibat terdorong
diafragma ke atas, kapasitas paru total menurun 5%, sehingga ibu hamil
merasa susah bernafas. Ekspansi ronga iga menyebabkan volume tidal
meningkat 30 – 40%. Peningkatan ini terjadi di awal kehamilan dan terus
meningkat hingga cukup bulan. Biasanya pada 2 – 3 minggu sebekum
persalinan pada ibu yang pertama kali hamil akan merasakan lega dan
bernafas lebih mudah, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi
dibawah diafragma atau tulang iga ibu setelh kepala bayi turun ke rongga
panggul.
7. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan trimester tiga, lambung berada pada posisi
vertikal dan bukan pada posisi normalnya, yaitu horizontal. Kekuatan
mekanisini menyebabkan peningkatan tekanan intragrastik dan perubahan
sudut persambungan gastro-esofageal yang mengakibatkan terjadinya
refluks esofageal yang lebih besar. Penurunan drastis tonus dan motilitas
lambung dan usus ditambah relaksasi sfingter bawah esofagus merupakan
predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi, dan hemoroid.
Hemoroid cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini
terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena – vena dibawah uterus

8
termasuk vena hemordial. Hormon progesteron menimbulkan gerakan
usus makin berkurang (relaksasi otot – otot polos) sehingga makanan
lebih lama di dalam usus. Hal ini dapat menimbulkan konstipasi dimana
hal ini merupakan salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi juga
dapat terjadi karena kurangnya aktivitas/senam dan penurunan asupan
cairan. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ
dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan
lateral. Panasnya perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik
ke dalam esofagus bagian bawah. Sekitar 80% ibu hamil mengalami nyeri
ulu hati selama kehamilan, biasanya pada trimester ketiga. Hal ini
dianggap sebagai akibat adanya sedikit peningkatan tekanan intragastrik
yang dikombinasikan dengan penurunan tonus sfingter bawah esofagus
sehingga asam lambung refluks ke dalam esofagus bagian bawah.

C. Perubahan Psikologis Trimester III


Perubahan Psikologi menurut (Serri, Hutahean. 2013)
1. Ambivalen.
Pada awalnya, ada rencana kehamilan, kemudian terjadi hal yang
mengejutkan bahwa konsepsi telah terjadi. Ambivalen ini
berhubungan dengan penmilihan waktu yang salah, kekhawatiran
tentang modifikasi kebutuhan hubungan yang ada atau rencana karier;
ketakutan tentang peran baru; dan ketakutan tentang kehamilan,
persalinan, dan kelahiran
2. Penerimaan
Penerimaan kehamilan dipengaruhinoleh banyak faktor. Rendahnya
penerimaan cenderung dihubungakan dengan tidak direncanakannya
kehamilan dan bukti ketakutan serta konflik. Pada trimester tiga
menggabungkan perasaan bangga dengan takut mengenai kelahiran

9
anak. Pada periode ini, khususnya hak istimewa kehamilan lebih
berarti.
Selama trimester akhir, ketidaknyamanan fisik kembali meningkat dan
istirahat yang adekuat menjadi keharusan. Wanita membuat perdiapan
akhir untuk janin dan mungkin menggunakan waktu yang lama untuk
mempertimbangkan nama anaknya.
3. Introversion
Introvert atau memikirkan dirinya sendiri daripada orang lain
merupakan peristiwa yang biasa dalam kehamilan, ibu mungkin
menjadi kurang tertarik dengan aktivitas terdahulunya dan lebih
berkonsentrasi dengan kebutuhan untuk istirahat dan waktu untuk
sendiri
4. Perasaan buaian (mood swing)
Selama kehamilan, ibu memiliki karakteristik ingin dimanja dengan
suka cita. Pasangan harus mengetahui bahwa ini merupakan
karakteristik perilaku kehamilan. Dengan mengetahui hal itu, tentunya
menjadi mudah baginya untuk bersikap lebih efektif, di samping itu
akan menjadi sumber stres selama kehamilan.
5. Perubahan gambaran tubuh
Kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh ibu dalam waktu
yang singkat. Ibu menyadari bahwa mereka memerlukan lebih banyak
ruang sebagai kemajuan kehamilan. Sementara itu perubahan
psikologis yang biasanya dialami ibu pada masa ini adalah sebagai
berikut.
a. Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Ibu
menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu menjadi
tidak sabar untuk melihat bayinya, dan ada perasaan tidak
menyenangkan ketika bayinya tidak kunjung lahir pada waktunya.

10
b. Ibu merasa khawatir karena di masa ini terjadi perubahan peran
(persiapan ibu untuk menjadi orang tua). Selain khawatir karena
perubahan peran, ibu juga dikhawatirkan dengan kesehatan
bayinya. Ibu khawatir jika bayinya lahir cacat (tidak normal). Akan
teatpi, kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya dapat
mengurangi rasa ini.
c. Hasrat seksual tidak seperti pada masa trimester sebelumnya. Hal
ini dipengaruhi oleh perubahan bentuk perut yang semakin
membesar dan perasaan khawatir terjadi sesuatu terhadap dirinya.
d. Ibu akan merasakan kembali ketidaknyamanan fisik yang semakin
kuat menjelang akhir kehamilannya. Ibu akan merasa canggung,
jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar
dari pasangannya.
D. Ketidaknyamanan Trimester III
Ketidaknyamanan trimester III menurut (Serri, Hutahean.2013)
1. Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Hemoroid dapat
bertambah besar ketika kehamilan karena adanya kongesti darah
dalam rongga panggul. Relaksasi dari otot halus pada bowel
memperbesar konstipasi dan tertahannya gumpalan.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil
trimester ketiga adalah sebagai berikut.
a. Hindari konstipasi.
b. Beri rendaman dingin/hangat pada anus.
c. Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali hemoroid
ke dalam anus dengan pelan – pelan.
d. Bersihkan anus dengan hati – hati sesudah defekasi.
e. Oleskan jeli ke dalam rektum sesudah defekasi.

11
f. Usahakan BAB yang teratur.
g. Beri kompres dingin kalo perlu.
h. Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest 15 menit/hari.
i. Ajarkan larihan kegel untuk menguatkan perineum dan mencegah
hemoroid.
j. Konsul ke dokter sebelum menggunakan obat hemoroid.
2. Sering Buang Air Kecil
Keluhan lainnya yang sering muncul pada trimester ketiga adalah
seringnya buang air kecil (BAK). Janin yang sudah sedemikian
membesar menekan kandung kemih ibu. Akibatnya, kapasitas kandung
kemih jadi terbatas sehingga ibu sering ingin BAK. Dorongan untuk
bolak – balikke kamar mandi inilah yang mau tidak mau akan
menggangu istirahat ibu termasuk waktu tidurnya. Penanganan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi keluhan ibu
trimester ketiga diatas adalah sebagai berikut.
a. Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2 – 3 jam sebelum tidur.
b. Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur. Namun agar
kebutuhan air pada ibu hamil tetap terpenuhi, sebaiknya minumlah
lebih banyak di siang hari.
3. Pegal-pegal
Ibu akan sering mengalami pegal – pegal. Biasanya penyebabnya
bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium atau karena ketegangan
otot. Pada kehamilan trimester ketiga ini dapat dikatakan ibu
membawa beban yang berlebih seiring peningkatan berat badan janin
dalam rahim. Otot – otot tubuh juga mengalami pengenduran sehingga
mudah merasa lelah. Hal inilah yang membuat posisi ibu hamil dalam
beraktivitas apapun jadi terasa srba salah. Penyebab lainnya, yaitu ibu
hamil kurang banyak bergerak atau olahraga.

12
Penanganan yang daoapt dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi
keluhan ibu trimester ketiga tersebut adalah.
a. Ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu berolahraga atau
setidaknya beraktivitas ringan atau senam hamil.
b. Ibu hamil sebaiknya menjaga sikap tubuh dalam kehidupan sehari
– hari, memperbaiki cara berdiri, duduk, dan bergerak. Jika harus
duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.
c. Ibu diwajibkan mengonsumsi susu dan makanan yang kaya
kalsium.
4. Kram dan Nyeri pada Kaki

Menjelang akhir kehamilan, ibu akan sering mengalami kekakuan


dan pembengkakan (ederma) pada tangan dan kaki, akibatnya jaringan
saraf menjadi tertekan. Tekanan ini menimbulkan rasa nyeri sepeti
ditusuk – tusuk jarum, sehingga tangan dan kaki tidak merasakan apa
– apa (kebas) dan ototnya menjadi lemah. Gejala ini terasa ketika
bangun tidur di pagi hari dan membaik di siang hari. Penyebabnya
disebabkan karena hormon kehamilan, kekurangan kalsium, kelelahan,
tekanan uterus pada otot, dan pergerakan yang kurang sehingga
sirkulasi darah tidak lancar. Penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dan mengatasi keluhan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Saat kram terjadi, yang harus dilakukan adalah melemaskan
seluruh tubuh terutama bagian tubuh yang kram. Dengan cara
menggerak – gerakan pergelangan tangan dan mengurut bagian
kaki yang terasa kaku.
b. Pada saat bangu tidur, jari kaki ditegakan sejajar dengan tumit
untuk mencegah kram mendadak.
c. Meningkatkan asupan kalsium.
d. Meningkatkan asupan air putih.

13
e. Melakukan senam ringan.
f. Ibu sebaiknya istirahat yang cukup.
5. Gangguan Pernafasan
Nafas dangkal terjadi pada 50% ibu hamil, ekspansi diafragma terbatas
karena pembesaran uterus, rahim membesar mendesak diafragma ke
atas. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu
hamil tersebut adalah sebagai berikut.
a. Latihan nafas melalui senam hamil.
b. Tidur dengan bantal yang tinggi.
c. Makan tidak terlalu banyak.
d. Hentikan merokok.
e. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma dan lain – lain.
f. Berikan penjelasan bahwa hal ini akan hilang setelah melahirkan.
6. Edema
Sekitar 75% ibu hamil pasti mengalami pembengkakan pada kaki
(edema), yang umumnya terjadi pada trimester akhir. Edema
selanjutnya bisa memicu tekanan darah tinggi bahkan preeklamasi.
Edema bisa dikarenakan kurangnya aktivitas ibu(terlalu banyak diam).
Namun secara fisiologis, ibu hamil memang menanggung beban
tambahan yang akan semakin memperlambat aliran darah pada
pembuluh darah vena. Sebenarnya, edema bukan disebabkan oleh
karena banyak mengonsumsi garam. (1) ibu hamil boleh – boleh saja
mengonsumsi makanan yang mengandung garam seperti sebelum
hamil. Edema pada ibu hamil terjadi karena bebearpa penyebab
berikut.
a. Peningkatan sodium yang amat berlebih dan meningkatnya
permeabilitas kapiler sehubungan dengan peningkatan hormon
estrogen.
b. Peningkatan tekanan vena.

14
c. Penurunan vena kembali ke struktur awal.
d. Varises vena dengan kongesti.
e. Defisiensi diet protein.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil
trimester ketiga tersebut adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring pada posisi miring
kiri.
2) Meninggikan kaki bila duduk serta memakai stoking.
3) Meningkatkan asupan protein.
4) Menurunkan asupan karbohidrat karena dapat meretensi cairan di
jaringan.
5) Menganjurkan untuk minum 6 – 8 gelas cairan sehari unruk
membantu diuresis natural.
6) Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga dan sebisa mungkin
jangan berlama – lama dalam sikap statis atau berdiam diri dalam
posisi yang sama.
7) Menganjurkan ibu untuk melporkan tanda toksemia, pre –
ekelampsi, edema, kelebihan BB, sakit kepala, pandangan kabur,
serta penurunan keluaran urine
7. Perubahan Libido
Perubahan libido Pada ibu hamil dapat terjadi karena beberapa
penyebab berikut.
a. Ibu mungkin mengalami sakit ulu hati dan gangguan pencernaan.
Mungkin juga hemoroid atau hal lain yang mengurangi hasrat
seksualnya.
b. Kelelahan dan perubahan yang berhubungan dengan tuanya
kehamilan mungkin terjadi pada triester ketiga, seperti kurang tidur
dan ketegangan.

15
c. Rasa letih yang berlebihan disebabkan perubahan hormon yang
dapat mengurangi daya tarik seksual.
d. Rasa takut menyebabkan kecemasan dapat menyebabkan pasangan
menghindari untuk mengekspresikan hubungan seksual.
e. Bila pada kehamilan yang lalu pernah mengalami pendarahan yang
berulang maka aktivitas seksual dipandang sebagai ancaman
terhadap janin.
f. Nyeri waktu koitus disebabkan karena uterus terdorong ke bawah.
g. Pengaruh janin menimbulkan penurunan seksual.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Menjelaskan dan memberikan dukungan pada ibu maupun suami.
Informasikan pada pasanganbahwa perubahan atau masalah
seksual selama kehamilan adalah normal dan dapat disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen dan atau kondisi psikologis,
dengan demikian diharapkan oleh pengaruh hormon estrogen dan
atau kondisi psikologis, dengan demikian diharapkan keluarga ibu
dan suami menerima hal ini.
2) Menjelaskan pada ibu dan suaminya unuk mengurangi frekuensi
melakukan hubungan seksual selama masa kritis kehamilan yaitu
trimester pertama dan ketiga.
3) Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan dengan memberikan
kasih sayang pada istri untuk mengalihkan rangsangan seksual
secara fisik menjadi kontak psikis.
8. Kesemutan
Kesemutan dalam kehamilan trimester III merupakan hal
fisiologis. Hal ini dikarenakan postur tubuh ibu yang menyesuaikan
dengan uterus yang bertambah besar dan berat membuat ibu
mengambil sikap yang dapat menekan saraf ulnar, median, dan skiatik

16
pada lengan. Hal yang fisiologis jika tidak ditangani secara adekuat
akan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengarah pada
patologis. Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi setiap gender
wanita dalam rangka melanjutkan keturunan, Dalam siklusnya terdapat
beberapa ketidaknyamanan yang salah satunya adalah kesemutan.
Kesemutan (paresthesia) adalah suatu sensasi tidak normal pada
bagian tubuh tertentu dimana akan merasakan seperti tertusuk-tusuk
jarum atau mati rasa. Kesemutan pada ibu hamil terjadi akibat
penekanan rahim pada kumpulan jaringan saraf (pleksus) dibagian
panggul (sarafiskiadikus), yaitu suatu saraf di bagian kaki di ikuti
tumpuan yang semakin berat sehingga darah mengalami penyumbatan.

E. Tanda Bahaya Trimester III


1. Kehamilan dengan perdarahan menurut (Serri, Hutahean. 2013)
Perdarahan pada kehamilan memberikan dampak yang membahayakan
ibu dan janin dalam kndungan. Perdarahan yang dapat membahayakan
dan berhubungan dengan trimester katiga adalah perdarahan karena
plaseta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis.
a. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal (uterus) sebelum janin dilahirkan.
Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abrupsio
plasenta atau separasi premature plasenta. Plasenta dapat terlepas
seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepasnya
sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepasnya
hanya pada sebagian kecil di sisi (pinggi) plasenta yang sering
disebut rupture sinus marginalis. Pelepasan sebagaian atau seluruh
plasenta dapat menyebabkan perdarahan, baik ibu maupun janin.

17
Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan menjadi
penyebab kematian prenatal (15%).
b. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan ketika plasenta berimplantasi
pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga menutupi sebagaian atau seluruh ostium uteri internum.
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau belakang
uterus di daerah fundus uteri. Klasifikasi plasenta previa
didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
vasa previa
c. Pecahnya sinus marginalis
Pecahnya sinus marinalis merupakan perdarahan yang sebagian
besar baru diketahui pada saat persalinan. Perdarahan terjadi tanpa
nyeri dan menjelang pembukaan lengkap. Oleh karena perdarahan
terjadi pada saat pembukaan medekati lengkap, maka bahaya untuk
ibu dan janinnya tidak terlalu bebsar.
2. Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini
Pecahnya selaput janin memberikan pertanda bahaya dan
membuka peluang tejadinya infeksi langsung pada janin. Selain itu,
gerak janin makin terbatas, sehingga pada kehamilan kecil
kemungkinan terjadi deformitas. Oleh karena itu bila berhadapan
dengan kehamilan dengan ketuban pecah apalagi belum ukup bulan
harus segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.
Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan :
Pada umumnya 80–90% kehamilan akan berlangsung normal dan
hanya 10–12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi
secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh
berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan

18
tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan
ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya
juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan
dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya. Tanda-tanda
bahaya kehamilan yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,
pandangan kabur, nyeri perut yang hebat, bengkak muka dan tangan, janin
kurang bergerak seperti biasa.

Ketuban Pecah Dini

1. Fisiologi air ketuban


Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang
menyelimuti janin di dalam Rahim selama kehamilan yang memiliki
berbagai fungsi yaitu melindungi pertumbuhan janin, menjadi bantalan
untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar, menstabilkan dari
peubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin
bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam Rahim. Selan itu
ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan pada saat
persalinan, ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga
meratakan tekanan intera-uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba
pecah (Mika, 2016:22-23). Air ketuban berkembang dan mengisi
kantong ketuban mulai 2 minggu sesudah pembuahan.
Kantung ketuban terbentuk saat usia kehamilan 12 hari setelah
pembuahan, dan segera terisi oleh air ketuban. Setelah 10 minggu,
kemudian air ketuban mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid,
urea, dan elektrolit untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir
kehamilan sebagian besar air ketuban dari urin janin. Saat minggu-minggu
awal ketuban berisi terutama air yang berasal dari ibu, setelah 20 minggu

19
urin janin membentuk sebagian air ketuban yang mengandung nutrient,
hormon, dan anti bodi yang melindungi janin dari penyakit.
2. Definisi ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari
selaput ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia
kehamilan 28 minggu dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015). Dalam keadaan normal
ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37
minggu disebut ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah dini.
(Prawirahardjo, 2014: 677).
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture
of membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau
4 atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks
3 cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya(Norma Dan Dwi,
2013: 247).
3. Klasifikasi
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu KPD preterm dan KPD aterm.
a. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti

20
dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia kehamilan
<37
minggu sebelum onset persalinan. KPD psangat preterm adalah
pecahnya
ketuban saat umur kehamilan ibu di antara 24 minggu sampai kurang
dari
34 minggu, sedangkan KPD preterm saat usia kehamilan ibu antara 34
minggu sampai kurang dari 37 minggu .
a. KPD aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan
tes fern pada usia kehamilan ≥37 minggu.
4. Etiologi
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban yang berasal dan vagina atau infeksi cairan
ketuban yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan
lebih beresiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya. Kehamilan yang terlalu sering dapat
mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih
tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan
semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi

21
amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan
sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia
reproduktif biasanya relatif memilii keadaan yang lebih
aman untuk hamil dan melahirkan karena pada keadaan
tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak
mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering
mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Wanita yang telah
melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada
uterus mengalami gangguan yang mengakibatkan
akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten,
kanalis servikalis yang selalu terbuka yang di sebabkan
karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,
curatage).
b. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus),
misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
c. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam,maupun amnosintesis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
d. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul
(PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah. Kelainan letak pada janin
dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan

22
letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim
meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar
kecinya janin dan posisi janin yang dikandung tidak
menyebabkan peregangan pada selaput ketuban seperti
pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang,
karena sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD
adalah kuat lemahnya selaput ketuban menahan janin
(Budi, Ayu Novita, 2017).
5. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal kolagen
terdapat padalapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan retikuler korion
dan trofoblas,sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin,
prostaglandin berfungsi untuk membantu oksitosin dan estrogen dalam
merangsang aktivitas otot polos, hormone ini dihasilkan oleh uterus dan
produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan saja, akan tetapi
karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban
ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan
gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada
selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal
yang fisiologis. KPD pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.

23
Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo,2014:678).
6. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus di produksi sampai kelahiran(Norma dan Dwi, 2013:248-
249).
Adapun tanda dan gejala:
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.
7. Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD sangat penting. Karena diagnosa yang
positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi terlalu
awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnose yang negativ palsu berarti akan membiarkan ibu dan
janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin,
ibu dan keduanya. Oleh karena itu di perlukan diagnosa yang cepat dan
tepat.
Diagnosa KPD di tegakkan dengan cara:
a. Anamnesa

24
Penderita merasa basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga di perhatikan
warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lender dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa
dengan menutup mulut dan hidung yang akan menambah
tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian fundus,
sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar
(Fadlun, 2011 : 114)
d. Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau
belum juga tampak keluar, fundus uteri di tekan, penderita
di minta batuk, mengejan atau mengadakan manuvover
valsava, atau bagian terendah di goyangkan, akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior.
e. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan
dalam vagina dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalian
tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam. Karena pada

25
waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah Rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila
dalam persalinan atau yang di lakukan induksi persalinan
dan di batasi sedikit mungkin.(Norma dan Dwi, 2013:249-
250).
Selain itu menentukan diagnosa dengan Tentukan
pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di
vagina. Jika tidak ada dapat di coba dengan menggerakkan
sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk
atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat di lakukan
dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan tidak ada infeksi, Tanda-tanda infeksi
adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5 oC serta air ketuban
keruh dan berbau. Janin yang mengalami takikardia,
mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-
tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya
kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan di
lakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)
(prawirahardjo, 2014:680).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya.
Tes Lakmus (tes nitrazin) Jika kertas lakmus berubah merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

26
Mikroskopik (Tes Pakis) Dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
9. Komplikasi
a. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama,
pendarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Pada Janin
Prematuritas
Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan
lahir prematur yakni sebagai berikut :
a) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga
dengan sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi
karena paru-paru bayi belum matang sehingga tidak
bisa menghasilkan zat surfaktan dalam jumlah
memadai. Surfaktan memungkinkan permukaan
paruparu mengembang dengan baik ketika bayi keluar
dari dalam Rahim untuk menghirup udara sesuai
kebutuhan bayi. Akan tetapi, jika bayi lahir sebelum
paru-parunya berfungsi dengan sepenuhnya,
kemungkinan akan mengalami masalah pernapasan.
Tanpa adanya asupan oksigen yang memadai, organ-
organ yang lain juga bisa terpengaruh.

27
b) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan
suhu dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena
bayi premature biasanya tidak memiliki cadangan
lemak yang cukup untuk melindungi proses penurunan
suhu. Hipotermia pada bayi yang lahir prematur juga
bisa menyebabkan kondisi lain seperti gangguan
pernapasan dan kadar gula yang sangat rendah.
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu
tinggi, ditandai oleh perubahan warna kulit dan sklera
mata menjadi kuning (bayi kuning). Bilirubin adalah
pigmen kuning yang memang ada pada sel darah.
Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi
premature dibandingkan pada bayi lahir cukup bulan.
d) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel
darah merah. Sel darah merah sangat penting karena
mengandung hemoglobin, zat yang membawa oksigen
ke seluruh tubuh. Sebagian besar bayi baru lahir
memiliki level sel darah merah lebih dari 15gram.
Namun bayi premature beresiko tinggi memiliki level
rendah sel darah merah.
e) Sepsis
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri masuk ke dalam
aliran darah. Sepsis sering menyebabkan infeksi
terbawa ke paru-paru dan bisa mengakibatkan
pneumonia.
f) Retinopathy Of Prematurity (ROP)

28
Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah pertumbuhan
abnormal pembuluh darah di mata yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi
terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu
kehamilan.
g) Intraventricular Hemorrhage (IVH)
Intraventricular Hemorrhage (IVH) disebut juga
Perdarahan Intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi
pada beberapa bayi premature, terutama yang lahir
sebelum usia kehamilan 32 minggu. Pendarahan yang
lebih parah dapat menyebabkan struktur ventrikel otak
berkembang pesat terisi cairan, menyebabkan otak
tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti
cerebral palsy, gangguan belajar dan masalah perilaku.
h) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis (NEC) terjadi ketika sebagian
usus bayi memiliki aliran darah yang buruk, yang dapat
menyebabkan infeksi di dinding usus.
i) Prolaps funiculli (penurunan tali pusat).
j) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen
pada bayi).
k) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri,
partus lama, skor apgar rendah, ensefalopati, cerebral
palsy, perdarahan intraknial, gagal ginjal, distress
pernapasan.
l) Sindrom deformitas janin
m) Morbiditas dan mortalitas perinatal (Budi Rahayu,
2017).
10. Penatalaksanaan.

29
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus
di pastikan bahwa tidak akan terjadi Respirator Distress Syndrom (RDS)
dan kalau menempuh dengan cara konservatif dengan maksud untuk
memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD
tergantung pada umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering
pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingan dengan
sepsis. Oleh karena itu kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati
untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamniotis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab
utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan
cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten.
Adapun penatalaksanaan ketuban pecah dini, diantaranya :
a) Tatalaksana Umum
Berikan eritmisin 4x500 mg selama 10 hari. Rujuk ke fasilitas
yang memadai.
b) Tatalaksana khusus
Di Rumah Sakit rujukan, tatalaksana sesuai dengan usia
kehamilan :
1) kurang dari 34 minggu, Lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
2) 24-34 minggu
 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan
kematian janin, lakukan persalinan segera.

30
 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48
jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48
jam.
 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu
dan janin.Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu,
atau di usia kehamilan 32-33 minggu, biladapat
dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah matang
(komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas
perawatan bayi preterm).
3) <24 minggu
 Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan
janin.
 Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
mungkin menjadi pilihan.
 Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan
tatalaksana korioamnionitis.
Berikut ini penatalaksanaan korioamnionitis, yaitu :
 Tatalaksana Umum: Rujuk pasien ke rumah
sakit, Beri antibiotika kombinasi : ampisilin 2 g
IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB
IV setiap 24 jam, Terminasi kehamilan.
Nilai serviks untuk menentukan cara
persalinan :
Jika seviks matang : lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin dan Jika seerviks belum
matang : matangkan dengan prostaglandin dan
infus oksitosin atau lakukan seksio caesarea.

31
Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan
antibiotika setelah persalinan. Jika persalinan
dilakukan dengan seksio caesarea, lanjutkan
antibiotika dan tambahkan metronidazole 500
mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama
48 jam.
 Tatalaksana Khusus
Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina
berbau, berikan antibiotika.
Jika bayi mengalami sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah dan beri antibiotika
yang sesuai selama 7-10 hari.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan
adalah :
a. Konservatif
1. Rawat di rumah sakit, berikan
antibiotic (ampisilin 4x500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazole 2x500 mg selama
7 hari).
2. Jika umur kehamilan <32-34
minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar.
3. Jika usia kehamilan 32–37 minggu,
belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif berikan deksametason,

32
4. Observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin.
5. Jika usia kehamilan 32–37 minggu,
sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi sesudah
24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32–37
minggu,ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi, niali tanda-
tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-
tanda infeksi intrauterine).
7. Pada usia kehamilan 32–37 minggu,
berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason
I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan
oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan misoprostsol 25 ug–50 ug
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Apabila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. Bila skor pelvik <5, lakukan

33
pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio caesarea. Apabila skor pelvik >5,
induksi persalinan.
3. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering
merupkan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menjunjukkan suatu masalah yang serius adalah sebagai
berikut
a. Sakit kepala hebat
b. Sakit kepala yang menetap
c. Tidak hilang dengan istirahat

4. Masalah Pengihatan /Pandangan Kabur


Penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan
ringan (minor)adalah normal. Masalah visual yang
mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan
visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau bebayang, melihat
bitnik-bintik (spot), dan berkunang-kunang
5. Bengkak pada Muka dan Tangan
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan
dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga
tidak seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklampsia.
Selain itu, kenaikan BB ½ kg per setiap mingunya dalam kehamilan
masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali, maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnys preeklampsia.

34
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau
meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah
serius apabila ditandai drngan tanda-tanda berikut ini:
a.Jika muncul pada muka dan tangan
b. Bengkak tidak hilang setelah beristirahat
c.Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit
kepala yang hebat, pandangan mata kabur, dan lain-lain. Hal
ini dapat merupakan pertada anemia, gagal jantung atau
preeklampsia
6. Nyeri Perut yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin
menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang
hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti apendistis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis, abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih,
atau infeksi lain.
7. Gerakan Bayi yang Berkurang
a. Gerakan janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan
yaitu pada usia kehamilan 20-24 minggu. Ibu mulai merasakan
gerak bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal
b. Gerakan janin tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu umur
kehamilan, transport glukosa, stimulasi pada suara, kebiasaan janin,
ibu yang merokok, dan prnggunaan obat-obatan pleh ibu hamil. jika
bayi tidur, gerakkannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan janin akan lebih mudah

35
terasa jika ibu berbaring atau istirahat, serta jika ibu makan dan
minum dengan baik.
c. Hal yang paling penting bahwa ibu hamil perlu waspada terhadap
jumlah gerakan janin, ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi
penurunan/gerakan janin yang terhenti
d. Menilai gerakan janin yang berkurang dapat dilakukan dengan
Metode Perhitungan Gerakan Janin oleh Cardiff Count to ten
1) Perhitungan sekali dalam sehari
2) Buat standart perhitungan pada waktu yang sama, contoh: 8
jam pagi atau tanyakan kepada wanita untuk memilih waktu
yang dipunyai dan ketika janin biasanya aktif
3) Catat berapa lama yang dibutuhkan untuk mncapai 10 gerakan
4) Harus ada sedikitnya 10 gerakan yang teridentifikasi dalam 10
jam
5) Jika kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam atau jika terjadi
peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan atau tidak ada
gerakan selama 10 jam maka uji NST harus dilakukan
secepatnya. (Nanny, Vivian, 2011)
F. Nutrisi pada Ibu Hamil
Selama kehamilan, wanita atau ibu hamil perlu memperhatikan makanan
yang dikonsumsinya. Makanan yang bergizi tentu jadi sebuah keharusan.
Makanan yang bergizi merukapan makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Mengonsumsi
makanan yang bergizi bagi ibu hamil sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan janin dalam rahim dan meningkatkan produksi ASI. (Firda,
Yani.2013)
Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung sangat membantu
ibu hamil dan janin dalam menjalankan hari – hari kehamilannya. Selama
kehamilan, kebutuhan nutrisi akan meningkat, seperti kebutuhan kalsium, zat

36
besi serta asam folat. Ibu hamil juga harus diberi dorongan agar mengonsumsi
makanan baik dan bergizi, ditambah kontrol terhadap kenaikan berat badannya
selama kehamilan. Kenaikan berat badan yang ideal berkisar 12 – 15 kg. Agar
perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari
– hari kehamilannya dengan segat, maka makanan yang di konsumsi ibu hamil
harus mengandung gizi sebagai berikut
a. Kalori
Selama kehamilan, konsumsi kalori lebih meningkat sekitar 300-400 kkal
per hari. Kalori yang di dapat harus berasal dari sumber makanan yang
bervariasi, dengan pola makan 4 sehat 5 sempurna harus tercapai. Sebaiknya,
55% kalori diperoleh dari umbi – umbian serta nasi sebagai sumber
karbohidrat, lemak(baik nabatai maupun hewani sebanyak 35%), serta 10%
dari protein, sayuran, dan buah – buahan.
b. Asam Folat
Janin didalam rahim sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak
guna pembentukan sel dan sistem saraf. Selama trimester pertama, janin janin
membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per hari. Jika
janin mengurangi kekurangan asam folat, maka hal ini akan membuat
perkembangannya menjadi tidak sempurna dan membuatnya terlahir dengan
kelainan, seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok kepala), mengalami
bibir sumbing, dan menderita sfina bifda (kondisi tulang belakang tidak
tersambung. Asam folat bisa diperoleh dari buah – buahan, beras merah dan
sayuran hijau.
c. Protein
Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan darah
dan sel merupakan salahsatu fungi protein. Protein dibutuhkan oleh ibu hamil
dengan jumlah sekitar 60 g setiap hari atau 10 g lebih banyak daripada
biasanya. Protein bisa diperoleh dari kacang – kacangan, tempe, putih telur,
daging, dan tahu.

37
d. Kalsium
Adanya kalsium yang cukup selama kehamilan dapat menghindari ibu
hamil dari penyakit osteopororsis. Sebab, jika ibu hamil tidak memiliki
kalsium yang cukup, maka kebutuhan janin terhadap kalsium akan diambil dari
tulang ibunya.
Susu dan produk olahan lainnya merupakan sumber kalsium yang baik.
Selain kalsium, susu memiliki kandungan vitamin lain yang dibutuhkan oleh
ibu hamil, seperti A, D, B2, B3, dan C. Selain susu, kacang– kacangan dan
sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan
untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka.
Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yoghurt, dan kalsium
karbonat. (Prawirohardjo, Sarwono. 2013)
e. Vit A
Vitamin A sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, serta
pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu, vitamin A juga berfungsi sebagai
imunitas pertumbuhan janin. Meskipun vitamin A sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil, namun jangan sampai berlebihan dalam mengonsumsinya. Sebab, jika
ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A, maka dapat membuat janin
terganggu pertumbuhannya.
f. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam pembentukan darah, terutama membentuk sel
darah merah (hemoglobin) dan mengurangi risiko ibu hamil terkena anemia.
Zat besi diperlukan saat kehamilan kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Kebutuhan terhadap zat besi sebanyak 30 mg per hari. Zat besi dapat diperoleh
dari hati, daging dan ikan.
g. Vit C
Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi. Selain itu,
vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C

38
adalah melindungi jaringan dan organ tubuh dari berbagai kerusakan, serta
memberikan otak berupa sinyal kimia. Hal ini terjadi karena vitamin C banyak
mengandung antioksidan.
h. Vit D
Vitamin D dapat menyerap kalsium, sehingga sangat bermanfaat dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat diperoleh dari
sumber makanan kuning telur, dan hati ikan.
H. Kunjungan ANC
Antenatal care merupakan komponen yang sangat penting dari
pelayanan kesehatan maternal, karena memberi kesempatan kepada ibu hamil
dan keluarga memahami risiko yang berhubungan dengan kehamilan dan
memonitor dalam mencari pelayanan kesehatan serta pengambilan keputusan
(Majrooh, 2014).
Pemanfaatan antenatal care dapat dilihat dari capaian cakupan
pelayanan antenatal care. Indikator peningkatan cakupan antenatal dengan
pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan meliputi K1 yaitu kunjungan
pertama ibu hamil pada trimester pertama, K4 yaitu kunjungan keempat ibu
hamil pada trimester ketiga (Depkes, 2003).
Cakupan akses ibu hamil yang melakukan ANC ke tenaga kesehatan
mengalami perkembangan peningkatan berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar 2013 yaitu pada trimester pertama atau K1 adalah 81,6 %, sedangkan
frekuensi ANC dengan pola 1-1-2 atau K4 adalah 70,4 % (Kemenkes, 2013).
Angka tersebut masih belum mencapai target nasional. Rendahnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal selama kehamilan berkontribusi
pada morbiditas dan mortalitas ibu (Bulatao & Ross, 2003; Prata et al., 2009).
Ada korelasi antara meningkatnya kematian ibu dengan tidak
tercapaianya K1 dan K4. Skrining antenatal dapat memprediksi keadaan
darurat obstetrik tertentu, salah satu strategi untuk mengurangi angka
kematian ibu (Simkhada, et al., 2008). Problematika ini berasal dari  individu,

39
keluarga, masyarakat dan institusi kesehatan (Mc Carthy & Maine, 1992;
Domingues et al., 2013; Elo, 1992; Mistry, Galal, & Lu, 2009).
Faktor non medis juga memberikan kontribusi terhadap morbiditas dan
mortalitas maternal baik di tingkat individu, keluarga, masyarakat dan institusi
kesehatan adalah berupa keterlambatan meliputi terlambat mengenal tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan (Kemenkes, RI.,
2012).

Rekomendasi ANC menurut WHO


A. Intervensi nutrisi
1. Intervensi diet:

Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap


melakukan aktivitas fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan berlebih selama
kehamilan. Selain itu juga dianjurkan untuk dilakukan edukasi terkait
upaya peningkatan energi dan asupan protein tiap harinya pada ibu hamil
agar mengurangi kejadian bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

2. Pemberian suplemen besi dan asam folat

Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi


sebanyak 30-60 mg/hari dan 0,4mg asam dolat tiap harinya. Hal ini
untuk mencegah anemia, peurperal sepsis, BBLR, dan kelahiran
preterm.

3. Pemberian suplemen kalsium

Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0
gr peroral untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

40
4. Pemberian suplemen vit.A

Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di


daerah dengan kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun
senja

5. Pemberian suplemen zinc

Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja

6. Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D


Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil
dalam tujuan meningkatkan outcome dari ibu maupun janin
7. Pembatasan asupan kafein

Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300
mg/ hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.

B. Penilaian kondisi ibu dan janin


a. Penilaian ibu
1. Anemia

Pemeriksaan hitung darah lengkap (blood count test) merupakan


metode yang paling direkomendasikan untuk mendiagnosis adanya
anemia selama kehamilan.

2. Asymptomatic bacteriuria
Kultur pada midstream urine merupakan metode yang dianjurkan
untuk mendiagnosis adanya bacteriuria. Jika kultur tidak bisa
dilakukan, pengecatan gram bisa dilakukan sebagai alternatifnya
3. Intimate partner violence

41
Kekerasan oleh pasangan biasanya bisa dideteksi sedini mungkin saat
ANC dilakukan

4. Gestational diabetes mellitus

Temuan hiperglikemi pada wanita hamil dapat diklasifikasikan sebagai


GDM atau DM pada kehamilan

5. Penggunaan rokok dan obat-obatan

Pada tiap kunjungan ANC sangat dianjurkan untuk menanyakan ada/


tidaknya penggunaan rokok baik sebelum atau saat kehamilan. Selain
itu ada/ tidaknya paparan rokok di lingkungan sekitar.

6. HIV dan sifilis

Bagi semua ibu hamil yang rentan atau berisiko terkena HIV atau
sifilis, maka perlu dilakukan uji anti HIV maupun sifilis

7. Tuberkulosis

Pada populasi dengan prevalensi TB yang tinggi, perlu dilakukan


skrining TB pada wanita hamil

b. Penilaian janin
1. Pergerakan janin
Bisa dilakukan dengan CTG atau count-to-ten kick charts jika
dilakukan untuk kepentingan penelitian
2. Pengukuran tinggi fundus

Dianjurkan untuk selalu diukur setiap kali ANC

3. Antenatal CTG (cardiotocography)

42
CTG rutin tidak dianjurkan untuk ibu hamil, hanya dilakukan secara
periodik saja dan lebih sering pada kehamilan trimester 3

4. Ultrasound scan
Dilakukan sebelum usia kehamilan 24 minggu untuk meningkatkan
deteksi adanya kelainan pada janin atau adanya kehamilan ganda.
Selain itu juga untuk mengurangi kemungkinan induksi persalinan pada
kehamilan post-term. Penggunaan USG juga dapat meningkatkan
pengalaman kehamilan ibu
5. Doppler ultrasound pembuluh darah janin
Tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin dalam upanya
meningkatkan kondisi ibu maupun janin. Pemeriksaan DJJ
dengan doppler hanya dilakukan secara periodik saat ANC.
6. Tindakan pencegahan
7. Antibiotik untuk asymptomatic bacteriuria
Pemberian antibiotik selama 7 hari sangat direkomendasikan untuk
semua ibu hamil dengan asymptomatic bacteriuria. Hal ini dilakukan
untuk mencegah bakteriuria yang persisten dan kelahiran preterm serta
BBLR
a. Antibiotik profilaksis untuk mencegah ISK berulang

b. Antibiotik profilaksis hanya diberikan untuk mencegah ISK


berulang pada ibu hamil dalam kepentingan penelitian saja.
8. Pemberian anti-D immunoglobulin

Hanya diberikan untuk kepentingan penelitian pada ibu hamil dengan


usia kehamilan 28-34 minggu

9. Pemberian antihelminthic

Diberikan bagi ibu hamil yang tinggal di area endemic pada trimester 1

43
10. Vaksin tetanus toxoid
Direkomendasikan untuk diberikan kepada semua ibu hamil. Pemberian
tergantung dengan riwayat vaksinasi ibu sebelumnya. Vaksinasi ini
untuk mencegah kematian bayi akibat tetanus
11. Pencegahan malaria

Pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik sangat dianjurkan untuk
mendapatkan profilaksis malaria pada trimester 2. Profilaksis ini
diberikan tiap bulan atau minimal 3 kali pemberian.

12. Pencegahan HIV dengan pemberian pre-exposure profilaksis (PreP)

Pemberian PreP oral dianjurkan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi
HIV

c. Intervensi untuk gejala psikologis umum


1. Mual dan muntah

Pemberian jahe, vit B6 atau akupuntur direkomendasikan bagi ibu


hamil untuk mengurangi mual pada awal kehamilan

2. Heartburn
Perubahan gaya hidup sehat dan pola makan sangat dianjurkan
untuk mencegah terjadinya heartburn pada ibu hamil. Bila
diperlukan maka bisa diberikan antacid
3. Kram kaki

Pemberian magnesium, kalsium, atau tatalaksana non-farmakologis


lainnya bisa diberikan untuk mencegah kram kaki pada ibu hamil

4. Low back and pelvic pain

44
Olahraga/ senam ibu hamil sangat dianjurkan untuk mencegah nyeri
punggung pada ibu hamil. Selain itu bisa juga dengan bantuan
fisioterapi atau penggunaan korset khusus.

5. Konstipasi

Bagi ibu hamil direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat


ataupun gandum yang cukup untuk mencegah konstipasi

6. Varicose veins dan edema


Direkomendasikan untuk menggunakan compression
stockings, meninggikan kaki saat tidur dan kompres dengan air
hangat pada kaki untuk mencegah edema
d. Intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas
ANC
1. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu
membawa setiap kali kontrol/ ANC
2. ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan
3. Tenaga kesehatan dianjurkan untuk melakukan promosi kesehatan
rutin terkait gaya hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu hamil
4. Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata
dianjurkan untuk mengurangi kematian selama kehamilan maupun
saat persalinan.

5. Kepuasan ibu hamil selama ANC dan persalinan dapat


meningkatkan kondisi kesehatan ibu dan bayi, mengingat
kebutuhan emosional, psikologis dan sosial pada wanita dewasa dan
kelompok rentan (termasuk wanita dengan disabiltas, gangguan
mental, wanita dengan HIV, pekerja seksual, dan kaum minoritas)
dapat lebih besar daripada wanita lain pada umumnya

45
I. Pemberian 14 T Pada Ibu Hamil
Pemerintah menetapkan, bahwa pelayanan antenatal yang baik
memenuhi asuhan standar minimal “14T” yaitu timbang dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah, tinggi fundus uteri, tetanus toxoid,
tablet Fe, tes PMS, pemeriksaan HB, Temu wicara, perawatan
payudara, pemeliharaan tingkat kebugaran/senam hamil, pemeriksaan
protein urine atas indikasi, pemeriksaan reduksi urine atas indikasi,
pemberian terapi kapsul yodium dan pemberian terapi anti malaria
(Rukiyah, 2014). Pelayanan Antenatal yang berkualitas pada
hakekatnya merupakan salah satu pelayanan medik dasar yang sangat
strategis dalam upaya meningkatkan kesehatan derajat ibu ibu hamil
dan janin yang dikandungnya.
Untuk mencapai keinginan tersebut perlu selalu diperhatikan akses
terhadap pelayanan antenatal yang dapat dijangkau oleh ibu hamil dan
keluarganya, sehingga ibu hamil dapat tetap mengikuti pemeriksaan
antenatal secara berkesinambungan demi kesehatan dan keselamatan
kehamilannya.
Selain itu kualitas pelayanan yang diberikanpun harus selalu
terjaga, sehingga meningkatkan kesinambungan pemeriksaan antenatal
yang pada gilirannya dapat terpelihara derajat kesehatan kehamilan
dan pendeteksian dini terhadap gangguan yang mungkin terjadi selama
kehamilan (Pedoman Pelayanan Antenatal) Kualitas pelayanan
Antenatal erat hubungannya dengan penerapan. Standar pelayanan
kebidanan, yang mana standar pelayanan berguna dan penerapan
normal dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi
masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil penilaian dapat
dilakukan dengan dasar yang jelas. (Ariyanti, 2010) Menurut

46
Kusmiyati (2009), bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai
standart minimal perawatan Antenatal Care yang disebut “14 T”,
yaitu :
1. Tinggi badan
2. Timbang berat badan
3. Ukur tekanan darah
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian imunisasi TT lengkap
6. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
7. Tes terhadap penyakit seksual menular
8. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
9. Tes protein urine 10. Tes urine glukosa
11. Tes Hb
12. Senam hamil
13. Pemberian obat malaria
14. Pemberian obat gondok
J. Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal menurut (Nanny, Vivian. 2011)
1. Pengkajian data ibu hamil/anamnesis
Maksud dari anamnesis adalah mendeteksi komplikasi-komplikasi dan
menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan dan
kelahiran terdahulu, serta kesehatan umum dan kondisi sosial ekonomi.
2. Isi riwayat pada kunjungan antenatal pertama
a. Informasi biodata
Identitas ibu dan suami (nama, umur, pekerjaan, agama,alamat).
Informasi yang dimaksud berisi identitas umum, perhatian pada usia
ibu, status perkawinan, dan tingkat pendidikan. Usia reproduksi sehat
dan aman adalah antara umur 20-30 tahun. Pada kehamilan usia
remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur

47
penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta
aborsi. Usia muda juga faktor kehamilan resiko tinggi untuk
kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklamsia,
ketuban pecah dini, persalinan preterm, dan abortus.
. Keluhan utama
. Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau
ada keluhan/ masalah lain yang dirasakan.
. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi hal-hal berikut:
1. HPHT
2. Gerak janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan
yang terjadi).
3. Masalah dan tanda-tanda bahaya (termasuk rabun senja)
4. Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan
5. Penggunaan obat-obatan (termasauk jamu-jamuan)
6. Kekhawatiran lain yang dirasakan
Pada kehamilan sekarang membantu untuk menentukan umur
kehamilan dengan tepat. Setelah mengetahui umur kehamilan ibu,
bidan dapat memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang
biasa terjadi dan dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan lebih
baik.
Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi hal-hal berikut:
1) Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,
persalinan yang prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (dengan forsep, atau dengan SC)
2) Riwayat perdarahanpada kehamilan, persalinan, atau nifas
sebelumnya
3) Hipertensi disebabkan kehamilan sekarang atau kehamilan
sebelumnya
4) Berat bayi sebelumnya <2.500 atau >4000g

48
5) Masalah-masalah lain yang dialami
Riwayat kebidanan yang lalu membantu bidan mengelolan asuhan
pada kehamilan ini (konseling khusus, tes, tindak lanjut, dan rencana
persalinan).
b. Riwayat kesejahteraan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekang.
1) Hipertensi
2) Diabetes
3) PMS
Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang membantu bidan
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi
kehamilan atau bayi baru lahir.
c. Riwayat sosial ekonomi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Status perkawinan
2) Respon orangtua dan keluarga terhadap kehamilan ini
3) Riwayat Kb
4) Dukungan keluarga
5) Pengambil keputusan dalam keluarga
6) Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi dengan fokus pada
vitamin A dan zat besi
7) Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok dan minum
obat atau alkohol.
8) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari
9) Tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan
10) Riwayat sosial ekonomi ibu ndapat membantu untuk mengetahui
sistem dukungan terhadap ibu dan pengambil keputusan dalam
keluarga sehingga bidan dapat membantu ibu merencanakan
persalinannya yang lebih baik.
3. Menghitung perkiraan tanggal persalinan

49
4. Pemeriksaan fisik dan test laboratorium
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
1) Tinggi badan
2) Berat badan
3) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)
b. Kepala dan leher
1) Edema di wajah
2) Icterus pada mata
3) Bibir pucat
4) Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan
kelenjar tiroid
c. Tangan dan kaki
1) Edema di jari tangan
2) Kuku jari pucat
3) Varises vena
4) Reflek-reflek
d. Payudara
1) Ukuran, kesimetrisan
2) Putting payudara: menonjol/masuk
3) Keluarnya kolostrum atau cairan lain
4) Retraksi dimpling
5) Massa
6) Nodul aksila
e. Abdomen
1) Luka bekas operasi
2) Tinggi fundus uteri (jika > 12 minggu)
3) Letak, presentasi posisi, dan penurunan kepala (kalau >36 minggu)

50
Inspeksi: membesar/tidak (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, ukuran uterus baru dapat diperkirakan
saat kehamilan sudah lebih besar. Tinggi fundus dapat diukur
dengan pita ukuran sentimeter jarak antara fundus uteri dengan tepi
atas sispisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi leopold dilakukan dengan sistematika berikut
ini:
a) Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang
berada di fundus dengan kedua telapak tangan.
b) Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke
arah kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya
punggung) janin, atau mungkin bagian keras bulat (kepala)
janin.
c) Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah
(di atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus
untuk fiksasi.
d)Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan,
jari ke arah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah
janin dan menentukan apakah bagian tersebut sudah
masuk/melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan
dengan satuann x/5)
Jika kemungkinan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran
berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan juga masih
cukup besar). Pada kehamilan aterm perkiraan berat janin

51
dapat menggunakan rumus Johnson-Tossec yaitu: tinggi
fundus (cm) – (12x155 gram).
e) DJJ (bila >18 minggu)
Auskultasi: dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler
yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung
frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga, dan kelima, kemudian
dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu
menit. Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah
120-160 denyut per menit.

f. Genitalia dalam (interna)


a) Varises
b) perdarahan
c) luka
d) cairan yang keluar
e) pengeluaran
f) kelenjar bartholin: bengkak (massa), cairan yang keluar
g. Genitalia dalam (interna)
a) Serviks meliputi cairan: yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi,
mobilisasi, tertutup, atau membuka.
b) Vagina meliputi cairan yang keluar, luka dan darah
c) Ukuran, bentuk, posisi, mobilisasi, kelunakan, massa (pada
trimester pertama)
6. Tes laboratorium
Merupakan hal penting untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil.
Jika masalahg dapat tertangani, maka akan mencegah kematian dan
kesakitan pada ibu dan anak. Tes lain berguna hanya jika ada indikasi
perlunya tes tersebut.
Tes laboratorium yang diperlukan adalah sebagai berikut:

52
a. Haemoglobin
b. Protein urine
c. Glukosa dalam urine
d. Golongan darah
K. Asuhan Kebidanan Muslimah

Fase-Fase Kehamilan Dalam perkembangannya, sebelum menjadi bayi yang


dilahirkan, seseorang melalui berbagai fase tahapan di dalam kandungan sang ibu.
Adapun fase tahapan yang dilalui masingmasing orang adalah sebagai berikut:
1.Fase Pertama Nutfah
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa nutfah adalah sperma laki-laki sendiri
yang memancar ke dalam rahim perempuan, karena Allah telah menjelaskan dalam
firmannya bahwa Dia menciptakan manusia dari air yang memancar: “Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan,” QS al-Tariq [86]: 5-6. Pancaran tersebut hanya berasal dari
laki-laki. Pendapat jumhur (kesepakatan para ulama) mengatakan bahwa nutfah
adalah sperma laki-laki dan indung telur perempuan secara bersamaan. Pendapat ini
didukung oleh firman Allah setelah dua ayat di atas: “yang keluar dari antara tulang
sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” QS al-Tariq [86]: 7 Maksudnya adalah
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Selain itu pendapat jumhur itu juga
didukung oleh Hadis Nabi saw : Beliau menjawab, 'Air mani seorang lelaki berwarna
putih dan air mani seorang wanita berwarna kuning, jika keduanya menyatu lalu air
mani si lelaki lebih dominan atas air mani wanita maka janin itu akan berkelamin
lakilaki dengan izin Allah. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan nutfah
adalah sperma laki-laki dan indung telur perempuan apabila bersatu di dalam rahim
perempuan , dan itulah fase pertama janin.
2. Fase Kedua ‘Alaqah Al-Qurtubi menafsirkan firman Allah surat al-‘Alaq: “Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” QS al-‘Alaq [96]:2 Maksudnya;
Allah menciptakan dari darah, bentuk jama’ dari ‘alaqah, yang berarti darah yang

53
menggumpal. Apabila darah mengalir, maka disebut masfuh. Al-Qurtubi juga
mengatakan bahwa firman Allah ‘Dari segumpal darah’ menggunakan bentuk jama’
karena yang dimaksud dengan manusia adalah gabungan.
3. Fase Ketiga: Mudhghah Mudhghah berarti seukuran kunyahan. Sedangkan
yang dimaksud mudhghah dalam fase janin adalah sepotong daging yang seukuran
kunyahan, yang terbentuk dari ‘alaqah. Al-Razi menafsirkan firman Allah, “Lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging … .” Maksudnya, Kami
menjadikan darah yang menggumpal itu mudhghah, yaitu sepotong daging seolah-
olah ukurannya sebesar kunyahan. Seperti kata ghurfah yang berarti seukuran
gayung. Perubahan ini disebut dengan kata khalaq (menciptakan), karena Allah
menghilangkan sifat-sifat sementara padanya kemudian menciptakan sifatsifat
sementara lainnya, sehingga penciptaan sifat-sifat ini disebut khalaqa, dan seolah-
olah Allah menciptakan organ tambahan padanya
Melalui hadis ini dijelaskan bahwa janin melewati tiga fase, yaitu nutfah, ‘alaqah,
dan mudhghah, sebelum ditiupkan ruh kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
َ ‫ ولَقَد َخ َل َج َعل ر نُ ف ي طفَةً َرا ن‬َّ َ‫الن َعل ا َقَةً نَ فَ َخلَق َعلَقَةَ ال ً ُم ضغَة ا ن‬
: }َ‫ق َم‬ ُ ‫م كي‬
ُّ َ‫ث نَا َخلَق طفَة‬
ً ‫فَ َخلَق ُم ض َغةَ فَ َك َس ونَا َظ ال ع ا ًما َ ع َظام ال ح ًما َّم َل ُ ث نَاهُ ن َشأ َ أ ا‬
‫ق َخ َر َخل َر آ َك َ فَتَبَا هُ ح َس‬
‫ { الل ُن َّ أ َخا ل قي َن َ ال‬Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. QS alMu’minun [23]: 12-
16 Penciptaan Janin Pendapat yang dipegang mayoritas ahli tafsir dan ahli fiqh adalah
bahwa penciptaan dan pembentukan janin terjadi pada fase mudhghah dan

54
sesudahnya, bukan pada fase sebelumnya. Para mufassir menafsirkan nutfah dengan
sperma laki-laki sendiri atau sperma laki-laki dan indung telur perempuan secara
bersamaan, menurut pendapat yang kuat dan menafsirkan ‘alaqah dengan sepotong
daging. Sedangkan fase mudhghah difahami sebagai fase terjadinya pembentukan,
karena mudhghah adalah sepotong daging yang seukuran kunyahan yang terkadang
sempurna kejadiannya (mukhallaqah) dan terkadang juga belum sempurna
kejadiannya (ghair mukhallaqah), berdasarkan firman Allah: “… kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna …” QS al-
Hajj [22]: 5
Pembentukan Janin
Ada banyak dalil yang menunjukkan bahwa penciptaan berbeda dengan
pembentukan, antara lain firman Allah berikut:
ُ ‫ث قنَا ُك م‬
‫ث }َولَقَد‬ ُ ‫ق َّم َصَّو رنَا ُك م‬
ُ ‫م َس َل ب لي َّل إ َس َجدُوا إ َم فَ َ َملئ َك ة ا س ُجدُوا ِلَ َد ل لَنا ل َّم‬
‫ي م َن دي َن ُك ن‬
َ ‫ َخ َل ال َّسا { ج‬Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu
Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah
kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk
mereka yang bersujud. QS al-A’raf [7]: 11
Waktu Peniupan Ruh
Mereka berdalil dengan firman Allah berikut: ‫ش ُه ر َو َع ش ًرا َ أ ربَ َعةَ َ س ه َّن أ نفُ َ أ‬
‫َوف ذي َن يُتَ َّ }َوال ُه َّن َذا فَإ بَ َل غ َن َج َل ي ُك ُجنَا َح م أ‬
َّ ‫َربَّ ص َن ب زَوا ًجا يَتَ َ ُرو َن أ َويَ َذ و َن م ن ُك م‬
‫فَ َل َ َما َن َ َعل ف ي س ه فَ َع ف ي َّن ل نفُ َم أ عُرو ف َ ال ب هُ َّ َوالل َما ب ُو َن َخب { تَ ي ر عَمل‬
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat. QS al-Baqarah [2]: 234

55
BAB III

TIJAUAN KASUS

No Register : 0001112275

Hari/Tanggal : 7-3-2021

Tempat Praktik : BPM Bidan Nurul Retnowati Triana Amd. Keb

Pengkaji : Tikeu Nur Fajarwati Triana / Bd. Nurul Retnowati


Triana, Amd. Keb

Waktu pengkajian : 16.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
a. Anamnesa
1. Identitas
No Identitas Istri Suami
1 Nama Ny. S Tn.C
2 Umur 23 tahun 23 tahun
3 Pekerjaan IRT Buruh
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan SMP SD
Terakhir
6 Golongan Darah Tidak diketahui Tidak diketahui
7 Alamat Cipicung
8 No. Telp/HP Tidak diketahui Tidak diketahui
2. Keluhan Utama

49
Ibu hamil mengatakan usia kehamilan 36-37 minggu mengeluh
mules dan keluar cairan

50
3. Penggalian Riwayat Kesehatan
Riwayat Sosial Ekonomi
e. Status perkawinan : Menikah
f. Lama menikah : 1 tahun
g. Bahasa yang digunakan : Bahasa sunda
h. Dukungan selama hamil : Baik
i. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : IRT
j. Pengambil keputusan dalam keluarga: Suami
k. Renacana tempat persalinan : Bpm
l. Rencana penolong persalinan : Bidan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, astma, alergi, anemia,epilepsi,
kelainan mental, kelainan kongenital
5. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung, astma, alergi, anemia, penyakit
ginjal, psycosa post partum
6. Riwayat Penyakit Menular Seksual
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual
seperti AIDS, pengeluaran vagina yang abnormal, luka dan
pembengkakan pada vagina, rasa nyeri pada saat berkemih, diare
yang berkelanjutan lebih dari bulang.
7. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi seperti
salpingektomi, pengobatan infertilitas, kehamilan ektopik, operasi
pada vagina, pelvik dan uterus
8. Riwayat Menstruasi
a. Usia Menstruasi : 12 tahun

50
b. Siklus Menstruasi : 28 hari
c. Lama dan jumlah darah : 7 hari, biasanya 2-3 kali
ganti pembalut sehari
d. Rasa sakit pada saat menstruasi (dismenorhea) : tidak ada
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
10. Riwayat Kehamilan Sekarang
h. HPHT : 19-06-2020
i. TP : 26-03-2021
j. TT : TT1 : 1-6-2020
TT2 : 1-7-2020
TT3 : 1-1-2021
k. Gerakan janin pertama : 4 bulan
l. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Aktif, 22x
m. Obat-obatan yang dikonsumsi :Tablet Fe,60
yang dikonsumsi
n. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : tidak ada
11. Riwayat Obstetri yang lalu
Ibu mengakatan ini kehamilan yang pertama
12. Pola Aktifitas Sehari-hari
1. Makan
Ibu mengakatan makan sehari 3x dengan nasi, sayur, ayam dan
tidak ada pantangan ataupun masalah
2. Minum
Ibu mengatakan minum sehari 6-7 gelas per hari dengan air
putih dan tidak ada pantangan ataupun masalah
3. Eliminasi
Ibu mengatakan BAK 1 jam yang lalu 6-7 kali sehari dan BAB
tadi subuh 1-2 kali sehari

51
4. Istirahat/tidur
Ibu mengatakan tidur tadi malam 8 jam
5. Olahraga
Ibu mengatakan suka jalan-jalan ringan seminggu sekali
13. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
Perdarahan vagina : tidak ada
Penurunan gerakan bayi secara signifikan : tidak ada
Pecah ketuban : ada

II. DATA OBEJEKTIF

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan Sebelum Hamil : 54 kg
Berat Badan Sekarang : 62 kg
Peningkatan BB : 8 kg
IMT (Indeks Masa Tubuh) :Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan
(dalam m)² =24, normal
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5 ◦C
Pernafasan : 23 x/ menit
Nadi : 80 x/ menit
b. Kepala dan Leher
i. Rambut
a. Kebersihan : Bersih
b. Distribusi rambut : Hitam,tebal
c. Infeksi/masalah lain : Tidak ada

52
ii. Wajah
i. Oedema : Tidak ada
ii. Chloasma : Tidak ada
iii. Masalah lain : Tidak ada
iii. Mata
a.Conjungtiva : Merah muda
b. Sclera : Putih
c.Maslah lain : Tidak ada
iv. Mulut
4) Kebersihan : Bersih
5) Kelembaban : Baik
6) Keadaan lidah : Baik
7) Kebersihan gigi : Bersih
8) Caries : Tidak ada
9) Luka/infeksi/masalah lain : Tidak ada
v. Leher
a. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
b. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
c. Peningkatan vena jugularis : Tidak ada
c. Payudara
g. Bentuk : Simetris
h. Massa : Tidak ada
i. Kondisi putting : Kedua putting menonjol
j. Retraksi/dimpling : Tidak ada
k. Kolostrum : Ada
l. Masalah lain : Tidak ada
d. Abdomen
9. Bekas luka operasi : Tidak ada
10. Bentuk : Normal

53
11. Gerakan janin : Ada

Palpasi abdomen

D. TFU : 32 cm Teknik mc Donald


E. Leopold I : Pada bagian fundus teraba kurang bulat, lunak dan
tidak
melenting (bokong)
F. Leopold II : Sebelah kiri teraba bagian keras, memanjang seperti
ada tahanan (punggung). Sebelah kanan teraba bagian
bagian kecil (ekstremitas)
G. Leopold III : Pada bagian bawah perut teraba bagian bulat, keras,
dan
melenting (kepala). Bagian terendah janin masih dapat
digerakan
H. Leopold IV : 3/5,divergen

Auskultasi abdomen

DJJ : 145 x/menit regular

TBBJ : 32-12 x 155 = 3100

e. Punggung dan Pinggang


1) Oedema : Tidak ada
2) Deformitas tulang belakang : Tidak ada
3) Nyeri ketuk CVA : Tidak ada
4) Masalah lain : Tidak ada
f. Tangan dan Kaki
Tangan
g. Nyeri dan terasa kebas pada saat menggenggam : ada

54
h. Oedema : Tidak ada
i. Pucat pada telapak tangan dan ujung jari : Tidak ada
j. Masalah lain : Tidak ada

Kaki

1) Oedema : Tidak ada


2) Varises : Tidak ada
3) Reflex patella : ka/ki (+)
4) Masalah lain : Tidak ada
g. Pemeriksaan Lipat Paha
1. Kebersihan : Bersih
2. Pembengkakan kelenjar limfe: Tidak ada
h. Genitalia
1) Pembengkakan : Tidak ada
2) Pengeluaran cairan : Tidak ada
3) Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
4) Portio : Tidak teraba
5) Pembukaan : Tidak ada
2) Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang
Hb 12 gram% pengecekan menggunakan hb sahli

II. ANALISA
G1P0A0 Gravida 36-37 minggu,Janin tunggal, hidup,dengan kehamilan normal
presentasi kepala intrauterine dengan ketuban pecah dini

55
III.PENATALAKSANAAN
1. Tenaga kesehatan sudah memkai apd sesuai protocol covid-19,Memberitahu
hasil temuan dalam pemeriksaan kepada ibu dan Menghitung usia kehamilan
dan taksiran persalinan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.Hasil pemeriksaan
ibu keadaan umum ibu baik, TTV normal, Ibu mengetahui usia kehamilan dan
taksiran persa linannya.
a. Usia kehamilan ibu saat ini 36-37 minggu dan taksiran persalinannya
tanggal 26-03-2021
2. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa akan dilakukannnya
pemeriksaan cairan dengan tes lakmus dikarenakan ditakutkannya cairan yang
keluar adalah ketuban. Ibu mengerti dan bersedia
3. Mempersiapkan lingkungan: memasang tirai penutup dan lampu sorot. Sudah
siap
4. Mempersiapkan pasien dalam posisi litotomi atau dorsal recumbent. Ibu
dalam posisi litotomi
5. Cuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk bersih . dilakukan cuci
tangan dan mengeringkannta
6. Memakai sarung tangan steril/DTT. Sarung tangan telah dipakai
7. Melakukan vulva hygiene dengan mengunakan kapas DTT. Dilakukannya
vulva hygine
8. Memasang speculum secara lembut dan perlahan sampai terlihat porsio.
Sudah dipasang speculum dan terlihat porsio
9. Melakukan observasi terhadap adanya prolaps tali pusat dan prolaps
membrane di ostium uteri eksternum. Sudah dilakukannya observasi prolapses
tali pusat
10. Melakukan observasi adanya cairan ketuban di forniks posterior meliputi
warna dan baunya *jika terlihat cairan ,minta pasien untuk mengedan atau
batuk atau melakukan dorongan ringan pada fundus, lalu perhatikan cairan

56
yang keluar dari ostium uteri eksternum. Terlihat cairan dan sudah meminta
pasien untuk batuk atau mengedan
11. Menyentuhkan lidi kapas ke cairan yang terkumpul di forniks posterior
dengan prinsip No Touch lalu mengoleskannya pada kertas lakmus Atau
Menjepit kertas lakmus dengan tampon tang, dengan teknik yang sama
sentuhkan pada cairan yang terkumpul pada forniks posterior. Dilakukannya
menjepit kertas lakmus dengan tampon tang,
12. Menilai perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus: Terlihat perubahan
13. warna menjadi biru (untuk kertas lakmus merah) atau tetap biru (untuk kertas
lakmus biru) .terjadinya perubahan warna pada lakmus merah menjadi biru
14. Membuka dan melepaskan speculum secara perlahan. Sudah dibuka dan
dilepaskan speculum secara perlahan
15. Membersihkan vulva dari cairan dengan kapas DTT. Dibersihkan kembali
vulva dari cairan dengan kapas DTT
16. Melakukan pemmeriksaan dalam. Vulva vagina tidak ada kelainan, portio
tidak teraba,pembukaan belum ada.
17. Merendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan chlorine 0,5%.
Peralatan direndam dalam larutan chlorine 0,5%
18. Melepaskan sarung tangan secara terbalik dan merendamnya dalam larutan
chlorine 0,5%. Sudah dilakukan melepas sarung tangan secara terbalik dan
merendamnya dalam larutan chlorine 0,5%.
19. Mencuci tangan sesuai SOP dan mengeringkan tangan dengan handuk bersih.
Dilakukannya cuci tangan
20. Memberi tahu hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga . Hasil
pemeriksaan cairan adalah cairan ketuban dengan berubahnya lakmus merah
menjadi biru
21. Memberitahu ibu untuk dirujuk. Ibu dan keluarga akan pergi ke rumahsakit
22. Membereskan peralatan dan ruangan. Sudah dibereskan peralatan dan ruangan

57
23. Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan. Mencatat asuhan yang telah
diberikan pada buku status pasien.

58
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan masa kehamilan pada Ny. S G 1P0A0


Gravida 36-37 minggu ditemukan beberapa hal yang menjadi pembahasan dilihat
antara tinjauan pustaka dengan tinjuan kasus yaitu sebagai berikut:

A. Pengkajian Data Subjektif


Pengkajian data subjektif pada Ny. S tanggal 7 Maret 2021 ibu
datang ke BPM Bidan Nurul Retnowati Triana, Amd. Keb mengatakan
ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh sering kesemutan dan
pegal-pegal. Pengkajian data subjektif ini dapat dilakukan dengan baik.
Penulis mendapatkan data anamnesa dengan lengkap, menurut buku ajar
dokumentasi kebidanan yaitu,S= Subjektif. Data subjektif adalah data
yang diperoleh dari sudut pandang pasien atau segala bentuk pernyataan
atau keluhan dari pasien. Pada pasien bisu maka dibagian data belakang
“S” diberi kode”0” atau “X”. Setelah melakukan asuhan kebidanan masa
kehamilan pada Ny. S G1P0A0 Gberusia 36-37 minggu sejak hari itu juga
melakukan pemeriksaan ditemukan beberapa hal yang menjadi
pembahasan dilihat antara tinjauan pustaka dengan tinjuan kasus dihitung
dari rumus Neagele bahwa usia kehamilan normal adalah 266 hari sejak
ovulasi (38 minggu/ 9 bulan 7 hari ). Ibu mengalami ketuban pecah
dini,yaitu KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari
selaput ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia
kehamilan 28 minggu dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015). Dalam keadaan normal

60
ketuban pecah dalam proses persalinan. Maka diberitahukan komplikasi
yang terjadi dengan ketuban pecah dini
Komplikasi
c. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama,
pendarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
d. Pada Janin
Prematuritas
Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan
lahir prematur yakni sebagai berikut :
n) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga
dengan sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi
karena paru-paru bayi belum matang sehingga tidak
bisa menghasilkan zat surfaktan dalam jumlah
memadai. Surfaktan memungkinkan permukaan
paruparu mengembang dengan baik ketika bayi keluar
dari dalam Rahim untuk menghirup udara sesuai
kebutuhan bayi. Akan tetapi, jika bayi lahir sebelum
paru-parunya berfungsi dengan sepenuhnya,
kemungkinan akan mengalami masalah pernapasan.
Tanpa adanya asupan oksigen yang memadai, organ-
organ yang lain juga bisa terpengaruh.
o) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan
suhu dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena
bayi premature biasanya tidak memiliki cadangan

61
lemak yang cukup untuk melindungi proses penurunan
suhu. Hipotermia pada bayi yang lahir prematur juga
bisa menyebabkan kondisi lain seperti gangguan
pernapasan dan kadar gula yang sangat rendah.
p) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu
tinggi, ditandai oleh perubahan warna kulit dan sklera
mata menjadi kuning (bayi kuning). Bilirubin adalah
pigmen kuning yang memang ada pada sel darah.
Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi
premature dibandingkan pada bayi lahir cukup bulan.
q) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel
darah merah. Sel darah merah sangat penting karena
mengandung hemoglobin, zat yang membawa oksigen
ke seluruh tubuh. Sebagian besar bayi baru lahir
memiliki level sel darah merah lebih dari 15gram.
Namun bayi premature beresiko tinggi memiliki level
rendah sel darah merah.
r) Sepsis
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri masuk ke dalam
aliran darah. Sepsis sering menyebabkan infeksi
terbawa ke paru-paru dan bisa mengakibatkan
pneumonia.
s) Retinopathy Of Prematurity (ROP)
Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah pertumbuhan
abnormal pembuluh darah di mata yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi

62
terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu
kehamilan.
t) Intraventricular Hemorrhage (IVH)
Intraventricular Hemorrhage (IVH) disebut juga
Perdarahan Intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi
pada beberapa bayi premature, terutama yang lahir
sebelum usia kehamilan 32 minggu. Pendarahan yang
lebih parah dapat menyebabkan struktur ventrikel otak
berkembang pesat terisi cairan, menyebabkan otak
tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti
cerebral palsy, gangguan belajar dan masalah perilaku.
u) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis (NEC) terjadi ketika sebagian
usus bayi memiliki aliran darah yang buruk, yang dapat
menyebabkan infeksi di dinding usus.
v) Prolaps funiculli (penurunan tali pusat).
w) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen
pada bayi).
x) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri,
partus lama, skor apgar rendah, ensefalopati, cerebral
palsy, perdarahan intraknial, gagal ginjal, distress
pernapasan.
y) Sindrom deformitas janin.Morbiditas dan mortalitas
perinatal (Budi Rahayu, 2017).
B. Pengkajian Data Objektif
Pengkajian data objektif yang telah dilakukan pemeriksaan didapatkan
sesuai menurut buku ajar dokumentasi kebidanan pengkajian data objektif
yaitu O=Objektif. Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil
pemeriksaan / observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk

63
dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium, atapu pemeriksaan diagnostik lainnya
Pengkajian data objektif yang telah dilakukan pemeriksaan didapatkan

keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-

tanda vital tekanan darah : 110/80 mmHg, Suhu: 36,5 ◦C, Respirasi: 23

x/menit, Nadi: 80 x/menit. Tfu: 32 cm, Leopold I: pada bagian fundus teraba

kurang bulat, lunak dan tidak melenting, yaitu bokong, Leopold II: pada

sebelah kiri teraba bagian keras memanjang seperti ada tahanan yaitu

punggung, sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas,

Leopold III: pada bagian perut teraba bagian bulat, keras, dan melenting

yaitu kepala, Leopold IV: divergen Perlimaa: 3/5, DJJ: 145 x/menit, dan hasil

pemeriksaan yang lainnya . Pemeriksaan Leopold terdiri atas 4 tahap.

a. Pemeriksaan Leopold I Leopold I digunakan untuk mengetahui


bagian janin yang berada di fundus dan mengukur tinggi fundus uteri.
Caranya dengan meminta klien menekuk kakinya, dan abdomen dikumpulkan
ke tengah untuk menentukan tinggi fundus uteri. Abdomen bagian atas
kemudian diraba, apakah lunak atau keras. Bila kepala maka teraba bulat dank
eras, sedangkan bokong tidak bulat dan lunak. Tinggi fundus uteri (TFU)
dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau menentukan taksiran
berat janin (TBJ). TFU diukur dengan methelin dari fundus ke simfisis pubis
(Kusmiyati, 2011). Melakukan Manuver Leopold I :
(1) Mengatur posisi kaki ibu sedikit ditekuk.
(2) Berdiri di sebelah kanan ibu menghadap perut ibu.
(3) Gosok kedua tangan agar hangat dan sesuai dengan suhu tubuh ibu.
(4) Kedua tangan bawah mengumpulkan rahim ke bagian tengah.

64
(5) Tahan fundus dengan tangan kiri.
(6) Ukur TFU dengan jari-jari tangan kanan.
(7) Raba bagian fundus untuk menentukan bagian teraba di fundus
kepala/bokong/kosong. Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras,
mudah digerakkan. Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak
beraturan, lunak, dan tidak mudah digerakkan.
b. Pemeriksaan Leopold II
Tujuan pemeriksaan Leopold II adalah untuk menentukan bagian janin
yang ada di samping kanan dan kiri perut ibu. Caranya meraba salah satu sisi
samping perut ibu dengan menekan sisi kiri (puki). Bagian punggung akan
teraba jelas, rata, cembung, kaku atau atau tidak dapat digerakkan.
Bagianbagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak
jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif
maupun pasif (Kusmiyati, 2011). Melakukan Manuver Leopold II :
(1) Geser tangan kesisi samping perut ibu (tangan kanan pemeriksa diperut
ibu sebelah kiri, tangan kiri pemeriksa diperut sebelah kanan).
(2) Tahan perut ibu sebelah kiri dengan tangan kanan, dan raba perut sebelah
kanan ibu dengan tangan kiri pemeriksa.
(3) Raba dan rasakan bagian-bagian janin, punggung, akan teraba datar
dengan tahanan kuat, sedangkan bagian kecil janin akan teraba bagian yang
benjol-benjol.
(4) Lakukan pada sisi sebaliknya.
c. Pemeriksaan Leopold III
Tujuan pemeriksaan Leopold III adalah unuk menentukan presentasi janin dan
apakah sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau belum (Kusmiyati, 2011).
Melakukan Manuver Leopold III :
(1) Geser tangan kanan diatas simfisis untuk menangkap bagian terbawah
janin. Bagian kepala akan teraba keras, rata. Bagian bokong akan teraba
lembut dan tidak rata.

65
(2) Tahan fundus uteri dengan tangan kiri.
(3) Goyangkan bagian terbawah janin dengan tangan kanan (bila melenting
berarti kepala). Bagian kepala akan mudah digerakkan jika tidak
terikat/tertahan, sulit digerakkan jika terikat/tertahan
(4) Menilai apakah bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
(PAP).
d. Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan pemeriksaan Leopold IV adalah untuk mengetahui seberapa bagian
presentasi janin yang masuk PAP (Kusmiyati, 2011). Melakukan Manuver
Leopold III :
(1) Persilakan pasien untuk meluruskan kakinya.
(2) Posisi badan berdiri menghadap kaki ibu.
(3) Kedua tangan pemeriksa diletakkan disisi bagian bawah rahim
(menangkap presentasi janin).
(4) Raba dan identifikasi seberapa jauh presentasi janin masuk ke panggul,
apabila kedua tangan bertemu (konvergen) berarti presentasi sebagian kecil
presentasi janin masuk PAP, dan bila tangan divergen berarti sebagian besar
presentasi janin sudah masuk PAP. Sesuai dengan hasil leopold.
C. Penegakkan Analisa Data
Dari pengkajian data subjektif dan objektif penulis dapat menegakkan
diagnose pada Ny. S yaitu G1P0A0 Gravida 31-32 minggu dengan kehamilan
normal Janin tunggal, hidup,presentasi kepala, intrauterine.
D. Penatalaksanaan yang diberikan
Asuhan yang telah dilakukan pada Ny. S yaitu
1. Tenaga kesehatan sudah memkai apd sesuai protocol covid-19,Memberitahu
hasil temuan dalam pemeriksaan kepada ibu dan Menghitung usia kehamilan
dan taksiran persalinan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.Hasil pemeriksaan
ibu keadaan umum ibu baik, TTV normal, Ibu mengetahui usia kehamilan dan
taksiran persa linannya.

66
a. Usia kehamilan ibu saat ini 36-37 minggu dan taksiran persalinannya
tanggal 26-03-2021
2. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa akan dilakukannnya
pemeriksaan cairan dengan tes lakmus dikarenakan ditakutkannya cairan yang
keluar adalah ketuban. Ibu mengerti dan bersedia
3. Mempersiapkan lingkungan: memasang tirai penutup dan lampu sorot. Sudah
siap
4. Mempersiapkan pasien dalam posisi litotomi atau dorsal recumbent. Ibu
dalam posisi litotomi
5. Cuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk bersih . dilakukan cuci
tangan dan mengeringkannta
6. Memakai sarung tangan steril/DTT. Sarung tangan telah dipakai
7. Melakukan vulva hygiene dengan mengunakan kapas DTT. Dilakukannya
vulva hygine
8. Memasang speculum secara lembut dan perlahan sampai terlihat porsio.
Sudah dipasang speculum dan terlihat porsio
9. Melakukan observasi terhadap adanya prolaps tali pusat dan prolaps
membrane di ostium uteri eksternum. Sudah dilakukannya observasi prolapses
tali pusat
10. Melakukan observasi adanya cairan ketuban di forniks posterior meliputi
warna dan baunya *jika terlihat cairan ,minta pasien untuk mengedan atau
batuk atau melakukan dorongan ringan pada fundus, lalu perhatikan cairan
yang keluar dari ostium uteri eksternum. Terlihat cairan dan sudah meminta
pasien untuk batuk atau mengedan
11. Menyentuhkan lidi kapas ke cairan yang terkumpul di forniks posterior
dengan prinsip No Touch lalu mengoleskannya pada kertas lakmus Atau
Menjepit kertas lakmus dengan tampon tang, dengan teknik yang sama
sentuhkan pada cairan yang terkumpul pada forniks posterior. Dilakukannya
menjepit kertas lakmus dengan tampon tang,

67
12. Menilai perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus: Terlihat perubahan
13. warna menjadi biru (untuk kertas lakmus merah) atau tetap biru (untuk kertas
lakmus biru) .terjadinya perubahan warna pada lakmus merah menjadi biru
14. Membuka dan melepaskan speculum secara perlahan. Sudah dibuka dan
dilepaskan speculum secara perlahan
15. Membersihkan vulva dari cairan dengan kapas DTT. Dibersihkan kembali
vulva dari cairan dengan kapas DTT
16. Melakukan pemmeriksaan dalam. Vulva vagina tidak ada kelainan, portio
tidak teraba,pembukaan belum ada.
17. Merendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan chlorine 0,5%.
Peralatan direndam dalam larutan chlorine 0,5%
18. Melepaskan sarung tangan secara terbalik dan merendamnya dalam larutan
chlorine 0,5%. Sudah dilakukan melepas sarung tangan secara terbalik dan
merendamnya dalam larutan chlorine 0,5%.
19. Mencuci tangan sesuai SOP dan mengeringkan tangan dengan handuk bersih.
Dilakukannya cuci tangan
20. Memberi tahu hasil pemeriksaan pada pasien dan keluarga . Hasil
pemeriksaan cairan adalah cairan ketuban dengan berubahnya lakmus merah
menjadi biru
21. Memberitahu ibu untuk dirujuk. Ibu dan keluarga akan pergi ke rumahsakit
22. Membereskan peralatan dan ruangan. Sudah dibereskan peralatan dan ruangan
23. Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan. Mencatat asuhan yang telah
diberikan pada buku status pasien.
Semua asuhan sudah di dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Sesuai

dan dilakukan dengan Penentuan cairan ketuban dapat di lakukan dengan tes

lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.

68
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Pengkajian data subjektif pada Ny. S dapat dilakukan dengan baik, data
anamnesa yang didapatkan lengkap
2. Pengkajian data objektif pada Ny. S dilakukan pemeriksaan head to toe
dengan baik, data pemeriksaan fisik yang didapatkan semua dalam batas
normal
3. Penegakkan analisa data dapat dilakukan analisa data sudah sesuai dengan data
subjektif dan objektif
4. Penatalaksanaan yang diberikan dapat dilakukan dengan baik, penataksanaan
yang berikan telah sesuai denga kebutuhannya
5. Semua tindakan yang telah dilakukan pada Ny. S telah didokumentasikan
dalam bentuk SOAP
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih memahami tahap pembelajaran asuhan
kebidanan dan lebih menguasai teori sehingga dapat meningkatkan
keterampilan dan dapat mengaplikasikan secara optimal dan maksimal di
lahan praktik
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan laporan studi kasus ini diharapkan bisa menjadi salah satu
referensi tambahan bagi institusi pendidikan.
3. Bagi Lahan
Untuk lahan praktik lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang
sudah diberikan terhadap pasien sehingga dapat memberikan kepuasan kepada
setiap klien atau pasien yang berkujung untuk kunjungan antenatal

64
DAFTAR PUSTAKA

Hutahean, Serri.2013. “Perawatan Antenatal”: Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono.2013. “ Ilmu Kebidanan ”. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sulistyawati, Ari.2016. “ Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan “. Jakarta: Salemba


medika

Varney, Helen. 2006. “ Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol. 1 “Jakrta: Buku Kedokteran
EGC

Vivian. Nanny. Lia. Dewi. 2011. ” Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan “. Yogyakarta:
Salemba Medika

Widyawati, F. S. (2013). Pengaruh senam hamil terhadap proses persalinan dan status
kesehatan neonatus. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2), 316-324.

PUTRI, B. M. (2019). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N”


G2P1A0 UK 32 MINGGU KEHAMILAN NORMAL DENGAN KELUHAN KAKI
SERING KESEMUTAN DI PBM ITA AN, A. Md. Keb. DI DESA
PETERONGANAN JOMBANG (Doctoral dissertation, stikes insan cendekia
medika jombang).

Subiyatin, Aning.2017.”Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan” Jakarta: Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

WHO, 2016, WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy


experience, UK
WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In Health
Facilities, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai