Oleh :
Atika Rohmawati
2019740025
Oleh :
Atika Rohmawati
2019740025
Oleh :
Atika Rohmawati
2019740025
Mengetahui
Direktur Politeknik Kesehatan
Wira Husada Nusantara-Malang
Atika Rohmawati
NIM: 2019740025
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa
daripada penderitaan itu sendiri, dan tak ada hati yang menderita saat
mengejar impian-impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa
diibaratkan pertemuan dengan Tuhan dan keabadian”
– Paulo Coelho
Persembahan
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatNya saya mampu meneyelesaikan proposal tugas akhir ini. Sungguh luar
biasa pertolongan-Mu ya Rabbi Maha Pemilik Bumi dan Seisinya.
Kepada kedua orang tua saya, adik, saudara-saudara serta partner hidup
saya. Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas banyaknya
pengorbanan dan motivasi yang telah diberikan kepada saya selama
menjalankan pendidikan sampai pada proposal tugas akhir ini. Terimakasih atas
dukungan yang selalu kalian tuangkan selama ini. Keluarga saya adalah
semangat saya untuk terus maju dalam menjalankan pendidikan ini.
Kepada Dosen Pembimbing saya Ibu Chrisna dan Ibu Donna, saya
mengucapkan terimakasih karena beliau bersedia mendampingi saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini, karena tanpa bimbingan beliau tugas akhir ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Kepada kerabat terdekat saya, terimakasih atas semua dukungan kalian,
semangat yang luar biasa dan terus memotivasi saya dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatjan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Hubungan Anemia dengan Keteraturan Pemeriksaan
Kehamilan Pada Ibu Hamil di PMB Wulan Rahma Kelurahan Jodipan
Malang” sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi D-III Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Wira
Husada Nusantara Malang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan KTI ini tidak akan berhasil tanpa
mendapatkan bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik dalam
bentuk moril maupun materil. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Donna Dwinita Adelia, MMRS, selaku Direktur Poltekkes Wira Husada
Nusantara Malang.
2. Ibu Sayuti. S.S.T,M.Keb sebagai Kepala Program Studi Kebidanan.
3. Ibu Chrisna Trirestuti, S.S.T., M.Kes , selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Ibu Donna Dwinita Adelia, MMRS, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Segenap dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Wira Husada Nusantara
Malang yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Orang tua dan saudara-saudara kami, atas doa dan kasih sayang yang
selalu tercurah
7. Keluarga besar Poltekkes Wira Husada Nusantara Malang, khususnya
teman-teman seperjuangan kami di Jurusan Kebidanan, atas semua
dukungan dan kerjasamanya
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini
sehingga penulis mengharapkan kritik konstruktif demi kesempurnaannya.
Semoga KTI ini berguna bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang
memanfaatkan.
Malang, 30 Agustus 2022
Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................................i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep tentang Anemia..........................................................................4
2.2 Konsep tentang Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan...........................8
2.3 Konsep Standar Pelayanan Antenatal Care Kunjungan Pertama.......24
2.4 Standar Pelayanan Kunjungan Ulang..................................................25
2.5 Jadwal Kunjungan Ibu Hamil................................................................25
2.6 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal Care.............................25
2.7 Cakupan Pelayanan Antenatal dan Pelayanan Antenatal Lengkap....25
2.8 Konsep Tentang Pemeriksaan Antenatal Care Berkualitas.................26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................................27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................27
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................................27
3.4 Populasi dan Sampel............................................................................29
3.5 Pengumpulan Data...............................................................................30
3.6 Analisis Data.........................................................................................31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian...................................................33
4.2 Analisis Hasil Pengujian.......................................................................34
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...............................................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...........................................................................................38
5.2 Saran.....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
RIWAYAT HIDUP.................................................................................................42
DAFTAR TABEL
NO Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
NO Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian 43
Lampiran 2 Surat Balasan Izin Penelitian 44
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 45
Oleh :
Atika Rohmawati
2019740025
By :
Atika Rohmawati
2019740025
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel
darah 18% sampai 30% dan haemoglobin sekitar 19%. Anemia pada ibu
hamil sering dijumpai pada trimester I dan trimester III. Tetapi paling banyak
ditemukan pada trimester III. Pada trimester I ibu hamil mengalami masa
mual dan muntah. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan zat
besi. Sedangkan pada trimester III dikarenakan zat besi dibutuhkan oleh janin
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, janin menyerap zat
besi dari ibu yang menyebabkan kebutuhan ibu akan zat besi bertambah.
Jika ibu hamil tidak memperhatikan status nutrisinya maka dapat
menyebabkan ibu anemia. Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan
kurang lebih 1000 mg. Kebutuhan zat besi pada trimester I relatif sedikit
sekitar 0,8 mg sehari dan meningkat selama trimester II dan trimester III yaitu
6,3 mg sehari (Manuaba, 2010).
Antenatal Care / ANC sering disebut dengan perawatan kehamilan.
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang
disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Dalam proses kehamilan
terdapat mata rantai yang saling berkesinambungan, terdiri dari mulai ovulasi
pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan
pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada rahim, pembentukan
plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai kehamilan matur atau
aterm (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pelayanan antenatal sesuai
standar adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali
selama kehamilan. Minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada
trimester II dan minimal 2 kali pada trimester III (Kemenkes ,2011).
Berdasarkan studi pendahuluan singkat yang saya lakukan di praktik
mandiri bidan Yeni. Keteraturan pemeriksaan kehamilan perlu diterapkan
untuk mengurangi kejadian anemia pada ibu hamil. Nantinya, penelitian ini
akan saya telaah dan lakukan lebih lanjut untuk mengumpulkan beberapa
data valid.
Maka dari itu, saya sangat tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
Anemia dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil di PMB
Wulan Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang”
2
1.2 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan anemia dengan keteraturan pemeriksaan
kehamilan pada ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
Untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya
keteraturaan pemeriksaan kehamilan untuk menurunkan resiko anemia
pada ibu hamil
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep tentang Anemia
4
jaringan diluar pembuluh darah agar darah dalam pembuluh darah
tetap tersedia. Banyak kehilangan darah saat persalinan akan
mengakibatkan anemia (Ananya, 2012). Dibutuhkan waktu untuk
memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi cadangan zat
besi ibu hamil (Manuaba & Dkk, 2010).
d) Jarak kehamilan
Hasil penelitian dari Amiruddin (2007) menyatakan kematian
terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan
jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2
tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa
kembali ke kondisi sebelumnya.
Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat dapat
menyebabkan resiko terjadi anemia dalam kehamilan. Dibutuhkan
waktu untuk memulihkan kondisi fisiologis ibu adalah dua tahun.
Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih. Akhirnya
berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba &
Dkk, 2010).
e) Paritas
Hasil penelitian Herlina (2013) menyatakan paritas merupakan
salah satu faktor penting dalam kejadian anemia pada ibu hamil.
Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko lebih besar
untuk mengalami anemia dibandingkan dengan paritas rendah.
Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
f) Ibu dengan hamil gemeli dan hidramnion
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih
besar dari pada dibandingkan kehamilan tunggal. Pada kehamilan
gemeli yang dikomplikasikan dengan hidramnion, fungsi ginjal
maternal dapat mengalami komplikasi yang serius dan besar.
Peningkatan volume darah juga lebih besar pada kehamilan ini.
Rata-rata kehilangan darah melalui persalinan pervaginam juga
lebih banyak (Wiknjosastro, 2010).
2.1.3 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
5
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap
plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-
65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada
bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterm serta kembali normal pada 3 bulan setelah partus. Stimulasi
yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang
menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiyah, 2010).
2.1.4 Klasifikasi Anemia Pada Kehamilan
Klasifikasi anemia pada kehamilan menurut Proverawati (2009)
adalah:
a) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Diagnosa anemia defisiensi
besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachili, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan III.
Klasifikasi anemia menurut kadar haemoglobin pada ibu hamil
menurut WHO (2011):
1. Hb ≥ 11,0 g/dL : Tidak Anemia
2. Hb 10,0 – 10,9 g/dL : Anemia Ringan
3. Hb 7,0 – 9,9 g/dL : Anemia Sedang
4. Hb < 7,0 g/dL : Anemia Berat
b) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dimana anemia disebabkan karena
defisiensi asam folat (Pterylgutamic Acid) dan defisiensi vitamin
B12 (Cyanocobalamin) walaupun jarang.
c) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dan aplastic adalah disebabkan oleh
hipofungsi sel-sel tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk
diagnosis memerlukan pemeriksaan darah fungsi lengkap,
pemeriksaan fungsi eksternal, dan pemeriksaan retikulosit.
6
d) Anemia Hemolitik
Gejala anemia hemolitik antara lain adalah kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, dampak organ vital. Anemia
hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran
sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pada
pembuatannya.
2.1.5 Tanda Dan Gejala Anemia Pada Kehamilan
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu,
nafas pendek, muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa
lelah yang berlebihan. Gejala ini disebabkan karena otak dan jantung
mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut
jantung biasanya lebih cepat karena berusaha untuk mengkompensasi
kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya
kemampuan kerja dan kebugaran tubuh akan berkurang. Jika kondisi ini
berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan
gagal jantung kongestif (Pharmaceutical et al., 2010).
Menurut FKM-UI (2009) tanda anemia adalah pucat (lidah, bibir
dalam, muka, telapak tangan), mudah letih, detak jantung lebih cepat,
apatis, pusing, mata berkunang-kunang dan mengantuk.
2.1.6 Dampak Anemia Pada Kehamilan
Menurut Proverawati (2009) dampak anemia pada kehamilan
sampai pasca persalinan adalah:
a. Trimester Pertama
Abortus, missed abortus, dan kelainan congenital.
b. Trimester Kedua dan Trimester III
Persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
mudah terkena infeksi, Intetlligence Guotient (IQ) rendah
(Proverawati, 2009). Bahaya anemia dapat menyebabkan terjadinya
partus premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis
dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer, 2008).
c. Saat Inpartu
7
Gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia,
persalinan dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Proverawati, 2009).
d. Pascapartus
Atonia uteri menyebabkan perdarahan, retensio plasenta, perlukaan
sukar sembuh, mudah terjadi puerperalis, gangguan involusi uteri,
kematian ibu tinggi (perdarahan, infeksi puerperalis, gestrosis)
(Proverawati, 2009).
2.2 Konsep tentang Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan
8
h) Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
i) Tatalaksana kasus
j) Temuwicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
2.2.2 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu harnil dan petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak
mengandung arti bahwa ibu hamil yang selalu datang ke fasilitas
pelayanan, tetapi dapat sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi
petugas kesehatan dirumahnya atau di Posyandu (Depkes RI, 2010).
Mitayani (2012) mengemukakan bahwa jadwal pelayanan antenatal
care meliputi kunjungan pertama sampai kunjungan keempat meliputi:
1. K-l (Kunjungan Pertama) adalah kunjungan atau kontak pertama
ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester pertama
selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk diagnosis
kehamilan.
2. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah kunjungan atau kontak kedua ibu
hamil dengan petugas kesehatan pada trimester kedua selama
masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko
kehamilan atau cacat bawaan.
3. K-3 (Kunjungan ketiga) adalah kunjungan atau kontak ketiga ibu
hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ketiga pada masa
kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai risiko kehamilan juga
melihat aktivitas janin dan pertumbuhan secara klinis.
4. K-4 (Kunjungan keempat) adalah kunjungan atau kontak keempat
ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ketiga selama
masa kehamilan pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian
kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan
persalinan.
Saifuddin (2010) mengemukakan jadwal kunjungan antenatal
tersebut meliputi:
1) Kunjungan I (KI)
9
Sebelum umur kehamilan 16 minggu. Menurut Pedoman
Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak (PWS KLA, 1998),
kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Kunjungan I (Kl) Akses
Kl akses ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa
kehamilan) tanpa memandang umur kehamilan atau lebih dari
16 minggu.
Contoh: Ibu hamil 20 minggu yang datang untuk ANC pertama
kalinya.
b) Kunjungan I (Kl) Murni
Kl murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa
kehamilan) pada umur kehamilan 4-16 minggu. Dilakukan
untuk:
1. Penapisan dan pengobatan anemia
2. Perencanaan persalinan
3. Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan
pengobatannya
4. Pemberian imunisasi TT-1
5. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah : Hb, Golongan darah VDRL, Hb, GDS.
b) Urine : Urine reduksi, Urine protein
6. Pemberian tablet tambah darah (Fe) : 90 hari segera
setelah masa mual hilang.
2) Kunjungan II (K2) 24-28 minggu
3) Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk:
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya
b) Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi
dan perkemihan.
c) Mengulang perencanaan persalinan.
d) Pemberian imunisasi TT-II
4) Kunjungan III (K4)
Umur kehamilan 36 minggu sampai akhir, dilakukan untuk:
a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
10
c) Memantapkan rencana persalinan.
d) Mengenali tanda-tanda persalinan.
e) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi.
2.2.3 Pemeriksaan Pada Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
dan obstetri, pemeriksaan penunjang, komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) yang diuraikan sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis pada antenatal care meliputi data umum pribadi,
keluhan saat ini, riwayat menstruasi guna mengetahui usia
kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan riwayat kehamilan
saat ini, riwayat penyakit pada keluarga, riwayat penyakit pada ibu,
riwayat pemakaian alat kontrasepsi, riwayat imunisasi dan riwayat
menyusui (Winkjosastro, 2010). Anamnesis yang dilakukan harus
terarah dan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
ibu dan faktor risiko yang dimiliki olehnya sehingga dapat
dilakukan intervensi sedini mungkin (Mansjoer, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik dan Obstetri
Pemeriksaan fisik dan obstetric meliputi pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan panggul (Winkjosastro, 2010). Pemeriksaan fisik
disini juga meliputi pemeriksaan tanda vital dimana pemeriksaan
tekanan darah sangat penting untuk screening pre-eclampsia
(World Health Organization Europe, 2003). Pemeriksaan panggul
sendiri baru dilakukan pada saat usia kehamilan memasuki 36
minggu karena pada saat itu jaringan lunak pada rongga panggul
menjadi lebih lunak sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada
saat pemeriksaan (Winkjosastro, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada antenatal care adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi (Mansjoer, 2010).
Pada pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang penting untuk
dilakukan adalah pemeriksaan Hb, yaitu untuk menentukan kadar
anemia (Winkjosastro, 2010). World Health Organization Europe
(2003) merekomendasikan pemeriksaan rhesus guna mendeteksi
11
apakah terdapat inkompatibilitas antara rhesus ibu dan janinnya
Pemeriksaan darah pada trimester pertama juga merupakan
screening yang akurat untuk mengetahui adanya trisomi pada
kromosom.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan atas beberapa
indikasi, seperti untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, evaluasi
pertumbuhan, janin, evaluasi letak janin dan keadaan plasenta,
kemungkinan kehamilan ektopik dan sebagainya (Mochtar, 2011).
Pemeriksaan ultra sonografi juga digunakan untuk menegakkan
diagnosis mati janin (DeCherney, 2011). Pada trimester pertama
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ultra sonografi adalah
letak kehamilan (intrauterin atau ektopit), estimasi usia kehamilan,
jumlah janin, kantung gestasi, crown to lump length dan evaluasi
uterus dan organ sekitarnya (Mochtar, 2011). Pada trimester
kedua dan ketiga, pemeriksaan ultra sonografi dilakukan untuk
memantau pertumbuhan janin, persentasi janin, letak dan kondisi
plasenta, pulsasi jantung janin dan anatomi dari janin tersebut
(Mochtar, 2011).
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada Ibu Hamil
KIE pada ibu hamil merupakan hal yang penting untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas baik pada ibu maupun janin. Selain itu
KIE juga penting untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi
kehamilan, persalinan dan nifas (Hanafi, 2010). Hal-hal yang perlu
diedukasikan kepada ibu hamil antara lain:
a. Coitus
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada saat masa
kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati dan tidak
menimbulkan perdarahan. Pada saat akhir masa kehamilan,
saat kepala janin telah memasuki rongga panggul, sebaiknya
koitus dihentikan karena dapat menimbulkan rasa sakit dan
perdarahan.
b. Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan khususnya daerah genitalia dan payudara harus
selalu dijaga pada saat kehamilan. Pakaian ibu hamil
hendaknya yang longgar dan tidak memakai alas kaki dengan
12
tumit yang tinggi (Winkjosastro, 2010). Selain itu, ibu hamil
juga diberikan edukasi agar menjaga kebersihan
lingkungannya yaitu makanan, tempat tidur serta lingkungan
tempat tinggal (Hanafi, 2010).
c. Diet dan Pengawasan Berat Badan
Hal ini penting dalam pengawasan ibu hamil. Hendaknya ibu
hamil memakan makanan dengan cukup, tidak kurang
ataupun berlebihan. Asupan gizi ibu hamil juga diperhatikan
karena kebutuhan gizi pada masa kehamilan meningkat.
Kenaikan berat badan rata-rata pada ibu hamil berkisar dari
6,5 kg sampai 16 kg selama masakehamilan. Jika berat badan
naik melebihi dari kenaikan rata-rata, maka anjurkan ibu untuk
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat.
Sebaliknya, jika berat badan tetap saja atau menurun, maka
anjurkan ibu terutama mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein dan besi (Winkjosastro, 2010).
d. Perawatan Gigi Geligi
Pada trimester pertama kehamilan ibu hamil mengalami
morning sickmess. Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi
tidak dilakukan dengan baik sehingga dapat timbul karies,
gingivitis dan sebagainya. Tindakan penambalan gigi dan
pencabutan gigi jarang dilakukan dan merupakan kontra-
indikasi. Jika kerusakan pada gigi tidak diperhatikan dengan
baik maka dapat timbul komplikasi seperti infeksi pada organ-
organ yang lain dalam tubuh.
e. Imunisasi
Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum, maka dewasa ini dianjurkan untuk memberikan
toxoid tetanus pada ibu hamil.
f. Merokok dan Alkohol
Ibu hamil sebaiknya tidak merokok maupun minum-minuman
beralkohol pada saat masa kehamilan karena dikhawatirkan
akan mengalami abortus dan partus prematurus.
g. Pemberian Obat
13
Pemberian obat pada ibu hamil harus berhati-hati, terutama
pada trimester I dan II. Karena dikhawatirkan muncul efek
teratogenik maupun toksik yang berbahaya bagi janin
(Mansjoer, 2010).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) membuat
standar antenatal care yaitu minimal pelayanan “10T”, sebagai
berikut:
1. Timbang Berat Badan
Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan untuk makan empat sehat
lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein dan bahan
makanan tinggi, dianjurkan tambahan buah dan telur sehari.
Nilai gizi ibu hamil dapat ditentukan dengan bertambahnya
berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kg selama hamil. Berat
badan di ukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian
yang seringan-ringannya. Berat badan yang bertambah terlalu
besar atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus
karena kemungkinan terjadi kesulitan kehamilan. Kenaikan
berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg/minggu segera rujuk.
2. Ukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau
berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama
maupun berikutnya. Letakkan tensimeter dipermukaan yang
dasar setinggi jantungnya. Gunakan ukuran manset yang
sesuai. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau
peningkatan distol 15 mmHg atau lebih sebelum kehamilan 20
minggu atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-
turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan
ibu perlu di rujuk.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri.
Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus
uteri, namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan
turun kembali karena kepala janin telah turun atau masuk
panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri biasanya
sedikit di atas tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus
14
uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan
bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan
tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksaan
sangat bervariasi. Jika hasil berbeda dengan umum
kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm atau pertumbuhan
janin lambat / tidak ada, ibu tersebut perlu di rujuk. Secara
ringkas ukuran tinggi fundus dapat di lihat pada tabel berikut
ini:
12 Minggu -
16 Minggu 16 cm
20 Minggu 20 cm
24 Minggu 24 cm
32 Minggu 32 cm
36 Minggu 36 cm
15
Minimal)
TT1 Pada kunjungan
- -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT 3 tahun 80
TT3 6 minggu setelah TT 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT 10 tahun 99
25 tahun /
TT5 1 Tahun setelah TT4 99
seumur hidup
(Sumber : Buku Ajar Asuhan Kehamilan, 2011)
16
mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih
dapat diserap jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin
C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam tidak
tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari.
7. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui
hubungan seksual sehingga diperlukan tes laboratorium untuk
memastikan apakah pada ibu hamil terjangkit suatu penyakit.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi
juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Temu
wicara dalam rangka rujukan pada saat kunjungan antenatal,
petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami
tentang kondisi ibu dan janinnya dan jika kesulitan terjadi
beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu suami dan
keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan.
Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu
dalam mendukung keselamatan ibu.
8. Tes Hb
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat
membutuhkan asupan makanan yang maksimal baik untuk
jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stres). Di
masa-masa ini pula wanita hamil sangat rentan terhadap
menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara
maksimal. Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada
trimester I dan trimester ke III. Kadar Hb yang normal untuk
wanita hamil trimester akhir minimal 10,5 g/dl. Jika kurang
disebut anemia. Pada wanita tidak hamil, kadar normal Hb
adalah 12-16 g/dL.
9. Tes Venereol Desease Research Laboratory (VDRL)
VDRL adalah singkafan dari tes Venereal Desease Reseach
Laboratory dan merupakan tes untuk mengetahui adanya
infeksi sifilis. Seperti diketahui sifilis terdiri dari
beberapa tahapan :
a. Sifilis Primer (4-6 minggu)
17
b. Sifilis Sekunder
c. Sifilis Laten (tanpa gejala)
d. Sifilis Lanjut (setelah bertahun-tahun)
Pemeriksaan VDRL merupakan screening untuk sifilis,
penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Janin yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya saat lahir
atau beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya berupa
pembesaran hati dan limpa kuning, anemia, lesi kulit,
pembesaran kelenjar getah bening dan gangguan sistem
saraf. Pengobatan terhadap sifilis sebelum kehamilan bisa
mencegah bayi terkena kongenital.
10. Terapi Kebugaran
Terapi kebugaran wanita hamil menawarkan banyak manfaat
bagi wanita hamil yang ingin memiliki kehamilan yang sehat
dan mendapatkan bentuk tubuh mereka kembali dengan
cepat setelah kelahiran. Terapi kebugaran dan pusat
kesehatan menawarkan rasa indah dukungan dan
persahabatan. Ini adalah tempat bagi perempuan untuk
bertemu dan berbagi pengalaman kehamilan yang baik dan
tidak begitu baik.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan pelaksanaan antenatal
care dilihat dari konsep dan perilaku seorang dikemukakan oleh green
adalah sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Usia
Wanita yang hamil pada usia berisiko (<20 tahun) akan
mengakibatkan terjadinya kompetisi makanan antara janin dan
ibunya yang masih dalam proses pertumbuhan dan adanya
pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Sedangkan pada wanita hamil di atas usia 35 tahun cenderung
mengalami anemia disebabkan karena pengaruh turunnya
cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi
(Prawirohardjo, 2016).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Edison,
2019). Tingkat pendidikan menentukan kemampuan seseorang
dalam menerima dan memahami sesuatu. Penerimaan dan
pemahaman terhadap informasi yang diterima seseorang yang
berpendidikan tinggi lebih baik dibandingkan dengan seseorang
yang berpendidikan lebih rendah (Notoatmodjo, 2007).
c. Pekerjaan
Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal. Ibu yang
bekerja mempunyai kesibukan yang banyak sehingga tidak
mempunyai waktu untuk memeriksa kehamilannya. Akan tetapi
pekerjaan tersebut memberikan akses yang lebih baik terhadap
berbagi informasi termasuk informasi kesehatan.
d. Paritas
Manuaba (2011) menyebutkan bahwa risiko tinggi anemia
akan terjadi jika wanita sering mengalami kehamilan dan
melahirkan karena saat itu ia akan kehilangan zat besi, hal ini
dikarenakan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan
19
zat besi yang ada didalam tubuhnya. Peningkatan kebutuhan zat
besi pada janin menjadi penyebab yang paling sering terjadi pada
anemia defisiensi besi. Zat besi yang dibutuhkan ibu dan janin
yaitu dari 2mg/hari diawal kehamilan lalu meningkat menjadi 7
mg/hari. Dalam kehamilan, kebutuhan zat besi sama dengan
8001200 mg secara keseluruhan (Adawiyah & Wijayanti, 2021)
e. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet fe
Zat besi dibutuhkan dalam pembetukan hemoglobin, selama
kehamilan volume darah akan meningkat akibat perubahan pada
tubuh ibu dan pasokan darah bayi hal ini mengakibatkan terjadinya
kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak, bahkan dapat menyebabkan kematian janin
dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, lahir dengan berat
badan rendah dan anemia pada bayi (Kementerian Kesehatan RI,
2014). Tablet besi atau tablet tambah darah diberikan pada ibu
hamil sebanyak 1 tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari
selama masa kehamilan. Tablet tambah darah mengandung 60
mg besi elemental dan 400 mcg asam folat. Tablet tambah darah
tersebut sebaiknya diminum sejak awal kehamilan sebanyak 1
tablet per hari (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Tablet zat besi
diminum dengan air putih, tidak disarankan diminum dengan teh,
susu, atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi
dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. Gejala-
gejala tidak membahayakan setelah meminum tablet zat besi
dapat terjadi seperti perut terasa tidak nyaman serta mual-mual.
Untuk mengurangi gejala tersebut, tablet zat besi dapat diminum
setelah makan malam atau menjelang tidur (Sursilah, 2012).
f. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam
melakukan tindakan. Jika seseorang didasari dengan
pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut
akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi
untuk diaplikasikan dalam kehidupannya (Notoatmojo, 2007).
f. Status ekonomi
20
Status ekonomi seseorang dapat berpengaruh terhadap
pemilihan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Ibu hamil dengan
status ekonomi tinggi akan mencukupi kebutuhan gizi yang
dibutuhkan dan rutin melakukan pemeriksaan sehingga gizi ibu
hamil akan terpantau (Sulistyawati, 2013). Status ekonomi juga
mempengaruhi kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil.
Ibu hamil dengan status ekonomi tinggi akan berusaha
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang baik pula.
Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas (Marmi, 2011).
g. Frekuensi ANC
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Antenatal care penting dilakukan untuk mengatahui
gambaran keadaan ibu hamil, janin dalam kandungan, dan
kesehatan Ibu serta janin secara umum (Manuaba, 2011).
Antenatal care merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama masa kehamilan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan
laboratorium sesuai dengan indikasi serta intervensi dasar dan
kasus (sesuai resiko yang ada) (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang
dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah (TD);
3. Penilaian status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/ LILA)
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
21
8. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada
indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan
trimester kehamilan.
9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
10. Temu wicara (konseling)
(Dinas Kesehatan Tangerang Selatan,
2020).
22
ibu hamil tidak dapat hanya dicukupi dari makanan yang dikonsumsi
ibu hamil seharihari, contohnya zat besi, asam folat dan kalsium.
Oleh karena itu, zat-zat gizi tersebut harus dikonsumsi dalam
bentuk suplemen (Pritasari, Damayanti, & Lestari, 2017).
j. Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan antenatal care.
Adanya sikap lebih baik tentang antenatal care ini mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
2. Faktor pemungkin
a. Jarak Tempat Tinggal
Akses pelayanan kesehatan merupakan salah satu elemen
yang dibutuhkan ibu untuk dapat menerima pelayanan kesehatan.
Tidak adanya fasilitas kesehatan di daerah tempat tinggal ibu
hamil membuat mereka sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini
dikarenakan transportasi yang sulit untuk menjangkau tempat
pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan munculnya perasaan
malas atau enggan untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan
dan memeriksa kehamilannya.
b. Penghasilan keluarga
Faktor penghasilan keluarga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pelaksanaan antenatal care. Rendahnya
penghasilan keluraga meningkatkan hambatan untuk
mendapatkan prioritas kesehatan dalam urutan lebih tinggi dari
pada prioritas kebutuhan pokok sehingga memperlambat atau
menyebabkan terabaikannya frekuensi antenatal care.
c. Media informasi
Informasi dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang,
biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini
biasanya digunakan kesadaranmasyarakat terhadap suatu inovasi
yang terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin
A, 2005). Informasi tentang Informasi tentang antenatal care dapat
diperoleh media cetak atau elektronik, penyuluhan oleh petugas
kesehatan. Informasi tersebut akan meningkatkan pengetahuan
ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga
23
dapat mendorong ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
care secara teratur.
3. Faktor Penguat
Dukungan suami / keluarga mempunyai peranan sangat besar bagi
ibu hamil dalam mendukung perilaku ibu hamil dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Dukungan suami yang baik dapat memberikan
motivasi yang baik kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
ANC. Antenatal care dapat diperoleh media cetak atau elektronik,
penyuluhan oleh petugas kesehatan. Informasi tersebut akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga dapat mendorong ibu hamil untuk melakukan
kunjungan antenatal care secara teratur.
2.3 Konsep Standar Pelayanan Antenatal Care Kunjungan Pertama
24
b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) =
K2.
c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan
sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4.
Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual, muntah,
keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, frekuensi
pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan.
2.6 Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal Care
25
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan.
c) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan diri untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
bila diperlukan
f) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila
terjadi penyulit/ komplikasi.
g) Asuhan antenatal yang berkualitas dan pertolongan persalinan yang
aman berperan penting dalam menghasilkan ibu dan bayi yang sehat
pada akhir kehamilannya, disamping perlunya persiapan terhadap
keadaan darurat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
27
Variabel dependen (variabel tergantung) adalah variabel yang
nilainnya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel
terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keteraturan pemeriksaan
kehamilan pada ibu hamil.
3.3.2 Definisi Operasional
Defenisi Operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-
sifat hal yang didefenisikan dan dapat diamati. Variabel yang telah
didefenisikan perlu dijelaskan secara operasional, sebab setiap
variabel dapat diartikan secara berbeda-beda, sehingga merumuskan
rumus operasional yang akurat, komunikatif, dan replikatif. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument alat ukur
(Notoadmojoyo, 2012).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Anemia Dengan Keteraturan
Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil Di PMB Wulan Rahma Kelurahan
Jodipan Kota Malang
Skor ( Skala
Konsep Variabel Indikator Item
Likert)
Hubungan anemia Variabel 1. Kadar HB pada a. Hb 9-10,9 a. 3
dengan keteraturan bebas (X) ibu hamil gr/dL
pemeriksaan Hubungan b. Hb 7-8,9 gr/dL b. 2
kehamilan pada ibu Anemia c. < 7 gr/dL c.1
hamil di PMB 2. Warna a. Merah muda a. 3
Wulan Rahma Konjungtiva b. Sedikit pucat b. 2
Kelurahan Jodipan c. Pucat c. 1
Kota Malang 3. Tablet Fe yang a. 1x sehari a. 3
dikonsumsi b. Kadang- b. 2
kadang
c. Tidak pernah c. 1
sama sekali
Variabel 1. Frekuensi a. 4x dalam a. 3
terikat (Y) Pemeriksaan masa kehamilan
Keteraturan Kehamilan b. 3-2x dalam
28
Pemeriksaan masa kehamilan b. 2
Kehamilan c. 1x dalam
Pada Ibu masa kehamilan c. 1
Hamil 2. Skala likert a. Teratur (jika a. 3
jumlah SS
ada 15)
b. Jarang (jika b. 2
jumlah SS
≤10)
c. Tidak Teratur c. 1
(jika jumlah
SS ≤5
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Notoatmodjo,
2012). Menurut sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditepatkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesempulan. Populasi dalam penelitian ini adalah 30
ibu hamil trimester 2-3 dengan anemia di PMB Bidan Wulan Rahma.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012), sampel
merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah
30 ibu hamil trimester 2-3 dengan anemia di PMB Wulan Rahma
Kelurahan Jodipan Kota Malang.
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total
sampling.
29
dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Adalah metode dalam pengumpulan data dengan wawancara secara
langsung kepada responden yang diteliti, metode ini memberikan
hasil secara langsung dan dapat dilakukan apabila ingin mengetahui
hal-hal yang lebih mendalam tentang responden yang di teliti dengan
jumlah sedikit. Dalam metode wawancara ini digunakan instrumen
seperti pedoman wawancara kemudian data periksa atau cheklist.
2. Dokumentasi
Adalah cara pengumpulan data penelitian melalui dokumen (data
sekunder) seperti data statistik, status pemeriksaan pasien, rekam
medik, laporan, gambar dan lain-lain.
3. Kuesioner
Adalah suatu daftar yang berisi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
tujuan yang memungkinkan penganalisis untuk mengumpulkan data
mengenai sikap, keyakian, perilaku, dan karakteristik dari orang-orang
utama di dalam organisasi serta pendapat dari responden yang dipilih
(Nursalam, 2013)
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah adalah kuisoner atau angket ,yang sudah disediakan jawabanya
sehingga reponden tinggal memilih jawabanya. Kuisoner yang digunakan
di hitung dengan skala likert yaitu skala yang digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap sikap, pendapat, dan presepsi seseorang tentang
gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya
(Riduwa,2010).
Perhitungan konstata dari jawaban pada angket ini di tetapkan
dengan nilai atau skor yang diberikan untuk masing-masing pilihan
dengan menggunakan modifikasi skala likert atau alternatif netral
dihilangkan dengan maksud agar responden lebih mantap, benar dan
tepat dalam memilih jawaban. Adapun cara penyampaian kuisoner dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini, memberikan lembaran
persetujuan responden, kuisoner diberikan kepada responden untuk diisi,
setelah diisi kuisoner dikembalikan kepada peneliti.
30
3.6 Analisis Data
Y = ∑ y /n
Untuk menguji hipotesis
H0 : β1 = 0
H0 : β1 = 0
Dilakukan dengan menghitung
T hitung = b/Sb
Dimana :
(x−x )(Y −Y )
Sb = ∑ ❑
( x−x ) 2
Bilamana :
31
a. Thit t> T0.05 berarti variable bebas dalam hal ini ada hubungan anemia
dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan.
b. Thit ≤ T0.05 berarti variabel bebas dalam hal ini tidak ada hubungan anemia
dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan.
Hipotesis hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas bisa
menggunakan analisis ragam regresi (Sugiyono, 2014).
Tabel 3.2 Analisa Ragam Regresi (Sugiyono, 2014)
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F hitung F 0,05
variasi bebas kuadran tengah
Regresi I JK regresi KT regresi
Galat n-2 JK galat KT galat
Total n-1 JK Total
Apabila Fhit > F0.05 berarti variabel bebas dalam hal ini ada hubungan
secara simultan antara variabel anemia dengan keteraturan pemeriksaan
kehamilan.
Sebaliknya apabila F hitung < F0.05 berarti variabel X tidak mempunyai
hubungan yang signifikan.
32
BAB IV
33
atau 13,3%, SMP berjumlah 11 orang atau 36,7%, SMA berjumlah 12
orang atau 40 %, Sarjana/Diploma berjumlah 3 orang atau 10%.
3. Tingkat Pekerjaan Responden
Untuk mengetahui tingkat pekerjaan responden dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Ferkuensi (f) Presentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga (IRT) 23 76,7
2 Karyawan Swasta 5 16,7
3 Wiraswasta 2 6,6
Jumlah 30 100
Sumber: Data Diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dari 30 ibu hamil di PMB
Wulan Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang, didapatkan responden
dengan latar belakang pekerjaan IRT berjumlah 23 responden atau
76,7%, latar belakang pekerjaan karyawan swasta berjumlah 5
responden atau 16,7%, dan latar belakang pekerjaan wiraswasta
berjumlah 2 responden atau 6,6%.
Keteraturan 30 2 6 3,27
pemeriksaan kehamilan
(Y)
Sumber: Data Diolah 2022
Berdasarkan dari tabel 4.4 didapatkan bahwa nilai terendah variabel
anemia (X) adalah 3, nilai tertinggi 9 dengan rata-rata 4,63. Nilai rata-
rata mendekat nilai terendah membuktikan bahwa dalam penelitian ini
banyak permasalahan dengan anemia yang berkaitan dengan
penelitian ini.
34
Berdasarkan dari tabel 4.4 didapatkan bahwa nilai terendah variabel
keteraturan pemeriksaan kehamilan (Y) adalah nilai terendah 2, nilai
tertinggi 6 dengan rata-rata 3,27. Nilai rata-rata mendekati nilai
terendah membuktikan bahwa dalam penelitian ini banyak
permasalahan dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan yang
berkaitan dalam penelitian ini.
Analisis regresi linier sederhana hubungan anemia dengan
keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di PMB Wulan
Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang, adalah sebagai berikut:
Y= a + bx
Y= 0,255 + 0,650X
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai konstanta positif dan nilai
koefisien regresi positif, semakin meningkat pencegahan anemia maka
semakin meningkat juga keteraturan pemeriksaan kehamilan, begitu
juga sebaliknya. Dalam hal ini berarti setiap kenaikan satu variabel X
akan mempengaruhi variabel Y sebesar 0,650 dengan nilai konstanta
sebesar 0,255.
2. Hasil Analisis Penelitian
Total 37,867 29
35
Tabel 4.6 Analisis Koefisien determinasi hubungan anemia dengan
keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di PMB Wulan
Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang
Variabel Rsquare thitung t0,05
Berdasarkan hasil analisa data dalam penelitian ini didapatkan yakni nilai
t hitung variabel anemia (X) sebesar 18,702 > t tabel 2,045 artinya terdapat
hubungan secara parsial yang signifikan antara anemia (X) dengan
keteraturan pemeriksaan kehamilan (Y). Penelitian ini relevan dengan
penelitian menurut Veny Nurmasari (2019) dengan judul Hubungan
Keteraturan Kunjungan Antenatal Care dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Kecamatan Maron
Probolinggo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara
keteraturan kunjungan Antenatal Care (ANC) (p=0,001; OR=4) dan
kepatuhan konsumsi tablet Fe (p=0,001; OR=3,46) dengan kejadian anemia.
Ibu hamil yang tidak teratur melakukan kunjungan ANC memiliki risiko 4 kali
lebih besar untuk mengalami anemia, sedangkan ibu hamil yang tidak patuh
mengonsumsi tablet Fe berisiko 3,46 kali lebih besar untuk mengalami
anemia.
Nilai F hitung sebesar 349,756 > dari nilai F 0,05 (4,20) artinya terdapat
hubungan secara simultan atau bersamaan yang signifikan secara simultan
antara variabel anemia (X) dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan (Y).
36
Nilai Rsquare sebesar 0,926 artinya hubungan anemia dengan keteraturan
pemeriksaan kehamilan sebesar 92,6%, sedangkan 7,4% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Jadi penelitian ini sudah sesuai dengan teori dan penelitian yang ada dan
sudah sesuai dengan tujuan penulis untuk membuktikan bahwa adanya
hubungan anemia dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu
hamil di PMB Wulan Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Semoga KTI ini dapat digunakan sebagai suatu informasi atau bahan
rujukan dan tambahan literature kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
melakukan penelitian yang komprehensif dan sistematis.
2. Bagi Responden
Semoga KTI ini dapat bermanfaat lebih dalam memberikan informasi
tentang memahami hubungan anemia dengan keteraturan pemeriksaan
kehamilan pada ibu hamil.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bagus
dan sebaik mungkin kepada masyarakat, sehingga masyarakat
38
khususnya para ibu agar lebih mengerti dan memahami hubungan
anemia dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil.
4. Bagi Akademik
Dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan kepustakaan bagi ilmu
pengetahuan program studi kebidanan terkait dengan hubungan anemia
dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di PMB
Wulan Rahma Kelurahan Jodipan Kota Malang.
39
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. (2007). Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia.
UNHAS. Retrieved from https://www.scribd.com/uploaddocument
Bakta, I.M., & Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Internal Publishing.
Depkes RI, “Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga”. (Diakses 03 Maret
2013.http://depkes.go.id/index.php/berita/press-relaase/790-ibu-selamat
bayi sehat-suami-siaga.html 2010).
Herlina. (2013). Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja PuskesmasTawangsari Kabupaten Sukoharjo. Majalah
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
Manuaba, I. B. G., & Dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. Jakarta: EGC
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Edisi 3. Jilid 1. Jurnal Ilmiah Bidan (Vol.
2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. https://doi.org/2339-1731
Pharmaceutical, I., Group, M., Milenium, T. P., Goals, M. D., Yayasan, B., Buana,
K., … Ykb, K. (2010). Cegah Anemia Bersama Posyandu Turunkan
Prevalensi Anemia di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Retrieved
from http://www.ipmgonline.com/download.php?
filedl=fileA19620091015090032.doc
40
Proverawati. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rukiyah. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Medika.
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 03 Agustus
2001. Penulis lahir dari pasangan Maly Triawan dan Ni Kadek Diahwati serta
merupakan anak pertama dari empat bersaudara yakni Fitri Novia, Muhammad
Aldo Halilintar, dan Adila Cahaya Achir Laraswati.
42
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian
43
Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian
44
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Peneliti Responden
45
Lampiran 4. Lembar Kuisioner
1 Nama
2 Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pendidikan a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Diploma
e. S1
f. Lain- lain :
6. Pekerjaan a. Buruh
b. Petani
c. Pegawai Swasta
d. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
e. Ibu Rumah Tangga (IRT)
f. Lain- lain :
46
B. Data Khusus
I. Hubungan Anemia
1. Kadar Hb pada Ibu hamil…
a. 9 – 10,9 gr/dL
b. 7 – 8,9 gr/dL
c. < 7 gr/dL
2. Warna Konjungtiva pada Ibu hamil…
a. Berwarna merah muda
b. Sedikit pucat
c. Pucat
3. Berapa kali dalam sehari ibu mengonsumsi tablet
Fe?
a. 1x sehari
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah sama sekali
B. Skala Likert
47
NO PERTANYAAN SS S TS STS
1 Yang dimaksud dengan pemeriksaan kehamilan
lengkap yaitu apabila sampai usia kehamilan 9
bulan ibu memeriksakan kehamilan paling
sedikit 10 x.
2 Memeriksakan kehamilan secara teratur adalah
hal yang penting bagi ibu hamil.
3 Memeriksakan kehamilan adalah kebutuhan
dasar bagi ibu hamil untuk mengetahui
kesehatan ibu dan janin.
4 Memeriksakan kehamilan hanya pada
kehamilan pertama, kehamilan seterusnya tidak
perlu memeriksakan.
5 Ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan dokter spesialis kandungan paling
sedikit 1x selama hamil.
6 Ibu harus memeriksakan kehamilan paling
sedikit 1x dalam setiap bulannya di bidan
7 Ibu memeriksakan kehamilan harus disuruh oleh
keluarga, tetangga, teman.
8 Ibu akan merasa lebih tenang apabila telah
memeriksakan kehamilan.
9 Tidak memeriksakan kehamilan pun ibu dan
janin tetap sehat.
10 Masalah–masalah dalam kehamilan diantaranya
mual muntah, dapat diatasi dengan minum
hangat dan makan sedikit tapi sering
11 Bila ada keluhan dengan kehamilan ibu, ibu
akan memeriksakan kehamilan
12 Meski dilarang tidak boleh periksa hamil oleh
keluarga (suami, ibu, mertua) ibu tetap akan
memeriksakan kehamilan
13 Pentingnya pemeriksaan kehamilan harus di
sampaikan kepada saudara atau tetangga yang
hamil.
14 Dengan memeriksakan kehamilan ibu juga akan
lebih siap dalam menghadapi persalinan.
15 Dengan memeriksakan kehamilan bisa
mengurangi terjadinya masalah dalam proses
persalinan.
48
Lampiran 5. Data umum
KEHAMILA USIA
NO NAMA USIA PENDIDIKAN ALAMAT
N KE- KEHAMILAN
49
Lampiran 6. Tabulasi Data
50
Lampiran 7. T tabel pada Uji T
51
Lampiran 8. Hasil Analisis Group Statistik
Descriptives
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 30
Regression
Descriptive Statistics
Correlations
Y keteraturan X anemia
pemeriksaan kehamilan
X anemia .000 .
Y keteraturan pemeriksaan 30 30
kehamilan
N
X anemia 30 30
52
Variables Entered/Removeda
1 X anemiab . Enter
Model Summary
ANOVAa
Total 37.867 29
53
Coefficientsa
54
Lampiran 8. Kartu Konsul
55
56
Lampiran 9. Dokumentasi
57
58
Lampiran 9. Dokumentasi
59