Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN USIA IBU DAN KETUBAN PECAH DINI

DENGAN TERJADINYA KALA II LAMA DI


PUSKESMAS RADAMATA-NTT

PROPOSAL

Oleh :
FERTIANA RESNA YANGGA
2021620017

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Menyelesaikan Program Sarjana Terapan

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
HUBUNGAN USIA IBU DAN KETUBAN PECAH DINI
DENGAN TERJADINYA KALA II LAMA DI
PUSKESMAS RADAMATA-NTT

PROPOSAL

Oleh :
FERTIANA RESNA YANGGA
2021620017

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : Fertiana Resna Yangga


NIM : 2021620017
PROGRAM STUDI : KEBIDANAN
PROGRAM : SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JUDUL : HUBUNGAN USIA IBU DAN KETUBAN PECAH DINI
DENGAN TERJADINYA KALA II LAMA DI PUSKESMAS
RADA MATA

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Defi Kristinasari S.ST.,M.Kes ………………………..


NIY : 17027550 NIY : -

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Titin Sutriyani,S.Psi.,S.ST.,M.Pd
NIY : 17027384
PERNYATAAN

Proposal skripsi ini tidak berisi bahan atau materi yang telah digunakan
untuk memperoleh gelar sarjana atau diploma sebelumnya.
Sepanjang keyakinan dan pengetahuan penulis proposal skripsi ini tidak
berisi materi atau bahan yang telah diterbitkan atau ditulis orang lain kecuali yang
diguanakan sebagai acuan pustaka

Malang,Juni 2022
Penulis

Fertiana Resna Yangga


2021620017
RIWAYAT HIDUP

Nama : Fertiana Resna Yangga


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : kalebhu kalogho, 12 February 2000
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Kemuning Tambolaka
Alamat Email : Fertianaresmiyangga@gmail.com

Pendidikan Formal

Sekolah Dasar (2009-2014) : SDM Puu Uppo

SLTP (2014-2016) : SMP Swasta Rangga Rame

SMA ( 2016-2018) : SMA Negeri 1 kota Tambolaka

DIII KEBIDANAN (2018-2021) : WHN Malang


MOTTO

“Pendidikan Memiliki Akar Yang Pahit, Tapi Buahnya Manis”

Kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, saudara saudariku,


sahabat-sahabatku serta Almamaterku

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas Berkat,

Rahmat, serta perlindungannya sehingga Proposal ini bisa terselesaikan dengan kasih sayang

yang tulus saya persembahkan Proposal ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang : Bapak : Markus Yangga dan Ibu : Paulina Dawi

Yang telah memberikan dukungan dan memberi motivasi serta doa restu yang tak henti –

hentinya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu dan mengantar saya pada

kebahagiaan
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyesaikan
proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Usia Ibu Dan Ketuban Pecah Dini Dengan
Terjadinya Kala II Lama Di Puskesmas Radamata-NTT”. Penulisan proposal ini adalah
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih gelar sarjana terapan
kebidanan(S,Tr. Keb) di Universitas Tribhuawana Tunggadewi Malang.
Selama penelitian dan penyusunan proposal ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang, atas kesempatan yang diberikan.
2. dr. Yustina Julyarni Akri, M.Kes., selaku Direktur program studi kebidanan Uversitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang.
3. Titin Sutriyani, S.Psi., S.ST.M.Pd, selaku ketua program studi kebidanan Universitas
Tribhuawana Tunggadewi Malang
4. Defi Kristina Sari, S.ST.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan
waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan saran dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
5. Kepala puskesmas dan staf yang telah memberikan saya ijin untuk melakukan
peneltian
6. Semua dosen beserta karyawan program studi kebidanan Uversitas Tribhuwana
Tungggadewi Malang dan seluruh Responden yang terlibat serta kepala puskesmas
Radamata dan bidan koordinator dalam penelitian ini yang telah meluangkan waktu
dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan laporan proposal skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut.
Malang,Juni 2022
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
ABSTRAK................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LatarBelakang............................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................
1.3 Hipotesis Penelitian...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Konsep Usia Ibu.........................................................................................
2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini......................................................................
2.3 Konsep Kala II Lama.................................................................................
2.4 Landasan Teori...........................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………
3.1 Desain Penelitian…………………………………………………………
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian…………………………………………....
3.3 Variabel Penelitian…………………………………………………….....
3.4 Populasi Dan Sampel………………………………………………….....
3.5 Pengumpulan Data……………………………………………………….
3.6 Analisa Data……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
Tabel 2.1 Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan
Lama
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Hubungan usia ibu dan
ketuban pecah dini dengan terjadinya kala II lama di
puskesmas radamata-NTT
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks
Halaman
1. Lembar Permohonan Menjadi Responden
2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
3. Lembar Kuisioner
ABSTRAK

Fertiana Resna Yangga. 2021620017. Hubungan Usia Ibu Dan Ketuban Pecah Dini
Dengan Terjadinya Kala II Lama Di Puskesmas Radamata-NTT
Dosen Pembimbing 1 : Defi Kristina Sari,S.ST.,M.Kes. Dosen Pembimbing II :
Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi baru
lahir. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,sebanyak 536.000
perempuan meninggal akibat persalinan.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Usia Ibu Dan
Ketuban Pecah Dini Dengan Terjadinya Kala II Lama Di Puskesmas Radamata Nusa
Tenggara Timur.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kolerasi dengan pendekatan
cross sectional.Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah 30 ibu yang mengalami
resiko terjadinya kala II lama di Puskesmas Radamata Nusa Tenggara Timur.

Kata kunci: Usia,Ketuban Pecah Dini,Kala 2 Lama.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pastus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,sebanyak
536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu dinegara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu sembilan
negara maju dan 51 negara persemakmur. Partus lama rata-rata di dunia memyebabkan
kematian ibu sebesar 8% (Mustika, 2015).
Jumlah angka kematian ibu (AKI) di indonesia tergolong tinggi diantara negara-
negara ASEAN lainnya. Survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian ibu (AKI) sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2016 AKI
mengalami peningkatan sebesar 359/100.000 kelahiran (SDKI, 2016).
Menurut SDKI partus lama pada tahun 2015 mencapai 1,0% tahun 2011
mencapai 1,1% dan tahun 2012 meningkat menjadi 1,8% (kemenkes RI, 2011). Menurut
DEPKES tahun 2010 penyebab langsung kematian maternal di indonesia terkait
kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28% sebab lain yaitu preeklamsia
24%, infeks i 11% partus lama 5% dan abortus 5% ( Mustika, 2017).
Berdasarkan laporan tahunan program KIA tahun 2015, kematian ibu di provinsi
Nusa Tenggara Timur umumnya disebabkan oleh perdarahan 22%, eklamsia 18%,
infeksi 15%, dan partus lama 2% berbagai faktor menjadi penyebab seperti
ekonomi ,
pengaruh budaya,rendahnya kunjungan ketenaga kesehatan selama hamil, keterlambat
an merujuk (Profil Dinkes Nusa Tenggara Timur, 2015).
Partus lama dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor janin dan faktor
ibu , faktor janin antara lain kelainan letak ,besarnya janin, kelainan kongnital,
sedangkan faktor ibu antara lain umur (<20-.35 tahun ), paritas (1 atau>4), ketuban pecah
dini (KPD), grandemulti, dan pimpinan partus yang salah (Winkjosastro, 2015 ).
Hubungan usia ibu dengan persalinan kala II yang dikemukakan oleh obstetri
william (2005) yang menyatakan bahwa wanita yang berusia 35 tahun keatas lebih
berresiko tinggi mengalami penyulit obstetri serta mordibitas dan mortalitas perinatal
karena uterus yang tidak luntur atau elastis sehingga memiliki kemungkinan terjadi
persalinan kala II lama.
Salah satu faktor penyebab terjadinya partus lama yaitu ketuban Pecah Dini.KPD
dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janin ,misalnya pada ibu dapat
menimbulkan beberapa infeksi puerpuralis / masa nifas, Dry labour / partus lama dan
dapat menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas atau mortalitas maternal,bahkan
kematian, bila tidak di tangani dengan segera.insidensi KPD berkisar 10%-12% pada
sekitar 20% bayinya prematur.(Depkes,2016).
Berdasarkan Hasil studi pendahuluan yang di lakukan penulis pada tanggal 1
Februari 2022 di puskesmas Radamata-NTT dari hasil data yang di peroleh terdapat data
dari bulan januari - desember 2021 terdapat 150 ibu hamil,dari ibu hamil tersebut ada ibu
hamil yang tidak punya masalah atau tanpa komplikasi berjumlah 80 orang.Dan yang
mengalami komplikasi di antaranya ada kasus : Riwayat SC 12,Partus Lama 23,KPD 13,
dan BBLR 22 orang.dari data kasus yang ada kejadian kala II lama masih tergolong
banyak sehingga penulis tertarik mengambil judul “Hubungan usia ibu dan ketuban
pecah dini dengan kejadian kala II lama Di puskesmas Radamata-NTT”.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “hubungan usia ibu dan ketuban pecah
dini dengan kejadian kala II lama di puskesmas Radamata-NTT”
1.3 Hipotesis Penelitian
Diduga ada hubungan yang signifikan dengan usia ibu dan ketuban pecah dini
dengan kejadian kala II lama di puskesmas Radamata-NTT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Usia Ibu
2.1.1 Pengertian
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam suatu
waktu dipadang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat
perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Nuswantari, 2010).
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo, 2005). Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperboleh melalui
pengisian kuesioner.
Penyebab kematian maternal dari faktoor reproduksi diantaranya adalah maternal
age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada kematian maternal yang terjadi pada usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono,
2013).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan terlalu tua.
Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk
melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untukhamil harus siap fisik, emosi, psikolog,
sosial dan ekonomi (Ruswana, 2010).
2.1.2 Usia Ibu Kurang Dari 16 Tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun. Penyebab utama kematian
pada perempuan berumur 15-19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan,
dan komplikasi keguguran. Kehailan dini akan menyebabkan para remaja muda yang
sudah menikah meruapakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk
membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja menghadapi risiko-risiko kesehatan
sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan
mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang secara penuh, juga
dapat juga memberikan risiko bermakna pada bayi termasuk cedera pada saat
pesalinan, berat badan lahir rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih
rendah untuk bayi tersebut. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (>20 tahun)
lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan
tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (strees) psikologi,
sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2011).
Manuaba, 2010, menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia
dibawah 20 tahun mempunyai risiko:
1. Sering mengalami anemia.
2. Gangguan tumbuh kembang janin.
3. Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4. Gangguan persalinan.
5. Preeklamsia.
6. Perdarahan
Para remaja yang hamil dinegara-negara berkembang seringkal mencari
cara untuk melakukan aborsi. Di negara-negara dimana aborsi adalah ilegal atau
diabtasi oleh ketentuan usia, para remaja ini mungkin akan mencari penolong
ilegal yang mungkin tidak terampil atau berpraktik dibawah kondisi-kondisi yang
tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian
ibu diantara para remaja.
2.1.3 Usia Ibu Lebih Dari 35 Tahun
Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan tambahannya usia
terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal
atau abnormal (Murphy, 2010).
Semakin lanjut usia wanita semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut
usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunya
kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan
kromosom (Samsulihadi, 2011).
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu
faktor etiologi abortus (Friedman, 2010).
Sebagian besar wanita yang berusia diatas 35 tahun mengalami kehamilan
yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi beberapa penelitian
menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadi
beberapa risiko tertentu, termasuk resiko kehamilan.
Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita hamil yang
berusia 30 tahun dan 40 tahun untuk menuju ke kehamilan diusia 36 tahun atau
lebih, diantaranya:
1. Wanita umumnta memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai
pada awal 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30
tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan
wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap keuburan mungkin
saja memang ada hubungannya, misalnya menegenai berkurangnya frekuensi
ovulasi atau mengarah kemasalah seperti adanya penyakit endometriosis,
yang menghambat uterus untuk manangkap sel telur melalui tuba fallopii
yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.
2. Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap
kehamilan diatas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatn yang kronis.
Usia beberapa pun seorang wanita harus mengonsultasikan diri
menegenai kesehatannya kedokter sebelum berencana untuk hamil.
Kunjungan rutin kedokter sebelum masa kehamilan dapat membantu
memastikan apakah seorang wanita berada dala kondisi fisik yang baik dan
memugkinkan sebelum terjadi kehamilan.
Kontrol ini merupakan cara yang tepat untuk membicarakan apa saja
yang perlu diperhatiakan baik pada istri maupun suami termasuk mengenai
kehamilan. Kunjungan ini menjadi sangat penting jika seorang wanita
memiliki masalah kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit
deabetes mellitus atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini, merupakan
penyebab penting yang biasanya terjadi pada wanita hamil berusia 30-40
tahun dibandingkan pada wanita yang lebih mudah, karena dapat
membahayakan kehamilan dan dilanjutkan selama kehamilan dapat
mengurangi risiko kehamilan diusia >35 tahun, dan pada sebagian besar
kasus dapat menghasilakan kehamilan yang sehat.
Para penelitian mengatakan wanita diatas 35 tahun dua kali lebih rawan
dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan datah tingg
dani deabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama
kali pada usia diatas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60%
menderita tekanan darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit
deabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada
penelitian serupa di Universityof California pada tahun 1999.
Hal ini membantu pemekiran sangatlah penting ibu yang berusia 35
tahun ke atas mendapatkan perawatan selama kehamilan lebih dari dan lebih
teratur. Dengan diagnosis awal dan tetapi yang tepat, kelainan-kelainan
tersebut tidak menyebabkan risiko besar baik terhadap ibu maupun bayinya.
3. Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia diatas 35 tahun
meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang
paling banyak muncul yang paling banyak muncul berupa kelainan down
syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari riretar dasi mental dan
abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
4. Risiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.
Kemungkinan kejadian pada wanita diusia 35 tahun keatas atau lebih banyak
dibandingkan pada wanita muda. Pada penelitiaan tahun 2000 ditemukan 9%
pada kehamilan wanita usia 20-24 tahun. Namun risiko meningkat menjadi
20% pada usia 35-39 tahun dan 50% pada wanita usia 42 tahun. Peningkatan
insiden pada kasus abnormalitas kromosom bisa sam kemungkinannya
seperti risiko keguguran. Yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut sebaiknya wanita berusia 30-40 tahun yang merencanakan untuk
hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter. Bagaimanapun, berita
konsentrasi penuh mengenai kehamilan diatas usia 35 tahun, diantaranya:
a. Rencana kehamilan dengan konsultasi ke dokter sebelum pasti untuk
kehamilan tersebut. Kondisi kesehatan, obat-obatan dan imunisasi dapat
diketahui melalui langkah ini.
b. Konsumsi multivitamin yang mengandung 400 mikrogram asam folat
setiap hari sebelum hamil dan selama bulan pertama kehamilan untuk
membantu mencegah gangguan pada saluran tuba.
c. Konsumsi makanan-makanan yang bernutrisi secara bervariasi, termasuk
makanan yang mengandung asam folat, seperti sereal, produk dari padi,
sayuran hijau daun, buah jeruk, dan kacang-kacangan..
d. Mulai kehamilan pada berat badan yang normal atau sehat (tidak terlalu
kurus atau terlalu gemuk). Berhenti minum alkohol sebelum dan selama
kehamilan Jangan gunakan obat-obatan, kecuali obat anjuran dari dokter
yang mengetahui bahwa si ibu sedang hamil (saleh, 2011).
2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya Ketu ban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada alhir kehamilan maupun jauh sbelum waktuya
melahirkan (Nita,dkk,2013).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam sebelum terjadi inpartu pada
pembukaan <4cm yang dapat terjadi Pada usia kehmailan cukup waktu atau kurang
waktu (Wiknjosastro,2011). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini (KPD) Preterm adalah ketuban
pecah dini (KPD) sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Pada ketuban pecah dini selaput ketuban merupakan selaput yang membatasi
rongga amnion sebagai penghasil cairan ketuban serta melindungi janin terhadap
infeksi.pecahnya selaput ketuban secara normal terjadi sebelum proses
persalinan.Kejadian KPD pada usia kehamilan sebelum 37 minggu di sebut KPD pada
kehamilan Preterm.(Prawirharjo,2009:677-678 ). Sedangkan KPD memanjang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho,2012;150). Ada beberapa
batasan tentang KPD yaitu 2 atau 4 atau 6 jam sebelum inpartu ,KPD terjadi sebelum
pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, KPD pada prinsipnya yaitu ketuban yang pecah
sebelum waktunya. (Norma,2012:247).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
atau sebelum inpartu,pada pembukaan kurang 4 cm,(fase laten). Hal in dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho,2011).
Ketuban pecah dini adalah suatu istilah yang digunakan untuk ibu hamil yang
mengalami pecahnya ketuban sebelum waktunya untuk melahirkan dan biasanya di
tandai dengan adanya his atau kontraksi pada uterus.(Taufan,2012).
Ketuban pecah dini adalah suatau kejadian dimana selaput ketuban pecah pada
kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu tidak di ikuti dengan terjadinya
persalinan.(Chrisdiono,2014).
2.2.2 Epidemiologi
Beberapa penelitian melaporkan hasil penelitian mereka dan di dapatkan hasil
bervariasi .insiden ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidennya bervariasi 6-19%,sedangkan pada kehamilan
preterminsidennya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua premature rupture of the
membrane (PRM) pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm 1 minggu setelah
ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal di sebabkan oleh
prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insiden 30-40%. Neonatologis dan ahli obstetrik harus bekerja
sebagai tim untuk memastikan perawatan yang optimal untuk ibu dan janin
(Fadlun,2014).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan,dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan yang kurang dari 34 minggu sangat
komplek dengan tujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas
dan RDS (Respiration Dystress Syndrome) (Nungroho,2010).
2.2.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
Menurut POGI tahun 2014 ketuban pecah dini di klasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu sebagi berikut :
1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm merupakan pecahnya ketubanyang terbukti
dengan vaginak pooling,tes netrazin dan tes ferm atau IGFBP-1(+) pada usia <
37 minggu sebelum onset persalinan. Ketuban pecah dini sangat preterm
adalah pecahnya ketuban pada saat umur kehamilan ibu antara 24-<34 minggu
sedangkan ketuban pecah di I preterm saat umur kehamilan ibu antara 34-< 37
minggu. Sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34-< 37
minggu.
2. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling tes nitrazin dan tes fern (+),IGFBP -1(+) pada
usia kehamilan lebih dari 37 minggu.
2.2.4 Etiologi Ketuban Pecah Dini
Penyebab ketuban pecah dini masih belumdapat di ketahui dan dapat di
tentukan secara pasti. Beberapa laporan ketuban pecah dini namun faktor-faktir yang
lebih berperan sulit di ketahui. Adapun yang menjadi faktor resiko adalah
infeksi,servik yang inkompeten,ketegangan intrauterine,kemungkinan kesempitan
panggul, kortoamnionitis,polyhidramnion,faktor keturunan,riwayat KPD sebelumnya
kelainan atau kerusakan selaput ketuban dan serviks yang pendek pada usia
kehamilan 23 minggu (Ruyikah,2010).
Menurut sulistyowati, (2013), Sebab-sebab terjadinya ketuban dini adalah
sebagai berikut :
1. Faktor maternal
a. Infeksi dari rahim, leher rahim, dan vagina seperti (chlamdya,gonorrhea).
b. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan dalam
menyebabkan KPD karena biasanya di sertai dengan infeksi.
c. Faktor golongan darah,akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawahan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
d. Stress maternal
e. Malnutrisi (gizi buruk,kekurangan vitamin c)
f. Faktor multigravida,merokok,dan perdarahan antepartum.
g. Telah menjalani operasi biopsy servik
h. Memiliki riwayat KPD
i. Status ekonomi rendah
j. Anemia
k. Mengonsumsi narkoba
l. Genetik
m. Gemeli
2. Faktor uteroplasental
a. Uterus abnormal (misalnya septum uteri
b. Serviks insufiensi
c. Peregangan uterus (hidramnion, kehamilan kembar)
d. Plasenta abroption (cacat placenta di defenisikan sebagai kegagalan fisiologi
transformasi dan segmen myometrium arteriolae spiralis sering menyebabkan
KPD dan Pre-eklamsi
e. Choriomnionitis (infeksi intra ketuban)
f. Trombosis dan perdarahan desidua
g. Infeksi karena transvaginal USG
h. Choriomnionitis (infeksi intra ketuban)
3. Faktor fetal
a. Kehamilan kembar
Beberapa faktor predisposisi dari ketuban pecah dini (KPD) antara lain yaitu :
1. Kehamilan ganda
2. Infeksi yang terjadi secara lansung pada selaput ketuban maupun pada
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebkan terjadinya
ketuban pecah dini (KPD)
3. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
4. Tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus ) misalnya trauma hidramnion,gemeli.
5. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan
dalam,maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
(KPD) biasanya di sertai infeksi.
6. Kelainan letak misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah
7. Keadaan sosial ekonomi
8. Faktor golongan darah,akibat darah ibu dan anak tidak sesuai dengan dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
9. Faktor disposisi antar kepala janin dan panggul ibu, faktor multi gravid
merokok dan perdarahan antepartum,defisiensi gizi dari tembaga atau
asam askorbat (vitamin C).
10. Riwayat ketuban pecah dini (KPD)
2.2.5 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD di mulai dengan
terjadinya pembukaan premature serviks,lalu kulit ketuban mengalami devaskularasi
selanjutnya air ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga
ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban di percepat dengan
adanya infeksi yang mengeluarkan enzim proteoletik dan kolegenase yang di ikuti
oleh ketuban pecah spontan.
Menurut Sujiyatini, Mufidah,dan Hidayat (2009) menjelaskan bahwa KPD
biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membrane dan peningkatan tekanan
intrauterine atau karena sebab keduanya.
2.2.6 Faktor Resiko
Menurut POGI (2014), berbagai faktor resiko yang berhubungan dengan
terjadinya KPD,khususnya pada kehamilan preterm,diantaranya :
1. Pasien dengan Ras kulit hitam memiliki resiko yang lebih tinggi di bandingkan
dengan pasien yang memiliki ras kulit putih.
2. Status ekonomi yang rendah
3. Riwayat merokok selama keehamilan
4. Riwayat infeksi menular seksual
5. Riwayat persalinan prematur
6. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
7. Distensi uterus ( pada pasien dengan kehamilan multipel dan polihidramnion )
8. Inkompetensi serviks
9. Polihidramnion (cairan ketuban yang berlebih )
10. Perdarahan pervaginam
11. Infeksi
12. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
13. Kehamilan kembar
14. Trauma
15. Serviks (leher rahim) yang pendek kurang 25 cm pada usia kehamilan seperti
bacterial ,vagiosis (Taufan,Nugroho,2012).
16. Inflamasi koridesidua
Sedangkan prodesur yang dapat berakibat terjadinya ketuban pecah dini aterm
antara lain sirklase dan amniosentesis. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga di duga merupakan faktor predisposisi ketuban pecah dini aterm.
2.2.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis menurut Abadi (2009) adalah sebagai berikut : bila air
ketuban banyak mengandung mekonium serviks maka diagnosis dengan inspeksi
mudah di tegakkan,tapi bila cairan keluar sedikit maka diagnosis harus di tegakan
pada :
a. Anamnese
Penderita merasa ada yang basa pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba di jalan lahir,cairan berbau khas dan perlu juga di
perhatikan warna keluarnya cairan ketuban,his belum terartur atau belum ada
pengeluaran lendir darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa,akan tampak keluarnya cairan dari vagina,bila
ketuban pecah dan jumlah air ketuban masih banyak ,pemeriksaan ini akan lebih
jelas.
c. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri esternum (OUE),kalau belum juga tampak keluar,fundus uteri di
tekan,penderita di minta batuk,mengejan atau mengadakan manuver valsava,atau
bagian terendah di goyangkan,akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada vornik anterior.
d. Pemeriksaan dalam
Di dalam vagina terdapat cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi.mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di
pertimbangkan,pada kehamilan yang kuang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam,karena ada waktu pemeriksaan
dalam,jadi pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora
vagina yang normal.mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi
patogen.pemeriksaan dalam vagina hanya di lakukan jika KPD yang sudah dalam
persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
2.2.8 Tanda Dan Gejala
Menurut Sujiyatini,Mufidah,dan Hidayat (2009) tanda yang terjadi pada
ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.Menurut Kasdu (2005) ketuban yang pecah ditandai dengan adanya air yang
mengalir dari vagina yang tidak bisa di bendung lagi.
Untuk membedakan antara air ketuban dengan air seni dapat di ketahui dari
bentuk dan warnanya.biasanya air seni berwarna kekuning-kuningan dan
bening,sedangkan air ketuban keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus dari
janin) dan mengandung fernik caseosa (lemak pada kulit janin ).sebagai informasi
cairan ketuban adalah cairan ketuban jernih agak keruh kadang-kadang mengandung
gumpalan halus lemak dan berbau amis dan akan berubah warna jika di periksa
dengan kertas lakmus.(Huliana,2006).
Menurut kasdu (2005) jika kebocoran kulit ketuban tidak di sadari oleh ibu
maka sedikit demi sedikit air ketuban akan habis maka akan dapat menimbulkan rasa
sakit ketika janin bergerak karena janin langsung berhubungan dengan uterus.
2.2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi KPD
1. Paritas
Dimana ibu bersalin dengan jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang di
lahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai anak yang terkahir.paritas atau
jumlah kelahiran akan menyebabkan KPD,karena terjadi trauma akibat
terjadi penipisan sehingga otot rahim yang belum kuat tidak bisa menahan
janin dan selaput ketuban sehingga mudah pecah adapun terjadi penurunan
kekuatan otot uterus dan abdomen sehingga mempengaruhi kekuatan
membrane untuk menahan cairan ketuban karena tekanan pada intra uteri
meninggkat sehingga selaput ketuban mudah pecah(Karolia Novita,2016).
2. Gemeli
Pada ibu hamil yang mengandung janin ganda akan menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini (KPD) karena terjadi tekanan intra uteri yang sangat
tinggi atau meningkat secara berlebihan atau terjadi peregangan uterus
sehingga selaputnya mudah pecah.(Pujiningsih,2012).
3. Aktifitas
Aktifitas ibu yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini karena terjadinya penekanan intra uteri sehingga selaput ketuban mudah
pecah (Saifudin,2011).
4. Usia Ibu
Usia yang paling matang untuk proses reproduksi adalah 20-35 tahun yang
akan memproduksi secara matang dimana usia yang kurangdari 20 tahun
sistem reproduksinya kurang atau belum matang dan lebih dari 35 tahun
sistem reproduksinya atau otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi sehingga
selaut ketuban mudah pecah (Maryunani,2013).
5. Presentasi letak
Kelainan letak juga menyebabkan terjadinya KPD karena tidak ada bagian
yang menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah sehingga selaput ketuban mudah pecah (Maryuni,2011).
6. Riwayat KPD
Pada ibu hamil pertama atau primipara belum terjadinya trauma akibat
riwayat persalinan yang lalu sehingga tidak terjadi inkompetensia
serviks,suatu kondisi dimana mulut rahim mengalami pembukaan dan
penipisan sehingga tidak bisa menahan janin dan selaput ketuban.sedangkan
pada multipara sebelumnya sudah terjadi persalinan lebih dari satu kali yang
dapat mempengaruhi berkurangya kekuatan kuat otot uterus dan
abdomen.keadaan ini mempengaruhi kekuatan membran untuk menahan
cairan ketuban sehingga tekanan intra uterin meningkat dan menyebabkan
selaput cairan ketuban lebih rentan untuk pecah. Pengalaman yang pernah di
alami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada
ibu jika menghadapi kondisi kehamilan riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-
4 kali mengalami ketuban pecah dini kembalai.(Helen,2008)
Beberapa faktor resiko dari KPD :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
b. Polihidramnion
c. Kelainan atau kerusakan selapit janin
d. Kehamilan kembar
e. Trauma
f. Serviks (leher rahim)nyang pendek < 25 mm pada usia kehamilan 23
minggu.
g. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
Beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini karena terjadinya
penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinya KPD aterm dan ketuban pecah dini preterm terutama pada
wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka kehamilan berikutnya akan lebih berisiko
mengalami kembali antara 3-4 dari pada wanita yang tidak mengalami
KPD sebelumnya terjadi karena komposisi membrane yang menjadi
mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.(Cunningham,2006).
7. Anemia
Anemia pada kehamilan terjadi karena kekurangan zat besi.jika
persediaan zat besi minimal maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akahirnya menimbulkan anemia. Pada
kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodulusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30%-40% yang
puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami
anemia biasanya di temukan ciri-ciri lemas,pucat,cepat lelah,mata
berkunang-kunang. Pemeriksaan darah di lakukan minimal 2 kali seama
kehamilan yaitu trimester pertama dan trimester ketiga.
Dampak anemia pada janin anatara lain abortus,kematian
intrauterin,prematuritas,berat badan lahir rendah,cacat bawaan dan mudah
infeksi. Dampak pada ibu saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus
persalinan prematuritas,ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah
dini.pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan HIS,retensio
placenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri.(Manuaba,2009).
Menurut (Anonymous),bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan
dapat di golongkan menjadi :
a. HB >11 gr % tidak anemia
b. HB 9-10 gr % anemia sedang
c. HB < 8gr % anemia berat.

2.3 Konsep kala II Lama


2.3.1 Pengertian
Partus lama merupakan persalinan yang sulit ditandai dengan adanya
hambatan kemajuan persalinan, kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan
pembukaan serviks, kemajuan bagian terendah janin sudah sampai dibidang
hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam
(Sarwono, 2010).
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Persalinan lama adalah persalinan yang
berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam untuk multigravida dan
biasanya disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 2010). Dilatasi serviks
dikanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2011). Persalinan lama
disebut juga distosia yaitu persalinan yang sulit ditandai adanya hambatan
kemajuan dalam persalinan (Mochtar, 2010).
Partus lama dapat ditemukan pemanjangan fase laten atau fase aktif ataupun
keduanya dari kala pembukaan. Pada fase laten terjadi pembukaan yang sangat
lambat dari 0 sampai 3 cm dan lamanya kurang lebih 8 jam. Menurut Friedman
dan Sachtleben mendefinisikan fase laten berkepanjangan apabila lama fase ini
lebih dari 20 jam pada primipara dan 14 jam pada multipara. Pada fase aktif
frekuensi dan lamanya kontraksi dan lamanya kontraksi uterus meningkat, serviks
membuka 4 ke 10 cm, terjadi penurunan bagian terbawah janin, dan fase ini tidak
lebih 6 jam (Maimunah, 2008).
Suatu persalinan dikatakan lama jika persalinan telah berlangsung lebih dari
14 jam atau lebih untuk primigravida dan lebih dari 8 jam untuk multigravida.
Selain itu juga pada partus lama didapatkan dilatasi serviks di kanan garis
waspadah pada partograf (Saiffudin, 2008).
Proses persalinan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap kala I, tahap kala II,
tahap kala III. Tahap I disebut dengan nama tahap pembukaan sebab memang
dimulai dengan keluarnya lender bercampur darah Yng merupakan penutup mulut
Rahim. Kala I ini dibagi lagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase
laten adalah persalinan yang dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang
dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga 8 jam. Fase aktif persalinan yaitu
frekuensi dan lama kontraksi meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih), serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1
cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan
bagian terbawah janin (Prawirohadjo, 2009).
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akselerasi dimana dalam waktu
2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dimana dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, fase
deselerasi dimana pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari jam 9 menjadi lengkap (Manuaba, 2010).
Kala II (kala pengeluaran), berlangsung dari pembukaan lengkap sampai
pada kelahiran janin. Kala II ini sendiri bisa berlangsung selama 2 jam pada
primipara dan 1 jam pada multipara. Tahapan proses persalinan yang terakhir
adalah kala III yang merupakan stadium dimana terjadi pelepasan dan keluarnya
plasenta. Proses berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Prawirohardjo, 2009).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 2010)
Menurut winkjosastro, 2012. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase
laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa
kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan
abnormal/ sulit (Sarwono, 2010).
2.3.2 Etiologi
Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan lama dapat digolongkan
menjadi 3 yaitu:
1. Kelainan Tenaga (Kelainan His) atau power
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
Jenis-jenis kelainan his yaitu:
a. Inersia Uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya. Selama ketuban masih
utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun janin kecuali jika
persalinan berlangsung terlalu lama.
b. Uterine Action
Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga di luar
his dan kontraksinya berlansung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi antara bagian
atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia janin.
c. Tetania uteri
Yaitu his yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak
terdapat kesempatan reaksi otot Rahim. Akibatnya dapat terjadi
persalinan presipitatus yaitu persalinan yang berlangsung dalam waktu 3
jam, akibatnya terjadi persalinan tidak pada tempatnya, terjadi trauma
janin karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan, trauma jalan lahir
ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan.
2. Inkoordinasi otot Rahim
Menyebabkan sulitnya kekuatan otot Rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam Rahim.
Penyebabnya faktor usia ibu yang relative tua, pimpinan persalinan, rasa
takut dan cemas. Kekuatan janin (passenger): persalinan dapat mengalami
gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk
janin seperti, hidrosefalus, presentasi puncak, muka, dahi, dan kelainan
oksiput, letak sungsang, letak lintang dan presentasi rangkap.
3. Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal janin)
4. Kelainan Jalan Lahir (passage)
Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Tabel 2.1 Diagnostic Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama
Pola persalinan Nulipara Multipara

Persalinan lama

Pembukaan <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam

Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm/jam

Persalinan macet

Tidak ada pembukaan >2 jam >2 jam

Tidak ada pembukaan >1 jam >1 jam

2.3.3 Tanda Dan Gejala


Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu
dan juga pada janin.
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d
Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif,
air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar
c. Moulage kepala yang hebat
d. Kematian  Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Manuaba (2010), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus
lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen
bawah Rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
ketuban bercampur meconium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke
atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,
kematian karena perdarahan atau infeksi.
2.3.4 Klasifikasi Persalinan Lama
1. Fase Laten Memanjang
Yaitu fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14
jam pada multipara
2. Fase Aktif Memanjang
Yaitu fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi gravida
dan lebih dari 6 jam pada multigravida. Dan laju dilatasi serviks kurang dari
1,5 cm per jam
3. Kala 2 Lama
Yaitu kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida dan
1 jam pada multipara.
2.3.5 Dampak Persalinan Lama
a. Bahaya Bagi Ibu
1. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan
janinnya. Pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.
Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginfasi desi
dua dan serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsi
pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion
yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan servis
dengan jari tangan akan memasukan bakteri vagina kedalam uterus.
Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadinya persalinan lama.
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu
maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya
proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24
jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,
infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang
tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
2. Rupture uteri
Penipisan abnormal segm en bawah uterus menimbulkan bahaya
serius partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada
mereka dengan riwayat secsio cecar. Apabila disproporsi Antara kepala
janin dan panggul sedemikian benar sehingga kepala tidak cakap
(engaget) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture.
3. Cedera otot-otot dasar panggul
Cedera otot-otot panggul persyarafan atau fasia penghubungnya
merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan
pervaginam, terutama apabila persalinan sulit. Saat kelahiran bayi, dasar
panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan
bawah akibat upay mengejan ibu.
b. Efek pada janin
Partus lama itu sendiri dapat merugikan apabila panggul sempit dan
juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, resiko janin dan ibu
akan muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius,
tetapi merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini
disebabkan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion dan
menginfasi desi dua serta pembuluh koriun, sehingga terjadi bakterimia pada
ibu dan janin.
1. Caput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi caput
suksedaneum yang besar dibagian terbawah kepala janin, caput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang
serius caput dapat mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri
belum mencapai. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan
upaya secara premature dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi
forceps, biasanya caput suksedaneum, bahkan yang besar sekalun akan
menghilang dalam beberapa hari.
2. Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak
saling bertumpang tindi satu sama lain disutura-sutura besar, suatu
proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang pariental dan
berkontak dengan promontorium bertumpang tindi dengan tulang
sebelahnya, hal ini yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun,
tulang oksipita terdorong kebawah tulang pariental perubahan-perubahan
ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata.
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta
mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
e. Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada
partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama
tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut
lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti.
Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan
resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap
perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi
menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan
yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga
berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.
Lama kala 1 pada primigravida adalah: 12-18 jam
Lama kala 1 pada multigravida adalah : 8-12 jam

2.3.6 Faktor Predisposisi kala II lama


1) Umur
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut
Winkjosastro, 2006 menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar resiko
kematian perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua atau lebih muda
bisa menyebabkan kala II lama.
2) Paritas
Paritas dan interval kelahiran. Penyebab kelainan his menurut
Winkjosastro yang dapat menyebabkan partus lama terutama pada
primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu
banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri.
2.3.7 Klasifikasi kala II Lama
Distosia/partus lama dapat dibagi berdasarkan pola persalinannya menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1) Fase laten memanjang
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten memanjang apabila
lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara.
Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain keadaan serviks
yang memburuk (misalnya tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak
membuka), dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan
menilai pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu
dengan his yang teratur (Saifuddin, 2010).
2) Fase aktif memanjang
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju). Protraksi
didefinisikan sebagain kecepatan pembukaan dan penurunan yang lambat
yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam
atau penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan
pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam.
Arrest didefinisikan sebagai berhentinya secara total pembukaan atau
penurunan ditandai dengsan tidak adanya perubaha serviks dalam 2 jam
(arrest of dilatation) dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai
tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam (Saifuddin, 2002).
Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan gejala
yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis wasapa partograf. Hal ini
dapat dipertimbangkan adanya inersia uteri jika frekuensi his kurang dari 3
his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik, disproporsi sefalopelvik
didiagnosis jika pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasikan tidak maju, sedangkan his baik. Obstruksi kepala dapat
diketahui dengan menilai pembukaan serviks dan turunnya bagian janin tidak
maju karena kaput, molase hebat oedema serviks sedangkan malpresentasi
dan malposisi dapat.
3) Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada primipara dibatasi 2 jam
sedangkan untuk multipara 1 jam. Pada ibu dengan paritas tinggi, kontinuitas
otot vagina dan perineum sudah meregang, dua atau tiga kali usaha mengejan
setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.
Sebaliknya untuk ibu dengan panggul sempit atau janin besar maka kala II
dapat sangat panjang. Kala II memanjang dapat didiagnosis jika pembukaan
serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan
(Saifuddin, 2002)diketahui presentasi selain vertex dan oksiput anterior
(Saifuddin, 2002)
2.3.8 Komplikasi
a. Ibu
1) Infeksi sampai sepsis
2) Asidosis dengan gangguan elektrolit
3) Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ
4) Robekan jalan lahir
5) Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
b. Janin
1) Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
2) Lahir dalam asfiksi berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak
menetap
3) Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur
2.3.9 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Perawatan pendahuluan :
Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah
sebagai berikut:
1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk
tanda vital dan tingkat dehidrasinya).
2) Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan; Nilai frekuensi dan lamanya his.
3) Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.
4) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.
5) Streptomisin : 1 gr intramuscular.
6) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-
10 % pada janin pertama : 1 liter per jam
7) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan
untuk segera bertindak.
b. Pertolongan :
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin
meninggal, secsio cesaria, dan lain-lain.\
2. Penanganan khusus
1. Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika
his berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his
makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk
dalam fase laten. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-
tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
a. Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks
dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in partu.
b. Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
- Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
- Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakuakan pemberian
oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.
c. Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,cairan vagina berbau) :
- Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin.
- Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan.
Ø   Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
Ø   Ditambah gentamisin 5mg / kg BB IV setiap 24 jam.
Ø   Jika terjadi persalinan pervaginan stop antibiotic
pascapersalinan.
Ø Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika
ditambah metrinodazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu
bebas demam selama 48 jam.
2. Fase aktif memanjang
Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi
dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.
a. Nilai his :
1. Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya insertia
uteri.
2. Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari
40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpenetrasi.
3. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan
mempercepat kemajuan persalinan.
3. Kala Dua Lama
a. Memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan
b. Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin
c. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
1. Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum
2. Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
ekstraksi vakum
3. Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan
2.4 Landasan Teori
Partus lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan bayi
baru lahir, partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu,
kadang-kadang dapat terjadinya perdarahan post partum yang dapat menyebabkan
kematian ibu (Syamsul, 2009).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan
lebih dari 18 jam pada multi (Mochtar, 2002) Partus lama dapat berkaitan dengan
beberapa faktor, diantaranya his yang tidak efisien (power), faktor janin (passanger),
faktor jalan lahir (passage), respon stress, grandemultipara, puasa ketat, analgetik dan
anastesis yang berlebihan dalam fase laten (Chapman, 2006).
Umur merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan kualitas
kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Kelompok umur 35 tahun merupakan
kelompok umur yang aman, usia 35 tahun berhubungan dengan mulainya terjadi
regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini adalah endometrium akibat usia biologis
jaringan dan adanya penyakit. Ibu hamil pada usia 36 tahun meskipun mental dan social
ekonominya lebih mantap tapi fisik dan alat reproduksinya telah mengalami
kemunduran, serviks menjadi kaku untu berdilatasi. Hal ini juga dapat menjadi salah satu
penyebab persalian lama (Mochtar, 2002)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya Ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada Lahir kehamilan maupun jauh sbelum waktuya melahirkan
(Nita,dkk,2013).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam sebelum terjadi inpartu pada pembukaan
<4cm yang dapat terjadi Pada usia kehamailan cukup waktu atau kurang waktu
(Wiknjosastro,2011). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini (KPD) Preterm adalah ketuban pecah dini
(KPD) sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu,pada pembukaan kurang 4 cm,(fase laten). Hal in dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho,2011).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2009). Desain penelitian disebut juga rancangan penelitian
yang ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien. (Suryanto, 2011).
Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode kuantitatif,
sedangkan jenis penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian analitik korelatif adalah dilakukan dengan tujuan menjelaskan hubungan
atau pengaruh, perkiraan, menguji berdasarkan teori yang ada atau mengungkapkan
hubungan yang korelatif antara variabel (Nursalam, 2013
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksakan di wilayah kerja puskesmas Radamata-
NTT . Waktu penelitian pada bulan Juni-Juli 2022.
3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
1) Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain. Variabel juga
dapat ditarik sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai
(Notoatmodjo, 2012). Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010).
Terdapat dua jenis variabel yaitu:
a. Variabel independent (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependet. Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab (Arikunto,
2000). Dalam penelitian ini variabel independen adalah usia ibu dan
ketuban pecah dini.
b. Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini jutga disebut sebagai
variabel efek, hasil, atau event (Hidayat, 2011). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah terjadinya kala II lama .
2) Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap sesuatu objek atau fenomena.
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan
menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.
Variabel yang dimasukan dalam definisi operasional adalah variabel kunci atau
penting Yang dapat diukur secara operasional dan dapat dipertanggungjawabkan
(Setiawan dan Saryono, 2010).
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Hubungan usia ibu dan Ketuban Pecah Dini
Dengan Terjadinya Kala II Lama Di Puskesmas Radamata-NTT
Konsep Variabel Indikator Item Sk
or
Hubungan Usi Variabel 1. Usia Ibu a. Usia ibu pada saat hamil sekar 3
a Ibu Indepen ang adalah antara 20-35
Dan Ketuban  den tahun. 2
Pecah usia ibu b. Usia Ibu Saat Hamil Sekarang 
 Dini Dengan (XI) Adalah >35 Tahun 1

Terjadinya c. Usia Ibu Saat Hamil Sekarang 
Kala II Lama <16 Tahun
Di Puskesmas
Variabel 1. waktu pecahnya  3
Ramata-NTT Depend ketuban 2
en a. < 12 jam 1
Ketuban b. 12-24 jam
Pecah c. > 24 jam
Dini
(X2)

Variabel 1. Lama persalinan a. Primipara : 2 jam 3


Depend kala II Multipara : 1 jam
en b. Primipara : <2 jam 2
Terjadin multipara : <1 jam
ya Kala c. primipara : > 2 jam
II Lama Multipara : > 1 jam
1
(Y)

3.4 Populasi Dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti 3(menurut
Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang
mengalami kala II Lama sebanyak 30 orang di Puskesmas Radamata
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti (Arikunto, 2010)
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang mengalami Kala II Lama
sebanyak 30 orang di Puskesmas Radamata
c. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling,
dimana sampel yang digunakan adalah keseluruhan dari populasi
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian.Kuisioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan
untuk tujuan khusus untuk memungkinkan data mengenai sikap, keyakinan perilaku dan
karakteristik dari orang-orang utama didalam organisasi serta pendapat dari responden
yang dipilih. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan (Sugiyono, 2014):
1. Wawancara
Merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti memperoleh keterangan secara lisan dari para responden atau bicara
berhadapan muka dengan orang tersebut sehingga data tersebut diperoleh secara
langsung dari responden melalui suatu percakapan atau pertemuan (Notoatmodjo).
Di gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila Ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil.
2. Kuisioner (angket)
Merupakan salah satu alat pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan
tertulis serta menjawab oleh responden secara tertulis pula.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk menghimpun bebagai informasi dan data yang
diambil dari dokumen-dokumenatau arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian.
Dokumen digunakan sebagai sumber data lain yang bersifat melengkapi data utama
yang relevan dengan masalah dan focus penelitian.

3.6 Analisis Data


Analisa data adalah proses mencari dan menyusuun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiono, 2013).
Pada penelitian ini, langkah-langkah analisa yang dilakukan adalah data
dikumpulkan kemudian diberikan penilaian pada data sesuai variable masing-masing
kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisa secara kuantitatif.
Analisis Korelasi Parsial Pearson Product Moment adalah salah satu ukuran korelasi
statistik yang digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antara dua variabel yang
skala datanya adalah interval atau rasio.
Menurut Sugiyono (2013) penentuan koefisien korelasi dengan menggunakan
metode analisis korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Dari hasil yang diperoleh dengan rumus di atas, dapat diketahui tingkat hubungan
variabel (X1,X2) dan variabel (Y). Pada hakikatnya nilai r dapat bervariasi dari -1 hingga
+1, atau secara matematis dapat ditulis menjadi -1 ≤ r ≤ +1. Hasil dari perhitungan akan
memberikan tiga alternatif, yaitu:
1. Bila r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antar kedua variabel sangat lemah
atau tidak terdapat hubungan antara variabel (X1,X2) terhadap variabel Y.
2. Bila r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antar kedua variabel adalah kuat
dan searah, dikatakan positif.
3. Bila r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antar kedua variabel adalah kuat
dan berlawanan arah, dikatakan negatif. Sebagai bahan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman
pada ketentuan berikut ini:
Analisis regresi linear berganda adalah teknik statistika yang berguna untuk
menerima dan memodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Regresi linear berganda
sering kali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan
hubungan dua atau lebih variabel bebas. Model persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y’ = a + b1X1 +b2X2+....+baXa
Dimana :
Y’ : adalah nilai pengaruh yang diprediksikan
a : adalah konstanta atau bilangan
b : adalah koefisien regresi
X : adalah nilai variabel dependen (Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengetahuan dan pola makan, sedangkan variabel
terikatnya adalah Hipertensi pada ibu hamil. Metode analisis ini menggunakan SPSS
(Statistic Product and Service Solution) for Windows. Adapun persamaannya:
Y’ = a0 + b1X1 +b2X2+ε
Dimana:
Y : Hipertensi dalam kehamilan
a0 : konstanta
b1 : Koefisien Paritas
b2 : Koefisien Usia Ibu
X1 : Paritas
X2 : Usia ibu
ε : standart error

DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, 2013. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2, Hipokrates, Jakarta.

Arikanto,Sugiyono, 2014. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Cuningham, MavDonald, Gant, 20011. Obstetri Williams. Edisi 18. EGC, Jakarta

Departemen Kesehatan,2007. Kedaruratan Kebidanan Buku Ajar Untuk Program

Pendidikan Bidan. Depertemen Kesehatan, Jakarta.

Hakimi, M. 2003. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essensia Medica, Jakarta.

Midwifery, V. 2004. Ilmu Kebidanan. Sekolah Publishe, Bandung.

Mustika.2012. Angka Kematian ibu Di Indonesia Tertinggi Di ASEAN.

(Midewifecare. Wordpress.Com / 2012/02/21)Diakses tanggal 20 oktober 2016


Notoadmodjo, Soekidjo 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rinekacipta.

Notoadmodjo, Wikjo Sastro, 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta.

Prawirohardjo, S. 2012. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina

Pustaka, Jakarta.

Sujiyati, Sondakh, 2013. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan

Essentia Medica ( YEM), Jakarta.

Saifuddin, A.B, Winkkjosastro. G.H, Rachmihadhi, T. 2012 . Ilmu Kebidanan sarwono

Prawirohardjo.

Siswanto.2015. Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran.

Yogyakarta : Bursa Ilmu

Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (EdisiRevisi).

Yogyakarta : ANDI

Lampiran 1.Lembar Permohonan Menjadi Responden

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Ibu-ibu Responden

Di Puskesmas Radamata-NTT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswi Program Sarjan Terapan

Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang mengharapkan kesediaan ibu-ibu

untuk mengisi kuesioner atau pertanyaan yang diberikan dengan sejujurnya. Data ini

diperluhkan guna menambah pengetahuan sebagai bidan yang bekerja atau mengabdi pada
masyarakat dan digunakan dalam memenuhi persyaratan menyelesaikan Program Sarjana

Terapan Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Semua data dalam

koesioner ini akan saya jamin kerahasiaannya.

Atas kesediaan ibu-ibu dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya mengucapkan

terima kasih.

Malang, 2022

(Fertiana Resna Yangga)

Lampiran .2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Agama :

Alamat :

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Sarjana Terapan
Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang dengan judul “ Hubungan usia ibu

dan ketuban pecah dini dengan terjadinya kala II lama di puskesmas Radamata-NTT”.

Tanda tangan saya menunjukan bahwa saya sudah diberi informasi sebelumnya dan

memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Malang ,Juni 2022

Responden

( ………………….. )
Lampiran 3.Lembar Kuesioner

KUESIONER

“HUBUNGAN USIA IBU DAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN

TERJADINYA KALA II LAMA DI PUSKESMAS RADAMATA-NTT

Mohon dengan hormat kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang dibawah

ini dengan memilih salah satu jawaban. Responden dipersilahkan untuk memberi tanda silang

pada jawaban yang dianggap sesuai. Mohon responden berkenan memberikan informasi

dengan memilih jawaban yang telah disediakan dengan lengkap, yang mendukung penelitian

kami.

Atas perhatain dan bantuan serta ketersediaan ibu dalam penelitian ini, sebelumnya

saya mengucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisian koesioner :


1. Bacalah pernyataan/pertanyaan dibawah ini
2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang diberikan
3. Jawablah dengan sejujurnya, karena jawaban ibu sangat mempengaruhi hasil
penelitian kami ini
A. Data Umum

Hari/Tanggal :
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pendapatan keluarga :
B. Data Khusus
a) Usia ibu (X1)
1. Usia ibu saat ini
a. 20- 35 tahun

b. > 35 Tahun

c. < 16 Tahun

b) Ketuban Pecah Dini (X2)

1.Berapa lama ketuban Pecah ?

a. <12 jam ?

b. 12-24 jam ?

c. >24 jam ?

c) Kala II Lama (Y)

1. Berapa lama proses persalinan ibu?

Untuk ibu yang melahirkan anak pertama

a. < 2 jam

b. 2 jam

c. > 2 jam

Untuk ibu yang sudah pernah melahirkan

a. < 1 jam

b. 1 jam

c. > 1 jam

C. Data Penunjang

a. Apakah ketuban ibu pecah sebelum waktunya melahirkan?

a. Tidak

b. Ya

b. Apakah ibu mempunyai riwayat proses persalinan yang berlangsung lama?

a. Tidak

b. Ya

Anda mungkin juga menyukai