DISUSUN
MIELSI D BESSY
NIM : PO530324119085
DISUSUN
MIELSI D BESSY
PO.530324119085
ii
iii
BIODATA PENULIS
Nama : Mielsi D Bessy
Riwayat Pendidikan :
Email : Melsibessy1503@gmail.com
iv
ABSTRAK
Mielsi Bessy, Gambaran karakteristik dan pengetahuan orang tua balita stunting di
desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan
Mielsi Daryanti Bessy, Asmulyati Syarifuddin Saleh.
Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat TuhanYang Maha Esa atas berkat dan
bimbinganNya peneliti dapat menyelesaikan penyususnan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “
Gambaran Karakteristik Dan Pengetahuan Gizi Orang Tua Balita StuntingUsia 12-59
Bulan Di Desa AjaobakiKecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan“.
Peneliti menyadari bahwa dalam tercapainya suatu tujuan tidak lepas dari tantangan
dan hambatan. Atas dukungan dan kerja sama berbagai pihak yang selalu memberikan
dukungan kepada peneliti sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
peneliti menghargai segala bentuk saran dan masukan,kritik yang membangun dari berbagai
pihak semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
Kupang, Juni 2022
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................II
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................III
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................IV
BIODATA PENULIS................................................................................................V
ABSTRAK.................................................................................................................VI
KATA PENGANTAR...............................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. XI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................3
E. Keaslian Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUANPUSTAKA.................................................................................7
A. Gambaran Umum Stunting.........................................................................7
1. Definis ..................................................................................................7
2. Penyebab...............................................................................................7
3. Tanda Dan Gejala Stunting...................................................................11
4. Tipe Stunting........................................................................................12
5. Dampak Stunting..................................................................................12
6. Penilaian Status Gizi Stunting..............................................................13
B. Kerangka Teori...........................................................................................14
C. Kerangka Konsep........................................................................................15
vii
BAB III METODEPENELITIAN..............................................................................16
A. Jenis Penelitian...........................................................................................16
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................16
C. Populasi dan Sampel...................................................................................16
D. Teknik Pengambilan Data...........................................................................17
E. Definisi Operasional...................................................................................17
F. Instrumen Penelitian...................................................................................19
G. TeknikPengumpulan Data..........................................................................19
H. Cara Pengelolaan Analisis Dan Pengelolaan Data.....................................19
I. Etika Penelitian...........................................................................................19
BAB V PENUTUP.....................................................................................................35
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran...........................................................................................................35
DAFTARPUSTAKA.................................................................................................36
LAMPIRAN...............................................................................................................40
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Dokumentasi..........................................................................................50
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan gizi yang masih menjadi masalah utama di dunia adalah malnutrisi.
Masalah malnutrisi merupakan permasalahan global 25% populasi dengan mengalami
kelebihan berat badan, 17% anak usia sekolah yang memiliki berat badan kurang 28,5%
mengalami stunting (Indonesia health sector review, 2012. Malnutrisi akan membawa
dampak yang luas diantaranya mudah anak terkena infeksi dan gangguan tumbuh
kembang serta fungsi organ tubuhnyaa (Rodrignes L daan Cervantes A 2011 dalam Giri
2013).
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di
dunia saat ini. Stunting di Indonesia memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan masalah
gizi lain.Stunting adalah kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting merupakan keadaan tubuh yang
pendek hingga melampaui defisit -2SD di bawah median panjang atau tinggi badan
( Manary dan Solomous 2009 dalam Renyoet dkk, 2013). Stunting merupakan masalah
kesehatan utama di negara berpendapatan rendah dan menengah karena
hubungannyadengan peningkatan resiko kematian pada kanak-kanak, stunting juga
mempengaruhi fisik dan fungsional tubuh ( The lancet 2008 dalam Fitri 2012).
Kekurangan gizi kronis dalam bentuk anak pendek (stunting) masih umum di
beberapa negara. Data PBB 2008 dalam Rah et al 2010, di seluruh dunia mempengaruhi
hampir sepertiga dari anak di bawah lima tahun, dengan prevalensi yang lebih tinggi di
negara- negara sumber daya Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan (Renyoet dkk 2013),
sedangkan menurut data yang dikeluarkan Unicef terdapat sekitar 195 juta anak yang
hidup di negara miskin dan berkembang mengalami stunting (Shashidar 2009 dalam
Wiyogawati 2010). Data dari world health statistic 2011 menunjukkan prevalensi
stunting secara global mencapai 26,7% dan gizi kurang mencapai 16,2% (WHO 2012
dalam Soemardi dkk 2013).
Status gizi balita harus sangat dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, karena terjadi
malnutrisi pada masa ini dapat mengakibatkan kerusakan yang irreversible yaitu sulit
untuk pulih kembali. Sangat mungkin ukuran tubuh pendek adalah salah satu indikator
atau petunjuk kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang
1
lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak (Agria dkk 2012 dalam Dewi
2013).
Pembangunan kesehatan di Indonesia dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan
pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian
penyakit tida menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan
prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan jangka menengah
tahun 2015-2019.
Masa balita adalah masa yang sanagt penting dalam upaya mencipatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Masa balita merupakan golden age (periode keemasan)
yaitu periode yang penting dalam proses tumbuh kembang manusia, pertumbuhan dan
perkembangan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak diperiode selanjutnya. Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan
sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik (Adriani dan Bambang
2014).
Gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada balita yang mempengaruhi
ketahanan fisik dan kecerdasan sehingga dapat memberi dampak terhadapt kehidupan
pada masa yang akan datang. Digambarkan pula, ada kekhawatiran jika permasalahan
gizi pada balita tidak ditanggulangi akan menyebabkan generasi yang hilang (lost
generation), yaitu suatu keadaan yang berbahaya bagi kelangsungan suatu bangsa
(Novayeni dkk, 2011). Anak di bawah lima tahun salah satu kelompok yang beresiko
tinggi mengalami gangguan perkembangan fisik apabila ada gangguan gizi
(Soetijiningsih 2012). Masalah gizi dan kesehatan pada anak umumnya adalah gizi
buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek/ stunting, anemia kekurangan gizi besi,
dan karies gigi (Manary MJ, 2019).
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau kerjasama
antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang
diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017). Menurut
Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh
oleh seseorang melalui panca indera.
2
Berdasarkan hasil pantauan status gizi (PSG) 2017 prevalensi stunting bayi usia di
bawah lima tahun (balita) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40,3% angka tersebut
merupakan yang tertinggi dibanding provinsi lainnya dan juga diatas prevalensi stunting
nasional sebesar 29,6%. Prevalensi stunting berdasarkan RISKESDAS 2018, Indonesia
27,67%, Provinsi NTT 40,3%, Kabupaten TTS 48,3 % dan Desa Ajaobaki 42,02 %.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab
pertanyaan Bagaimana Gambaran karakteristik dan pengetahuan Gizi orang tua balita
stunting di wilayah kerja Desa Ajaobaki?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik dan pengetahuan orang tua balita stunting
di wilayah kerja Desa Ajaobaki
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pendidikan orang tua balita stunting
b. Mengetahui gambaran pekerjaan orang tua balita stunting
c. Mengetahui gambaran pendapatan orang tua balita stunting
d. Mengetahui gambaran tinggi badan orang tua balita stunting
e. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi ibu balita stunting
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah wawasan
sebagai calon ahli gizi khususnya mengenai asuhan gizi pada stunting (bayi balita).
2. Bagi instansi pendidikan
Penelitian ini diharapakan berguna sebagai informasi dan bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu gizi sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa/mahasiswi
sebagai panduan dalam memberikan asuhan gizi masyarakat pada stunting untuk bayi
balita.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat memahami bagaimana mengatasi stunting.
3
4. Bagi keluarga
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau
status kesehatan individu maupun kelompok maupun menambah wawasan keluarga
yang menjadi sasaran penelitian.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1. Keaslian penelitian
peneliti penelitian
4
Puspitasari(20 pengetahuan ibu penelitian menggunakan Penelitian:
21) balita usia 3-5 gambaran metode penelitian dahulu,
tahun tentang pengetahuan penelitian ibu balita stunting
stunting ibu balita usia deskriptif. usia 3-5 tahun
3-5 tahun -Sama-sama sedangkan
tentang meneliti tentang penelitian
stunting pengetahuan ibu sekarang, ibu balita
dengan total balita stunting usia 12 -59 bulan.
responden 2.variabel
sebanyak 32 penelitian:
responden Pada penelitian
menunjukkan yang dilakukan
bahwa 9 oleh Betristasia
responden Puspitasari hanya
(28,13%) berfokus pada
memiliki pengetahuan ibu
pengetahuan Sedangkan pada
baik, 17 peneltian yang
responden dilakukan oleh
(53,12%) peneliti, meneliti
memiliki secara keseluruhan
pengetahuan bagaimana
cukup, dan 6 karakteristik dan
responden pengetahuan orang
(18,75%) tua balita stunting.
memiliki
pengetahuan
kurang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penyebab
Penyebab pada stunting yaitu:
a. Status Pendidikan orang tua
Pendidikan merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi stunting.
Tingkat pendidikan orang tua terutama ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola asuh anak. Penelitian Abuya (2012) menyatakan bahwa
pendidikan ibu merupakan faktor resiko terjadinya stunting. Tingkat pendidikan
seseorang akan berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan mengenai sumber
7
gizi dan jenis makanan yang baik untuk konsumsi keluarga. Orang tua yang
berpendidikan akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu
dan jumlahnya dibandingkan dengan orangtua yang yang pendidikannya rendah
(Adriani,2014).
Menurut Anisa (2012) kecenderungan kejadian stunting pada balita lebih
banyak terjadi pada ayah yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang tinggi
dapat mencerminkan pendapatan lebih tinggi dan ayah akan lebih
memperhatikan gizi istri saat hamil sehingga tidak akan terjadi kekurangan gizi
saat kehamilan yang menyebabkan anak yang akan dilahirkan stunting, karena
stunting disebabkan oleh masalah gizi pada masa lampau. Keluarga dengan ayah
yang berpendidikan rendah dengan pendapatan yang rendah biasanya memiliki
rumah yang tidak layak, kurang dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan dan
keberhasilan lingkungan kurang terjaga,selain itu konsumsi makanan tidak
seimbang, keadaan ini dapat menghambat perkembangan anak (Mugianti et al,
2018).
Menurut Astuti (2017) ibu dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung
memiliki pengetahuan yang luas dan mudahnya menangkap informasi baik dari
pendidikan formal yang mereka tempuh maupun dari media massa (ctak dan
elektronik) untuk menjaga kesehatan anak dalam mencapai status gizi yang baik
sehingga perkembangan anaknya menjadi lebih optimal. Semakin tinggi
pendidikan ibu maka pengetahuannya gizi akan lebih baik, sebaliknya semakin
rendah pendidikan ibu maka pengetahuan akan gizi akan kurang baik.
Rendahnya pendidikan ibu pada saat kehamilan mempengaruhi pengetahuan gizi
ibu saat mengandung. Ibu hamil yang mengalami kurang gizi akan
mengakibatkan janin yang dikandung juga mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi pada kehamilan yang terjadi terus menerus akan melahirkan
anak yang mengalami kurang gizi. Kondisi ini jika berlangsung dalam kurun
waktu yang relative lama akan menyebabkan anak mengalami kegagalan dalam
pertumbuhan (stunting Ni’mah dan Muniroh, 2016).
8
b. Pekerjaan Orang tua
Balita yang ibunya bekerja akan lebih mungkin mengalami stunting
daripada ibu balita yang tidak bekerja, dikarenakan bertemunya ibu dan anak
sangat jarang. Pada umur balita yang masih harus diberikan ASI ekslusif dan
makanan pendamping terkadang tidak tepat sehingga memiliki efek yang besar
pada pertumbuhan anak (Fikadu,dkk, 2014 dalam Lainua, 2016).
Menurut Marmi (2013)pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Pekerjaan orang tua
merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh setiap orang tua untuk
mendapatkan uang. Pekerjaan tersebut akan mempengaruhi pendapatan keluarga,
dan akhirnya akan berpengaruh pada konsumsi pangan anak. Konsumsi pangan
dan gizi pada anak balita yang rendah akibat tingkat pendapatan keluarga dengan
status ekonomi menegah kebawah dapat mempengaruhi status gizi pada anak
balita (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2012).
Menurut Anisa (2012) dan Fikadu dkk (2014) ibu yang bekerja tidak lagi
dapat memberikan perhatian penuh terhadap anak balitanya karena kesibukan dan
beban kerja yang ditanggungnya sehingga menyebabkan ibu dan anak jarang
bertemu sehingga anak terkadang tidak mendapatkan ASI eksklusif dan makanan
pendamping yang tidak tepat yang memiliki efek besar pada pertumbuhan anak.
Faktor ibu yang bekerja nampaknya belum berperan sebagai penyebab utama
masalah gizi pada anak, namun pekerjaan ini lebih disebut sebagai faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian makanan, zat gizi, dan pengasuhan anak (Anisa,
2012).
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah genetik yaitu postur tubuh ibu
daan ayah (pendek). Beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa status gizi
disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran antropometri ibu dan ayah.
Ibu dengan tinggi badan di bawah 150 cm 74,5% mempunyai anak yang pendek.
Ibu dengan tinggi badan <150 cm sebesar 3,4 kali mempunyai anak pendek.
c. Pendapatan orang tua
Tingkat pendapatan oarngtua adalah hasil yang diperoleh orang tua yang dinilai
dengan uang yang diperolehannya dengan cara melakukan usaha atau kegiatan
ekonomi dalam kurun waktu tertentu, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga (Lubis, 2017).
9
d. Tinggi badan orang tua
Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah genetik yaitu postur tubuh ibu dan
ayah (pendek). Beberapa hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa status gizi
disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran antropometri ibu dan
ayah. Ibu dengan tinggi badan di bawah 150 cm 74,5% mempunyai anak yang
pendek.
e. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kejadian
stunting. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang memiliki pengetahuan baik
akan lebih mampu memberikan pola asuh yang baik meliputi ASI eksklusif dan
MP-ASI, stimulasi perkembangan, kebersihan dan sanitasi, serta perawatan
kesehatan pada anak (Astuti,2018). Salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting dan membuat ibu memahami
adanya faktor risiko stunting adalah dengan melalui penyuluhan (promosi
kesehatan).
f. ASI eksklusif
Stunting erat kaitannya dengan pola pemberian makanan terutama pada 2 tahun
pertama kehidupan, yaitu air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping (MP-
ASI) yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Asi Eksklusif adalah
menyusui bayi secara murni, yang dimaksud secara murni adalah bayi hanya
diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan cairan apapun dan tanpa
pemberian makanan tambahan lain (Wiji, 2013). Pemberian ASI secara
Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. Setelah
bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Manfaat ASI akan
sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan pertama
kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan (Pomarida, 2017).
g. Makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Pemberian makanan pendamping ASI mutlak dilakukan setelah bayi berusia 6
bulan, hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi bayi yang semakin tinggi seiring
bertambahnya usia bayi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembngan
10
bayi. MP-ASI yang diberikan dapat berupa makanan berbasis pangan lokal.
Pemberian MP-ASI berbasis pangan lokal dimaksudkan agar keluarga dapat
menyiapkan MP-ASI yang sehat dan bergizi seimbang bagi bayi dan anak 6-24
bulan di rumah tangga sekaligus sebagai media penyuluhan (Kemenkes, 2014).
h. Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu proses yang menjadikan seseorang kebal atau dapat
melawan terhadap penyakit infeksi. Pemeberian Imunisasi biasanya dalam
bentuk faksin. Faksin merangsang tubuh untuk membentuk system kekebalan
yang digunakan untuk melawan infeksi atau penyakit.
i. Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir kurang
dari 2500 gram dengan batas atas 2499 gram (WHO). Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama
masa kehamilan.
j. Asupan makanan
Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung
didalam makanan yang dimakan. Dikenal 2 jenis nutrisi yaitu makro nutrisi dan
mikro nutrisi. Makro nutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau
energi, diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya.
Makro nutrisi dan Nutrisi (zat gizi) merupakan bagian yang penting dalam
kesehatan dan pertumbuhan nutirisi yang baik berhubungan dengan peningkatan
kesehatan balita. Tanpa nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting
selama usia 6-18 bulan.
3. Tanda Dan Gejala Stunting
Menurut Kemenkes RI (2013), balita pendek atau stunting bisa diketahui bila
seseorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengn
stnadar dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran normal, dengan ciri-ciri lain
seperti:
a. Pertumbuhan melambat
b. Wajah tampak lebih mudah dari balita seusianya
c. Pertumbuhan gigi terlambat
d. Usia 8-10 tahun nanti anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
kontak mata terhadap orang disekitarnya.
11
4. Tipe stunting
Indikator yang biasa dipakai yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan
terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) ketiga
indikator ini dapat menunjukkan apakah seorang bayi balita memiliki status gizi yang
kurang, pendek (stunting), kurus (wasting) dan obesitas.
a. Berat kurang (Underweight) Underweight merupakan klasifikasi dari status gizi
BB/U. BB/U menunjukkan pertumbuhan berat badan balita terhadap umurnya,
apakah sesuai atau tidak jika berat badan balita di bawah rata-rata, maka
dikatakan Underweight.
b. Pendek (Stunting) Stunting merupakan klasifikasi dari indikator status gizi TB/U.
Balita yang dikatakan stunting adalah ia yang memiliki tinggi badan tidak sesuai
dengan umurnya. Stunting merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi dalam
jangka waktu yang panjang, sehingga balita tidak bisa mengejar ketertinggalan
pertumbuhan tinggi badannya.
c. Kurus (Wasting) Wasting merupakan salah satu klasifikasi dari indikator status
gizi BB/TB. Balita yang dikatakan kurus adalah mereka yang memiliki berat
badan rendah yang tidak sesuai terhadap tinggi badan yang dimilikinya. Wasting
merupakan tanda bahwa anak mengalami kekurangan gizi yang sangat berat,
biasanya terjadi karena kurangnya asupan makanan atau penyakit infeksi, seperti
diare.
d. Gemuk merupakan lawan dari kurus, dimana sama-sama didapatkan dari
pengukuran BB/TB. Balita yang dikatakan gemuk adalah mereka yang
mempunyai berat badan lebih terhadap tinggi badan yang dimilikinya.
5. Dampak Stunting
Stunting memiliki dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak dan juga
perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Anak- anak yang mengalami
stunting pada umumnya akan mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif dan
motoriknya yang akan mempengaruhi produktivitas saat deawsa. Selain itu, anak
stunting juga memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit tidak
menular seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung pada saat dewasa (Kemenkes,
2018).
12
6. Penilaian Status Gizi (Stunting)
Penilaian Status Gizi (PSG) adalah pengukuran terhadapn aspek yang dapat menjadi
indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada.
Ruang lingkup PSG terdiri atas pengukuran langsung kepada individu dan
pengukuran secara tidak langsung untuk mengetahui keadaan tubuh seseorang
(stunting) dapat dilakukan penilaian status gizi secara langsung. Penilaian status gizi
dapat dilakukan dengan antropometri gizi berdasarkan TB/U (tinggi badan menurut
umur). Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/U diantaranya adalah baik untuk menilai
status gizi masa lampau. (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Proses pertumbuhan
tubuh seseorang berkaitan dengan antropometri, yaitu ukuran tubuh manusia hasil dari
asupan gizi atau akibat dari asupan gizi seseorang. Bertambahnya ukuran tubuh
seseorang merupakan efek dari asupan zat gizi. Ukuran tubuh seseorang akan berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan yang baik akan menghasilkan ukuran
berat badan dan tinggi badan yang optimal. Jenis-jenis ukuran antropometri yang
digunakan untuk menentukan status gizi stunting adalah tinggi badan (Par’l, 2017).
Tabel 2. Status Gizi Dengan Indikator TB/U
Tinggi >-2SD
13
B. Kerangka Teori
STUNTING
KRISIS EKONOMI
LANGSUNG
14
C. Kerangka Konsep
KARAKTERISTIK
- Pengetahuan
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin
menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak.
Penelitian deskriptif kualitatif mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada,
yaitu keadaaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Mukhtar
(2013).
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di wilayah Desa Ajaobaki kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai maret 2022
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti. Variabel dapat berupa orang, kejadian, perilaku atau suatu yang lain yang
akan dilakukan penelitian (Nursalam,2017). Berdasarkan teori tersebut, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang tua balita stunting yang berada di
desa Ajaobaki, Kecamatan Mollo Utara yang berjumlah 58 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo,2012). Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah
30 orang.
a. Kriteria Sampel
1. Kriteria inklusi
a. Balita usia 12-59 bulan
b. Yang mengalami stunting berdasarkan TB/U
c. Orangtua balita bersedia menjadi responden
2. Kriteria exklusi
a. Tidak bersedia sebagai sampel
16
b. Jarak yang di tempuh dari lokasi ke rumah penelitian jauh
D. Teknik pengambilan sampel
1. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian tersebut.
2. Orang tua balita stunting yang bersedia sebagai sampel di wawancarai menggunakan
kuesioner, setelah di wawancara peneliti mengukur tinggi badan orang tua balita
tersebut dengan menggunakan microtoise.
E. Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
17
Pendapatan Hasil yang Ordinal Quisioner Rendah<1.500.000
orangtua balita diperoleh orangtua Tinggi >1.500.000
stunting yang dinilai dengan
uang yang
perolehannya
dengan cara
melakukan usaha
atau kegiatan
ekonomi dalam
kurun waktu
tertentu, dan
digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan keluarga
(Lubis, 2017)
18
F. Instrumen Penelitian
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Micrtoise untuk mengukur tinggi badan orangtua
2. Quisioner untuk mengetahui karakteristik dan pengetahuan gizi ibu balita
G. Teknik pengumpulan Data
Metode atau cara yang digunakan untuk pengumpulan data untuk penelitian ini adalah
quisionerdan antropometri. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data
primer dan data sekunder.
1. Data primer: Data status gizi balita yaitu data berat badan balita yang dikumpulkan
dengan penimbangan BB menggunakan timbangan digital dan tinggi badan
menggunakan microtoise danData karakteristik yaitu data karakteristik
pendidikan, pekerjaan, pendapatan,tinggi badanorang tua balita stunting dan
pengetahuan gizi ibu balita stunting.
2. Data sekunder: Alamat responden dan gambaran lokasi penelitian.
H. Cara pengolahan, Analisis, Dan Pengolahan Data
1. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumen telah dikumpulkan kemudian
dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh dari observasi di tuliskan kembali dan di buat transkipnya.
b. Data yng telah dikumpulkan kemudian dipilih sesuai dengan kategori masing-
masing.
c. Data-data yaang diperoleh dari dokumen telah digunakan sebagai pendukung
tanpa dilakukan pengolahan.
2. Pengolahan data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data disederhanakan
ke dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan SPSS.
I. Etika penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang maksud dan tujuan peneliti secara langsung dan memberikan surat bersedia
menjadi responden untuk ditandatangani, yang mana semua data dan informasi yang
terangkum dalam quisioner penelitian ini semata hanya untuk memenuhi kebutuhan
ilmiah saja dan tidak akan di sebarluaskan baik melalui media elektronik maupun media
cetak.
19
BAB IV
20
B. Hasil penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di desa Ajaobaki, Kecamatan
Mollo utara, Kabupaten Timor tengah Selatan, maka penulis dapatmenyajikan dengan
tabel-tabel tentang gambaran karakteristik dan pengetahuan orangtua balita stunting.
21
Pada tabel 6. Diketahui bahwa balita stunting dengan kelompok umur 12-24
bulan sebanyak 16,7% (5 orang), 25-36 bulan sebanyak 36,7% (11 orang), 37-48
bulan sebanyak 30% (9 orang), dan 49-59 bulan sebanyak 16,7% (5 orang).
b.Pendidikan Ibu
N % Total
Tidak tamat SD 2 6.7
Tamat SD 12 40.0 100%
Tamat SMP 5 16.7
Tamat SMA 10 33.3
Serjana/S1 1 3.3
Total 30
Sumber: data terolah 2022
Sedangkan tingkat pendidikan ibu yaitu tidak tamat SD sebanyak 2 orang
(6,7%), tamat SD sebanyak 12 orang (40%), tamat SMP sebanyak 5 orang (16,7%),
tamat SMA sebanyak 10 orang (33,3%), dan berpendidikan S1 sebanyak 1 orang
(3,3%).
22
Di lihat dari data tersebut, maka diketahui jumlah tingkat pendidikan yang
paling tinggi pada ayah adalah tamat SD dan pada ibu adalah tamat SD juga.
23
Tabel 9. Distribusi pendapatan oarang tua balita stunting
a. Pendapatan ayah
N % Total
b. Pendapatan ibu
N % Total
24
b. Tinggi badan ibu
N % Total
Pendek 18 60.0
Normal 12 40.0 100%
Total 30
Sumber: data terolah 2022
N % Total
Baik 12 40.0
Kurang 18 60.0 100%
Total 30
Sumber: data terolah 2022
Berdasarkan tabel 11. diketahui bahwa pengetahuaan gizi ibu dengan kategori
baik sebanyak 12 orang (40%), dan kurang sebanyak 18 orang (60%). Dan dari data
tersebut diketahui pengetahuan ibu paling tinggi termasuk dalam kategori kurang.
25
C. PEMBAHASAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi
kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai usia 2 tahun sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya (Demsa Simbolong, 2019:1). Kejadian stunting pada
balita diukur dengan menggunakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator tinggi
badan menurut umur. Stunting mencerminkan suatu proses kegagalan dalam
mencapai pertumbuhan linier yang potensial sebagai akibat adanya status kesehatan
atau status gizi. Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui
deficit -2SD di bawaah median panjang atau tinggi badan (Manary dan Solomous
2019 dalam Renyoet dkk,2013).
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa prevalensi stunting
pada balita di desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah
Selatan sebesar 48,3 %. Dari total populasi kejadian stunting sebanyak 58 balita,
peneliti hanya mengambil 30 sampel dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena
responden tidak bersedia menjadi sampel penelitian dan lokasi rumah sampel yang
jauh sehingga sulit untuk ditempuh. Dari total sampel 30 orang, sebagian besar berada
pada kelompok umur 25-36 bulan (36,7%) dan berjenis kelamin laki-laki (70%).
27
meningkatkan kesehatan keluarganya. Ibu dengan pendidikan yang rendah sulit
memahami pengetahuan gizi yang penting untuk keluarganya. Jadi meskipun
diberikan prevensi berupa penyuluhan tentang pendidikan biasanya para ibu
tersebut tetap tidak mengikuti saran yang diberikan oleh kader kesehatan maupun
tenaga kesehatan (Pejaten, 2019).
28
Namun demikian didapatkan segi positif jika ibu bekerja,yakni pengetahuan
juga semakin bertambah, dikarenakan selalu bersosialisasi dengan banyak orang,
adanya kemudahan akses informasi dan masih banyak lagi segi positif dari ibu
bekerja. Pekerjaan sering dikaitkan dengan pendapatan seseorang, serta dianggap
sebagai faktor yang juga turut menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang
tersedia di rumah. Dengan bekerja,maka peluang terpenuhinya kebutuhan secara
materi lebih tinggi dibanding yang tidak bekerja.Materi yang didapat dari hasil
bekerja, dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi makan (Syahida,
2019).
Merujuk dari teori tersebut di atas, dapat disampaikan bahwa pendidikan dan
pekerjaan orang tua bukan menjadi salah satu penentu status gizi anak.Dan yang
paling menentukan adalah asupan gizi serta penyakit yang diderita anak. Semakin
banyak asupan makan anak yang bergizi, dan perilaku makan ini dilakukanterus
menerus waktu lama maka terbentuk status gizi anak baik pula.Status (gizi) ini
anak maksimal dapat dicapai jika selain asupan makan anak baik , anak juga
mempunyai status kesehatan yang baik. Anak yang mengalami penyakit kronis,
maka akan mengalami penurunan nafsu makan. Kurangnya nafsu makan anak
dalam waktu yang panjang akan membuat status (gizi) anak mengalami
perubahan menjadi status gizi kurang bahkan buruk. Dampak lain adalah anak
mudah terserang penyakit.Sesuai dengan (Rahayu 2014) bahwa anak yang
makannya kurang baik, maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah
terserang penyakit. Selain itu ketersediaan makanan di rumah. Orang tua yang
selalu menyediakan makanan bergizi di rumah serta mendampingi dalam kegiatan
makan anak, biasanya gizi anak baik.
29
hal utama untuk tercapainya gizi balita yang baik. Tingkat pendapatan orang tua
tersebut terkait dengan pemberian asupan gizi dan pola asuh yang baik bagi
balita. Orang tua dengan tingkat pendapatan lebih tinggi akan lebih bisa
memberikan asupan gizi yang baik bagi balita, dibanding orang tua yang
memiliki tingkat pendapatan rendah.
Tingkat pendapatan orang tua adalah banyaknya pendapatan yang dihasilkan
dalam satu keluarga yang terdiri dari pekerjaan pokok, penghasilan sampingan
serta pendapatan lain dalam wujud uang ataupun barang(Nadya Nelsi, 2017).
Sebagian besar pendapatan keluarga dibawah upah minimum Kabupaten
Kulon Porgo yaitu 45 responden (61.6%). Penelitian yang dilakukan IIIahi dkk
(2017) juga didaapatkan bahwa anak stunting lebih banyak berpendapatan
keluarga rendah 13 (38.2%) sedangkan pendapatan tinggi 5 (17.9%). Pendapatan
keluarga yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan makan yang bergizi sedangkan
keluarga yang berpendapatan rendah sulit mendapatkan makan bergizi dan makan
beragam untuk di konsumsi setiap harinya (Tariku, dkk 2017).
Penelitian ini menunjukkan lebih banyak balita yang mengalami stunting pada
keluarga yang perekonomian atau pendapatan rendah 61,6%. Hal ini sejalan
dengan Permatasari dkk (2018) menunjukkan bahwa banyak balita stunting
dengan status ekonomi rendah yaitu 23 (67.60%) dibandingkan keluarga dengan
pendapatan tinggi 11 (32.40%). Apabila pendapatan rendah untuk memenuhi gizi
sehari-hari tidak terpenuhi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pulungan (2017) menjelaskan bahwa
anak stutning SDN 157628 Naipospobarat 2 Kecamatan Sorkam berada pada
pendapatan keluarga yang rendah UMK<Rp. 1.800.000 yaitu dengan presentase
sebesar 89,8%.
30
4. Gambaran karakteristik tinggi badan orang tua balita stunting
Berdasarkan tabel 7 di diketahui bahwa tinggi badan orangtua balita stunting
di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan
sebagian besar pendek. Ayah tinggi badan < 162 cm sebesar 53,3 % (16
orang) dan tinggi badan ibu <150 cm sebesar 60 % (18 orang).
Tinggi badan orang tua menjadi salah satu faktor dari terjadinya
stunting pada balita, akan tetapi apabila ada pencegahan awal maka tentu tidak
akan berpengaruh pada pertumbuhan anak. Berdasarkan pada data diatas maka
dapat dilihat bahwa sebagian besar balita stunting memiliki orang tua dengan
kategori pendek dikarenakan adanya faktor gen atau kondisi patologi seperti
defisiensi hormon pertumbuhan sehingga menyebabkan terjadinya stunting
pada balita.
Tinggi badan orang tua merupakan ukuran tubuh ayah dan ibu yang
diukur dengan menggunakan microtoise dalam ketelitian 0,1 cm dari ujung
kaki sampai kepala. Tinggi badan juga merupakan salah satu parameter
antropometri yang sangat penting. Secara umum, pengukuran tinggi badan
dapat digunakan untuk menghitung indeks masa tubuh.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakikan oleh
ampera (2017), berkaitan dengan antropometri orang tua di Acehbesar searah
dengan hasil penelitian di Bali, Jawa Barat dan NTT yang menyatakan tinggi
badan orang tua dibawah standar menjadi faktor risiko balita kependekan pada
usia 0-23 bulan sebesar 1,8 kali dibandingkan kondisi antropometri orang tua
normal. Hal yang sama juga ditemukan di Kecamatan Semarang Timur,
teenyata juga menemukan bahwa disebabkan oleh ibu yang pendek sebesar 3,4
kali dan tinggi badan ayah yang pendek sebesar 3,2 dibandingkan pada kondisi
normal. Kondisi antropometri orang tua seperti tinggi badan sangat
berhubungan dengan pertumbuhan fisikbalita. Secara signifikan sebenarnya
ibu yang mempunyai tinggi badan pendek merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya kependekan pada anak. Salah satu atau kedua orang tua
yang pendek akibat kondisi patologi (seperti defisiensi hormon pertumbuhan)
memiliki gen dalam kromosan yang membawa sifat pendek sehingga
memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi
malnutrition. Akan tetapi, bila orang tua pendek akibat kekurangan zat gizi
31
atau penyakit, kemungkinan anak dapat tumbuh dengan tinggi badan normal
selama anak tersebut tidak terpapar faktor risiko yang lain (Kusuma,2013).
Hasil penelitian ini juga sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh
Kisye (2018), yang menunjukkan bahwa populasi dengan tinggi badan ibu
lebih banyak yang pendek dari pada yang normal, dengan tinggi badan ibu
pendek yaitu 82,2% dan tinggi badan ibu normal yaitu 26,8%. Hasil yang
sama juga didapatkan pada penelitian Amin dan Julia (2014) di Kecamatan
Sedayu, Bantul, Yogyakarta yang mengatakan bahwa ibu yang memiliki tubuh
pendek berpeluang besar untuk melahirkan anak yang akan bertumbuh
menjadi stunting. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tinggi badan anak adalah tinggi badan ibu sendiri. Di negara
yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh
faktor genetik juga oleh faktor lingkungan yang kurang memadai untuk
tumbuh kembang anak secara optimal, bahkan kedua faktor ini dapat
menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita. Disamping
itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom,
seperti sindrom Down, sindrom Turner, dan lain-lain (Laala, 2019).
32
pada tahun 2016 menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan yang kurang
mempunyai resiko besar memiliki balita stunting jika dibandingkan dengan ibu
yang memiliki pengetahuan baik.Pengetahuan ibu yang baik memungkinkan ibu
dapat memilih jenis makanan dan memberikan makanan yang baik bagi balita
sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh balita dan berdampak
baik bagi status gizi balita (Puspasari & Andriani, 2017).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
pengetahuan implisit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan implisit adalah
pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi
faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan
prinsip. Sedangkan pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau
semacamnya (Budiman dan Riyanto,2013).
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan responden
yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Responden yang memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 95 responden (51,1%) sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 91 responden (48,9%), (Sinuraya, 2019).
Peningkatan pengetahuan bagi ibu balita dan pemberian pola asuh yang baik
kepada bayi dan balita memiliki peran penting dalam penanggulangan stunting.
Ibu harus memiliki pengetahuan yang baik dan mempunyai kemampuan
menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan serta pengolahan pangan sehingga
diharapkan asupan makanan anak lebih terjamin serta dapat membantu
memperbaiki status gizi pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan
(Lukman, Arbie, & Humolungo, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian
penelitian yang dilakukan Pormes, Rompas, dan Ismanto (2014) menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan
stunting di TK Malaekat Pelindung, Manado.
33
BAB V
A. Kesimpulan
1. Gambaran karakteristik menurut tingkat pendidikan orang tua balita stunting di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
sebagian besar ayah tamat SD sebanyak 14 orang (46,7%).dan ibu dengan tamat
SD sebanyak 12 orang (40%).
2. Gambaran karakteristik menurut tingkat pekerjaan orang tua balita stunting di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
sebagian besar ayah petani sebanyak 19 orang (63,3%). Dan ibu sebagai IRT
sebanyak 28 orang (93,3%).
3. Gambaran karakteristik menurut tingkat pendapatan orang tua balita stunting di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
sebagian besar ayah dengan pendapatan rendah sebanyak 23 orang (76,7%) dan
ibu dengan pendapatan rendah sebanyak 30 orang (100%).
4. Gambaran karakteristik menurut tingkat tinggi badan orang tua balita stunting di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
sebagian besar ayah dengan kategori pendek sebanyak 16 orang (53,3%) dan ibu
dengan kategori pendek sebanyak 18 orang (60%).
5. Gambaran karakteristik menurut tingkat pengetahuan gizi ibu balita stunting di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yaitu
sebagian besar pengetahuan ibu dengan kategori kurang sebanyak 18 orang
(60%).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Diharapkan ibu yang berperan utama dalam pemberian makan terutama bagi anak
agar dapat menyediakan makanan yang beragam dan bergizi sesuai dengan
kebutuhan gizi anak.
2. Diharapkan adanya penyuluhan atau edukasi dengan ibu balita stunting oleh
petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang status
gizi balita.
34
DAFTAR PUSTAKA
Benta A Abuya. James Ciera. Elizabeth Kimani Murage. 2012. Effect of Mother’s Education
on Child’s Nutritional Status the Slums of Nairobi. BMC pediatrcs.
https://bmcpediatr.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2431-12-80
Adriani. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Mikro Zinc pada Pertumbuhan Balita.
Jakarta: Kencana.
https://repository.unair.ac.id/56612/
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekarti, M. 9 (2011). Gizi seimbang dalam daur kehidupan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anisa, Paramitha. 2012. Factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok tahun 2012. Skripsi, FKM-UI.
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320460-S-Paramitha%20Anisa.pdf
Sri Astuti, (2018). Upaya Promotif Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Balita tentang
Pencegahan Stunting Dengan Media Intergrating Card Di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 2 (6),466-469.
https://jurnal.unpad.ac.id/pkm/article/view/20262
Betristasia Puspitasari, Herdayana Erna. 2021. Gambaran pengetahuan ibu balita usia usia 5
tahun tentang stunting, Perguruan Tinggi: Akademi Dharma Husada Kediri
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2775/0
Budiman dan Agus Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Devi Niasari, 2019. Gambaran karakteristik ibu yang memiliki balita stunting di wilayah
kerja puskesmas Sumowono kabupaten semarang, Universitas Ngudi Waluyo.
http://repository2.unw.ac.id/231/
M Kurnia Widiastuti Giri. (2013). Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi
balita usia 6-24 bulan di Kampong Kajanan Buleleng. (JTS) jurnal Sains dan
Teknologi, 2 (1).
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JST/article/view/1423/1284
Haerunisa, Ade Nita. 2019. Gambaran penegtaahuan ibu balita tentang stunting di wilayah
kerja puskesmas Baregbeg Kabupaten Ciamis
35
http://repository.unigal.ac.id:8080/bitstream/handle/123456789/525/jurnal%20ade
%20nita.pdf
Hidayat, Nor Rofika. 2019. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada
balita usia 24-59 bulan di Provinsi NTT tahun 2010 (analisis Riskesdas 2010).
Depok: Skripsi, FKM-UI.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes. 2018. Buku saku pemantauan status gizi tahun 2017.Jakarta : Kemenkes RI
Desi Kristianti Daeli. (2018). Hubungan Karakteristik Balita (jenis kelamin, berat badan
lahir) dan Tinggi Badan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1028/DESI%20K.%20DAELI.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Kukuh Eka Kusuma. Nuryanto. Nuryanto. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada
Anak Usia 2-3 Tahun ( Studi di Kecamatan Semarang Timur). Universitas
Deponegoro;
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/3735
Lubis, Riani Adelina. 2017. Hubungan Status sosial Ekonomi Keluarga dan kebiasaan
Makan Anak Dengan Kejadian Stunting Pada Anak di SD Negeri No 060929
Kecamatan Medan Johor. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2433?show=full
Lukman, Salman, Arbie, Fitri Yani, & Humolungo, Yulin. (2017). Hubungan Pengetahuan
Gizi Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Desa Buhu Kecamatan
Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Health And Nutritions Journal, 42-53.
http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/31732?show=full
Manary MJ, Solomons NW. 2019.Gizi kesehatan Masyarakat, Gizi dan perkembangan Anak.
Jakarta: ECG
36
Ampera Miko, Agus Hendra Al-rahmad. (2017). Hubungan Berat dan Tinggi Badan Orang
Tua Dengan Status Gizi Balita Di Kabupaten Aceh Besar. Gizi Indonesia;40(1):21-34.
https://www.researchgate.net/publication/
336866493_HUBUNGAN_BERAT_DAN_TINGGI_BADAN_ORANG_TUA_DENGA
N_STATUS_GIZI_BALITA_DI_KABUPATEN_ACEH_BESAR
Nadya Nelsi Lilis Uliarta Simamora. Pengaruh Pendidikan Orangtua, Pendapatan Orangtua,
dan Ekspektasi Karir Terhadap Minat Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi pada Siswa
Kelas XI Akuntansi SMKN 1 Wonosari tahun ajaran 2016/2017”, skripsi sarjana
(Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, 2017)
https://eprints.uny.ac.id/54893/1/SKRIPSI_NADYA%20NELSI%20L%20U
%20S_13803241015.pdf
Nelvi Putri, 2021. Gambaran tingkat pendidikan dan tinggi badan orangtua balita stunting
Usia 24-59 Bulan. Prodi Keperawatan FKIK UNJA
https://online-journal.unja.ac.id/JINI/article/view/10068
Khoirun Ni’mah, & Siti Rahayu Nadhiroh. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita. Media Gizi Indonesia, 13-19.
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/3117
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta;
Novayeni, Muchlis (2012). Hubungan Asupan Energy Dan Protein Dengan Status Gizi
Balita Di Kelurahan Tamamaung. Makasar : Program Studi Ilmu Gizi FKM
Universitas Hasanuddin.
https://adoc.pub/hubungan-asupan-energy-dan-protein-dengan-status-gizi-balita.html
Nursalam, 2017. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Jakarta:
Salemba Medika.
Zilda, Oktarina. 2012. Hubungan lainnya Berat lahir Dan Faktor-faktor Dengan Kejadian
Stunting pada Anak 6-23 Bulan. [Universitas Lambung Mangkurat,Banjarbu,
Banjarmasin] https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318356-S-Zilda%20Oktarina.pdf
37
Anmisa, Nurhayati Hidayat. Ismawati (2017). Faktor – faktor kejadian stunting pada balita
di Wilayah kerja upt Puskesmas Kramatwatu Kabupaten Serang. Sekolah Tinggi
Kesehatan Faletehan Serang Banten; Skripsi.
https://123dok.com/document/zwrgj2gy-faktor-faktor-kejadian-stunting-wilayah-
puskesmas-kramatwatu-kabupaten.html
Wellem Elseus Pormes, [et.all]. (2014). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Gizi
Dengan Stunting Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Malaekat Pelindung Manado.
Jurnal Keperawatan, 1-6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5230
Proverawati, A. 2012. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Nuha Medika, Yogyakarta.
Nindyna Puspasari, & Merryana Andriani. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Dan Asupan Makan Balita Dengan Status Gizi Balita (Bb/U) Usia 12-24 Bulan.
Amerta Nutrition, 369-378.
https://www.e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/7136
Rahayu, Atikah dan Khairiyati Laily. 2014. Resiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian
Stunting Anak 6-23 Bulan. Fakultas Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbu,
Banjarmasin
https://media.neliti.com/media/publications/223548-none.pdf
Renyoet Brigitte Sarah (2013). Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting anak usia 6-23
bulan di wilayah pesisir kecamatan tallo kota makasar. Universitas Hasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/9120/
Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta : Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Rozali Nur Azikin (2016). Peranan Pendidikan, Pekerjaan Ibu dan Pendapatan Keluarga
Terhadap Status Gizi Balita di Posyandu RW 24 dan 08 Wilayah Kerja Puskesmas
Nusukan Kota Surakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Muhamamadiyah
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/41781/
Simbolong, Demsa. 2019. Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu
Menyusui Anak usia 0-24 Bulan. https://books.google.co.id/books?
id=KdjFDwAAQBAJ&printsec=Frontcover&dq=Demsa+Simbolong+2019&hl+ban
&sa=X&ved=0ahUKEwi76dfrwNXoAhUSbisKHfgzDMoQ6AEllzAA
38
Rano Kurnia Sinuraya & Riezki Amalia (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Dalam Mencegah Stunting. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4 (2) 48-51.
https://jurnal.unpad.ac.id/pkm/article/view/23242
Ayunin Syahida. (2019). Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua dengan
Pertumbuhan Balita di Desa Ingin Jaya Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2018. Jurnal Edukes, 2(1), 18-28.
https://onesearch.id/Record/IOS14948.article-13?widget=1&institution_id=5544
Unicef. 2017. 100 Kabupaten/ Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
Jakarta Pusat.
Novita Nining Widyaningsih, [et.all]. (2018). Keragaman Pangan, Pola Asuh Makan Dan
Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/view/20025
LAMPIRAN
39
QUESIONER
FAKTOR DETERMINAN STATUS GIZI BALITA, IBU HAMIL,IBU NIFAS DAN IBU MENYUSUI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINAUS KECAMATAN MOLO TENGAH,PUSKESMAS KAPAN
KECAMATAN MOLO UTARA DAN PUSKESMAS FATUMNASI KECAMATAN FATUMNASI
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2022
I. IDENTITAS LOKASI
1 Provinsi : ...........................................
2 Kabupaten/Kota : ...........................................
3 Kecamatan :
4 Puskesmas :
...........................................
5 Desa : ...........................................
40
IV.A. IBU BALITA
1 Nama Balita :
2 Nomor Urut Responden :
3 Tanggal Lahir Balita :
4 Umur Balita (bulan) :
5 Berat Badan saat lahir :
6 Panjang badan saat lahir :
7 Berat badan saat ini :
8 Panjang Badan saat ini :
9 Tempat Balita dilahirkan :
`1 = RS 2 = Klinik Bersalin 3 = Puskesmas 4 = Polindes
5 = Bidan Praktek 6 = Rumah 7 = Lainnya (tuliskan ;....................)
1 Penolong Persalinan :
0 1 = Dokter 2 = Bidan 3 = Dukun 4 = Lainnya (tuliskan ; ..............)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Apakah pada saat setelah lahir,bayi diletakan di dada ibu minimal selama 1 jam? (cek catatan di Buku
1 KIA)
1 1 = Ya 2 = Tidak
2
Pemberian ASI
a) Usia Balita
1 1 = Usia 0-5 bulan 29 hari (tanyakan poin b-d) 2 = 6-59 bulan 29 hari ( langsung ke poin e-f)
2
b) sehari kemarin diber makanan atau minuman apa saja?
1 =tidak diberi makan / minum lain (hanya ASI saja) lanjut nomor 12 2 = diberi makan/minum
selain ASI
d) pada umur berapa bulan bayi pertama kali diberi makan / minum selain ASI?
1 = 0 bulan(≤30 hari) 2 = 1 bulan 3 = 2 bulan 4 = 3 bulan 5 = 4 bulan 6 = 5 bulan
Penimbangan Balita
a). Apakah balita memiliki buku KIA/KMS
1 = Ya 2 = Tidak
1 b) Apakah balita ditimbang ?
3 1 = Ya 2 = Tidak
c) Ditimbang dimana ?
1 = Posyandu 2 =PAUD/ Polindes 3 =Puskesmas 4 = Dokter/ Bidan praktek
d) Berapa kali ditimbang dalam 6 bulan terakhir ? (cek buku KIA/KMS)
1 = 1 kali 2 = 2 kali 3 = 3 kali 4 = 4 kali 5 = 5 kali 6 = kali
1 Pemberian Vitamin A
5 a) apakah dalam keluarga ada bayi usia 6 – 11 bulan ?
1 = ya 2 = tidak
b) apakah bayi diberi kapsul vit. A berwarna biru dalam 6 bulan terakhir ?
1 = ya 2 =tidak
c) apakah dalam keluarga ada balita usia 12 – 59 bulan ?
1 = ya 2 = tidak
d) apakah balita sudah diberi vit. A berwarna merah dalam 1 tahun terakhir ?
1 = ya 2 = tidak
42
1 = bau tidak enak 2 = menyebabkan kotoran (BAB) hitam 3 = rasa tidak enak/mual 4 = belum
habis 5 = Lainnya (tuliskan...........)
g) apakah ibu membeli sendiri TTD ?
1 = Ya 2 = tidak (langsung ke poin L)
h) tempat membeli TTD ?
1 = Apotik 2 =toko obat 3=warung 4=dokter/bidan praktek 5=lainnya (tuliskan………….
i) berapa butir TTD yang dibelikan?……………….butir
j) sudah berapa butir TTD yang dibeli dan sudah diminum?........butir
k) jika jawaban poin j (kurang) dari poin i, alasan kenapa tidak diminum?
1= bau tidak enak 2=menyebabkan kotoran (BAB) hitam 3=rasa tidak enak/bikin mual 4=belum
habis 5= lainnya (tuliskan……………………………………………………)
l) apakah BUMIl mendapat PMT? 1= Ya 2=Tidak (langsung ke poin o)
m) jika “Ya” aqpa bentuk makanan tambahannya?
1= makanan pabrikan (ex: biscuit)
2= makanan local (membeli atau buat sendiri) ex: bubur kacang hijau, bubur nasi, dll
3= lainnya (tuliskan)……………………………………………..
n) sudah berapa hari makanan/minuman tambahan yang didapat?
1= 1-30 hari makan 2=31-60 hari makan 3=61-90 hari makan 4=≥ 90 hari makan
o) hasil pemeriksaan kadar Hb (lihat catatan pada buku KIA atau kohort ibu)……………….g/dl
D IBU NIFAS
1 Pemberian kapsul Vitamin A dan TTD ibu nifas
8 a) apakah sudah menerima/minum kapsul Vitamin A berwarna merah?
1= 1 kali (1 kapsul) 2= 2 kali 92 kapsul) 3= tidak (belum diberi Vitamin A warna merah)
b) Apakah menerima TTD?
1= Ya 2= Tidak (langsumng poin i)
c) Berapa butir TTD yang diterima sampai saat ini?....................butir
d) Berapa butir TTD yang diminum sampai saat ini?......................butir
e) Jika jawaban poin e (kurang) dari poin d, alas an kenapa tidak diminum?
1= bau tidak enak 2=menyebabkan kotoran (BAB) hitam 3=rasa tidak enak/bikin mual
4=belum habis 5= lainnya (tuliskan……………………………………………………)
g) apakah ibu beli sendiri tablet TTD? 1=Ya 2= Tidak
h) tempat membeli TTD?
1 = Apotik 2 =toko obat 3=warung 4=dokter/bidan praktek 5=lainnya (tuliskan………….
j) berapa butir TTD yang dibelikan?……………….butir
k) sudah berapa butir TTD yang dibeli dan sudah diminum?........butir
l) jika jawaban poin k (kurang) dari poin j, alasan kenapa tidak diminum?
1= bau tidak enak 2=menyebabkan kotoran (BAB) hitam 3=rasa tidak enak/bikin mual
4=belum habis 5= lainnya (tuliskan……………………………………………………)
m) Apakah ibu hamil merokok? 1= Ya 2=Tidak (jika “YA” lanjut ke n jika tidak langsung ke o
n) Berapa lama (durasi) merokok?
1= > 3 jam 2= < 3 jam
o) Apakah suami merokok? 1= Ya 2=Tidak
p) Berapa lama durasi merokok?
1= > 3 jam 2= < 3 jam
q) Apakah menggunakan kayu bakar? 1= Ya 2=Tidak
r) apakah setelah melahirkan ibu dan bayi menempati rumah bulat? 1=Ya 2= Tidak
s) berapa lama berada di rumah bulat?........
43
MASTER TABEL
45
NAMA pengetahuan
HP 1 5 2 5 3 4 5 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 5 1 2
SS 1 0 0 3 3 0 4 1 1 4 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
NT 1 3 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 0 0 0 0 1
SL 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
JS 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1
FB 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
IS 1 0 2 0 2 0 4 1 1 5 0 0 3 1 1 1 1 3 0 1 0 1 0
AT 1 3 1 2 1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 1 1
YL 1 3 1 4 2 3 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 0 0
AM 1 5 2 4 1 3 3 0 1 4 1 0 0 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2
AB 1 4 2 4 1 2 4 1 1 5 1 0 0 1 1 1 1 2 0 1 5 1 2
NL 0 3 1 5 2 3 4 0 1 5 1 0 0 0 0 1 1 3 0 1 5 1 2
JF 1 2 2 3 2 2 3 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 2 0 1 4 1 1
AK 1 1 1 2 2 3 3 1 1 5 1 1 3 1 1 1 1 1 0 1 3 1 2
AK 1 2 1 1 0 3 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 0 0 1 3 1 2
EN 1 2 1 4 1 1 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 2 0 1
EK 1 3 1 4 2 2 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 2 0 1
RF 1 3 1 2 1 2 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 0 1 2 1 1
1
OT 1 1 1 4 2 3 2 1 0 2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
MN 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AB 1 5 2 3 2 4 1 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 2 0 1 4 1 2
GM 1 4 2 5 2 4 5 1 1 4 1 1 2 0 1 1 1 2 0 1 5 1 1
ML 1 4 2 5 2 4 5 1 1 4 1 1 2 0 1 1 0 3 0 1 4 1 1
MB
1 4 2 5 3 4 4 1 1 5 1 1 3 0 1 1 1 3 0 1 4 1 2
JB 1 3 0 5 3 4 5 1 1 5 1 0 2 1 1 1 1 3 0 1 5 1 2
AB 1 3 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
AS 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2 3 2 1 1 2
KK 1 4 1 2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
AL 1 5 2 4 3 2 5 1 1 4 1 1 2 0 1 1 0 2 1 1 5 1 2
AN 1 4 2 4 2 4 4 1 1 5 1 0 3 1 1 1 1 3 0 1 5 1 2
2
DOKUMENTASI
1
2