DISUSUN
DISUSUN
DISUSUN OLEH
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diuji pada ujian Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Gizi
Poltekkes Kemenkes Kupang
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DISUSUN OLEH
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Studi Gizi
Poltekkes Kemenkes Kupang
iii
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena Berkat dan Rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Dengan Status Gizi
Balita di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan” dengan baik dan benar.dengan ketulusan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Penulis
v
ABSTRAK
“Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Dengan Status Gizi Balita Di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan”
(Dibimbing Oleh Christina R. Nenotek, SKM., M.Kes)
vi
DAFTAR ISI
halaman
A. Pengetahuan ................................................................................... 6
B. Sikap............................................................................................... 9
C. Perilaku .......................................................................................... 11
D. Status gizi ....................................................................................... 12
vii
E. Balita .............................................................................................. 17
F. Kerangka Teori............................................................................... 21
G. Kerangka Konsep ........................................................................... 22
H. Hipotesis penelitian ........................................................................ 22
A. Hasil ............................................................................................... 32
B. Pembahasan .................................................................................... 44
A. Kesimpulan .................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................... 52
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
Tabel 16. Distrib usi frekuensi status gizi berdsarkan IMT/U .......................... 35
Tabel 17. Analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi balita BB/U ...... 36
Tabel 18. Analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi balita TB/U ....... 36
Tabel 19. Analisis hubungan pengetahuan dengn status gizi balita BB/TB ...... 37
Tabel 20. Analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi balita IMT/U .... 37
Tabel 21. Analisis hubungan sikap ibu dengan status gizi balita BB/U ............ 38
Tabel 22. Analisis hubungan sikap ibu dengan status gizi balita TB/U............. 38
Tabel 23. Analisis hubungan sikap ibu dengan status gizi balita BB/TB .......... 39
Tabel 24. Analisis hubungan sikap ibu dengan status gizi balita IMT/U .......... 39
Tabel 25. Analisis hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita BB/U ........ 40
Tabel 26. Analisis hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita TB/U ........ 40
Tabel 27. Analisis hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita BB/TB ..... 41
Tabel 28. Analisis hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita IMT/U ...... 41
x
DAFTAR GAMBAR
halaman
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan datang
ditentukan oleh kualitas anak sekarang. Saat ini manusia dimasa depan
dimulai dengan pembangunan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan
SDM yang berkualitas dimasa depan yang akan datang maka anak perlu
dipersiapkan agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kemampuannya (Tanuwidjaya, 2012).
Status gizi adalah jumlah asupan gizi setelah mengonsumsi
makanan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan yang diberikan
akan berpengaruhi terhadap status gizi balita, status gizi dapat dibedakan
menjadi status gizi buruk, kurang, baik, lebih dan stunting. Konsumsi zat
gizi yang baik tercermin dengan badan yang sehat ditandai dengan berat
badan normal sesuai dengan tinggi badan serta usianya, tidak mudah
terserang penyakit infeksi ataupun penyakit menular, tidak terjadi
kematian dini, terlindungi dari berbagai penyakit kronis dan dapat menjadi
pada usia lebih produktif (Depkes RI, 2014).
Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi
balita adalah pengetahuan sikap dan perilaku ibu tentang gizi. Pengetahuan
ibu tentang gizi merupakan segala informasi yang dimiliki oleh ibu
mengenai zat makanan yang dibutuhkan untuk tubuh balita serta
kemampuan ibu untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi pengetahuan ibu, karena
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan
memahami suatu informasi, sehingga semakin tinggi pengetahuan
mengenai asupan zat gizi yang baik.
Pengetahuan yang rendah tentang gizi dapat mengakibatkan sikap
yang rendah terhadap makanan yang bergizi. Sikap merupakan suatu
sindrom atau kumpulan gejala untuk merespon suatu stimulus atau objek
(Campbell (1950) dalam Noatmoatmodjo 2003. Sikap ibu dalam
1
memenuhi kebutuhan gizi balita juga sangat penting. Sikap merupakan
faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Perubahan sikap secara
berkelanjutan dapat memengaruhi perilaku seseorang, dimana perilaku
pemenuhan gizi yang baik dapat meningkatkan status gizi anak.
Perilaku ibu juga erat kaitannya dengan masalah gizi pada anak
balita dapat dilihat dari adanya kebiasaan yang salah dari ibu terhadap gizi
anak balitanya. Kurangnya gizi pada balita dapat juga disebabkan oleh
perilaku ibu dalam memilih bahan makanan yang tidak benar, tersedianya
jumlah makanan yang tidak cukup dan keanekaragaman makanan yang
sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu (Yuli & Sufiyatin, 2015).
Perilaku ibu yang selalu menyiapkan makanan yang bergizi bagi balita
akan meningkatkan status gizi balita. Selain itu, ibu yang selalu memantau
pertumbuhan anak akan selalu mengetahui status gizi anaknya.
Menurut Laporan Global Nutrition pada tahun 2017 menunjukkan
masalah status gizi balita di dunia diantaranya prevalensi wasting (kurus)
52 juta balita (8%), stunting (pendek) 115 juta balita (23%), dan
overweight 4 juta balita (6%) (UNICEF dan WHO, 2017). Sedangkan
secara global didunia prevalensi anak usia dibawah lima tahun yang
mengalami underweight ialah 14% (94,5 juta) (WHO, 2017).
Masalah gizi pada balita di Indonesia menurut Studi Status Gizi
Indonesia (SSGI 2021) menunjukkan 24,4% stunting, 7,1% wasted dan
17,0% underweight. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia yang angka masalah gizi melebihi angka
Nasional.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI 2021), masalah gizi
di Nusa Tenggara Timur sebanyak 37,8% balita Stunting, 10,1% balita
wasted, 29,3% balita underweight. Kabupaten Timor Tengah Selatan
(TTS) merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang turut menyumbang masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu
sebanyak 48,3% balita yang mengalami stunting, 10,8% balita mengalami
wasted, 40,4% balita underweight. Berdasarkan hasil penelitian di Desa
Ajaobaki balita yang mengalami masalah gizi sebanyak 6,5% balita gizi
2
kurang, 39,9% balita stunting, 22,5% balita underweight (Data primer
terolah 2022)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran umum
dan hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan status gizi
balita di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi
balita di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan status gizi balita di
Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
c. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita
di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
3
D. Manfaat
4
E. Keaslihan Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Ibu
1. Pengertian
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2018) merupakan hasil dari
tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau overt
behavior.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
adalah faktor pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula kemampuan dasar atau pengetahuan
yang dimiliki seseorang untuk dapat menyerap dan mengubah perilaku
yang tidak baik menjadi perilaku yang baik. Evaluasi pengetahuan
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2016).
2. Tingkatan Pengetahuan
6
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan. Kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedahkan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat
membuat atau meringkas dengan katat-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
7
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
8
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan atau perilaku individu atau kelompok.
2. Sosial Budaya
Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010)
B. Sikap Ibu
1. Pengertian
9
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap obejek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek,
artinya bagaimana penilaian (terkandung dalam faktor emosi)
orang tersebut terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave), artinya
sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan
atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan
yang sangat penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-
tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan
menerima stimulus yang diberikan (objek). Pada tahapan ini,
para ibu dari siswa diharapkan mampu menerima semua
tahapan dari pengetahuan tentang makanan sehat untuk anak.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini
adalah memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi,
menganut, mematuhi dan meminati.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pernyataan atau objek yang di hadapi. Kategori ini
berkenan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
erealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang di
anut masyarakat. Pada tahap ini seseorang mampu menangani
hal-hal yang sudah diterimanya. Kata kerja operasional yang
dapat dipakai dalam kategori ini adalah menjawab, membantu,
10
mengajukan, menyambut, mendukung, menyutujui,
menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, dan
menolak.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti
membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau
mempengaruhi orang lain untuk merespon. Para ibu dari balita
mampu menghargai informasi-informasi yang diterimanya
mengenai pemberian makanan sehat untuk anak mulai dari
penyediaan bahan, pengolahan, sanitasi, serta penyajiannya.
Kata kerja operasional yang dapat di pakai dalam kategori ini
adalah mengonsumsi, meyakini, melengkapi, memperjelas,
mengundang, menggabungkan, menekankan dan menyumbang.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ini
merupakan tahapan terakhir dari sikap, disini para ibu dari
balita harus mampu bertanggung jawab dengan apa yang sudah
mereka peroleh tentang makanan sehat, serta berbagai perilaku
yang baik dalam pemberian makanan sehat untuk anaknya
(Notoatmodjo, 2003)
C. Perilaku Ibu
1. Pengertian Perilaku
11
Menurut Notoatmodjo (2003) pengaruh pengetahuan terhadap
perilaku dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktek. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktek)
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.
Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem seseorang terhadap
sakit atau penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif
(mengetahui, bersikap dan, mempersepsi tentang suatu stimulus
rangsang proses stimulus reaksi tingkah laku (terbuka) sikap (tertutup)
penyakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya) maupun secara aktif
(praktik) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit tersebut.
12
D. Status Gizi
1. Pengertian
Menurut Supariasi (2012), status gizi dapat dinilai dengan dua cara,
yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi
secara tidak langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat
cara yaitu:
a) Antropometri
Antropometri berasal 2 kata yaitu antropos yang berarti
manusia dan metros yang berarti ukuran. Antropometri
diartikan sebagai pengukuran tubuh manusia (par’i..Wiyono &
Harjotmo 2017): (Supariasi 2014).
Antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi
pada individu. Dalam pengukurannya antropometri memiliki
beberapa keunggulan yaitu prosedur dan alat yang digunakan
relatif mudah dan mudah dicari, tidak memerlukan tenaga yang
banyak, hasil dari antropometri bisa digunakan untuk screaning
dan melihat status gizi individu secara rutin. Selain kelebihan,
pengukuran dengan antropometri juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu kita tidak tahu individu tersebut kekurangan
13
asupan gizi mikro atau makro dan keselahan dalam pengukuran
(Par’i,, Wiyono, & Harjatmo, 2017)
b) Metode laboratorium
Metode laboratorium dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui ketersediaan zat gizi yang ada didalam tubuh
individu berdasarkan asupan makan. Terdapat 2 metode dalam
melakukan metode laboratorium yaitu metode biokimia yaitu
tes yang dilakukan untuk mengukur tingkatan zat gizi yang ada
di tubuh melalui cairan tubuh ataupun ekskresi urin dan metode
fungsi fisik atau fisik yang merupakan kelanjutan dari metode
biokimia seperti melihat fungsi mata untuk mengetahui
kekurangan vitamin A (Par’i,, Wiyono, & Harjatmo, 2017)
Metode laboratorium memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari metode ini yaitu data yang
didapatkan cukup valid dan dapat mengetahui kekurangan atau
kelebihan zat gizi yang ada didalam tubuh sehingga bisa
memprediksi atau mendiagnosa kemungkinan kedepan yang
akan terjadi. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah
harganya yang mahal dan memerlukan kondisi dan waktu yang
khusus (Par’i,, Wiyono, & Harjatmo, 2017).
c) Metode Klinis
Metode klinis merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk melihat adanya tanda dan gejala kekurangan atau
kelebihan zat gizi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu anamnesis yaitu kegiatan melakukan wawancara
untuk mengetahui keluhan dan riwayat kejadian masa lalu.
Metode ini dapat dilakukan dengan menanyakan kepada pasien
langsung (autoanamnesis) atau kepada keluarga pasien
(allo-anamnesis). Kegiatan selanjutnya yaitu pengkajian.
Kelebihan dari metode ini yaitu alat – alatnya yang murah
dan mudah didapat, apabila dilakukan dengan cara yang tepat
maka hasilnya akan akurat, dan pemeriksaannya dapat
14
dilakukan tanpa tempat yang khusus. Sementara itu, kelemahan
dari metode ini yaitu ketepatan hasilnya terkadang bersifat
subjektif dan memerlukan hasil pemeriksaan tambahan seperti
test biokimia (Harjatmo,Par’i dan Wiyono, 2017).
d) Pemeriksaan Biofisik
Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dan jaringan. Contohnya tes
adaptasi gelap.
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung
a) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan merupakan cara penentuan status
gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan atau zat gizi
yang dikonsumsi individu. Metode ini juga digunakan untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan suatu zat gizi
(Supariasa, 2014)
b) Statistik vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status
gizi tidak langsung dengan menganalisis data statistic
kesehatan yang berhubungan dengan gizi pada suatu wilayah.
Statistik vital yang dianalisis diantaranya yaitu angka kematian,
angka kesakitan, pelayanan kesehatan dan peyakit infeksi
(Suparaiasa, 2014).
c) Faktor ekologi
Pengukuran faktor ekologi merupakan salah satu hal yang
terpenting untuk mengetahui penyebab malnutrisi. Hal itu
terjadi karena malnutrisi merupakan salah satu masalah ekologi
yang diakibatkan oleh adanya interaksi dari factor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Selain itu, jumlah makanan
yang tersedia di suatu wilayah juga bergantung pada keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan factor lainnya
(Supariasa, 2014).
15
3. Klasifikasi Status Gizi
Tabel 2.
Nilai Z-Score berdasarkan (BB/U)
Tabel 3.
Nilai Z-Score berdasarkan (TB/U)
Indeks Kategori Status Gizi Z-Score
Tinggi badan Sangat Pendek <-3 SD
menurut Umur Pendak -3 SD sd <- 2 SD
(TB/U) Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi >+ 3 SD
16
Tabel 4.
Nilai Z-Score berdasarkan (BB/PB atau BB/TB)
E. Balita
1. Pengertian
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat Anak Balita. Balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas 0 bulan sampai lima
tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 0-59 bulan.
Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan
anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit,
termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapatnya kemauan dalam perkembangan motorik (gerak dasar dan
gerak halus) serta fungsi ekskresi (pembuangan). Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita karena akan
memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan menjadi
pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangnya. Sehingga terbentuk
jaringan saraf dan otak yang kompleks, ini akan sangat memengaruhi
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, berbicara dan
bersosialisasi (Kemenkes RI, 2016).
17
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Status Gizi Balita
a. Penyebab Langsung
1. Asupan Makanan
Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat
penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh
masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status
gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan
malnutrisi (Supariasa, 2013).
2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI Eksklusif )
ASI ekslusif yang dimaksud adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa makanan dan cairan lain sampai berusia 6 bulan.
Menurut Giri, dkk (2013) dalam Novitasari, dkk (2016)
menyebutkan bahwa balita yang diberikan ASI ekslusif
cenderung berstatus gizi baik atau tidak sedangkan yang tidak
diberikan ASI ekslusif cenderung berstatus gizi kurang.
3. Penyakit Infeksi
Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status
gizi merupakan suatu hal yang saling berhubungan satu sama
lain karena anak balita yang mengalami penyakit infeksi akan
membuat nafsu makan anak berkurang sehingga asupan
makanan untuk kebutuhan tidak terpenuhi yang kemudian
menyebabkan daya tahan tubuh anak balita melemah yang
akhirnya mudah diserang penyakit infeksi
(Novitasari dkk, 2016).
Scrimshaw et all, (1959) dalam Supariasa (2013)
menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi mereka
menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan
penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status
gizi dan mempercepat malnutrisi.
18
b. Penyebab Tidak Langsung
1. Tingkat pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan
kesalahan dalam pemahaman, kebenaran yang tidak lengkap
dan tidak terstruktur dimana manifestasinya berupa kesalahan
manusia atau individu dalam melakukan praktek kehidupannya
karena dilandasi pengetahuan yang salah. Pengetahuan yang
salah, dalam hal ini mengenai kesehatan tentu juga akan
mempengaruhi sikap, perilaku dan kualitas kesehatan orang
tersebut (Lastanto, 2015).
2. Sosial Ekonomi
Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan
yang diperoleh seluruh anggota keluarga (Ayah, Ibu, jika
bekerja) dibagi dengan anggota jumlah keluarga. Pendapatan
seseorang identik dengan mutu sumber daya manusia, sehingga
seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga
tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga
lainnya. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak 21 dan status gizi anak, karena orangtua
dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun
sekunder (Ariani,2017).
3. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang
dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan
lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang
melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi.
Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang
dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pengetahuan
yang dimiliki (Ariani,2017).
19
4. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi
kebutuhan setiap hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan
sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki
pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan
memberikan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman
belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan
secara ilmiah (Ariani,2017).
20
F. Kerangka Teori
Status Gizi
21
G. Kerangka Konsep
Pengetahuan Ibu
Perilaku Ibu
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
H. HIPOTESIS PENELITIAN
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Nototmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah balita
yang ada di Desa Ajaobaki Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 138
orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu balita dan balita di Desa
Ajaobaki. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
purporsive sampling (Notoatmojo 2012). Metode purporsive sampling
adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
23
kriteria/ciri tertentu yang dibuat oleh peneliti. Kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah :
a. Warga Desa Ajaobaki
b. Ibu yang bersedia menjadi responden
c. Balita yang berumur 0 – 60 bulan
n=
keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat ketepatan 5 % (sumber : Slovin dalam sugiyono 2017)
n=
n=
n=
D. Variabel Penelitian
24
1. Variabel bebas (Independen variable), yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel
dependen/terikat (Sugiyono, 2005). Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang gizi.
2. Variabel terikat (dependen variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono
2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi balita.
25
E. Defenisi Operasional
Tabel 5
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Kategori Cara pengukuran Skala
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh Kategori: Wawancara Nominal
ibu orang tua balita tentang gizi melalui a. Baik: Nilainya ≥ 70%
panca indera yang didapatkan pada b. Kurang: Nilainya <70%
jawaban yang dikumpulkan
menggunakan kuesioner.
2 Sikap ibu Sikap ibu berupa penilaian terhadap Kategori Wawancara Nominal
status gizi dan pertumbuhan balita, a. Baik: Nilainya ≥ 70%
pemilihan makanan, pengolahan dan b. Kurang: Nilainya <70%
cara pemberian makanan untuk balita.
3 Perilaku ibu Tindakan nyata dari ibu dalam Kategori Wawancara Nominal
memberikan makanan kepada balita, a. Baik: Nilainya ≥ 70%
mulai dari cara memilih, mengolah b. Kurang: Nilainya <70%
bahan makanan sampai dengan
pemberiannya, untuk memperbaiki
status gizi balita.
26
4 Status gizi Hasil akhir dari asupan nutrisi yang Kategori Z-score : 4 Indikator Observasi Ordinal
balita masuk kedalam tubuh dan Keterangan :
dibandingkan dengan standar baku 1. BB / U :
- BB sangat kurang : (<-3 SD)
antropometri dengan indikator BB/U,
- BB Kurang : (-3 SD sd <-2 SD )
TB/U, BB/TB dan IMT/U.
- BB Normal : (-2 SD sd +1 SD )
- Beresiko BB Lebih : ( >+1 SD )
2. TB / U :
- Sangat Pendek : (<-3 SD)
- Pendek : (-3 SD sd <-2 SD)
- Normal : (-2 SD sd +3 SD )
- Tinggi : ( >+3 SD )
3. BB / U :
- Gizi buruk : ( <-3 SD )
- Gizi Kurang : (-3 SD sd < -2 SD )
- Gizi Baik : -2 SD sd +1 SD
- Beresiko gizi lebih : ( >+1 SD sd +2 SD)
- Gizi lebih : (>+2 SD sd + 3 SD )
- Obesitas : ( >+3 SD )
4. IMT/U:keterangan sama seperti BB/TB
Sumber WHO 2020
27
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
a. Data primer yang dikumpulkan diperoleh melalui wawancara
dengan alat bantu kuesioner. Data primer yang dimaksud adalah
data pengetahuan, sikap dan perilaku ibu.
b. Data primer yang diperoleh melalui metode antropometri seperti
BB, TB.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikupulkan oleh peneliti yang didapat
dari orang lain atau data yang diperoleh secara tidak langsung
(Notoatmodjo, 2012) seperti alamat, tanggal lahir yang diambil dari
kader maupun Posyandu/Puskesmas.
G. Instrumen Penelitian
28
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang dan dapat dilihat dari
kemampuan untuk menjawab pertanyaan dengan benar yang
dikategorikan menjadi baik dan kurang dengan skala ordinal.
Pengetahuan ibu didasari pada pertanyaan yang ada pada kuesioner
dengan beberapa pilihan jawaban untuk menentukan tingkat
pengetahuan ibu terhadap proses pengasuhan balita.
b. Sikap
Sikap merupakan pendapat dari tindakan ibu dalam menerapkan
teori yang mempunyai pilihan jawaban baik dan kurang dengan
skala ordinal. Sikap ibu didasari pada pertanyaan yang ada pada
kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban untuk menentukan
tingkat sikap ibu terhadap proses pengasuhan balita.
c. Perilaku ibu
Perilaku ibu merupakan tindakan pemberian makanan pada anak
yang diamati yang dapat dikategorikan dengan baik dan kurang
dengan skala ordinal. Perilaku ibu didasari pada pertanyaan yang
ada pada kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban untuk
menentukan tingkat perilaku ibu terhadap proses pengasuhan
balita. Berikut pemberian kode :
1 = Baik
2 = Kurang
d. Status gizi
Status gizi yang digunakan yaitu dengan 4 indikator status gizi
yaitu BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U. Data yang digunakan
adalah data hasil antropometri dan dilakukan penentuan status gizi.
Dengan pengkodean sebagai berikut:
1) BB/U
- 1 = BB Normal
- 2 = BB Kurang
- 3 = BB Sangat Kurang
- 4 = BB Lebih
29
2) TB/U
- 1 = Normal
- 2 = Pendek
- 3 = Sangat Pendek
- 4 = tinggi
3) BB/TB
- 1 = Gizi Buruk
- 2 = Gizi Kurang
- 3 = Gizi Baik
- 4 = Beresiko Gizi Lebih
4) IMT/U
- 1 = Gizi Buruk
- 2 = Gizi Kurang
- 3 = Gizi Baik
- 4 = Beresiko Gizi Lebih
3. Entering
Proses pemasukan data kedalam komputer untuk selanjutnya dilakukan
analisis data dengan program SPSS (statistical Product and Service
Solition)
4. Cleaning
Peneliti menghilangkan data-data yang tidak diperlukan dan mngecek
kembali data-data yang sudah dientering, apakah ada kesalahan atau
tidak .
5. Penyajian data
Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. (Miles dan Huberman, 19992 :17).
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisaikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah dipahami.
Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk uraian naratif,
dan tabel. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah
peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti
30
berusaha menyusun data yang relevan segingga informasi yang
didapatkan disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab
masalah penelitian. Dalam melakukan penyajian data tidak semata-
mata mendeskripsikan dalam bentuk naratif atau tabel, akan tetapi
disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses pengambilan
kesimpulan.
6. Analisis data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap
variabel penelitian. Dimana variabel independen (variabel bebas )
yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dan variabel dependen
(variabel terikat) yaitu status gizi balita.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Pengolahan dilakukan dengan
Uji Chi Square, untuk melihat ada tidaknya hubungan pengetahuan
sikap dan perilaku ibu dengan status gizi balita. Tetapi di uji Chi
Square ini kurang valid karena ada nilai ekspetasi count yang
kurang dari 5 di semua uji Chi Square sehingga peneliti
menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Untuk melihat hubungan
variabel tersebut secara statistik, digunakan derajat kepercayaan
95% (ɑ = 0,05).
Dalam penelitian ini untuk memudahkan dalam menguji data
peneliti menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Dasar
pengambilaan keputusan hipotesis berdasarkan pengambilan
hipotesis berdasarkan tingkat signifikan nilai ɑ sebesar 95%.
a. Jika nilai probilitas > ɑ (0,05) maka hipotesis penelitian (Ho)
diterima dan (Ha) ditolak.
b. Jika nilai probilitas < ɑ (0,05) maka hipotesis penelitian (Ho)
diterima dan (Ha) ditolak.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
32
2. Karakteristik Hasil Penelitian
Perempuan 42 40.8
33
c. Distribusi Pekerjaan Ibu Balita
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar
ibu balita bekerja sebagai IRT dengan jumlah 90 orang dengan
presentase sebesar (87.4 %).
Tabel 8. Distribusi pekerjaan ibu balita
Pekerjaan ibu Jumlah Percent (%)
PNS 3 2.9
IRT 90 87.4
Swasta 3 2.9
Petani 6 5.8
Horoner 1 1
Total 103 100.0
Sumber: Data primer terolah, 2022
34
e. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu
Berdasarkan tabel 10 maka dapat diketahui jumlah
pengetahuan ibu balita yang baik lebih banyak yakni 56 balita
(54.4%), dibandingkan dengan pengetahuan ibu balita yang kurang
yakni 47 balita (45.6%).
Tabel 10. Distribusi pengetahuan ibu
Kategori Jumlah Percent (%)
Baik 56 54.4
Kurang 47 45.6
sTotal 103 100.0
S
umber: Data primer terolah, 2022
35
h. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi
1) Status Gizi BB/U
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa distribusi
status gizi balita menurut indikator BB/U balita BB normal
sebanyak 68 balita (66.0%), balita BB kurang sebanyak 29
balita (28.2%), dan balita BB lebih sebanyak 6 balita (5.8%)
Tabel 13. Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan BB/U
Status Gizi Keterangan Jumlah Percent (%)
BB normal 68 66.0
BB /U BB kurang 29 28.2
BB lebih 6 5.8
Total 103 100.0
Sumber: Data primer terolah, 2022
Normal 54 52.4
TB/U Pendek 40 38.8
Tinggi 9 8.7
Total 103 100.0
Sumber: Data primer terolah, 2022
36
3) Status Gizi BB/PB atau BB/TB
Berdasarkan tabel 15 maka dapat diketahui bahwa
distribusi status gizi balita menurut indikator BB/PB atau
BB/TB balita gizi buruk sebanyak 1 balita (1.0%), balita gizi
kurang sebanyak 10 balita (9.7%) dan balita gizi baik
sebanyak 92 balita (89.3%).
Tabel 15. Distribusi frekuensi status gizi berdasarkan BB/TB
Status Gizi Keterangan Jumlah Percent (%)
37
3. Analisis Hasil Penelitian
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Berdasarkan tabel 17 dapat disimpilkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0.893 (p > 0,05), yang artinya tidak ada hubungan Pengetahuan
dengan status gizi balita (BB/U).
Tabel 17. Analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi balita
Status Gizi Balita
Pengetahuan
BB Sangat Total P value
Ibu BB Normal BB Kurang
Kurang
n % n % n % n %
Baik 36 64.3 16 28.6 4 7.1 56 100 0.893
Kurang 32 68.1 13 27.7 2 4.3 47 100
Total 68 66.0 29 28.2 6 5.8 103 100
Sumber: Data primer terolah, 2022
38
c. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita
(BB/PB/TB)
Berdasarkan tabel 19 dapat disimpulkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0.1000 (p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan pengetahuan
dengan status gizi balita (BB/PB atau BB/TB).
Tabel 19. Analisis hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi
39
e. Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Berdasarkan tabel 21 dapat disimpulkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0.223 (p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan sikap dengan
status gizi balita (BB/U).
Tabel 21. Analisis hubungan sikap ibu dengan status gizi (BB/U)
Status Gizi Balita
Sikap
BB Sangat Total p value
Ibu BB Normal BB Kurang
Kurang
n % n % n % n %
Baik 48 61.5 25 32.1 5 6.4 78 100 0.223
Kurang 20 80.0 4 16.0 1 4.0 25 100
Total 68 66.0 29 28.2 6 5.8 103 100
Sumber: Data primer terolah, 2022
40
g. Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita (BB/PB atau TB)
Berdasarkan tabel 23 dapat disimpulkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0,515 (p > 0,05), yang artinya tidak ada hubungan sikap dengan
status gizi balita (BB/PB atau BB/TB)
Tabel 23. Analisis hubungan sikap dengan status gizi (BB / TB)
Sikap Status Gizi Balita
Total p value
Ibu Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik
n % n % n % n %
Baik 1 1.3 6 7.7 71 91.0 78 100 0.515
Kurang 0 0 4 16.0 21 84.0 25 100
Total 1 1.0 10 9.7 92 89.3 103 100
Sumber: Data primer terolah, 2022
41
i. Hubungan Perilaku dengan Status Gizi Balita (BB/U
Berdasarkan tabel 25 dapat disimpulkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0.252 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan perilaku dengan
status gizi balita (BB/U).
Tabel 25. Analisis hubungan perilaku dengan status gizi (BB/U)
Status Gizi Balita ( BB/U )
Perilaku
BB Sangat Total p value
Ibu BB Normal BB Kurang
Kurang
n % n % n % n %
Baik 51 70.8 18 25.0 3 4.2 72 100 0.252
Kurang 17 54.9 11 35.5 3 9.7 31 100
Total 68 66.0 29 28.2 6 25.8 103 100
Sumber: Data primer terolah, 2022
42
k. Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita (BB/PB atau TB)
Berdasarkan tabel 27 dapat disimpulkan bahwa hasil uji
statistik dengan uji Fisher’s exact test didapat p value sebesar
0.204 (p > 0,05), yang artinya tidak ada hubungan perilaku
dengan status gizi balita (BB/PB atau BB/TB).
Tabel 27. Hubungan perilaku ibu dengan status gizi (BB/TB)
Perilaku Status Gizi Balita ( BB/TB )
Total p value
Ibu Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik
n % n % n % N %
Baik 0 0 6 8.3 66 91.7 72 100 0.204
Kurang 1 3.2 4 12.9 26 83.9 31 100
Total 1 1.0 10 9.7 92 89.3 103 100
Sumber: Data primer terolah, 2022
43
B. PEMBAHASAN
a. Hubungan pengetahuan dengan status gizi balita
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi balita dengan 4
indikator status gizi.
Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan bukan merupakan faktor
langsung yang mempengaruhi status gizi balita, karena masih ada
faktor langsung yang mempengaruhi status gizi seperti asupan
makanan, pemberian ASI Eksklusif dan penyakit infeksi. Namun
pengetahuan gizi ibu memiliki peran yang penting dalam menentukan
asupan makanan karena tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan
berdampak pada asupan gizi anaknnya.
Pengetahuan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mendukung seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka akan makin mudah bagi orang itu untuk menerima dan
memahami informasi. Pengetahuan atau informasi yang cukup tentang
gizi akan sangat berperan pada cara pengolahan bahan makan yang
benar sehingga gizi yang terkandung dalam makanan dapat terserap
secara maksimal. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu merupakan
masalah pokok yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan.
Ketidaktahuan ialah salah satu alasan pemberian makanan tambahan
yang monoton dan kurang bermutu gizinya. Pengetahuan ibu tentang
memasak, kesulitan yang sering dihadapi para ibu dalam memberikan
makanan pada anak-anaknya, keragaman bahan dan jenis makanan
mempengaruhi kejiwaan. Pengetahuan ibu tentang pemilihan bahan
makanan yang bernilai gizi baik, karena warnanya yang putih mirip
susu masih banyak ibu-ibu yang memberikan air tajin kepada anak
atau balitanya (Notoatmodjo, 2007:20).
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ajaobaki bahwa tingkat
pengetahuan responden tentang gizi pada balita sebagian besar baik
karena adanya komunikasi dan kerjasama yang cukup baik antara
44
pusat pelayanan kesehatan, bidan desa, kader posyandu dan ibu.
Sehingga tingkat pengetahuan ibu bertambah dan jumlah balita yang
bermasalah gizi semakin berkurang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ekawaty dkk (2015) yang menyatakan tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Hal ini disebabkan karena
kecukupan pangan ditingkat rumah tangga belum tentu menjamin
perbaikan status gizi setiap individu anggotanya apabila tidak disertai
dengan pengetahuan dan kemampuan mengolah makanan dan cara
pemberian makanan pada anak meskipun bahan makanan sudah
tersedia.
Penetian ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010) yang
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat digunakann sebagai
motivasi dalam bersikap dan bertindak sesuatu bagi orang tersebut.
Serangkaian pengetahuan selama proses interaksi dengan
lingkungannya menghasilkan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat
bagi dirinya maupun orang lain.
b. Hubungan sikap dengan status gizi balita
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara Sikap ibu dengan status gizi balita. Hal tersebut
dikarenakan sikap ibu bukan merupakan faktor langsung yang
mempengaruhi status gizi. Sikap merupakan kesiapan atau kesedian
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap ibu tentang gizi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi di tingkat keluarga. Sikap tentang
kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan gizi sebagai upaya untuk memelihara
kesehatan. Sikap yang positif terhadap nilai-nilai kesehatan terutama
pada nilai-nilai gizi akan tercermin dalam tindakan sesorang ibu
kepada balitanya. Sikap ibu ini terlihat dalam penyediaan makanan
45
yang bergizi. Tindakan ibu ini dengan serta ragam makanan, karena
kadang suatu sikap tidak selalu didukung dengan tindakan oleh
seorang ibu (Notoatmodjo, 2007 : 32).
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ajaobaki, sikap belum tentu
terwujud dalam bentuk perilaku, sebab untuk terwujudnya perilaku
perlu faktor lain yaitu antara lain fasilitas atau sarana dan prasarana.
Bila pendapatan tersebut dikaitkan dengan status gizi balita maka
pendapatan yang kurang cukup merupakan fasilitas atau sarana penting
untuk membeli makanan bergizi sebagai salah satu indikator perilaku
status gizi balita terutama karena masih rendahnya ibu balita yang
memberi makan yang beragam kepada balitanya menurut
(Notoatmodjo, 2007:45) sikap mempunyai tingkatan berdasarkan
intensitasnya, bila dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo tersebut,
sikap ibu di Desa Ajaobaki baru mencapai tingkatan menghargai
(valuing) yaitu memberikan nilai yang posetif terhadap status gizi
balita, tetapi belum sampai pada tingkatan sikap tertinggi. Tingkatan
sikap tertinggi yaitu bertanggungjawab terhadap apa yang telah
diyakininya dan berani mengambil resiko apapun dari sikap yang
diyakinya tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuli dkk (2015), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap dengan status gizi balita. Hal ini disebabkan oleh pendapatan
yang rendah sehingga kurangnya ketersediaan pangan, selain itu diare
yang dialami oleh balita sehingga sangat mempengaruhi status gizi.
selain itu pengalaman ibu balita dan faktor ekonomi yang masih
kurang berpengaruh terhadap penyediaan makanan yang bersumber zat
gizi energi.
Penetian ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010) yang
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat digunakann sebagai
motivasi dalam bersikap dan bertindak sesuatu bagi orang tersebut.
Serangkaian pengetahuan selama proses interaksi dengan
46
lingkungannya menghasilkan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat
bagi dirinya maupun orang lain.
c. Hubungan perilaku ibu dengan status gizi ibu
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
Perilaku ibu dengan status gizi balita berdasarkan indikatorr BB/U,
TB/U dan BB/TB, sedangkan p value dari Indikator IMT/U
menyatakan bahwa ada hubungan antara Perilaku dengan status gizi
balita.
Perilaku gizi adalah tindakan nyata dari seseorang dan dipengaruhi
faktor eksternal maupun internal, yang berpedoman pada pedoman gizi
seimbang sehingga mendapatkan status gizi yang baik. Perilaku
berkaitan dengan masalah kekurangan gizi pada anak balita dapat
diketahui dari adanya kebiasaan yang salah dari ibu terhadap gizi anak
balitanya. Kurang gizi pada balita dapat juga sebabkan perilaku ibu
dalam pemilihan makanan yang tidak benar. Pemilihan bahan
makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan sikap ibu tentang makanan dan gizinya. Perilaku yang kurang
dalam pemberian makanan kepada anaknya, akan menyebabkan status
gizi kurang pada anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anindia dkk (2015) yang menyatakan terdapat hubungan antara
Perilaku ibu dengan status gizi balita dikarenakan ibu yang memilki
perilaku baik kemungkinan lebih besar untuk mempunyai balita
dengan status gizi baik bila dibandingkan dengan ibu berperilaku
kurang.
Perilaku yang positif biasanya terhadap nilai-nilai kesehatan
terwujud berdasarkan pengetahuan serta sikap ibu. Namun tidak
disetiap keadaan menjumpai perilaku yang sesuai dengan pengetahuan
yang diketahui. Suatu sikap tidak selalu terwujud dalam perilaku
(Notoatmodjo, 2007:64). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku
ibu dalam pemberian makanan yang bergizi memiliki hubungan yang
47
positif dengan status gizi balita yang artinya semakin baik perilaku ibu
dalam pemberian makanan maka semakin rendah masalah gizi yang
terjadi.
48
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan indikator BB/U, TB/U, BB/TB
dan IMT/U.
2. Berdasarkan hasil analisis tidak hubungan antara sikap ibu dengan
status gizi balita berdasarkan indikator BB/U, TB/U, BB/PB atau
BB/TB dan IMT/U
3. Berdasarkan hasil analisis tidak hubungan antara perilaku ibu dengan
status gizi balita berdasarkan indikator status gizi BB/U, TB/U dan
BB/PB atau BB/TB sedangkan hasil analisis ada hubungan antara
perilaku dengan status gizi balita berdasarkan indikator IMT/U
B. SARAN
1. Bagi Petugas Kesehatan di Desa Ajaobaki
Perlu meningkatan promosi, penyuluhan dan konseling kesehatan yang
lebih mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku kepada masyarakat
khususnya bagi ibu-ibu balita mengenai manfaat dan pentingnya status
gizi bagi balita.
2. Bagi Pemerintah Desa Ajaobaki
Perlu adanya edukasi terkait gizi kepada ibu yang memiliki balita yang
bermasalah gizi agar dapat mengetahui tentang pentingnya gizi untuk
tumbuh kembang balita, pengetahuan ibu bertambah dan dapat
diterapkan dalam sikap dan perilaku dalam mengasuh anak agar
tercapainya pertumbuhan balita yang optimal.
3. Bagi ibu balita
Diharapkan agar ibu selalu memantau perkembangan balita serta
memperhatikan dan memberikan asupan makanan yang baik untuk
balita.
4. Bagi peneliti lain
Perlu melakukan penelitian dengan variabel lain misalnya asupan
makanan dengan status gizi balita.
49
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2010 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andriyanti, D. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam
pemberian makanan dengan status gizi balita di Lingkungan VII Bagan Deli
Belawan.
Anindia M., Zuraida R., dan Aditya M., 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap
dan Perilaku terhadap Status Gizi Balita pada Komunitas Nelayan di Kota
Karang Raya Teluk Betung Timur Bandar Lampung.
Arikunto 2013. Prosedur penelitian : Jakarta . Rineka Cipta
Ariani. 2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Azwar dan Savitri. 1998. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhani PM., Oenzil F., dan Revilla G. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di
Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang
Depertemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI.
Dhirah, U., Rosdiana, E., Anwar, C., dan Marniati, M. (2020). Hubungan
Perilaku Ibu tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Status gizi
baduta di Gompong Mibo Kecamatan Banda Raya Banda Aceh.
Ekawaty M., Kawengian SE., dan Nova H. 2015 Hubungan antara Pengetahuan
Ibu tentang Gizi dengan Status gizi anak umur 1-3 tahun di Desa Mopusi
Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Induk Sulawesi Utara
Fikawati, S., Syafiq, A., dan Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja.
Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Frost., dan Michelle B. 2010 Maternal Education and Child Nutrional Status in
Bollivia. Social Seience & Medicine.
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provensi dan
Kabupaten/Kota tahun 2021.
Harjatmo TP., Par’I HM., dan Wiyono S. 2017. Buku Ajar Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Kemenkes Kesehatan Republik Indonesia.
50
Hunlock. 1998. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Indrayani, I., Rusmiadi, L.,C., dan Kartikasari, A (2020). Hubungan antara
Pengetahuan dan Sikap ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah UPTD
Puskesmas Cihadu Kecamatan Cihadu Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu
kesehatan Bhakti Husada.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil kesehatan Indonesia
Kemenkes RI 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020 : Standar Antropometri Anak. Jakarta : Direktorat bina Gizi
Notoatmodjo 2018. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Pt Rineka Cipta
2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pt Rineka Cipta
2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Pt Rineka Cipta
Nursalam Dalam Wawan 2010. Teori dan Pengukuran, Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: nuha Medika.
Supariasa IDN. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Slovin dalam Sugiyono 2019. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Soediotama 2008. Ilmu Gizi UnOtuk Mahasiswa dan Profesi:Dian Rakyat, 17-
20.Jakarta
Tanuwidjaya 2012. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Jakarta: EGC
Wulandari T., Arizona MT., Tambun R., dan Wahab A. 2019. Hubungan
Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.
UNICEF. 1998. The State Of The World Children. New York (UK): Oxford
University Press.
UNICEF, WHO. 2017. The World Bank. Levels and trend in Child Malnutrition:
keyfindings of the 2018 Edition of the join Child Malnutrition Estimates.
Geneva: World Helath Organizatio.
Yuli,L & Sofiyatin Reni. 2015. 'Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Ibu terhadap Konsumsi Zat Gizi (Energi,Protein) pada Balita Gizi
Kurang di Desa Labuhan Lombok. Journal of Chemical Information and
Modeling, vol. 53, no. 9, hal. 1689–1699.
51
LAMPIRAN
52