Oleh :
PEBRIANTO.E PURBA
NIM : 1802013
Diajukan Oleh :
PEBRIANTO.E PURBA
NIM : 1802013
Ka. Prodi
D-III Keperawatan STIKES Kesehatan Baru
A. Identitas
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan : Petani
B. Riwayat Pendidikan
ABSTRAK
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat meyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Masyarakat
Tentang Obesitas Terhadap Resiko Diabetes Mellitus Di Desa Lumban
Tonga-Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
Karya Tulis Ilmiah ini juga tidak akan terselesaikan tanpa bantuan,
bimbingan dan arahan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada
Bapak / Ibu :
1. Dr. Drs. Pantas H. Silaban, MBA, selaku Ketua Yayasan Baru
Doloksanggul yang telah menyediakan sarana dan prasarana di STIKes
Kesehatan Baru Doloksanggul.
2. Adelima CR Simamora, SST, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku koordinator
pendidikan STIKes Kesehatan Baru Doloksanggul.
3. Nova Sontry N Siregar, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Kesehatan
Baru Doloksanggul, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
4. Winta M Barubara, S.Kep, Ns, MKM, selaku Ka, Prodi D-III keperawatan
STIKes Kesehatan Baru, sekaligus desen penguji I yang memberikan dan
pengarahan kepada penulis untuk perbaikan Karya Tulis Ilmia ini.
5. Gloria N Tambunan S.Kep, Ns, MKM. Selaku dosen penguji II yang
memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis untuk perbaikan
karya kulis ilmia ini.
6. Dosen dan staff STIkes Kesehatan Baru yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Orang tua penulis, Ayahanda B. Batubara dan Ibunda tercinta S. Purba
yang sangat penulis sayangi, dan juga buat abang penulis, semua
keluarga yang telah mendukung, memotivasi dan yang telah memberikan
bantuan dana, materi, kasih sayang kepada penulis dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Buat teman satu bimbingan saya Novita Lumban Tobing dan Risma Devi
manalu dan semua teman satu angkata Ka. Prodi D-III keperawatan
STIKes kesehatan baru
9. Terkhusus buat teman penulis Yemima Silitonga yang telah memberikan
dukungan dan motivasi selama penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis limiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari teknik penulisan
maupun bahasa. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik, saran dan masukan lain dari semua pihak demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis, mudah-mudahan Karya Tulis Ilimiah ini dapat
bermanfaat bagi peningkatan dan perkembangan profesi Keperawatan.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Pebrianto.e purba
NIM : 1802013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR SKEMA........................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum.....………………………………………………… 2
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 3
1.4.1 Bagi Responden..................................................................... 3
1.4.2 Bagi Institusi........................................................................... 3
1.4.3 Bagi Masyarakat..................................................................... 3
1.4.4 Bagi Intansi Kesehatan.......................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 10 :Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terjadi terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia. Yakni indra pengelihatan, pendegaran,
penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan, manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan (knowledge) adalah kebiasaan, keahlian, pemahaman atau
pengertian yang di peroleh dari pengalaman, pelatihan atau melalui proses
belajar (Pratomo, 2007).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know).
Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat
kembali (recall) suatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang di atau
rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetauan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahawa orang tahu tentang apa orang pelajari atara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension).
Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat mengiterpertasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang di pelajar. Misalnya
dapat menjelaskan tentang obesitas resiko terhadap DM.
c. Aplikasi (Application).
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam dalam perhitungan-
perhitungan dalam penyusunan penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan kesehatan dari kasus yang di berikan.
d. Analisis (Analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisme, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dapat menggambarkan (membuat bagan). Membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
a. Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi yang ada. Misalnya dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
b. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi ini berarti dengan kenapuan untuk melakukan jastifikasi atau
penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
2.1.3 Cara Memeroleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. Cara tradisional atau cara non-ilmiah.
Cara kuno atau tradisional ini dapat di pakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum di temukannya metode ilmiah atau
penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau
kata lain “trial and error” cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka di coba kembali
dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan, itulah sebabnya maka cara tersebut
metode trial (coba, and error (gagal atau salah)) atau metode coba
salah/ coba-coba.
2. Cara kekuasaan atau oteriotas.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional
saja, melainkan terjadi pada masyarakat modren, sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat
baik formal maupun informal, ahli agama, pemerintahan dan
sebagainya. Dengan kita lain pengetahuan di peroleh berdasarkan
otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi pada masa lalu, semua pengalaman pribadi tersebut dapat
merupakan sumber kebenaran pengalaman. Namun perlu
diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat
menarik kesimpulan dari pengalaman diperlukan dengan berpikir kritis
dan logis.
b. Cara modren atau cara ilmiah.
Cara baru atau modren dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini
lebih sistematik, logis dan ilmiah, cara ini disebut metode penelitian ilmiah
atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Notoadmojo, 2005).
2.1.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Agus (2014), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola
pikir seseorang sehingga pengetahuan yang di perolehnya semakin
membaik. Pada usia muda, individu akan mulai berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan bersosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan untuk menyesuaikan diri menuju tua. Pada usia ini kemampuan
intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal hampir tidak ada
penurunan.
b. Intelegensi
Intelengensi di artikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berpikir abstak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
pembelajaran. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal
untuk berpikir dan mengolah berbagai infomasi yang telah tertera
sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa perbedaan intelegensia dari seseorang akan di
pengaruhi pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah sebagai segala sesuatu yang ada disekitar individu,
lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan di respon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
d. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasan dan tradisi yang dilakukan tanpa melalui penalaran baik atau
buruk, akan menambah pengetahuan walapun tidak melakukan, status
ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang di
perlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial, ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non
formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan/pendidikan.
f. Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi yang di
peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impect) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan macam-macam media
massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kongnitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
g. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah atau cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecah masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman dalam bekerja yang di kembangkan akan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
menifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
2.2.2 Etiologi
Penegakan diagnosa DM dapat di lakukan dengan uji diagnostik dan
skrining. Uji diagnostik DM dapat di lakukan pada kelompok mereka yang
menunjukkan geja atau tanda DM, sedangkan skrining bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejal, yang mempunyai resiko DM.
skrining di kerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko DM tipe 2 sebagai
berikut :
a. Riwayat keturunan dengan DM, misalnya pada diabetes tipe 1 di turunkan
sebagai sifat heterogen,multegenik, kembar identik, mempunyai seriko
25%-50%, sementara saudara kandung berisiko 6% dan anak berisiko
5% (Black, 2009 dalam tarwoto, 2012),
b. Lingkugan seperti virus (cytomegalovirus, mumps,rubella). Yang dapat
memicu terjadinya auto imun yang menghacurka sel-sel beta di
pangkreas, obot-obatan, zat kimia seperti aloxxa ,streptozotocin,
pentamidine.
c. Usia diatas 40 tahun.
d. Obesitas
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih dari kilokalori yang
masuk melalui makana daripad yang di gunakan untuk menunjang
kebutuhan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak
(Sherwood, 2012). Menurut fauci, et al, (2009), obesitas dapat di
sebabkan oloeh peningkatan masukan energi, penurunan energi, atau
kombinasi keduaya. Obesitas disebabkan oleh banyak faktor, anatara
lain genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan
dan aktivitas fisik (Sherwood, 2009).
1. Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga di duga memiliki penyebab
genetik. Selain faktor genetik pada keluarga, gaya hidup dan kebiasa
mengkomsumsi makana tertentu dapat mendorong terjadinya
obesitas. Penelitian menunjukkan bahwa rerata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap badan seseorang
(Farida, 2009).
2. Faktor lingkungan
Lingkugan termasuk perilaku atau gaya hidup juga memengang peranaan yang
cukup berarti terhadap kejadian obesitas (Farida, 2009).
3. Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap reaksiterhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi
diri yang negatif (Farida, 2009). Ada dua pola makan dalam jumlah
sangat banyak dan makanan di malam hari (Shils, 2006).
4. Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelanian kongenital dan kelainan neuroendokrin yang dapat
menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down syndrome, cushing
, syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic syndrome
(Shils, 2006)
5. Faktor obat-obatan
Obat-obat merupakan sumber penyebab signifitas dari terjadinya overweight
overweight dan obesitas. Obat-obatan tersebutdiantaranya adalah
golongan seteroid, antibiatek, antihistamin, antihertensin, protease
inhibitor (Shils, 2006). Pengunaan obat antidiabetes (insulin,
sulfonylurea, thizolidinepines), glukokortikoid agen psikotropik, mood
stabilizers (lithium), antidepresan (tricylics monoamine oxidase
inibitors, paroxetine, mitrazapene) dapat menimbulkan penambahan
berat badan. Selain itu, insulin secreting tumors juga dapat
menimbulkan keiginan makan berlebihan sehingga menimbulkan
obesitas (Farida, 2009).
6. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang terjadi
pada penderita pada masa anak-anak dapat memiliki sel lemak
sampai lima kalli lebih banyak di bandingkan orang yang berat
badanya normal (Farida, 2009).
7. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama
dari meningkatnya angka kejadia obesitas pada masyarakat. Orang
yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang
cenderung mengonsumsi makan kaya leak dan tidak memerlukan
aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obbesitas (farida,
2009). Tidak mempunyai aktifitas fisik / kurang olah raga : Faktor
resiko penyabab DM tipe 2 adalah riwayat keluarga dengan DM,
Obesitas,kurang aktifitas, sindrom metabolik (Le Mone dan Black
2011).
9. Faktor lingkungan
Lingkugan termasuk perilaku atau gaya hidup juga memengang peranaan yang
cukup berarti terhadap kejadian obesitas (Farida, 2009).
10. Faktor psikis
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap reaksiterhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif (Farida, 2009). Ada dua pola makan dalam jumlah sangat banyak dan
makanan di malam hari (Shils, 2006).
11. Faktor kesehatan
Terdapat beberapa kelanian kongenital dan kelainan neuroendokrin yang dapat
menyebabkan obesitas, diantaranya adalah Down syndrome, cushing ,
syndrome, kelainan hipotalamus, hipotiroid, dan polycystic syndrome (Shils,
2006)
12. Faktor obat-obatan
Obat-obat merupakan sumber penyebab signifitas dari terjadinya overweight
overweight dan obesitas. Obat-obatan tersebutdiantaranya adalah golongan
seteroid, antibiatek, antihistamin, antihertensin, protease inhibitor (Shils, 2006).
Pengunaan obat antidiabetes (insulin, sulfonylurea, thizolidinepines),
glukokortikoid agen psikotropik, mood stabilizers (lithium), antidepresan (tricylics
monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mitrazapene) dapat menimbulkan
penambahan berat badan. Selain itu, insulin secreting tumors juga dapat
menimbulkan keiginan makan berlebihan sehingga menimbulkan obesitas
(Farida, 2009).
13. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran, jumlah sel-sel lemak, atau keduanya, terutama yang terjadi
pada penderita pada masa anak-anak dapat memiliki sel lemak sampai lima kalli
lebih banyak di bandingkan orang yang berat badanya normal (Farida, 2009).
14. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama
dari meningkatnya angka kejadia obesitas pada masyarakat. Orang yang tidak
aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi
makan kaya leak dan tidak memerlukan aktivitas fisik yang seimbang akan
mengalami obbesitas (farida, 2009). Tidak mempunyai aktifitas fisik / kurang olah
raga : Faktor resiko penyabab DM tipe 2 adalah riwayat keluarga dengan DM,
Obesitas,kurang aktifitas, sindrom metabolik (Le Mone dan Black 2011).
2.2.4 Patofiologis
Patofiologis DM dapat di awali dari penurunan jumlah insulin yang
menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sam sekali, sehingga ergi di
dalm sel untuk metabolisme seluler berkurang, kondisi tersebut respon tubuh
dengan meningkatnya kadar glukosa darah, respon tersebut antara lain sensasi
lapa, mekanisme lipolisis dan glukeneogenesis jika respon tersebut terjadi
berkepanjagan maka tubuh mengalami penurunan protein jarigan dan
menghasilkan benda keton. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan
ketoasidasis (Daniels, 2012).
Hipergelkemin menyebabkan gangguan pada aktivitas leukosit dan
menimbulkan respo n inflamatorik sehingga mengakibatkan viskosita darah
meningkat dan membentuk trobus terutama pada mikroviskular, hal ini
mengakibatkan terjadinya kesusakan pdan pembulu darah mikro sebagai gejala
gangguan sirkulasi di jaringan perifer (Jokela, 2009). Kerusakan mikrovaskular
juga di akibatkan karena sitimulasi hepar untuk mengkonversi glukosa darah
yang tinggi menjadi trigliserida dalam darah. Tingginya trigliderida akan
meningkatkan resiko arteriosklerosis (Talayero, 2011).
Gangguan pembuluh darah mengakibatkat aliran darah keretine menurun
sehingga terjadi penurunan suplai nutrisi dan oksigen yang menyebabkan
pandagan menjadai kabur. Akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adlah
perubahan dari struktur dan gfungsi ginjal yang menyebabkan terjadinya serta
sistem saraf pusat (Prince et al , 2012).
a.
Gejala penyakit dari satu penderita ke penderita lain sagat bervarias, bahkan
tidak memunculka gejala sekalipun sampai tertentu, gejala pemula yang muncul
yaitu banyak makan (polyphagia), banyak minum (polidepsi) (PERKENI, 2015).
Rasa lelah, pusing, kerigat dingin, sulit berkontrasi disebkan oleh menurunya
kadar gula darah.
b. Gejala kronik DM
Pasien DM akan mengalami kesemutan, kulit terasa panas atau seperti di tusuk-
tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengatuk, mata kabur,gatal di
sekitas kemaluan wanita kemampuan seksual mangalami penurunan atau bayi
lahir berat badan 4 kg (Soegondo, 2009). Gejala lain yang timbul seperti
kelelahan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual pria
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandugan (Noor, 2015).
2.2.5 Pathway
Penyakit Obesitas,
Obesitas,
Penyakit gaya
autoimun gaya
autoimu
(getik) hidup,usia,
hidup,usia
riwayat
n (getik)
,riwayat
keluarga
DM
keluarga
keluarga
DM
Infusiensi
Infusien
insulin
si insulin Resistensi
Resistensi
insulin
Penggunaan glukosa oto dan hati
insuli
DM tipe I Penggunaan glukosa oto dan hati
DM tipe II
DM tipe I
Glukosa Produksi glukosa hati
intarasel
Glukosa
intarasel Prankreas
Prankreas berhenti memproduksi
berhenti insulin
memproduksi
Pembentukan
glukoneugenisis insuli
ATP terganggu
Pembentuka
n ATP Komplikasi
hiperglikemia
hiperglikem
lemah
terganggu Peningkatan mikrovaskuler
mikrovaskuler
metabolisme ia
metabolisme
lemah
glukosuria
Intole
ransi Cadagan lemak Keseimbang neor
aktivit dan protein an kalori retinopa opati
Intol
as ti
Cadagan lemak Diuresis
erans Keseimba nefro
dan protein osmotik pati
i menurun BB ngan
polifagi
kalori
aktivi
tas
Ketidak polidipsi poliuria
Ketidak Paratesia
seimbangan
seimbangan nutrisi lebih
sesibilitas
nyeri, suhu
nutrisi kurang dari menurun
dehidras
dari kebutuhan kebutuhan i
Resiko kekurangan
volume cairan
Ganggua
tidur infeksi
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi DM dapat terjadi beberapa faktor yaitu faktor genetik,
lingkungan, gaya hidup, faktor yang dapat mengakibatkan terlambatnya
pengelolaan DM seperti tidak terdiagnosannya DM walaupun sudah terdiagnosa
tetapi tidak menjalani pengobatan yang teratur (Kusuma, 2013). Penderita DM
kemamppuan tubuh dalam bereaksi terhadap insulin mangalami penurunan atau
pakreas menghentikan produksi insulin, kondisi ini dapat dapa tmenimbulkan,
hiperglikemia yang mengakibatkan komplikasi akut meliputi syndrom
hiperglikemia hiperos moler nonketotik (HHNK), diabetes ketoidosis dan jangka
panjang dapat mengakibatkan komplikasi makrovaskuler yang mencakup infrak
miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Hasdiana, 2012).
Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh serta dapat mengakibatkan arterioklerosis,
perubaha jaringan feriper sehingga akan mudah mengalami luka kaki diabetik.
Komplikasi yang sering terjadi adalah luka kaki diabetik (ilkus kaki diabetic)
(Tiara, 2012).
a. Komplikasi akut Diabetes Melitus
Komplikasi akut terdiridari hipoglikemik, diabetes ketoidosis diabetikum,
sindrom hiperglikemia hyperosmolar non tekoik. Hipoglikemik terjadi
akibat pemberian insulin oralyang berlebihan, komsumsi makana yang
sedikit dan aktivitas olah raga yang berat. Hipoglikemia adalah kadar
glukosa darah abnormal dibawa 50-60 mg/dL (pakaryaningsih, 2012).
Diabetes ketoidosis disebabkan kaerna tidak adanya insuulin atau tidak
cukupnya insulin yang nyata. Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan
metabolisme karbonhindrat, protein dan lemak (pakaryaningsih , 2012).
Syndrom hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK) yakni kondisi
dimana klien mengalami hiperomolaris dan hiperglikemia disertai
perubahan tingkat kesadaran, gambaran klinis dari komdisi ini adalah
biasan terdiri atas hipotensi dehindrasi berat, tatikardi dan tanda-tanda
defisit neurologis (Black, 2009).
b. Komplikasi Kronis Diabetes Melitus
Komplikasi DM jangka panjang dapat menyerang semua sistem dalam
tubuh manusia. Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler
dan komplikasi mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler adalah kondisi
arteriklerosis yang terjadi pada pembulu darah besar yang dapat
menimbulkann penyakit coronary artery diseasi, penyakit
cerebrovaskular, hipertesi penyakit veskuler prifer dan infeksi, sedangkan
komplikasi mikrovaskuler kondisi yang terjadi akibat penebalan membran
basalis pembuluh darah (Black, 2009).
2.2.7 Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus
c. Perencanaan Diet
Kunci keberhasilan penatalaksaaan DM tipe II adalah keterlibatan secara
menyeluruh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi, pasien
dan keluarganya untuk mencapai sasaran terapi nutrisi medis.
Penyandang DM perlu di berikan penekanan terkait dengan pentingnya
jadwal makan yang teratur, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
bagi mereka yang mengkomsumsi obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin (PERKENI, 2016).
d. Kebutuhaan kalori
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan jumlah
kalori yang di bentuk oleh penderita DM yaitu dengan cara
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang sebesar 25-30 kal/kgBB
ideal. Jumlah kebutuhan tersebut dikurangi atau di tambahkan tergantung
oleh beberapa faktor-faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dan lain-lain (PERKENI, 2016).
e. Semua jenis karbonhidrat seperti nasi, bubur, roti,mie, kentang, singkong,
ubi, sagu,gandum,pasta, jagung, talas, havermout, seral,dan kentang di
namun di batasi sesuai kebutuhan. Enam langka makan sehat bagi
penderita diabetes mellitus diantaranya :
1. Makan tiga kali sehari san jagan lewatkan waktu makan
2. Lengkapi setiap porsi makan dan makan berkarbohidrat yang lebih
kompleks meliputi roti gandum, oat, dan kentang.
3. Makan lebih banyak buah dan syuran. Makan 3-5 porsi syur sehari
secara berlahan namun teratur
4. Kurangi gula dan makanan manis diet bebas gula tidak perlu di
patuhi dengan ketat, gula dapat dipakai sebagai salah satu bahan
di dalam makanan. Konsumsi maksimum gula sebesar 5% dari
total kebutuhan energi sehari.
5. Kurangi garam dengan membatasi jumlah asupan makanan
olahan serta garam tambahan
2.2.8 Komplikasi
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple
shaped, sangat erat hubungan dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik
merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi resistensi
insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostatis glukosa,
abnormalitas lipid dan hemostatis, disfungsi endotel dan hipertensi yang
kesemuanya, secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan faktor resiko
terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi dasar bagaimana komponen-
komponen sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas
apple shaped dan bagaimana komponen-komponen ini dapat menyebabkan
terjadinya gangguan vaskular, sehingga saat ini masih dalam penelitian
(Soegondo, 2007).
2.2.9 Obesitas
Obesitas merupakan sebagai kandungan lemak berlebihan pada jaringan
adiposa. Secara psikologis, obesitas didefenisikan sebagai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa
sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
Obesitas terjaadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kalori yang
masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan
energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai triglerisida di
jaringan lemak (Sherwood, 2012).
2.2.10 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan dan aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang termasuk pengetahuan
pemeliharaan kesehatan (Notoadmojo, 2010).
2.2.11 Usia
Usia individu terhitung mulai saat melahirkan sampai saat beberapa
tahun. Usia adalah variabel yang selalu di perhatikan didalam penelitian.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan tingkat kekuatan seseorang akan
lebih matang berfikir dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Umur juga diartikan sebagai sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
hidup, semakin tua semakin bijaksana menambahkan pengetahuan, semakin
cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan dari pada orang yang belum cukup
tinggi kedewasaannya hal ini sebagai akibat pengalaman jiwa.
Pengetahuan Resiko
Pekerjaan Diabetes Melitus
Usia
2.4 Hipotesis
2.4.1 Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obesitas
terhadap resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2020.
Ho : Tidak Ada Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obesitas
terhadap resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2020.
2.4.2 Ha : Ada Hubungan Pekerjaan Masyarakat tentang Obesitas
terhadap resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2020.
Ho : Tidak Ada Hubungan Pekerjaan Masyarakat tentang Obesitas
terhadap resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2020.
2.4.3 Ha : Ada Hubungan Usia Masyarakat tentang Obesitas terhadap
resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga Kecamatan
Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2020.
Ho : Tidak Ada Hubungan Usia Masyarakat tentang Obesitas
terhadap resiko Diabetes Melitus di Desa Lumban Tonga-tonga
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Tahun
2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul, bila terdapat
kesalahan dan kekurangan pada pengumpulan data maka akan diperbaiki dengan
penelitian ulang.
b. Cooding
Data yang telah diedit dirubah kedalam bentuk angka (kode) untuk mempermudah
pengolahan data.
Pekerjaan (PNS (Kode 1); Petani (Kode 2); Wiraswasta (Kode 3); Buruh (Kode 4)).
Usia ( 40-50 (Kode1); 51-55 (Kode 2); 66-60 (Kode 3); >60 (Kode 4)).
c. Tabulating
a. Analisis Univariat.
Menyederhanakan atau memudahkan interpretasi data ke dalam bentuk penyajian
menurut variabel yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi
dari setiap variabel yang diteliti yaitu : pengetahuan, pekerjaan, usia dan resiko diabetes
melitus.
b. Analisa Bivariat.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, perkerjaan, dan usia terhadap resiko
Diabetes Melitus. Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis bivariat. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen (pengetahuan,
pekerjaan, dan usia) dengan variabel dependen
Data yang telah dikumpulkan kemudian di tabulasi dalam bentuk tabel sesuai dengan
variabel yang akan di ukur. Untuk pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
menggunakan software SPSS, perbandingan chi-square dengan menggunakan uji hitung dan
uji tabel sebagai berikut :
1. Jika chi-square hitung lebih besar dari pada chi-square tabel maka Ho ditolak, Ha
diterima berarti ada hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
Dengan nilai ρ-value < a = 0,05
2. Jika chi-square hitung lebih kecil dari pada chi-squred tabel maka Ho diterima, Ha
ditolak, berarti tidak ada hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
Dengan nilai ρ-value < a = 0,05