OLEH
OLEH
Telah disahkan,
Gianyar, 14 Desember 2019
Mengetahui Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan I
Mengetahui,
Penanggung Jawab MK
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “PK
FISIOLOGIS HOLISTIK KELUARGA BERENCANA” dengan baik. Dalam
penyusunan laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan laporan ini, yakni
yang terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, SST., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Made Dwi Mahayati, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing dalam
praktik ini
3. Dewa Ayu Ketut Mariani, AMd. Keb selaku pembimbing praktik lapangan
4. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini
Dalam laporan akhir ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun dari para demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat mempahami dan apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Praktik....................................................................................................2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus............................................................2
D. Manfaat Penulisan Laporan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4
A. Konsep Dasar Neonatus.....................................................................................4
B. Evidance Based Practice Asuhan Kebidanan Neonatus..................................12
C. Bingung Puting................................................................................................15
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................16
A. Data Subyektif.................................................................................................16
B. Data Objektif....................................................................................................18
C. Analisa.............................................................................................................20
D. Penatalaksanaan...............................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................22
A. Data Subyektif..................................................................................................22
B. Data Obyektif………………………………..……..…………………………23
C. Analisa.............................................................................................................26
D. Penatalaksanaan...............................................................................................26
BAB V PENUTUP................................................................................................30
A. Simpulan..........................................................................................................30
B. Saran................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak
di dunia dengan jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI,2016). Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah
penduduk Indonesia berpotensi menjadi terbesar sedunia setelah China dan India
jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara sigifikan.
Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju
pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan
pemakaian alat kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS)
(Rismawati, dkk, 2015). Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas,
menurunkan angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil
berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).
Persentase pemakaian kontrasepsi modern (modern contraceptive
prevalence rate/mCPR) di Provinsi Bali sebesar 66,25%. Metode kontrasepsi
modern yang paling banyak digunakan yaitu suntik KB (34,93%) sampai dengan
bulan Desember 2018. Pencapaian KB suntik terdapat di Kota Denpasar (13.509
peserta) (BKKBN Provinsi Bali, 2018).Ketersediaan layanan KB bagi perempuan
terdapat dalam beberapa metode, dan perempuan harus dapat menimbang
berbagai faktor dalam memilih metode KB yang sesuai bagi dirinya, termasuk
status kesehatan mereka, efek samping dari metode tersebut, konsekuensi
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, kerjasama dari pasangan, dan norma
budaya yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi. Berbagai pilihan alat
kontrasepsi ditawarkan kepada masyarakat dari mulai yang sederhana sampai
yang permanen/mantap, yaitu mulai pil, suntik, spiral dan Intra Uterine Device
(IUD). Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana
nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan
KB oleh karena aman, efektif, dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba,
2010).
Salah satu metode kontrasepsi suntik yaitu KB suntik DMPA. Kontrasepsi
suntik DMPA cukup aman dan sangat efektif dalam mencegah kehamilan apabila
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Tingkat efektifitasnya cukup tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Cara
kerjanya diantaranya mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis
dan atrofi serta menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2011).
Penggunaan suntikan DMPA sebagai alat kontrasepsi cukup popular di kalangan
masyarakat terutama masyarakat dari kalangan menengah ke bawah karena selain
cukup aman dan efektif jenis kontrasepsi ini relatif murah sehingga bisa
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Akseptor KB suntuk 3 bulan yang
sudah terlanjut nyaman cenderung enggan untuk mengganti cara. Padahal, efek
samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu
lama yaitu peningkatan berat badan dan peningkatan tekanan darah.
Melalui PK fisiologis holistik keluarga berencana, mahasiswa profesi
bidan diharapkan dapat memberikan asuhan dan menerapkan teori yang sudah
didapatkan di perkuliahan. Hal tersebut melatarbelakangi penulis untuk
membahas tentang asuhan kebidanan keluarga berencana pada ny. “MDS” usia 48
tahun P3003 wanita usia subur akseptor kb suntik 3 bulan di PMB Ni Ketut
Martini.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi bidan mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga
berencana sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, professional
dan berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan fokus
b. Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah kebidanan dengan menerapkan
cara berfikir kritis
c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan keluarga berencana
d. Melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana dengan pendekatan
holistic
e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan keluarga
berencana
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keluarga berencana
3) Implan
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3% (Saiffudin, 2010)
c. Kontrasepsi Non Hormonal (alat)
1) IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya
hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran
telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan
sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan
reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1% (Saifuddin,
2010)
d. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya
99% (Saifuddin, 2010)
Pada usia < 20 tahun merupakan usia yang memiliki risiko tinggi maka
dari itu sebaiknya pada usia tersebut dianjurkan untuk tidak memiliki anak
terlebih dahulu. Prioritas penggunaan alat kontrasepsi yang dianjurkan diantara pil
oral dikarenakan pengguna masih muda. Sedangkan pada usia diatas 30 terutama
diatas 35 tahun kontrasepsi yang dianjurkan menjadi pilihan utama yaitu
kontrasepsi mantap (Kontap) dikarenakan pada usia tersebut dianjurkan untuk
mengakhiri kehamilan karena alasan medis dan alasan lainnya (Hartanto, 2010)
Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk
menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari umur
menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik bagi seorang wanita
adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah alat-alat reproduksi wanita
sudah siap dan cukup matang untuk mengandung dan melahirkan anak. Bila
ditinjau pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional maka masa mencegah
kehamilan (30 tahun) dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan urutan
kontap, AKDR/ IUD, implant, suntik, pil KB, dan kondom. Dengan demikian
umur akan menentukan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
(Rizali, 2013).
4. Mekanisme Kerja
a. Mencegah ovulasi. Kb suntik meningkatkan kadar hormone progestin di
dalam tubuh, sehingga menghambat luteinizing hormone (LH) secara efektif
sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan
LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH, menghambat perkembangan
folikel dan mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit.
Perubahan siklus yang normal pada lendir servik. Secret dari servik tetap
dalam keadaan di bawah pengaruh progesteronn hingga menyulitkan penetrasi
spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan
menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium
untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah dibuahi.
d. Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin mempengaruhi kecepatan
transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap
kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi, 2012)
D. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang masih dihadapi oleh negara
Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis.Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan tenang
(Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memnuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh
(Riskesdas, 2013).
2. Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 (Kemenkes RI,
2014) :
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik) walaupun hipertensi ini dering dikatikan denga kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak dan pola makan. Hipertesni ini terjadi pada sekitar
90% penderita hipertensi (Kemenkes, 2014)
b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi non esensial
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Sekitar 5-10% penderita hipertensi ini penyebabnya adalah penyakit ginjal dan
pada sekitar 1-2% penderita penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu seperti pil 15 KB Selain itu penyebab terjadinya
hipertensi yang diketahui yaitu gangguan hormonal, diabetes melitus dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Kemenkes, 2014).
4. Faktor risiko hipertensi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di bagi menjadi
dua yaitu faktor yang dapat di ubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Ibu Suami
Nama : Ny. MDS Tn. WW
Umur : 48 tahun 50 tahun
Agama : Hindu Hindu
Status pernikahan : Sah Sah
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : IRT Pegawai Perak
Penghasilan : - Rp. 4000.000
Alamat : Br. Pengembungan, Desa Batubulan, Kecamatan
Sukawati
Golongan darah :A A
Nomor Hp : 081338613xxx
Jaminan Kesehatan : BPJS kelas III
3. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan terakhir menstruasi 4 bulan yang lalu, namun hanya barupa flek
darah dengan durasi 1 hari. Ibu mengatakan menstruasi tidak lancar sejak
menggunakan KB suntik 3 bulan.
4. Riwayat Pernikahan
Ibu telah menikah selama 25 tahun. Status pernikahan sah dan menikah
sebanyak 1 kali. Usia pertama kali menikah yaitu 23 tahun.
6. Riwayat Obstetri
No Usia Jenis Kelamin Cara Lahir Berat Lahir
1 24 tahun Perempuan Spontan 2800 gram
2 22 tahun Laki-laki Spontan 3000 gram
3 18 tahun Laki-laki Spontan 3000 gram
7. Riwayat KB
Ibu hanya pernah menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu telah
menggunakan KB suntik 3 bulan kurang lebih selama 18 tahun.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital : TD : 149/91 mmHg (TD tanggal 12 September
2019 : 150/90 mmHg) nadi 80 kali per menit, suhu 37 oC, respirasi 24 kali
per menit
d. Antopometri : BB 51 Kg, BB sebelumnya 50 Kg (12 September
2019).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : normal, tidak ada edema, tidak pucat
b. Mata : normal, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada
pengeluaran, tidak ada kelainan
c. Hidung : normal, tidak ada kelainan dan pengeluaran
d. Mulut : mukosa lembab, lidah bersih, gigi normal
e. Telinga : simetris, normal, tidak ada pengeluaran
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis
g. Payudara : simetris, tidak tampak tekstur kulit jeruk, tidak teraba
massa/benjolan dan tidak ada pengeluaran
h. Abdomen : bentuk perut simetris, tidak ada teraba massa
i. Ekstremitas : tidak ada edema, kuku merah muda, tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan
C. ANALISA
1. Diagnosa : Ny. MDS usia 48 tahun P3003 wanita usia subur
akseptor KB suntik 3 bulan dengan hipertensi
2. Masalah :
a. Ibu belum mengetahui efek samping dari penggunaan KB suntik 3 bulan
terlalu lama
b. Ibu belum mengetahui metode kontrasepsi jangka panjang
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu dan suami paham
2. Menjelaskan efek samping dan lama penggunaan KB suntik 3 bulan yang
terlalu lama, ibu paham dan mampu menyebutkan kembali
3. Memberikan KIE untuk menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan
jangka panjang seperti IUD, ibu mengatakan takut dan ingin tetap
menggunakan IUD
4. Mengingatkan kembali keuntungan, kekurangan dan efek samping KB suntik
3 bulan, ibu paham
5. Melakukan informed concent, ibu setuju dengan tindakan
6. Menyiapkan ibu, alat dan lingkungan
7. Mengatur posisi ibu, ibu memilih posisi terlungkup
8. Melakukan diinfeksi pada area injeksi
9. Melakukan injeksi KB suntik 3 bulan pada 1/3 SIAS (spina iliaka anterior
posterior) secara IM, tidak ada reaksi alergi
10. Merapikan ibu, alat dan lingkungan kerja
11. Memberikan KIE untuk kontrol ulang tanggal 27 Februari 2020, ibu bersedia
mengikuti saran.
12. Melakukan pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN
A. DATA SUBYEKTIF
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari klien, baik dalam bentuk
pernyataan atau keluhan. Semua data yang ditanyakan mencakup identitas klien.
Keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien (anamnesis)
atau dari keluarga. Data subjektif berhubungan dengan masalah sudut pandang
klien untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Berdasarkan hasil pengkajian data, Ny. MDS usia 48 tahun datang untuk
melakukan kontrol ulng KB suntik 3 bulan. Umur merupakan hal yang sangat
berperan dalam penentuan untuk menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-
fase tertentu dari umur menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang
terbaik bagi seorang wanita adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah
alat-alat reproduksi wanita sudah siap dan cukup matang untuk mengandung dan
melahirkan anak. Bila ditinjau pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional
maka masa mencegah kehamilan (30 tahun) dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi dengan urutan kontap, AKDR/ IUD, implant, suntik, pil KB, dan
kondom. Dengan demikian umur akan menentukan dalam pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan (Rizali, 2013). Sedangkan pada usia diatas 30
terutama diatas 35 tahun kontrasepsi yang dianjurkan menjadi pilihan utama yaitu
metode jangka panjang atau kontrasepsi mantap (Kontap) dikarenakan pada usia
tersebut dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan karena alasan medis dan alasan
lainnya (Hartanto, 2010).
KB suntik 3 bulan merupakan salah satu metode kontrasepsi hormonal
yang banyak digunakan oleh masyarakat. Kontrasepsi suntik DMPA merupakan
metode kontrasepsi suntik yang mengandung 150 mg DMPA dan diberikan setiap
3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler di daerah bokong (Saifuddin, 2011).
Kontrasepsi suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) adalah
kontrasepsi hormonal yang berisi komponen progesterone yang diberi secara
intramuscular (IM) pada muskulus gluterus maximus (bokong) dalam jangka
waktu 12 minggu, mengandung 150 mg (Saifuddin, 2011).
Mekanisme KB suntik 3 bulan yaitu dengan mencegah ovulasi. Mencegah
ovulasi. Kb suntik 3 bulan meningkatkan kadar hormone progestin di dalam
tubuh, sehingga menghambat luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga
tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan LH menurun
dan tidak terjadi lonjakan LH, menghambat perkembangan folikel dan mencegah
ovulasi. Selain itu, kadar progesterone yang tinggi dapat mengentalkan lendir
servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit. Perubahan siklus yang normal
pada lendir servik. Secret dari servik tetap dalam keadaan di bawah pengaruh
progesteronn hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. Membuat endometrium
menjadi kurang layak atau baik untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi,
yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang
diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari
ovum yang telah dibuahi dan menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan
perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba (Hanafi,
2012)
Ny. MDS mengatakan siklus menstruasi tidak teratur dan terakhir
menstruasi 4 bulan yang lalu dan hanya berupa flek darah. Amenorea dan spoting
merupakan efek samping dari KB suntik 3 bulan. Gangguan menstruasi berupa
amenorea pada akseptor KB suntik DMPA menurut (Hanafi, 2012) dapat
disebabkan karena progesteron dalam komponen DMPA menekan LH sehingga
endometrium menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar
yang tidak aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara rutin.
Berdasarkan hasil penelitian, efek samping akseptor KB suntik DMPA setelah 2
tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu dari 74 responden,
sebanyak 39 responden (52,7%) mengalami gangguan menstruasi berupa
amenorea setelah 2 tahun pemakaian (Rahayu, 2017).
Spotting menurut BKKBN (2012) adalah bercak-bercak perdarahan di luar
haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik dan gangguan pola haid
spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau
terjadinya gangguan hormon. Penggunaan kontrasepsi suntik progestin
menyebabkan ketidakseimbangan hormon, dengan penggunaan suntik hormonal
tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga
menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid tergantung pada lama
pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan
jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. Perdarahan
bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin
lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea
makin banyak dengan makin lamanya pemakaian.
Ny. MDS telah menggunakan emtode kontrasepsi KB suntik 3 bulan
selama 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, efek samping yang ditemukan pada
kontrasepsi suntik 3 bulan dalah perubahan berat badan, gangguan haid, depresi,
keputihan, jerawat dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
jenis deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional
untuk mengetahui gambaran efek samping akseptor KB suntik Depo Medroksi
Progesterone Acetat (DMPA) setelah 2 tahun pemakaian. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 74 responden. Sebagian besar responden mengalami
gangguan menstruasi berupa amenorea yaitu sebanyak 39 responden (52,7%), dan
mengalami peningkatan berat badan yaitu sebanyak 43 responden (58,1%)
(Rahayu, 2017)
B. DATA OBYEKTIF
Data objektif adalah data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh
bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan laboratorium. Untuk mengumpulkan data objektif dari klien,
dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang sebagai pengumpulan data terhadap keluhan klien.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, namun
pengukuran tanda-tanda vital menujukkan tekanan darah ny. MDS yaitu 149/91
mmHg. Ibu mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun terakhir.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang masih dihadapi oleh negara
Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis.Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan tenang
(Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memnuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara penggunaan KB
suntik 3 bulan dengan peningkatan tekanan darah. Efek samping yang penting
akibat penggunaan kontrasepsi suntik adalah kenaikan tekanan darah, tekanan
darah dapat naik akibat penggunaan obat-obatan termasuk menggunakan
kontrasepsi suntik, sebuah penelitian yang dilakukan pada 62 sampel akseptor KB
suntik didapat hasil responden penelitian dengan tekanan darah posisi normal
sebanyak 44 responden dan responden yang mengalami pre hipertensi dengan
pemakain alat kontrasepsi suntik sebesar 18 responden jadi dapat diketahui bahwa
ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan tekanan darah.
Salah satu efek samping yang mungkin disebabkan oleh kontrasepsi ini yaitu
terjadi perubahan pada peningkatan renin substrat (angiotensin) dan lipid serum
pada penggunaan jangka panjang, dimana didapatkan terjadi penurunan kadar
High Density Lipoprotein-kolesterol (HDLkolesterol) yang dapat meningkatkan
risiko meningkatnya tekanan darah (Asare et al, 2014).
Saifuddin (2010) juga mengemuakakan bahwa salah satu kerugian dari
pemakaian kontrasepsi suntikan depoprovera yaitu terjadi perubahan pada lipid
serum pada penggunaan jangka panjang. Efek KB suntik depoprovera pada sistem
kardiovaskuler yaitu adanya sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan
HDL-kolesterol. Kolesterol tidak larut dalam air ataupun darah. Kolesterol
diangkut ke berbagai jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang
tersusun atas lemak dan protein yaitu lipoprotein. Kolesterol LDL (low density
lipoprotein) cenderung tersimpan dalam arteri. Kondisi ini berakibat buruk karena
jika kadar kolesterol LDL > 130 mg/dl sedangkan HDL mengalami penurunan
yaitu < 40 mg/dl maka ini merupakan risiko akan terjadi peningkatan tekanan
darah. Pengaruh suntikan depo medroxy progesteron asetat (DMPA) terhadap
profil lipid menyebabkan terjadinya penurunan kadar HDL-kolesterol setelah 1
tahun pemakaian. Terjadinya penurunan kadar HDL-kolesterol dapat
menyebabkan naiknya resiko meningkatnya tekanan darah.
Selain itu, penelitian yang dilakukan pada responden di Puskesmas II
Denpasar Selatan yang menggunakan kontrasepsi suntik berjumlah 84 orang
terdapat peningkatan tekanan darah yang lebih dari satu tahun sebanyak (46,7%)
sedangkan yang meggunakan lebih dua tahun kebanyakan tergolong pre-
hipertensi yaitu (53,3%). Data tersebut menggambarkan ada hubungan
penggunaan kontrasepsi suntik dengan peningkatan tekanan darah dengan
(p<0,05) didapatkan nilai p= 0,018, artinya ada hubungan yang signifikan antara
pemakaian kontrasepsi suntikan progestin (depoprovera) dengan tekanan darah
(Nengah, 2012).
C. ANALISA
Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif, maka dapat
disimpulkan diagnosa Ny. MDS usia 48 tahun P3003 wanita usia subur akseptor
KB suntik 3 bulan dengan hipertensi. Adapun masalah yang dialami yaitu ibu
belum mengetahui efek samping dari penggunaan KB suntik 3 bulan terlalu lama
dan belum mengetahui tentang metode kontrasepsi jangka panjang
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan adalah penggambaran rencana asuhan dan evaluasi yang
dilakukan kepada klien sesuai dengan analisa yang telah ditegakkan. Pada kasus
ini, adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus untuk
mencegah terjadinya komplikasi selama nifas dan bayi baru lahir yang dapat
mengurangi kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo,
2014 ).
Penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan diagnosa dan masalah,
yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan, menjelaskan efek samping dan lama
penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu lama, memberikan KIE untuk
menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan jangka panjang seperti IUD,
ibu mengatakan takut dan ingin tetap menggunakan IUD, mengingatkan kembali
keuntungan, kekurangan dan efek samping KB suntik 3 bulan, melakukan
informed concent, menyiapkan ibu, alat dan lingkungan, mengatur posisi ibu, ibu
memilih posisi terlungkup, melakukan diinfeksi pada area injeksi, melakukan
injeksi KB suntik 3 bulan pada 1/3 SIAS (spina iliaka anterior posterior) secara
IM, tidak ada reaksi alergi, merapikan ibu, alat dan lingkungan kerja dan
memberikan KIE untuk kontrol ulang tanggal 27 Februari 2020, ibu setuju dengan
tindakan.
KIE tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu
lama diberikan karena ibu telah menggunakan KB sutuk 3 bulan selama 18 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, efek samping akseptor KB suntik DMPA setelah 2
tahun pemakaian berupa gangguan menstruasi amenorea yaitu dari 74 responden,
sebanyak 39 responden (52,7%) mengalami gangguan menstruasi berupa
amenorea setelah 2 tahun pemakaian (Rahayu, 2017). Selain itu, ibu juga
disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD.
Metode oklusi wanita (MOW) tidak disarankan karena usia ibu 48 tahun sudah
mendekati usia menopause. pada usia diatas 30 terutama diatas 35 tahun
kontrasepsi yang dianjurkan menjadi pilihan utama yaitu metode jangka panjang
atau kontrasepsi mantap (Kontap) dikarenakan pada usia tersebut dianjurkan
untuk mengakhiri kehamilan karena alasan medis dan alasan lainnya (Hartanto,
2010).
Kontrasepsi suntik DMPA merupakan metode kontrasepsi suntik yang
mengandung 150 mg DMPA dan diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler di daerah bokong (Saifuddin, 2011). Kontrasepsi suntik Depo
Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) adalah kontrasepsi hormonal yang berisi
komponen progesterone yang diberi secara intramuscular (IM) pada muskulus
gluterus maximus (bokong) dalam jangka waktu 12 minggu, mengandung 150
mg (Saifuddin, 2011). Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan
progestin berdasarkan consensus internasional bahwa disuntikkan di bokong yaitu
pada muskulus ventro gluteal secara IM. Musculus ini dapat diukut dari Spina
Iliaka Anterior Superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian diambil
1/3 bagian dari SIAS. Penyuuntikan dilakukan secara IM dengan sudur 90 o
bertujuan agar penyerapannya maksimal Hal yang perlu diperhatikan sebelum
injeksi adalah memastikan obat tercampur dan tidak mengendap dengan cara
dikocok terlebih dahulu (Hanafi, 2012).
KB suntik DMPA diberikan setiap 12 minggu sekali dengan waktu
tenggang maksimal kurang dari 2 minggu. Ny. MDS datang untuk kunjungan
ulang pada tanggal 5 Desember 2019, sehingga jadwal ulang kembali 12 minggu
kemudian yaitu tanggal 27 Februari 2020. KIE diberikan kepada ibu untuk kontrol
ulang pada tanggal tersebut. Pendokumentasian telah dilakukan pada kartu KB
yang diserahkan kepada ibu dan pada register KB.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. MDS usia 48 tahun
akseptor KB suntik 3 bulan. Ibu datang untuk kunjungan ulang KB suntik 3 bulan
dan mengatakan tidak ada keluhan. Riwayat menstruasi tidak teratur sejak
menggunakan KB suntik 3 bulan. Haid terakhir 4 bulan yag lalu hanya berupa
flek darah. Ibu telah menggunakan KB suntik 3 bulan selama kurang lebih 18
tahun. Ibu belum mengetahui tentang efek samping dari penggunaan KB suntuk 3
bulan yang terlalu lama dan belum mengetahui tentang metode kontrasepsi jangka
panjang. Hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil 149/91 mmHg.
Hasil pemeriksaan fisik head to toe tidak ada kelainan. Analisa yang dapat
diteggakkan yaitu Ny.MDS usai 48 tahun P3003 wanita usia subur akseptor KB
suntik 3 bulan dengan hipertensi. Masalah yang dialami yaitu ibu belum
mengetahui tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan terlalu lama dan
tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu
menginformasikan hasil pemeriksaan, menjelaskan efek samping dan lama
penggunaan KB suntik 3 bulan yang terlalu lama, memberikan KIE untuk
menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan jangka panjang seperti IUD,
ibu mengatakan takut dan ingin tetap menggunakan IUD, mengingatkan kembali
keuntungan, kekurangan dan efek samping KB suntik 3 bulan, melakukan
informed concent, menyiapkan ibu, alat dan lingkungan, mengatur posisi ibu, ibu
memilih posisi terlungkup, melakukan diinfeksi pada area injeksi, melakukan
injeksi KB suntik 3 bulan pada 1/3 SIAS (spina iliaka anterior posterior) secara
IM, tidak ada reaksi alergi, merapikan ibu, alat dan lingkungan kerja dan
memberikan KIE untuk kontrol ulang tanggal 27 Februari 2020, ibu setuju dengan
tindakan. Pentalaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori dan standar
yang telah ditetapkan.
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Agar mempertahankan dan meningkatkan mutu layanan terhadap pasien,
dengan tenaga yang profesional dalam memberikan pelayanan dan dapat
memberikan pelayanan berbasis komplementer sesuai evidence based.
2. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengaplikasikan teori sesuai dengan evidence based serta
asuhan kebidanan komplementer pada praktik dan pelayanan kebidanan termasuk
pada asuhan kebidanan keluarga berencana.
DAFTAR PUSTAKA