DISUSUN OLEH:
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelasaikan
Pendidikan Diploma III Keperawatan Waingapu
OLEH
Telah disetujui di Depan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang Program Studi Keperawatan Waingapu
PEMBIMBING
MENGETAHUI
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
DISUSUN OLEH:
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Program Studi Keperawatan Waingapu.
PENGUJI I PENGUJI II
MENGETAHUI
iii
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
MOTTO
“ JIKA ANDA TAKUT GAGAL, ANDA TIDAK PANTAS UNTUK SUKSES”
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
bimbingan dan penyertaan-nya penulis dapat menyelasaikan karya tulis ilmiah yang
bejudul “Studi Deskriptif Pencegahan Penyakit Malaria di Dusun Dua Desa
Mbatakapidu Wilayah Kerja Puskesmas Waingapu Kabupaten Sumba Timur”
Tujuan dibuat karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk
menyelasaikan pendidikan Diploma III keperawatan. penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
yang sebesarnya kepada :
v
6. Kedua orang tua yang sangat saya cintai papa dan mama, saudara-saudari
yang telah memberikan doa, dorongan, motivasi, dan membiayai dalam
perkuliahan sampai penyelasaian karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu memberikan bantuan moril maupun material kepada penulis
dalam menyelasaikan karya tulis ilmiah ini.
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis menyadari ada banyak kekurangan. Oleh
karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi
membangun Nusa dan Bangsa serta menambah referensi perpustakaan Program Studi
Keperawatan Waingapu.
Penulis
vi
ABSTRAK
Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Program Studi Keperawatan Waingapu
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2022
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
BIODATA PENULIS.......................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Penilitian. ....................................................................................3
1.4 ManfaatPenilitian ....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Konsep Dasar Malaria..............................................................................5
2.2 Konsep Masyarakat................................................................................11
BAB III KERANGKA KONSEP...................................................................13
3.1 Kerangka Konsep. ..................................................................................13
3.2 Defenisi Operasional..............................................................................14
BAB 4 METODOLOGI PENILITIAN.........................................................17
4.1 Desain Penilitian.....................................................................................17
4.2 Populasi dan Sampel...............................................................................17
4.3 Variabel Penilitian ..................................................................................18
4.4 Instrumen Penilitian................................................................................18
4.5 Lokasi dan Waktu Penilitian...................................................................19
4.6 Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan...........................................19
4.7 Cara Analisa Data...................................................................................19
4.8 Etika Penilitian.......................................................................................19
4.9 Jadwal
Penelitian……………………………………………………….20
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN…………………......23
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian……………….………..
……..23
5.2
Pembahasan………………………………………………………….....27
viii
BAB 6 PENUTUP……………………………………………………………30
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………….30
6.2 Saran……………………...……………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR SINGKATAN
CQ : Clorokuin
SP : Sulfadoksin Pirimetamin
% : Persen
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
endemis sedang sebanyak 3,96% per 1.000 penduduk dan Sumba Tengah
endemis rendah sebanyak 0,41% 1.000 penduduk. Di tahun 2027 Pulau Sumba
sudah mendapat surat bebas malaria atau endemis rendah, untuk mencapai di atas
pemerintah harus melakukan kegiatan yang terintegrasi antara lain pemeriksaan
atau tes yang secara singkat dan sederhana melalui kegiatan penemuan intensif
oleh kader malaria. (Unicef, 2021)
Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu daerah endemis malaria.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, kasus malaria pada tahun 2016
sebanyak 1.446 kasus, pada tahun 2017 meningkat menjadi 1.446 kasus, dan
pada tahun 2018 meningkat lagi secara signifikan hingga mencapai 7.621 kasus,
(Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur,2019)
Data puskesmas waingapu, Desa Mbatakapidu penderita malaria
mengalami penurunan pada tahun 2020 berjumlah 2 orang di bandingkan pada
tahun 2021 yang mengalami kenaikan berjumlah 33 orang, dan pada tahun 2022
mengalami kenaikan yaitu berjumlah 122 orang. (Profil Kesehatan Puskesmas
Waingapu Tahun 2020).
Upaya pemerintah untuk menekan angka kesakitan dan kematian, melalui
program pemberantasan malaria, antara lain meliputi diagnosis dini dan
pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector, hal ini di
tunjukan untuk memutus mata rantai penularan. Pengendalian juga di lakukan
secara kimiawi, hayati, pengelolaan lingkungan dan pengendalian terpadu. Yoga
(2019). Upaya lain yang di lakukan adalah pembagian kelambu, kebiasaan di luar
rumah pada sore hari menggunak penyemprotan inteksida, dan obat anti nyamuk
yang diberikan pada seluruh ibu hamil termasuk balita sakit dengan semua gejala.
Penggunaan Kelambu berinteksida Insecticide Treated Nets (ITNs)
merupakan salah satu upaya yang di nilai efektif dalam pencegahan dan
pengendalian malaria menurut WHO dengan tujuan mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs). (WHO, 2020). Kelambu yang mengandung
inteksida yang dicampurkan atau dibalutkan ke benang kelambu memiliki daya
tahan terhadap berkali – kali pencucian. Selain sebagai penghalang secara fisik
2
terhadap nyamuk, aktivitas insektisida yang terkandung di dalamnya juga dapat
membunuh nyamuk. (Mayasari, Andriyani, dan Situros, 2019).
Hasil penilitian menyatakan bahwa kelambu berinteksida juga dapat
menjadi alternatif pengendalian vektor malaria pada Daerah yang masyarakatnya
menolak metode Indoor Residual Spraying (IRS) dan dapat pula sebagai upaya
pencegahan penularan malaria (Ikawati B. etal, 2020). Penyakit menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karna menimbulkan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi serta menurunkan produktivitas sumber daya
manusia dan pembangunan nasional.
Penyemprotan Inteksida merupakan pengendalian vektor menggunakan
racun serangga dengan dosis tertentu yang ditempelkan secara merata pada
permukaan dinding yang disemprot tujuannya untuk memutus penularan dengan
memperpendek usia nyamuk. Resiko malaria juga dapat menyebabkan kematian,
anemia (kurang darah), pada wanita dapat menyebabkan keguguran, lahir kurang
bulan (prematur), berat badan lebih rendah (BBLR) serta lahir mati (Kesehatan
RI, 2019).
Kebiasaan di Luar Rumah pada Sore Hari adalah perilaku yang
seharusnya dihindari jika tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan seperti
penggunaan obat anti nyamuk ataupun pakaian panjang. Aktivitas yang biasa
dilakukan diluar rumah berupa kegiatan bertegur sapa antar tetangga, berkumpul
ataupun bermain disekitar rumah (Maurend Yayank Lewinsca, 2020)
Dampak lain dari meningkatnya kasus malaria adalah perkembangan pada
otak anak tidak bisa di obati dan di kembalikan. Obat malaria masih bisa di beli,
tapi pendapatan yang hilang akibat sakit malaria tidak bisa balik lagi.
(Unicef, 2021).
Hasil wawancara pada 9 orang responden, terdapat 6 orang mengatakan
sudah mendapatkan kelambu serta tau cara menggunakannya, pada saat keluar
rumah pada sore hari menggunakan lotion dan pakaian lengan panjang,
mendapatkan penyemprotan inteksida yang dilakukan oleh pemerintah dalam
kurun waktu enam bulan, dan menggunakan obat anti nyamuk sedangkan 3 orang
lainya belum mendapatkan kelambu, penyemprotan inteksida, obat anti nyamuk,
3
dan tidak mengetahui tentang kebiasaan diluar rumah pada sore hari
menggunakan lotion dan pakaian lengan panjang.
Berdasarkan masalah tersebut diatas maka peniliti ingin melakukan
penilitian tentang studi Deskriptif upaya pencegahan penyakit malaria pada
masyarakat Dusun Dua Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas Waingapu
Kabupaten Sumba Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang dan data–data yang telah di paparkan
diatas, maka di dapatkan rumusan masalah. Bagaimana pencegahan penyakit
malaria pada masyarakat Dusun Dua Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur?
1.3 Tujuan Penilitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi pencegahan malaria pada masyarakat Dusun Dua
Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas Waingapu, Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur .
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1Mengidentifikasi Penggunaan Kelambu pada masyarakat Dusun
Dua Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas Waingapu,
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
1.3.2.2 Mengidentifikasi Penyemprotan Inteksida pada masyarakat
Dusun Dua Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas
Waingapu, Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
1.3.2.3 Mengidentifikasi kebiasaan diluar rumah pada masyarakat Dusun
Dua Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas Waingapu,
Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
1.3.2.4 Mengidentifikasi pemakaian obat anti nyamuk pada masyarakat
Dusun Dua Desa Mbatakapidu wilayah kerja Puskesmas
Waingapu, Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
4
1.4 Manfaat Penilitian
1.4.2 Teoritis
Sebagai tugas akhir untuk menyelasaikan Pendidikan DIII keperawatan
dan sebagai pembelajaran mengenai penilitian Studi Deskriptif Pencegahan
penyakit malaria pada masyarakat di Dusun Dua Desa Mbatakapidu wilayah
kerja Puskesmas Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
1.4.3 Praktis
1.4.3.1 Bagi institusi Pendidikan
Sebagai Acuan/Referensi bagi Mahasiswa/I yang ingin melakukan
penilitian selanjutnya.
1.4.3.2 Bagi Puskesmas Waingapu
Hasil penilitian ini dapat di jadikan informasi dalam melakukan
penyuluhan kepada masyarakat.
5
6
1.5 Keaslian Penilitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
8
2.1.3 Masa Inkubasi
a. Aseksual (Skizogoni)
Sporozoit yang efektif dari kelenjer nyamuk Anopheles, di
tusukan kedalam aliran darah manusia. Sporozoit dalam waktu 30 menit
memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium ekso– eritrosit,
plasmodium kemudian keluar dari sel hati masuk ke sel darah merah.
Dan sel darah merah mulai nampak adanya kromatin kecil dikelilingi
oleh sitoplasma plasmodium yang berbentuk cincin, kemudian
berkembang menjadi amboid. Sel darah merah yang penuh dengan
merozoit akan pecah. Parasit dapat menghindari fagositosis memasuki
sel darah merah kembali untuk mengulangi daur skizagoni, merozoit
yang masuk dalam sel darah merah baru kemudian membentuk
gametosit untuk memasuki stadium seksual (Irianto, 2009).
9
b. Seksual (Sporogoni)
Sporogoni merupakan seksual yang terjadi di dalam tubuh
nyamuk. Saat nyamuk menghisap darah, gametosit di telan bersama.
Berbeda dengan skizogoni di mana gematosit tidak di cernakan secara
bersama–sama dalam sel darah. Pada nyamuk betina (makrogamet) titik
kromatin membagi diri ga mempunyai gerakan yang aktif. Sementara
itu macrogamet akan menjadi matang sebagai gematosit perkembangan
yang berlangsung dalam rongga perut nyamuk (Irianto, 2009).
Gejala malaria terdiri dari demam yang di sertai gejala lain yang di
kelilingi oleh periode bebas demam. Gejala klinik terpenting pada malaria
yaitu
a. Demam
1. Stadium menggigil, stadium ini dimulai dengan menggigil dan
perasaan sangat dingin. Nadi sangat cepat, tetapi lemah. Bibir dan
jari pucat kebiruan, kulit kering dan pucat kadang–kadang di sertai
muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam, dari perasaan dingin berubah menjadi
panas sekali, muka merah, kulit kering, dan panas serasa terbakar,
sakit kepala hebat, ada rasa mual dan muntah nadi berdenyut keras,
suhu naik sampai 41℃, penderita merasa kehausa, stadium ini
berlangsung selama 2–6 jam.
3. Stadium berkeringat, dengan ini di mulai penderita banyak
berkeringat, sehinga pakaian atau tempat tidur basah oleh keringat.
Suhu badan turun dengan cepat, hingga kadang sampai dibawah
angka normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak, dan
sewaktu–waktu ketika bangun badan akan terasa lemah. Stadium
ini berlangsung 2 sampai 4 jam (Rosdiana, 2010).
10
Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama
di sebut relaps yang dapat bersifat:
11
terbukti resisten terhadap plasmodium vivax. Peneliti Hasugian et al (2014)
menegaskan ACT lebih efektif dan aman untuk pengobatan infeksi
plasmodium vivax dibandingkan klorokuin. Meskipun demikian, pada
penilitian ini masih di temukan adanya penggunaa CQ dan SP oleh
penderita di rumah tangga, meski jenis obat ini telah dinyatakan tidak
efektif pada pengobatan malaria.
Penguatan sistem kesehatan khususnya manajemen suplai obat
antimalaria di sarana kesehatan daerah endemis dengan tantangan kondisi
geografis yang sulit juga perlu mendapatkan perhatian. Ketersediaan stok
obat ACT di level pelayanan kesehatan primer penting untuk selalu
dimonitor dan evaluasi, karna keberhasilan eliminasi malaria juga tidak
terlepas dari ketersediaan obat standar di lapangan. Hasil dari penilitian ini
menemukan adanya rezim obat antimalria resisten yang digunakan dalam
pengobatan malaria oleh sarana dan tenaga kesehatan. Untuk meperkuat
sistem penyediaan obat, salah satu bentuk best practice sebagai langkah
intervensi dalam penguatan manajemen obat secara efisien, efektif, dan
sederhana adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaporan stok
obat melalui SMS for life yang di lakukan dipedesaan tanzania. Proses
pengadaan obat yang efektif dan fleksibel dapat menjadi faktor penentu
dalam efektifitas pengobatan malaria.
12
memiliki potensi menjadi tempat perindukan nyamuk malaria
(Kemenkes RI, 2014).
2. Penggunaa kelambu
Penggunaan kelambu adalah salah satu upaya dalam pencegahan
gigitan nyamuk hal ini dilakukan karna dinilai efektif dalam memberikan
perlindungan pada masyarakat dari gigitan nyamuk anopheles. Saat ini
telah disediakan kelambu berinteksida yang sangat efektif mencegah
gigitan nyamuk anopheles yang dapat menyebabkan malaria. (Biro
komunikasi dan pelayanan masyarakat, 2017)
3. Kebiasaan diluar rumah
Upaya pencegahan malaria yang sering dilakukan jika sedang
berada diluar rumah biasa menggunakan lotion anti nyamuk dan
mengantisipasi gigitan nyamuk dengan cara mengenakan pakaian yang
tebal, misalnya baju lengan panjang, jaket, dan celana panjang.
4. Pemakaian obat anti nyamuk
Pencegahan malaria dapat juga dilakukan dengan cara pemakaian
obat anti nyamuk. Upaya ini sebagai alternatif bagi yang tidak dapat
menggunakan kelambu secara konsisten. Obat anti nyamuk juga selain
relatif murah juga mudah di temui dipasaran. Berbagai jenis obat anti
nyamuk diantaranya obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, bahkan
sekarang ini sudah tersedia obat nyamuk elektrik, dan obat nyamuk oles.
2.2 Konsep Masyarakat
2.2.1 defenisi masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari manusia antara satu dan lainnya yang
saling terikat oleh sistem nilai, agama, adat istidat, hukum dan hidup
bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
2.2.2 Ciri – Ciri masyarakat
- masyarakat dapat bersikap secara heterogeny.
- mobilitas dalam lingkungan masyarakat meningkat.
13
- tindakan yang di ambil oleh masyarakat dalam lingkungan harus bersifat
rasional.
- tingkat organisasi yang tinggi.
- sistem pengumpulan data lebih teratur.
Selain itu juga ada ciri – ciri lingkungan masyarakat yang moderen yaitu :
- Heterogen, adalah masyarakat yang mengalami proses modernisasi
yang bercampur dan membentuk kesatuan dalam sebuah proses
pembangunan.
- Masyarakat moderen yang memiliki sistem pelapisan terbuka terhadap
perubahan zaman yang mana dipengaruhi oleh adanya globalisasi dan
menyebabkan pengelompokan lapisan sosial memudar.
- Masyarakat dengan mobilitas tinggi yang dikarenakan terjadinya
perpindahan penduduk desa kekota dengan sangat tinggi.
- Masyarakat yang memiliki sifat objektif yang dapat menerima
perbedaan dalam masyarakat.
2.2.3 Adapun Dampak Positif dan Negatif dari Mayarakat Modernisasi.
2.2.3.1 Dampak Positif
- Perubahan dalam nilai sikap
- Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat
- Meningkatnya efektifitas dan efisiensi
- Semakin kuatnya integritas dalam masyarakat
- Meningkatnya kesadaran politik dan demokrasi
- Masyarakat tidak terpaku dengan cara lama atau jadul
- Masyarakat lebih dituntut dalam berkorban demi kepentingan ekonomi
bangsa
- Terjadinya transfer teknologi
- Dapat mengatasi berbagai macam penyakit
- Lapangan kerja terbuka luas
- Produksi makanan yang berkualitas semakin meningkat.
2.2.3.2 Dampak Negatif
- Terjadinya kesenjangan sosial, ekonomi dan teknologi
- Dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
14
- Meningkatnya kriminalitas
- Tergesarnya nilai–nilai budaya lokal bahkan hingga hilangnya istiadat
serta budaya lokal
- Dapat menimbulkan pemujaan berlebihan kepada budaya lain
15
BAB III
KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas
Pencegahan Penyakit
Malara
Penyakit Malaria
Penyemprotan Inteksida
Kebiasaan diluar
rumah pada sore hari 1. Lingkungan
2. Pemukiman
Pemakaian obat anti
malaria
Keterangan
16
DitelIT
17
18
3.2 Defenisi Oprasional
Variabel Defenisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
1. Penggunaan Kelambu Penggunaan Kelambu di
Menggunakan kelambu saat tidur pada Penggunaan Kelambu di Kuiseoner Kelompokan :
malam hari untuk melindungi dari Kelompokan : Nominal 1. Menggunakan (1)
2. Penyemprotan Inteksida gigitan nyamuk 1. Menggunakan 2. Tidak
2. Tidak Menggunakan Menggunakan (0)
3. Kebiasaan Di Luar Rumah Penyemprotan Inteksida Penyemprotan Inteksida di
Rumah yang sudah mendapatkan dan Kuiseoner
di Kelompokan: Nominal Kelompokan:
belum mendapatkan penyemprotan
inteksida untuk membunuh jentik dan 1. Mendapatkan 1. Mendapatkan (1)
nyamuk dewasa 2. Tidak Mendapatkan 2. Tidak
mendapatkan (0)
Kebiasaan di luar rumah:
4. Obat Anti Nyamuk Kebiasaan berada di luar rumah Kuiseoner
Kebiasaan di luar rumah 1. Ya (1)
mengunakan lotion dan memakai Nominal
pada sore hari di 2. Tidak (0)
pakaian lengan panjang agar dapat kelompokkan
mencegah gigitan nyamuk
1. Ya
2. Tidak Pengunaan Obat Anti
Penggunaan Obat Nyamuk di Bedakann
Kebiasaan menggunakan obat anti Kuiseoner Nominal Menjadi:
nyamuk untuk mencegah gigitan
Anti Nyamuk di Bedakan
Menjadi: 1. Menggunakan (1)
nyamuk
1. Menggunakan 2. Tidak
2. Tidak Menggunakan Menggunakan (0)
19
BAB IV
METODOLOGI PENILITIAN
4.2.1 Populasi
4.2.2 Sampel
20
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri – ciri yang di penuhi
setiap anggota yang di ambil sebagai populasi yang dapat di ambil
sebagai sampel.
- Responden bersedia untuk di teliti
- Masyarakat yang tidak berada dalam kadaan sakit
- Responden bisa membaca dan menulis
4.3 Variabel Penilitian
4.3.1 Variabel bebas (independent variable)
Adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif
maupun negatif yang artinya variabel bebas dalam penilitian ini adalah
Pencegahan penyakit malaria: Penggunaan Kelambu, Kebiasaan di Luar
Rumah Pada Sore Hari, Penyemprotan Inteksida, Obat Anti Nyamuk.
4.3.2 Variabel terikat (dependent variable)
Adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat karna
variabel bebas yang artinya variabel terikat adalah penyakit malaria
4.4 Instrumen penilitian
Instrumen yang digunakan dalam penilitian ini yaitu lembar kuesioner
tentang analisis terhadap Pencegahan malaria berupa Penggunaan Kelambu,
Penyemprotan Inteksida, Kebiasaan di Luar Rumah pada Sore Hari dan Obat
Anti Nyamuk.
4.5 Lokasi Dan Waktu Penilitian
Lokasi penilitian di Dusun Dua Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur pada bulan Maret–Mei, tahun 2022.
4.6 Teknik pengumpulan data dan pengolahan data
4.6.1 Teknik Pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data
a. Melalui kuesioner diberikan pada masyarakat di desa mbatakapidu
4.6.2 Teknik pengolahan data
21
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai
berikut:
a. Pengeditan data (editing)
Yaitu untuk melihat lengkap tidaknya pengisian kuisoner, melihat logis
tidaknya jawaban, melihat konsistensi atas pertanyaan.
b. Coding dan transformasi data
Coding adalah pemberian kode – kode tertentu pada tiap data termasuk
memberikan kategori untuk data yang sama.
c. Tabulasi data
Tabulasi data adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan
kebutuhan analisis.
4.7 Cara Analisa Data
Data dikumpulkan dan dikelompokan kemudian di tabulasi dan diolah
secara deskriptif sesuai dengan variabel penilitian. Hasil penilitian disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi sehingga menggambarkan upaya Penggunaan
Kelambu, Penyemprotan Inteksida, Kebiasaan di Luar Rumah pada Sore
Hari, dan Obat Anti Nyamuk di Dusun Dua Desa Mbatakapidu Kabupaten
Sumba Timur.
4.8 Etika Penilitian
Setelah mendapat persetujuan/izin dari Ketua Program Studi Keperawatan
Waingapu Peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah
etika penilaian meliputi:
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan menjadi responden di berikan kepada
responden yang akan diteliti, selanjutnya peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan pnlitian yang dilaksanakan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, setelah diberi
penjelasan responden yang bersedia diteliti harus menandatangani
lembar persetujuan yang disediakan. Jika responden menolak atau
tidak besedia maka peneliti tidak memaksanya dan tetap menghormati
hak-hak responden.
22
2. Anotomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada format pengumpulan data, cukup dengan
memberi nomor kode masing- masing lembar tersebut.
3. Conidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin
oleh penelitian.
23
BAB V
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Sumber: Data Primer, 2022
25
sebanyak 14 orang (47%), SMA sebanyak 8 orang (27%), sedangkan SMP
sebnyak 7 orang (23%), dan paling terendah yaitu yang tidak sekolah
sebanyak 1 orang (3%).
Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan klarifikasi Pekerjaan yang
terdapat pada masyarkat di Desa Mbatakapidu Dusun Dua Kabupaten
Sumba Timur Tahun 2022.
No Pekerjaan f %
1 PNS 0 0
2 TNI, Polri 0 0
3 Swasta 0 0
4 Wiraswasta 0 0
5 Petani 30 100
6 Pensiunan 0 0
7 Pelajar/ 0 0
Mahasiswa/i
Total 30 100,00
Sumber: Data Primer, 2022
26
Berdasarkan tabel 5.5 yang menggunakan kelambu diatas dapat diketahui
dari 30 responden yang mengatakan Ya adalahsebanyak 30 orang dengan
presentase (100%), sedangkan yang menyatakan Tidak sebanyak 0(0%).
Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan klarifikasi Penyemprotan
Inteksida yang terdapat pada masyarakat di Desa Mbatakapidu Dusun
Dua Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022.
No Penyemprotan f %
Inteksida
1 Mendapatkan 20 67
2 Tidak Mendapatkan 10 33
Total 30 100,00
Sumber: Data Primer, 2022
Berdasarkan tabel 5.7 yang mempunyai kebiasaan di luar rumah pada sore
hari diatas dapat dilihat dari 30 responden, yang menyatakan Ya adalah
sebanyak 12 orang dengan presentase (40%), sedangkan yang menyatakan
Tidak sebanyak 18 orang dengan presentase (60%).
Tabel 5.8 Distribusi Respponden berdasarkan penggunaan obat anti
27
nyamuk yang terdapat pada masyarakat di Desa Mbatakapidu Dusun
Dua Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
No Penggunaan Obat f %
Anti Nyamuk
1 Menggunakan 10 33
2 Tidak Menggunakan 20 67
Total 30 100,00
Sumber: Data Primer, 2022
Berdasarkan tabel 5.8 yang menggunakan obat anti nyamuk diatas dapat
dilihat dari 30 responden, yang menyatakan Ya adalah sebanyak 10 orang
dengan presentase (30%), sedangkan yang menyatakan Tidak sebanyak 20
orang dengan presentase (67%).
5.2 Pembahasan
Karakteristik Demografi adalah ciri yang menggambarkan
perbedaan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status
pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial. Berdasarkan hasil penilitian
pada 30 responden karakteristik demografi adalah sebagai berikut.
Umur atau Usia adalah lamanya hidup yang dihitung berdasarkan
tahun lahir hingga sekarang.Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan
pada 30 responden yang menggunakan kelambu, penyemprotan
inteksida, kebiasaan diluar rumah pada sore hari, dan penggunaan obat
anti nyamuk lebih banyak pada usia 26-35 tahun (40%) dan yang
terendah yaitu pada usia 56-65 tahun (3%).Menunjukan bahwa
pencegahan malaria di Desa Mbatakapidu Dusun Dua tidak bergantung
pada umur.
Hal ini sejalan dengan hasil penilitian yang dilakukan oleh
anderias, Dkk tahun 2014 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan
antara umur dengan yang menggunakan kelambu, penyemprotan
inteksida, kebiasaan diluar rumah pada sore hari, dan penggunaan obat
28
anti nyamuk.
Menurut Notoatmodjo, semakin cukup umur seseorang, tingkat
kematangan berpikir akan lebih baik. Biasanya sejalan dengan
bertambahnya umur secara biologis akan mempengaruhi manusia untuk
mengambil tindakan.
Dalam penilitian ini responden rata-rata masih usia produktif
sehingga yang menggunakan kelambu, penyemprotan inteksida,
kebiasaan diluar rumah pada sore hari, dan penggunaan obat anti nyamuk
yang baik untuk mencegah malaria sangat diperhatikan dan sangat baik
dalam menyerap informasi yang diterima.
Jenis kelamin adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara pria
dan wanita. Berdasarkan hasil penilitian pada 30 responden didapatkan
bahwa responden yang berjenis kelamin wanita lebih banyak yaitu
(53%). menunjukan bahwa penderitan penyakit malaria yang memiliki
kesadaran untuk menggunakan kelambu, penyemprotan inteksida,
kebiasaan diluar rumah pada sore hari, dan penggunaan obat anti nyamuk
lebih banyak dilakukan oleh wanita dari pada pria. Hal ini dikarenakan
wanita lebih berperan dalam mengurus rumah tangga.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh
responden. Berdasarkan hasil penelitian pada 30 responden didapatkan
bahwa responden yang menggunakan kelambu, kebiasaaan di luar rumah
pada sore hari, penyemprotan inteksida, dan penggunaan obat anti
nyamuk paling banyak yaitu pada jenjang SD (47%). Menunjukan bahwa
penggunakan kelambu, penyemprotan inteksida, kebiasaan diluar rumah
pada sore hari, dan penggunaan obat anti nyamuk pada responden tidak
berdasarkan tingginya atau rendahnya pendidikan yang ditempuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anderias,dkk tahun 2014 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan perilaku menggunakan kelambu.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wuisan (2017) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan dan penggunaan kelambu.
29
Meskipun penggunaan kelambu yang tidak bergantung pada
pendidikan, namun tingkat pendidikan memberikan kemampuan pada
seseorang untuk menerima dan memahami informasi yang diperoleh
tentang suatu objek.
Pekerjaan adalah suatu yang dikerjakan untuk mendapatkan
nafkah atau pencaharian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pada 30 responden didapatkan bahwa pekerjaan paling banyak digeluti
oleh responden yaitu sebagai petani (100%). Membuktikan bahwa
penggunaan kelambu , kebiasaan diluar rumah pada sore hari,
penyemprotan inteksida, penggunaan obat anti nyamuk tidak bergantung
pada pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Anderias, Dkk (2014) yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan penggunaan kelambu , kebiasaan
diluar rumah pada sore hari, penyemprotan inteksida, penggunaan obat
anti nyamuk dengan pekerjaan.
Pekerjaan merupakan hal yang penting dalam penggunaan
kelambu , kebiasaan diluar rumah pada sore hari, penyemprotan
inteksida, penggunaan obat anti nyamuk. masyarakat yang berprofesi
sebagai petani lebih banyak waktu luang untuk mengurus rumah tangga
dan memperhatikan kebutuhan setiap anggota keluarganya. Salah satunya
penggunaan kelambu , kebiasaan diluar rumah pada sore hari,
penyemprotan inteksida, penggunaan obat anti nyamuk yang baik dan
benar.
Penggunaan kelambu yang berinteksida hal ini tidak terlepas dari
cara penggunaan kelambu yang baik dan benar.
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan pada 30 orang
responden di Desa Mbatakapidu Dusun Dua didapatkan bahwa
penggunaan kelambu secara umum baik yang itu selalu menggunakan
kelambu saat tidur dengan presentas 100% hal ini menunjukan bahwa
kesadaran masyarakat untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk sudah
meningkat.
Hal ini sejalan dengan hasil penilitian yang telah dilakukan oleh
30
faradila, Dkk Tahun 2015 yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk
menghindari gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan kelambu yang
berinteksida maupun yang tidak berinteksida pada saat tidur. Kebiasaan
nyamuk untuk mencari dara adalah pada malam hari. Hasil analisis
univariat 98,9% responden menggunakan kelambu pada malam hari.
Kebiasaan menggunakan kelambu merupakan upaya yang
efektif untuk menghindari dan mencegah kontak antara nyamuk dan
orang sehat pada saat tidur pada malam hari.
Pernyemprotan inteksida hal ini tidak terlepas dari sudah
mendapatkan atau belum mendapatkan penyemprotan inteksida di
masyarakat untuk membunuh jentik nyamuk.
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan pada 30 orang
responden di Desa Mbatakapidu di dapatkan hasil bahwa yang sudah
mendapatkan penyemprotan inteksida dengan presentase 67%, hal ini
menunjukan bahwa masyarakat mempunyai antusias yang tinggi dalam
mendapatkan penyemprotan inteksida.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Nilce Astin, 2020 pada 8
responden di Manokwari Barat, Papua Barat, di peroleh data bahwa
upaya pencegahan malaria dengan cara membunuh jentik dan nyamuk
malaria dewasa melalui penyemprotan rumah.
Penyemprotan inteksida merupakan upaya yang efektif dalam
membunuh jentik nyamuk dan nyamuk dewasa untuk menghindari
terjadinya penyakit malaria.
Kebiasaan Di Luar Rumah Pada Sore Hari tidak terlepas dari
upaya pencegahan penyakit malaria.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang
responden di Desa Mbatakapidu Dusun Dua di dapatkan hasil bahwa
kebiasaan diluar rumah pada sore hari dengan presentasi 40% dan yang
tidak keluar rumah pada sore hari dengan presentase (60%), hal ini
menun jukan bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak keluar rumah
disore hari sudah meningkat..
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Santy, 2013 pada 132
31
responden di Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau yang terdiri
atas 66 kasus dan 66 kontrol. Dimana di dapatkan data bahwa kebiasaan
beraktivitas diluar rumah pada sore hari (p<0.001) memiliki hubungan
dengan kejadian malaria.
Kebiasaan di luar rumah pada sore hari merupakan hal yang
biasa di lakukan oleh masyarakat karna kurangnya pengetahuan dari
kebiasaan di luar rumah pada sore hari yang memliki dampak tinggi
untuk terkena malaria.
Penggunaan Obat Anti Nyamuk tidak terlepas dari penggunaan
obat yang baik dan benar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 orang
responden di Desa Mbatakapidu Dusun Dua di dapatkan hasil bahwa
penggunaan obat anti nyamuk yang baik yaitu dengan presentase 33%,
hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk memakai obat
anti nyamuk masih berkurang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Andi Alim, pada 30 responden di Manokwari Barat, Papua Barat tahun
2018 yang mengatakan bahwa penggunaan obat anti nyamuk masih
berkurang karna masyarakat tidak tau bagaimana cara menggunakan obat
anti nyamuk malaria.
Penggunaan obat anti nyamuk adalah salah satu cara untuk
menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat anti nyamuk
bakar, oles, dan semprot selain dari hemat harganya juga terjangkau.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil penilitian didapatkan data di Desa mbatakapidu dusun dua
bahwa rata-rata masyarakat menggunakan kelambu, sebagian masyarakat
sudah mendapatkan penyemprotan inteksida, kesadaran masyarakat untuk
tidak keluar rumah pada sore hari sudah meningkat, dan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat anti nyamuk.
6.2 SARAN
Bagi Puskesmas Waingapu
Di harapkan Bagi Puskesmas Waingapu untuk terus melakukan
penyemprotan inteksida di desa mbatakapidu dusun dua, dan penyuluhan
tentang penggunaan obat anti nyamuk, karna masyarakat dusun dua desa
mbatakapidu masih banyak yang belum mendapatkan penyemprotan inteksida
serta masih banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui tentang
penggunaan obat anti nyamuk berupa obat nyamuk oles, bakar, dan semprot.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya di harapkan untuk melanjutkan dan
mengembangkan penelitian ini dengan metode yang berbeda.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Praktis . Jakarta: Salemba Medika
Puskesmas Waingapu. Profil Kesehatan Puskesmas Waingapu 2022. Situasi
Malaria dan Masalah Pecegahannya Di Dusun II Desa Mbatakapidu
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Dapartemen Kesehatan RI : Badan
Penilitian dan Pengembangan Masyarakat.
Sarjono, Ditjen P2PTVZ Kemenkes RI, Monoitoring resistensi vektor
malaria terhadap intesektisida di Kabupaten Penajem Paser Utara
Provinsi Kalimantan Timur, Jakarta;2019
Yoga, ( 2012 ). Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kemenkes Tahun
2012. Retrieved December 4, 2016, from.
Wempi, I Gede dan Permadi, Dodi S.2013. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Masyarakat terhadap ketidakpatuhan kelambu berinteksida di Desa
Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim.
Artikel Lokallitbang P2B2 Baturaja.02:70-73.
WHO, 2017. Wrold Malaria Report. Switzerland : WHO global Malaria
Programe and WHO public healt Information and Geographic
Systems.
35
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
Jl. ADAM MALIK NO. 126 TELP 0307 61715
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
OLEH
TOMI YAWAN DANGU RAMBA
NIM: PO5303203191100
Setelah saya memperhatikan dan membaca permohonan diatas, maka saya mengatakan
bersedia menjadi responden dalam penilitian ini. Sebagai bukti kesediaan menjadi responden
dibawah ini saya bubuhkan tanda tangan saya.
……………………
KUESIONER
No:
Responden
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
A. Penggunaan Kelambu
No Kuesioner Ya Tidak
No Kuesioner Ya Tidak
No Kuesioner Ya Tidak
No Kuesioner Ya Tidak