Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PROLANIS


DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH UPT PUSKESMAS
RAYA KECAMATAN SINGKEP
BARAT KABUPATEN LINGGA
TAHUN 2023

Oleh:

Herni Suryani Purba


162212047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2023
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN PROPOSAL

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Mawar Eka Putri, S.Kep, Ns, M.Kep) (Soni Hendra Sitindaonl, S.Kep, Ns, M.Kep)
NIK:11090 NIK:11069

Tanjungpinang, Maret 2023

Mengetahui
Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

(Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIK: 11085

Nama : Herni Suryani Purba


NIM : 162212047
Tahun Akademik : 2022/2023

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Pronalis Dengan


Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat
Kabupaten Lingga Tahun 2023
: Herni Suryani Purba
NIM : 162212047
Program Studi : S1 Keperawatan
Tahun Akademik : 2022/2023

TIM PENGUJI

Penguji 1

: (Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep)

Penguji II

: (Mawar Eka Putri, S.Kep, Ns, M.Kep)

Penguji III

: Soni Hendra Sitindaon., S.Kep, Ns, M.Kep

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

proposal penelitian dengan berjudul “Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien

Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah UPT

Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Tahun 2023 tepat

pada waktunya.

Proposal ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar

sarjana Keperawatan dalam menyelesaikan pendidikan di Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang. Pembuatan proposal ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih Kepada :

1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Ibu Yusnaini Siagian, S.Kep, Ns, M.Kep. Selaku Wakil Ketua I Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Ibu Ikha Rahardiantini, S.Si, Apt, M.Farm. Selaku Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

4. Ibu Ernawati, S.Psi, M.Si. Selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

5. Ibu Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep Kepala Program Studi Sarjana

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

iv
v

6. Ibu Mawar Eka Putri, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing 1 yang sudah

meluangkan waktu saran dan pikiran demi keberhasilan proposal ini

7. Bapak Soni Hendra Sitindaon S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing 2 yang

sudah meluangkan waktu saran dan pikiran demi keberhasilan proposal ini

8. Bapak/ibu dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Tanjungpinang yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan,

nasehat serta dukungan selama perkuliahan.

9. Terimakasih untuk keluarga tercinta , Istri dan putri tercinta yang telah

memberikan segala dukungan moral, spiritual dan material, serta doa yang

selalu dipanjatkan untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal penelitian ini dengan sebaiknya.

10. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan XVI Sarjana Keperawatan Program

Non reguler Stikes Hang Tuah Tanjungpinang yang telah memberikan

dorongan, bantuan dan kerjasama dalam penyusunan Proposal ini

11. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Proposal ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran ataupun

kritikan yang membangun demi kesempurnaan peneliti ini kedepannya.

Sehingga, dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan.

Tanjungpinang, Maret 2023

Herni Suryani Purba

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN ..............................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................7
D. Manfaat Penelitian .....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10
A. Konsep Teori Hipertensi............................................................................10
1. Konsep Hipertensi ..............................................................................10
2. Kualitas Hidup.....................................................................................23
3. Konsep Prolanis...................................................................................28
4. Konsep Kepatuhan...............................................................................30
B. Kerangaka Teori .......................................................................................35
C. Kerangka Konsep .....................................................................................36
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................38
A. Desain Penelitian ......................................................................................38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................39
C. Populasi dan Sampel .................................................................................40
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional ..........................................43
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................47
F. Alat Pengumpulan Data.............................................................................48
G. Uji Validitas Dan Reabilitas .....................................................................49
H. Teknik Analisa data ..................................................................................51
I. Pertimbangan Etik Penelitian ...................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

vi
vii

DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 Kerangka Teori.................................................................................35
BAGAN 2.2 Kerangka Kerja ...............................................................................36

vii
viii

DAFTAR TABEL
TABEL 2.1. Klasifikasi Hpertensi .......................................................................11
TABEL 3.1. Definis Operasional..........................................................................46

viii
ix

ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama

kematian dan ketidakmampuan fisik yang diderita oleh masyarakat

Indonesia maupun dunia. Pada tahun 2016, sebanyak 71% kematian saat

ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena

penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh

penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh

Penyakit Tidak Menular lainnya. Hampir tiga per empat dari semua

kematian akibat penyakit tidak menular dan 82% dari 16 juta orang ang

meninggal sebelum waktunya atau sebelum mencapai usia 70 tahun yang

terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah World

Health Organization (WHO, 2018). Data dari World Health Organization

(WHO) menunjukkan bahwa negara Afrika memiliki pravelensi hipertensi

tertinggi dengan jumlah 27% , sedangkan negara yang memiliki prevalensi

hipertensi terendah yaitu Amerika dengan jumlah 18% (WHO, 2019).

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas di Indonesia. Menurut PERKI, seseorang dikatakan menderita

hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.

Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar

penentuan diagnosis hipertensi (Melinda, 2022)

1
2

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada

tahun 2019, hipertensi menyerang 22% dari jumlah penduduk dunia atau

sekitar 1,2 Miliar orang. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi

tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada diposisi ketiga tertinggi

dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. Masalah

hipertensi mengalami peningkatan jumlah kasus yang signifikan.

Peningkatan jumlah penderita hipertensi terutama terjadi pada golongan

usia yang relatif muda, yaitu : kelompok usia 18—24 tahun sebesar

13.2%, kelompok usia 25—34 tahun sebesar 20.1%, dan pada kelompok

usia 35-44 tahun sebesar 31.6%. ( WHO, 2019).

DiIndonesia hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3

setelah stroke dan tuberkulosis dengan jumlah penderita hipertensi

sebanyak 63.309.620 jiwa dari seluruh penduduk Indonesia, dengan angka

kematian sebesar 427.218 jiwa akibat hipertensi. Secara nasional hasil

Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dengan tekanan

darah tinggi sebesar 34,11%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada

perempuan 36,85% lebih tinggi dibanding dengan laki-laki 31,34%

(Kemenkes RI, 2019).

Prevalensi Data Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau data

pada tahun 2019 sebesar 28,2% (dengan perhitungan 139.160 kasus

hipertensi berbanding 492.980 jumlah penduduk yang diukur tekanan

darahnya dikali 100%) lebih rendah berbanding hipertensi nasional

(34,1%). Prevalensi hipertensi di Kepulauan Riau nomor 4 (empat)

terendah nasional. Secara prevalensi hipertensi di Kepulauan Riau cukup


3

rendah namun penanganan dan pencegahan hipertensi harus

dimaksimalkan, hal ini terkait dengan upaya kontrol keteraturan konsumsi

obat hipertensi dan kesadaran mengukur tekanan darah secara rutin di

asyarakat (LKIP Provinsi Kepri, 2019).

Prevalensi profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga penyakit

hipertensi menjadi urutan pertama dengan jumlah kasus sebanyak 16,5%

dari total penduduk usia lebih dari 18 tahun sebanyak 1.359 orang. Tahun

2021. Sedangkan pada tahun 2022 prevalensi meningkat dengan total

jumlah sebesar 18, 3%. Berdasarkan Data di UPT Puskesmas Raya pada

tahun 2022 jumlah kasus hipertensi mencapai 418 orang dengan jumlah

perempuan sebanyak 211 sedangkan laki-laki sebanyak 207.

Meningkatnya kejadian penyakit tidak menular khususnya

hipertensi secara global menyebabkan komplikasi yang berdampak buruk

bagi kesehatan serta berdampak pada meningkatnya pembiayaan

kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hipertensi apabila tidak

diobati dan ditanggulangi dalam waktu yang panjang akan menyebabkan

kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah

dari arteri tersebut. Setiap pasien yang menderita hipertensi harus

mengontrol hipertensi karena merupakan pembunuh yang mematikan.

Gejala yang dialami bisa bervariasi pada masing-masing individu dan

hampir sama dengan penyakit lainya. Gejala tersebut adalah sakit kepala

berat di tengkuk, mumer (vertigo), jantung berdebar debar mudah lelah

pengelihatan kabur, telingga berdenging dan mimisan sehingga upaya


4

yang dilakukan adalah dengan mengikuti program pronalis (kemenkes RI,

2018).

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,

fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien Ada 6 Kegiatan Prolanis yang terdiri

dari: (1) konsultasi medis; (2) edukasi peserta prolanis; (3) Reminder SMS

gateway; (4) home visit; (5) aktivitas club (senam) dan; (6) pemantauan

status kesehatan. Tujuan prolanis yaitu, untuk mendorong peserta

penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan

indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat

Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap

Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah

timbulnya komplikasi penyakit (Anisa, 2022).

Kegiatan Prolanis ini tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan

para pengguna peserta BPJS. Selain itu kegiatan Prolanis dapat membantu

BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian PTM, dimana pembiayaan

untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka perlu dilakukan

upaya pencegahan penyakit Kronik (Anisa, 2022). Dengan banyaknya

angka kejadian hipertensi di indonesia dan peningkatan prevelensi

hipertensi di indonesia, pemerintah memberikan program baru yang

bekerjasama dengan BPJS yaitu Prolanis. Salah satu aktivitas dalam


5

Prolanis yaitu Aktifitas Fisik (Senam). Aktifitas ini sangat berpengaruh

bagi pasien hipertensi karena intensitas latihan dalam Prolanis lebih rutin

dilaksanakan. Kegiatan aktivitas fisik ini terdiri dari senam Jantung sehat,

senam Lansia, dan senam Aerobic Low Impactt akan tetapi peneliti fokus

terhadap senam jantung sehat karena senam ini dapat meningkatkan

perasaan sehat dan meningkatkan kemampuan fisik seseorang serta

mengatasi stres sehingga dari segi fisik, lingkungan, sosial, dan psikologik

seseorang juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya (Mayani,

2020)

Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapat

kepuasaan dan kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari (da Silva &

Baptista, 2016). Kualitas hidup seseorang dapat dinilai dengan berbagai

aspek gaya hidup aktif secara fisik. Semakin banyak aktivitas fisik,

dampak kualitas hidup lebih baik. Hal ini disebabkan adanya peningkatan

kinerja otot, keseimbangan, kesehatan kognisi, dan kemampuan untuk

mandiri (Svantesson et al., 2018). Menurut WHO dalam (Alfian, Susanto,

dan Khadizah, 2019) menginformasikan bahwa kualitas hidup merupakan

indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan

kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan. Kualitas hidup

tidak hanya mencakup domain fisik, tetapi juga kinerja dalam memainkan

peran sosial, keadaan emosional, fungsi intelektual dan kognitif serta

perasaan sehat dan kepuasan hidup. Hasil dari penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 74,14% penderita hipertensi

dengan penyakit penyerta gagal jantung memiliki kualitas hidup yang


6

kurang baik, diantaranya skor pada fungsi fisik 48, 71, fungsi emosi 64,9,

fungsi sosial 50,25, kesehatan umum 44,11, keadaan fisik 31,9, dan

keadaan emosi 36, 23 (Alfian, Susanto, & Khadizah, 2019).

Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Melinda (2022) Salah satu

program pemerintah yaitu Senam Prolanis merupakan bentuk latihan

jasmani aerobic. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan sacara integrasi yang melibatkan

peserta, fasilita esehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Tujuannya untuk mendorong

peserta BPJS kesehatan penyakit kronis mencapai kualitas hidup yang

optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien.7

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lutfiasih Rahmawati

(2019) terdapat penurunan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik

setelah senam Prolanis selama 4 minggu berturutturut.8 Menurut Adita

Ayu Ferdinansih (2018) Terdapat perbedaan yang signifikan kualitas

hidup lansia hipertensi yang mengikuti senam prolanis lebih tinggi

daripada lansia hipertensi yang tidak mengikuti senam prolanis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakuan di UPT Puskesmas

Raya hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa pasien didapatkan

hasil 60 % kualitas hidup pasien baik 40 % kualitas hidup pasien buruk. 10

dari 15 pasien mengatakan serig mnegikuti program pronalis salah

satunya yaitu senam bulanan yang diadakan oleh puskesmas dan beberapa

kpasien megatakan tidak mau mnegikuti senam hanya berobat rutin saja,
7

berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul

Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Pronalis Dengan Kualitas Hidup

Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan

Singkep Barat Kabupaten Lingga Tahun 2023

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas Rumusan Masalah dari

penelitian ini yaitu ‘’Apakah ada Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien

Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga

Tahun 2023?’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Tingkat Kepatuhan Pasien Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada

Penderita Hipertensi Di Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan

Singkep Barat Kabupaten Lingga Tahun 2023

2. Tujuan khusus.

a. Mengetahui distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,

Pekerjaan, Pendidikan. Riwayat hipertensi, lama mendertita

hipertesi

b. Mengetahui Hubungan Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien

Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di


8

Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat

Kabupaten Lingga Tahun 2023

c. Menganalisa Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Prolanis

Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten

Lingga Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan penelitian ini berguna untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi Menambah

pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti terkait dengan penyakit

hipertensi

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi

Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan Puskesmas setempat untuk

lebih meningkatkan program-program terkait pencegahan dan

penanganan pada penyakit hipertensi

c. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan meningkatkan wawasan ilmu

pengetahuan mengenai penelitian yang berhubungan dengan

penyakit hipertensi.
9

2. Manfaat Akademik

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka dan referensi

untuk meningkatkan pengetahuan dalam melakukan dan mengikuti

program pronalis dengan meningkatkan kualtas hidup pasien hipertensi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri.

Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk

mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini

dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan

menyebabkan penyakit degeneratif, hingga kematian. Seseorang

dikatakan hipertensi jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan

hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan

dua kali pemeriksaan dan selang waktu lima menit. Dalam hal ini 140

menunjukkan tekanan sistolik dan 90 menunjukkan tekanan diastolik

(Indah, 2017)

Hipertensi disebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-

diam karena penyakit ini tidak memiliki gejala yang spesifik, dapat

menyerang siapa saja, kapan saja, serta dapat menimbulkan penyakit

degeneratif, hingga kematian. Hipertensi biasanya tidak disadari oleh

masyarakat karena gejalanya yang belum jelas dan menyerupai

keluhan kesehatan pada umumnya. Penderita baru mengetahui bahwa

dirinya terserang hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan tekanan

darah, atau setelah timbul penyakit lain. Dalam hal ini, tidak menutup

10
11

kemungkinan bahwa kejadian hipertensi dalam masyarakat akan

mengalami peningkatan. Untuk itu, deteksi dini penting dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin dirumah atau

pelayanan kesehatan primer (Indah, 2017).

Hipertensi adalah daya dorong darah ke seluruh dinding

pembuluh darah pada permukaan yang tertutup. Tekanan darah

biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan

diastolik memakai nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60

mmHg hingga 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal

umumnya 120/80 mmHg (Smeltzer, S. C dan Barre, 2017).

Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah baik

sistolik Maupun diastolik yang sama atau lebih dari 140/90mmhg.

Hipertensi merupakan factor resiko 6.905 kali lebih besar

dibandingkan yang tidak hipertensi. Hipertensi mengakibatkan

pecahnya maupun penyemitan pembuluh darah ke otak. Apabila

pembuluh darah ke otak pecah maka aliran darah ke otak akan

terganggu dan menyebabkan kematian (Masriadi, 2019)

Hipertensi dapat dikategorikan sebagai the silent disesase

karena tanda dan gejalanya bervariasi dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Dimana penderita tidak menyadari mengidap

penyakit hipertensi sehingga apabila di biarkan akan memicu

terjadinya stroke serangan jantung dan kematian (Tribowo, 2017).


12

b. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi TD TD TD
(Sistolik, mmHg) (Diastolik, mmHg)
Normal <12 <80
0
Prehipertensi 120-129 <80
Hipertensi Stadium I 130-139 80-90
Hipertensi Stadium II >14 >90
0
Hipertensi Stadium III >18 >120
0

Sumber : (AHA, 2019)

c. Etiologi

Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi

menjadi 2 golongan

1) Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi

yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang

diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial

diantaranya :

a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi

lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita

yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit

hipertensi.
13

c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi

garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan

lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan

berkembangnya penyakit hipertensi

d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat

badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi

e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan

konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya

hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam

keduanya.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa

penyakit, yaitu :

a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta

abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat

menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah diatas area kontriksi.

b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa

darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien


14

dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous

dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit

parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta

perubahan struktur serta fungsi ginjal

d) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks

adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.

Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer

aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

e) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga

d. Faktor-Faktor

1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a) Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambah

nya umur risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada

kelompok > 55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 55%. Pada

lanjut usia, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan

tekanan darak sistolik. Kejadian ini disebabkan oleh perubahan

sruktur dan pembuluh darah besa (Kemenkes RI, 2019).

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria

mempunyai risiko 2,3 kali lebih banyak mengalami tekanan darah

sistolik debandingkan perempuan, karena pria memiliki gaya

hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun


15

setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada

perempuan meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hipertensi

pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pria, akibat

faktor hormon (Kemenkes RI, 2019).

c) Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga

meningkatkan faktor risiko hipertensi terutama hipertensi primer.

Jika kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45%

akan turun ke anaknya. Jika salah satu orang tuanya menderita

hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak nya (Kemenkes

RI, 2019)

2) Faktor risiko yang dapat diubah

a) Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan atau obesitas adalah presentase abnormalitas

lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh yaitu

perbandingan antara berat badan dan tinggi badan kuadrat dalam

meter. Berat badan dari Indeks Masa Tubuh (IMT)

berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan

darah sistolik. Risiko untuk hipertensi pada orang gemuk lima

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang badannya

normal. Prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar,

sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (Kemenkes RI, 2019).

b) Merokok
16

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi

darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat

tersebut mengakibatkan proses arteriosklerosis dan tekanan darah

tinggi. Merokok dapat meningkatkan denyut jantung, sehingga

kebutuhan oksigen otot-otot jantung bertambah. Merokok pada

tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko

kerusakan pembuluh darah arteri (Kemenkes RI, 2019).

c) Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh

karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga

akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60%

kasus hipertensi primer terjadi respon penurunan tekanan darah

dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang

mengkonsumsi garam tiga gram atau kurang ditemukan tekanan

darah rerata yang rendah sedangkan pada masyarakat asupan

garam tujuh sampai delapan gram tekanan darah rerata lebih

tinggi (Kemenkes RI, 2019).

d) Konsumsi alkohol

Peningkatan kadar kartisol, peningkatan volume sel darah

merah dan peningkatan kekentalan darah berperan dalam

peningkatan tekanan darah. Pengaruh alkoho terhadap kenaikan

tekanan darah apabila mengkonsumsi alkohol sekitar dua sampai

tiga gelas ukuran standar setiap harinya (Kemenkes RI, 2019).


17

e) Stress

Stress atau ketegangan dapat merangsang ginjal melepas

hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Jika stress

berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit maag.

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong

seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara

tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial)

yang ada pada diri seseorang. Peningkatan tekanan darah akan

lebih menonjol pada individu yang mempunyai kecenderungan

stress emosional tinggi. Pada wanita usia 45-64 tahun mempunyai

sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegang, masalah

rumah tangga, tekanan ekonomi, mobilitas pekerjaan, ansietas,

dan kemarahan yang terpendam. Dari semuanya itu berhubungan

dengan peningkatan tekanan darah (Kemenkes RI, 2019).

f) Kurang aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan

darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi. Dengan

melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah akan

mengalami penurunan. Olahraga teratur seperti berjalan cepat


18

salah satunya bisa dilakukan brisk walking exercise bekerja

melalui melalui penurunan resistensi perifer, pada saat otot

berkontraksi melalui aktifitas fisik akan terjadi peningkatan

aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara

ritmik Adanya dilatasi sfinter prekapiler dan arteriol

menyebabkan peningkatan pembukaan 10-100 kali lipat pada

kapiler. Dilatasi pembuluh darah juga akan mengakibatkan

penurunan jarak antara darah dan sel aktif serta jarak tempuh

difusi O2 serta zat metabolik sangat berkurang yang dapa

meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah,

oksigen serta nutrisi dalam sel (Sonhaji, 2020).

e. Manifestasi Klinis

Kejadian hipertensi biasanya diketahui setelah dilakukan

pemeriksaan tekanan darah dan sudah terjadi komplikasi yang berat.

Hipertensi yang tidak menampakan tanda dan gejala secara akurat

namun ada bebebrapa individu, gejala awal terjadinya hipertensi yaitu

kepala pusing pada pagi hari berdebar-debar, dan bunyi dengung di

telinga pada individu yang lain juga mengeluh tanda yang sama yaitu

sakit kepala tengkuk terasa tegang mual dan muntah (Prabowo, 2018).

f. Patofisiologi

hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya yaitu

hipertensi diastolik, hipertensi sistolik dan hipertensi campuran.


19

Hipertensi diastolik merupakan hipertensi yang biasa ditemukan pada

anak-anak atau dewasa muda. Sebaliknya hipertensi sistolik adalah

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan

diastolik. Sementara itu, hipertensi campuran adalah peningkatan

tekanan darah pada diastol dan sistol (Indah, 2017).

Hipertensi tidak memiliki gejala spesifik. Secara fisik, penderita

hipertensi juga tidak menunjukkan kelainan apapun. Gejala hipertensi

cenderung menyerupai gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya

sehingga sebagian orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena

hipertensi. Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara

lain jantung berdebar, penglihatan kabur, sakit kepala disertai rasa berat

pada tengkuk, kadang disertai dengan mual dan muntah, telinga

berdenging, gelisah, rasa sakit didada, mudah lelah, muka memerah,

serta mimisan. Hipertensi berat biasanya juga disertai dengan

komplikasi dengan beberapa gejala antara lain gangguan penglihatan,

gangguan syaraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan

serebral (otak). Gangguan serebral ini dapat mengakibatkan kejang dan

perdarahan pembuluh darah otak, kelumpuhan, gangguan kesadaran,

bahkan koma. Kumpulan gejala tersebut tergantung pada seberapa

tinggi tekanan darah dan seberapa lama hipertensi tersebut tidak

terkontrol dan tidak mendapatkan penanganan. Selain itu, gejala-gejala

tersebut juga menunjukkan adanya komplikasi akibat hipertensi yang

mengarah pada penyakit lain, seperti jantung, stroke, penyakit ginjal,

dan gangguan penglihatan (Indah, 2017)


20

1) Payah Jantung. Payah jantung merupakan kondisi jantung tidak lagi

mampu memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kerusakan ini

dapat terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik

jantung.

2) Stroke. Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah yang lemah

menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka

terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat pada kematian.

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan transiskemik (TIA) yang bermanifestasi sebagai peralis

sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam

penglihatan.

3) Kerusakan Ginjal. Adanya peningkatan tekanan darah ke dinding

pembuluh darah akan mempengaruhi kapiler glomerolus pada ginjal

mengeras sehingga fungsinya sebagai penyaring darah menjadi

terganggu. Selain itu dapat berdampak kebocoran pada glomerolus

yang menyebabkan urin bercampur protein (proteinuria).

4) Kerusakan Penglihatan. Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya

pembuluh darah mata, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi

kabur atau buta.

g. Penatalaksanaan.

Penatalaksanaan penderita hipertensi dapat dilakukan dengan 2

cara, yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis.

1) Penatalaksanaan Farmakologis
21

a) Diuretik: digunakan untuk membantu ginjal mengeluarkan

cairan garam yang berlebih dari dalam tubuh melalui urine.

b) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor: digunakan

untuk mencegah produksi hormon angiotensin II dalam tubuh.

c) Beta Bloker: digunakan untuk memperlambat detak jantung dan

menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah

yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah berkurang.

d) Calsium Chanel Blocker (CCB): digunakan untuk

memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan yang

masuk ke dinding pembuluh darah.

e) Vasodilator: digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot

pembuluh darah sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh

darah dan tekanan darah pun berkurang (Indah, 2017).

2) Penatalaksanaan non Farmalogis

a) Diit rendah garam. Pembatasan konsumsi sangat dianjurkan,

maksimal 2 gram garam dapur untuk diit setiap hari. Pemberian

diit rendah garam atau air dalam jaringan tubuh dan

menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Syarat diit ini

adalah cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, jumlah

natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya

retensi garam, air atau hipertensi dan bentuk makanan

disesuaikan dengan keadaan penyakit.


22

b) Menghindari kegemukan (Obesitas). Hindarkan kegemukan

(Obesitas) dengan menjaga berat badan normal atau tidak

berlebihan. Pembatasan kalori seringkali dapat menurunkan

tekanan darah dan sebaiknya dianjurkan bagi semua pasien yang

mengalami hipertensi karena kegemukan.

c) Membatasi Konsumsi Lemak. Membatasi konsumsi lemak

dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar

kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan

kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan

mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan

memperberat kerja jantung dan secara langsung memperparah

hipertensi.

d) Olahraga Teratur. Menurut penelitian, olahraga secara teratur

dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada

pembuluh darah. Olahraga yang dimaksud adalah latihan

menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau

dinamik). Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan

mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan

darah.

e) Makan Buah dan Sayuran Segar. Buah dan sayuran segar

banyak mengandung vitamin dan mineral. Buah yang banyak

mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan

tekanan darah.
23

f) Tidak Merokok dan Tidak minum Alkohol. Merokok dan

minum alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah,

sehingga menghindari alkohol dan merokok berarti menghindari

kemungkinan mendapat hipertensi.

2. Kualitas Hidup

a. Definisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah suatu komponen kebahagiaan dan

kepuasan terhadap kehidupan yang mencakup usia harapan

hidup, kesehatan mental maupun, fungsi fisik, fungsi kognitif

dan psikologis, kondisi lingkungan sekitar rumah serta

pendapatan dan dukungan. Kualitas hidup sangat memiliki

keterikatan dengan kesehatan sebab dalam suatu kepuasan atau

kebahagiaan dalam individu dipengaruhi oleh kesehatannya.

Didalam kehidupan sehari-hari, menjaga kualitas hidup lansia

sangat dianjurkan, karena kondisi lansia yang sangat

berkualitas memiliki kondisi fungsi yang sangat efektif

sehingga para lanjut usia dapat menikmati dimasa-masa usia

tuanya dengan nyaman (Seftiani, Hendra, & Maulana, 2018)

Menurut J Nadaby Maria (2019) menyatakan bahwa

kualitas hidup merupakan suatu persepsi individu terhadap

dirinya dalam konteks budaya dan sistem nilai yang

berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan


24

kekhawatiran. Konsep ini berhubungan dengan kesehatan fisik

seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan

sosial, dan keyakinan pribadi.

Kualitas hidup merupakan persepsi yang subjektif,

dimana penderita yang lebih mengetahui keadaannya dan

bagaimana sesuatu hal mempengaruhi aktivitas hidup, dan

pekerjaan. Memonitor kualitas hidup pasien adalah suatu hal

yang penting karena kualitas hidup tidak hanya sebagai dasar

kesehatan tetapi memiliki hubungan erat dengan morbiditas

dan mortalitas seseorang (J Nadaby Maria, 2019).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut J Nadaby Maria (2019) faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian yaitu

bagian pertama adalah sosio demografi meliputi jenis kelamin,

usia, suku/etnik, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan.

Bagian kedua adalah medik berupa lama menjalani

hemodialisa, stadium penyakit, dan terapi yang dijalani. WHO

membagi kualitas hidup dalam empat kategori yaitu:

1) Kesehatan fisik terdiri dari nyeri, energi, istirahat, tidur,

mobilitas, aktivitas, pengobatan dan pekerjaan. Keadaan

Psikis dilihat dari tampilan pasien, pemikiran pasien apakah

selalu berpikir positif atau negatif, pola pikir, dan menilai

daya ingat dan konsentrasi pasien.


25

2) Hubungan sosial melihat bagaimanakah hubungan pasien

dengan orang lain, apakah ada pihak yang memberi

dukungan dan keadaan dari aktivitas seksual

3) Lingkungan, keadaan fisik lingkungan seperti apakah ada

polusi, kebisingan yang akan berpengaruh pada kualitas

hidup. Keadaan finansial, akses dan kualitas pelayanan

kesehatan, dan keadaan di lingkungan sekitar juga akan

mempengaruhi kualitas hidup.

4) Jenis kelamin: laki-laki dan perempua nemiliki perbedaan

dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai

sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi

laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini

mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan

dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki

dan perempuan secara umum, kesejahteraan laki-laki dan

perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih

banyak terkait dengan aspek hubungan yang bersifat positif

sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait

dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik

5) Usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi

individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Ryff dan individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan


26

yang lebih tinggi pada usia dewasa

6) Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup, senada

dengan penelitian yang dilakukan oleh Barbareschi,

Sanderman, Leegte, Veldhuisen dan Jaarsma (2017)

mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingginya signifikansi

perbandingan dari pasien yang berpendidikan tinggi

meningkat dalam keterbatasan fungsional yang berkaitan

dengan masalah emosional dari waktu ke waktu

dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan rendah

serta menemukan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien

berpendidikan tinggi dalam domain fisik dan fungsional,

khususnya dalam fungsi fisik, energi/kelelahan, social

fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi terkait

dengan masalah emosional.

7) Pekerjaan: Hultman, Hemlin, dan Hornquist (2016)

menunjukkan dalam hal kualitas hidup juga diperoleh hasil

penelitian yang tidak jauh berbeda dimana individu yang

bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan individu yang tidak bekerja.

c. Kidney Disease Quality of Life Short FormTM 1.3 (KDQOL

SFTM 1.3
27

Terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk

menilai kualitas hidup yang meliputi keadaan fisik, psikologis

dan hubungan sosial seperti : Kidney Disease Quality Of Life

Short Form 36 (KDQOL SF 36), WHOQOL-BREF, dan

Quality Of Life Index (QLI). KDQOL merupakan salah satu

instrumen untuk menilai kualitas hidup dan sudah

dikembangkan sejak tahun 1994 serta banyak digunakan pada

penelitian (J Nadaby Maria, 2019).

KDQOL SFTM 1.3 adalah instrumen pengukuran kualitas

hidup pada pasien hipertensi yang dikombinasikan dengan

instrumen SF-36. Alat ukur ini merupakan alat ukur khusus

yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik dan pasien yang menjalani dialisis. Kuesioner ini

terdiri dari 24 pertanyaan dengan 19 kategori.

Pertanyaan pada kuesioner WHOQOL-BREFF terdiri atas

2 pertanyaan yang berasal dari kualitas hidup secara

menyeluruh dan 24 pertanyaan yang dibagi atas 4 dimensi

fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Pertanyan

kesehatan secara umum dan menyeluruh terdapat pada

pertanyaan urutan 1 dan 2. Dimensi fisik terdiri dari pertanyaan

urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Dimensi psikologis

terdiri dari pertanyaan urutan ke 5, 6, 7, 11, 19, dan 26.

Dimensi hubungan sosial terdiri dari pertanyaan urutan ke 20,

21, 22. Sedangkan dimensi lingkungan terdiri dari pertanyaan


28

urutan ke 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Pertanyaan

dari instrumen ini berisi pertanyaan positif, kecuali pada

pertanyaan nomor 3,4 dan 26 merupakan pertanyaan negatif

d. Aspek Kualitas Hidup

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan oleh WHO dan

Caplan mengenai aspek-aspek kualitas hidup dapat

disimpulkan aspek-aspek pada penderita hipertensi antara lain:

1) Aspek fisik: gejala fisik, respon tubuh terhadap

pengobatan, penerimaan diri, citra tubuh.

2) Aspek psikologis: persepsi individu terhadap kualitas

hidup, perasaan positif, perasaan negatif, hargadiri,

kebahagiaan, spiritualitas, kesejahteraan sosial.

3) Aspeksosial: hubungan interpersonal, dukungan sosial,

hubungan seksual, aktivitas ssosial.

4) Lingkungan: kebebasan, keselamatan fisik dan

keamanan.

3. Konsep Prolanis

a. Pengertian Prolanis

adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan


29

peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang

menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang

optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

b. Tujuan Prolanis

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai

kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar

yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil

“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2

dan Hipertensi sesuai panduan klinis terkait, sehingga dapat

mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan,

2014).

c. Sasaran Prolanis

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit

kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) (BPJS

Kesehatan, 2014)

d. Bentuk Pelaksanaan Aktifitas dalam Prolanis

Meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit,

Reminder, aktifitas club dan pemantauan status kesehatan (BPJS

Kesehatan, 2014).

e. Patuh pada Prolanis


30

Seseorang harus mematuhi langkah-langkah yang

direkomendasikan dalam program tersebut seperti,

1) Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, seperti

pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol.

2) Menjaga pola makan yang sehat dan seimbang dengan

memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

3) Melakukan olahraga secara teratur dan sesuai dengan kondisi

fisik masing-masing.

4) Menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan

mengonsumsi alkohol.

5) Memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan untuk

mencegah penyakit menular dan infeksi.

6) Mengonsumsi obat-obatan sesuai dengan resep dokter dan

mengikuti petunjuk penggunaan dengan benar.

Dengan mematuhi langkah-langkah tersebut, seseorang

dapat menjaga kesehatannya dan mencegah terjadinya berbagai

masalah kesehatan pada masa lanjut usia. (BPJS Kesehatan,

2014).

4. Konsep Kepatuhan

a. Pengertina Kepatuhan

Kepatuhan merupakan suatu perilaku pasien dalam

menjalani pengobatan, mengikuti diet, atau mengikuti

perubahan gaya hidup lainnya sesuai dengan anjuran medis dan


31

kesehatan (Rohani, R., & Ardenny, 2018). Faktor-faktor yang

Mendukung kepatuhan Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang mendukung sikap patuh, diantarannya

(Zelika, R.P.Wildan, A&Prihatningtias, 2018)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kepatuhan berasal ari kata “Patuh” yang memiliki arti suka

menurut terhadap perintah, taat terhadap perintah, aturan dan

disiplin. Kepatuhan merupakan bersifat patuh, taat, tunduk pada

suatu ajaran maupun aturan. Kepatuhan merupakan perilaku

positif seorang penderita penyakit dalam mencapai tujuan terapi.

Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat

terhadap aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan

disiplin yang harus dijalankan (Rosa, 2018)

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan

pendidikan yang aktif dalam hal ini sekolah umum mulai

dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang

menggunakan buku-buku dan penggunaan kaset secara

mandiri.

2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan,


32

sebagai contoh, pasien yang lebih mandiri harus dapat

merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam program

pengobatan.

3) Modifikasi

faktor lingkungan dan sosial Membangun dukungan

social dari keluarga dan teman-teman. Kelompok-

kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

kepatuhan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan,membatasi asupan cairan,dan

menurunkan konsumsi protein.

4) Perubahan

Model terapi Program-program pengobatan dapat

dibuat sesederhana mungkin, dan pasien terlihat aktif dalam

pembuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen

sederhana dalam program pengobatan dapat diperkuat,

untuk selankutnya dapat mematuhi komponen-komponen

yang lebih kompleks.

5) Meningkatkan interaksi tenaga kesehatan dengan pasien.

Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.

Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat

ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan


33

dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan tentang

penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat

membantu meningkatka kepercayaan pasien. Untuk

melakukan konsultasi selanjutnya dapat membantu

meningkatkan kepatuhan. Untuk meningkatkan interaksi

tenaga kesehatan dengan pasien, diperlukan suatu

komunikasi yang baik oleh seorang perawat. Sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan pasien.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan.

Menurut (Rohani, R., & Ardenny, 2018). Faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan antara lain.

1) Faktor ketidakpatuhan berdasarkan pemahaman instruksi

Kepatuhan berobat di pengaruhi oleh instruksi yang

diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga instruksi tersebut

harus dipahami oleh penderita dan tidak menimbulkan

persepsi yang salah. Semakin rendah pemahaman instruksi

seseorang terhadap instruksi yang diberikan maka semakin

tinggi pula ketidakpatuhan pasien dalam kontrol ulang. Dari

hasil pertanyaan yang diajukan peneliti, responden

mengatakan instruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan

banyak dan tenaga kesehatan masih menggunakan kata-kata

medis, sehingga mempengaruhi sikap dan kesadaran pasien

untuk rutin kontrol ulang.


34

2) Faktor ketidakpatuhan berdasarkan kualitas interaksi

Kepatuhan berobat dipengaruhi oleh kualitas

interaksi antara tenaga kesehatan dengan pasien. Keluhan

yang spesifik yang dirasakan oleh pasien adalah kurangnya

empati dan kurangnya minta yang diperlihatkan oleh dokter.

Kualitas interaksi yang rendah akan membuat

ketidakpatuhan pasien dalam Kontrol ulang akan semakin

meningkat Kualitas interaksi tenaga kesehatan dengan

pasien diabetes mellitus yang baik akan memotivasi pasien

untuk rutin dan teratur menjalani control ulang.

3) Faktor ketidakpatuhan berdasarkan dukungan kelurga.

Kurangnya dukungan keluarga disebabkan sebagian

besar keluarga menganggap bahwa pasien telah memahami

tentang penyakitnya. Dukungan keluarga yang timggi akan

menyebabkan pasien merasa senang dan tentram karenan

dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan diri

untuk menghadapi penyakit. Keluarga dapat menjadi faktor

yang sangat berpengaruh dalam menentukan nilai kesehatan

individu serta menentukan program pengobatan yang dapat

mereka terima. Keluarga dapat menasehati dan mengawasi

pasien agar rutin berobat dan minum obatnya secara teratur

c. Cara Mengukur Kepatuhan


35

Menurut Feist (2017) setidaknya terdapat lima cara yang dapat

digunakan untuk mengukur kepatuhan pada pasien, yaitu

1) Menanyakan pada petugas klinis

Metode ini adalah metode yang hampir selalu menjadi

pilihan terakhir untuk digunakan karena keakuratan atas

estimasi yang diberikan oleh dokter pada umumnya salah.

2) Menanyakan pada individu yang menjadi pasien

Metode ini lebih valid dibandingkan dengan metode

yang sebelumnya. Metode ini juga memiliki kekurangan,

yaitu: pasien mungkin saja berbohong untuk menghindari

ketidaksukaan dari pihak tenaga kesehatan, dan mungkin

pasien tidak mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan

mereka sendiri. Jika dibandingkan dengan beberapa

pengukuran objektif atas konsumsi obat pasien, penelitian

yang dilakukan cenderung menunjukkan bahwa para pasien

lebih jujur saat mereka menyatakan bahwa mereka tidak

mengkonsumsi obat.

3) menanyakan pada individu lain yang selalu memonitor

keadaan pasien

Metode ini juga memiliki beberapa kekurangan.

Pertama, observasi tidak mungkin dapat selalu dilakukan

secara konstan, terutama pada hal-hal tertentu seperti diet

makanan dan konsumsi alkohol. Kedua, pengamatan yang

terus menerus menciptakan situasi buatan dan seringkali


36

menjadikan tingkat kepatuhan yang lebih besar dari

pengukuran kepatuhan yang lainnya. Tingkat kepatuhan yang

lebih besar ini memang sesuatu yang diinginkan, tetapi hal ini

tidak sesuai dengan tujuan pengukuran kepatuhan itu sendiri

dan menyebabkan observasi yang dilakukan menjadi tidak

akurat

4) Menghitung banyak obat Dikonsumsi Pasien Sesuai Saran

Medis Yang Diberikan Oleh Dokte

Prosedur ini mungkin adalah prosedur yang paling

ideal karena hanya sedikit saja kesalahan yang dapat

dilakukan dalam hal menghitung jumlah obat yang berkurang

dari botolnya. Tetapi, metode ini juga dapat menjadi sebuah

metode yang tidak akurat karena setidaknya ada dua masalah

dalam hal menghitung jumlah pil yang seharusnya

dikonsumsi. Pertama, pasien mungkin saja, dengan berbagai

alasan, dengan sengaja mengkonsumsi beberapa jenis obat

Kedua, pasien mungkin mengkonsumsi semua pil, tetapi

dengan cara yang tidak sesuai dengan saran medis yang

diberikan.

5) Memeriksa bukti-bukti biokimia

Metode ini mungkin dapat mengatasi kelemahan-

kelemahan yang ada pada metode-metode sebelumnya.

Metode ini berusaha untuk menemukan bukti-bukti biokimia,


37

seperti analisis sampel darah dan urin. Hal ini memang lebih

reliabel dibandingkan dengan metode penghitungan pil atau

obat diatas, tetapi metode ini lebih mahal dan terkadang tidak

terlalu ‘berharga’ dibandingkan dengan jumlah biaya yang

dikeluarkan. Lima cara untuk melakukan pengukuran pada

kepatuhan pasien yaitu menanyakan langsung kepada pasien,

menanyakan pada petugas medis, menanyakan pada orang

terdekat pasien, menghitung jumlah obat dan memeriksa

bukti-bukti biokimia. Pada kelima cara pengukuran ini

terdapat beberapa kekurangan dan kekunggulan masing-

masing dalam setiap cara pengukuran yang akan diterapkan


36

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi

- Pendidikan Tidak patuh


- Informasi kepatuhan Prolanis
- Budaya
patuh
- Pengalaman

Mtk Kualitas Hidup

: Variable diteliti : Variable yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Karangka Teori


Sumber: Siti Nurbaiti (2020)

Baik buruk
36

C. Karangka Kosep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realistas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang

tidak diteliti (Nursalam, 2017). Adapun kerangka konsep factor factor

yang mempengaruhi hipetensi dapat digambarkan seperti bagan

Kepatuhan
berikut ini: Prolanis Kualitas HIdup

Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian

(Notoatmodjo, 2018). Berdasarkan batasan dan rumusan masalah yang

dikemukakan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Prolanis Dengan

Kualitas Hidup Pada penderita Hipertensi di Wilayah UPT Puskesmas

Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Tahun 2023

Ho: tidak Ada Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Prolanis Dengan

Kualitas Hidup Pada penderita Hipertensi di Wilayah UPT Puskesmas

Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Tahun 2023.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan korelasi dengan desain cross sectional (potong Lintang) yang

bertujuan untuk mengetahui antara variabel dimana variabel independen

dan dependent diidentifikasi dalam satu waktu. Desain penelitian adalah

model atau mode yang digunakan penelitian untuk melakukan suatu

penelitian yamg memberikan arahan terhadap jalanya penelitian (Dharma,

2019).

Metode penelitian ini disebut metode kuantitatif karena data

penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistik

(Dharma, 2018). Dalam hal ini untuk menganalisis Hubungan Tingkat

Kepatuhan Pasien Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita

Hipertensi Di Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat

Kabupaten Lingga Tahun 2023. Desain penelitian adalah model atau

metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang

memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma, 2018)

B. W aktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan proposal penelitian dilakukan mulai dari

November 2022 sampai dengan Februari 2023. Selama tahap ini


40

penulis melakukan pengajuan judul, pengurusan surat izin

pengambilan data, studi pendahuluan, studi kepustakaan,

penyusunan proposal, konsultasi dengan pembimbing I dan

pembimbing II sampai proposal penelitian ini mendapat

persetujuan dari pembimbing untuk dilakukan ujian proposal,

sidang proposal, dan revisi proposal.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai Bulan Maret-Mei 2023. Pada tahap

kegiatan pelaksanaan adalah dengan mengurus surat izin penelitian,

dan kontrak waktu untuk mulainya penelitian.

c. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan dilakukan pada Bulan April- Mei

2023. Pada tahap ini peneliti membuat hasil penelitian, pengolahan

data, menyusun laporan hasil penelitian, konsultasi pembimbing I

dan pembimbing II sampai mendapat persetujuan pembimbing untuk

dilakukan ujian skripsi.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Ini dilakuakn di Puskesmas Raya Kecamatan Singkep

Barat Kabupaten Lingga Tahun


41

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,

2010). Menurut Nursalam (2013), Populasi adalah setiap subjek yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini

populasi yang digunakan adalah 75 Pasien yang menderita Hipertensi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang

dimilki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi itu, apa

yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya akan dilakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul –

betul respresentative ( Sugiano, 2019). Sampel dalam penelitian ini

adalah responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan

kriteria ekslusi dan menghitung jumlah keselurah pupulasi sejak 3

bulan yang lalu sebagai berikut:

Tujuan menentukan besarnya sampel adalah agar sampel yang

diambil dapat mewakili populasi, sehingga penelitian yang dilakukan

menjadi efisien baik dari segi waktu, biaya dan sumber daya. Jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah 75 pasien hipertensi yang berada

di puskesmas raya.
42

Penentuan Jumlah Sampel dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

N
n = 1 + N (α)2

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = jumlah populasi

α = margin error atau batas toleransi kesalahan (10%)

75

n =75+(0,1)²

75

n =75+(0,01)

n= 43,73

n: 44 Responen

b. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah random

sampling yaitu teknik penentuan sampel yang secara acak

Memilih anggota populasi berdasarkan nomor acak yang telah

dihasilkan. Pasien yang di ambil sebagai sampel adalah pasien

dengan no urutan ganjil. (Sugiyono, 2019).

Berdasarkan dari hasil perhitungan sampel, maka pasien

yang menglami hipertensi harus memenuhi :


43

1. Kriteria Inklusi dalam Penelitian:

a. Pasien hipertensi yang memeriksa diri ke poli umum dengan

hipertensi ringan yang mempunyai tekanan darah sistolik lebih

dari 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolic 90-99 mmHg.

b. Pasien yang bersedia menjadi responden dan dapat

berkomunikasi secara jelas.

c. Pasien dengan umur 45-59 tahun

d. Kooperatif dan bersedia ikut serta dalam penelitian

2. Kriteria Eklusi dalam Penelitian

a. Pasein keluar kota

b. Pasien STEMI Atau NSTEMI

c. Pasein menolak menjadi responden

d. Pasien struke

e. Pasien Koma

D. Variabel penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variable Penelitian

Variable penelitian adalah variabel yang memengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti menciptakaan suatu dampak pada varibel

dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur

untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus

atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk


44

memengaruhi tingkat klien (Nursalam, 2018). Pada penelitian ini

variabel independen yang digunakan adalah kepatuhan pronalis

2. Variable Dependen

adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari

manipulassi variabel- variable lain. Dalam ilmu perilaku, variabel

terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,

2018). Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah

Kulaitas Hidup

3. Definisi Oprasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat tehadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011).

Adapun variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel

definisi operasional dihalaman selanjutnya


45
50

Variable Definisi Oprasional Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur


Kepatuhan Perilaku pasien peserta PROLANIS Buku Pantau 1. Patuh (peserta Nominal
Prolanis yang bersedia mengikuti kegiatan Peserta Prolanis Prolanis yang
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kehadirannya rutin
di Puskesmas untuk pemeriksaan kadar setiap dua bulan
Gula darah secara rutin sekali mengikuti
Prolanis)
2. Tidak Patuh (peserta
Prolanis yang
kehadirannya
terdapat jeda 2 bulan
tidak mengikuti
Prolanis)
Kualitas Derajat kehidupan yang dirasakan Kuesioner 1. Baik jika> 50 Nominal
Hidup dalam kehidupan sehari-hari tentang menggunakan 2. Buruk jika <50
penilaian terhadap diri individu atas WHOQoLBref
kesejahteraan mereka seiring versi Indonesia
berjalannya waktu, meliputi: kesehatan mengadopsi
fisik, kesehatan psikologis, sosial, dan dari The World
lingkungan. Health
Organization
Quality Of Life
(Whoqol) - Bref
(World Health
Organization,
60

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan

data. (Sugiyono, 2019). Sedangkan menurut Arikunto (2018)

pengumpulan data yaitu pekerjaan yang sangat penting dalam penelitian

agar penelitian tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi. Dalam

mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunaakan metode

kuesioner

Adapun rangkaian kegiatan selama proses penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Membuat jadwal penelitian

2. Membuat surat izin pengambilan data dari institusi pendidikan untuk

diserahkan ke tempat penelitian.

3. Mendapatkan surat izin pengambilan data Dan memberikan kepada

kepala desa bakong dan memberi tahu akan diadakan penelituan

4. Melakukan studi pendahuluan

5. Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas

6. Meminta izin penelitian di Puskesmas Raya

7. Menjelaskan tujuan penelitian. Dan Memberikan lembar persetujuan

(informed consent) kepada responden

8. Menyusun rencana pembagian kuesioner

9. Membagikan kuesioner kepada sampel yag telah ditentukan

10. Melakukan pengolahan data dan dokumtasi


61

F. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lembaran penelitian sebagai alat

pengumpulan data untuk mengumpulkan data tentang:

1. Demografi Responden

Demografi Responden meliputi Diketahui Karakteristik responden

berdasarkan Usia jenis kelamin pendidikan pekerjaan

2. Kuesioner dan Lembar Observasi

Kuesioner merupakan alat ukur berupa kuesioner dengan

beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden

jumlahnya besar dan tidak buta huruf. Selain itu, pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal

yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada

parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian

yang akan dilakukan

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto,

2013). Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang dan memberikan

jawaban atau dengan memberikan tanda- tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2018)
62

G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu

mengukur dengan tepat konsep yang menjadi acuannya (Jannah,

dkk,2019 hal:2.20). Dilakukan uji validitas dengan rumus r Product

moment, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen

dengan rumus (Arikunto, 2017).

Keterangan :

rxy : Korelasi

N : Jumlah sampel Valid rxy>rxytabel

Tidak valid rxy<rxy table.

Rumus yang di gunakan untuk melakukan uji validitas adalah

menggunakan Pearson Product Moment dengan bantuan program

atau aplikasi SPSS 16. Uji Validitas Pearson Product Moment

berguna untuk mengetahui kevalidan atau kesesuaian kuesioner yang

digunakan oleh peneliti dalam mengukur dan memperoleh data

penelitian dari para responden. Dasar pengambilan Uji Validitas

Pearson yaitu dengan membandingkan nilai r-Hitung dengan r-Tabel

(Jika nilai r-Hitung > r-Tabel = valid dan Jika nilai r-Hitung < r-

Tabel = tidak valid). Nilai r-Tabel dengan N=44 pada signifikansi

5% pada distribusi nilai r-Tabel statistik, maka diperoleh nilai r-


63

Tabel sebesar 0,297 (Jika nilai Signifikansi < 0,05 = valid dan Jika

nilai Signifikansi > 0,05 = tidak valid.

2. Uji Reabilitas

Realibility adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat di percaya dan dapat di andalkan (Saryono &

Mekar,2019). Hasil pengukuran akan konsisten atau tetap apabila di

lakukan pengukuran berulang (konsistensi, akurasi dan presisi). Untuk

mengetahui reliabilitas hasil observasi, penelitian ini menggunakan

pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi internal dengan

menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0

sampai 1. Suatu konstruksi atau variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,5. Mengetahui reliabilitas

digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2010):

Keterangan:
rxy : Realibilitas
k : Jumlah butir soal
2b : Varian skor setiap butir
2t : Varian total

Uji reliabilitas menggunakan program atau aplikasi SPSS 16. Uji ini

bertujuan untuk melihat apakah kuesioner memiliki konsistensi jika

pengukuran dilakukan dengan kuesioner tersebut yang dilakukan secara

berulang (Wiratna Sujerweni, 2014). Kuesioner dikatakan reliabel jika

nilai Cronbach Alpha > 0,6.


64

H. Teknik Analisis Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data, maka dilakukan pengolahan data

dengan komputerisasi dengan langkah-langkah pengolahan data antara

lain:

a. Editing

Pada tahap ini hasil dari kuesioner harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Editing adalah kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner

tersebut. Pada penelitian, peneliti memeriksa kembali kuesioner

yang telah diisi oleh responden.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

c. Entry Data

Entry data, yakni memasukkan jawaban-jawaban dari

kuesioner yang diisi responden dimasukkan ke dalam program

pengolahan data agar dapat dianalisis. Data yang telah dimasukkan

diolah dengan menggunakan program komputer ke dalam master

tabel. Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar serta

sudah melewati proses pengkodingan maka langkah selanjutnya

peneliti memproses data agar dapat dianalisis.


65

d. Scoring

Data yang diolah telah dimasukkan dan diberikan penilaian

angka masing-masing sehingga data tersebut dapat dianalisis.

e. Cleaning

Semua data yang telah dilakukan peneliti selesai dimasukkan

perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya.

Kemudian, dilakukan pembetulan. Proses ini disebut pembersihan

data (cleaning). Peneliti mengoreksi uji univariate, uji bivariat

dan uji normalitas. Kemudian peneliti memasukan data SPSS dan

dilanjutkan pengolahan data. Peneliti memasukan uji SPSS yang

sudah diolah ke bab iv dan melakukan pengecekan kembali,

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo 2018).


66

2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan

komputerisasi/perangkat lunak.

a. Uji Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo 2018).

Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik responden menggunakan data

kategorik, dan disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase

Adapun analisa univariat yang akan dideskripsikan yaitu

karakterstik responden berdasarkan jenis kelamin usia pendidikan

dan pekerjaan

b. Uji Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo 2018). pada

penelitian ini menggunakan uji Chi square dimana salah satu

jenis uji tersebut komprati non parametris yang dilakukan pada

dua variable dimana skala data kedua variabek adalah nominal.

1. Bila p value > 0,05 berarti hipotesis ditolak. Uji statistik

menunjukkan tidak Ada Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien

Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi

Di Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat


67

Kabupaten Lingga Tahun 2023

2. Bila p value < 0,05 berarti hipotesis diterima. Uji statistik

menunjukkan adanya Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien

Prolanis Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi

Di Wilayah UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat

Kabupaten Lingga Tahun 2023

I. Pertimbangan Etik Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang

meliputi informed consent, anonymity, confidentiality, dan justice (Aziz,

2017).

1. Informed Consent

Merupakan bentuk antara peneliti dan responden

penelitian.Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang

diteliti, sebelumnya penelitian menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian.Seluruh calon responden ayang ditunjuk bersedia

menandatanggani lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah memberikan penjelasan pada calon responden

mengenai maksud yang akan diterima dalam menjadi responden

penelitian. Jika calon responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.Jika calon responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak calon responden.


68

2. Anonimity

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek

penelitian dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent

dan kuesioner, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode

pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua

informasi yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok

data yang diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Data

yang dilaporkan berupa data yang menunjang hasil penelitian. Selain

itu, semua data dan informasi yang telah terkumpul dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti

4. Justice

Justice adalah keadilan, peneliti akan memperlakukan semua

responden dengan baik dan adil, semua responden akan mendapatkan

perlakuan yang sama dari penelitian yang dilakukan penelit

5. Confidentiality ( kerahasiaan)

Peneliti menjamin semua kerahasiaan semua informasi yang

diberikan oleh responden dengan tidak memberikan data kepada orang

lain dan data tersebut hanya digunakan untuk kepentingan penelitian

saja, kemudian data tersebut disimpan atau dimusnahkan oleh peneli


69

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, A. N., Primanda, Y., & Istanti, Y.P. (2016). Kualitas Hidup Pasien
gagal Jantung Kongestif (PJK) Berdasarkan Karakteristik
Demografi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(1), 27-34.

Akosile, C. O., Mgbeojedo, U. G., Maruf, F. A., Okoye, E. C., Umeonwuka, I.


C., & Ogunniyi, A. (2017). Depression, functional disability and
quality of life among Nigerian older adults: Prevalences and
relationships. Archives of Gerontology and Geriatrics, 74, 39–43.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azizah, R., & Hartanti, R. D. (2016). Hubungan antara Tingkat Stress dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan.
Jurnal Universyty Reseach Coloquium, 261–278.

Azmi, N. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Tampan
Pekanbaru, JOM Fkp, 5(2), 1-10.

Azwar, A., & Prihartono, J. (2014). Metodologi Penelitian Kedokteran &


Kesehatan Masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS). (2018). Statistik
Penduduk Lanjut Usia 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Ayu Imade Rosdiana BBR, Sofwan Indarjo. Implementasi Program


Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Higeia Journal Of Public
Health Research And Development. 2017.

Boly, B., Wiyono, J., & Dewi, N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga tentang Komunikasi dengan Penerapan Komunikasi pada
Lansia. Nursing News, 2(2), 571-582.

De Sousa, M. C., Dias, F. A., Nascimento, J. S., & Dos Santos Tavares, D. M.
(2016). Correlation of quality of life with knowledge and attitude of
diabetic elderly. Investigacion y Educacion En Enfermeria, 34(1),
180–188.

Efriliana., Diani, N., Setiawan, H. (2018). Karakteristik Pasien Diabetes


Melitus dengan Pengetahuan tentang Perawatan Kaki Diabetes
Melitus. Dinamika Kesehatan, 9(1), 655-668.
70

Engheepi, F. B. P., Rai, A. D., Sonowal, N. J., & Mehta, V. K. (2018).


“Quality of Life of Elderly in Rural Areas of East Sikkim, India: a
Cross Sectional Study.” 3(Icoph), 65–70. Falah, N.M., Putranto, R.,
Setyohadi, B., & Rinaldi, I. (2017). Uji Keandalan dan Kesahihan
Kuesioner Kualitas Hidup Short Form 12 Berbahasa Indonesia pada
Pasien Artritis Reumatoid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 4(3),

Ekawati LR. Pengaruh Prolanis terhadap Kolesterol Pada Penderita Hipertensi


di Puskesmas Bandardawa Kabupaten Pemalang. Semarang:
Universitas Muhamadiyah Semarang

Departemen Kesehatan RI. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan


Penyakit Tidak Menular. Jakarta: DEPKES RI: 2012

Djoko, S. 2017. Faktor‐faktor yang Berhubungan dengan Rasio Lingkar


Pinggang Lingkar Pinggul Orang Dewasa Kasus Padang. Tesis.
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI. 2014.
Jannah, M., Nurhasanah, Nur, A.M., & Sartika, K.A. (2017). Analisis Faktor
Penyebab Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar. Jurnal PENA, 3(1), 410-
417.

Kaambawa, B., Gill, L., McCaffrey, M., Lancsar, E., Cameron, L.D., Crotty,
M., et al. (2018). An empirical comparison of the OPQoL-Brief, EQ-
5D-3L and ASCOT in a community dwelling population of older
people. Health and Quality of Life Outcome, 13(164), 1-17.

Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusat Pendidikan


Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Koekenbier, K., Leino-Kilpi, H., Cabrera, E., Istomina, N., Stark, Å. J.,
Katajisto, J., et al. (2016). Empowering knowledge and its
connection to health-related quality of life: A cross-cultural study. A
concise and informative title: Empowering knowledge and its
connection to health-related quality of life. Applied Nursing
Research, 29, 211–216.

Nursalam. (2018). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Edisi 2: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Istrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
71

Pramana D. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum


Daerah Arosuka Kabupaten Solok Tahun 2016. Padang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta:


Rajagrafindo Persada. Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2013). KMB 2
Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2017). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika. Wikananda, G. (2017). Hubungan
Kualitas Hidup dan Faktor Resiko pada Usia Lanjut di Wilayah
Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali 2015.
Intisari Sains Medis, 8(1), 41-49.

Wulandari, E. (2019). Gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi


tentang kualitas hidup. Yuliati & Hidayaah, N. (2017). Pengaruh
Senam Otak (Brain Gym) terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia di
RT 03 RW 01 Kelurahan Tandes Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
10(1), 88-89.

WHO. 10 Fact On Non Noncommunicable Disease Publication Data: WHO


Library Cataloging 2013
72

Surat Persetujuan Menjadi Responden


(Inform Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Usia :
Dengan ini saya menyatakan, saya bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang diajukan oleh :
Nama : Herni Suryani Purba
NIM :
Institusi Pendidikan : Program Studi S1 Keperawatan Stikes
Hangtuah Tanjungpinang
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa
paksaan dari peneliti.
Dabo Singkep , 2023
Responden

(..........................)

LEMBAR OBSERVASI

Nama :
73

Umur :
Lama menderita HT :
Pekerjaan :
Pendidikan :

KUESIONER
74

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN


PROLANIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH UPT
PUSKESMASRAYA KECAMATAN
SINGKEPBARAT KABUPATEN
LINGGATAHUN 2023

Sangat Buru Biasa- Baik Sangat


Buruk k biasa Baik
Saja
1 Bagaimana 1 2 3 4 5
menurut
anda
kualitas
hidup
anda?

Sangat Tidak Biasa- Memuask Sangat


Memuask Memuask biasa an Memuask
an an Saja an
1 Seberapa 1 2 3 4 5
puas anda
terhadap
kesehatan
anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah


mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.
Tdk Dlm Sanga Dlm
sama Sediki jumla t jumlah
sekali t h serin berlebiha
g n
3. Seberapa jauh rasa sakit
fisik anda mencegah anda
dalam beraktivitas sesuai 5 4 3 2 1
kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda
membutuhkan terapi medis
untuk dpt berfungsi dlm 5 4 3 2 1
kehidupan
sehari-hari anda?
5. Seberapa jauh anda
1 2 3 4 5
menikmati hidup anda?
6. Seberapa jauh anda merasa
hidup anda berarti? 1 2 3 4 5
7. Seberapa jauh anda
1 2 3 4 5
mampu berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa aman
anda rasakan dlm kehidupan
1 2 3 4 5
anda sehari-hari?
9. Seberapa sehat lingkungan
dimana anda tinggal
1 2 3 4 5
(berkaitan dgn sarana dan
prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami


hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

10. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5


vitalitas yg cukup untuk
beraktivitas sehari2?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan
tubuh anda?
12. Apakah anda memiliki 1 2 3 4 5
cukup uang utk memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan
informasi bagi kehidupan 1 2 3 4 5
anda dari hari ke hari?
14. Seberapa sering anda
48

memiliki kesempatan 1 2 3 4 5
untuk bersenang-
senang /rekreasi?

Sang Buru Bias Bai Sangat


at k a- k baik
buru bias
k a
saja
15. Seberapa baik
kemampuan anda dalam 1 2 3 4 5
bergaul?

Sangat Tdk Biasa- Memuask Sangat


tdk memuask biasa an memuask
memuask an saja an
an
16. Seberapa puaskah anda
dg tidur anda? 1 2 3 4 5
17. Seberapa puaskah anda
dg kemampuan anda
untuk menampilkan 1 2 3 4 5
aktivitas kehidupan anda
sehari-hari?
18. Seberapa puaskah
anda dengan 1 2 3 4 5
kemampuan anda
untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah
anda terhadap diri 1 2 3 4 5
anda?
20. Seberapa puaskah anda
dengan hubungan 1 2 3 4 5
personal / sosial anda?
21. Seberapa puaskah anda
dengan kehidupan 1 2 3 4 5
seksual anda?
22. Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yg 1 2 3 4 5
anda peroleh dr teman
anda?
23. Seberapa puaskah anda
dengan kondisi tempat 1 2 3 4 5
anda tinggal saat ini?
24. Seberapa puaskah anda
dgn akses anda pd 1 2 3 4 5
layanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah anda
dengan transportasi yg 1 2 3 4 5
hrs anda jalani?
49

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda


merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu
terakhir.

Tdk Jarang Cukup Sangat Sela


pernah sering sering lu
26. Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif 5 4 3 2 1
seperti ‘feeling blue’
(kesepian), putus asa,
cemas dan depresi?
50

YAYASAN NALA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Judul : Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Pronalis Dengan


Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat
Kabupaten Lingga Tahun 2023
: Herni Suryani Purba
NIM : 162212047
Pembimbing 1 : Mawar Eka Putri, S.Kep., Ns, M.Kep
Tahun Akademik : 2022/2023
Hari/Tanggal Hasil Konsultasi Tanda Tangan
No Pembimbing

1 28-10-2022 Konsultasi Judul

2 01-11-2022 Konsultasi judul


Mencari referensi jurnal
Lanjut bab 1

3 19-12-2022 Konsultasi BAB I


Konsultaasi Studi Pendahuluan

4 29-12-2022 Konsultasi BAB I


Tambahkan referensi

5 09-12-2023 Konsultasi Bab I


Lanjut BAB II dan BAB III

6 27-02-2023 Tambahkan Jurnal


Perbaiki populasi, Tambahkan
kan konsep kepatuhan
Tambahkan lampiran

7 02-03-2023 Konsultasi BAB III


51

Tambhakan uji validitas dan


rebalitas

Perbaiki daftar pustaka

8 Lanjut sidang proposal


52

YAYASAN NALA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Judul : Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien Pronalis Dengan


Kualitas Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
UPT Pusekesmas Raya Kecamatan Singkep Barat
Kabupaten Lingga Tahun 2023
: Herni Suryani Purba
NIM : 162212047
Pembimbing 2 : Soni Hendra Sitindaon., S.Kep., Ns, M.Kep
Tahun Akademik : 2022/2023
No Hari/Tanggal Hasil Konsultasi Tanda Tangan
Pembimbing

1 11-11-2022 Komsul bab 1 dan bab 2

2 21-11-2022 Perbaiki Kata perkata lihat kembali


penulisan dan kaidah yang benar
sesuai panduan skipsi

3 19-12-2022 Perbaiki latar belakang tambhakan


dan perbanyak jurnal Prolanis

Tambahkan bab ii konsep


kepatuhan

4 28-12-2022 Perbaiki huruf kata asing


dimiringkan

5 12-01-2023 Penulisan harus sesuai dengan


sistematik penulisan perbaiki
hipotesis
53

6 27-02-2023 Perhatatikan aturan baca titik koma


sesuai pedoman perbaiki uji
bivariate dan univariat

7 01-03-2023 Pastikan proposal rapi setiap


penulisan sesui pedoman

8 -03-2023 Lanjut sidang proposal

Anda mungkin juga menyukai