Dosen Pengampu :
apt. Dra Nurul Akhatik, M. Si
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan penyertaan- Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi membuat makalah
mengenai “Modified Release Drugs” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan darireferensi yang ada,
kiranya dapat menjadi pengetahuan untuk kami selakumahasiswa atau orang lain yang
membacanya. Kami berharap juga makalah ini bisa menjadi pemahaman di tengah-tengah
masyarakat agar dapat bisa mengetahui tentang “Modified Release Drugs”. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, jadi kami sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak, agar ke depan dalam menyusu nmakalah bisa lebih baik dari sekarang. Atas
bantuan dari semua pihak kami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3 Hasil dan Pembahasan.................................................................................. 13
3.3.1 Persentase Hasil ................................................................................... 13
3.3.2 Efisiensi Penjeratan Obat ..................................................................... 14
3.3.3 Ukuran Partikel .................................................................................... 14
3.3.4 Pengembangan (swelling) in vitro ........................................................ 15
3.3.5 Pelepasan obat in vitro ......................................................................... 15
3.3.6 Analisis Morfologi Permukaan dengan SEM........................................ 16
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan lepas lambat adalah suatu sediaan yang di desain untuk memberikansuatu dosis
zat aktif sebagai terapi awal (dosis muatan) dan diikuti oleh pelepasan zat aktif yang lebih
lambat dan konstan. Kecepatan pelepasan dosis pemeliharaan didesain sedemikian rupa agar
jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasidiganti secara konstan. Dengan
memberikan sediaan lepas lambat, konsentrasi zataktif dalam plasma dipertahankan selalu
konstan dengan fluktuasi minimal. Karakteristik zat aktif yang tidak sesuai untuk sediaan
lepas lambat adalahwaktu paruh eliminasi yang singkat (< 1 jam), waktu paruh eliminasi
yang panjang (> 8 jam), indeks terapi yang sempit, dosis besar (>500 mg), absorpsi buruk,
kelarutan rendah, zat aktif yang harus diberikan dengan dosis yang persis dan keuntungan
formulasi yang tidak jelas (Siregar, 2007).
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami karakteristik dari Modified Release Drugs
2. Untuk memahami apa saja komponen dari Modified Release Drugs
3. Untuk memahami apa saja tipe sediaan dari Modified Release Drugs
4. Untuk memahami cara pembuatan dari Modified Release Drugs
5. Untuk memahami apa saja evaluasi dari Modified Release Drugs
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah suatu bentuk sediaan padat yang kompak, berbentuk pipih atau sirkula,
permukaan rata atau cembung, mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa
bahan tambahan dan dibuat dengan cara dicetak atau dikempa (Tungadi, 2017).
2
c. Tidak dapat diberikan untuk penderita yang tidak dapat makan (menelan), muntah atau
tidak sadar
d. Tidak dapat langsung diberikan pada bayi
e. Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat menarik perhatian
anak-anak sehingga bila hari-hari dalam penyimpanan dapat keracunan
f. Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan dengan larutan, karena zat aktif tidak
langsung diabsorpsi dan harus dilepaskan terlebih dahulu dari bentuk sediaannya
3
kelarutannya sangat terbatas tetapi ukuran partikel dan distribusi merata didalam tablet
sangat mempengaruhi disolusi dan absorpsi serta homogenitasnya.
2. Zat Non Aktif (Eksipien atau ajuvan)
Zat non aktif yang ditambahkan dalam massa suatu tablet yaitu zat tambahan untuk
tujuan tertentu yang berdasarkan pada teknologi pembuatan tablet dan biofarmasi. Dasar
pemilihan eksipien untuk sediaan adalah kompatibilitas yaitu zat aktif dan zat tambahan
harus dapat tercampurkan baik secara fisik dan secara kimia.
4
haruslah dicobakan dengan atau tanpa pengisi dibentuk menjadi granul kemudian dibuat
tablet. Proses ini dikenal dengan nama granulasi.
Granulasi adalah beberapa proses yang bertujuan menyatukan partikel yang kecil
bersama-sama menjadi partikel yang lebih besar membentuk gumpalan yang permanen
agar dapat mengalir bebas seperti pasir yang kering. Beberapa alasan dibuat dalam
bentuk granul adalah : Membuat bahan menjadi bebas mengalir, memadatkan bahan,
menyiapkan campuran yang seragam yang tidak terpisahpisah, meningkatkan daya
kempa dari bahan obat, mengontrol kecepatan pelepasan dari obat, memudahkan
pengukuran, mengurangi debu dan memperbaiki penampilan dari tablet.
A. Granulasi Basah
Metode ini yang paling luas digunakan di industri dalam memproduksi tablet kempa.
Granul dibuat dengan jalam mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti
pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau mucilago yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kedalam campuran serbuk, namun
demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering kedalam campuran serbuk
dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.
B. Granulasi Kering
Granulasi kering atau granulasi kempa adalah metode yang telah lama digunakan,
merupakan teknik yang berharga terutama pada keadaan dimana obat peka terhadap
pemanasan atau kelembaban yang manghalangi dalam metode granulasi basah,
ataupun dosis terlalu besar untuk kempa langsung. Banyak formulasi aspirin dan
vitamin dibuat tablet dengan granulasi kering. Pada proses ini, komponen-komponen
tablet yang dikompakkan dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Campuran
serbuk ditekan ke dalam die yang besar dan dikempa dengan punch berpermukaan
datar, dimana massa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut slugging.
Slug kemudian diayak untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih
seragam dari campuran awal.
5
memperpanjang aksi obat. Kebanyakan bentuk obat lepas lambat dirancang sepaya
pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat sefera setelah
pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-
angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk mepelihara tingkat
pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai 12 jam.
Sediaan lepas lambat adalah bentuk sediaan yang diformulasi sedemikian rupa agar
pelepasan zat aktifnya lambat sehingga kemunculan dalam sirkulasi sistemik diperlambat
sehingga profil plasmanya mempunyai waktu yang lama. Pada Prinsipnya pengembangan
sediaan lepas lambat umumnya digunakan untuk pengobatan yang bersifat kontinuitas
(berkelanjutan) dan merupakan suatu pengobatan penyakit yang pemberiannya dapat berupa
beberapa kali dalam sehari.
6
b. Delayed release drug products
Bentuk sediaan yang termasuk DRDP adalah repeat action. Repeat action adalah
bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan suatu dosis obat pada permulaan
dan dosis kedua pada waktu berikutnya, bahkan beberapa produk mempunyai
bagian ketiga yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagian kedua dilepaskan.
Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh suatu “time barier” atau enteric coating.
Sediaan lepas lambat memberikan keuntungan lebih banyak dibanding bentuk
sediaan konvensional, antara lain : Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah
sehingga efek farmakologisnya lebih stabil, Mengurangi frekuensi pemberian,
meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien, mengurangi efek samping yang
merugikan, kondisi pasien lebih cepat terkontrol, meningkatkan bioavabilitas pada
beberapa obat dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan karena lebih sedikit
satuan dosis yang harus digunakan.
Selain keuntungan, sediaan lepas lambat juga memiliki beberapa kerugian, antar
lain : biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional, adanya dose
dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas secara cepat,
mengurangi fleksibilitas pemberian dosis, efektifitas pelepasan obat dipengaruhi
dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran cerna, jika penderita mendapat reaksi
samping obat atau secara tiba-tiba mengalami keracunan maka untuk
menghentikan obat dari system tubuh akan lebih sulit dibanding sediaan
konvensional dan tidak dapat digunakan untuk obat yang memilki dosis besar (500
mg).
7
a) Sistem monolitik atau matriks
Dalam sistem ini dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
Matriks koloid hidrofilik, partikel obat didispersikan dalam suatu matriks yang
larut (soluble matrix) dan obat dilepaskan ketika matriks terlarut atau
mengembang.
Matriks lipid atau polimer tidak larut, partikel obat didispersikan dalam suatu
matriks yang tidak larut (insoluble matrix) dan obat dilepaskan ketika pelarut
masuk ke dalam matriks dan melarutkan partikel obat. Pelepasan obat tergantung
kemampuan medium air untuk melarutkan channeling agent sehingga
membentuk matrik porous dan berkelok-kelok. Partikel obat terlarut dalam
medium air, dan mengisi porous yang dibentuk channeling agent, berdifusi
keluar dari matriks
b) Sistem terkontrol membran atau reservoir
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat
dari bentuk sediaan. Agar obat dapat berdifusi keluar maka membran harus bersifat
permeable terhadap obat misalnya dengan hidrasi air di saluran gastrointestinal,
atau obat yang terlarut dalam komponen membran seperti plasticizer. Tidak seperti
sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang dan tidak
mengalami erosi.
c) Sistem Pompa Osmotik
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu membran yang
mempunyai satu lubang (hole). Obat dimasukkan dalam suatu tablet inti yang
bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika kontak dengan air. Tablet ini
disalut dengan suatu membran semipermiabel (dapat dilewati air yang masuk ke
dalam tablet inti dan malarutkannya). Ketika tablet inti terlarut maka timbul
tekanan hidrostatik dan menekan larutan obat keluar melewati lubang membran.
Salah satu pendekatan yang tidak begitu rumit untuk pembuatan bentuk sediaan
pelepasan berkesinambungan meliputi kompresi langsung dari campuran obat,
bahan penahan dan bahan penambah untuk membentuk tablet dimana obat
dimasukkan dalam suatu inti matriks penahan.
8
2.7.3 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Lepas Lambat (Tungadi, 2017).
a. Keseragaman bobot tablet
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan
dengan menimbang 20 tablet, menghitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapakan kolom B
pada Tabel 1 dan harga koefisien variasinya (CV) < 5% Penentuan harga koefisien
variasi (CV) dapat ditentukan dengan persamaan :
SD
x 100%
X
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik, seperti goncangan, kikisan, dan terjadi keretakan tablet
selama pembungkusan, pengangkutan, pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan tablet biasanya
4-8 kg. Troches dan tablet sustained release dikompresi dengan kekerasan 10-20 kg.
c. Kerapuhan Tablet
Parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan goncangan
adalah kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang selama
pengujian. Alat yang digunakan adalah abrasive tester. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk (fines).
Kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik.
Perhitungan kerapuhan tablet diungkapkan dengan persamaan berikut ini :
Berat awal − berat akhir
x 100%
Berat awal
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Judul Jurnal : Sustained release of acyclovir from alginate-gellan gum andalginate-xanthan
gum microbeads (Pelepasan asiklovir secara berkelanjutan dari permen karet alginat-gellan dan
butiran mikro permen karet alginat-xanthan).
10
microbead. Microbeads dikumpulkan pada cawan petri dan kemudian dikeringkan di udara
dalam oven udara panas dengan suhu 40–50°C selama semalam. Komposisi microbeads
yang mengandung asiklovir disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi microbeads yang mengandung asiklovir.
𝑋1
Efisiensi penjeratan obat (%) 𝑋2 X 100
11
Dimana :
X1 = jumlah percobaan asiklovir yang ada dalam microbeads.
X2 = jumlah teoritis asiklovir yang diminum pada awalnya untuk pembuatan microbeads.
12
3.2.8 Analisis morfologi permukaan microbead
Morfologi formulasi terbaik dari microbeads yang mengandung asiklovir (dipilih
berdasarkan pelepasan obat) divisualisasikan dengan pemindaian mikroskop electron
(SEM) (JEOL, Jepang). Microbeads dilapisi emas dengan pemasangan pada stub berbahan
kuningan di bawah vakum dalam ion sputter. Foto SEM diambil pada 10 kV dan
morfologinya diperiksa.
13
3.3.2 Efiseinsi penjeratan obat
Manik-manik karet alginat-gellan gum yang mengandung asiklovir menunjukkan efisiensi
penjeratan obat yang relatif lebih tinggi (80,36 ± 2,97 hingga 95,16 ± 3,37% dalam kasus
formulasi F1, F2, dan F3) dibandingkan dengan manik-manik mikroba karet alginat-
xanthan yang mengandung asiklovir (74,09 ± 1,38 hingga 93,67 ± 2,92% untuk formulasi
F4, F5, dan F6) (Tabel 2), mungkin terjadi karena tingkat ikatan silang yang lebih tinggi
pada campuran gom natrium alginat-gellan dibandingkan dengan campuran gom natrium
alginat-xanthan karena gom gellan lebih bersifat anionik dibandingkan gom xantan.
Efisiensi penjeratan obat yang relatif lebih rendah terlihat dibandingkan dengan manik
mikro gom alginat-gellan kation logam tunggal berikatan silang asiklovir (formulasi F1,
dan F2) dan mikrobead gom alginat-xanthan (formulasi F4, dan F5) Menurunnya efisiensi
penjeratan obat pada gum alginat-gellan dan gum alginat-xanthan yang mengandung
asiklovir dengan ikatan silang yang diinduksi kation logam ganda (Al3+, dan Ba2+). Hal
tersebut terjadi mungkin karena kandungan air mungkin dikeluarkan, peningkatan derajat
ikatan silang karena 1% b/v aluminium klorida dan 1% b/v barium klorida secara
bersamaan digunakan sebagai bahan pengikat silang dalam kombinasi.
14
3.3.4 Pengembangan (swelling) in vitro
Di antara semua butiran mikro berbahan dasar alginat yang mengandung asiklovir, butiran
mikro gom alginat-xanthan yang diinduksi Al3+ÿ yang mengandung asiklovir
menunjukkan indeks pembengkakan tertinggi pada tabel 2 (86,67 ± 2,02%, formulasi F4).
Semakin tinggi pengembangan akibat manik-manik karet alginat-xanthan yang
mengandung asiklovir mungkin disebabkan oleh sifat hidrofilik yang tinggi dari permen
karet xanthan. Kation logam ganda (Al3+, dan Ba2+) yang berikatan silang dengan manik
mikroba alginat-gellan gum yang mengandung asiklovir dan microbeads dengan gum
alginat-xanthan menunjukkan pembengkakan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
kation logam tunggal (Al3+, atau Ba2+) yang berikatan silang dengan alginat yang
mengandung asiklovir -microbeads gom gellan dan microbeads gom alginat-xanthan.
Tabel 3. Hasil penyesuaian kurva data pelepasan asiklovir in vitro dari berbagai butiran
mikro yang mengandung asiklovir.
15
Gambar 1. Pelepasan asiklovir in vitro dari butiran mikro gum alginat-gellan yang
mengandung asiklovir gel ionotropik (F1, F2 dan F3) dan butiran mikro gum alginat-
xanthan (F4, F5, dan F6) (Rata-rata ± SD; n = 3).
Gambar 2
Gambar 2. Foto SEM menunjukkan morfologi permukaan kation logam ganda (Al3+, dan
Ba2+) ikatan silang butiran mikro gum alginat-xanthan yang mengandung asiklovir
(F6):[(a) pembesaran = X30, dan (b) pembesaran = X60).
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, TM, Cullis, PR, 2004. Sistem penghantaran obat: memasuki arus utama. Sains 303
(5665), 1818–1822. https://doi.org/10.1126/science.1095833
2. Das, S., Samanta, A., Das, S., & Nayak, A. K. (2024). Sustained release of acyclovir from
alginate-gellan gum and alginate-xanthan gum microbeads. JCIS Open, 100106.
3. Leon Shargel & Andrew B.C.YU. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya : Airlangga University press.
4. Siregar. C, Wikarso. S, (2007). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Tungadi, R., (2017). Teknologi Sediaan Solida, Ponorogo : Wade Group.
18