Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

“MODIFIED RELEASE DRUGS”

Dosen Pengampu :
apt. Dra Nurul Akhatik, M. Si

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Rodea Novtiana 23340242
Ata Rakhma Kumala 23340243
Elwinda Sefrina 23340244
Roro Kumbini 23340245
Meiman Jaya Halawa 23340246
Gladys Renata Simbolon 23340247

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan penyertaan- Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi membuat makalah
mengenai “Modified Release Drugs” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan darireferensi yang ada,
kiranya dapat menjadi pengetahuan untuk kami selakumahasiswa atau orang lain yang
membacanya. Kami berharap juga makalah ini bisa menjadi pemahaman di tengah-tengah
masyarakat agar dapat bisa mengetahui tentang “Modified Release Drugs”. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, jadi kami sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak, agar ke depan dalam menyusu nmakalah bisa lebih baik dari sekarang. Atas
bantuan dari semua pihak kami

Jakarta, 23 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
2.1 Pengertian Tablet ........................................................................................... 2
2.2 Keuntungan Sediaan Tablet ............................................................................ 2
2.3 Kerugian Sediaan Tablet................................................................................. 2
2.4 Persyaratan Tablet .......................................................................................... 3
2.5 Komponen Tablet ........................................................................................... 4
2.6 Metode Pembuatan Tablet Kempa .................................................................. 4
2.7 Tablet Lepas Lambat ...................................................................................... 5
2.7.1 Tipe Sediaan Lepas Lambat ................................................................... 6
2.7.2 Formulasi Sediaan Lepas Lambat........................................................... 7
2.7.3 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Lepas Lambat .............................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 10
3.1 Judul Jurnal .................................................................................................. 10
3.2 Bahan dan Metode ....................................................................................... 10
3.2.1 Bahan .................................................................................................. 10
3.2.2 Preparasi Microbed yang mengandung Acyclovir ................................ 10
3.2.3 Penentuan Hasil ................................................................................... 11
3.2.4 Penentuan Efisiensi Penjeratan Obat .................................................... 11
3.2.5 Pengukuran Ukuran Partikel ................................................................ 12
3.2.6 Evaluasi Reaksi Pengembangan (swelling) in vitro .............................. 12
3.2.7 Evaluasi Pelepasan Obat in vitro .......................................................... 12
3.2.8 Analisis Morfologi Permukaan Microbead ........................................... 12
3.2.9 Analisis Statistik .................................................................................. 12

iii
3.3 Hasil dan Pembahasan.................................................................................. 13
3.3.1 Persentase Hasil ................................................................................... 13
3.3.2 Efisiensi Penjeratan Obat ..................................................................... 14
3.3.3 Ukuran Partikel .................................................................................... 14
3.3.4 Pengembangan (swelling) in vitro ........................................................ 15
3.3.5 Pelepasan obat in vitro ......................................................................... 15
3.3.6 Analisis Morfologi Permukaan dengan SEM........................................ 16
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pelepasan asiklovir in vitro ............................................................... 16


Gambar 2. Foto SEM yang mengandung asiklovir ............................................. 16

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi microbeads yang mengandung asiklovir .............................. 11


Tabel 2. Hasil karakterisasi microbeads yang mengandung asiklovir .................. 13
Tabel 3. Hasil penyesuaian kurva data pelepasan asiklovir in vitro. .................... 15

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan lepas lambat adalah suatu sediaan yang di desain untuk memberikansuatu dosis
zat aktif sebagai terapi awal (dosis muatan) dan diikuti oleh pelepasan zat aktif yang lebih
lambat dan konstan. Kecepatan pelepasan dosis pemeliharaan didesain sedemikian rupa agar
jumlah zat aktif yang hilang dari tubuh karena eliminasidiganti secara konstan. Dengan
memberikan sediaan lepas lambat, konsentrasi zataktif dalam plasma dipertahankan selalu
konstan dengan fluktuasi minimal. Karakteristik zat aktif yang tidak sesuai untuk sediaan
lepas lambat adalahwaktu paruh eliminasi yang singkat (< 1 jam), waktu paruh eliminasi
yang panjang (> 8 jam), indeks terapi yang sempit, dosis besar (>500 mg), absorpsi buruk,
kelarutan rendah, zat aktif yang harus diberikan dengan dosis yang persis dan keuntungan
formulasi yang tidak jelas (Siregar, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik dari Modified Release Drugs ?
2. Apa saja komponen dari Modified Release Drugs ?
3. Apa saja tipe sediaan dari Modified Release Drugs ?
4. Bagaimana cara pembuatan dari Modified Release Drugs ?
5. Apa saja evaluasi dari Modified Release Drugs ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami karakteristik dari Modified Release Drugs
2. Untuk memahami apa saja komponen dari Modified Release Drugs
3. Untuk memahami apa saja tipe sediaan dari Modified Release Drugs
4. Untuk memahami cara pembuatan dari Modified Release Drugs
5. Untuk memahami apa saja evaluasi dari Modified Release Drugs

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah suatu bentuk sediaan padat yang kompak, berbentuk pipih atau sirkula,
permukaan rata atau cembung, mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa
bahan tambahan dan dibuat dengan cara dicetak atau dikempa (Tungadi, 2017).

2.2 Keuntungan Sediaan Tablet (Tungadi, 2017).


a. Volumenya kecil sehingga mudah dikemas, disimpan atau dibawa kemana-mana
b. Mengandung zat aktif yang seragam
c. Mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil sehingga mudah diberikan kepada
anak-anak
d. Stabilitas kimia, mekanik, dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan dengan sediaan
lainnya
e. Rasa dan bau yang tidak enak akan berkurang karena langsung ditelan sehingga kontak
dengan selaput lender (mulut) tidak lama
f. Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak atau untuk terapi enteric
g. Pelepasan zat aktif dapat diatur
h. Dapat dibuat secara besar-besaran sehingga dapat menurunkan harga
i. Cara pemakaiannya mudah
j. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet lebih mudah karena tidak memerlukan
langkah pengerjaan tambahan jika menggunakan permukaan pencetak.
k. Tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi
l. Regimen dosis dari pasien dapat dipertahankan oleh pasien sendiri sesuai anjuran dokter

2.3 Kerugian Sediaan Tablet (Tungadi, 2017).


a. Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan karena memerlukan prosedur
tertentu dan waktu lama untuk membuat tabletnya
b. Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat yang digunakan

2
c. Tidak dapat diberikan untuk penderita yang tidak dapat makan (menelan), muntah atau
tidak sadar
d. Tidak dapat langsung diberikan pada bayi
e. Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat menarik perhatian
anak-anak sehingga bila hari-hari dalam penyimpanan dapat keracunan
f. Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan dengan larutan, karena zat aktif tidak
langsung diabsorpsi dan harus dilepaskan terlebih dahulu dari bentuk sediaannya

2.4 Persyaratan Tablet (Tungadi, 2017).


a. Ketahanan fisik yang cukup terhadap gangguan mekanis pada waktu proses produksi,
pengemasan, dan transport
b. Bebas dari kerusakan fisik yaitu tidak retak, berkeping dan tidak terkontaminasi dengan
zat lain
c. Mampu melepaskan zat aktif yang sama dari tiap tablet dalam kondisi yang dikehendaki
d. Memenuhi persyaratan resmi yang berlaku sesuai Farmakope Indonesia

2.5 Komponen Tablet (Tungadi, 2017).


Komponen tablet yaitu zat-zat yang membentuk tablet tersebut, dimana tablet terdiri dari :
1. Bahan aktif
Bahan aktif adalah bahan obat yang secara otomatis pemilihannya luas, meskipun
demikian seni farmasi harus digunakan dalam pemilihan obat seperti ukuran partikel,
struktur kimia da derajat keasaman dan ketka obat dikombinasikan kemungkinan
memerlukan teknik khusus untuk mencegah ketidakcampuran sifat kimia dann fisika
obat. Zat aktif dalam tubuh yang diberikan per oral akan memberikan efek lokal atau efek
sistemik, dimana efek lokal yaitu hanya ditujukan untuk bekerja pada saluran cerna
(tempat tertentu). Contohnya antasida, norit dan lain-lain. Sedangkan efek sistemik yaitu
zat aktif yang terdisolusi dulu kemudian terabsorpsi masuk ke darah dan seluruh tubuh.
Zat aktif yang tidak larut biasanya efeknya sangat dipengaruhi oleh fenomena luas
permukaan, makin luas permukaan maka makin mudah larut sehingga muda terdisolusi
dan mudah diabsorpsi. Zat aktif yang ditujukan untuk pemakaian sistemik harus diketahui
benar dimana terabsorpsinya paling baik (optimal). Jika zat aktif berkhasiat keras yang

3
kelarutannya sangat terbatas tetapi ukuran partikel dan distribusi merata didalam tablet
sangat mempengaruhi disolusi dan absorpsi serta homogenitasnya.
2. Zat Non Aktif (Eksipien atau ajuvan)
Zat non aktif yang ditambahkan dalam massa suatu tablet yaitu zat tambahan untuk
tujuan tertentu yang berdasarkan pada teknologi pembuatan tablet dan biofarmasi. Dasar
pemilihan eksipien untuk sediaan adalah kompatibilitas yaitu zat aktif dan zat tambahan
harus dapat tercampurkan baik secara fisik dan secara kimia.

2.6 Metode Pembuatan Tablet Kempa (Tungadi, 2017).


Tablet terutama dibuat dengan metode kempa. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat
dengan mencetak. Tablet yang dibuat dengan metode kempa dilakukan dengan
menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan
menggunakan berbagai bentuk dan ukuran dari punch dan die. Sedangkan tablet cetak dibuat
dengan tangan atau alat mesin tangan dengan cara menekan bahan tablet kedalam cetakan,
kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan.
Tablet kempa adalah sediaan padat yang paling luas penggunaanya, hal ini disebabkan
beberapa alasan yaitu menyenangkan, mudah dalam penggunaanya, mudah dibawah dan
lebih murah dibandingkan bentuk sediaan padat lainnya. Tablet kempa adalah unit sediaan
pada yang dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan yang diformulasi mengandung bahan
obat, dan pengisi atau bahan tambahan lain yang membantu dalam pembuatan dan sifat dari
bahan obat.
1. Metode Kempa Langsung
Metode ini dilakukan terhadap bahan-bahan yang sudah mengalir atau sifat
kohesifitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam mesin tablet
tanpa memerlukan pembasahan dan pencampuran bahan berkhasiat dengan bahan
penolong kemudian dikompresi langsung dan tidak diperlukan bahan pelican.
2. Metode Granulasi
Kebanyakan serbuk tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena : Serbuk kurang
memiliki daya ikat menjadi suatu bentuk yang lebih padat, Serbuk tidak memiliki sifat
lubrikasi dan daya hancur yang harus dimiliki oleh tablet. Oleh karena itu, serbuk

4
haruslah dicobakan dengan atau tanpa pengisi dibentuk menjadi granul kemudian dibuat
tablet. Proses ini dikenal dengan nama granulasi.
Granulasi adalah beberapa proses yang bertujuan menyatukan partikel yang kecil
bersama-sama menjadi partikel yang lebih besar membentuk gumpalan yang permanen
agar dapat mengalir bebas seperti pasir yang kering. Beberapa alasan dibuat dalam
bentuk granul adalah : Membuat bahan menjadi bebas mengalir, memadatkan bahan,
menyiapkan campuran yang seragam yang tidak terpisahpisah, meningkatkan daya
kempa dari bahan obat, mengontrol kecepatan pelepasan dari obat, memudahkan
pengukuran, mengurangi debu dan memperbaiki penampilan dari tablet.
A. Granulasi Basah
Metode ini yang paling luas digunakan di industri dalam memproduksi tablet kempa.
Granul dibuat dengan jalam mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti
pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau mucilago yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kedalam campuran serbuk, namun
demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering kedalam campuran serbuk
dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.

B. Granulasi Kering
Granulasi kering atau granulasi kempa adalah metode yang telah lama digunakan,
merupakan teknik yang berharga terutama pada keadaan dimana obat peka terhadap
pemanasan atau kelembaban yang manghalangi dalam metode granulasi basah,
ataupun dosis terlalu besar untuk kempa langsung. Banyak formulasi aspirin dan
vitamin dibuat tablet dengan granulasi kering. Pada proses ini, komponen-komponen
tablet yang dikompakkan dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Campuran
serbuk ditekan ke dalam die yang besar dan dikempa dengan punch berpermukaan
datar, dimana massa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut slugging.
Slug kemudian diayak untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih
seragam dari campuran awal.

2.7 Tablet Lepas Lambat (Tungadi, 2017).


Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang dirancang untuk melepaskan obatnya ke
dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasanya lebih lama dan

5
memperpanjang aksi obat. Kebanyakan bentuk obat lepas lambat dirancang sepaya
pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat sefera setelah
pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan secara berangsur-
angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk mepelihara tingkat
pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai 12 jam.
Sediaan lepas lambat adalah bentuk sediaan yang diformulasi sedemikian rupa agar
pelepasan zat aktifnya lambat sehingga kemunculan dalam sirkulasi sistemik diperlambat
sehingga profil plasmanya mempunyai waktu yang lama. Pada Prinsipnya pengembangan
sediaan lepas lambat umumnya digunakan untuk pengobatan yang bersifat kontinuitas
(berkelanjutan) dan merupakan suatu pengobatan penyakit yang pemberiannya dapat berupa
beberapa kali dalam sehari.

2.7.1 Tipe Sediaan Lepas Lambat (Tungadi, 2017).


Sediaan lepas lambat yang digunakan peroral dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Extended release drug products
1) Sustained release
Sustained release dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapi awal obat
(loading dose) secara tepat yang diikuti pelepasan obat yang lebih lambat dan
konstan. Kecepatan pelepasan obat dirancang sedemikian rupa agar jumlah obat
yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Keunggulannya
adalah dihasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi
pemberian dosis.
2) Prolonged action
Prolonged action dirancang untuk melepaskan obat secara lambat dan memberi
suatu cadangan obat secara terus-menerus selama selang waktu yang panjang,
mencegah absorbsi yang sangat cepat, yang dapat mengakibatkan konsentrasi
puncak obat dalam plasma yang sangat tinggi.
3) Controlled Release
Controlled release menunjukkan bahwa pelepasan obat dari bentuk sediaan
terjadi sesuai dengan yang direncanakan, dapat diramalkan dan lebih lambat dari
biasanya.

6
b. Delayed release drug products
Bentuk sediaan yang termasuk DRDP adalah repeat action. Repeat action adalah
bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan suatu dosis obat pada permulaan
dan dosis kedua pada waktu berikutnya, bahkan beberapa produk mempunyai
bagian ketiga yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagian kedua dilepaskan.
Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh suatu “time barier” atau enteric coating.
Sediaan lepas lambat memberikan keuntungan lebih banyak dibanding bentuk
sediaan konvensional, antara lain : Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah
sehingga efek farmakologisnya lebih stabil, Mengurangi frekuensi pemberian,
meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien, mengurangi efek samping yang
merugikan, kondisi pasien lebih cepat terkontrol, meningkatkan bioavabilitas pada
beberapa obat dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan karena lebih sedikit
satuan dosis yang harus digunakan.
Selain keuntungan, sediaan lepas lambat juga memiliki beberapa kerugian, antar
lain : biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional, adanya dose
dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas secara cepat,
mengurangi fleksibilitas pemberian dosis, efektifitas pelepasan obat dipengaruhi
dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran cerna, jika penderita mendapat reaksi
samping obat atau secara tiba-tiba mengalami keracunan maka untuk
menghentikan obat dari system tubuh akan lebih sulit dibanding sediaan
konvensional dan tidak dapat digunakan untuk obat yang memilki dosis besar (500
mg).

2.7.2 Formulasi Sediaan Lepas Lambat (Tungadi, 2017).


Kandungan bahan aktif dan bahan non aktif dari bentuk sediaan lepas lambat biasanya
2 kali atau lebih banyak dari sediaan lepas segera. formulasi sediaan lepas lambat
digunakan suatu barrier kimia atau fisika untuk mendapatkan pelepasan yang lambat
dari dosis maintenance, diantaranya adalah dengan penyalutan, matrik lemak atau
plastik, mikroenkapsulasi, ikatan kimia dengan resin penukar ion, dan sistem pompa
osmotic. Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi sediaan lepas lambat
adalah :

7
a) Sistem monolitik atau matriks
Dalam sistem ini dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
 Matriks koloid hidrofilik, partikel obat didispersikan dalam suatu matriks yang
larut (soluble matrix) dan obat dilepaskan ketika matriks terlarut atau
mengembang.
 Matriks lipid atau polimer tidak larut, partikel obat didispersikan dalam suatu
matriks yang tidak larut (insoluble matrix) dan obat dilepaskan ketika pelarut
masuk ke dalam matriks dan melarutkan partikel obat. Pelepasan obat tergantung
kemampuan medium air untuk melarutkan channeling agent sehingga
membentuk matrik porous dan berkelok-kelok. Partikel obat terlarut dalam
medium air, dan mengisi porous yang dibentuk channeling agent, berdifusi
keluar dari matriks
b) Sistem terkontrol membran atau reservoir
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat
dari bentuk sediaan. Agar obat dapat berdifusi keluar maka membran harus bersifat
permeable terhadap obat misalnya dengan hidrasi air di saluran gastrointestinal,
atau obat yang terlarut dalam komponen membran seperti plasticizer. Tidak seperti
sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang dan tidak
mengalami erosi.
c) Sistem Pompa Osmotik
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu membran yang
mempunyai satu lubang (hole). Obat dimasukkan dalam suatu tablet inti yang
bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika kontak dengan air. Tablet ini
disalut dengan suatu membran semipermiabel (dapat dilewati air yang masuk ke
dalam tablet inti dan malarutkannya). Ketika tablet inti terlarut maka timbul
tekanan hidrostatik dan menekan larutan obat keluar melewati lubang membran.
Salah satu pendekatan yang tidak begitu rumit untuk pembuatan bentuk sediaan
pelepasan berkesinambungan meliputi kompresi langsung dari campuran obat,
bahan penahan dan bahan penambah untuk membentuk tablet dimana obat
dimasukkan dalam suatu inti matriks penahan.

8
2.7.3 Evaluasi Sifat Fisik Tablet Lepas Lambat (Tungadi, 2017).
a. Keseragaman bobot tablet
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan
dengan menimbang 20 tablet, menghitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapakan kolom B
pada Tabel 1 dan harga koefisien variasinya (CV) < 5% Penentuan harga koefisien
variasi (CV) dapat ditentukan dengan persamaan :
SD
x 100%
X
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik, seperti goncangan, kikisan, dan terjadi keretakan tablet
selama pembungkusan, pengangkutan, pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan tablet biasanya
4-8 kg. Troches dan tablet sustained release dikompresi dengan kekerasan 10-20 kg.
c. Kerapuhan Tablet
Parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan goncangan
adalah kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang selama
pengujian. Alat yang digunakan adalah abrasive tester. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk (fines).
Kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik.
Perhitungan kerapuhan tablet diungkapkan dengan persamaan berikut ini :
Berat awal − berat akhir
x 100%
Berat awal

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Judul Jurnal : Sustained release of acyclovir from alginate-gellan gum andalginate-xanthan
gum microbeads (Pelepasan asiklovir secara berkelanjutan dari permen karet alginat-gellan dan
butiran mikro permen karet alginat-xanthan).

3.2 Bahan dan Metode


3.2.1 Bahan
Acyclovir (Yarrowchem Products, India), sodium alginate (Yarrow-chemProducts, India),
gellan gum (Yarrowchem Products, India), xan-than gum (Yarrowchem Products, India),
aluminium klorida (Loba Chemie Pvt. Ltd., India ), barium klorida (Nice Chemicals Pvt.
Ltd., India) digunakan dalam penelitian ini. Semua bahan kimia dan reagen lain yang
digunakan memiliki tingkat analitis.

3.2.2 Preparasi microbead yang mengandung acyclovir


Manik-manik mikro yang mengandung asiklovir dibuat melalui gelasi ionotropik
menggunakan natrium alginat dengan gom gellan dan gom xanthan di mana aluminium
klorida dan barium klorida digunakan sebagai agen pengikat silang. Singkatnya, natrium
alginat, gom gellan, dan gom xan-than ditimbang secara terpisah dengan timbangan digital
dan dimasukkan ke dalam gelas kimia masing-masing untuk dilarutkan dalam 25 ml air
suling hangat dengan pengaduk magnet dengan kecepatan 300 rpm pada suhu 50 ± 1°C .
Kemudian asiklovir yang ditimbang secara akurat didispersikan dalam campuran polimer
dan diaduk rata menggunakan pengaduk magnet dengan kecepatan 300 rpm.
Dalam gelas kimia terpisah, larutan counter ion dibuat dengan menambahkan jumlah
aluminium klorida atau barium klorida yang diperlukan dalam 100 ml air suling. Dispersi
campuran obat-polimer ditambahkan tetes demi tetes dengan bantuan jarum suntik
ekstruder ke dalam larutan ion lawan yang mengandung aluminium klorida atau barium
klorida dalam jumlah yang diperlukan dalam 100 ml air suling. Setelah 5 menit proses
curing, microbeads yang terbentuk disaring dengan bantuan saringan jaring halus, dicuci
bersih dengan air suling untuk menghilangkan sisa-sisa zat pengikat silang dari permukaan

10
microbead. Microbeads dikumpulkan pada cawan petri dan kemudian dikeringkan di udara
dalam oven udara panas dengan suhu 40–50°C selama semalam. Komposisi microbeads
yang mengandung asiklovir disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi microbeads yang mengandung asiklovir.

3.2.3 Penentuan Hasil


Hasil dari microbeads yang mengandung asiklovir dihitung dengan mengukur berat awal
polimer obat (asiklovir) yang digunakan dalam pembuatan dan berat dari microbeads yang
akhirnya disiapkan. Dengan menggunakan kedua nilai tersebut, hasil dihitung dengan
rumus :
Berat microbeads
Hasil (%) = x 100
Berat obat polimer

3.2.4 Penentuan efisiensi penjeratan obat


Singkatnya, 10 mg microbeads yang mengandung asiklovir dihancurkan dalam mortar-alu
dan ditambahkan secara terpisah dalam buffer fosfat, pH 6,8 untuk setiap formulasi.
Campuran diaduk satu per satu dengan pengaduk magnetic dengan kecepatan 300 rpm
selama 2 jam dan didiamkan semalaman. Solusinya kemudian disaring dengan kertas
saring Whatman® (No. 40). Larutan yang disaring (1ml) diencerkan dengan buffer fosfat
dan kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-visibel (Shimadzu, Jepang)
pada α maks 256 nm. Nilai efisiensi penjeratan obat dihitung dengan rumus:

𝑋1
Efisiensi penjeratan obat (%) 𝑋2 X 100

11
Dimana :
X1 = jumlah percobaan asiklovir yang ada dalam microbeads.
X2 = jumlah teoritis asiklovir yang diminum pada awalnya untuk pembuatan microbeads.

3.2.5 Pengukuran ukuran partikel


Manik-manik mikro yang mengandung asiklovir ini diposisikan pada latar belakang gelap
dan kemudian, difoto dengan meteran pengukur menggunakan mikroskop digital. Ukuran
rata-rata 50 microbeads dicatat.

3.2.6 Evaluasi reaksi pengembangan (swelling) in vitro


Manik-manik mikro berisi asiklovir yang ditimbang secara akurat ditempatkan ke dalam
buffer fosfat (pH 6,8). Pengadukan terus menerus dilakukan dengan pengaduk magnet
dengan kecepatan 200 rpm selama 4 jam. Microbead yang membengkak dikeringkan
permukaannya dengan kertas tisu dan ditimbang. Indeks pembengkakan microbeads
dihitung dengan rumus:

Weight of swollen microbeads − Weight of dried microbeads


Swelling index =
Weight of dried microbeads

3.2.7 Evaluasi pelepasan obat in vitro


Studi pelepasan obat (in vitro) dilakukan dengan menggunakan alat disolusi USP tipe II.
Microbeads yang telah disiapkan (mengandung 50 mg setara dengan asiklovir) dari
masing-masing formulasi ditempatkan secara individual dalam buffer fosfat 900 ml (pH
6,8) sebagai media disolusi yang dikontrol pada suhu 37 ± 0,5 1°C dan kecepatan putaran
dayung 50 rpm. Setelah selang waktu tertentu, 5 ml cairan disolusi sebagai sampel alikuot
diambil sampelnya dan diganti dengan media segar dengan volume yang sama. Sampel
alikuot yang dikumpulkan disaring dengan hati-hati menggunakan kertas saring
Whatman® (No. 40). Larutan yang disaring (1 ml) diencerkan dengan media disolusi yang
digunakan dan kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-visibel (Shimadzu)
pada α maks 256 nm.

12
3.2.8 Analisis morfologi permukaan microbead
Morfologi formulasi terbaik dari microbeads yang mengandung asiklovir (dipilih
berdasarkan pelepasan obat) divisualisasikan dengan pemindaian mikroskop electron
(SEM) (JEOL, Jepang). Microbeads dilapisi emas dengan pemasangan pada stub berbahan
kuningan di bawah vakum dalam ion sputter. Foto SEM diambil pada 10 kV dan
morfologinya diperiksa.

3.2.9 Analisis statistik


Data yang diperoleh dilaporkan sebagai mean ± SD, yang dianalisis denganMicrosoft
Excel.

3.3 Hasil dan Pembahasan


Tabel 2. Hasil karakterisasi (persentase hasil, efisiensi penjeratan obat, ukuran partikel rata-
rata dan indeks pembengkakan) dari microbeads yang mengandung asiklovir

3.3.1 Persentase hasil


Microbeads yang mengandung asiklovir digunakan manik-manik mikro yang mengandung
asiklovir yang terhubung (ketika 1% b/v aluminium klorida atau 1% b/v barium klorida
digunakan sebagai zat pengikat silang, secara terpisah, dalam kasus formulasi F1, F2, F4,
dan F5). Akan tetapi, manik mikro gom alginat-gellan yang mengandung asiklovir
berikatan silang dengan kation logam ganda menghasilkan persen hasil yang relatif lebih
tinggi (92,17 ± 3,02%, formulasi F3) dibandingkan dengan manik mikro gom alginat-
xanthan yang mengandung asiklovir (88,50 ± 2,75%, formulasi F6 ) dibuat dengan bahan
dan prosedur pengikat silang serupa (Tabel 2).

13
3.3.2 Efiseinsi penjeratan obat
Manik-manik karet alginat-gellan gum yang mengandung asiklovir menunjukkan efisiensi
penjeratan obat yang relatif lebih tinggi (80,36 ± 2,97 hingga 95,16 ± 3,37% dalam kasus
formulasi F1, F2, dan F3) dibandingkan dengan manik-manik mikroba karet alginat-
xanthan yang mengandung asiklovir (74,09 ± 1,38 hingga 93,67 ± 2,92% untuk formulasi
F4, F5, dan F6) (Tabel 2), mungkin terjadi karena tingkat ikatan silang yang lebih tinggi
pada campuran gom natrium alginat-gellan dibandingkan dengan campuran gom natrium
alginat-xanthan karena gom gellan lebih bersifat anionik dibandingkan gom xantan.
Efisiensi penjeratan obat yang relatif lebih rendah terlihat dibandingkan dengan manik
mikro gom alginat-gellan kation logam tunggal berikatan silang asiklovir (formulasi F1,
dan F2) dan mikrobead gom alginat-xanthan (formulasi F4, dan F5) Menurunnya efisiensi
penjeratan obat pada gum alginat-gellan dan gum alginat-xanthan yang mengandung
asiklovir dengan ikatan silang yang diinduksi kation logam ganda (Al3+, dan Ba2+). Hal
tersebut terjadi mungkin karena kandungan air mungkin dikeluarkan, peningkatan derajat
ikatan silang karena 1% b/v aluminium klorida dan 1% b/v barium klorida secara
bersamaan digunakan sebagai bahan pengikat silang dalam kombinasi.

3.3.3 Ukuran partikel


Ukuran partikel rata–rata dari microbeads yang menganun asiklovir dilakukan dengan
menggunakan mikroskop digital. Manik-manik alginal–gellan yang mengadung asiklovir
menunjukkan ukuran partikel rata-rata yang relatif lebih kecil (0,54 ± 0,02 hingga 0,71 ±
0,03 mm dalam kasus formulasi F1, F2, dan F3) dibandingkan dengan manik mikro karet
alginat-xanthan yang mengandung asiklovir (0,60 ± 0,02 hingga 0,82 ± 0,04 mm untuk
formulasi F4, F5, dan F6). Hal ini mungkin terjadi karena tingkat ikatan silang yang lebih
tinggi pada campuran gom natrium alginat-gellan dibandingkan dengan campuran gom
natrium alginat-xanthan karena gom gellan lebih bersifat anionik dibandingkan gom
xanthan. Selain itu, peningkatan viskositas larutan campuran gom natrium alginat-xanthan
juga dapat menghasilkan ukuran tetesan yang relatif lebih besar selama penambahan
larutan yang mengandung pengikat silang.

14
3.3.4 Pengembangan (swelling) in vitro
Di antara semua butiran mikro berbahan dasar alginat yang mengandung asiklovir, butiran
mikro gom alginat-xanthan yang diinduksi Al3+ÿ yang mengandung asiklovir
menunjukkan indeks pembengkakan tertinggi pada tabel 2 (86,67 ± 2,02%, formulasi F4).
Semakin tinggi pengembangan akibat manik-manik karet alginat-xanthan yang
mengandung asiklovir mungkin disebabkan oleh sifat hidrofilik yang tinggi dari permen
karet xanthan. Kation logam ganda (Al3+, dan Ba2+) yang berikatan silang dengan manik
mikroba alginat-gellan gum yang mengandung asiklovir dan microbeads dengan gum
alginat-xanthan menunjukkan pembengkakan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
kation logam tunggal (Al3+, atau Ba2+) yang berikatan silang dengan alginat yang
mengandung asiklovir -microbeads gom gellan dan microbeads gom alginat-xanthan.

3.3.5 Pelepasan obat in vitro


Hasil pelepasan obat dengan jelas menunjukkan bahwa semua microbeads gom alginat-
gellan gel ionotropik yang mengandung asiklovir dan microbeads gom alginat-xanthan
menunjukkan pelepasan asiklovir yang berkelanjutan selama 240 menit, secara in vitro
(Gambar. 1). Juga diketahui bahwa manik-manik karet alginat-xanthan gum alginat-
xanthan yang mengandung asiklovir menunjukkan pelepasan asiklovir yang relatif
tertunda/lebih lambat dibandingkan dengan manik-manik mikrogum alginat-gellan gum
yang mengandung asiklovir selama 240 menit. Dalam kasus microbeads gom alginat-
xanthan yang mengandung asiklovir, matriks gom alginat-xanthan yang berbentuk gel
ionotropic dapat berikatan lebih baik dengan molekul air untuk membentuk struktur gel
yang kental karena sifat hidrofilik dari gom xanthan, yang dapat menyumbat pori-pori
permukaan microbead untuk menunda pelepasan asiklovir.

Tabel 3. Hasil penyesuaian kurva data pelepasan asiklovir in vitro dari berbagai butiran
mikro yang mengandung asiklovir.

15
Gambar 1. Pelepasan asiklovir in vitro dari butiran mikro gum alginat-gellan yang
mengandung asiklovir gel ionotropik (F1, F2 dan F3) dan butiran mikro gum alginat-
xanthan (F4, F5, dan F6) (Rata-rata ± SD; n = 3).

3.3.6 Analisis morfologi permukaan dengan SEM


Foto-foto SEM menyajikan morfologi permukaan ion-ion logam ganda (Al3+ dan Ba2+)
ikatan silang butiran mikro gum alginat-xanthan yang mengandung asiklovir (formulasi
F6): [(a) pembesaran = X30, dan (b) pembesaran = X60] disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2
Gambar 2. Foto SEM menunjukkan morfologi permukaan kation logam ganda (Al3+, dan
Ba2+) ikatan silang butiran mikro gum alginat-xanthan yang mengandung asiklovir
(F6):[(a) pembesaran = X30, dan (b) pembesaran = X60).

16
BAB IV
KESIMPULAN

Manik-manik mikro biopolimerik yang mengandung asiklovir diformulasikan melalui


gelasi ionotropik menggunakan natrium alginat dengan gom gellan dan gom xanthan, secara
terpisah dalam kombinasi, di mana aluminium klorida dan barium klorida digunakan sebagai
bahan pengikat silang. Semua manik-manik mikro getah alginat-gellan gel ionotropik yang
mengandung asiklovir dan manik-manik mikro getah alginat-xanthan yang mengandung
asiklovir menunjukkan persentase hasil yang baik, efisiensi penjeratan obat, dan pelepasan
asiklovir yang berkelanjutan selama 240 menit. Di antara semua microbeads ini, microbeads gom
alginat-xanthan asiklovir yang dibuat dengan 1% b/v aluminium klorida dan 1% b/v barium
klorida secara bersamaan sebagai bahan pengikat silang (total 2% bahan pengikat silang) dalam
kombinasi menunjukkan pelepasan asiklovir berkelanjutan secara maksimal. Potensi pelepasan
obat yang berkelanjutan dari microbeads berbasis alginat gel ionotropik yang mengandung
asiklovir ini mungkin bermanfaat untuk memfasilitasi peningkatan kepatuhan pasien dengan
frekuensi pemberian dosis minimal dan peningkatan bioavailabilitas oral.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, TM, Cullis, PR, 2004. Sistem penghantaran obat: memasuki arus utama. Sains 303
(5665), 1818–1822. https://doi.org/10.1126/science.1095833
2. Das, S., Samanta, A., Das, S., & Nayak, A. K. (2024). Sustained release of acyclovir from
alginate-gellan gum and alginate-xanthan gum microbeads. JCIS Open, 100106.
3. Leon Shargel & Andrew B.C.YU. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Surabaya : Airlangga University press.
4. Siregar. C, Wikarso. S, (2007). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Tungadi, R., (2017). Teknologi Sediaan Solida, Ponorogo : Wade Group.

18

Anda mungkin juga menyukai