Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

MODUL 5 UKURAN PARTIKEL


Dosen Pengampu : apt. Sudrajat Sugiharta, S.Farm., M.Farm.

Disusun Oleh :

Monica Yashna K.A.S 21416248201055


Bela Cindika Sagala 21416248201057
Lora Irawan 21416248201061
Farres Ilhamza A. 21416248201063
Ramdani Nur Ilham 21416248201062
Lia Amalia Wardana 18416248201101
Syifa Salsabila Nur Fauziah 21416248201073

FM21C
KELOMPOK 4
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas karunia dan kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat serta inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Sementara pada praktikum kali ini.

Laporan sementara praktikum modul 5 ini berisi tentang mekanisme, cara


kerja, tujuan, serta teori-teori mengenai ukuran partikel suatu zat yang akan berguna
dalam proses pembuatan sediaan farmasi. Kami menyadari bahwa laporan
praktikum ini masih membutuhkan banyak pengembangan, oleh sebab itu
diharapkan kritik dan sarannya yang dapat membantu pengembangan dalam
penyusunan laporan praktikum ini. Semoga laporan sementara dari praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua pihak yang berkepentingan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Karawang, Juni 2022

( Penulis )

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Umum................................................................................................ 2
1.4 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Ukuran Partikel.............................................................................................. 3
2.2 Zat aktif ........................................................................................................ 5
2.2.1 Paracetamol ....................................................................................... 5
2.2.2 Asetosal ............................................................................................. 6
2.2.3 Avicel PH 102 ................................................................................... 6
2.3 Metode ......................................................................................................... 6
BAB III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA .................................... 8
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 8
3.1.1 Alat ................................................................................................... 8
3.1.2 Bahan ................................................................................................ 8
3.2 Prosedur Kerja ............................................................................................... 8
3.2.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk ......................... 8
3.2.2 Metode Pengayakan ........................................................................... 9
3.3 Analisis Data ............................................................................................... 10
BAB IV HASIL ............................................................................................... 11
4.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk .................................. 12
4.2 Metode Pengayakan ..................................................................................... 14
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 16
5.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk .................................. 16
5.2 Penentuan Jumlah Partikel Lolos dan Tidak Lolos Metode Pengayakan ....... 17
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19
LAMPIRAN ................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran. Obat
sediaan padat seperti kapsul, tablet dan sirup kering kebanyakan mempunyai
ukuran partikel yang kecil. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan
penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar
dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologinya (Moechtar,
1990; Sukandar, et al., 2008).
Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,
rektal, dan topikal. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian
ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan
dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk (Martin, et al., 1993).
Penurunan ukuran partikel dapat meningkatkan laju absorpsi dan
berpengaruh pada proses pelarutan. Pengurangan ukuran partikel berperan tidak
hanya pada laju penyerapan tetapi juga pada kecilnya derajat kelarutan suatu
senyawa. Contoh pengaruh ukuran partikel pada penggunaan per oral griseofulvin
yang diabsorpsi secara lambat, dengan memperkecil ukuran partikel, absorpsi
dapat ditingkatkan. Sediaan tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada
cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1980; Gaikwad, 2010).
Metode penentuan kecepatan alir dilakukan untuk menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh serbuk atau suatu partikel untuk keluar melewati sebuah media alat
yang ditentukan. Sedangkan metode pengayakan dilakukan untuk mengetahui
persentase jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan jumlah partikel yang lolos
(D%). Data persentase jumlah partikel yang tidak lolos dan jumlah partikel yang
lolos dimasukkan ke dalam kurva Rosin-Ramler-Sperling-Bennet (RRSB), untuk
mengetahui diameter ukuran partikel serta luas permukaan spesifiknya.

1
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan kecepatan alir dan mengukur
partikel-partikel zat pada suatu serbuk atau partikel. Oleh karenanya, diharapkan
mahasiswa dapat mencapai tujuan praktikum sebagaimana mestinya, karena ilmu
mikrometik sangat penting dalam dunia farmasi.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :
1. Bagaimanakah hasil dari penentuan kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk?
2. Bagaimanakah hasil dari perhitungan jumlah partikel yang tidak lolos (R%)
dan jumlah partikel yang lolos (D%) pada metode pengayakan?
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penentuan
kecepatan dan ukuran suatu partikel.
1.4 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah :
1. Menentukan perhitungan penentuan kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk.
2. Menentukan jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan jumlah partikel yang
lolos (D%) menggunakan metode pengayakan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ukuran Partikel


Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan secara langsung terhadap
zat aktif dalam bentuk partikel halus dari zat padat, tetesan cairan, dan bentuk
terdispersi. Dalam bidang farmasi mikroenkapsulasi bertujuan mengubah bentuk
zat aktif, melindungi, menutupi rasa dan melepaskan zat aktif secara terkendali.
Proses mikroenkapsulasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu metode fisika
kimia, metode kimia, dan metode fisika. Evaluasi mikroenkapsulasi in vitro yang
harus dilakukan meliputi morfologi mikrokapsul, sifat mikromeritik, kandungan
mikrokapsul, faktor perolehan kembali, tebal dinding mikrokapsul dan profil
disolusi dari mikrokapsul (Maria D., 2012).
Mikropartikel merupakan hasil proses mikroenkapsulasi yang digunakan
untuk menyalut suatu bahan dengan ukuran yang sangat kecil dengan diameter
berkisar 15-20 mikron atau kurang dari setengah diameter rambut manusia
(Yoshizawa 2004). Mikropartikel umumnya terdiri dari mikrokapsul dan mikrosfer.
Secara garis besar, mikrokapsul dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tipe
berinti tunggal, berinti lebih dari satu, dan tipe matriks (Herdini et., al., 2008).
Mikrokapsul adalah sistem vesikular di mana obat ini terbatas pada rongga
dikelilingi oleh struktur batas, misalnya, polimer, sedangkan mikrosfer adalah
sistem bola matriks di mana obat tersebar secara fisik dan merata.
Mikroenkapsulasi biasanya menggunakan tiga metode: teknik emulsi air-
minyak-air (w/o/w), metode pemisahan, dan pengering semprot. Pada teknik
pengering semprot, pembentukan partikel dicapai oleh emulsi atom dengan aliran
udara panas di bawah penguapan pelarut yang kuat. Dari berbagai metode di atas,
metode pengering semprot paling sederhana dan mudah untuk mengkapsulasi suatu
bahan karena larutan suspensi yang dimikroenkapsulasi cukup dimasukkan ke
dalam alat pengering semprot dan dihasilkan serbuk mikropartikel (Maria D.,
2012).

3
Ukuran partikel dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metode
antara lain adalah mikroskopi optik, pengayakan, sedimentasi dan metode
penentuan ukuran partikel lainnya. Pada metode pengayakan, sampel diayak
melalui sebuah susunan ayakan menurut ukuran mesh yang disusun ke atas. Ayakan
dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar berarti ukuran
partikel yang melewatinya juga berukuran besar. Bahan yang akan diayak
diletakkan pada ayakan teratas dengan nomor mesh kecil. Partikel yang ukurannya
lebih kecil dari lebar jala ayakan akan berjatuhan melewatinya. Partikel yang
tinggal pada ayakan, membentuk bahan kasar.
ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-
bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal, dan topikal. Dalam
bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting
sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar
dari granul dan serbuk (Martin, et.,al., 1993).
Penurunan ukuran partikel dapat meningkatkan laju absorpsi dan
berpengaruh pada proses pelarutan. Pengurangan ukuran partikel berperan tidak
hanya pada laju penyerapan tetapi juga pada kecilnya derajat kelarutan suatu
senyawa. Contoh pengaruh ukuran partikel pada penggunaan per oral griseofulvin
yang diabsorpsi secara lambat, dengan memperkecil ukuran partikel, absorpsi dapat
ditingkatkan. Sediaan tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989; Gaikwad, 2010).
Ilmu partikel dituangkan dalam mikromeritik yaitu suatu ilmu dan teknologi
yang mempelajari tentang partikel kecil terutama mengenai ukuran partikel. Ukuran
partikel dalam bidang farmasi sangat penting karena berhubungan dengan
kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga menentukan sistem dispersi
farmasetik. Di bawah ini pembagian sistem dispersi berdasarkan ukuran partikelnya
:

4
Tabel 2.1 Pembagian Sistem Dispersi berdasarkan Ukuran Partikel

Pentingnya mengetahui ukuran partikel dalam bidang farmasi yaitu:


a. Ukuran partikel berhubungan dengan luas permukaan dan tegangan
antarmuka karena sifat ini sangat memengaruhi sifat fisika, misalnya dari
aspek termodinamika, kimia misalnya dari aspek kelarutan (ionisasi) dan
farmakologi dari suatu obat misalnya efek kerja dari zat.
b. Ukuran partikel memengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan
yang diberikan secara oral, topikal, parenteral, dan rektal, ketika secara
teknologi sekarang telah dikenal ukuran nanopartikel dan mikropartikel
sehingga mudah mengalami penghantaran ke side effect.
c. Ukuran partikel memengaruhi kekompakan tablet, kestabilan emulsi, dan
suspensi (kemudahan digojog).
d. Misalnya, ukuran partikel memegang peranan dalam laju pengendapan pada
sediaan suspensi sehingga melihat ukuran partikel, maka suspensi dibagi
menjadi dua tipe yaitu suspensi flokulasi dan suspensi deflokulasi.
e. Pada tablet dan kapsul, ukuran partikel menentukan sifat alir serta
pencampuran yang benar dari granul.

2.2 Zat Aktif


2.2.1 Paracetamol
Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0%. Pemerian serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N, mudah
larut dalam etanol (FI IV, Hal 649).

5
2.2.2 Asetosal
Pemerian hablur putih, umunya seperti jarum atau lempengan tersusun,
atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Satabil di udara
kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam
salisilat dan asam asetat. Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter
mutlak (FI IV Hal 31).
2.2.3 Avicel PH 102
Avicel PH 102 merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial
berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri atas
partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik
(Rowe et.al., 2006).
2.3. Metode
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok, dengan demikian dapat
dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal di
ayakan (butiran kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih bisa melintas ayakan,
dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt, 1994).
Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padat yang
mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses
pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang
ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk
mendapatkan serbuk dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan
dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai campuran partikel
padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta memiliki ukuran yang
berbeda dengan menggunakan alat pengayakan (Sahara, 2009). Proses pengayakan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

6
1. Pengayakan manual
Pengayakan dilakukan dengan memaksa bahan melewati lubang ayakan,
umumnya dilakukan dengan bantuan bilah kayu atau bilah bahan sintetis.
Sekelompok partikel dinyatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh
partikel dapat melintas dari lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa
diayakan).
2. Pengayakan mekanik
Pengayakan secara mekanik dapat dikelompokan dengan cara ayakannya yaitu,
pengayak getar, guncang atau kocokan dilakukan dengan bantuan mesin, yang
umumnya mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang
berlainan. Bahan yang didalam ayakan, akan bergerak gerak diatas ayakan,
berdesakan melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang
berbeda-beda (Sahara, 2009)

Sedimen basah diayak dengan ayakan 300, 100, 88, dan 63 µm dengan bantuan
air yang diambil dari tempat pengambilan sampel. Ini dilakukan dengan tujuan agar
semua butiran yang lolos dari ayankan mencerminkan ukuran yang sebenarnya di
alam. Butiran yang bercampur dengan air diendapakan selama satu hari.
Selanjutnya, cairan yang jernih didekantasi dan endapan dikeringkan dalam oven
pada suhu 60℃ hingga berat konstan (Birch dan Irvine, 1998; Siaka, 1998).
Sedimen kering kemudian digerus, selanjutnya disimpan dalam botol kering
sebelum dianalisis lebih lanjut.

7
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya:
mikrometer, shieving machine, timbangan digital, beaker gelas, gelas ukur,
batang pengaduk dan spatula.
3.1.2 Bahan
Dan berikut bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini,
yaitu : alkohol 70%, amprotab, parasetamol, asetosal dan kertas timbang.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk
Pertama-tama timbang serbuk uji secukupnya, lalu masukkan ke
dalam corong getar dengan kondisi lubang corong tertutup, lalu buka tutup
corong dan hitung berapa waktu yang dibutuhkan oleh serbuk, lalu keluar
seluruhnya dari corong, lakukan ukur tinggi timbunan serbuk, kemudian
ukur diameter curahan serbuk dengan mengukur diameter dari 3 garis
potong (gunakan diameter martin’s), catat dan hitung rata-rata diameter,
hitung kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk tersebut dan lakukan
penentuan secara duplo. Berikut adalah diagram alir penentuan kecepatan
alir dan sudut istirahat serbuk :

Timbang serbuk uji Hitung berapa waktu


secukupnya, lalu masukkan yang dibutuhkan Ukur tinggi
ke dalam corong getar oleh serbuk timbunan serbuk

Hitung kecepatan alir dan sudut Ukur diameter curahan


istirahat serbuk dan Lakukan serbuk dan hitung rata-rata
penentuan secara duplo diameter tersebut

Gambar 3.1 Diagram Alir Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk.

8
3.2.2 Metode Pengayakan
Pertama-tama siapkan alat dan bahan kemudian timbang sampel
sebanyak 50g. Bersihkan ayakan terlebih dahulu, setelah bersih pasang set
ayakan dengan nomorn14, 20, 40, 60 dan 80. Masukkan setiap bahan pada
ayakan bagian pertama, setelah itu jalankan ayakan selama 10 menit dan
kemudian timbang kembali ayakan sehingga didapat berat fraksi yang tertinggal
pada masing-masing ayakan. Kemudian tentukan presentase jumlah partikel
yang tidak lolos (R%) serta partikel yang lolos (D%). Lalu masukkan data ke
dalam kurva Rosin-Ramler-Sperling-Bennet (RRSB), sehingga diperoleh
diameter ukuran partikel serta luas permukaan spesifikasinya. Luas permukaan
spesifik (cm²/g) dapat ditentukan melalui persamaan: Om = Ok/d;
Keterangan : Om : Luas permukaan spesifikasi
Ok : Faktor luas permukaan (cm²/g)
d : titik potong kurva garis lulus RRSB dengan garis horizontal
(diameter mm).
Berikut adalah diagram alir metode pengayakan :

Masukan tiap
Timbang Pasang set ayakan, dengan
bahan pada
sampel 50g nomor 14, 20,60 dan 80.
ayakan

Tentukan luas Tentukan presentase


permukaan jumlah partikel yang
spesifik (cm²/g) tidak lolos dan yang
lolos

Gambar 2.2 Diagram Alir Metode Pengayakan.

9
3.3 Analisis Data
Dalam praktikum Ukuran Partikel ini, data yang diperoleh di analisis
secara statistik untuk memperoleh hasil. Data yang disajikan menggunakan
tabel dan grafik.

10
BAB IV
HASIL
Berikut ini merupakan dokumentasi proses Penentuan kecepatan alir dan
sudut istirahat serbuk dan Jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan partikel yang
lolos (D%) dengan metode pengayakan pada sampel yang dilakukan oleh praktikan.

Gambar 4.1 Penentuan kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk

Gambar 4.2 Penentuan jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan partikel yang
lolos (D%) dengan metode pengayakan

11
4.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk
Pengukuran sampel yaitu Avicel, Parasetamol, dan Asetosal
menggunakan corong getar didapatkan hasil kecepatan alir dengan satuan
gram/detik dan sudut istirahat serbuk dengan satuan derajat sebagai berikut :
Pengujian Sampel
Avicel Parasetamol Asetosal
Tinggi curah Uji 1 1,7 cm 1,6 cm 0,3 cm
serbuk Uji 2 1,1 cm 1,3 cm 0,5 cm
Rata-rata±SD 1,4±0,42 1,45±0,21 0,4±0,14
Diameter Uji 1 8 cm 5 cm 7 cm
rata-rata Uji 2 5,5 cm 5,5 cm 5,5 cm
curah serbuk Rata-rata±SD 6,75±1,76 5,25±0,35 6,25±1,06
Sudut Uji 1 23,02° 32,61° 4,85°
istirahat Uji 2 21,80° 25,17° 10,20°
Rata-rata±SD 22,41±0,86 28,89±5,26 7,525±3,78
Bobot serbuk Uji 1 4g 4g 4g
Uji 2 4g 4g 4g
Rata-rata±SD 4±0 4±0 4±0
Waktu alir Uji 1 60,32 detik 58,27 detik 0,53 detik
Uji 2 14,85 detik 60,07 detik 0,40 detik
Rata-rata±SD 37,58±32,15 59,17±1,27 0,465±0,09
Laju alir Uji 1 0,066 g/detik 0,068 g/detik 7,54 g/detik
Uji 2 0,27 g/detik 0,067 g/detik 10 g/detik
Rata-rata±SD 0,168±0,14 0,0675±0,0007 8,77±1,73
Tabel 4.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk

12
Untuk sampel Avicel memiliki laju alir yang sangat sukar karena
memiliki angka sebesar 0,168 g/detik dan untuk sudut istirahatnya sebesar
22,41° yang termasuk sangat baik. Pada sampel Parasetamol tidak berbeda jauh
dengan Avicel memiliki laju alir yang sangat sukar sebesar 0,0675 g/detik
tetapi untuk sudut istirahatnya berbeda karena sampel Parasetamol termasuk
pada baik karena memiliki angka sebesar 28,89°. Berbeda dengan kedua
sampel sebelumnya, sampel Asetosal mempunyai laju alir yang baik
dikarenakan angkanya menunjukan sebesar 8,77 g/detik serta sudut
istirahatnya sebesar 7,525° yang mengartikan bahwa Asetosal memiliki sifat
aliran yang sangat baik. Dan berikut ini merupakan grafik data hasil
pengamatan penentuan kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk sampel :

Grafik 4.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk

Berdasarkan grafik diatas kecepatan alir dengan sifat aliran yang baik
dimiliki oleh sampel Asetosal dengan angka sebesar 8,77 g/detik dan yang
memiliki kecepatan alir yang sangat sukar adalah sampel Parasetamol sebesar
0,0675 g/detik. Dan untuk sudut istirahatnya berdasarkan grafik diatas sampel
Asetosal merupakan sampel dengan sifat aliran sangat baik sebesar 7,525° dan
yang memiliki sudut istirahat yang sifat alirannya hanya baik adalah
Parasetamol sebesar 28,89°.

13
4.2 Metode Pengayakan
Pengukuran sampel yaitu Avicel, Parasetamol, dan Asetosal menggunakan
pengayak dengan mesh 20, 40, 60, 80, dan 100 didapatkan hasil jumlah partikel
yang tidak lolos (R%) dan partikel yang lolos (D%) sebagai berikut :
No Mesh Diameter Fraksi Fraksi Jumlah R% Jumlah
pori ayakan tertinggal lolos partikel kumulatif partikel
(µm) (g) (g) tidak lolos lolos
(R%) (D%)
1 20 1000 3,32 46,68 8,53 8,53 93,36
2 40 425 2,74 43,94 7,04 15,57 94,13
3 60 250 7,27 36,67 18,68 34,25 83,45
4 80 180 8,51 28,16 27,87 62,12 76,79
5 100 150 17,06 11,1 43,85 105,97 39,41
Tabel 4.2 Penentuan jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan partikel yang
lolos (D%) dengan metode pengayakan
Untuk metode pengayakan menggunakan sampel Parasetamol dengan
pengayak Mesh 20 memiliki hasil R% sebanyak 8,53% dan D% nya sebesar
93,36%, untuk pengayak Mesh 40 hasilnya kurang lebih sama dengan Mesh 20
yaitu dengan R% sebesar 7,04% dan D% sebesar 94,13%. Sedangkan pada
pengayak Mesh 60 terjadi peningkatan cukup besar untuk R% nya sebesar
18,68% tetapi untuk D% terjadi penurunan yaitu 83,45%, terjadi peningkatan
lagi untuk R% nya pada pengayak Mesh 80 sebesar 27,87% dan penurunan
kembali terjadi untuk D% nya sebesar 76,79%. Dan terakhir pengayak Mesh
100 untuk R% terjadi peningkatan kembali dibandingkan pengayak-pengayak
sebelumnya yaitu 43,85% tetapi penuruan kembali yang cukup besar terjadi
untuk D% yaitu sebesar 39,41%. Dan berikut ini merupakan grafik data hasil
pengamatan hasil jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan partikel yang lolos
(D%) dengan metode pengayak :

14
METODE PENGAYAKAN
R% D%

94,13
93,36

84,45

76,79
JUMLAH PARTIKEL

43,85
39,41
27,87
8,68
8,53

7,04

20 40 60 80 100
NO. MESH

Grafik 4.2 Penetuan jumlah partikel yang tidak lolos (R%) dan partikel yang
lolos (D%) dengan metode pengayakan

Berdasarkan grafik diatas jumlah partikel yang tidak lolos (R%)


pengayak Mesh 100 sebesar 43,85% memiliki persentase paling tinggi dan
pengayak Mesh 40 memiliki persentase paling rendah yaitu 7,04%. Untuk
jumlah partikel yang lolos (D%) paling banyak dimiliki oleh pengayak
Mesh 40 sebesar 94,13% dan yang paling rendah dimiliki oleh pengayak
Mesh 100 yaitu 39,41%.

15
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk
Untuk menentukan kecepatan alir atau laju alir dan sudut istirahat
sampel, mahasiswa terlebih dahulu mencari beberapa data yang dibutuhkan
untuk menghitung kecepatan alir dan sudut istirahat, yaitu; tinggi curah,
diameter rata-rata curah, bobot serbuk, dan waktu alir menggunankan alat
corong getar. Setelah ke-empat data diperoleh, barulah mahasiswa dapat
menghitung data yang ingin ditentukan, yaitu kecepatan alir dan sudut istirahat.
Dalam grafik hasil penentuan kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk,
tercatat bahwa dalam penentuan laju alir serbuk didapatkan data tertinggi oleh
sampel asetosal dengan angka 8,77 g/detik sedangkan data terendah didapatkan
oleh sampel paracetamol dengan angka 0,0675 g/detik. Dalam data penentuan
sudut istirahat diperoleh hasil data tertinggi pada sampel paracetamol dengan
rata-rata 28,890, sementara asetosal memiliki angka rata-rata paling rendah
yaitu 7,5250.
Berdasarkan teori angka kecepatan alir suatu serbuk jika berada pada
angka 4-10 g/detik terbilang memiliki sifat aliran yang baik, berdasarkan hasil
data pengamatan asetosal memiliki sifat aliran yang baik, sementara avicel dan
parasetamol memiliki sifat alir yang sangat sukar karena kurang dari angka 1.6
g/detik. Pada data hasil sudut istirahat, avicel memiliki hubungan sifat alir yang
sangat baik karena kurang dari 250, parasetamol memiliki sifat alir yang baik
karena berada dalam rentan angka 250-300, dan asetosal memiliki sifat alir yang
sangat baik karena kurang dari 250 (Chandira et.al., 2012). Uji waktu alir,
sudut istirahat kompresibilitas saling terkait karena menentukan sifat alir
granul. Sifat ini terutama dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk,
porositas, kerapatan dan pola permukaan (Rima, et.al., 2019).
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Desy nawangsari, laju alir
untuk Avicel PH 101 dan Avicel PH 102 secara berturut yaitu 4,41 ± 0,40
gram/s dan 2,76 ± 0,22 gram/s. Menurut (Lachman, 2008) kemampuan
mengalir serbuk dikatakan baik ketika > 10 gram/s. Sedangkan penentuan

16
sudut istirahat diketahui dari kedua formula yaitu 22,40 ± 1,12 dan 29,42 ±
1,38. Sudut diam dapat menjadi penentu kemampuan mengalir suatu serbuk.
Sudut diam yang < 30◦ menandakan sifat alir serbuk yang baik (Lachman,
2008).
5.2 Penentuan Jumlah Partikel Lolos dan Tidak Lolos Metode Pengayakan
Dalam penentuan ukuran partikel ini, mahasiswa menggunakan sampel
parasetamol sebanyak 50g. Serbuk diayak menggunakan 5 ayakan secara ber-
urutan dengan nomor mesh 20, 40, 60, 80, dan 100. Serbuk diayak selama 5-10
menit menggunakan mesin pengayak.
Dalam grafik hasil metode pengayakan, didapatkan bahwa presentase
tertinggi didapatkan oleh fraksi tertinggal yaitu sebanyak 43,85% sementara
fraksi lolos mendapatkan presentasi rendah sebanyak 39,41%. Total jumlah
serbuk yang tertinggal dalam pengayak adalah 38,9 g, sedangkan total jumlah
serbuk yang berhasil lolos adalah 11,1 g.
Dalam table data hasil pengamatan, maka parasetamol memiliki ukuran
partikel berkisar 180 µm dalam waktu 10 menit pengayakan. Adapun faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran
ayakan (Moh. Anief, 2007) :
1. Ukuran bahan
2. Ukuran relatif partikel
3. Pantulan dari material, dan
4. Kandungan air
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Auzal halim, dkk., Pemeriksaan
distribusi ukuran partikel menggunakan ayakan bertingkat ukuran partikel
mikrokapsul parasetamol dengan penyalut natrium karboksimetilselulosa
terletak antara 125-2000µm. Ukuran terbesar terletak antara 600µm-1000µm.
Perbedaan distribusi ukuran partikel ini dipengaruhi oleh jumlah penyalut yang
digunakan sebagai pembentuk dinding mikrokapsul (Auzal halim, et.al., 2011).

17
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari pengukuran sampel hasil kecepatan alir dengan sifat aliran yang baik
dimiliki oleh sampel Asetosal sebesar 8,77 g/detik dan kecepatan alir yang
sangat sukar adalah sampel Parasetamol sebesar 0,0675 g/detik. Dan untuk sudut
istirahat sampel Asetosal merupakan sifat aliran sangat baik sebesar 7,525° dan
sudut istirahat yang sifat alirannya hanya baik yaitu Parasetamol sebesar 28,89°.
2. Hasil jumlah partikel yang tidak lolos (R%) persentase paling tinggi pengayak
Mesh 100 sebesar 43,85% dan paling rendah pengayak Mesh 40 yaitu 7,04%.
Untuk jumlah partikel yang lolos (D%) paling tinggi yaitu pengayak Mesh 40
sebesar 94,13% dan yang paling rendah pengayak Mesh 100 yaitu 39,41%.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anief. M., 2007, Farmasetika, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1980), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Edisi 4), Terjemahan
F. Ibrahim, Jakarta: Universitas Indonesia.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Edisi IV, 244-271, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Birch. G. F. and Irvine, 1998, Distribution of heavy Metal in Surficial
Sediments of Port Jacktion, Sidney, New South Wales, Australia.
Chandira R.M., Bhowmik D., Yadav R., Jayakar B. and Kumar K.P.S., 2012,
Formulation and Evaluation The Oral Tablets Ibuprofen, The Pharma Inovation, 1
(9), 32–43.
Dekpes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta
Didi,S. 2018, Studi Eksperimental Pengaruh Variasi Mekanis Empat Batang
Pada Mesin Pengayak Terhadap Kapasitas Produksi Ayakan, Volume 5 Edisi 1.

E.Sahara. 2009, Distribusi pB dan Cu pada Berbagai Ukuran Partikel Sedimen


di Pelabuhan Benoa, : 75-80. ISSN 1907-985.
Gaikwad, A., Tamizhrasi, S., Sorti, A., Gavali, P., & Mehare, G., 2010,
Formulation In Vitro Characterization of Polymethacrylic Acid Nanoparticle
Containing Furosemide. Int J. Pharm Res, 2(1): 300-304
Gaikwad, S.K., Gawali, B.W. and Yannawar, P. 2010, A Review on Speech
Recognition Technique. International Journal of Computer Applications, 10, 16-24.
Halim. A., Arianti. A., Umar. S., 2011, Mikroenkapsulasi Parasetamol dengan
Metode Penguapan Pelarut Menggunakan Polimer Natrium Karboksimetil
(NaCMC), Jurnal Farmasi Higea, (3) 1, 84-93.
Hayati. R., Sari. A., Alfina. N., 2019, Serbuk Effervescent Kombinasi Ekstrak
Buah Pare dan Buncis sebagai Nutraseutikal, Jurnal Action, (4) 1, 42-48.
Herdini. 2008. Mikroenkapsulasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma
xanthorriza Roxb) tersalut gel kitosanalginat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

19
Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III, 1119-1120, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Maria,D., 2012, Pengaruh Besar Ukuran Partikel Terhadap Sifat-sifat Tablet
Metronidazol, Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata, 1993, Farmasi Fisik: Dasar-dasar
Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga.Penerjemah: Yoshita. Jakarta:
UI-Press.
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik (Edisi 3),
Jakarta.
Moechtar, 1990, Bagian Struktur Atom dan Molekul Zat Padat dan
Mikromeritika. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nawangsari. D., 2019, Pengaruh Bahan Pengisi Terhadap Massa Cetak Tablet
Vitamin C, Jurnal Kesehatan, (11) 2, 37-42.
Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Santi,S.Farmasi Fisik.Kemenkes Republik Indonesia. Desember 2016.

Siaka, M., 1998, The Application of Atomic Absorption Spectroscopy to the


Determination of Selected Trace Element in Sediment of the Coxs River
Catchment, Thesis, Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology,
University of Western Sydney Nepean
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Joseph, S., Andyana,K., Setiadi. A.P.,
Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan
oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.
Yoshizawa, S., Tanaka, M. and Shekdar, A.V. 2004. Global Trends in Waste
Generation. In: Recycling, Waste Treatment and Clean Technology, TMS Mineral,
Metals and Materials Publishers, 1541-1552.

20
LAMPIRAN

21
LAMPIRAN I
Data Hasil Pengamatan Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
Serbuk

22
LAMPIRAN II
Data Hasil Pengamatan Ukuran Partikel Metode Pengayakan

23
LAMPIRAN III
Perhitungan Laju Alir Serbuk

Rumus :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
Laju Alir = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟

a. Asetosal
4𝑔
L. alir = 0,53 𝑠 = 7,54 g/detik
b. Avicel
4𝑔
L. alir = 60,32 𝑠 = 0,066 g/detik
c. Paracetamol
4𝑔
L. alir = 58,27 𝑠 = 0,068 g/detik

24
LAMPIRAN IV
Perhitungan Sudut Istirahat Serbuk

Rumus :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ
Tan-1 Ɵ =
𝐽𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘

a. Asetosal
0,3 𝑐𝑚
Tan-1 Ɵ = 3,5 𝑐𝑚 = 0,085
Tan Ɵ = 4,850
b. Avicel
1,7 𝑐𝑚
Tan-1 Ɵ = 4 𝑐𝑚 = 0,425
Tan Ɵ = 23,020
c. Paracetamol
1,6 𝑐𝑚
Tan-1 Ɵ = 2,5 𝑐𝑚 = 0,64
Tan Ɵ = 32,610

25
LAMPIRAN V
Perhitungan Persentase Jumlah Partikel

Persentase Jumlah Partikel yang tidak Lolos (R%)


Rumus :
𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
R% = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙

Perhitungan :
a. Mesh 20
3,32 𝑔
R% = 38,9 𝑔 × 100% = 8,53%

b. Mesh 40
2,74 𝑔
R% = 38,9 𝑔 × 100% = 7,04%

c. Mesh 60
7,27 𝑔
R% = × 100% = 18,68%
38,9 𝑔

d. Mesh 80
8,51 𝑔
R% = 38,9 𝑔 × 100% = 27,87%

e. Mesh 100
17,06 𝑔
R% = × 100% = 43,85%
38,9 𝑔

26
Persentase Partikel yang Lolos (D%)
Rumus :
𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠
D% = 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

Perhitungan :
a. Mesh 20
46,68 𝑔
D% = × 100% = 93,38%
50 𝑔

b. Mesh 40
43,94 𝑔
D% = 46,68 𝑔 × 100% = 94,13%

c. Mesh 60
36,67 𝑔
D% = 43,94 𝑔 × 100% = 83,45%

d. Mesh 80
28,16 𝑔
D% = 36,67 𝑔 × 100% = 76,79%

e. Mesh 100
11,1 𝑔
D% = 28,16 𝑔 × 100% = 39,41%

27
LAMPIRAN VI
Alat-alat Praktikum

28
LAMPIRAN VII
Bahan-bahan Praktikum

29

Anda mungkin juga menyukai