Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA
" MIKROMERITIK "

OLEH

NAMA : MAGRIFAH ALGEFINA SAIPE


NIM : 821419092
KELAS : C-S1 FARMASI 2019
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : FATMAWATI PETASULE

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
2020
Lembar Pengesahan
FARMASI FISIKA
“ MIKROMERITIK ”

Diajukan untuk memenuhi nilai praktikum Farmasi Fisika

OLEH

NAMA : MAGRIFAH ALGEFINA SAIPE


NIM : 821419092
KELAS : C-S1 FARMASI 2019
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : FATMAWATI PETASULE

Gorontalo, November 2020 Nilai


Mengetahui,
Asisten

FATMAWATI PETASULE
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada Dosen Pengampuh dan
Asisten Laboratorium, yang telah membimbing kami dengan penuh kesabaran
sampai kami dapat memahami materi dan praktik Farmasi Fisika utamanya yang
berhubungan dengan Mikromeritik.
Kepada rekan-rekan kelompok dan rekan praktikan lainnya yang saling
bahu-membahu dalam memberikan pemahaman akan materi, kami sampaikan
pula terima kasih.
Saya menyadari, bahwa laporan mikromeritik yang saya buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kepahaman ilmu selama
dalam menenpuh studi hingga selesai nanti, hingga dapat mengabdikan diri untuk
kebaikan kesehatan sesama. Aamiin Yarabbal’Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2020

Magrifah Algefina Saipe

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Maksud Percobaan.......................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan.........................................................................................2
1.4 Prinsip Percobaan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Dasar Teori...................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan................................................................................................7
BAB III METODE KERJA..................................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...................................................................9
3.2 Alat...............................................................................................................9
3.3 Bahan...........................................................................................................9
3.4 Cara Kerja....................................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN.............................................................10
4.1 Tabel Hasil Pengamatan.............................................................................10
4.2 Perhitungan....................................................................................................... 10
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................13
BAB VI PENUTUP..............................................................................................15
6.1 Kesimpulan................................................................................................15
6.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi, diketahui bahwa dalam bidang kefarmasian selalu
berkecimpung dalam dunia pengobatan. Dalam dunia pengobatan selalu mengenal
beberapa bentuk sediaan-sedian obat. Diantara sediaan obat tersebut ada yang
berupa seperti sediaan padat, semi padat maupun cair. Serbuk adalah salah satu
bentuk sediaan padat yang mempunyai ukuran partikel yang patut sangat kita
ketahui seorang farmasis.
Zat-zat yang digunakan dalam kefarmasian sebagai bahan obat kebanyakan
berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran
partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi
karena merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologis dari bahan obat tersebut.
Secara klinik ukuran-ukuran partikel dari suatu obat yang dapat
mempengaruhi pelepasannya di dalam tubuh. Dari bentuk-bentuk sediaan yang
diberikan secara oral, parental, rektal, dan topikal. Ukuran partikel suatu obat
dapat juga sangat mempengaruhi efek farmakologisnya di dalam tubuh. Hal ini
berhubungan dengan derajat kehalusannya. Semakin cepat diabsorbsi semakin
cepat pula respon farmakologisnya.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologik dari bahan obat tersebut. Dalam pembuatan tablet dan kapsul
misalnya, pengontrolan ukuran partikel penting dilakukan untuk mendapatkan
sifat alir yang tepat dari granulat dan serbuk. Formulasi yang berhasil dari
suspensi, emulsi dan tablet, baik dipandang dari segi stabilitas fisika maupun dari
segi respon biologisnya juga tergantung dari ukuran partikel dan bahan obatnya.
Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul ukuran partikel sangat penting
untuk melihat dan mengetahui sifat aslinya. Aplikasinya dalam bidang farmasi
yaitu sangat perlu untuk diketahui karena sangat berpengaruh dalam bahan

1
pembuatan obat. Dimana digunakan untuk pengukuran partikel bahan obat. Jika
partikel penyusun obat kecil, maka semakin mudah diabsorbsi di dalam tubuh.
Berdasarkan uraian diatas, dan mengingat pentingnya seorang farmasis
mengetahui tentang ukuran partikel suatu bahan obat maka dilakukanlah
praktikum farmasi fisika ini agar mahasiswa farmasi memahami mengenai ukuran
partikel dari suatu bentuk sediaan padat, dapat mengetahui sifat alirnya, efek
farmakologisnya dan dapat menyusun suatu formula yang baik. Kita juga dapat
menentukan persen tertinggal dari sampel, diameter rata-rata sampel, dan diameter
sampel pada sediaan talkum dengan menggunakan metode ayakan.
1.2 Maksud Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran partikel
suatu zat dengan menggunakan metode pengayakan
1.3 Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa dapat menentukan ukuran diameter partikel suatu zat
dengan metode pengayakan.
1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini menggunakan metode pengayakan yaitu ayakan
opn dengan nomor 72, 30, 26, dan 15 dengan bahan talkum, bahan diayak selama
5 menit dengan kecepatan konstan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan
ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer
(µm). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan
distribusi diameter (ukuran) partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan
gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan teksturnya (kasar atau
halus permukaan partikel) (Swarbick, dan Cammarata, 1993).
Dalam mikromeritik ada dua metode dasar dalam mengetahui ukuran
partikel yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan. Metode
mikroskopik merupakan metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat
mikroskop. Kerugian dari metode mikroskopik adalah garis tengah yang
diperoleh hanya dua dimensi dari partikel tersebut yaitu dimensi panjang dan
lebar, selain itu jumlah partikel yang harus dihitung sekitar 300-500 partikel
agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini
membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin dkk., 1993).
Ukuran partikel adalah suatu bentuk ungkapan partikel (ukuran) partikel ini
biasanya tergantung pada teknik pengukuran yang digunakan, spesifik yang
sedang diukur dan bentuk partikel. Pada umumnya ukuran partikel dinyatakan
dalam bentuk ukuran berbariskan ukuran partikel berbentuk bola. Teknik
pengukuran dapat berupa pengukuran liniear atau dimensi maksimum dengan
mengatur langsung H,W dan pengukuran yang dilakukan berdasarkan diameter
bola ekuivalen dengan menghitung luar proyeksi partikel, atau luas permukaan
kulit mikroskop optik dapatdigunakan untuk mengobservasi partikel dengan
ukuran hingga 0,8 mm meskipun mengalami skiter dan difraksi (Attwood, 2008).
Menurut Parrot (1971) pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu :
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat

3
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
2.1.1 Metode Penentuan Ukuran Partikel
A. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari
slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Bila
partikelnya lebih kecil yaitu partikel dengan ukuran Angstrom. Dari 10–1000
Angstrom (1 Angstrom = 0,001 mikrometer), mikroskop ini mempunyai jelajah
ukur dari 12 mikrometer sampaikurang lebih 100 mikrometer (Effendy, 2003).
Disebabkan kemudahannya, cara mikroskopik mempunyai suatu
pengalaman perluasan lebih lanjut, disamping ukuran dari setiap partikel juga
bentuknya dan bila perlu dipertimbangkan pembuatan anglomerat, dengan
bantuan sebuah mikrometer okuler yang tertera berlangsung setiap analisa ukuran
partikel dari 50–1000 partikel. Perbesaran maksimal yang tercapai artinya
perbesaran yang sesuai dengan daya resolusi mata manusia (kira-kira 0,1 mm),
adalah 550 kali (Ansel, 1989).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi, menjadikan
metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian
mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan
metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-

4
partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini
(Martin, 1990).
B. Pengayakan
Cara ini untuk mengukur ukuran partikel secara kasar. Bahan yang akan
diukur partikelnya ditaruh di atas ayakan dengan nomor opn tinggi. Kemudian
dibawahnya ditaruh/ditempatkan ayakan dengan ayakan dengan nomor opn yang
lebih rendah. Perlu diingat bahwa ayakan dengan nomor opn rendah mempunyai
ukuran lubang relatif kecil dibandingkan dengan ayakan dengan nomor opn
tinggi. Atau dengan kata lain partikel melalui ayakan nomor mesh 72 ukuran
partikel lebih besar dibanding dengan partikel yang melalui ayakan nomor opn
30 (Effendi, 2003).
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dilakukan. Ayakan dibuat
dari kawat dengan lubang diketahui ukurannya. Istilah ”mesh” adalah nomor yang
menyatakan jumlah luabang tiap inci. Ayakan standar adalah ayakan yang telaha
dikalibrasi dan yang palingumum adalah ayakan menurut standar Amerika
(Parrot, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain (Gibson,
2004) :
1. Waktu atau lama pengayakan
Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum), jika pengayakan terlalu
lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang
seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama
maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel
Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit
maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran
Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi
tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan
demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.

5
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar.
C. Dengan cara sedimentasi
Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya seringkali
disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi didasarkan pada hukum
Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan dalam cairan, dimana serbuk tidak
dapat larut. Suspensi ini ditempatkan pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel
ini diuapkan untuk dikeringkan dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik
yang mempunyai ukuran partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan dengan
kecepatan. Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran yang lebih panjang
akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet (Parrot, 1971).
Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes:

18 hη
d= √ ( ρi− ρE ) gt
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance (Martin, 1990).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk
ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan
dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang telah
distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara
mekanis (Voigt, 1994).
2.1.3 Metode Penentukan Luas Permukaan Partikel
Luas permukaan dari suatu sampel serbuk dapat dihitung dari pengetahuan
distribusi ukuran partikel yang diperoleh dengan menggunakan salah satu metode
yang diterapkan sebelumnya. Ada dua metode yang biasa digunakan yang dapat

6
menghitung luas permukaan secara langsung. Yang pertama jumlah dari suatu zat
terlarut gas atau cairan yang diadsorpsikan diatas sampel serbuk tersebut agar
membentuk suatu lapisan tunggal (monolayer) adalah suatu fungsi langsung dari
luas permukaan sampel. Metode kedua tergantung pada kenyataan laju dimana
suatu garis atau cairan mempermeasi (menembus) suatu bentangan serbuk
berhubungan dengan luas permukaan yang mengadakan kontak dengna permean
(zat yang menembus) disamping faktor-faktor lainnya (Martin, 2008).
Dua metode penentuan luas permukaan partikel menurut Moechtar (1989) :
A. Metode absorbsi, partikel-partkel dengan luas permukaan spesifik bear
merupakan absorben yang baik untuk absorbsi. Zat terlarut dan gas dari
larutan. Absorbsi dan desrbsi dari gas nitrogen pada sampel serbuk tersebut
diukur dengan suatu detektor konduktivitas panas jika suatu campuran
helium dan nitrogen dilewatkan melalui suatu sel yang mengandung serbuk
tersebut.
B. Metode Permeabilitas udara, prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu
cairan, melalui suatu sumbat dari serbuk kompak adalah luas permukaan
dari serbuk tersebut. Makin besar luas permukaan per gram serbuk, makin
bear pula tahanan untuk mengalr. Selanjutnya, permeabilitas untuk suatu
tekanan yang diberikan turun sepanjang sumbat tersebut, berbanding
terbalik dengan luas permukaan spesifik.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (FI III, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus struktur :

Berat Molekul : 46.07 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, bau khas

7
Kelarutan : Hampir larut dalam larutan
Khasiat : Desinfektan (Membunuh Mikroorganisme)
Kegunaan : Mensterilkan alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.2 Talkum (Rowe,2009)
Nama resmi : TALKUM
Nama lain : Talk
Rumus Molekul : H2Mg3 (SiO3)4
Rumus struktur :

Berat Molekul : 379,265 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, licin, warna putih
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Antifungi (antijamur)
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktikum pada Kamis 29 Oktober 2020 di
Laboratorium teknologi farmasi kampus 1 Universitas Negeri Gorontalo. Waktu
pelaksanaan mulai dari pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 12.00.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu : ayakan opn nomor 72,
36, 20, 15, lap halus, neraca analitik, dan spatula.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu : alkohol, kertas
perkamen, talk, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan alkohol 70% sebagai
desinfektan yaitu untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada benda
mati
3. Disusun ayakan opn dimulai dari nomor 72, 30, 26 dan 15
4. Ditimbang talk sebanyak 20 gram menggunakan neraca analitik
5. Dimasukan talk sebanyak 20 gram ke dalam ayakan opn, kemudian ayakan
ditutup
6. Diayak talk dengan kecepatan konstan selama 5 menit
7. Ditimbang talk yang terdapat pada ayakan
8. Dicatat hasil yang diperoleh
9. Dilakukan perhitungan

9
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Talkum 20 gram

Bobot Persen
Diameter
Sampel No. ayakan tertinggal tertinggal
rata-rata
(a) (d)
Residu 2,37 g 11,85 % 0,3217
72 14,53 g 72,65 % 12,0916

Talkum 20 30 0,49 g 2,45 % 0,0137


gram 26 0,02 g 0,1 % 0,000022
15 0,05 g 0,25 % 0,000143
∑ 17,46 87,3 12,42
4.2 Perhitungan
a. % tertinggal
Diketahui :

Bobot tertinggal

Residu : 0,5557 gram

72 : 15,5801 gram

30 : 3,7274 gram

26 : 0,7203 gram

15 : 0,7189 gram

Ditanya : % Tertinggal ?

Jumlah bobot tertinggal


Penyelesaian : D = x 100 %
jumlah sampel

2,37
Residu = x 100% = 11,85%
20

10
14,53
72 = x 100 % = 72,65%
20

0,49
30 = x 100% = 2,45%
20

0,02
26 = x 100% = 0,1 %
20

0,05
15 = x 100% = 0,25%
20

b. Perhitungan diameter rata-rata

Bobot
Persen
Sampel No. Ayakan tertinggal
tertinggal (d)
(a)
Residu 2,37 g 11,85 %
72 14,53 g 72,65 %
Talkum 20 30 0,49 g 2,45 %
gram 26 0,02 g 0,1 %
15 0,05 g 0,25 %
∑ 17,46 87,3
Diameter rata-rata
Diketahui :

Bobot tertinggal

Residu : 0,5557 gram

72 : 15,5801 gram

30 : 3,7274 gram

26 : 0,7203 gram

15 : 0,7189 gram

Ditanya : Diameter rata-rata ?

a.d
Penyelesaian : Diameter rata-rata =
∑d

11
2,37 x 11,85
Residu = = 0,3217 g
87,3

14,53 x 72,65
72 = = 12,0916 g
87,3

0,49 x 2,45
30 = = 0,137 g
87,3

0,02 x 0,1
26 = = 0,000022g
87,3

0,05 x 0,25
15 = = 0,000143 g
87,3

c. Perhitungan partikel sampel

Bobot Persen
Diameter
Sampel No. ayakan tertinggal tertinggal
rata-rata
(a) (d)
Residu 2,37 g 11,85 % 0,3217
72 14,53 g 72,65 % 12,0916
Talkum 20 30 0,49 g 2,45 % 0,0137
gram 26 0,02 g 0,1 % 0,000022
15 0,05 g 0,25 % 0,000143
∑ 17,46 87,3 12,42
Diameter Partikel Sampel

Diketahui :

Bobot tertinggal

Residu : 0,5557 gram

72 : 15,5801 gram

30 : 3,7274 gram

26 : 0,7203 gram

15 : 0,7189 gram

12
Ditanya : Diameter partikel sampel ?

Penyelesaian : Diameter partikel sampel =


∑ ( a.d)
∑d

=
(2,37 x 11,85)+(14,53 x 72,65)+(0,49 x 2,45)+(0,02 x 0,1)+(0,05 x 0,25)
87,3

28,0845+1055,6045+1,2005+0,002+0,0125
= 87,3

1084,904
= 87,3 = 12,427 µm

13
BAB V
PEMBAHASAN
Metode dalam mengukur diameter partikel terbagi atas 3, yaitu metode
mikroskopis optik, metode ayakan dan metode sedimentasi atau pengendapan.
Untuk praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode ayakan, dimana
kita menimbang dan mengayak sampel dengan ayakan dengan nomor ayakan
tertentu (Alfren, M., 1990).
Pada percobaan ini dilakukan dengan metode ayakan karena metode ini
paling sederhana, paling sering digunakan dalam pengukuran partikel dan juga
metode ayakan ini umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang
lebih kasar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut
bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan no.
325). Menurut metode United States Pharmacopeia atau U.S.P untuk menguji
kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok
dan digoyangkan secara mekanik. Ayakan yang digunakan pada praktikum ini
adalah ayakan opn dengan nomor opn 72, 30, 26, dan 15.
Dapat dilihat dari tujuan praktikum kali ini untuk melakukan pengukuran
diameter partikel suatu sediaan dengan menggunakan metode pengayakan. Di
dalam praktikum ini metode ayakan yang digunakan didasarkan menurut Martin,
A. (1994), pada penimbangan jumlah residu yang tertinggal pada ayakan, dengan
melewatkan serbuk pada ayakan nomor OPN tertinggi ke nomor OPN terendah
yang digerakkan dengan mesin penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu.
Dalam praktikum kali ini digunakan ayakan dengan satuan OPN, dimana
OPN berbanding lurus dengan serbuk yang akan dihasilkan. Semakin besar nomor
OPN maka semakin kasar serbuk yang dihasilkan sebaliknya semakin kecil nomor
OPN maka semakin halus serbuk yang dihasilkan (Ansel, H.C. 1989).
Sebelum mengukur ukuran partikel sampel, terlebih dahulu disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya alat dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70% karena menurut Muda, M. (2011), untuk membebas
lemakkan alat dan sebagai disinfektan dari kotoran yang melekat. Kemudian
ayakan disusun dari nomor OPN tertinggi ke nomor OPN terendah yaitu 72, 30,

14
26, dan 15. Hal ini menurut literatur Muda, M. (2011) untuk mendapatkan bentuk
molekul yang seragam dengan tigkat kehalusan berbeda. Adapun literatur yang
mengatakan bahwa prinsip kerja dari ayakan opn yaitu pada ayakan opn jika
nomor ayakan semakin kecil maka serbuk yang dihasilkan juga semakin halus
begitupun sebaliknya Parrot (1971). Setelah ayakan disusun, ditimbang talk
sebanyak 20 gram menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan hasil yang
akurat. Menurut Budimarwati, C. (2010), penimbangan talkum harus hati-hati
karena sifat fisik talkum yang mudah berikatan dengan udara sehingga diperlukan
wadah untuk diletakannya talkum setelah ditimbang.
Setelah talk ditimbang, talk dimasukkan kedalam pengayak OPN yang telah
disusun. Kemudian ayakan tersebut digoyang-goyangkan secara manual dengan
kecepatan konstant dalam waktu 5 menit. Menurut Santi S. (2016) biasanya
pengayakan dilakukan selama 5 menit jika terlalu lama maka dapat membuat
sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang lain, sehingga
bisa lolos melalui opn selanjutnya. Jika kurang dari lima menit, biasanya proses
pengayakan akan kurang sempurna. Gerakan konstan ini menurut M. Idris Effendi
(2003), dapat mempengaruhi hasil ayakan yang nantinya akan didapatkan.
Apabila gerakannya berubah-ubah maka hasil ayakan yang didapatkan kurang
akurat.
Setelah 5 menit kemudian gerakan ayakan dihentikan, terlihat masing-
masing nomor ayakan terdapat sisa-sisa talk yang tertinggal. Kemudian residu
yang tertinggal di masing-masing ayakan tersebut ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik. Setelah penimbangan dilakukan perhitungan persen
tertinggal, diameter rata-rata, dan diameter partikel.
Hasil yang diperoleh dari  perhitungan nilai % tertinggal pada sampel talk
dengan ayakan opn nomor 72 sebesar 72,65 %, ayakan opn nomor 30 sebesar
2,45 %, ayakan opn nomor 26 sebesar 0,1 %, ayakan opn nomor 15 sebesar 0,25
%, dan residunya sebesar 11,85 %. Untuk hasil yang diperoleh dari perhitungan
diameter rata-rata sampel dengan ayakan opn nomor 72 sebanyak 12,0916 gram,
ayakan opn nomor 30 sebanyak 0.0137 gram, ayakan opn nomor 26 sebesar
0,000022 gram, ayakan opn nomor 15 sebesar 0,000143 gram, dan residunya

15
sebesar 0,3217 gram.  Dan setelah dilakukan perhitungan diameter partikel talk
didapatkan hasil sebesar 12,427 µm.
Adapun kemungkinan kesalahan dari praktikum kali ini yaitu pada hasil
perhitungan antara lain penimbangan sampel yang kurang akurat, penuangan hasil
ayakan atau residu keatas kertas perkamen yang kurang diperhatikan sehingga
terbuang atau tertiup angin dan kurang teliti pada saat pengayakan seperti tidak
memperhatikan waktu mengayak dan tipe gerakan terlalu lambat yang
menyebabkan sampel tidak terayak dengan baik sehingga akan mempengaruhi
hasil akhir.

16
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk
menetukan ukuran partikel talkum dapat dilakukan dengan metode pengayakan.
Penentuan ukuran partikel dilakukan dengan menyusun nomor ayakan opn dari
nomor 72, 30, 26 dan 15. Selanjutnya, talkum dimasukkan ke dalam pengayak dan
diayak dengan kecepatan konstan selama 5 menit dan untuk perhitungan diameter
rata – rata talkum sebesar 12,427 µm.
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk Jurusan
Untuk jurusan, sebaiknya lebih memperhatikan ketersediaan alat praktikum
di dalam laboratorium.
6.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium, sebaiknya lebih memperluas ruangan praktikum yang
akan dipakai, lebih memperhatikan kondisi laboratorium saat akan dipakai untuk
praktikum.
6.2.3 Saran Untuk Praktikan
Untuk praktikan, diharapkan mampu memahami cara kerja sebelum
melakukan praktikum. Serta dapat berhati-hati dalam menggunakan alat yang
digunakan pada saat praktikum sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta : UI
Press.

Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press

Budimarwati, C. 2010. Perawatan Bahan Praktikum Kimia. Yogyakarta : Staff


UNY.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia EdiSi IV. Jakarta : Depkes RI.

Effendi, Idris. 2003. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Makassar : UNHAS

Gibson, M. 2004. Pharmaceutical Preformulation and formulation. Prancis : HIS


Health Group.

Martin, A. 1990. Farmasi fisik. Indonesia University Press Jakarta.

Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2 Edisi III.
Jakarta: UI Press.

Muda, M. 2011. Laporan Kimia Analisis. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Kebangsaan.

Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press.

Parrot, L,E. 1971. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing


Company.

Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi higine dan keselamatan kerja dalam


pengelolaan makanan. Yogyakarta: Kanisus

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients Six Edition. London: Pharmaceutical Press.

Santi S. 2016. Buku Farmasi Fisik. Jakarta: UI Presss

Swarbick, J., dan Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed., Lea &
Febiger, Philadelpia, pp., 522-537, 1077-1119.
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Sopyan, Iyang, dkk. 2018. Karakterisasi Sediaan Padat Farmasi. Jawa Barat :
UNPAD.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogjakarta : Gadjah Mada
University Press.

Zulfikar.  2010. Ilmu kimia untuk universitas. Jakarta : Erlangga


LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Ayakan Opn Untuk memudahkan
mendapatkan serbuk yang
lebih halus

2. Lap halus Untuk mengalasi bahan

3. Neraca analitik Untuk menimbang sampel

4. Spatula Untuk mengambil serbuk

2. Bahan
No. Nama Bahan Gambar Fungsi
1. Alkohol Untuk membersihkan alat

2. Kertas perkamen untuk meletakkan sampel

3. Talk Sebagai sampel

4. Tisu Untuk membersihkan alat


Lampiran 2 : Diagram Alir

Metode Pengayakan

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


Dibersihkan alat yang digunakan dengan menggunakan
alkohol 70% sebagai desinfektan yaitu untuk membunuh
mikroorganisme yang ada pada benda mati
Disusun ayakan opn dimulai dari nomor 72,30,26 dan 15
Ditimbang talk sebanyak 20 gram menggunakan neraca
analitik
Dimasukan talk sebanyak 20 gram kedalam ayakan opn,
kemudian ayakan ditutup
Diayak talk dengan kecepatan konstan selama 5 menit
Ditimbang talk yang terdapat pada ayakan
Dicatat hasil penimbangan dan dilakukan perhitungan

Diameter partikel
talk

12,427 µm
Lampiran 3 : Skema Kerja

Disiapkan alat dan Dibersihkan alat Disusun ayakan opn


bahan dengan alkohol 70% 72, 30, 26, dan 15

Diayak talk dengan Dimasukkan talk Ditimbang talk


kecepatan konstan sebanyak 20 gram sebanyak 20 gram
selama 5 menit kedalam ayakan opn menggunakan neraca
analitik

Ditimbang talk yang Dicatat hasil yang


Dilakukan
terdapat pada ayakan diperoleh
perhitungan
opn

Anda mungkin juga menyukai