Anda di halaman 1dari 54

MODUL PEMBELAJARAN

FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA I

DIII ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


TAHUN 2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Buku Pembelajaran Jurusan Anafarma Politeknik Kesehatan Surakarta

dengan judul buku:

“FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA I”

Telah diperiksa dan telah mendapat pengesahan sebagai

buku Pembelajaran Jurusan Anafarma

Klaten, 2019

Ketua Jurusan Anafarma

Rini Tri Hastuti, S.Kp., Ns., M.Kes

NIP.19741213 199803 2001

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan petunjuk Nya, modul FARAMKOGNOSI DAN FITOKIMIA ini telah dapat
disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum DIII Analisis Farmasi
dan Makanan 2019.

Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir
oleh Koordinator Mata Kuliah. Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa
dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat di bidang jamu khususnya dan dibidang kesehatan umumnya.

Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran


perbaikan dan kritik dari semua pembaca

Klaten, Juni 2019

Penyusun

iii
VISI DAN MISI

PRODI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

A. VISI

Menjadi Program Studi yang unggul dan kompetitif dengan menghasilkan lulusan bidang
Analisis bahan berbahaya dan beracun pada sediaan obat tradisional (jamu) dan kosmetika
tradisional yang professional, dan berwawasan global pada tahun 2035

B. MISI

1. Menyelenggarakan Program Studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan yang
unggul, kompetitif dan menghasilkan lulusan yang professional, dan berwawasan
global.
2. Menyelenggarakan penelitian yang mendukung program pendidikan di bidang
Analisis Farmasi dan Makanan.
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan pemberdayaan masyaraat yang
berbasis bukti ilmiah dibidang Analisis Farmasi dan Makanan.
4. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai sektor baik nasional maupun
internasional
5. Meningkatkan sarana dan prasana yang menunjang pendidikan

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

VISI DAN MISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................... v

MATERI PEMBELAJARAN I

A. FARMAKOGNOSI .............................................................................................. 1
B. RUANG LINGKUP FARMAKOGNOSI ......................................................... 1
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMAKOGNOSI ........................... 3
D. HUBUNGAN FARMAKOGNOSI DENGAN BOTANI-ZOOLOGI ......... 4
E. HUBUNGAN FARMAKOGNOSI DENGAN ILMU-ILMU LAIN ............ 4

MATERI PEMBELAJARAN II

A. TATA NAMA LATIN TANAMAN .................................................................. 5


B. TATA NAMA SIMPLISIA ................................................................................. 5
C. BAGIAN-BAGIAN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN OBAT ..... 7

MATERI PEMBELAJARAN III

A. SIMPLISIA ............................................................................................................ 9
B. PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA .............................................................. 9
C. PENGOLAHAN SIMPLISIA ............................................................................. 12
D. PEMALSUAN DAN PENURUNAN MUTU SIMPLISIA ........................... 14
E. PEMERIAN ........................................................................................................... 14
F. ISI SIMPLISIA ..................................................................................................... 14

v
MATERI PEMBELAJARAN IV

A. PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA .............................................................. 15


B. PENGAMBILAN CONTOH DAN METODE ANALISA SIMPLISIA .... 15
C. PEMERIKSAAN SIMPLISIA ............................................................................ 16

MATERI PEMBELAJARAN V

A. BENDA ERGASTIK ............................................................................................. 18

MATERI PEMBELAJARAN VI

A. TANAMAN OBAT RIMPANG (MORFOLOGI DAN KHASIATNYA) .... 21

MATERI PEMBELAJARAN VII

A. TANAMAN OBAT AKAR DAN KHASIATNYA ........................................... 28

MATERI PEMBELAJARAN VIII

A. TANAMAN OBAT KULIT BATANG KAYU ................................................. 34

MATERI PEMBELAJARAN IX

A. BULBUS, CORMUS, LIGNUM, CAULIS, TUBER ....................................... 40

MATERI PEMBELAJARAN X

A. HERBA .................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

vi
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN I

A. FARMAKOGNOSI
Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon
yang berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi
berart pengetahuan tentang obat. Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup
farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam
cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang
obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :
1. Obat : Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia
atau hewan, memperelok bagian badan manusia.
2. Obat Jadi : Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk,
cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai nama teknis sesuai
dengan Farmakope Indonesia atau buku- buku lain yang ditetapkan pemerintah.
3. Obat Paten : Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si
pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang
memproduksinya.
4. Obat Baru : Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik sebagai bagiaN
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut,
bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui
khasiat atau kemurniannya.
5. Obat Tradisional : Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan- bahan
tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
B. RUANG LINGKUP FARMAKOGNOSI
Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa,
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger.
Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi
pengamatan makroskopis mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 1
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila
perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh : Chloramphenicol dapat
dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan
Streptomyces venezuela.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan
dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka
diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi,
dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau
simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.
Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji
khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan
fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila
dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.
Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode
ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang
diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut
isolat. Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat – sifat fisika dan kimiawinya
akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang
identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri. Proses ekstraksi dari
serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan dalam fitokimia dan analisis
fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji pra klinik akan didapatkan obat
jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya obat jadi dapat diuraikan dalam kema
berikut :

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 2


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMAKOGNOSI


Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah
dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di
Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara lain kulit delima,
opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya
Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah mengenal kayu manis, hiosiamina,
gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera
Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani,
sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman
dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah
menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk mengetahui kemurnian
simplisia.
Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih
terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 3


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik
kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
D. HUBUNGAN FARMAKOGNOSI DENGAN BOTANI – ZOOLOGI
Simplisia harus mempunyai identitas botani – zoologi yang pasti, artinya harus
diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana simplisia tersebut
diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina
harus diambil dari tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak
sekali , yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas
botani – zoologi maka nama–nama tanaman atau hewan dalam Farmakope selalu disebut
nama latin dan tidak dengan nama daerah, karena satu nama daerah seringkali berlaku
untuk lebih dari satu macam tanaman sehingga dengan demikian nama daerah tidak selalu
memberikan kepastian identitas. Dengan demikian menetapkan identitas botani –
zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang farmakognosi.
E. HUBUNGAN FARMAKOGNOSI DENGAN ILMU – ILMU LAIN
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus
tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri
oleh tabib yang memeriksa sipenderita, sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi
dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak oleh
perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotik digantikan dengan
sediaan – sediaan galenik yaitu, tingtur, ekstrak, anggur dan lain – lain. Kemudian
setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin terdesaknya kedudukan simplisia
di apotik - apotik. Tetapi hal ini bukan berarti simplisia tidak diperlukan lagi, hanya
tempatnya tergeser ke pabrik –pabrik farmasi, Tanpa adanya simplisia di apotik tidak akan
terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia murni maupun sediaan bentuk lainnya.
Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam
Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam nabati- hewani dan mineral dalam berbagai
aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 4


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN II

A. TATA NAMA LATIN TANAMAN


Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus dan perkataan
kedua disebut petunjuk species , misalnya nama latin dari padi adalah Oryza sativa, jadi
Oryza adalah genusnya sedangkan sativa adalah petunjuk speciesnya. Huruf pertama dari
genus ditulis dengan huruf besar dan huruf pertama dari petunjuk species ditulis dengan
huruf kecil .Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri dari nama latin diikuti
dengan singkatan nama ahli botani yang memberikan nama latin tersebut.Beberapa contoh
adalah sebagai berikut :
Nama ahli botani Disingkat sbg Nama tanaman lengkap
Linnaeus L Oryza sativa L
De Candolle DC Strophanthus hispidus DC
Miller Mill Foeniculum vulgare Mill
Houttuyn Houtt Myristica fragrans Houtt
Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 perkataan, jika lebih dari 2 kata (3 kata), 2 dari
3 kata tersebut harus digabungkan dengan tanda (-).
Contoh : Dryopteris filix – mas
Strychnos nux - vomica
Hibiscus rosa– sinensis
Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang berbeda, hal ini
disebut homonim dan keadaan seperti ini terjadi sehingga ahli botani lain keliru
menggunakan nama latin yang bersangkutan terhadap tanaman lain yang juga
cocok dengan uraian morfologis tersebut.
B. TATA NAMA SIMPLISIA
Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia
nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau species nama tanaman, diikuti nama
bagian tanaman yangdigunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang
diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati
Contoh :
1. Genus + nama bagian tanaman : Cinchonae Cortex, Digitalis Folium,
Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 5


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

2. Petunjuk species + nama bagian tanaman : Belladonnae Herba, Serpylli Herba,


Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
3. Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman : Curcuma aeruginosae
Rhizoma, Capsici frutescentis Fructus
Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh :
Nama spesies : Cinchona succirubra
Nama genus : Cinchona
Petunjuk species : succirubra
Uraian Tentang Simplisia
Buku ± buku yang digunakan :
a. Simplisia yang monografinya diuraikan di FI
b. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan di EFI dan dianggap masih
relevan untuk diketahui siswa.
c. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan dalam MMI (MateriaMedika
Indonesia )
d. Simplisia yang sediaan galeniknya diuraikan di FI
e. Simplisia di dalam bab-bab tertentu masih disebutkan oleh FI baik sebagai contoh
maupun keterangan lain
Uraian masing-masing simplisia meliputi :
a. Nama dan sinonim / nama lain simplisia
b. Tanaman asal simplisia
c. Familia atau keluarga simplisia
d. Isi / zat berkhasiat utama dan persyaratan kadar
e. Penggunaannya
f. Pemerian
g. Bagian yang digunakan
Keterangan mengenai :
➢ Sediaan atau preparat yang terdapat di FI dan Form . Nas yang masih digunakan
➢ Penyimpanan
➢ Jenis ± jenisnya
➢ Waktu panen / cara memproleh

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 6


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

➢ Keterangan lain yang dianggap perlu


C. BAGIAN-BAGIAN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN OBAT YANG
DISEBUT SIMPLISIA YAITU
a. Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.
b. Kayu (lignum)
Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
c. Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan baku
ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.
d. Herba
Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis herba yang
bersifat herbaceous.
e. Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tungga atau majemuk, bagian bunga
majemuk serta komponen penyusun bunga.
f. Akar (radix)
Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis
tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.
g. Umbi (bulbus)
Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar, atau
umbi batang.Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis
tanamannya.
h. Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potonganpotongan atau
irisan rimpang.
i. Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan
menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya
bila buah masih dalam keadaan segar.
j. Kulit buah (perikarpium)
Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak, keras
bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 7


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

k. Biji (semen)
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat
keras.Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam- macam tergantung dari jenis
tanaman (Widyastuti, 2004).

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 8


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN III

A. SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat
kimia murni. Simplisia nabati paling banyak digunakan seperti rimpang temulawak
yang dikeringkan bunga melati, daun seledri, biji kopi, buah adas.
b. Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni contohnya
sirip ikan hiu dan madu.
c. Simplisia pelikan (mineral), yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kimia murni. Contohnya Belerang dan kapur sirih.
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang
digunakan untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses
memperoleh simplisia dari tanaman sumbernya di alam.
B. PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA
Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan pasca
panen adalah sebagai berikut.
a) Sortasi basah.
Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan murni,
artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud,

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 9


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan
pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang
terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan
tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya).
b) Pencucian.
Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat.
Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci
ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk mencuci dapat
dilarutkan kalium permanganat seperdelapan ribu, hal ini dilakukan untuk menekan
angka kuman dan dilakukan untuk pencucian rimpang.
c) Perajangan.
Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan
berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin
perajang singkong dengan ketebalan yangsesuai. Apabila terlalu tebal maka proses
pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur.
Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia karena
oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan dan
besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).
d) Pengeringan.
Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan
lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya
kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Jamur Aspergilus flavus akan
menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kanker hati,
senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat
tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak lebih dari 104Mikroba
patogen harus negatif dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta
(bpj). Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau
mudah patah.
Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak
lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia
Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 10


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan
kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan
pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk
menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan
berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di
sini bahwa carapengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
kandungan aktifnya.
e) Sortasi kering.
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk
memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai
akibat proses sebelumnya.
f) Pengepakan dan penyimpanan.
Bahan pengepak harus sesuai dengan simplisia yang dipak. Misalnya simplisia yang
mengandung minyak atsirijangan dipak dalam wadah plastik, karena plastik akan
menyerap bau bahan tersebut. Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau
karung plastik. Simplisia yang ditempatkan dalam karung goni atau karung plastik
praktis cara penyimpanannya, yaitu dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya
juga mudah serta cukup menjamin dan melindungi simplisia di dalamnya.
Pengepak lainnya digunakan menurut keperluannya. Pengepak yang dibuat dari
aluminium atau kaleng dan seng mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik
atau malam atau yang sejenis dengan itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk
mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk
memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan
harus diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara
penyimpanannya. Adapun tempat atau gudang penyimpanan harus memenuhi syarat
antara lain harus bersih, tertutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup
bila diperlukan, sinar matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang,
konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat leluasa
masuk, tidak mudah kebanjiran serta terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati karena
balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah
dipak tadi. Pengeluaran simplisia yang disimpan harus dilaksanakan dengan cara
mendahulukan bahan yang disimpan Iebih awal (“First in — First out” = FIFO).

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 11


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

C. PENGOLAHAN SIMPLISIA
1) Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera
dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk
menjamin dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah
terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran
udara ( ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu
buatan. Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau
komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi
dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang
mengandung alkaloida, umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70-12 ° C
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya simplisia
jangan tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat.
Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi
lebih menarik. Misalnya pada pengeringanTemulawak suhu awal pengeringan dengan
panas buatan antara 50 °– 55 ° C
2) Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl, eter atau pemberian bahan
atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan.
3) Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah
yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang
tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder. Wadah dan
sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara
fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 12


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

➢ Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan
mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.
4) Suhu penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 8 °C, Lemari pendingin mempunyai suhu
antara 2 °-8 ° C sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 °C
Sejuk : adalah suhu antara 8 °C- 15°C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di
simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin. Suhu kamar : adalah
suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 15 °
dan 30 ° C. Hangat : hangat adalah suhu antara 30 °dan 40° C. Panas berlebih : panas
berlebih adalah suhu di atas 40.
5) Tanda dan Penyimpanan
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali
berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua
simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika,
diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
6) Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia
yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan
atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi
persyaratan tersebut. Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk
yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing –
masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
7) Benda asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme
patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan binatang lain
maupun kotoran hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak
boleh mengandung lendir , atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan
simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal
dari tanah maupun benda anorganik asing. Dalam perdagangan , jarang dijumpai
simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain , maupun bagian asing, yang
biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 13


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing
termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.
D. PEMALSUAN DA PENURUNAN MUTU SIMPLISIA
Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin
dilakukan secara tidak sengaja. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi
persyaratan – persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu
rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah,
disimpan terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan. Simplisia
dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya
menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan
lain sebagainya. Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh
bakteri, cendawan atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan
bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai
Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun. Simplisia dianggap dipalsukan jika
secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya
minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun.
Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe
agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti
keadaan semula.
E. PEMERIAN
Adalah uraian tentang bentuk, bau, rasa, warna simplisia, jadi merupakan informasi yang
diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa bagian tanaman ( kulit,
daun, akar dan sebagainya ).
F. ISI SIMPLISIA
Isi simplisia dibagi dalam dua kelompok, yaitu isi utama dan isi tambahan. Keterangan
tentang isi kadang-kadang malah merupakan kunci dalam sediaan-sediaan galenik.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 14


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN IV

A. PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA


1) Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara mekanik atau
dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan , ayak.Kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang
ditetapkan..
2) Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas, dikeringkan pada
suhu serendah mungkin, jika perlu dengan pengurangan tekanan udara.
3) Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat
tertentu, misalnya serbuk Digitalis dan serbuk Opium , boleh ditambahkan serbuk
sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi, atau
ditambah bahan lain yang cocok, misalnya Laktosa, Pati beras, hingga hasil pengolahan
terakhir memenuhi persyaratan.
B. PENGAMBILAN CONTOH DAN METODE ANALISIS SIMPLISIA
Perlu dipastikan bahwa contoh suatu simplisia harus mewakili bets yang diuji, untuk
mengurangi penyimpangan yang disebabkan oleh kesalahan pengambilan contoh terhadap
hasil analisis baik kwalitatif maupun kwantitatif. Cara pengambilan contoh berikut
merupakan cara paling sederhana yang dapat diterapkan untuk bahan nabati.
Contoh dalam skala besar
Jika pada pengamatan bagian luar wadah, penandaan dan keterangan etiket
menunjukkan bahwa bets dapat dianggap homogen , ambil contoh secara terpisah dari
berbagai wadah yang dipilih secara acak sesuai ketentuan dibawah ini. Jika bets tidak dapat
dianggap homogen, bagi menjadi beberapa sub-bets yang sehomogen mungkin, kemudian
lakukan pengambilan contoh pada masing-masing sub-bets seperti pada bets yang
homogen.
Jumlah wadah dalam bets (N) Jumlah wadah yang harus di ambil
contohnya (n)
1 – 10 Semua
11 – 19 11
‘> 19 n = 10 + (N/10)

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 15


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Contoh bahan harus diambil pada bagian atas, tengah dan bawah dari setiap wadah.
Jika contoh bahan terdiri dari bagian – bagian berukuran 1 cm atau lebih kecil dan untuk
semua bahan yang diserbukkan atau digiling, lakukan pengambilan contoh dengan
menggunakan suatu alat pengambil contoh yang dapat menembus bahan dari bagian atas
ke bagian bawah wadah, tidak kurang dari dua kali pengambilan yang dilakukan pada arah
yang berlawanan. Jika bahan berupa bagian dengan ukuran lebih dari 1 cm, lakukan
pengambilan contoh dengan tangan. Untuk bahan dalam wadah atau bungkus yang besar
pengambilan contoh harus dilakukan pada kedalaman 10 cm, karena kelembaban bagian
permukaan mungkin berbeda dengan bagian dalam. Persiapkan contoh dalam skala besar
dengan menggabungkan dan mencampurkan setiap contoh yang telah diambil dari setiap
wadah yang telah terbuka , dan jaga jangan sampai terjadi kenaikan tingkat fragmentasi
atau mempengaruhi derajat kelembaban secara bermakna.
Contoh dalam skala laboratorium
Persiapkan contoh laboratorium dengan membagi contoh dalam skala besar
menjadi
empat bagian (Catatan:cara membagi empat adalah dengan menempatkan contoh , yang
telah
dicampur dengan baik, diratakan dalam bentuk tumpukan segi empat dan sama rata ,
kemudian dibagi secara diagonal menjadi empat bagian sama . Ambil kedua bagian yang
berlawanan dan campur secara hati-hati . Ulangi proses ini secukupnya sampai diperoleh
jumlah yang diperlukan
Contoh untuk pengujian
Kecuali dinyatakan lain pada monografi , buat contoh pengujian sebagai berikut :
Perkecil ukuran contoh dalam skala laboratorium dengan membagi empat, jaga agar setiap
bagian dapat mewakili. Pada bahan yang tidak digiling atau tidak diserbukkan, giling
contoh sehingga melewati pengayak nomor 20, dan campur hasil ayakan . Jika bahan tidak
digiling, perkecil sedapat mungkin sehingga menjadi lebih halus, campur dengan
menguling- gulingkan pada kertas atau kain, sebarkan menjadi lapisan tipis dan ambil
bagian untuk pengujian .
C. PEMERIKSAAN SIMPLISIA
1) Secara Organoleptik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 16


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Adalah cara pemeriksaan dengan pancaindera dan meliputi pemeriksaan terhadap


bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan, kadang- kadang pengamatan dengan
pendengaran, dalam hal ini diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian
dalam, retakan- retakan atau gambaran–gambaran dan susunan bahannya (berserat-
serat, bergumpal,dan lain sebagainya). Pemeriksaan secara organoleptik harus
dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan pemerikaan dengan cara lain, karena pada
umumnya pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian organoleptic memberikan hasil
baik . Pada simplisia bentuk serbuk, pemeriksaan secara mikroskopik dapat dilakukan
secara serentak dengan cara organoleptik .
2) Secara Mikroskopik
Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk.
3) Secara Fisika
Meliputi penetapan daya larut , bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar
air, sifat-sifat simplisia di bawah sinar ultra violet, pengamatan mikroskopik dengan
sinar polarisasi dan lain sebagainya.
4) Secara Kimia
Yang bersifat kwalitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi warna
atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan
isolasi terhadap zat yang dikehendaki , misalnya isolasi dengan cara pelarutan,
penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kuantitatif
disebut penetapan kadar.
5) Secara Hayati / Biologi
Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 17


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN V

A. BENDA ERGASTIK
Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik,
sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan
juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak di bagian sitoplasama, dinding sel,
maupun di vakuola
1) Benda ergastik bersifat padat adalah

a. Amylum (butir-butir pati)


Terdapat didalam plastida berupa karbohidrat atau poliskarida berbentuk tepung.
Plastida pembentuk tepung disebut dengan amiloplas. Yang dapat dibedakan
menjadi:
- Leukoamiloplas berwarna putih menghasilkan tepung, cadangan makanan
- Kloroamiloplas, berwarna hijau menghasilkan tepung asimilasi
Titik initial (permulaan) terbentuknya amilum disebut dengan hilus (hilum). Di
dalam amilum terdapat lamela-lamela yang mengelilingi hilus. Berdasarkan letak
hilus, butir amilum dibedakan menjadi :
➢ Amilum Konsentris, jika hilus berada ditengah.
➢ Amilum Eksentris, jika hilus berada ditepi.
Menurut banyaknya hilus dalam amilum, amilum dibedakan menjadi:
• Butir amilum tunggal: pada sebutir amilum terdapat sebuah hilus.
• Butir amilum setengah majemuk: terdapat dua hilus yang masing- masing
dikelilingi oleh lamella, tetapi kemudian terbentuk lagi lamella yang
mengelilingi seluruhnya.
• Butir amilum majemuk : tiap butir mempunyai lebih dari satu hilus dan hilus-
hilus ini dikelilingi oleh lamella masing-masing.
b. Aleuron
Ditempat-tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya biji, selain
amilum terdapat pula antara lain zat putih telur.
✓ Pada saat biji masih muda : vakuola banyak dan kecil-kecil
✓ Menjelang biji menjadi tua : vakuola menjadi satu dan besar

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 18


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

✓ Setelah biji mengaring : air dalam vakuola menjadi semakin sedikit sehingga
konsentrasi zat-zat yang terlarut didalamnya yang berupa putih telur, garam
dan lemak semakin besar.
Karena peristiwa pengeringan ini maka vakuola tadi pecah menjadi beberapa
vakuola kecil-kecil yang berisi zat-zat tersebut.Kemudian zat putih telur, garam-
garam dan lemak itu mengkristal. Vakuola yang berisi kristal ini disebut aleuron.
Pada biji padi dan jagung butir-butir aleuron terdapt didalam sel-sel jaringan
endosperm yang letaknya paling luar yang disebut lapisan aleuron. Lapisan ini
biasanya akan terbuang bila mencucui beras terlalu bersih sebelum dimasak.
c. Kristal Ca-Oksalat
Kristal ini merupakan hasil akhir/ hasil rekresi dari suatu pertukaran zat yang
terjadi didalam sitoplasma.Kristal Ca-Oksalat tidak larut dalam asam cuka tetapi
larut dalam asam kuat. Kristal Ca-Oksalat terdapat dalam berbagai bentuk,
misalnya :
1. Kristal pasir, bentuk piramida kecil, teradapat misalnya pada tangkai daun
bayam (Amaranthus sp), tangkai daun tembakau (Nicotiana tabacum)
2. Kristal tunggal besar, berbentuk prisma/poliendris, terdapat pada daun jeruk
(Citrus sp).
3. Rafida, berbentuk seperti jarum/sapu lidi, terdapt pada daun bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa), pada batang dan akar lidah buaya (Aloe sp) dan daun
nanas (Ananas commosus).
4. Kristal sferit, bentuk kristal tersusun atas bagian-bagian yang teratur secara
radier, terdapat pada batang Phyllocactus sp.
5. Kristal majemuk, berbentuk seperti bintang atau roset disebut kristal drussen,
terdapat pada korteks batang mlinjo (Gnetum gnemon), daun kecubung (Datura
metel), korteks batang delima (Punica granatum), dan batang jarak (Ricinus
communis).
Benda Ergastic yang bersifat cair terdapat didalam cairan sel berupa zat-zat yang
larut didalamnya, antara lain ; asam organic, karbohidrat, protein, lemak, zat
penyamak, antosianin, alkaloid minyak eteris/minyak atsiri dan hars.

2) Benda Ergastik Berbentuk Cair


Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 19
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

a. Cairan Sel

1. Asam organic, antra lain asam oksalat,asam sitrat, asam malat. Konsentrasi
asam organic yang tinggi dijumpai didalam vakuola sel-sel buahan yang masih
muda.
2. Karbohidrat berupa sakarida terlarut, misalnya disakarida (sukrosa, maltosa),
monosakarida (glukosa, fruktosa).
3. Protein, berupa asam amino dan peptide sederhana.
4. Zat penyamak (tanin) : berfungsi sebagai bahan pelindung, misalnya terdapat
pada tumbuhan gambir (Uncaria gambir).
5. Antosianin ; merupakan pigmen vakuola, misalnya terdapat pada epidermis
mahkota bunga dan epidermis daun yang tidak hijau, sehingga organ itu
berwarna warni.
6. Alkaloid,; senyawa yang berfungsi bagi tumbuhan yang bersangkutan belum
jelas, misalnya : Cofein pada kopi (Cofea robusta), Papain pada papaya (Carica
papaya), Capsein pada lombok (Capsicum sp), Theobromin pada coklat
(Theobroma cacao)
b. Minyak dan Lemak

Lemak, berupa lemak/minyak sebagai cadangan makanan. Biasanya terdapat


pada biji kacang tanah dan daging buah kelapa.
c. Minyak yang Mudah menguap
1) Minyak eteris (Minyak astiri=minyak menguap)
Merupakan senyawa yang mempunyai daya membias cahaya kuat. Sehingga
bagian yang minyak eteris tampak mengkilat. Terdapat misalnya pada :

➢ Kulit buah jeruk (Citrus sp)


➢ Kulit batang kayu manis (Cinnamomun zeylanicum)
➢ Kulit buah lombok (Capsicum sp)
➢ Rhizome jahe (Zingiber offficinale)
➢ Daun kayu putih (Melaleuca leucadendron)
➢ Daun mahkota bunga mawar (Rosa sp)
Hars, terdapat pada Pinus merkusii yang disadap untuk memperoleh terpentin.

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 20


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN VI

A. TANAMAN OBAT RIMPANG (MORFOLOGI DAN KHASIATNYA)


RHIZOMA
1. BOESENBERGIAE RHIZOMA (MMI)
2. CALAMI RHIZOMA (MMI)
3. CURCUMAE RHIZOMA ( FI )
4. CURCUMAE AERUGINOSAE RHIZOMA ( MMI )
5. CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA ( MMI )
6. CURCUMAE HEYNEANAE RHIZOMA ( MMI )
7. CYPERI RHIZOMA ( MMI )
8. IMPERATAE RHIZOMA ( MMI )
9. KAEMPFERIAE RHIZOMA ( MMI )
10. LANGUATIS RHIZOMA ( MMI )
11. ZINGIBERIS RHIZOMA ( MMI )
12. ZINGIBERIS AROMATICAE RHIZOMA ( MMI)
13. ZINGIBERIS LITTORALIS RHIZOMA ( MMI )
14. ZINGEBERIS PURPUREI RHIZOMA (MMI )
15. ZINGIBERIS ZERUMBETI RHIZOMA ( MMI )

1. BOESENBERGIAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Temu kunci
Nama tanaman asal : Boesenbergia pandurata (Roxb) sehleaht
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, damar, pati
Penggunaan : Antidiare
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit menimbulkan rasa agak
tebal
Bagian yang digunakan : Kepingan-kepingan akar tinggal
Keterangan : Waktu panen : Dilakukan pada umur 1 tahun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. CALAMI RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Dringo, Jaringau , Calamus , Sweetflag
Nama tanaman asal : Acorus calamus (L)
Keluarga : Araceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri mengandung egenol. asaron. asaril
aldehid.
Zat pahit akorin, zat penyamak, pati, akoretin, tannin. Kadar
minyakatsiri tidak kurang dari 2,5 % v/b
Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa, insektisida,demam nifas

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 21


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pahit, agak pedas.


Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
Waktu panen : Dikumpulkan pada waktu daun mulai kering, dibersihkan
darisemua bagian tanaman lain,tetapi tidak dikupas, biasanya
diperoleh dari tanaman berumur 1 tahun. Bila panenan dilakukan
kurang dari 1 tahun hasilnya berkurang, dan bila lebih dari
1 tahun hasilnya masih dapat ditingkatkan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. CURCUMAE RHIZOMA ( FI )
Nama lain : Temu lawak, Koneng gede
Nama tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza (Roxb)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung felandren dan
tumerol, zat
warna kurkumin, pati. Kadar minyak atsiri tidak kurang
dari
8,2 % b/v
Penggunaan : Kolagoga , antispasmodika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa tajam dan pahit
Bagian yang digunakan : Kepingan akar tinggal
Keterangan :
Waktu panen : Panenan dilakukan apabila daun dan bagian diatas yang
sudah mengering. Untuk daerahyang musim kemaraunya
jelaspenanamannya dilakukan pada musim kemarau berikutnya.
Di daerah yang banyak dan merata curah hujannya dan
tidak
jelas musim kemaraunya tanaman dapat dipanen pada umur
9 bulan atau lebih. Cara panen dilakukan dengan
membongkarrimpang menggunakan garpu
Syarat Temulawak kering untuk ekspor sebagai berikut :
Warna : Kuning jingga sampai coklat
Aroma : Khas wangi aromatic
Rasa : Pahit, agak pedas
Kelembaban : Maksimum 12 %
Abu :3 -7%
Pasir :1%
Kadar minyak atsiri : minimal 5 %
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. CURCUMAE AERUGINOSAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Temu hitam
Nama tanaman asal : Curcuma aeruginosa (Roxb)

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 22


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, pati, damar, lemak
Persyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 0,3 %
Penggunaan : Bagian dari jamu, antirematik, karminativa
Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa sangat pahit, lama - lama
menimbulkan rasa tebal

5. CURCUMAE HEYNEANAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Rimpang temu giring
Nama tanaman asal : Curcuma heyneana (Val)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, tanin. kurkumin
Persyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 1,5 %
Penggunaan : Antiseptika kulit
Pemerian : Bau khas, rasa pahit, agak pedas, lama – lama rasa tebal
Bagian yang digunakan : Rimpang
Keterangan :
- Waktu panen :
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

6. CURCUMAE DOMESTICAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Kunyit , kunir
Nama tanaman asal : Curcuma domestica (Val)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, zat warna kurkumin, pati, damar
Penggunaan : Karminativa, antidiare, kolagoga, skabisida
Pemerian : Bau khas aromatik, agak pedas, lama –lama menjadi tebal
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Waktu panen : Dilakukan pada waktu berumur 1 tahun atau lebih dari
waktu tanam
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. CYPERI RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Rimpang teki , teki
Nama tanaman asal : Cyperus rotundus L
Keluarga : Cyperaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri, alkaloida, glikosida, flavonoida
Penggunaan : Diuretika, stomakika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas kemudian
pahit,menimbulkan rasa tebal di lidah
Bagian yang digunakan : Rimpang
Keterangan :
- Waktu panen : Dapat diambil setiap saat , setelah umbi yang ditanam akan

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 23


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

mengeluarkan umbi baru dalam jangka waktu 3 minggu untuk


kemudian akan tumbuh menjadi + / - 146 umbi dalam jangka
waktu 3,5 bulan
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. IMPERATAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Akar alang- alang
Nama tanaman asal : Imperata cylindrica (Beauv)
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Asam kersik, damar, logam alkali
Penggunaan : Diuretika, Antipiretika
Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Jenis- jenis : Dikenal 5 varietas :
- Varietas mayor ( Nees )
- Varietas latifolia ( Hook.f )
- Varietas africana ( Anders )
- Varietas europea (Anders)
- Varietas condensata
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. KAEMPFERIAE RHIZOMA ( MMI)


Nama lain : Kencur
Nama tanaman asal : Kaempferia galanga (L)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Alkaloida, minyak atsiri yang mengandung sineol dan
kamferin,
mineral dan pati
Penggunaan : Ekspektoransia, diaforetika, karminativa, stimulansia,
roboransia
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak pahit,akhirnya
menimbulkan rasa pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Waktu panen : Pada umur 1 tahun
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9. LANGUATIS RHIZOMA ( MMI)


Nama lain : Laos, Lengkuas, Galanga Rhizoma
Nama tanaman asal : Alpina officinarum (Hance), Alpinia galanga(L),Languas
galanga (L)
Keluarga : Zingiberaceae

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 24


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung; metilsinamat,


sineol,
kamfer dan galangol
Penggunaan : Bumbu, karminativa, antifungi
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Waktu panen : Pada umur 2,5 – 4 bulan , agar diperoleh rimpang muda yang
belum
banyak berserat. Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman,
rimpang dipisahkan dari batang, kemudian dicuci dan dikeringkan.
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. ZINGIBERIS RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Jahe
Nama tanaman asal : Zingiber officinale ( Roscoe )
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Pati, damar, oleo resin, gingerin, minyak atsiri yang
mengandung
zingeron,zingiberol, zingiberin,borneol, kamfer, sineol dan
felandren
Penggunaan : Karminativa, stimulansia, diaforetika
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal yang sebagian kulitnya telah dikupas
Keterangan :
- Waktu panen : Panenan dapat dilakukan pada umur 9 – 12 bulan setelah tanam. Panenan
pada umur 6 bulan dapat dilakukan untuk mendapatkan rimpang
muda, kurang berserat, yang umumnya dipakai membuat manisan
dan
keperluan bumbu dapur. Panen pada umur 9 – 12 bulan dilakukan bila
tanaman mulai mengering seluruhnya sampai sudah rebah rumpun-
rumpunnya
Jenis – jenis jahe berdasarkan bentuk :
a. Jahe putih besar, rimpangnya lebih besar dan ruasrimpangnya lebih menggembung.
b. Jahe putih kecil, ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung.
c. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari jahe putih kecil
Jenis – jenis jahe berdasarkan pengolahan
a) Jahe segar yang direndam dalam air mendidih, kemudian dikeringkan cepat- cepat
disebut Jahe hitam (Black ginger)
b) Jahe segar yang dicuci secara hati – hati dikupas lapisan gabus dan dicuci
berulang - ulang dan dikelantang,. Jika dimaserasi dengan air kapur akan nampak
putih karena lapisan kapurnya dan disebut Jahe putih (White ginger).

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 25


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

c) Jahe segar atau yang dikeringkan tanpa pengolahan khusus dan dipakai untuk
bumbu masak disebut Jahe hijau (Green ginger)
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11. ZINGIBERIS AROMATICAE RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Lempuyang wangi
Nama tanaman asal : Zingiber aromatica ( Val )
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung zerumbon bumolen, limonene
Penggunaan : Karminativa, stomakika
Pemerian : Bau aromatik, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Waktu panen :
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12. ZINGIBERIS LITTORALIS RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Lempuyang pahit
Nama tanaman asal : Zingiber littorale (Val)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri dengan komponen utama
Seskuiterpenketon
Penggunaan : Stomakik
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan : Mempunyai ukuran rimpang yang paling kecil, hampir
menyerupai jahe. Rimpang muda dapat dimakan sebagai lalap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13. ZINGIBERIS PURPUREI RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Cassumunar Rhizoma , Bengle
Nama tanaman asal : Zingiber cassumunar ( Roxb), disebut juga Zingiber purpureum
(Roxb)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri mengandung sineol ; Damar lunak yang
pahit,
Albuminoid
Penggunaan : Karminativa,menghangatkan badan
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa agak pahit dan agak pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :
- Waktu panen : Setelah tanaman berumur 1 tahun
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 26


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

14. ZINGIBERIS ZERUMBETI RHIZOMA (MMI)


Nama lain : Lempuyang gajah
Nama tanaman asal : Zingiber zerumbet (Sm)
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung zerumbon, Sineol,
pinen,
kariofilen, kamfer
Penggunaan : Karminativa, stomakik
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas mirip mentol, agak pahit.
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Keterangan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 27


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN VII

A. TANAMAN OBAT AKAR DAN KHASIATNYA


RADIX

1. CATHARANTHI RADIX (MMI)


2. DERRIDIS RADIX ( MMI )
3. ELEPHANTOPI RADIX (MMI)
4. EURYCOMAE RADIX (MMI)
5. GLYCYRRHIZAE RADIX (MMI)
6. IPECACUANHAE RADIX (MMI)
7. PANACIS RADIX (MMI)
8. RAUWOLFIAE SERPENTINAE RADIX ( FI)
9. RHEI RADIX (MMI)
10. VALERIANA RADIX (MMI)
11. VETIVERIAE RADIX (MMI)

1. CATHARANTHI RADIX ( MMI)


Nama lain : Akar Tapak dara
Nama tanaman asal : Catharanthus roseus (L), Vinca rosea (L), Lochnera rosea
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama /isi :Alkaloida : ajmalisin, serpentina, tetrahidroalstonin, vindesin,
vinkristin, vinblastin
Penggunaan : Peluruh kemih (emenagoga), obat diabetes, obat kanker
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Akar
Keterangan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. DERRIDIS RADIX (MMI)


Nama lain : Akar tuba
Nama tanaman asal : Derris elliptica
Keluarga : Papilionaceae (= Fabaceae)
Zat berkhasiat utama / isi : Rotenon
Penggunaan : Racun panah, racun ikan, skabicid, insektisida

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 28


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Pemerian : Bau aromatik lemah, rasa agak pahit


Bagian yang digunakan : Akar dan potongan akar tinggal
Keterangan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. ELEPHANTOPI RADIX (MMI)


Nama lain : Akar tapak leman
Nama tanaman asal : Elephantopus scaber
Keluarga : Asteraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Flavonoid glucosidal
Penggunaan : Anti demam

4. EURYCOMAE RADIX (MMI)


Nama lain : Akar Pasakbumi
Nama tanaman asal : Eurycoma longifolia (Jack)
Keluarga : Simarubaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Eurikomolakton, amaraloid, eurikomanol
Penggunaan : Diuretika, antipiretika dan aprodisiaka
Pemerian : Tidak berbau, mula-mula tidak berasa lama- lama agak pahit
Bagian yang digunakan : Akar
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. GLYCYRRHIZAE RADIX (FI)


Nama lain : Akar manis, Liquiritae Radix
Nama tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas typical, Glycyrrhiza glabra,
varietas glandulifera dan jenis Glycyrrhiza lainnya
Keluarga : Papilionaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Glysirisin dengan kadar 5-10 %, yaitu garam K dan Ca dari
asam glisirizat ( zat ini 50 x lebih manis dari gula tebu), pati,
gula, asparagin
Persyaratan kadar : Kadar zat yang larut dalam air tidak kurang dari 20 %,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan di udara
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 29
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Penggunaan : Antitusiva.
Akar dalam bentuk serbuk sebagai pengisi/pembalut pil
Ekstrak untuk pewangi tembakau dan campuran obat batuk
Pemerian : Bau khas lemah, rasa manis
Bagian yang digunakan : Akar dan batang dibawah tanah
Keterangan :
- Waktu panen : Akar- akar digali tiap 3 tahun, disisakan secukupnya agar
dapat dipungut pada tahun berikutnya
- Jenis-jenisnya : Glycyrrhiza glabra varietas typical berasal dari Spanyol
Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera berasal dari Rusia
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- Keterangan lain : Yang belum dikupas berwarna coklat kekuningan atau coklat
tua,
berkeriput memanjang kadang - kadang terdapat tunas kecil dan
daun sisik yang tersusun melingkar.

6. IPECACUANHAE RADIX (MMI)


Nama lain : Akar Ipeka, akar muntah
Nama tanaman asal : Cephaelis ipecacuanha , Cephaelis acuminata, Uragoga
ipecacuanha, Psychotria ipecacuanha
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Alkaloid emetina, sefaelina, psikotrina, emetina,orthomethil,
Sikotrina
Persyaratan kadar : Kadar emetin 2 ,0 %
Penggunaan : Dalam jumlah amat kecil sebagai menambah nafsu makan
Dalam jumlah sedang sebagai diaforetika dan ekspektoransia
Dalam jumlah besar sebagai emetika
Pemerian : Bau lemah , rasa pahit
Bagian yang digunakan : Akar / campuran akar / pangkal batang
Keterangan :
- Sediaan : Opii Pulvis Compositus (FI), Ipecacuanhae Pulvis (FI),
Ipecacuanhae tinctur (EFI)
- Waktu panen : Dikumpulkan pada bulan Januari, Maret, seluruh tanaman
- dicabut dan dipisahk an akar – akarnya
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 30
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

- Jenis – jenisnya : Ipeka Rio ; diperoleh dari Cephaelis ipecacuanha


Potongan – potongan agak bengkok, warna merah bata tua
sampai coklat tua, sebelah luar penebalan cincin, rapat dan
melingkar sempurna.
Ipeka Panama : diperoleh dari Cephaelis acuminate. Warna
coklat keabuan atau coklat kemerahan, cincin hanya melingkar
sampai tengah batang,
Ipeca Cartagena : lebih gelap dan tidak banyak buku
bukunya, warna sama dengan Ipeka Panama
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. PANACIS RADIX (MMI)


Nama lain : Ginseng
Nama tanaman asal : Panax schinseng
Keluarga : Araliaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Glukosida panakuilon, minyak atsiri, damar, panaks,
Sapoginol
Penggunaan : Amara dan stimulansia
Pemerian : Bau lemah, rasa manis. pedas dan agak pahit
Bagian yang digunakan : Akar
Keterangan :
- Sediaan : Serbuk dan Vinum
- Waktu panen : Dikumpulkan pada musim gugur dari tanaman
yangberumur 5 –
6 tahun
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. RAUWOLFIAE SERPENTINAE RADIX (FI)


Nama lain : Akar Pulepandak
Nama tanaman asal : Rauwolfia serpentine
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Alkaloid – alkaloid : aymalin, aymalisina, aymalinina,
serpentina, reserpina,

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 31


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Persyaratan kadar : Alkaloid sejenis reserpina, dihitung sebagai reserpina


tidak kurang dari 0,15 %
Penggunaan : Antihipertensi dan gangguan neuropsikhiatrik
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Akar dan pangkal batang
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9. RHEI RADIX (MMI)


Nama lain : Kelembak
Nama tanaman asal : Rheum palmatum, Rheum officinale dan species atau hibrida
lainnya kecuali Rheum rhaponticum
Keluarga : Polygonaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Antraglukosida yang pada penguraian memberikan emodin,
rhein, aloe emodin dan asam krisofanat. Terdapatpula tanin,
pektin, katekhin, pati, kalsium oksalat
Penggunaan : Laksativa
Pemerian : Bau khas agak aromatik, rasa agak pahit tidak enak danagak
sepat
Bagian yang digunakan : Pangkal batang beserta sebagian akar
Keterangan :
Jenis - jenis :
a. Kelembak Cina : kultur di Propinsi Shensi, Shansi Honan, Tshinghai di Mongolia,
dipungut dari tanaman yang berumur 6 – 10 tahun, tiap tahun 2 kali panenan, pada
musim semi dan musim gugur, setelah dikupas, diiris- iris melintang / membujur
(menghasilkan rounds atau flats), dijemur.
b. Kelembak Shensi : ada garis – garis kecil warna coklatkemerahan dan titik-titik jari
empulur dalam parenkimyang putih
c. Kelembak Kanton : lebih ringan dari kelembak Shensikurang padat, lebih berserat, bau
emperumatik.
d. Kelembak Eropa : Hanya dari Hongaria, mutu rendah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

10. VALERIANA RADIX

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 32


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Nama lain : Akar valerian


Nama tanaman asal : Valeriana officinalis
Keluarga : Valerianaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri yang mengandung ester borneo(ester dengan
format). Alkaloida - alkaloida katinina danvalerianin, zat
penyamak.
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,8 %
Penggunaan : Sedativa
Pemerian : Bau khas, rasa pedas, agak pahit.
Bagian yang digunakan : Akar cabang berikut pangkal batang dan batang dibawah
tanah
Keterangan :
Sediaan : Valerianae tinctura (FI) untuk : Beladon DigitalisValerianae
Tinctura, Brometori Valerianae Potio
Waktu panen : Dikumpulkan pada waktu daun meluruh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11. VETIVERIAE RADIX (MMI)


Nama lain : Akar wangi, Larasetu
Nama tanaman asal : Vetiveria zizanoides (Stapf)
Keluarga : Poaceae
Zat berkahasiat utama /isi : Minyak atsiri, hars dan zat pahit
Kegunaan : Bahan pewangi. (dalam oleum), Diaforetika
Pemerian : Bau khas aromatik
Bagian yang digunakan : Akar
Keterangan :
- Sediaan : Oleum Vetiveriae
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 33


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN VIII

A. TANAMAN OBAT KULIT BATANG KAYU


CORTEX

1. ALSTONIAE CORTEX (MMI)


2. ALYXIAE CORTEX (MMI)
3. BURMANI CORTEX (MMI)
4. CINCHONAE CORTEX (FI)
5. CINNAMOMI CORTEX (FI)
6. GRANATI CORTEX (MMI)
7. GRANATI PERCARPIUM (MMI) / GRANATI FRUCTUS CORTEX
8. LITSEAE CORTEX (MMI)
9. PARAMERIAE CORTEX (MMI)
10. SYMPLOCI CORTEX (MMI)
11. SYZYGII JAMBOLANI CORTEX (MMI)

1. ALSTONIAE CORTEX (MMI)


Nama lain : Kulit Pule
Nama tanaman asal : Alstonia scholaris (L) R.Br
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Alkaloida- alkaloida ditamina, ekitamina, ekhitenina,
akhitamidina, alstonina
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, stomakika, antidiabetika,
antelmintika
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit, yang tidak mudah hilang
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Keterangan : Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. ALYXIAE CORTEX (MMI)


Nama lain : Pulasari
Nama tanam asal : Alyxia reinwardtii (BL), juga disebut Alyxia stellata
(Roomset Schult)
Keluarga : Apocynaceae

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 34


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Zat berkhasiat utama / isi :Alkaloida zat pahit , kumarin, zat penyamak, minyak atsiri,
asam organik
Penggunaan : Bahan pewangi, (campuran boreh), karminativa, antidemam
Pemerian : Bau dan rasa mirip kumarin, agak pahit
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. BURMANI CORTEX ( MMI)
Nama lain : Kulit manis jangan, Kulit kayu manis padang, Keningar
Nama tanaman asal : Cinnamomum Burmani (Blume)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi :Minyak atsiri yang mengandung sinamil aldehid, sinamil
asetat, borneol, simen. Zat penyamak, damar, bornil asetat
Penggunaan : Diaforetika, karminativa, anti iritansia, bahan pewangi, bumbu
masak Pemerian : Bau khas, rasa manis
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Keterangan :
- Waktu panen : Panen pada umur 8 tahun, semakin tua umur tanaman,
kulit relatif lebih tebal dan volume kulit pohon bertambah pula, sehingga kualitas dan
kuantitas produksi akan lebih baik.
- Cara panen :
a. Pohon ditebang sekaligus, tunggul tebangan diter bagian atasnya.
b. Cara ditumbuk, yakni 2 bulan sebelum ditebang 5 cm dari leher akar,
seluruh kulit batang dikupas setinggi 80 - 100 cm. Setelah 2 bulan baru
ditebang maksudnya agar pengulitan mudah dilakukan dan diharapkan tumbuh
tunas baru yang lebih sempurna pada permukaan tanah
c. Pohon dipukul-pukul dengan benda tajam 2 bulan sebelum ditebang, dengan
maksud untuk mendapat kulit yang tebal pada waktu pemotongan, sebab pada
bekas - bekas pukulan akan menghasilkan pembengkakan kulit.
d. Sistem Vietnam (sistem panen tanpa tebang), yaitu memotong sebagian kulit
batang secara berselangseling dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 10 cm.
Setelah kulit batang bertaut kembali sehabis panen pertama, lalu dilakukan
panen kedua dan seterusnya.
- Jenis – jenis : Dalam perdagangan dikenal sebagai Cassia vera.
Ada 2 varietas :

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 35


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

a. Berdaun muda, berwarna merah pekat, banyak ditanam di Sumatera Barat dan
Kerinci
b. Berdaun hijau ungu.
- Perbedaan : Kayu manis pucuk merah mempunyai kualitas lebih baik,tetapi
produksinya lebih rendah dari pada yang berpucukhijau.
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. CINCHONAE CORTEX (FI)


Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark
Nama tanaman asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat, kinidin,
asam tanat, asam kina, damar, malam
Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.
Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada penyimpanan lama
bau menghilang, rasa pahit dan kelat.
Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar
Keterangan :
Sediaan : Cinchonae extractum
Perbedaan : Cinchona succirubra berisi 9 % alkaloida.
- Cinchona ledgeriana berisi 6 - 10 % alkaloida.
- Cinchona calisaya berisi 6 - 8 % alkaloida.
- Untuk memperoleh banyak kulit ditanam Cinchona succirubra
- Untuk mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana .
- Untuk cepat-cepat mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana diatas
Cinchona succirubra secara okulasi.
Cara panen :
1. Dicabut (cara Indonesia) pohon-pohon yang jaraknya 60 cm – 100 cm satu sama lain,
dicabut seluruhnya dan diambil kulit batang dan kulit akarnya, setelah 6-7 tahun,
pada daerah tadi dilakukan pencabutan lagi.
2. Dipangkas : pohon-pohon yang berumur 7 tahun dipangkas batangnya beberapa cm
di atas tanah, dari pangkal batang nanti tumbuh sejumlah cabang baru yang nanti
juga dipungut.
3. Dikikis : Kulit batang dikikis tanpa mengenai kulit kayunya

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 36


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

4. Menurut penelitian ternyata kulit kina yang banyak terkena sinar matahari
alkaloidnya lebih rendah dari kulit kina yang ditempat teduh. Jika kulit kina tersebut
ditutupi dengan lumut, maka kadar alkaloidnya akan naik luar biasa. Setelah kulit
kina ini di panen, bekasnya ditutupi lumut kembali, maka timbul kulit kulit kina
baru yang juga tinggi kadar alkaloidnya. Pengambilan kulit dilakukan sedikit demi
sedikit sampai seluruh kulit lama terambil.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. CINNAMOMI CORTEX (FI)
Nama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon Cinnamon
Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum (BI)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol sinamilaldehida, zat
penyamak, pati, lender
Penggunaan : Karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan
adstringensia lainnya untuk obat mencret
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan manis.
Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak batang yang telah
dipangkas.
Keterangan :
Cara panen : Tanaman yang berumur 2-3 tahun dipotong beberapa cm diatas tanah.
Tunas-tunas baru dipilih 5-6 buah dan dibiarkan tumbuh untuk dipotong lagi setelah
mencapai tinggi 2-3 meter.Panen dilakukan pada musim hujan, batang-batang dikulit
arah memanjang menjadi 2 bagian atau lebih. Diberkas dan didiamkan beberapa lama
supaya terjadi fermentasi yang nanti mempermudah pengikisan epidermis dan jaringan
hijau dibawah epidermis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. GRANATI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit batang delima
Nama tanaman asal : Punica granatum (L)
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida, gula, tannin
Penggunaan : Pengelat (astringensia)
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat
Bagian yang digunakan : Kulit batang

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 37


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. GRANATI PERCARPIUM / GRANATI FRUCTUS CORTEX (MMI)


Nama lain : Kulit buah delima, Granati Fructus cortex
Nama tanaman asal : Punica granatum (L)
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin sampai lebih kurang 20 % alkaloida yang terdiri dari
peletrina, metil-peletrina, psudo-peletrina, metil iso-peletrina,
iso- peletrina
Penggunaan : Pengelat usus (astringensia), obat cacing
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat sepat, lama-lama menimbulkan rasa
tebal di lidah.
Bagian yang digunakan : Kulit buah yang masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
8. LITSEAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit krangean., Krangean
Nama tanaman asal : Litsea cubeba (Lour) Pers
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri mengandung sitral, limonen, sapinen,
metilheptanon, sitronelal. Tanin galat, allagat.
Penggunaan : Karminativa, spasmolitika, stomakika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas., dan agak pahit.
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
9. PARAMERIAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit Kayu rapat, Pegatsih
Nama tanaman asal : Parameria laevigata (Juss) Moldenke , Parameria barbata
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin
Penggunaan : Pengelat (astringensia)
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat dan agak pahit.
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 38
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang


Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
10. SYMPLOCI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit sariawan
Nama tanaman asal : Symplocos odoratissima (BL, choisy)
Keluarga : Symplocaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Glucosida, symplokosin, metil salisilat, aluminium sulfat
Penggunaan : Antisariawan
Pemerian : Bau agak wangi, tidak berasa
Bagian yang digunakan : Kulit dahan
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
11. SYZYGII JAMBOLANI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit jamblang
Nama tanaman asal : Syzygium jambolanum (L) Skeels yang disebut pulaEugenia
cumini
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Zat penyamak, asam galat, jambulol, jambolisin.
Penggunaan : Astringensia, obat kencing manis
Pemerian : Bau lemah, rasa pahit dan kelat
Bagian yang digunakan : Kulit dahan
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 39


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN IX
A. BULBUS, CORMUS, LIGNUM, CAULIS, TUBER

1. ALII SATIVI BULBUS (MMI)


2. COLCHICI CORMUS (MMI)
3. MERREMIAE TUBER (MMI)
4. SANTALI LIGNUM (MMI)
5. SAPPAN LIGNUM. (MMI)
6. TINOSPORAE CAULIS (MMI)

1. ALII SATIVI BULBUS (MMI)


Nama lain : Bawang Putih
Nama tanaman asal : Allium sativum
Keluarga : Liliaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung; dialildisulfida 60 %,alilpropil
disulfida 6 %, alliin.
Penggunaan : Antikolesterol
Pemerian : Bau khas, rasa agak pedas
Bagian yang digunakan : Umbi lapis
Keterangan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. COLCHICI CORMUS (MMI)


Nama lain : Daun umbi colchici
Nama tanaman asal : Colchicum autumnale (L)
Keluarga : Liliaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida ; kolkisina
Persyaratan kadar : kadar alkaloida tidak kurang dari 0,25 %.
Penggunaan : Antireumatika
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit dan bergetir
Bagian yang digunakan : Daun umbi
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. MERREMERIAE TUBER (MMI)


Nama lain : Bidara upas
Nama tanaman asal : Merremia mammosa (Hal filius)
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 40
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Keluarga : Convolvulaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Damar, zat pahit, pati
Penggunaan : Ekspektoransia, antiseptika ( obat kumur)
Pemerian : Bau lemah, rasa tajam dan pahit
Bagian yang digunakan : Irisan-irisan umbi akar
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. SANTALI LIGNUM (MMI)


Nama lain : Kayu cendana
Nama tanaman asal : Santalum album (L)
Keluarga : Santalaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri, harsa, zat penyamak.
Penggunaan : Diuretika, karminativa, antispasmodic
Pemerian : Bau harum, rasa agak pahit khas.
Bagian yang digunakan : Kayu galih dari batang, dahan dan akar.
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. SAPPAN LIGNUM
Nama lain : Kayu secang
Nama tanaman asal : Caesalpinia sappan (L)
Keluarga : Caesalpiniaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Brazilin, zat warna merah sappan, asam tanat, asam galat
Penggunaan : Astringensia.
Pemerian : Tidak berbau, rasa kelat.
Bagian yang digunakan : Irisan -irisan kecil atau serutan - serutan kayu.
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. TINOSPORAE CAULIS (MMI)


Nama lain : Bratawali
Nama tanaman asal : Tinospora tuberculata, Tinospora rumphii, Tinospora crispa,
Tinospora cordifolia
Keluarga : Menispermaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Pati, glukosida pikroterasida, alkaloid berberin dan palmatin,
harsa, zat pahit pikroretin.
Penggunaan : Obat demam, tonikum dan antidiabetes
Pemerian : Bau lemah, rasa sangatpahit
Bagian yang digunakan : Batang dan Kulit batang
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 41


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

MATERI PEMBELAJARAN X

A. H E R B A

1. ANDROGRAPHIDIS HERBA
2. BELLADONNAE HERBA
3. CENTELLAE HERBA
4. EQUISETI HERBA
5. EPHEDRAE EQUISETINAE HERBA
6. HIRTAE HERBA
7. HYOSCYAMI HERBA
8. MENTHAE ARVENSITIS HERBA
9. MENTHAE PIPERITAE HERBA
10. PHYLLANTHI HERBA
11. SERPYLLI HERBA
12. STRAMONII HERBA
13. THYMI HERBA

1. ANDROGRAPHIDIS HERBA
Nama lain : Sambiloto
Nama tanaman asal : Andrographis paniculata (Nees)
Keluarga : Acanthaceae
Zat berkhasiat utama / isi : 2 macam zat pahit yaitu suatu hablur kuning (androgon folida)
yang rasanya sangat pahit) dan kalmegin (zat amorf).
Minyak atsiri, alkaloida, asam kersik, damar, garam alkali.
Penggunaan : Tonikum, antipiretika, diuretika.
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat pahit.
Bagian yang digunakan : Ranting berdaun.
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. BELLADONNAE HERBA (FI)


Nama lain : Herba Beladon
Nama tanaman asal : Atropa belladonna (L) atau Atropa acuminata (Rolye ex
Lindley)
Keluarga : Solanaceae

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 42


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida atropina, hiosiamina, apotropina, belladonina,


nortropina, skopolamina (hiosina)
Persyaratan kadar : Kadar alkaloida jumlah dihitung sebagai hiosiamina tidak
kurang dari 0,3 %
Penggunaan : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme, parasimpatolitik
Pemerian : Bau lemah, rasa agak pahit dan getir
Bagian yang digunakan : Daun atau campuran daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
Sediaan : Belladonnae Pulvis (FI), Belladonnae Tinctura (FI) untuk :
Belladon Digitalis Valeriana Tinctura, Belladonnae Extractum
(FI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. CENTELLAE HERBA (MMI)


Nama lain : Herba pegagan , daun kaki kuda
Nama tanaman asal : Centella asiatica (L) Ueban
Keluarga : Apiaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Campuran damar dan minyak atsiri yang disebut velarin,zat
mineral (alkali sulfat) , zat penyamak, glukosida(asiatikosida)
Penggunaan : Diuretika, amara, tonikum, astringensia, obat sariawan.
Pemerian : Bau lemah , aromatik, mula-mula tidak berasa lama-lamaagak
pahit.
Bagian yang digunakan : Seluruh tanaman.
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

4. EQUISETI HERBA (MMI)


Nama lain : Greges otot, rumput betung
Nama tanaman asal : Equisetum debile ( Roxb)
Keluarga : Equisetaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Kalium, asam kersik, saponin
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa
Bagian yang digunakan : Bagian tanaman diaras tanah
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. EPHEDRAE EQUISETINAE HERBA (MMI)


Nama lain : Herba Ephedra Equisetina
Nama tanaman asal : Ephedra equisetina, Ephedra sinica
Keluarga : Ephedraceae
Zat berkhasiat utama / isi : 0,75 - 1,0 % Ephedrina dan pseudoephedrina

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 43


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Penggunaan : Vasodilatansia.
Pemerian : Tidak berbau dan rasa pahit
Bagian yang digunakan : Batang dan daun
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6. HIRTAE HERBA (MMI)


Nama lain : Patikan kebo, gendong anak
Nama tanaman asal : Euphorbia hirta (L)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida dan damar
Penggunaan : Obat batuk dan sedative
Pemerian : Bau lemah, rasa agak pahit
Bagian yang digunakan : Seluruh tanaman
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. HYOSCYAMI HERBA (MMI)


Nama lain : Herba hiosiami, Bisson Tobacco
Nama tanaman asal : Hyoscyamus niger (L)
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida hiosiamina dan hiosina ( skopolamina)
Persyaratan kadar : Kadar alkaloida jumlah dihitung sebagai hiosiamina
tidak kurang dari 0,05 %
Penggunaan : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme, penenang.
parasimpatolitik, antispasmodik.
Pemerian : Bau khas kuat, pada penyimpanan berkurang rasa pahit danagak
getir.
Bagian yang digunakan : Daun,campuran daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
- Sediaan : Hyoscyami Extractum ( FI), Hyoscyami Pulvis (FI)
- Jenis - jenis : - Hyoscyamus niger warna bunga kekuning- kuningan dengan urat-
urat daun berwarna keunguan
- Hyoscyamus alba berbunga putih, tetapi sifat- sifat lain sama dengan Hyoscyamus niger
- Hyoscyamus muticus khusus dipakai untuk isolasi alkaloid
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

8. MENTHAE ARVENSITIS HERBA (MMI)


Nama lain : Daun poko
Nama tanaman asal : Mentha arvensis (L) varietas Javanica
Keluarga : Lamiaceae

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 44


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Zat berkhasiat utama / isi :Minyak atsiri yang mengandung mentol, damar, zat penyamak
Penggunaan : Karminativa, anti spasmodik, diaforetika
Pemerian : Bau aromatik seperti mentol, rasa pedas dan dingin
Bagian yang digunakan : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
- Waktu panen : Tanaman mulai berbunga sampai berbunga penuh
- Cara panen : Dilakukan dengan memotong batang rata dengan tanah.
- Panenan dapat dilakukan 3 kali tiap tahun
Jenis - jenis :
a. Menthae arvensis (L) varietas Javanica dapat tumbuhsecara alamiah, ditanam di pulau
Jawa yaitu daun Poko Jawa
b. Menthae arvensis varietas piperacens yang berasal dariJepang, Brazilia dan Taiwan yaitu
daun Poko Jepang
c. Menthae arvensis varietas sachalinensis dapat tumbuhsecara alamiah di Jepang
d. Menthae arvensis varietas glabrata, tumbuh secara alamiah dan ditanam di daratan Cina =
daun Poko Cina
Perbedaan : Kadar mentol dari varietas Javanica rendah sekali dantidak
menguntungkan untuk isolasi mentol ( 7,6 - 11,6 ). Kadar mentol
dari varietas piperacens dapat mencapai 52-70 %.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9. MENTHAE PIPERITAE HERBA (MMI)


Nama lain : Herba pepermin
Nama tanaman asal : Mentha piperita (L)
Keluarga : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mngandung mentol, metil asetat dan menton
Penggunaan : Karminativa
Pemerian : Bau khas aromatis, rasa pedas dan sejuk.
Bagian yang digunakan : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
Sediaan : Oleum Menthae Piperitae (FI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

10. PHYLLANTHI HERBA (MMI)


Nama lain : Meniran
Nama tanaman asal : Phyllanthus niruri (L)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Zat pahit filantin, damar, mineral, zat penyamak
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau aromatik , rasa pahit
Bagian yang digunakan : Semua bagian diatas tanah
Keterangan :

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 45


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11. SERPYLLI HERBA (MMI)


Nama lain : Herba serpili
Nama tanaman asal : Thymus serpyllum (L)
Keluarga : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi :Minyak atsiri yang mengandung timol, karvakol, pinen terpen,
alkohol dan zat pahit serpilin
Penggunaan : Ekspektoransia
Pemerian : Bau aromatik , rasa pedas dan sejuk
Bagian yang digunakan : Daun dan pucuk batang
Keterangan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung cahaya.

12. STRAMONII HERBA (MMI)


Nama lain : Herba stramonii
Nama tanaman asal : Datura stramonium , Datura stramonium varietas tatula
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Terutama daturin (hiosiamina), skopolamina
Persyaratan kadar : Hiosiamina tidak kurang dari 0,25 %
Penggunaan : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme,
Pemerian : Bau tidak enak , rasa pahit
Bagian yang digunakan : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
- Jenis - jenis : - Datura stramonium berbunga putih
- Datura stramonium varietas tatula, berbunga merah ungu (urat daun dan batangnya
ungu ), biji-biji lebih tinggi kadar alkaloidanya, tetapi berhubung berisi minyak lemak
maka sukar disari untuk dibuat sediaan yang stabil
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13. THYMI HERBA (MMI)


Nama lain : Herba timi
Nama tanaman asal : Thymus vulgaris (L)
Keluarga : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung timol, terdapat pulakarvakol,
pinen, linalool dan bornil asetat
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1,0 % v/b
Penggunaan : Obat batuk (ekspektoransia)
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas, sejuk
Bagian yang digunakan : Pucuk berbunga dan daun
Keterangan :

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 46


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Sediaan : Thymi Extractum (Form Nas), Sirupus ThymiSirupus Thymi


Bromatus
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990, Cara Pembuatan Simplisia, Dep. Kes. R.I., Jakarta.

, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Dep. Kes. R.I., Jakarta. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia dan jurnal terkait.

, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Bruneton,J.,1999, Pharmacognosy – Phytochemistry – Medicinal Plants,Second, Lavoisier Pub. Inc.


c/o Springen Verlag, Secaucus USA.

Dewick, P.M., 1997, Medicinal Natural Products-A Biosynthetic Approach, John Wiley & Sons,
Chichester.

Evans,W.C. and Evans,D., 2002, Trease and Evans Phamacognosy, 15 th Edition, W.B.Saunders,
Edinburg, London.

Samuellsson, G., 1999, Drugs of Natural Origin – A Textbook of Pharmacognosy, 4th Revised
Edition, Apotekarsocieteten, Stockholm, Sweden.

Tyler,V.E., Brady,L.R., Robbers,J.E., 1988, Pharmacognosy, Ninth Edition, Lea & Febiger,
Philedephia.

Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 47
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA Prodi DIII Analisis Farmasi Dan Makanan

Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi Pertama, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Http://.Pratamafistum.blogspot.com. 2013. Histologi-dan-anatomi-tumbuhan-part-1
Tim Penyusun, 2010, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Laboratorium Farmakognosi -
Fitokimia Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

Modul Farmakognosi Dan Fitokmia I 48

Anda mungkin juga menyukai